Aksi Damai Himpunan Alumni Santri Lirboyo di Brebes Warnai Gelombang Protes Nasional terhadap Trans7

Tegal – 1miliarsantri.net : Tayangan Xpose Uncensored Trans7 yang disiarkan pada Senin, 13 Oktober 2025, menuai kecaman luas setelah dinilai melecehkan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh di Indonesia. Kontroversi ini memicu gelombang protes nasional dan tagar #BoikotTrans7 yang viral di media sosial. Program Xpose Uncensored sendiri memang dikenal dengan pendekatan investigatif dan satirnya terhadap realitas sosial. Namun, dalam episode terbarunya, program ini dianggap “kebablasan” setelah menyinggung kehidupan santri dan kiai di Ponpes Lirboyo. Tayangan tersebut menampilkan potongan visual para santri yang menyalami seorang kiai sepuh dan momen ketika sang kiai turun dari mobil. Narasi suara (voice over) yang menyertainya justru menimbulkan kemarahan karena menggunakan diksi yang dianggap merendahkan tradisi pesantren. Narasi itu menyebut santri “rela ngesot” demi memberi amplop kepada kiai, serta menyiratkan seolah kiai yang seharusnya memberi imbalan kepada santri. Kalimat itu dianggap menodai hubungan ta’dzim (penghormatan) antara santri dan kiai—sebuah nilai luhur yang menjadi fondasi pendidikan pesantren. Alih-alih menggambarkan kehidupan spiritual, tayangan tersebut justru dinilai sinis dan melecehkan dunia pesantren. Banyak netizen menilai Xpose Uncensored Trans7 telah mencoreng martabat ulama, terutama KH Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo. Kritik keras juga datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang menilai Trans7 tidak sensitif terhadap nilai-nilai keagamaan. Baca juga: Hari Santri 2025: Menag Canangkan Direktorat Eselon I Khusus Pesantren Aksi Damai di Brebes Serukan Boikot Trans7 Protes atas tayangan itu tak hanya ramai di dunia maya. Di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ratusan santri dan alumni Lirboyo yang tergabung dalam Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL) Brebes menggelar aksi damai di alun-alun dan Polres Brebes, Selasa (14/10/2025). Aksi damai ini menjadi simbol solidaritas nasional dalam gerakan Boikot Trans7. Para santri membawa spanduk dan poster dengan seruan moral agar dunia penyiaran lebih menghargai lembaga keagamaan. Ketua HIMASAL Brebes, KH Hirin Dzuluqornain, memimpin langsung penyampaian pernyataan sikap di hadapan peserta dan awak media. “Kami menilai tayangan Trans7 tersebut telah menampilkan framing negatif terhadap pesantren Lirboyo dan para kiai. Ini jelas mencederai hati jutaan santri di seluruh Indonesia,” ungkap KH Hirin. Dalam pernyataan resminya, HIMASAL Brebes menuntut empat hal: Aksi berjalan tertib dan penuh khidmat, dengan pengamanan aparat untuk menjaga situasi tetap kondusif. KH Hirin menegaskan, aksi ini murni bentuk cinta terhadap pesantren, bukan upaya memicu konflik. “Pesantren adalah benteng moral bangsa. Jangan nodai dengan tayangan yang menyesatkan publik,” tegasnya. Trans7 Akui Kesalahan dan Minta Maaf Menanggapi gelombang kritik dan aksi protes di berbagai daerah, pihak Trans7 akhirnya menyampaikan permintaan maaf resmi melalui surat yang ditujukan kepada HM. Adibussholeh, pemimpin PP. Putri Hidayatul Mubtadiaat di Pondok Pesantren Lirboyo. Dalam surat bertanggal 14 Oktober 2025, Trans7 mengakui adanya keteledoran dalam proses penayangan dan menyesalkan dampak yang terjadi. “Kami menyadari bahwa tayangan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan bagi keluarga besar pesantren. Hal ini menjadi pembelajaran berharga bagi kami di TRANS7 agar tidak lagi menayangkan pemberitaan yang berkaitan dengan Ulama, Kyai, dan kehidupan Pesantren, khususnya yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Lirboyo dalam program yang tidak relevan,” tulis Trans7 dalam surat yang ditandatangani oleh Direktur Produksi Trans7, Andi Chairil, dan Kepala Departemen Programing, Renny Andhita. Trans7 juga berkomitmen untuk menghadirkan tayangan yang lebih bermuatan positif dan menghormati nilai-nilai keagamaan, serta menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga agar tidak terulang di masa mendatang. Baca juga: Pemerintah Tanggapi Isu Dapur Fiktif dalam Program MBG Penulis: Satria S Pamungkas Editor: Glancy Verona Ilustrasi by AI

Read More
Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah

Menelusuri Sejarah Peradaban Islam di Timur Tengah Sebagai Pusat Ilmu dan Kejayaan Dunia

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah tidak hanya bercerita tentang penyebaran agama dan kekuasaan, tetapi juga tentang lahirnya peradaban besar yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Di wilayah ini, berbagai pemikiran, kebudayaan, dan penemuan berkembang pesat hingga menjadikan dunia Islam sebagai kiblat peradaban global pada masanya. Dari Baghdad hingga Kairo, dari Damaskus hingga Cordoba, jejak kejayaan Islam pada masa keemasan (abad ke-8 hingga ke-13 M) masih terasa hingga kini. Dan melalui kisah Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah yang akan kita sajikan ini, kamu akan menemukan bagaimana ilmu pengetahuan, filsafat, dan budaya bersatu membentuk dunia yang penuh pencerahan. Awal Kebangkitan Kejayaan Islam di Timur Tengah Kejayaan Islam di Timur Tengah dimulai setelah masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya di bawah Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini, Baghdad menjadi pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan. Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah mencatat bahwa dukungan para khalifah terhadap ilmu dan kebudayaan menjadi kunci utama berkembangnya peradaban. Khalifah Harun al-Rasyid dan Al-Ma’mun dikenal sebagai pelindung ilmu yang membuka pintu lebar bagi para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia untuk berkarya. Mereka memfasilitasi gerakan penerjemahan besar-besaran dari naskah Yunani, Persia, dan India ke bahasa Arab. Langkah ini bukan hanya upaya pelestarian pengetahuan, tetapi juga pengembangan gagasan baru yang melahirkan berbagai teori ilmiah penting. Dari sinilah fondasi Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah terbentuk, di mana ilmu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial dan keagamaan. Baca juga: Sejarah Islam Masuk ke Tajikistan Hingga Pelarangan Penggunaan Jilbab Baitul Hikmah Sebagai Simbol Kemajuan Intelektual Dunia Islam Salah satu tonggak penting dalam Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah adalah berdirinya Baitul Hikmah di Baghdad. Lembaga ini didirikan oleh Khalifah Al-Ma’mun sebagai pusat penelitian, penerjemahan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan dari berbagai bangsa berkumpul di tempat ini, berdiskusi, meneliti, dan menulis karya monumental. Baitul Hikmah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga simbol keterbukaan intelektual. Di sini, kebebasan berpikir sangat dijunjung tinggi. Para cendekiawan bebas mengemukakan ide dan menguji teori, bahkan jika bertentangan dengan pandangan umum. Semangat inilah yang menjadikan peradaban Islam mampu melahirkan ilmuwan besar seperti Al-Khwarizmi dalam bidang matematika, Ibnu Sina dalam kedokteran, Al-Battani dalam astronomi, dan Al-Ghazali dalam filsafat. Mereka adalah bukti nyata bahwa Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah merupakan cerminan puncak kreativitas dan kecerdasan manusia. Faktor Pendorong Keemasan Peradaban Islam Kejayaan luar biasa dalam Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah tidak lahir begitu saja. Ada sejumlah faktor penting yang mendorongnya. Pertama, adanya dukungan penuh dari para pemimpin terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan. Banyak masjid dijadikan pusat belajar yang berkembang menjadi madrasah dan universitas. Kedua, stabilitas ekonomi dari perdagangan internasional membuat dunia Islam makmur, memungkinkan pendanaan besar bagi pengembangan infrastruktur sosial seperti rumah sakit, sekolah, dan perpustakaan. Selain itu, budaya diskusi dan kebebasan berpikir juga menjadi pemicu utama munculnya inovasi. Para ulama dan ilmuwan bebas berdebat dan saling mengkritik untuk menemukan kebenaran ilmiah. Inilah yang membedakan masa keemasan Islam dari banyak peradaban lain di masa yang sama. Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Musik Dalam Peradaban Islam Warisan Besar untuk Dunia Modern Jejak Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah masih bisa kamu rasakan hingga sekarang. Bahasa Arab, misalnya, pernah menjadi bahasa ilmu pengetahuan internasional yang menghubungkan para ilmuwan dari berbagai wilayah. Dalam bidang arsitektur, gaya bangunan masjid dan madrasah mencerminkan keindahan sekaligus kecanggihan teknik pada masa itu. Sementara itu, pengetahuan di bidang matematika, astronomi, dan kedokteran yang dikembangkan oleh ilmuwan Islam menjadi fondasi penting bagi kemajuan ilmu modern di Eropa. Dunia Barat banyak menerjemahkan kembali karya para ilmuwan Muslim sebagai dasar kebangkitan mereka di masa Renaisans. Melalui kisah panjang Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah, kamu bisa melihat betapa besarnya peran umat Islam dalam membangun peradaban dunia. Kejayaan ini tidak hanya lahir dari kekuatan politik, tetapi juga dari kecintaan terhadap ilmu, keterbukaan terhadap gagasan, dan semangat untuk terus belajar. Warisan tersebut menjadi pengingat bahwa peradaban sejati tumbuh dari pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Kini, tugas generasi modern adalah melanjutkan semangat tersebut agar kejayaan Sejarah peradaban Islam di Timur Tengah tetap hidup dan relevan di masa kini. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: Ilustrasi

Read More
Islam di Eropa

Sejarah Panjang Islam di Eropa! Dari Spanyol, Italia, hingga Balkan yang Jarang Diketahui

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Tidak banyak yang tahu bahwa Islam di Eropa memiliki sejarah panjang dan kaya akan warisan peradaban. Kisahnya bukan sekadar catatan penaklukan, melainkan perjalanan ilmu pengetahuan, seni, dan kebudayaan yang membentuk wajah Eropa modern. Sejak pasukan Tariq bin Ziyad menaklukkan Andalusia pada tahun 711 M, Islam di Eropa mulai menorehkan pengaruh besar yang melampaui batas agama dan waktu. Dari Spanyol, pengaruh itu meluas ke Italia Selatan, Balkan, hingga Rusia. Dan setiap wilayah menyimpan kisah tersendiri tentang bagaimana Islam beradaptasi, tumbuh, dan meninggalkan jejak yang tak lekang oleh zaman. Sejarah Awal Islam di Eropa Masuknya Islam di Eropa bermula pada abad ke-8 ketika Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan Andalusia. Dipimpin oleh Tariq bin Ziyad, umat Muslim membangun peradaban yang maju di kota-kota seperti Córdoba, Sevilla, dan Granada. Andalusia kemudian menjadi simbol kejayaan Islam di benua biru. Selama hampir delapan abad, wilayah ini menjadi pusat ilmu pengetahuan, sastra, dan arsitektur. Di sana, muncul ilmuwan besar seperti Ibnu Rushd dan Ibnu Zuhr yang karyanya turut menginspirasi pemikiran Eropa pada masa Renaissance. Namun, kejayaan itu mulai pudar ketika Granada jatuh pada tahun 1492. Setelahnya, umat Muslim diusir secara besar-besaran pada abad ke-16 dan ke-17. Meski begitu, pengaruh Islam di Eropa tidak benar-benar hilang, melainkan bertransformasi menjadi bagian dari warisan budaya dan intelektual Eropa. Baca juga: Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia Melalui Jalur Perdagangan Islam di Italia dan Sisilia Italia juga menjadi bagian penting dalam kisah Islam di Eropa. Sekitar abad ke-9, pasukan Muslim dari Afrika Utara mulai menguasai beberapa wilayah di Italia Selatan, termasuk Pulau Sisilia. Selama masa kekuasaan tersebut, Sisilia berkembang menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan. Pengaruh Islam terlihat jelas dalam arsitektur dan tata kota. Gaya bangunan dengan lengkungan khas, mozaik geometris, dan taman simetris menunjukkan perpaduan indah antara budaya Islam dan Eropa. Hingga kini, kota Palermo di Sisilia masih menyimpan banyak peninggalan arsitektur yang mencerminkan jejak kehadiran Islam di Eropa pada masa lalu. Islam di Balkan dan Rusia Wilayah Balkan menjadi pintu penting penyebaran Islam di Eropa melalui Kekaisaran Ottoman. Sejak abad ke-14, Ottoman memperluas kekuasaannya hingga ke Bosnia, Albania, dan sebagian besar Semenanjung Balkan. Di wilayah ini, Islam tidak hanya menjadi agama, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan sosial masyarakat. Hingga saat ini, negara seperti Bosnia-Herzegovina dan Albania masih memiliki populasi Muslim yang signifikan. Sementara itu, di Rusia, penyebaran Islam dimulai lebih awal, yakni pada abad ke-8 ketika panglima Qutaibah bin Muslim menaklukkan sebagian wilayah Asia Tengah. Komunitas Muslim Tatar di Rusia hingga kini masih menjaga tradisi dan keimanan yang menjadi bagian dari keberagaman Islam di Eropa. Baca juga: Sejarah Perjuangan Islam Melawan Penjajah di Indonesia: Sejarah yang Terlupakan Warisan dan Pengaruh Islam di Eropa Modern Warisan Islam di Eropa masih terlihat jelas hingga hari ini. Dalam bidang arsitektur, keindahan Istana Alhambra di Granada menjadi simbol kemegahan seni Islam dengan detail ukiran muqarnas dan pola arabesque. Dalam ilmu pengetahuan, Eropa banyak berutang pada ilmuwan Muslim yang memperkenalkan konsep matematika, kedokteran, dan astronomi. Bahkan, pengaruh ini ikut memicu lahirnya gerakan Renaissance yang mengubah wajah Eropa secara intelektual. Selain itu, budaya Islam juga memberi warna dalam gaya hidup, musik, dan bahkan kuliner di beberapa wilayah Eropa. Keberagaman ini menunjukkan bahwa Islam di Eropa bukan hanya bagian dari masa lalu, melainkan juga elemen penting dalam membentuk peradaban modern yang menghargai toleransi dan pengetahuan. Sejarah Islam di Eropa adalah bukti bahwa peradaban dapat berkembang melalui pertukaran budaya dan pengetahuan, bukan hanya melalui peperangan. Dari Andalusia hingga Balkan, Islam meninggalkan jejak mendalam dalam arsitektur, ilmu, dan seni yang masih hidup hingga kini. Melihat perjalanan panjang itu, kamu bisa memahami bahwa Islam di Eropa bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan cerminan harmoni dan kemajuan yang lahir dari keberagaman. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: Ilustrasi

Read More
Sejarah masuknya Islam di Afrika

Bukti Sejarah Masuknya Islam di Afrika, Dari Penaklukan Damai hingga Warisan Budaya yang Abadi

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Sejarah masuknya Islam di Afrika bukan sekadar catatan perjalanan agama, tetapi juga kisah panjang tentang pertemuan dua peradaban besar Arab dan Afrika, yang menghasilkan warisan budaya luar biasa hingga kini. Dari padang pasir Mesir hingga hutan tropis di Afrika Barat, jejak Islam membentuk identitas sosial, politik, dan spiritual benua hitam. Kisah ini memperlihatkan bagaimana penyebaran Islam tidak selalu melalui pedang, melainkan lewat perdagangan, pendidikan, dan dakwah damai yang mengakar dalam kehidupan masyarakat setempat. Dan melalui perjalanan dalam artikel ini, kamu akan memahami bagaimana sejarah masuknya Islam di Afrika menjadi salah satu bab penting dalam perkembangan peradaban dunia. Awal Mula Sejarah Masuknya Islam di Afrika Untuk memahami sejarah masuknya Islam di Afrika, kamu perlu kembali ke abad ke-7 Masehi, masa ketika ekspansi kekuasaan Islam sedang mencapai puncaknya. Penaklukan wilayah di Afrika Utara menjadi pintu gerbang awal bagi penyebaran agama Islam di benua tersebut. Salah satu tokoh penting dalam fase awal ini adalah Amr bin Ash, yang berhasil menaklukkan Mesir pada tahun 641 M. Penaklukan ini bukan hanya berorientasi pada kekuasaan politik, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam membangun pusat dakwah dan pemerintahan Islam di Afrika. Setelah Mesir, wilayah-wilayah lain seperti Libya, Tunisia, dan Aljazair pun mulai terpengaruh oleh peradaban Islam. Kota Kairouan yang didirikan pada tahun 670 M di Tunisia menjadi simbol penting dalam sejarah masuknya Islam di Afrika. Kota ini berfungsi sebagai pangkalan militer sekaligus pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan Islam. Dari Kairouan, ajaran Islam terus menyebar ke berbagai wilayah, membawa nilai-nilai keadilan, ilmu, dan kebersamaan yang menjadi dasar masyarakat Islam Afrika. Baca juga: Beberapa Sejarah Perang Islam Yang Dilakukan Dalam Bulan Ramadhan Dakwah Damai dan Perdagangan Sebagai Jalan Penyebaran Islam Meski ekspansi awal dilakukan melalui penaklukan, sebagian besar sejarah masuknya Islam di Afrika justru ditandai oleh penyebaran damai melalui perdagangan dan dakwah. Jalur perdagangan Trans-Sahara memainkan peran penting dalam hal ini. Pedagang Muslim dari Arab dan Afrika Utara membawa bukan hanya barang dagangan seperti emas, garam, dan kain, tetapi juga nilai-nilai Islam yang menginspirasi masyarakat lokal. Di Afrika Barat, para pedagang dan ulama memperkenalkan ajaran Islam dengan cara yang bijaksana dan terbuka terhadap budaya setempat. Banyak raja dan bangsawan tertarik pada nilai moral dan sistem sosial Islam, yang kemudian diadopsi ke dalam struktur pemerintahan mereka. Proses ini menjadikan Islam bukan sekadar agama baru, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat. Selain itu, dakwah damai berperan besar dalam memperluas pengaruh Islam hingga ke wilayah pesisir Timur Afrika. Di sana, ajaran Islam berkembang melalui hubungan harmonis antara pendatang Arab dan penduduk lokal, melahirkan budaya baru yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan toleransi. Baca juga: Menelusuri Sejarah Perang Badar Yang Mengubah Arah Peradaban Islam Akulturasi Budaya Sebagai Bukti Hidup Warisan Sejarah Islam di Afrika Salah satu bukti kuat dari sejarah masuknya Islam di Afrika adalah terjadinya akulturasi budaya yang memadukan unsur Arab dan Afrika. Bahasa Arab menjadi bahasa ilmu dan pemerintahan, sementara bahasa lokal seperti Swahili banyak menyerap kosakata Arab, mencerminkan perpaduan dua dunia yang harmonis. Dalam bidang seni dan arsitektur, pengaruh Islam terlihat jelas. Kaligrafi dan pola geometris khas Islam berpadu dengan estetika tradisional Afrika dalam karya seni, tembikar, hingga arsitektur masjid. Masjid-masjid tua seperti di Pantai Gading dan Mali menjadi saksi bisu perjalanan sejarah ini. Gaya arsitektur Sudano-Sahelian, misalnya, adalah perpaduan unik antara tradisi lokal dan pengaruh Islam, yang kini diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO. Tak hanya itu, Islam juga melahirkan pusat-pusat pendidikan besar di Afrika seperti Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko. Kedua lembaga ini hingga kini menjadi bukti bahwa Islam di Afrika bukan hanya tentang keimanan, tetapi juga tentang ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban. Melihat seluruh perjalanan panjang ini, sejarah masuknya Islam di Afrika adalah kisah tentang transformasi, harmoni, dan keteguhan budaya. Dari penaklukan awal di Mesir hingga berkembangnya pusat pendidikan dan seni Islam di seluruh benua, Islam berhasil menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat Afrika. Warisan arsitektur, bahasa, dan nilai-nilai sosial yang masih bertahan hingga kini menjadi bukti nyata bahwa pengaruh Islam di Afrika bukan sekadar sejarah, melainkan bagian dari identitas abadi benua tersebut. Dengan memahami sejarah masuknya Islam di Afrika, kamu dapat melihat betapa kuatnya peran agama ini dalam membentuk wajah peradaban dunia yang penuh keberagaman dan kedamaian. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: Ilustrasi

Read More
Islam di Asia Tenggara

Perjalanan Panjang Masuknya Islam di Asia Tenggara dan Pengaruhnya Hingga Kini

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Islam di Asia Tenggara bukan sekadar kisah penyebaran agama, melainkan perjalanan panjang yang membentuk wajah peradaban kawasan ini hingga hari ini. Sejak abad ke-7, ajaran Islam datang bukan dengan pedang, melainkan dengan senyum dan perdagangan. Para pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India memperkenalkan Islam di Asia Tenggara melalui interaksi damai, membawa nilai-nilai spiritual yang kemudian berakar kuat dalam kehidupan masyarakat setempat. Dari pesisir Sumatera hingga ke pelosok kepulauan Filipina Selatan, pengaruhnya berkembang melalui jaringan perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan seni yang sarat makna budaya. Jalur Perdagangan Sebagai Awal Masuknya Islam di Asia Tenggara Masuknya Islam di Asia Tenggara diawali melalui jalur perdagangan yang ramai sejak abad ke-7. Saat itu, kawasan ini menjadi pusat lalu lintas ekonomi antara Timur Tengah, India, dan Tiongkok. Para pedagang Muslim yang datang bukan hanya membawa rempah-rempah, kain, dan logam mulia, tetapi juga nilai-nilai tauhid dan etika Islam. Melalui hubungan dagang yang jujur dan interaksi sosial yang harmonis, penduduk lokal mulai mengenal dan menerima ajaran Islam. Kota-kota pesisir seperti Barus di Sumatera menjadi tempat awal munculnya komunitas Muslim. Mereka kemudian mendirikan perkampungan, masjid, dan lembaga keagamaan sederhana. Dari sinilah benih peradaban Islam di Asia Tenggara tumbuh dan berkembang, menjadi fondasi kuat bagi penyebaran Islam ke wilayah lain seperti Malaka, Aceh, dan Jawa. Baca juga: Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia Melalui Jalur Perdagangan Jalur Perkawinan Sebagai Bentuk Harmoni Sosial dalam Penyebaran Islam Selain perdagangan, jalur perkawinan menjadi faktor penting dalam mempercepat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Pedagang Muslim yang menetap di pesisir sering menikah dengan penduduk lokal, termasuk kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan. Pernikahan ini bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga dua budaya dan dua kepercayaan. Salah satu kisah terkenal adalah perkawinan antara Raja Brawijaya dari Majapahit dengan Putri Jeumpa dari Aceh. Hubungan semacam ini mempererat jalinan sosial dan memperluas pengaruh Islam di kalangan elit. Melalui pendekatan kekeluargaan, ajaran Islam diterima dengan terbuka tanpa paksaan. Proses ini membuktikan bahwa Islam di Asia Tenggara tumbuh secara alami, menyatu dengan nilai-nilai lokal tanpa menghapus tradisi yang telah ada. Jalur Pendidikan dan Dakwah dengan Pesantren Sebagai Pusat Penyebaran Ilmu Salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam di Asia Tenggara adalah berkembangnya lembaga pendidikan seperti pesantren. Tokoh-tokoh seperti Raden Rahmat di Ampel Denta dan Sunan Giri mendirikan pesantren sebagai pusat dakwah, tempat belajar agama, dan pembentukan moral masyarakat. Lulusan pesantren ini kemudian berperan besar dalam menyebarkan Islam ke wilayah lain, termasuk Maluku dan Kalimantan. Tradisi pesantren yang mengutamakan ilmu, akhlak, dan kebersamaan menjadikan Islam di Asia Tenggara tidak hanya dipahami sebagai keyakinan, tetapi juga sebagai sistem kehidupan yang membentuk karakter umat. Hingga kini, pesantren tetap menjadi benteng pendidikan Islam yang berperan penting dalam melahirkan generasi berilmu dan berakhlak mulia. Melalui  Jalur Kesenian, Dakwah Melalui Budaya dan Kreativitas Kesenian menjadi cara unik dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Para wali dan ulama menggunakan seni sebagai media dakwah agar ajaran Islam mudah diterima masyarakat. Salah satu contoh paling terkenal adalah Sunan Kalijaga yang menggunakan wayang sebagai sarana menyampaikan nilai-nilai keislaman. Metode ini menunjukkan bagaimana Islam menyesuaikan diri dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensinya. Arsitektur masjid, kaligrafi, dan musik gambus juga menjadi bukti nyata bahwa Islam di Asia Tenggara mampu berakulturasi secara damai dan indah. Hasil perpaduan budaya ini masih bisa kamu lihat hingga sekarang, dari ukiran masjid kuno di Demak hingga seni tradisi Melayu yang sarat nilai-nilai Islam. Baca juga: Makna Sejarah dalam Islam, Beda dengan History ala Sekuler Pengaruh Islam di Asia Tenggara Hingga Kini Jejak Islam di Asia Tenggara tidak berhenti di masa lalu. Hingga kini, pengaruhnya masih terasa kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang seni dan budaya, nilai-nilai Islam tampak jelas pada karya arsitektur, sastra, dan tradisi masyarakat. Dalam sistem sosial, Islam menanamkan nilai kekeluargaan, keadilan, dan solidaritas yang menjadi ciri khas masyarakat Asia Tenggara. Sementara di bidang pendidikan, pesantren dan madrasah terus berkembang sebagai lembaga penting dalam membentuk karakter generasi muda. Islam di Asia Tenggara bukan hanya warisan sejarah, melainkan kekuatan moral dan spiritual yang terus hidup di tengah arus modernisasi. Perjalanan panjang Islam di Asia Tenggara adalah bukti bahwa agama ini menyebar melalui kedamaian, ilmu, dan budaya. Dari jalur perdagangan hingga kesenian, Islam tumbuh menyatu dengan masyarakat tanpa menimbulkan konflik. Hingga hari ini, Islam di Asia Tenggara tetap menjadi pilar utama dalam membangun peradaban yang berakar pada nilai keimanan, ilmu pengetahuan, dan harmoni sosial. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: Ilustrasi

Read More
Sejarah Islam di Andalusia

Jejak Gemilang Sejarah Islam di Andalusia, Dari Kejayaan hingga Kejatuhan yang Menggetarkan Dunia

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Ketika mendengar kata Andalusia, bayangan tentang arsitektur megah, perpustakaan luas, dan peradaban yang maju mungkin terlintas di pikiranmu. Namun, di balik semua itu tersimpan kisah luar biasa tentang Sejarah Islam di Andalusia, sebuah perjalanan panjang yang menggambarkan puncak kejayaan sekaligus masa kejatuhan peradaban Islam di Eropa. Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan cerminan bagaimana ilmu, budaya, dan keimanan berpadu menciptakan zaman keemasan yang tak tertandingi dalam sejarah dunia. Awal Mula Sejarah Islam di Andalusia Untuk memahami Sejarah Islam di Andalusia, kamu perlu menengok kembali ke abad ke-8 Masehi. Pada tahun 711, seorang jenderal Muslim bernama Thariq bin Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dan berhasil menaklukkan wilayah Hispania dari kekuasaan Visigoth. Penaklukan ini menjadi pintu gerbang bagi berdirinya pemerintahan Islam di Semenanjung Iberia. Nama Andalusia sendiri berasal dari kata Al-Andalus, istilah yang digunakan umat Islam untuk menyebut wilayah tersebut. Keberhasilan Thariq bin Ziyad bukan hanya karena kekuatan militer, tetapi juga karena strategi diplomasi yang cerdas dan kemampuan umat Islam dalam mengelola wilayah baru dengan keadilan. Dalam waktu singkat, Islam menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat, membawa perubahan besar di bidang pemerintahan, ekonomi, hingga budaya. Baca juga: Makna Sejarah dalam Islam, Beda dengan History ala Sekuler Masa Keemasan dalam Perpaduan Ilmu dan Kebudayaan Puncak kejayaan Sejarah Islam di Andalusia terjadi pada masa Dinasti Umayyah di bawah kepemimpinan Abdurrahman III dan penerusnya. Cordoba, ibu kota Andalusia, menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Di kota ini berdiri lebih dari 70 perpustakaan, rumah sakit, dan lembaga pendidikan yang menampung para ilmuwan dari berbagai belahan dunia. Di masa ini, berbagai disiplin ilmu berkembang pesat. Tokoh-tokoh besar seperti Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Bajjah, dan Al-Zahrawi lahir dari tanah Andalusia. Ilmu kedokteran, matematika, filsafat, hingga arsitektur Islam mencapai tingkat kemajuan luar biasa. Bahkan, karya-karya para ilmuwan Muslim dari Andalusia menjadi dasar perkembangan ilmu di Eropa pada masa Renaisans. Kehidupan sosial di Andalusia juga menunjukkan toleransi tinggi. Umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan dengan damai, saling bertukar pengetahuan dan budaya. Inilah yang membuat peradaban Andalusia menjadi contoh harmonisasi umat beragama yang sulit ditemukan di masa lain. Kejatuhan dan Akhir Kekuasaan Islam di Andalusia Namun, Sejarah Islam di Andalusia tidak selalu diwarnai kejayaan. Seiring berjalannya waktu, perpecahan internal di kalangan penguasa Muslim menjadi titik awal kehancuran. Setelah runtuhnya Dinasti Umayyah pada abad ke-11, Andalusia terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang disebut taifa. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kerajaan-kerajaan Kristen di utara, yang perlahan melakukan penaklukan kembali melalui gerakan Reconquista. Pada tahun 1492, kerajaan terakhir Islam di Granada akhirnya jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella dari Spanyol. Kejatuhan ini menandai berakhirnya tujuh abad kekuasaan Islam di Eropa. Namun, jejaknya tetap abadi, dari kemegahan Alhambra hingga pengaruh bahasa Arab dalam bahasa Spanyol modern. Baca juga: Sejarah Islam Masuk ke Tajikistan Hingga Pelarangan Penggunaan Jilbab Warisan Abadi dari Sejarah Islam di Andalusia Meski kekuasaan Islam di Andalusia telah berakhir, warisannya tetap hidup hingga kini. Seni arsitektur seperti Masjid Cordoba dan Istana Alhambra menjadi bukti kemegahan masa lalu. Tak hanya itu, warisan keilmuan dari para cendekiawan Muslim Andalusia masih memengaruhi dunia pendidikan dan sains hingga zaman modern. Sejarah Islam di Andalusia bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan pelajaran berharga bagi generasi kini. Dari kejayaan hingga kejatuhannya, Andalusia mengajarkan bahwa ilmu, keadilan, dan toleransi adalah fondasi peradaban yang sejati. Melalui pemahaman akan sejarah ini, kamu bisa menyadari betapa besar kontribusi Islam terhadap peradaban dunia dan pentingnya menjaga nilai-nilai tersebut di masa sekarang. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: Ilustrasi

Read More

Hari Santri 2025: Menag Canangkan Direktorat Eselon I Khusus Pesantren

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Peringatan Hari Santri Nasional 2025 menjadi momen penting bagi dunia pesantren di Indonesia. Dalam acara pembukaan Hari Santri yang digelar Kementerian Agama (Kemenag), Menteri Agama (Menag) Nazaruddin Umar mengumumkan rencana pembentukan Direktorat Eselon I khusus pesantren. Langkah ini disebut sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam memperkuat peran pesantren sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Menag, pesantren memiliki kontribusi besar dalam sejarah perjuangan bangsa serta pembangunan moral dan spiritual masyarakat Indonesia. Karena itu, penguatan struktur kelembagaan di Kemenag yang secara khusus menangani urusan pesantren dinilai sangat mendesak. “Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan. Ia adalah pusat pembentukan karakter, moralitas, dan bahkan ekonomi umat. Karena itu, sudah saatnya pesantren memiliki direktorat khusus di tingkat Eselon I yang fokus mengurus kebijakan, program, dan pengembangannya,” ujar Nazaruddin Umar saat membuka peringatan Hari Santri 2025 di Jakarta, seperti dikutip dari Kemenag.go.id Pesantren Sebagai Pilar Pendidikan dan Kebangsaan Sejak dulu, pesantren telah menjadi bagian penting dari sistem pendidikan Indonesia. Lembaga ini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk karakter mandiri, tangguh, dan berjiwa kebangsaan. Menag menilai bahwa penguatan pesantren akan membantu menciptakan keseimbangan antara spiritualitas, intelektualitas, dan kemandirian ekonomi santri. “Santri hari ini adalah penerus ulama masa depan. Maka, pesantren harus diperkuat bukan hanya secara fisik, tapi juga secara kelembagaan agar mampu menghadapi tantangan zaman,” tutur Menag. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung pesantren, seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren dan alokasi dana abadi pesantren. Namun, Nazaruddin Umar menilai bahwa dukungan struktural di tingkat pusat masih perlu diperkuat agar koordinasi dan implementasi kebijakan lebih efektif. Baca juga: Pemerintah Tanggapi Isu Dapur Fiktif dalam Program MBG Rencana Pembentukan Direktorat Khusus Pesantren Pembentukan Direktorat Eselon I ini nantinya akan menjadi lembaga tertinggi di bawah Kementerian Agama yang fokus pada urusan pesantren. Selama ini, urusan pesantren berada di bawah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) yang masih termasuk dalam Ditjen Pendidikan Islam. Dengan adanya direktorat khusus, diharapkan pengelolaan pesantren menjadi lebih fokus dan terkoordinasi, mulai dari pengembangan kurikulum, kesejahteraan guru dan santri, hingga digitalisasi administrasi pesantren. “Kami ingin memastikan bahwa kebijakan terhadap pesantren tidak sekadar bersifat administratif, tetapi substantif. Direktorat ini nantinya akan mengawal transformasi pesantren menjadi lembaga pendidikan yang modern tanpa kehilangan ruh keislamannya,” jelas Menag. Selain itu, rencana ini juga sejalan dengan semangat Hari Santri 2025 yang mengusung tema ‘Santri Mandiri, Pesantren Maju, Indonesia Berdaya’. Tema ini menegaskan bahwa kemandirian pesantren harus menjadi pilar bagi kebangkitan ekonomi umat dan ketahanan sosial bangsa. Harapan untuk Masa Depan Pesantren Menag berharap pembentukan Direktorat Eselon I dapat segera terealisasi dalam waktu dekat setelah mendapat kajian mendalam dari pihak Kemenag dan Kementerian PAN-RB. Langkah ini akan menandai babak baru bagi tata kelola pesantren di Indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Nazaruddin Umar juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, ormas Islam, dan masyarakat pesantren untuk memperkuat nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. “Pesantren harus menjadi pusat kebudayaan Islam Indonesia yang ramah, toleran, dan berkeadaban. Santri tidak boleh hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga harus siap berkontribusi dalam sains, teknologi, dan sosial kemasyarakatan,” ujar Menag. Langkah strategis ini disambut positif oleh berbagai kalangan pesantren. Banyak pengasuh pondok pesantren menyambut baik inisiatif tersebut karena dinilai akan memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan pesantren secara menyeluruh, termasuk dalam bidang fasilitas, pendanaan, dan pembinaan SDM. Baca Juga: Ekspor Nikel RI ke China Capai US$ 2,73 Miliar, Tantangan Diversifikasi Masih Mengemuka Pesantren dan Transformasi Digital Selain memperkuat kelembagaan, pemerintah juga mendorong pesantren agar tidak tertinggal dalam transformasi digital. Direktorat khusus nantinya akan mengembangkan program digitalisasi data pesantren, sistem pelaporan daring, dan pelatihan literasi digital bagi santri dan pengajar. Upaya ini diharapkan bisa membantu pesantren beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan karakter khasnya. Dengan demikian, pesantren dapat tetap menjadi pusat pendidikan Islam yang berakar kuat di tradisi, namun terbuka terhadap inovasi. Menag menutup sambutannya dengan pesan bahwa Hari Santri bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan momentum refleksi bagi seluruh umat Islam di Indonesia. “Hari Santri harus menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bangsa ini tidak lepas dari perjuangan para santri. Dan hari ini, kita teruskan perjuangan itu dengan cara memperkuat pesantren,” pungkasnya. Penulis: Glancy Verona Editor: Toto Budiman Ilustrasi by AI

Read More

Gaza Update-Jubir Pejuang Palestina: Kesepakatan Pertukaran Tawanan Menandai Jalan untuk Mengakhiri Perang Genosida

Fase pertama pertukaran tawanan Palestina dan Israel merupakan titik balik mengakhiri perang genosida Gaza – 1miliarsantri.net: Juru bicara gerakan perlawanan Palestina, Hazem Qassem, menyebut kesepakatan tahap pertama pertukaran tawanan sebagai momen bersejarah yang menandai arah baru menuju berakhirnya perang genosida di Jalur Gaza. Dalam pernyataannya setelah proses pertukaran yang dimediasi oleh Mesir dan Turki, serta melibatkan Qatar dan Amerika Serikat, Qassem menegaskan bahwa kesepakatan ini bukan sekadar langkah kemanusiaan, melainkan juga pencapaian politik dan simbol persatuan nasional Palestina. Momen Persatuan dan Ketahanan Nasional Qassem menggambarkan tahap pertama pertukaran tawanan ini sebagai momen persatuan dan ketahanan nasional. Ia menekankan bahwa seluruh proses dijalankan dengan presisi, profesionalisme, dan koordinasi mendalam di antara berbagai faksi Palestina. Menurutnya, kesepakatan ini menunjukkan bahwa keteguhan dan solidaritas rakyat Palestina mampu meraih kemenangan, di saat agresi militer gagal mencapai tujuannya. Kesepakatan Dijalankan Secara Transparan dan Bertanggung Jawab Pertukaran ini mencakup tahanan dengan hukuman seumur hidup, serta mereka yang ditahan selama agresi terbaru di Gaza. Lebih dari 1.700 tahanan dari Jalur Gaza dan sekitar 250 dari Tepi Barat dan Yerusalem dijadwalkan mendapatkan kembali kebebasan mereka. Visi Nasional di Atas Kepentingan Politik Gerakan perlawanan menegaskan bahwa negosiasi ini tidak dilandasi oleh kepentingan politik, melainkan oleh visi nasional bersama. Semua tahanan diperlakukan sebagai bagian dari satu tubuh rakyat Palestina yang tengah memperjuangkan martabat dan kebebasan. Qassem menambahkan bahwa kesepakatan ini adalah titik balik penting — bukan hanya dalam dinamika politik, tetapi juga dalam kesadaran kolektif rakyat Palestina, yang semakin menyadari kekuatan persatuan di tengah penderitaan panjang akibat blokade dan agresi. Rakyat Palestina Menyambutnya Sebagai Kemenangan Kemanusiaan Ketika perayaan kegembiraan yang tenang menyebar ke seluruh kota dan kamp Palestina, perjanjian itu dipuji sebagai kemenangan kemanusiaan dan penegasan kembali ketahanan. Keadaan ini mencerminkan momen yang rapuh namun vital, sekilas keadilan di tengah kehancuran, dan pengingat bahwa persatuan tetap menjadi kekuatan Gaza yang paling abadi.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : SAFA AGENCY

Read More

Literasi Sehat Berinternet dipilih sebagai Tema Pelatihan Cyberheroes 2025 PT Telkom dan BMM

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, ancaman kejahatan siber dan penyalahgunaan internet menjadi perhatian serius bagi generasi muda. Literasi sehat berinternet kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari penggunanya. Namun, di balik kemudahan akses informasi dan komunikasi yang ditawarkannya, dunia maya juga menyimpan berbagai risiko seperti hoaks, ujaran kebencian, penipuan digital, hingga penyalahgunaan data pribadi. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Indonesia pada tahun 2024 telah mencapai lebih dari 78% dari total populasi, dengan mayoritas pengguna berasal dari kelompok usia produktif dan remaja. Kampanye literasi sehat internet bagi penggunanya, mesti menjadi perhatian khusus agar dampak positif bisa dirasakan dari kemajuan teknologi ini. Fakta ini menunjukkan bahwa internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari siswa mulai dari sarana belajar, akses informasi, hingga media komunikasi. Namun, di balik berbagai manfaatnya, dunia maya juga menyimpan potensi bahaya jika tidak diiringi dengan literasi sehat berinternet di era digital yang memadai. Kurangnya pemahaman tentang etika dan keamanan berinternet telah menimbulkan berbagai persoalan serius di kalangan pelajar, seperti penipuan daring (online scam), perundungan siber (cyberbullying), penyebaran hoaks, serta paparan konten yang tidak pantas. Kondisi ini mendorong perlunya pembekalan yang komprehensif bagi siswa agar mampu menggunakan internet secara sehat, bijak, dan bertanggung jawab. Baca juga : keamanan siber perbankan Menjawab tantangan tersebut, PT Telkom Indonesia berkolaborasi dengan Baitulmaal Muamalat (BMM) menggelar kegiatan “Pelatihan Cyberheroes: Literasi Sehat Berinternet.” Cara Kerja Kejahatan Siber dalam Dunia Digital Program ini diikuti oleh 1.800 siswa di 30 sekolah yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara, sebagai upaya membangun generasi muda yang tangguh menghadapi ancaman dunia digital. Pelatihan ini dibagi menjadi tiga batch, yaitu pada 27 September, 04 Oktober dan 09 Oktober 2025. Adapun pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya berfokus pada edukasi, tetapi juga praktik langsung dan pembentukan Duta Cyberheroes di setiap sekolah yang menjadi peserta pelatihan. Baca juga : Transformasi Digital Sekolah Langkah Penting Menuju Pendidikan Masa Depan Pelatihan ini menghadirkan Joni Setiyawan Saputra, S.Pd selaku narasumber, beliau menjelaskan tiga jenis kejahatan siber dalam dunia digital berupa Malware yang merupakan perangkat lunak berbahaya, dan Ransomware yang membuat seluruh data terkunci. Untuk membukanya pelaku kejahatan menggunakan tebusan dan Social Engineering yang menggunakan teknik manipulasi psikologi untuk membuat korban secara sukarela memberikan akses digital mereka. “Literasi digital penting untuk semua orang yang menggunakan internet karena yang menjadi target adalah manusia. Hindari membagikan informasi pribadi, data keuangan dan rahasia dagang yang bersifat rahasia ke ruang digital yang mudah diakses semua orang,” ujar Joni. Karena itu, literasi sehat berinternet menjadi kemampuan penting yang harus dimiliki setiap pengguna agar dapat berselancar di dunia digital dengan cerdas, aman, dan bertanggung jawab. Dengan literasi ini, masyarakat tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga mampu menjadi produsen konten positif yang berkontribusi bagi ekosistem digital yang lebih sehat. (**) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman Gambar : Ilustrator AI

Read More

Menteri Keuangan Purbaya Tentang Usulan ‘Family Office’ Luhut : Ya Bangun Saja Sendiri

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak penggunaan APBN untuk membiayai skema family office yang diusulkan Luhut. Jakarta – 1miliarsantri.net: Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi usulan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, tentang pembentukan “Famili Office”, yang telah lama diinisiasi oleh mantan Menko Marvest itu. Wacana pembentukan family office di Indonesia kembali menuai sorotan setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan penolakannya terhadap penggunaan dana APBN untuk proyek tersebut. Usulan pembentukan family office (kantor keluarga atau manajemen kekayaan ultra-kaya) di Indonesia telah lama mengemuka, terutama melalui peran Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan (LBP), sebagaimana dikutip dari finance.detik.com. Konsep ini dirancang sebagai pusat keuangan atau Wealth Management Consulting (WMC) yang melayani individu dan keluarga dengan aset besar, dan diharapkan menarik dana investasi luar negeri masuk ke dalam negeri. Rencana konkret menyebutkan Bali sebagai lokasi potensial untuk KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) pusat keuangan + family office. Namun, pertanyaan muncul: dari mana sumber dana pembangunan dan operasionalnya? Inilah yang memicu respons dari Menteri Keuangan Purbaya. Pernyataan Tegas Menteri Keuangan Purbaya: “Bangun Sendiri, Tak Gunakan APBN” Dalam pernyataannya kepada wartawan (13 Oktober 2025), Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa pemerintah pusat tidak akan mengalihkan dana APBN untuk mendanai berdirinya family office seperti yang diusulkan. Purbaya mengatakan: “Biar saja. Kalau DEN bisa bangun sendiri, ya bangun saja sendiri. Saya anggarannya nggak akan alihkan ke sana.” Ia menegaskan komitmen pada prinsip anggaran yang tepat waktu, tepat sasaran, dan tanpa kebocoran. Selain itu, ia juga menyatakan belum terlalu memahami sepenuhnya konsep family office yang diusulkan, meskipun Luhut sering membahasnya. Dengan demikian, Purbaya menolak penggunaan dana publik untuk proyek tersebut dan mengalihkan tanggung jawab kepada DEN atau pihak swasta. Implikasi dan Tantangan Kebijakan Tegaknya penolakan semacam ini menyiratkan sejumlah dampak dan tantangan: Inovasi Jangan Pakai Dana APBN, Bangun Saja Sendiri Usulan family office ala Luhut dipandang sebagai kemungkinan inovasi dalam sektor keuangan dan investasi, tetapi ketika menghadapi konsolidasi kebijakan anggaran, Menteri Keuangan Purbaya memilih sikap tegas: “ya bangun saja sendiri, jangan pakai APBN”. Sikap Purbaya Yudhi Sadewa terhadap usulan family office Luhut menjadi cermin ketegasan pengelolaan fiskal di era baru.Ia menegaskan bahwa setiap proyek harus memiliki dasar manfaat publik yang jelas, bukan sekadar prestise ekonomi. Ke depan, keberhasilan proyek semacam ini sangat bergantung pada desain pendanaan yang realistis, transparansi regulasi, serta kerja sama antara DEN, sektor swasta, dan lembaga keuangan. Bila tidak hati-hati, usulan jagaan kekayaan ini bisa berakhir sebagai beban fiskal atau proyek tanpa arah yang jelas.*** Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : detik finance bali.jpnn.com Foto : Kementerian Keuangan Kemenkeu Foto/Biro KLI – Wismu Nanda R. R.

Read More