Disaat Ditimpa Musibah dan Posisi Sulit, Rasulullah Kerap Berdzikir Yaa Hayyu Yaa Qayyum

Surabaya — 1miliarsantri.net : Masalah merupakan persoalan hidup yang harus dilewati oleh setiap manusia, tidak terkecuali umat Muslim. Masalah-masalah inilah yang membuat seseorang terus berproses menjadi lebih dewasa. Tingkatan kesulitannya tentu saja berbeda-beda, begitu juga cara mereka menyelesaikannya. Tetapi bagi seorang Muslim, Rasulullah saw telah mengajarkan umatnya untuk tidak lepas dari dzikir Ya Hayyu Ya Qayyum saat menghadapi cobaan yang amat sulit tersebut. Dzikir ini dipanjatkan Rasulullah ketika beliau sedang mengalami kesulitan. Melalui dzikir ini, Allah kemudian memberikan kemudahan atas kesulitan tersebut. Ya Hayyu Ya Qayyum sendiri merupakan nama-nama Allah yang terdapat dalam 99 Asmaul Husna. Al-Hayyu berarti Yang Maha Hidup dan al-Qayyum berarti Yang Maha Mandiri. Dijelaskan oleh Ibnu Qayyim dalam kitabnya Al-Jawabul Kafi Liman Saala ‘Anid Dawaaisy-Syafi dan dinukil oleh Abdul Syukur Al Azizi dalam bukunya Hati Bahagia Rizki tak Terhingga, Ya Hayyu Ya Qayyum juga dikenal sebagai Ismul a’dzham atau Ismullahil a’dzham. Ismul a’dzham atau Ismullahil a’dzham adalah nama Allah Yang Paling Agung yang ada di dalam Alquran. Nama-nama ini, jika digunakan untuk berdoa maka doa orang tersebut akan dikabulkan oleh Allah Swt dengan segera. Penggunaan doa ini juga telah banyak diamalkan oleh orang-orang shalih dan para wali Allah Swt sejak zaman dahulu, sebelum masa Rasulullah Saw hingga sekarang. Rasulullah Saw bersabda: “Ismullah al-A’dzham yang jika digunakan untuk berdoa, maka Allah Swt akan mengabulkan doanya, (yakni) yang terdapat dalam tiga surat Alquran, yaitu al-Baqarah, Ali Imran, dan Thaahaa.” (HR. Ibnu Majah, Hakim dan Thabrani). Ibnul Qayyim al-Jauziyah, menyebutkan, bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah Saw dalam hadits tersebut, menurut Al-Qasim adalah ya Hayyu ya Qayyum, yang terdapat dalam al-Baqarah ayat 255, Ali Imran ayat 2, dan Thaahaa ayat 111. Dalam hadits lain juga dikisahkan bahwa Rasulullah Saw bertanya kepada Abu Mundzir. Beliau bertanya, “Hai Abu Mundzir, tahukah kamu ayat Alquran yang menurutmu paling agung?” “Allah dan rasul-Nya lebih tahu,” jawab Abu Mundzir. Kemudian, Rasulullah Saw. kembali bertanya, “Hai Abu Mundzir, tahukah kamu ayat Alquran yang menurutmu paling agung?” Abu Mundzir menjawab, “Yaitu ayat, ‘Dia-lah Allah, Tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup, Yang Berdiri Sendiri (al-Hayyu, al-Qayyum).” Mendengar jawaban itu, Rasulullah Saw. menepuk dada Abu Mundzir seraya bersabda, “Demi Allah, sungguh dalam ilmumu, wahai Abu Mundzir!” Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa Nabi Isa As membaca al-Hayyu, al-Qayyum ketika menghidupkan orang yang telah mati. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa ketika Nabi Musa As. membelah Laut Merah saat dikejar oleh Fir’aun dan pasukannya, ia membaca Ahiyyan ya Hayy, Syarahiyyan ya Qayyum. Sementara itu, Sayyidina Ali Ra. meriwayatkan ketika terjadi Perang Badar, Rasulullah Saw bersujud memohon kepada Allah Swt agar memperoleh kemenangan sambil membaca ya Hayyu ya Qayyum. Keutamaan ya Hayyu ya Qayyum juga dinyatakan oleh Imam Ghazali. Menurutnya, orang yang senantiasa membaca dan mengamalkan Asmaul Husna ini, kata-kata dan perilakunya akan dipatuhi, mendapatkan rezeki dan kebijaksanaan, dijauhkan dari kesedihan, serta dilindungi dari berbagai bencana, seperti gempa bumi, banjir, kemalangan, tenggelam ketika pelayaran di laut, anak-anak tidak menurut nasihat orang tua, masalah bisnis, dan lain sebagainya. Keutamaan yang luar biasa dari ya Hayyu ya Qayyum juga dinyatakan dalam Tafsir Misbah. Pernyataan Quraish Shihab dalam tafsirnya ini seperti meneguhkan energi magis dua nama Allah Swt yang agung itu. Dalam Tafsir Misbah disebutkan bahwa tatkala membaca Ayat Kursi, seseorang akan menyerahkan jiwa dan raganya kepada Allah Swt. Kepada-Nya, ia akan meminta perlindungan. Dan saat itu, bisa jadi bisikan iblis melintas di dalam benaknya dan berkata, “Yang dimohonkan pertolongan dan perlindungan itu memang dulu pernah ada, tetapi kini telah mati”. Maka, penggalan ayat berikutnya yang meyakinkan ihwal kekeliruan bisikan makhluk terkutuk itu, yakni ayat yang berbunyi al-Hayyu (Yang Maha Hidup dengan kehidupan yang kekal). Namun, imbuh Quraish, si iblis belum tentu menyerah begitu saja, ia bisa datang lagi guna menerbitkan waham dan prasangka, seraya berkata, “Memang Dia hidup kekal, tetapi Dia pusing dengan urusan manusia, apalagi si pemohon”. Pada titik krusial itulah, sepenggal ayat yang berbunyi Qayyum (Sang Maha yang senantiasa menjaga makhluk-Nya) menampik bisikan dusta iblis itu. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa pada dua nama asma Allah Swt itu, tersimpan cadangan asa yang menggeliat dahsyat. Ya Hayyu dan ya Qayyum benar-benar serupa oase yang mampu memberikan spirit hidup bagi seseorang. Ya Hayyu ya Qayyum benar-benar dapat memberi kehidupan baru bagi seseorang. (yat) Baca juga :

Read More

Ustadz Syam: Musibah Juga Patut Disyukuri

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dai muda Ustadz Syam Elmarusy menegaskan bahwa musibah juga patut disyukuri, karena nikmat di akhirat lebih penting daripada nikmat di dunia. “Syukur itu ada dua macam yakni Syakir dan Syakur. Syakir adalah syukur karena mendapat nikmat sedang Syakur adalah syukur karena musibah,” urainya daat memberikan tausiyah di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS), Ahad (17/12/2023) Pendakwah yang tinggal di Jakarta itu menyampaikan hal itu dalam agenda bulanan MAS yakni “Majelis Subuh GenZI (Generasi Z Islami)” yang bertema “Rahasia Muda Penuh Karya”. Di hadapan 2.000-an GenZI dan milenial, ia menjelaskan syakur (syukur karena musibah) itu patut dilakukan, karena musibah (ujian di dunia) itu bisa menghasilkan kebaikan/nikmat di akhirat. “Kalau kita bersyukur, inSya-Allah, nikmat (kebaikan) kita akan bertambah, meski mungkin menderita di dunia. Ibarat orang pincang yang tetap shalat itu artinya sehat, karena orang yang sehat/kaya tapi tidak shalat itu justru (sebenarnya) sakit/miskin,” sambungnya. Dalam tausiyah yang diawali dengan Shalat Subuh Berjamaah dan Doa Khotmil Qur’an oleh KH Abdul Hamid Abdullah (Imam Besar MAS) itu, Ustadz Syam menyebut orang yang taat (shalat) adalah orang cerdas, dengan mencontohkan Uwais Al Qarni dari Yaman. “Kalau kita taat atau shalat termasuk hamba yang cerdas karena patuh atau mengikuti perintah Allah yang memberi nikmat. Contohnya, Uwais Al Qarni yang miskin, tapi shalatnya cukup kuat, bahkan saking miskinnya sempat makan sisa roti di tempat sampah agar kuat untuk shalat. Beliau juga dikenal berbakti pada ibunya,” katanya. Terkait tema “Rahasia Muda Penuh Karya” (MSG ke-7), ustadz Syam memberikan rahasia sukses berkarya dari Sahabat Abdullah Ibnu Abbas dan Imam Bukhary. “Rahasia sukses Abdullah Ibnu Abbas adalah Ilmu, karena dunia dapat diraih dengan ilmu, akhirat juga dapat diraih dengan ilmu, dan keduanya dapat diraih dengan ilmu. Ilmu dapat diraih dengan suka bertanya, hati yang terbuka (mudah paham), dan ada biaya untuk Sekolah/Mondok,” lanjutnya. Sementara itu, rahasia sukses dari Imam Bukhary adalah Tekad/niat yang kuat, Dawam (sering/rajin/biasa mengulang ilmu), dan berbakti kepada orang tua. (har) Baca juga :

Read More

Anak Nabi Juga Pembunuh

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Kisah Habil dan Qabil sangat populer dikalangan Muslimin. Mengingat, kisah keduanya merupakan tragedi dosa pembunuhan pertama yang dilakukan manusia. Inilah pelajaran pertama dari Allah bahwa manusia selalu digoda hawa nafsu untuk berbuat keburukan. Bukanlah jaminan putra seorang nabi yang mulia karena setan selalu hadir di setiap pembuluh darah manusia untuk bermaksiat kepada Allah. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi perseteruan kedua putra Adam tersebut? Cukup panjang kisah keduanya. Kisah keduannya dapat dibaca dalam Surah al-Maidah ayat 27-31. “Aduhai celaka aku!” teriak Qabil tak percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Tapi, tubuh saudaranya, Habil, telah membiru tinggal seonggok daging. Penyesalannya tak terkira. Ia hanya mampu memandangi wajah pucat Habil yang tewas digenggaman tangannya. Kisah bermula ketika Nabi Adam dan Hawa (Eve) dikaruniai empat orang anak. Pertama kali, Hawa melahirkan anak kembar, yakni Qabil (Cain) dan seorang anak perempuan. Lalu, tak lama kemudian sang ibunda umat manusia melahirkan kembali dua anak kembar, yakni Habil (Abil) dan seorang anak perempuan. Keluarga Adam pun hidup bahagia. Anak-anak tumbuh dengan sehat hingga dewasa. Qabil dan Habil pun dewasa dengan perawakan sehat. Qabil bekerja mengolah tanah atau bertani. Sementara, Habil memilih menjadi peternak. Kehidupan berjalan normal hingga turun perintah Allah kepada Adam untuk menikahkan putra-putrinya. Allah memerintahkan agar Adam menikahkan setiap putranya pada selain kembaran mereka. Artinya, Qabil menikah dengan kembaran Habil dan Habil menikah dengan kembaran Qabil. Maka, disampaikanlah berita tersebut oleh Adam kepada kedua putranya. Tapi, kecantikan fisik telah menjadi daya tarik manusia sejak masa silam. Hal ini pun meyebabkan Qabil merasa iri dengan adiknya, Habil. Penolakan serta-merta datang dari Qabil. Putra sulung Adam mengajukan protes. Ia tak setuju pilihan pasangannya. Menurutnya, kembaran Habil tak secantik kembarannya. Dia pun berontak pada perintah Allah tersebut dengan menolak menuruti nasihat sang ayah. Adam pun merasa dilema atas sikap putra sulungnya. Sang Nabi ingin keluarganya selalu harmonis dan diliputi kedamaian. Dia pun meminta pertolongan Allah. Doanya pun terkabul, Allah dengan kebijaksanaan-Nya meminta pengorbanan dari setiap putra Adam. Siapa yang pengorbanannya diterima akan mendapat keadilan di sisi-Nya. Habil pun kemudian mengorbankan seekor unta yang terbaik dari ternaknya. Tapi, Qabil justru mengorbankan hasil panen biji-bijian yang paling buruk. Allah pun tak menerima korban Qabil karena ia melakukannya tanpa diliputi keikhlasan. Selain itu, Allah juga murka karena Qabil tak mematuhi ayahnya. Bukan bertaubat, Qabil justru makin marah bukan kepalang. Karena itu, berarti ia tak dapat menikahi saudara kembarnya yang jelita. Dengan hati diliputi kemarahan, Qabil mendatangi Habil untuk membunuhnya. Ia mendekati tubuh saudaranya untuk segera dihabisi. Di ujung maut, Habil masih berusaha mengingatkan saudaranya bahwa membunuh adalah dosa besar. Ia terus mencoba agar saudaranya tak terjatuh pada dosa hingga mendapat kemurkaan Allah. Qabil tetap saja bergeming. Ia benar-benar siap membunuh saudaranya. Sementara, Habil enggan melukai saudaranya sehingga ia tak melawan. “Sungguh, jika kau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya, aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya, kamu akan kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri. Maka, kamu akan menjadi penghuni neraka dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim,” ujar Habil kembali menasihati saudaranya agar tak terjatuh pada dosa besar. Namun, Qabil justru mengambil sebuah batu besar kemudian memukulkannya pada tubuh saudaranya. Habil pun meninggal seketika. Inilah kematian pertama yang terjadi di muka bumi. Ini pula kejahatan pertama yang dilakukan manusia. Selang beberapa waktu pascapembunuhan, Adam mulai menyadari putra tercintanya Habil tak muncul. Ia pun mulai mencari keberadaannya, tapi hasilnya nihil. Adam kemudian menemui Qabil dan bertanya keberadaan Habil. Tapi, Qabil menjawab angkuh, “Aku bukanlah pelindung saudaraku,” jawabnya ketus. Mendengarnya, tahulah Adam bahwa Habil telah tiada. Ia pun diliputi kesedihan yang teramat sangat. Sementara itu, Qabil kembali ke lokasi pembunuhan. Saat itu, kemarahannya telah reda. Ia merasa bersalah atas apa yang dilakukannya pada Habil. Ia mondar-mandir memikirkan apa yang harus ia lakukan pada tubuh saudaranya yang tak lagi bernyawa. Mayat Habil pun digendongnya sembari mencari tempat untuk menyembunyikannya. Tapi, ia tak menjumpai tempat itu hingga aroma tak sedap keluar dari mayat Habil. Qabil putus asa, ia diliputi kebingungan untuk menangani mayat saudaranya. Atas rahmat Allah, dikirimlah dua ekor burung gagak untuk memberikan pelajaran bagi Qabil untuk menguburkan saudaranya. Demikian kisah Habil dan Qabil, dua putra Nabi Adam. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Tak menuruti hawa nafsu dan menaati perintah Allah merupakan hikmah yang patut dilakukan setiap Muslim. (yus) Baca juga :

Read More

Hadist Ini Menerangkan Dimana Kemunculan Dajjal

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq RA, disebutkan ihwal kemunculan dajjal. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW bersabda: (إنَّ الدَّجَّالَ يَخرُجُ من أرضٍ بالمَشرِقِ يُقالُ لَها: خُراسانُ، يَتبَعُه أقوامٌ كأنَّ وُجوهَهم الْمَجَانُّ الْمُطْرَقةُ ). “Sungguh dajjal itu akan keluar dari sebuah negeri di Timur bernama Khurasan, yang diikuti oleh orang-orang yang wajahnya seperti topeng kepala dari besi yang dipukuli dengan palu.” (HR Tirmidzi). Ali Al Qari menjelaskan, orang-orang yang mengikuti dan menaati dajjal mengacu pada kelompok atau orang-orang aneh dari kalangan umat manusia. Orang-orang ini wajahnya menyerupai topeng kepala dari besi yang dipukuli dengan palu. Imam As Suyuti menjelaskan, kemungkinan orang-orang itu akan mendatangi dajjal di Khurasan, sebagaimana disampaikan Nabi SAW. Mereka akan mengikuti dajjal atau mereka akan mendatangi Khurasan. Diriwayatkan pula dari Anas bin Malik RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: ليسَ مِن بَلَدٍ إلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ، إلَّا مَكَّةَ والمَدِينَةَ؛ ليسَ له مِن نِقَابِهَا نَقْبٌ إلَّا عليه المَلَائِكَةُ صَافِّينَ يَحْرُسُونَهَا، ثُمَّ تَرْجُفُ المَدِينَةُ بأَهْلِهَا ثَلَاثَ رَجَفَاتٍ، فيُخْرِجُ اللَّهُ كُلَّ كَافِرٍ ومُنَافِقٍ. “Tidak ada suatu negeri pun yang tidak akan dimasuki dajjal kecuali Makkah dan Madinah, karena tidak ada satu pintu masuk pun dari pintu-pintu gerbangnya (Makkah dan Madinah), kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Kemudian Madinah akan berguncang sebanyak tiga kali sehingga Allah mengeluarkan orang-orang kafir dan munafik dari sana.” (HR Bukhari). Adapun ihwal hari kiamat kelak, Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak terjadi sampai kalian melihat sepuluh tanda: Asap; Dajjal; binatang melata; terbitnya matahari dari barat; turunnya Isa bin Maryam; Ya’juuj dan Ma’juuj; tiga gempa (di timur, barat dan Jazirah arab), dan yang terakhir adalah api yang keluar dari ‘And yang menggiring manusia ke Makhsyar” (HR Muslim). (yat) Baca juga :

Read More

Gus Baha : Kematian adalah Pensiun ala Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kebanyakan dari kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, duduk-duduk tanpa beban, hanya bermain dengan cucu, reunian jalan-jalan ke sana ke mari. (Masa pensiun adalah masa yang secara alamiah akan menghampiri setiap orang, datangnya sudah pasti berdasarkan pencapaian usia tertentu. Kadang orang beranggapan, masa pensiun adalah memasuki masa usia tua, fisik yang makin lemah, makin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan tidak menarik. Atau juga anggapan bahwa masa pensiun merupakan tanda seseorang sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi karena usia yang menua dan produktivitas makin menurun. Tanpa disadari, pemahaman seperti inilah yang mempengaruhi persepsi seseorang sehingga ia menjadi over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap dan kondisi mengakibatkan orang jadi sakit-sakitan saat masa pensiun tiba.) Kita ingin hidup di zona nyaman…Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tuahanya dengan shalat dan membaca Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain lainnya… Itulah mindset kita.Setidaknya itulah fenomena yang terjadi di sekitar kita. Ketika kita belum memasuki usia pensiun pun, kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif. Kita kehilangan gairah.Bahkan mungkin kehilangan arah,mau apa..?mau ke mana..?untuk apa…? Hanya ingin hidup tenang di zona nyaman.Hanya ingin bersenang-senang, tak ingin bergerak. Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri. Makin tak peduli dengan sesama.Kita merasa sudah saatnya istirahat… Bukankah begitu??Seperti itu pula dulu saya berpikir tadinya… Sebenarnya, adakah Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua..? Alhamdulillah…Allah memberi jawaban dg mempertemukan aku pada seseorang, sambil membaca Al Qur’an Surah Al-Insyirah: 5-6& 7-8Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  fa inna ma’al-‘usri yusroo “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,” (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  inna ma’al-‘usri yusroo “sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 6) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: فَاِ ذَا فَرَغْتَ فَا نْصَبْ  fa izaa faroghta fangshob Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),” (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 7) وَاِ لٰى رَبِّكَ فَا رْغَبْ wa ilaa robbika farghob “dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8) Jadi, kalau digabung 2 ayat itu, artinya :Maka apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain…Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.Rasulullah saw kepada umatnya. Sabda beliau: خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah) Lalu saya teringat… kitab Sirah Nabawiyah Rasulullah memulai hidup baru di usia 40 tahun.Demikian pula sahabat-sahabat beliau, seperti :Abu Bakar Siddiq yang lebih muda 2 tahun enam bulan dibanding Rasulullah Di usia itu, Rasulullah dan para sahabat memasuki perjuangan baru, meninggalkan kenyamanan yang selama ini mereka rasakan… Harta, mereka infaqkan…Martabat manusia mereka perjuangkan… Bukannya bersantai dan stagnan, tapi mereka makin aktif dan dinamis. Di usia tua Rasulullah tidak sibuk dengan shalat dan membaca al Quran saja. Mulai usia 53 tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia.Membangun masyarakat MADANI (civil society) di Madinah. Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia. Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam kehidupan sosial. Artinya,memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial dan hanya sibuk dengan diri sendiri.Untuk Beribadah Kepada Allah Semata Allah Ta’ala berfirman وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam dan tidak juga ingin beristirahat. Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya,tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya. Pensiun Rasulullah SAW adalah kematian… Begitu juga sahabat-sahabat Rasulullah yang lain.Mereka pensiunnya setelah wafat. Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya. Bahkan Abu Ayyub al-Anshari berangkat berperang menghadapi Byzantium pada usia 93 tahun. Konsep pensiun yang umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang. Manusia sukses versi Islam itu menurut hadist adalah: Sabda beliau: خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ “Manusia terbaik di antaramu adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” Rasulullah saw kepada umatnya. Sabda beliau: خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah) Bertambah usia, justru kita harus makin merambah dunia.Berbagi dan menjadi sosok bermanfaat.Bukan berpikir untuk hidup santai dan sekadar menghabiskan waktu dengan hal-hal tak jelas. Lagipula, makin pasif seseorang, makin cepat pikunlah ia. Alhasil, jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, yang lebih penting adalah menyiapkan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata.. Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru. Tua bukan alasan untuk putus asa dan berhenti.Merasa tua dan berpikir “bukan saatnya lagi untuk hidup aktif dan dinamis adalah bukan pilihan yang tepat”Justru, kita harus lebih hidup dan bersemangat. Tidak ada kata pensiun untuk menjadi manusia sukses di mata Allah SWT. (yat) Baca juga :

Read More

Istighfar Selain Berfungsi Untuk Ketenangan Jiwa, juga Berfungsi Secara Medis

Surabaya — 1miliarsantri.net : Istighfar atau memohon ampunan kepada Allah merupakan sumber ketenangan jiwa. Tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi istighfar juga telah terbukti memiliki dampak positif secara medis pada kesehatan mental dan emosional. Dalam riwayat Abdullah bin Abbas RA, Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan cara mengatasi permasalahan yang sering dihadapi jiwa. Cara ini sebaiknya dilakukan oleh setiap muslim ketika sedang merasa gundah-gulana. Dari Abdullah bin Abbas RA, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang terbiasa memohon ampun, maka Allah akan memberinya jalan keluar dari kesusahannya dan terbebas dari kesedihannya, serta memberinya Rezeki dari arah yang dia inginkan. tidak menyangka.” (HR Ahmad dalam Musnadnya, ath-Tabrani dalam al-Mu’jam al-Awsath, Ibnu Majah, Abu Daud, dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra). Adapun dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali-Imran: 135) Nadiah Thayyarah melalui “Ilmu dalam Al-Qur’an: Memahami Keajaiban Ilmiah Firman Allah”, menjelaskan, para psikolog telah menyampaikan orang yang menderita komplikasi kejiwaan biasanya disebabkan oleh tekanan batin sejak kecil atau akibat peristiwa traumatik yang mereka alami Ketika beranjak dewasa, perasaan depresi ini semakin meningkat hingga menimbulkan komplikasi kejiwaan. Bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Kemudian. “Para ilmuwan menyimpulkan bahwa tindakan mengakui kesalahan di depan orang lain biasanya dapat menyucikan jiwa dan menyembuhkan penyakit,” kata Nadiah. Pengobatan modern menyebut istilah ini psikoanalisis, yaitu pengakuan pasien tentang masalah kejiwaan yang dialaminya di hadapan psikiater atau psikiater. “Psikologi modern sangat sejalan dengan hadis Nabi yang berbicara tentang memaafkan dan manfaatnya dalam menghilangkan tekanan jiwa manusia. Ini merupakan mukjizat kenabian dalam bidang psikologi,” jelas Dr Nadiah. Maka itu, ketika seorang muslim mengakui kesalahan dan dosanya serta ikhlas memohon ampun kepada Allah dan mengucapkan istighfar, maka perbuatannya akan membawa kedamaian di hatinya. (yat) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Selalu Membaca Tiga Doa ini Dalam Sholat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW kerap membaca sejumlah doa jika berada dalam gerakan-gerakan tertentu sholat. Setidaknya terdapat tiga doa yang kerap beliau baca. Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam kitab Fikih Shalat merangkum doa-doa Rasulullah SAW dalam sholat sebagai berikut: Pertama, doa selamat dari adzab kubur. Nabi berdoa, “Allahumma inniy audzubika min adzabil-qabri wa audzu bika min fitnatil-masih ad-dajaali wa audzubika min fitnati al-mahya wa fitnatil-mamaati. Allahumma inniy audzubika minal-ma’tsami wal-maghrami.” Yang artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al-Masih Dajal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan utang.” Kedua, doa memohon ampunan. Nabi berdoa, “Allahummaghfirliy dzanbiy wa wasi’liy fii daari wa baarikliy fima razaqtaniy.” Yang artinya, “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, luaskanlah tempat tinggal (persinggahanku) dan berkahilah rizki yang Engkau berikan kepadaku.” Ketiga, Rasulullah SAW juga membaca doa dalam sujudnya. Nabi berdoa, “Rabbi a’thi nafsiy taqwaaha wa zakkiha anta khairu man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha.” Yang artinya, “Ya Tuhanku, berikan kepadaku jiwaku sifat takwanya, dan bersihkanlah ia. Engkau sebaik-baik Dzat yang membersihkannya. Engkau wali sekaligus tuan baginya.” Doa-doa yang Rasulullah SAW ucapkan dalam shalatnya selalu diucapkan dengan lafadz mufrad (tunggal). Seperti di dalam doa, “Rabbighfirliy warhamni wahdiniy.” Yang artinya, “Ya Tuhanku, ampunilah aku, dan berilah aku petunjuk.” (yat) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Sosok yang Menyayangi Istri dan Anak-anaknya.

Surabaya — 1miliarsantri.net : Nabi Yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW begitu mencintai istrinya dan anak perempuannya. Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan mereka pada kebaikan. Ali menceritakan kepada kami, bahwasanya pernah suatu kali Fathimah mengeluhkan sakit yang ia rasakan di tangannya akibat menggiling tepung (sendiri). Pada saat yang sama ketika itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memperoleh ghanimah berupa tawanan. Mengetahui hal itu, Fathimah pun berangkat untuk menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun ia tidak mendapati beliau di rumahnya, ia hanya bertemu dengan bunda Aisyah saja. Maka ia pun memutuskan untuk memberitahukan bunda Aisyah tentang maksud kedatangannya. Setelah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di rumah, bunda Aisyah pun menceritakan tentang kedatangan Fathimah dan tujuannya. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pun langsung datang ke rumah kami, padahal ketika itu kami sudah menuju ke pembaringan. Mengetahui kedatangan beliau, kami pun segera beranjak dari tempat tidur untuk berdiri menyambutnya. Namun beliau berkata, “Tetaplah di tempat kalian.” Lalu beliau duduk di tengah-tengah antara aku dan Fathimah, bahkan ketika itu aku dapat merasakan bekunya kaki beliau di dadaku. Kemudian beliau berkata, “Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Apabila kalian hendak tidur, maka bacalah takbir sebanyak tiga puluh empat kali, tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, dan tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali. Itu semua lebih baik untuk kalian berdua dibandingkan memiliki seorang pembantu.” (HR. Bukhari no.3705 dan Muslim no.2727) Pada riwayat lain ditambahkan, bahwa setelah menyampaikan riwayat itu Ali Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Nabi.” Seseorang bertanya, “Meskipun pada malam (perang) Shiffin?” ia menjawab, “(Aku tidak pernah meninggalkannya) meskipun pada malam (perang) Shiffin.” (HR. Bukhari no.5362 dan Muslim no.2727) Seperti dikutip dari buku Beginilah Rasulullah ﷺ Bersama Keluarga, Dari Aisyah radiallahuanha ia berkata : “Ketika istri-istri Nabi berada di dekatnya, ia tidak meninggalkan satu pun dari mereka. Kemudian Fatimah datang dengan berjalan, tidak sedikitpun cara jalan Fatimah menyelisihi cara jalan Rasulullah. Ketika Nabi melihatnya ia pun menyambutnya seraya berkata : “Selamat datang anakku”. Kemudian mendudukannya di kanan atau kirinya”. (HR. Muslim) Demikianlah kelembutan dan sayang Nabi ﷺ kepada anaknya. Dengan tersenyum, sambutan yang penuh dengan cinta dan penghargaan. Karena anak-anak kita tidak hanya menginginkan pemenuhan kebutuhan makan dan pakaian, melainkan mereka juga menginginkan interaksi yang baik, didengarkan serta ditanggapi harapan-harapan mereka. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. al-Furqan ayat 74 ). Sebagaimana diketahui, bahwa malam Shiffin yang dimaksud adalah malam terjadinya perang Shiffin, di mana Ali -Radhiyallahu Anhu- menjadi panglima perangnya. Namun, meskipun demikian ia tetap menyempatkan waktunya untuk mengerjakan sunnah yang diajarkan oleh Nabi kepadanya itu. (yat) Baca juga :

Read More

Rahasia Surat Ar Rahman Terdapat Ayat yang Diulang Sebanyak 31 kali

Jakarta — 1miliarsantri.net : Surat Ar-Rahman mempunyai sejumlah keistimewaan baik dari aspek pahala dan manfaat membacanya atau segi bahasanya. Salah satu contoh keistimewaan tersebut adalah bentuk pengulangan yang ada dalam surat Ar-Rahman. Kalimat فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ fa bi ayyi aalaai rabbikuma tukadzziban diulang sebanyak 31 kali dalam surah ar-Rahman. Arti dari ayat ini adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Ungkapan ini ditujukan kepada bangsa jin dan manusia. Dalam surat ar-Rahman, Allah SWT menyebutkan nikmat-nikmat yang banyak sekali, yang Dia limpahkan kepada jin dan manusia agar mereka bersyukur dan tidak kufur terhadap nimat-nikmat tersebut. Banyaknya nikmat yang Allah SWT limpahkan itu menunjukkan kekuasaan dan rahmat-Nya yang sudah sepantasnya dijadikan sebagai satu-satunya yang berhak disembah. Adapun hikmah di balik pengulangan ayat ini, antara lain, sebagaimana yang kita ketahui bahwa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab dan di antara gaya penyampaian (uslub)-nya adalah pengulangan ( tikrar) untuk menguatkan kesan dan mendalamkan pemahaman ayat. As-Suyuthi dalam kitabnya al-Itqan fi Ulumil Qur`an menyebutkan bahwa hal itu untuk memantapkan pemahaman, memberikan tekanan terhadap masalah yang dijelaskan, mengingatkan kembali, serta menunjukkan betapa besar dan pentingnya masalah itu. Hal itu sama seperti perkataan seseorang kepada orang yang selalu ditolong tapi dia mengingkarinya. Bukankah kamu dahulu fakir kemudian saya berikan kamu harta, apakah kamu mengingkari itu? Bukankah kamu dahulu tidak punya pakaian kemudian saya beri kamu pakaian, apakah itu juga kamu ingkari? Gaya bahasa seperti ini biasa digunakan dalam bahasa Arab. Lalu, pengulangan ayat ini bertujuan mengingatkan hamba untuk selalu ingat dan bersyukur kepada Allah SWT tanpa harus menunggu dan menghitung nikmatnikmat Allah yang tidak akan bisa dihitung. Surat Ar-Rahman dikenal juga dengan nama Arus Alquran, yang secara harfiah berarti Pengantin Alquran. Mengapa demikian? Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Misbah jilid 13 membenarkan bahwa Surat Ar Rahman memang dikenal dengan nama Pengantin Alquran. Imam Baihaqi meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Segala sesuatu memiliki pengantinnya dan pengantin Alquran adalah Surat Ar Rahman.” Penamaan itu karena indahnya surat ini dan karena di dalamnya terulang sekian kali ayat fa bi ayyi ala’i Rabbikuma tukadziban, dan diibaratkan dengan aneka hiasan yang dipakai oleh pengantin. Prof Quraish menjelaskan, tema utama surat ini adalah uraian tentang nikmat-nikmat Allah SWT, bermula dari nikmat-Nya yang terbesar dan teragung, yaitu Alquran. Thabathabai berpendapat bahwa surat ini mengandung isyarat tentang ciptaan Allah dengan sekian banyak bagiannya di langit dan bumi, darat dan laut, manusia dan jin. Di mana Allah SWT mengatur semua itu dalam satu pengaturan yang bermanfaat bagi manusia dan jin. Bermanfaat untuk hidup mereka di dunia yang akan binasa dan yang kekal abadi di akhirat. Prof Quraish mengutip pendapat pakar tafsir Al Biqai bahwa tema utama Surat Ar Rahman adalah pembuktian tentang apa yang diuraikan pada akhir Surat Al Qamar yang lalu. Yakni tentang keagungan kuasa Allah SWT, kesempurnaan pengaturan-Nya, yang ditunjuk oleh perincian keajaiban makhluk-makhluk-Nya dan keserasian serta keindahan ciptaan-Nya yang dikemukakan pada surat ini. Yakni dengan jalan mengingatkan hal-hal tersebut kepada manusia dan jin. Dengan demikian, Al Biqai menyimpulkan, tujuan utama surat ini adalah menetapkan bahwa Allah SWT menyandang sifat rahmat yang tercurah kepada semua tanpa terkecuali. Nama Ar Rahman yang mengandung makna keluasan anugerah dan ketercakupannya bagi semua demikian juga Arus Alquran merupakan nama-nama yang paling tepat untuk menunjuk tujuan tersebut. Adapun ulama yang lain menilai bahwa Surat Makiyyah ini merupakan surat ke-43 yang diterima Nabi sebelum Surat Fathir dan sesudah Surat Al Furqan. Jumlah ayat-ayat sebanyak 77 ayat menurut cara perhitungan ulama Makkah dan Madinah, dan 78 ayat menurut cara perhitungan ulama Syam dan Kufah. (yan) Baca juga :

Read More

Beberapa Dalil Yang Menjelaskan Perihal Tertawa Menertawakan dan Wajib Kita Ketahui

Surabaya — 1miliarsantri.net : Tertawa adalah tindakan ekspresi yang umumnya terkait dengan kegembiraan atau hiburan. Ini merupakan respons alami terhadap sesuatu yang dianggap lucu atau menghibur. Dalam kehidupan sehari-hari, tertawa dapat menjadi cara yang baik untuk melepaskan stres, meningkatkan suasana hati, dan merasakan koneksi sosial dengan orang lain. Dalam hukum Islam, tertawa tidak dianggap sebagai sesuatu yang dilarang atau negatif. Sebaliknya, tertawa dipandang sebagai salah satu cara untuk merelaksasi diri, meningkatkan suasana hati, dan menikmati kegembiraan yang diberikan Allah SWT. Terdapat banyak riwayat dari Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan bahwa beliau sendiri tersenyum dan tertawa dalam berbagai kesempatan. Di dalam Alquran juga terdapat beberapa ayat yang membahas tentang tertawa. Tertawa dalam Alquran ditulis dengan kalimat dari kosa kata yang artinya tertawa. Setidaknya ada delapan ayat yang menyebut tentang tertawa di dalam Alquran. Berikut delapan ayat Alquran tersebut: Allah SWT berfirman:وَتَضْحَكُوْنَ وَلَا تَبْكُوْنَۙ Artinya: “Kamu mentertawakan dan tidak menangisi(-nya).” Dalam tafsir Tahlili Kemenag dijelaskan bahwa ayat ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan, maksudnya: Apakah layak bagi kamu, sesudah keterangan yang jelas itu bahwa manusia merasa heran terhadap Alquran, sedang Alquran membawa petunjuk untuk kamu ke jalan yang benar dan menghantarkan kamu ke jalan yang lurus; atau kamu masih memandangnya rendah dengan mencemoohkan dan berpaling dari padanya. Dalam ayat ini, Allah SWT berfirman: فَلْيَضْحَكُوْا قَلِيْلًا وَّلْيَبْكُوْا كَثِيْرًاۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ Artinya: “Maka, biarkanlah mereka tertawa sedikit (di dunia) dan menangis yang banyak (di akhirat) sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat.” Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang munafik itu sepantasnya lebih banyak menangis daripada tertawa memikirkan nasib dan dosa mereka di dunia dan di akhirat karena mereka akan menerima azab yang pedih, sesuai dengan perbuatan mereka di dunia. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan kerugian karena perbuatan mereka sendiri, yaitu menghina dan mengejek orang-orang mukmin, membuat propaganda busuk untuk menghalang-halangi orang Islam dan mematahkan semangat perjuangan. Sedang di akhirat nanti membawa dosa yang banyak dan tidak dapat ampunan dari Allah SWT. Dalam ayat ini, Allah SWT berfirman: اِنَّ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا كَانُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يَضْحَكُوْنَۖ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu selalu mentertawakan orang-orang yang beriman.” Dalam Tafsir Tahlili Alquran Kemenag dijelaskan, sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas dan berdosa dahulu selalu menertawakan orang-orang yang beriman. Ketika Nabi Muhammad membawa Alquran dengan ajaran Islam yang mengandung kebajikan, ia mendapatkan perlawanan yang hebat dari orang-orang musyrik Makkah. Perlawanan ini terutama dari para pembesarnya yang sejak nenek moyangnya sudah biasa menyembah patung berhala. Mereka menentang ajaran apa saja yang datang dari luar yang bertentangan dengan kepercayaan mereka. Telah menjadi kebiasaan bagi orang-orang besar yang bersandar kepada kekuasaan dan kebendaan atau kekayaan bahwa mereka selalu bersikap sinis atau mencemoohkan pihak lain yang tidak sejalan dengan kepercayaan dan kebudayaan mereka. Dalam ayat ini, Allah SWT berfirman: فَاتَّخَذْتُمُوْهُمْ سِخْرِيًّا حَتّٰىٓ اَنْسَوْكُمْ ذِكْرِيْ وَكُنْتُمْ مِّنْهُمْ تَضْحَكُوْنَ Artinya: “Lalu, kamu jadikan mereka bahan ejekan sehingga itu membuatmu lupa mengingat-Ku dan kamu (selalu) menertawakan mereka.” Pada ayat ini Allah menerangkan sebab musabab mereka disiksa dan diazab, serta jawaban yang menghina atas permintaan mereka kembali ke dunia. Hinaan itu muncul karena mereka menghina hamba-hamba Allah yang telah beriman, seperti Bilal, Khabbab, Ṣuhaib dan orang-orang mukmin yang lemah lainnya, selalu mendekatkan diri kepada Allah, menegaskan ikrar dan pengakuan keimanan mereka kepada-Nya, membenarkan para rasul yang telah diutus-Nya, senantiasa meminta ampunan dan memohon rahmat kepada-Nya karena Dialah pemberi rahmat yang sebaik-baiknya. Orang-orang kafir menghadapi orang-orang mukmin itu dengan sikap mengejek, menertawakan, dan menghina. Ayat ini juga menerangkan bahwa kesibukan orang-orang kafir itu mereka mengejek dan menertawakan orang-orang mukmin, membuat mereka lupa mengingat Allah. Allah SWT berfirman: فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِاٰيٰتِنَآ اِذَا هُمْ مِّنْهَا يَضْحَكُوْنَ Artinya: “Ketika dia (Musa) datang kepada mereka dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami, seketika itu mereka mentertawakannya.” Ayat ini menerangkan sikap Firaun dan kaumnya terhadap seruan Nabi Musa. Mereka meminta Nabi Musa menyampaikan bukti-bukti kerasulannya, lalu Nabi Musa menyampaikan mukjizat-mukjizatnya, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, dan lain-lain. Tetapi mereka menertawakannya dan mengejeknya. Nabi Muhammad pun diperlakukan demikian oleh kaum kafir Makkah. Mereka menuduhnya pesihir dan pembohong (Ṣad [38]: 4), dan menuduh Alquran itu mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad SAW (al-Anbiya [21]: 5). Apa yang disampaikan dalam ayat ini meringankan tekanan batin yang diderita Nabi SAW akibat penentangan yang keras dari kaum kafir Makkah. Dari isi ayat itu Nabi SAW memperoleh pelajaran bahwa sudah menjadi kebiasaan seorang nabi ditentang oleh kaumnya, karena itu yang ditentang bukan hanya dia, tetapi seluruh nabi. Ia harus sabar dan tabah menghadapi segala tantangan, sebagaimana Nabi Musa sabar dan tabah menghadapi Firaun dan balatentaranya, sehingga ia memperoleh kemenangan. Begitu pula Nabi Muhammad SAW, bila sabar dan tabah, maka ia juga akan memperoleh kemenangan atas kaum kafir Makkah di dunia ini juga, yang kemudian dibuktikan dengan hancurnya pasukan kafir Makkah pada Perang Badar. Allah SWT berfirman : فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ Artinya: “Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” Dalam Tafsir Tahlili Alquran Kemenag dijelaskan bahwa setelah mendengar perkataan raja semut bahwa Sulaiman dan tentaranya tidak bermaksud membinasakan mereka dan berbuat jahat, Sulaiman pun tersenyum. Raja semut itu juga mengatakan bahwa seandainya ada di antara semut-semut itu yang terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, maka hal itu bukanlah sengaja dilakukannya, tetapi karena Sulaiman dan tentaranya tidak melihat mereka, karena tubuh mereka amat kecil. Dalam ayat ini, Allah SWT berfirman: وَاَنَّهٗ هُوَ اَضْحَكَ وَاَبْكٰى Artinya: “Bahwa sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” Allah-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis serta sebab-sebabnya. Maksudnya, Dia yang menjadikan manusia gembira karena perbuatannya yang baik, dan Dia yang menyebabkan manusia sedih, menangis dan prihatin karena perbuatannya, yaitu perbuatan yang menyenangkan atau menyusahkan. Allah SWT berfirman: فَالْيَوْمَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُوْنَۙ Artinya: “Pada hari ini (hari Kiamat), orang-orang…

Read More