Dijaman Rasulullah SAW, Wanita Boleh Sholat Jumat di Masjid

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Di zaman Rasulullah, para sahabiyah (sahabat wanita) ikut menjalankan sholat Jumat di masjid bersama Nabi Muhammad Shalallahu Alahi Wassalam dan para sahabat. Namun, mengapa di era sekarang perempuan diminta untuk Sholat Jumat di rumah, bukan di masjid? Seorang Muslim wajib melaksanakan Sholat Jumat di masjid secara berjamaah, sementara Muslimah atau perempuan, khususnya di Indonesia, tidak menunaikan Sholat Jumat dan menggantinya dengan sholat Dzuhur. Namun di beberapa negeri Muslim dan Timur Tengah seperti di Masjidil Haram Makkah dan masjid-masjid besar di Kairo Mesir, ada beberapa masjid menyediakan fasilitas ruangan khusus untuk perempuan yang ingin menunaikan sholat Jumat. Apakah Sholat Jumat untuk Muslimah tidak wajib hukumnya? Hasan al-Bashri menjelaskan, di zaman Ra sulullah, para sahabiyah dari golongan muhajirin mengikuti ritual sholat Jumat sebagaimana kaum lelaki. Mereka pun tidak perlu lagi melakukan sholat Zhuhur setelahnya. Tidak ada dalil yang melarang kaum wanita untuk ikut menunaikan sholat Jumat. Meski tidak dibebani kewajiban sholat Jumat, tetapi kaum perempuan diperbolehkan ikut. Hal ini berdalil dari hadis Rasulullah SAW, “Shalat Jumat itu fardhu (wajib) bagi setiap Muslim, kecuali empat golongan; orang sakit, hamba sahaya, orang musafir, dan wanita.” (HR Bukhari). Meski tidak ada larangan dan diperbolehkan mengikuti Sholat Jumat, tetapi sejumlah ulama di Arab Saudi dan Timur Tengah menyarankan kaum wanita untuk tidak ikut sholat berjamaah di masjid. Apalagi, ikut sholat Jumat yang fitnahnya tentu lebih besar dibanding sholat berjamaah biasa. Namun, hal ini hanya sebatas saran dan tidak masuk ke ranah hukum berlandaskan dari sabda Rasulullah, “Shalatnya salah seorang dari kalian (wanita) di makhda’ (kamar khusus yang dipergunakan untuk menyimpan barang berharga) lebih utama daripada sholatnya di kamarnya. Dan, sholat di kamarnya lebih utama daripada sholatnya di rumahnya. Dan, sholatnya di rumahnya lebih utama daripada sholat di masjid kaumnya. Dan, sholat di masjid kaumnya lebih utama daripada sholatnya bersamaku (di masjid).” (HR Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban). Mufti Arab Saudi, Syekh Ibnu Al-Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa pernah ditanya, manakah yang lebih afdhal perempuan sholat di rumah atau di Masjidil Haram yang punya fadilah 100 ribu kali lipat pahalanya dibandingkan sholat di masjid biasa. Meski begitu, Al-Utsaimin tetap mengatakan, sholat wanita di rumah tetap lebih afdhal dibanding shalat di Masjidil Haram sekalipun. Menurut Syekh Al-Utsaimin, zona khusus perempuan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebenarnya bagi wanita musafir yang tengah menjalankan haji atau umrah dan mereka boleh ikut sholat Jumat karena memang tidak ada dalil yang mengharamkannya. Imam al-Nawawi dalam al-Majmu’ Syahr al- Muhadzdzab (4/495) mengatakan, kaum wanita yang difasilitasi menunaikan sholat Jumat dan mereka ikut menunaikannya maka sholat mereka pun dipandang sah sebagaimana sholat kaum lelaki. Mereka tidak perlu pula mengulang sholat Zhuhur. Pendapat ini dipakai seluruh mazhab dan mayoritas para ulama. Lajnah Daimah (Komisi Fatwa) Arab Saudi juga pernah mengeluarkan fatwa senada. Ulama Mesir Syekh Musthafa al-Adawi juga menegaskan kebolehan sholat Jumat bagi kaum wanita. Ia mengatakan, jika ada wanita yang turut melaksanakan sholat Jumat bersama kaum laki-laki maka yang demikian sudah mencukupi (kewajiban sholat Zhuhurnya). Sehingga, tidak perlu lagi mereka melaksanakan sholat Zhuhur. Dibolehkan perempuan menunaikan sholat Jumat sangat membantu bagi mereka yang sedang menjadi musafir karena kelurga bermusafir di hari Jumat biasanya hanya dilakukan kaum laki-laki saja. Perempuan akan menunggu di mobil atau tempat istirahat dan setelah Sholat Jumat selesai digelar, barulah mereka menunaikan ibadah sholat Dzuhur. (mif) Baca juga :

Read More

Kisah Zainab binti Jahsy Dinikahkan Langsung Oleh Allah

Surabaya — 1miliarsantri.net : Nama aslinya adalah Barrah. Namun kemudian diganti namanya menjadi Zainab oleh Rasulullah SAW. Shahabiyah (sahabat perempuan) satu ini dilahirkan di kota Makkah, 33 tahun sebelum Nabi SAW menerima wahyu. Seperti dikutip dari buku The Wonderful Ummahatul Mukminim oleh Erlan Iskandar, Zainab binti Jahsy masuk Islam karena diajak oleh saudara kandungnya sendiri, yaitu Abdullah bin Jahsy, yang merupakan salah seorang seorang sahabat yang syahid pada perang Uhud. Ibunya Zainab binti Jahsy bernama Umaimah binti Abdul Muththalib adalah bibinya Nabi. Itu artinya Zainab binti Jahsy juga merupakan saudara sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memiliki anak angkat yang bernama Zaid bin Haritsah. Karena telah cukup usia, Nabi mencarikan seorang yang pantas dinikahi oleh anak angkatnya ini. Beliau temui Zainab binti Jahsy, kemudian menawarkan pilihan supaya Zainab mau menikah dengan Zaid bin Haritsah. Zainab lantas menolak tawaran Nabi SAW. Zainab pun berkata, “Aku tidak tertarik menikah dengannya.” Rasulullah SAW kemudian secara tegas menyuruh Zainab untuk tetap mau menikah dengan Zaid bin Haritsah, “Hendaknya engkau menikah dengannya.” Mendengar ucapan Rasulullah tersebut, Zainab lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Anda benar-benar yang memerintahkanku?” Saat Nabi SAW dan Zainab tengah berbincang, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya: وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ “Dan tidaklah patut bagi laki laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al Ahzab ayat 36). Zainab pun kemudian berkata, “Apakah Anda meridhai Zaid sebagai orang yang akan menikahiku, wahai Rasulullah?” Sejurus kemudian, Zainab berujar, “Jika demikian, aku tak akan bermaksiat (dengan tidak patuh pada perintahmu), wahai Rasulullah. Engkau telah menikahkan diriku denganya.” Akhirnya, Zainab binti Jahsy pun menikah dengan Zaid bin Haritsah. Meskipun rumah tangga mereka berdua tidak berlangsung lama, akan tetapi kita bisa melihat bagaimana Zainab begitu patuh menaati apa yang diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rumah tangga Zainab dan Zaid ternyata tak berlangsung lama. Diawali dengan sedikit perselisihan, lantas Zaid pun mengadukan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, Nabi menahan Zaid dan memerintahkan Zaid untuk tetap menjaga rumah tangganya, “Bertakwalah kepada Allah dalam ucapanmu. Tetaplah bersama dengan istrimu.” Namun Allah Maha berkehendak. Zaid pun bercerai dengan Zainab. Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menikahi Zainab, dengan tujuan mematahkan anggapan tidak bolehnya menikahi mantan istri anak angkat yang mana keyakinan ini telah menjadi tradisi jahiliyah. Allah SWT Ta’ala berfirman: فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنٰكَهَا “Tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia.” (QS Al Ahzab ayat 37) Zainab adalah satu satunya istri Nabi SAW, yang dinikahi Nabi SAW karena Allah SWT langsung yang menyuruh. Bahkan di hari pernikahannya tersebut, Allah SWT uga menurunkan ayat tentang hijab. Hari pernikahan yang penuh berkah. Zainab dengan penuh rasa syukur dan bangga berkata kepada para istri Nabi yang lainnya, “Kalian dinikahkan oleh bapak-bapak kalian. Sedangkan aku langsung dinikahkan oleh Allah dari atas langit ketujuh.” (HR Bukhari). (yat) Baca juga :

Read More

Wajibkah Menjawab Salam Dari Tamu Ketika Kita Sedang Sholat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kita pasti sering mengalami, di saat sedang melaksanakan ibadah shalat, terutama sendirian di rumah atau di tempat lain, ada tamu yang berkunjung dan memberi salam. Apakah kita harus menjawab salam tersebut, ataukah kita harus membatalkan shalat, atau meneruskan shalat? Hadis berikut ini adalah contoh yang dilakukan Rasulullah SAW saat beliau sedang melaksanakan shalat dan salah seorang sahabat memberikan salam padanya. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنْتُ أُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ فَيَرُدُّ عَلَيَّ فَلَمَّا رَجَعْنَا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ وَقَالَ إِنَّ فِي الصَّلَاةِ لَشُغْلًا “Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail dari Al A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘Abdullah radhiallahu’anhu berkata, “Aku pernah memberi salam kepada Nabi SAW ketika beliau sedang salat maka beliau membalas salamku. Ketika kami kembali (dari negeri An-Najasyi), aku memberi salam kembali kepada beliau namun beliau tidak membalas salamku. Kemudian beliau berkata, “Sesungguhnya dalam salat terdapat kesibukan.” (HR. Bukhari 1140, Fathul Bari No. 1216). Dalam hadis lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhari disebutkan: حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَاجَةٍ لَهُ فَانْطَلَقْتُ ثُمَّ رَجَعْتُ وَقَدْ قَضَيْتُهَا فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَوَقَعَ فِي قَلْبِي مَا اللَّهُ أَعْلَمُ بِهِ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي لَعَلَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَدَ عَلَيَّ أَنِّي أَبْطَأْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَوَقَعَ فِي قَلْبِي أَشَدُّ مِنْ الْمَرَّةِ الْأُولَى ثُمَّ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ عَلَيَّ فَقَالَ إِنَّمَا مَنَعَنِي أَنْ أَرُدَّ عَلَيْكَ أَنِّي كُنْتُ أُصَلِّي وَكَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ مُتَوَجِّهًا إِلَى غَيْرِ الْقِبْلَةِ “Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Warits, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari ‘Atha’ bin Abu Rabah dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah SAW mengutusku untuk menyelesaikan keperluan beliau. Maka aku berangkat kemudian kembali setelah menuntaskan tugasku itu, lalu aku menemui Nabi SAW, Aku memberi salam kepada beliau namun beliau tidak membalas salamku. Kejadian itu menimbulkan kegusaran dalam hatiku yang hanya Allah sajalah yang lebih mengetahuinya. Kemudian aku berkata dalam hatiku, barangkali Rasulullah SAW menganggap aku terlambat menunaikan tugas dari beliau. Kemudian aku memberi salam kembali dan lagi-lagi beliau tidak membalasnya. Timbul lagi kegusaran dalam hatiku yang lebih besar dari yang pertama. Kemudian aku memberi salam lagi, lalu beliau membalasnya seraya berkata, “Sesungguhnya yang menghalangiku buat menjawab salammu adalah karena aku sedang melaksanakan salat.” Saat itu beliau sedang berada di atas hewan tunggangannya yang tidak menghadap ke arah kiblat.” (HR. Bukhari No. 1141, Fathul Bari No. 1218). Dalam riwayat lain dikatakan, ketika sedang shalat, lalu ada yang memberi salam, maka dia hendaknya mengeraskan bacaannya dalam shalat itu, sebagai isyarat kepada orang yang memberi salam. Hal ini dimaksudkan bahwa yang bersangkutan sedang melaksanakan shalat, dan tidak diperkenankan menjawab salam atau kegiatan maupun perbuatan apapun di luar dari shalat. (yat) Baca juga :

Read More

Sifat Buruk Yahudi Yang Kerap Disebutkan Dalam Hadist Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sifat-sifat buruk Yahudi kerap disebutkan di dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Sifat buruk di dalam riwayat tersebut rupanya cukup familier di telinga umat Islam, apa saja? Dilansir di albetaqa, Rabu (22/11/2023), setidaknya terdapat tujuh sifat buruk yang terekam dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut penjabarannya: Pertama, Yahudi merupakan kaum yang dimurkai Allah SWT serta sesat. Hal ini sebagaimana hadits sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW dari firman Allah SWT Al-Fatihah ayat 7: صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ Yang artinya, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” عن عدي بن حاتم ، قال : سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن قول الله : ( غير المغضوب عليهم ) قال : هم اليهود ( ولا الضالين ) قال : النصارى هم الضالون Diriwayatkan dari Addi bin Hatim, dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang firman Allah SWT ( غير المغضوب عليهم ), beliau menjawab, ‘Mereka adalah yahudi’ dan ( ولا الضالين ), beliau menjawab, ‘Orang Nasrani adalah orang sesat.” (HR Tirmidzi) Kedua, kaum Yahudi kerap memutarbalikkan kalam Tuhan. Hal ini sebagaimana terekam dalam hadits riwayat Imam Bukhari: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ الْيَهُودَ جَاءُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ أَنَّ رَجُلًا مِنْهُمْ وَامْرَأَةً زَنَيَا فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَللَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَجِدُونَ فِي التَّوْرَاةِ فِي شَأْنِ الرَّجْمِ فَقَالُوا نَفْضَحُهُمْ وَيُجْلَدُونَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ كَذَبْتُمْ إِنَّ فِيهَا الرَّجْمَ فَأَتَوْاا بِالتَّوْرَاةِ فَنَشَرُوهَا فَوَضَعَ أَحَدُهُمْ يَدَهُ عَلَى آيَةِ الرَّجْمِ ففَقَرَأَ مَا قَبْلَهَا وَمَا بَعْدَهَا فَقَالَ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ ارْفَعْ يَدَكَ فَرَفَعَ يَدَهُ فَإِذَا فِيهَا آيَةُ الرَّجْمِ فَقَالُوا صَدَقَ يَا مُحَمَّدُ فِيهَا آيَةُ الرَّجْمِ فَأَمَرَ بِهِمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُجِمَا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ يَجْنَأُ عَلَى الْمَرْأَةِ يَقِيهَا الْحِجَارَةَ Telah bercerita kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik bin Anas] dari [Nafi’] dari [Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma] bahwa orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bercerita bahwa ada seseorang laki-laki dari kalangan mereka dan seorang wanita berzina. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apa yang kalian dapatkan dalam Kitab Taurah tentang permasalahan hukum rajam?.” Mereka menjawab, “Kami mempermalukan (membeberkan aib) mereka dan mencambuk mereka.” Maka Abdullah bin Salam berkata, “Kalian berdusta. Sesungguhnya di dalam Kitab Taurat ada hukuman rajam. Coba bawa kemari kitab Taurat.” Maka mereka membacanya saecara seksama lalu salah seorang diantara mereka meletakkan tangannya pada ayat rajam, dan dia hanya membaca ayat sebelum dan sesudahnya. Kemudian Abdullah bin Salam berkata, “Coba kamu angkat tanganmu.” Maka orang itu mengangkat tangannya, dan ternyata ada ayat tentang rajam hingga akhirnya mereka berkata; “Dia benar, wahai Muhammad. Di dalam Taurat ada ayat tentang rajam”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kedua orang yang berzina itu agar dirajam.” Abdullah bin ‘Umar berkata, “Dan kulihat laki-laki itu melindungi wanita tersebut agar terhindar dari lemparan batu.” Ketiga, kaum Yahudi kerap berbohong dan suka memfitnah. Hal ini juga disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari: بَاب حَدَّثَنِي حَامِدُ بْنُ عُمَرَ عَنْ بِشْرِ بْنِ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ حَدَّثَنَا أَنَسٌ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَامٍ بَلَغَهُ مَقْدَمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَأَتَاهُ يَسْأَلُهُ عَنْ أَشْيَاءَ فَقَالَ إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ ثَلَاثٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا نَبِيٌّ مَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ وَمَا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَمَا بَالُ الْوَلَدِ يَنْزِعُ إِلَى أَبِيهِ أَوْ إِلَى أُمِّهِ قَالَ أَخْبَرَنِي بِهِ جِبْرِيلُ آنِفًا قَالَ ابْنُ سَلَامٍ ذَاكَ عَدُوُّ الْيَهُودِ مِنْ الْمَلَائِكَةِ قَالَ أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ فَنَارٌ تَحْشُرُهُمْ مِنْ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ وَأَمَّا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فَزِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ وَأَمَّا الْوَلَدُ فَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ نَزَعَ الْوَلَدَ وَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الْمَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ نَزَعَتْ الْوَلَدَ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْيَهُودَ قَوْمٌ بُهُتٌ فَاسْأَلْهُمْ عَنِّي قَبْلَ أَنْ يَعْلَمُوا بِإِسْلَامِي Bab. Telah menceritakan kepadaku [Hamid bin ‘Umar] dari [Bisyir bin Al Mufadlal] telah menceritakan kepada kami [Humaid] telah menceritakan kepada kami [Anas] bahwa telah sampai berita kepada Abdullah bin Salam tentang kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah, lalu dia menanyakan beberapa perkara kepada beliau. Katanya, “Aku akan bertanya kepada anda tiga perkara yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Apakah tanda-tanda pertama hari kiamat?, dan apa makanan pertama yang akan dimakan oleh penghuni surga dan bagaimana seorang anak bisa mirip dengan ayahnya dan bagaimana ia mirip dengan ibunya?” Beliau menjawab, “Jibril baru saja memberitahuku.” Abdullah bin Salam berkata, “Dia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi.” Beliau bersabda, “Adapun tanda pertama hari kiamat adalah api yang muncul dan akan menggiring orang-orang dari timur menuju barat. Dan makanan pertama penduduk surga adalah hati ikan hiu, sedangkan (miripnya) seorang anak, apabila sang suami mendatangi istrinya dan air maninya mendahului air mani istrinya, berarti akan lahir anak yang menyerupai bapaknya, namun bila air mani istrinya mendahului air mani suaminya, maka akan lahir anak yang mirip dengan ibunya.” Mendengar itu Abdullah bin Salam berkata, “Aku bersaksi tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan engkau adalah Rasulullah.” Kemudian dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum yang sangat suka berbohong (menuduh). Untuk itu, tanyalah mereka tentang aku sebelum mereka mengetahui keIslamanku.” Keempat, Yahudi kerap menghalalkan yang haram. Hal ini sebagaimana hadits riwayat Imam Ahmad dan Daud. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ حُرِّمَتْ عَلَيْهِمُ الشُّحُوْمُ فَبَاعُوْهَا وَ أَكَلُوْ أَثْممَانِهَا وَإِنَّ اللهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيْئٍ حَرَّمَ عَلَيْهِمْ ثَمَنَهُ. – رواه أحمد و أبو داود Artinya: “Dari Ibnu Abbas Nabi SAW bersabda, Allah melaknat orang-orang Yahudi, karena telah diharamkan kepada mereka lemak-lemak (bangkai) namun mereka menjualnya dan memakan hasil penjualannya. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan kepada suatu kaum memakan sesuatu, maka haram pula hasil penjualannya.” [HR Ahmad dan Abu Dawud]. Kelima, Yahudi menjadikan kuburan para Nabi sebagai tempat ibadah. Hal ini sebagaimana hadits Nabi riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim: حَدَّثَنِي بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنِي مَعْمَرٌ وَيُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ…

Read More

Rasulullah SAW Berpesan untuk Umat Islam Agar Senantiasa Jaga Masjid Al Aqsa

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW menyerukan pada umatnya untuk senantiasa peduli terhadap Masjid Al Aqsa, yang saat ini berada di kawasan Yerusalem Palestina. Jika kita menilik sejumlah hadits Nabi Muhammad SAW, maka akan kita dapatkan seruan itu sebagaimana dalam hadits berikut: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ قَالَ ثَنَا عِيسَى قَالَ ثَنَا ثَوْرٌ عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ أَخِيهِ أَنَّ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ أَرْضُ الْمَنْشَرِ وَالْمَحْشَرِ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ قَالَتْ أَرَأَيْتَ مَنْ لَمْ يُطِقْ أَنْ يَتَحَمَّلَ إِلَيْهِ أَوْ يَأْتِيَهُ قَالَ فَلْيُهْدِ إِلَيْهِ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيهِ فَإِنَّ مَنْ أَهْدَى لَهُ كَانَ كَمَنْ صَلَّى فِيهِ حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْهَرَوِيُّ قَالَ ثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ بِإِسْنَادِهِ فَذَكَرَ مِثْلَهُ Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Bahr berkata, telah menceritakan kepada kami Isa berkata, telah menceritakan kepada kami Tsaur dari Ziyad bin Abu Saudah dari saudara laki-lakinya bahwa Maimunah bekas budak Rasulullah SAW berkata, “Wahai Nabi Allah, berilah kami fatwa tentang Baitul Maqdis.” Beliau menjawab, “Itu adalah bumi yang terbentang dan mahsyar (perkumpulan), datanglah ke sana dan laksanakan sholat di sana, karena sholat di sana sama dengan melaksanakan seribu salat di tempat lainnya.” Beliau bertanya, “Bagaimana pendapat tuan jika seseorang tidak mampu untuk datang ke sana?” Nabi menjawab, “Hendaklah dia menginfakkan minyak untuk penerangan di sana karena barang siapa yang memberikan minyak untuk penerangan di dalamnya, maka ia seperti orang yang melaksanakan sholat di dalamnya.” Telah menceritakan kepada kami Abu Musa al-Harawi dia berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus dengan sanadnya, kemudian dia menyebutkan hadits seperti itu. (HR Ahmad nomor 26343). Dalam redaksi lainnya dijelaskan sebagai beriku: حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ أَخِيهِ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ قَالَ أَرْضُ الْمَحْشَرِ وَالْمَنْشَرِ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ فِي غَيْرِهِ قُلْتُ أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَتَحَمَّلَ إِلَيْهِ قَالَ فَتُهْدِي لَهُ زَيْتًا يُسْرَجُ فِيهِ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ كَمَنْ أَتَاهُ Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abdullah Ar Raqqi berkata, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Tsaur bin Yazid dari Ziyad bin Abu Saudah dari saudaranya Utsman bin Abu Saudah dari Maimunah mantan budak Rasulullah SAW, ia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah kami fatwa berkenaan dengan Baitulmaqdis, ” beliau bersabda, “Ia adalah bumi Al Muntasyar dan Al Muntasyar (tempat berkumpul manusia), datangi dan sholatlah kalian di sana, sebab sholat di dalamnya seperti sholat seribu kali di tempat lainnya. ” Aku bertanya, “Bagaimana pendapat tuan jika saya tidak bisa ke sana?” beliau menjawab, “Memberi minyak yang dengannya lampu bisa dinyalakan di dalamnya, barang siapa melakukan itu, maka ia seperti telah mendatanginya.” (HR Ibnu Majah nomor 1397). Redaksi lainnya: حَدَّثَنَا النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا مِسْكِينٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ وَكَانَتْ الْبِلَادُ إِذْ ذَاكَ حَرْبًا فَإِنْ لَمْ تَأْتُوهُ وَتُصَلُّوا فِيهِ فَابْعَثُوا بِزَيْتٍ يُسْرَجُ فِي قَنَادِيلِهِ Artinya: Telah menceritakan kepada kami An Nufaili, telah menceritakan kepada kami Miskin dari Sa’id bin Abdul Aziz dari Ziyad bin Abu Saudah dari Maimunah, mantan sahaya Rasulullah SAW bahwasanya dia pernah berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kepada kami tentang Baitul Maqdis. Maka beliau bersabda, “Datangilah ia dan sholatlah di dalamnya, -ketika itu di negeri tersebut terdapat peperangan-, jika kalian tidak dapat sholat di dalamnya, maka utuslah seseorang dengan minyak untuk dinyalakan di tempat-tempat lampunya.” (HR Abu Daud nomor 386). (yat)

Read More

Ini Sebab Ahli Kubur Tidak Bisa Menjawab Pertanyaan Munkar Nakir

Surabaya — 1miliarsantri.net : Manusia akan mendapatkan serangkaian pertanyaan ketika di alam kubur. Pertanyaan-pertanyaan itu ditanyakan oleh malaikat Munkar dan Nakir. Bila manusia itu dapat menjawabnya dengan lancar, sudah pasti ia akan selamat di alam kubur. Namun bila manusia tersebut tak dapat menjawab, maka malaikat Munkar dan Nakir akan menyiksanya. Sebagaimana disebutkan manusia yang mendapatkan siksa kubur adalah mereka yang kesulitan menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Ketika mereka ditanya tentang agamanya, mereka tak dapat menjawab bahwa Islam adalah agama mereka. Sebab saat hidup di dunia mereka ragu terhadap Islam. Selain itu, mereka juga susah mengatakan Alquran adalah imamnya. Sebab saat di dunia ia tak membaca Alquran, tak mempelajari Alquran, dan tak mengamalkan Alquran. Lalu pertanyaan apa lagi yang ditanyakan kepada ahli kubur? Imam Qurthubi melanjutkan penjelasannya dalam kitab at Tadzkirah bahwa ketika malaikat bertanya siapa nabimu?, sebagian ahli kubur sulit mengucapkan ‘Muhammad Nabiku’. Hal itu karena orang tersebut ketika hidup di dunia melupakan sunah-sunah rasul dan meremehkannya. Selain itu juga, ada orang yang kesulitan menjawab bahwa Ka’bah adalah kibatnya. Sebab saat di dunia mereka lalai dalam ibadah, ketika ibadah pun asal-asalan, bersuci pun asal-asalan, dan pakaian dan makanan mereka berasal dari uang haram. Lalu mereka juga kesulitan berkata bahwa nabi Ibrahim itu ayahku. Sebab ketika di dunia mereka berharap nabi Ibrahim itu adalah dari golongan Yahudi atau Nasrani. ومن الناس من يعتاص عليه أن يقول: نبيي محمد لأنه كان ناسيا لسنته ، ومن الناس من يعتاص عليه أن يقول: الكعبة قل قبلتي ، لقلة تحريه في صلاته أو فساد في وضوئه ، أو التفات في صلاته ، أو اختلال في ركوعه وسجوده ، ويكفيك ما روي في فضائلها : أن الله لا يقبل صلاة من عليه صلاة ، ومن عليه ثوب حرام ، ومن الناس من يعتاص عليه أن يقول: إبراهيم أبي ؛ لأنه سمع كلاما يوما أوهمه أن إبراهيم كان يهوديا أو نصرانيا فإذا هو سام مرتاب فيفعل به ما فعل بالآخرين . Artinya: Dan sebagian manusia ada yang sukar untuk mengucapkan ‘Muhammad Nabiku’, karena dia melupakan sunah nabi. Dan sebagian manusia ada yang sukar untuk mengucapkan ‘Kabah Kiblatku’ karena tak memperhatikan dalam sholatnya atau rusak dalam wudhunya, atau menoleh ketika sholat atau salah dalam ruku’ dan sujudnya dan mereka menggunakan pakaian haram, dan sebagian manusia kesulitan mengucapkan ‘Ibrahim ayahku’ karena satu hari mereka pernah mendengar ucapan atau harapan bahwa Ibrahim itu akan menjadi Yahudi atau Nasrani. Maka ketika itu dia dalam keraguan hingga dia diperlakukan seperti diperlakukannya kepada orang yang terlahir. (Lihat kitab at Tadzkirah karya Imam Qurthubi penerbit Maktabah Darul Minhaj halaman 356). (yat) Baca juga :

Read More

Tercatat Mukjizat Rasulullah Mencapai Ribuan Macam

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW) adalah hamba, kekasih, dan rasul utama Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT). Kedudukan beliau begini tinggi, sampai-sampai berulang kali nama atau identitas beliau disebut dalam Al-Quran dengan keluhuran budi pekerti akhlak yang mulia. Misalnya seperti termaktub dalam Al-Quran Surah Al-Qolam [68]: 4: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍۢ“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qolam [68]: 4). Ayat ini menegaskan bahwa akhlak Rasulullah SAW begitu mulia. Bahkan, saking mulia dan terpujinya akhlak beliau, kawan maupun lawan (musuh)-nya acapkali memujinya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau adalah teladan yang baik, panutan yang utama. Namun demikian, banyak manusia yang meragukan akhlaknya, meragukan identitasnya, dan tak percaya akan beliau yang diutus oleh Allah SWT sebagai Rasul-Nya. Karena itu pula, Allah SWT memberikan berbagai mukjizat kepada para Nabi dan Rasul-Rasul Allah, termasuk Nabi Muhammad SAW. Dalam berbagai riwayat dikatakan ada ribuan mukjizat yang dimiliki Rasulullah SAW. Dan mukjizat yang paling utama itu adalah Al-Quran Al-Karim. Sebagian ulama berpendapat bahwa mukjizat Rasulullah mencapai 3000 macam. Angka tersebut belum termasuk mukjizat Al-Quran yang—menurut sebagian riwayat—di dalamnya terdapat sekitar 60-70 ribu mukjizat. Mukjizat tersebut juga belum termasuk setiap perilaku, ucapan, dan tindakan Rasulullah SAW dalam menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Menurut Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, ada banyak mukjizat Rasulullah SAW. “Ayat-ayat dan petunjuk yang menunjukkan kenabian Nabi Muhammad SAW sangat banyak dan beragam jumlahnya. Bisa dikatakan, jumlahnya lebih banyak dan lebih agung daripada ayat-ayat nabi sebelum beliau,” ungkapnya. Ibnu Taimiyah menambahkan, perjalanan hidup Rasulullah (Sirah Nabawiyah) juga termasuk tanda kenabian. “Demikian pula akhlak, sabda, perbuatan, syariat, umatnya, dan karamah-karamah orang-orang saleh dari umat beliau, semua itu termasuk ayat (tanda kenabian) beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW).” Sementara itu, Al Qadhi Iyadh menuturkan bahwa Nabi Muhammad merupakan nabi yang paling banyak mukjizatnya. Karena jumlahnya yang sangat banyak itu, sampai-sampai tak ada yang mampu menghitungnya. Al Qadhi berkata, “Beliau adalah rasul yang paling banyak membawa mukjizat, paling menakjubkan tanda (kerasulannya), dan paling tampak bukti (kerasulannya)… Tidak ada tulisan atau karya yang mampu mengumpulkan semua mukjizat beliau yang banyak itu. Bahkan, satu saja dari mukjizat beliau, yaitu Al Qur’an, tidak ada yang bisa menyebutkan jumlah mukjizat yang terkandung (di dalamnya) dengan angka seribu, dua ribu, atau lebih.” Hal ini menunjukkan bahwa, diutusnya Rasulullah SAW menjadi nabi dan rasul Allah sudah menampakkan tanda-tanda istimewa. Maka sangat disayangkan mereka yang enggan dan tidak mau beriman kepada Rasulullah SAW, mengingat telah jelas dan tampak pada diri beliau sederat mukjizat yang tak terhitung banyaknya. Bahkan, sebatang pohon pun menyatakan diri beriman kepada Rasulullah SAW. Jika pohon yang tak dianugerahi akal saja bisa memahami dan meyakini kerasulan Muhammad, bagaimana mungkin manusia yang berakal tidak mau mengimaninya? (yat) Baca juga :

Read More

Empat Hikmah Yang Terdapat Dalam Surat Al Mulk

Surabaya — 1miliarsantri.net : Setiap surat di dalam Alquran memiliki hikmah dan keistimewaan tersendiri, salah satunya adalah Surat Al Mulk. Apa saja hikmah dari surat tersebut bagi jiwa? Dilansir di About Islam, Jumat (17/11/2023), seorang dokter yang berpraktik kedokteran di Amerika yang juga memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman pengorganisasian komunitas Islam serta pendiri SALIM Life LLC, Hana Alasry, menjabarkan empat hikmah Surat Al Mulk bagi jiwa. Berikut penjabarannya. Keberkahan Surat Al-Mulk di atas membuat kita bertanya-tanya, jika Alquran akan bertindak sebagai sekutu untuk membela kita di saat-saat paling rentan, apakah kita memperlakukannya seperti sekutu? Atau apakah kita menggunakan alasan yang banyak digunakan anak muda dengan mengatakan, “Saya sibuk. Saya akan membahasnya nanti. Saya akan mencari waktu.” Hana menjabarkan pelajaran pertama dari Surat Al-Mulk bahkan sebelum seorang Muslim mulai membacanya adalah dengan memperlakukan Alquran seperti seorang teman. Habiskan waktu dengannya dan dengarkan itu berulang-ulang. Salah satu refleksi paling kuat yang pernah ia dengar tentang Alquran adalah karena Alquran merupakan wahyu dari Allah. Maka Alquran bisa dikatakan ‘hidup’. Alquran berbicara kepada orang yang beriman dengan cara yang diizinkan Allah. Surat Al-Mulk tidak terkecuali, maka ia menekankan bagi seorang Muslim untuk berteman dengannya dan biarkan ia berbicara kepada sanubari hati orang-orang beriman. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Mulk ayat 3-4, “Allazii khalaqa sab’a samaawaatin tibaaqam maa taraa fii khalqir rahmaani min tafaawutin farji’il basara hal taraa min futuur. Summar ji’il basara karrataini yanqalib ilaikal basaru khaasi’anw wa huwa hasiir.” Yang artinya, “(Dia) yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Kemudian, ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.” Jika dicermati, kata Hana, ayat tersebut memerintahkan pengulangan untuk membacanya lagi. Harga diri, kata Hana, merupakan perjuangan banyak anak muda yang dapat terbawa hingga dewasa. Hal ini terdokumentasi dengan baik dalam literatur penelitian dan siapa pun yang bekerja dengan kaum muda dapat membuktikannya secara anekdot. Lantas bagaimana kaitannya dengan ayat ini? Allah yang menciptakan langit tanpa jeda pun menciptakan manusia beserta jiwanya. Allah yang menjaga langit tetap utuh telah memberi manhsia semua yang dibutuhkan untuk tetap utuh di dunia ini. Dia telah memberi petunjuk bagi manusia berupa Alquran dan teladan Nabi Muhammad. Sayyidina Umar bin Khattab diketahui pernah berkata, “Sesungguhnya kami adalah kaum yang tercela dan Allah memuliakan kami dengan Islam. Jika kita mencari kehormatan dari sesuatu selain yang telah diberikan Allah kepada kita, niscaya Allah akan mempermalukan kita.” Dari itu dapat diketahui bahwa terdapat satu lagi pengingat indah akan harga diri, terutama ketika seseorang merasa ragu atau malu dalam melakukan tindakan seorang Muslim di depan umum. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menyembunyikan apa yang ada di hati. Entah, misalnya, seseorang berbicara secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, tapi sesungguhnya Dia pasti yang lebih mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surat Al Mulk ayat 13-14. Ibnu Abbas merenungkan bahwa alasan diturunkannya ayat ini adalah karena orang-orang kafir akan memfitnah Nabi dan saling mengingatkan untuk berbisik/diam. Mereka sepertinya mengabaikan bahwa Allah mendengar semuanya. Pelajaran dalam ayat-ayat ini hampir menghantui dan tidak dimaksudkan hanya untuk kaum Quraisy saja. Hikmahnya, diucapkan atau tidak, apa yang sebenarnya ada di dalam hatimu akan keluar dan diketahui. “Kami tidak dapat mengetahui apakah foto Instagram Anda yang menjadi sukarelawan diposting dengan tujuan mempromosikan diri/membual atau berbagi peluang untuk bekerja dengan baik. Tapi Allah tahu. Dan Dia akan menyingkapkan kita jika kita tidak aktif melakukan “pekerjaan hati” untuk menyucikan diri,” kata Hana. Hal ini mencakup upaya praktis seperti terus-menerus melakukan taubat, memberikan hak-Nya kepada Allah melalui sholat, menyempurnakan karakter kita melalui kata-kata yang baik dan amal, dan masih banyak lagi. Jangan terjebak dalam membuat profil tentang betapa baiknya Anda saat online. Bangunlah dalam kehidupan nyata dan ingatlah Allah mengetahui usaha atau kekurangannya. Hal ini sebagaimana firman Allah Surat Al Mulk ayat 25-26. Dalam contoh ini, Nabi ditanyai dengan nada mengejek kapan Hari Pembalasan akan terjadi. Pelajaran yang dapat dipelajari di sini ada dua. Kedua ayat ini mewakili tema umum dalam Alquran. Ini adalah perintah Allah kepada Nabi tentang apa yang harus dibalas kepada orang-orang yang memiliki niat buruk terhadap beliau dan umat Islam. Pergeseran perspektif ini penting untuk kesuksesan di dunia ini dan di akhirat. Pergeserannya adalah fokus pada apa yang bisa Anda kendalikan, bukan pada apa yang tidak bisa Anda kendalikan. Baca juga :

Read More

Nasihat Istri yang Menguatkan Dakwah Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW adalah contoh teladan dalam memimpin keluarga dan istri-istri beliau. Rasulullah SAW juga menunjukkan bagaimana perlunya mendengar pendapat dari istri. Beliau tidak menolak mendengarkan pendapat mereka. Rasulullah SAW biasa meminta pendapat istri-istrinya mengenai beberapa perkara agama dan urusan kenegaraan. Salah satu kisahnya adalah ketika Rasulullah SAW mengikuti pendapat istrinya, Ummu Salamah, dalam konteks ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah. Saat itu beliau Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk melakukan beberapa hal, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang melakukannya. Berikut ini penggalan dari hadits panjang yang menceritakan tentang hal tersebut, sebagaimana diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah RA. قالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لأصْحَابِهِ: قُومُوا فَانْحَرُوا ثُمَّ احْلِقُوا، قالَ: فَوَاللَّهِ ما قَامَ منهمْ رَجُلٌ حتَّى قالَ ذلكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا لَمْ يَقُمْ منهمْ أحَدٌ دَخَلَ علَى أُمِّ سَلَمَةَ، فَذَكَرَ لَهَا ما لَقِيَ مِنَ النَّاسِ، فَقالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: يا نَبِيَّ اللَّهِ، أتُحِبُّ ذلكَ؟ اخْرُجْ ثُمَّ لا تُكَلِّمْ أحَدًا منهمْ كَلِمَةً، حتَّى تَنْحَرَ بُدْنَكَ، وتَدْعُوَ حَالِقَكَ فَيَحْلِقَكَ، فَخَرَجَ فَلَمْ يُكَلِّمْ أحَدًا منهمْ حتَّى فَعَلَ ذلكَ؛ نَحَرَ بُدْنَهُ، ودَعَا حَالِقَهُ فَحَلَقَهُ، فَلَمَّا رَأَوْا ذلكَ قَامُوا، فَنَحَرُوا، وجَعَلَ بَعْضُهُمْ يَحْلِقُ بَعْضًا Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perjanjian Hudaibiyah, beliau Rasulullah SAW menyerukan sahabat-sahabatnya, “Bangunlah dan sembelihlah kurban-kurban kalian, lalu cukur rambut kalian.” Demi Allah, tidak ada satu pun sahabat Rasulullah SAW yang berdiri untuk mengikuti perintah tersebut. Walaupun perintah itu diulang tiga kali. Setelah terlihat tidak ada satu pun yang menunaikan perintah, Rasulullah SAW masuk ke tenda Ummu Salamah dan menceritakan apa yang telah beliau hadapi dari orang-orang. Kemudian, Ummu Salamah RA berkata, Wahai Nabi Allah, apakah kamu ingin mereka melakukan hal itu? Keluarlah tanpa mengeluarkan sepatah kata pun kepada mereka, sampai kamu menyembelih kurban dan mendatangkan tukang cukur untuk memangkas rambutmu.” Rasulullah SAW pun keluar dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepada orang-orang, sampai beliau melakukannya, yakni menyembelih kurban dan mendatangkan tukang cukur untuk memangkas rambut beliau. Lalu para sahabat melihat apa yang dilakukan Rasulullah SAW. Mereka pun bangkit dan menyembelih kurban serta mencukur rambut mereka satu sama lain.” (HR. Bukhari). (yat) Baca juga :

Read More

Bacaan Dzikir Yang Dicintai Allah dan Rasul Nya

Surabaya — 1miliarsantri.net : Terdapat kalimat yang begitu dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yakni tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. “Kalimat yang paling mulia sesudah Alquran adalah tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Banyak dalil yang menjelaskan keistimewaan empat kalimat tersebut,” kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA melalui pesan Telegram. Ustadz Abdullah menjelaskan, di antara fadilahnya empat kalimat istimewa tersebut ialah: “Kalimat yang paling dicintai Allah ada empat. Subhanallah, alhamdulillah, la ilaha illallah dan Allahu akbar. Tidak masalah engkau memulainya dari manapun”. HR. Muslim dari Samurah bin Jundub. “Aku bisa mengucapkan subhanallah, alhamdulillah, la ilaha illallah dan Allahu akbar, lebih kucintai dibandingkan dunia seisinya”. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. “مَا عَلَى الْأَرْضِ رَجُلٌ يَقُولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، إِلَّا كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ، وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ” “Tidaklah seorang di muka bumi mengucapkan la ilaha illallah, Allahu akbar, subhanallah, alhamdulillah dan la haula wa la quwwata illah billah; melainkan dosa-dosanya akan diampuni, walaupun lebih banyak dibanding buih di lautan”. HR. Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahaby. عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِشَجَرَةٍ يَابِسَةِ الوَرَقِ فَضَرَبَهَا بِعَصَاهُ فَتَنَاثَرَ الوَرَقُ، فَقَالَ: “إِنَّ الحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ لَتُسَاقِطُ مِنْ ذُنُوبِ العَبْدِ كَمَا تَسَاقَطَ وَرَقُ هَذِهِ الشَّجَرَةِ” Anas bin Malik bertutur, bahwa suatu saat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam melewati pohon yang daun-daunnya telah kering. Lalu beliau memukulkan tongkatnya ke pohon, maka berguguranlah daun-daunnya. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya alhamdulillah, subhanallah, la ilah illallah dan Allahu akbar akan menggugurkan dosa-dosa hamba sebagaimana bergugurannya dedaunan pohon ini”. HR. Tirmidzy dan dinyatakan hasan. Ustadz Abdullah mengatakan, para ulama menjelaskan bahwa dosa-dosa yang dimaksud dalam hadits di atas adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar maka untuk menghapuskannya perlu dengan taubat. Sebagaimana diterangkan dalam hadits-hadits lain. (yat) Baca juga :

Read More