Nabi Idris Memiliki Sejumlah Keutamaan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Setelah Nabi Adam sebagai manusia pertama, ada lelaki yang diangkat menjadi nabi Allah, yakni Idris ‘alaihi salam (AS). Menurut Ibnu Katsir dalam Qishash al-Anbiya’, beliau diperkirakan berusia 345 tahun. Ada pula yang menyebutkan usianya 308 tahun. Terdapat sejumlah keistimewaan mengenai Nabi Idris AS. Pertama, ia adalah manusia pertama yang pandai baca tulis dengan pena. Kepada Idris-lah, Allah memberikan 30 lembaran-lembaran ajaran, yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya. Kedua, Nabi Idris diberi bermacam-macam pengetahuan, antara lain, merancak (merawat) kuda, ilmu perbintangan (falak), sampai ilmu berhitung alias matematika. Ketiga, nama Nabi Idris sendiri berasal dari kata darasa yang artinya belajar. Idris memang sangat rajin mengkaji ajaran Allah, yang diturunkan kepada Adam dan Nabi Syits. Bahkan, ajaran yang langsung kepada dirinya. Nabi Idris juga sangat tekun mengkaji fenomena alam semesta, yang semua merupakan ayat dan pertanda dari Tuhannya. Terakhir, Nabi Idris ialah orang yang pertama pandai memotong dan menjahit pakaiannya. Orang-orang sebelumnya konon hanya mengenakan kulit binatang secara sederhana dan apa adanya untuk dijadikan penutup aurat. Idris yang haus akan ilmu pengetahuan sehari-hari memang disibukkan oleh berbagai kepentingan. Namun, ia tetap selalu ingat kepada Tuhan. Dengan berbekal pengetahuan yang mencapai kelengkapan, kekuatan dan kehebatan yang mumpuni, Idris menjadi gagah berani tak takut mati, tak gentar kepada siapa saja, terutama dalam menyadarkan keturunan Qabil-Iqlima, yang saat itu penuh dengan kesesatan. Dapat dipahami jika ia mendapat gelar kehormatan Asad al-Usud alias ‘Singa di atas segala singa’ dari Allah. Kepada kaumnya, Idris diperintahkan memberantas kebiasaan melakukan kenistaan. Idris ditugaskan untuk membenahi pekerti rendah, zalim terhadap sesama, suka permusuhan, serta suka berbuat kerusakan. Kepada keturunan Qabil, Idris menegaskan, iman kepada Allah bisa memberikan keberuntungan. Untuk itu wahai kaumku, peganglah tali agama Allah, beribadahlah hanya kepada Allah. Bebaskan diri dari azab akhirat dengan cara amal saleh dan kebaikan. “Zuhudlah di dunia dan berlaku adil, mengerjakan shalat sesuai dengan ajaran Tuhan. Berpuasa pada hari tertentu setiap bulan, jihad melawan musuh agama bikinan setan, serta keluarkan zakat dan sedekah untuk membantu kaum papa dan kaum yang ditimpa kemalangan,” katanya. (jeha) Baca juga :

Read More

Lima Rahasia Kesehatan Ala Rasulullah SAW

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Rasulullah Muhammad SAW disebutkan dalam beberapa riwayat pernah mengalami sakit hanya dua kali selama masa hidup sampai akhir hayatnya di usia 63 tahun Selama masa hidup, Rasulullah Muhammad SAW hanya sakit dua kali, yang pertama adalah ketika demam sesaat setelah menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibril, dan sakit yang kedua adalah sakit menjelang meninggalnya. Tapi dalam riwayat yang lain juga disebutkan, sakit yang pertama itu bukan demam sesaat setelah mendapatkan wahyu, sebab itu tidak bisa disebut sakit. Akan tetapi sakit yang pertama adalah ketika kaki Rasulullah Muhammad SAW berdarah ketika dilempari batu oleh penduduk Thaif. Akan tetapi yang ingin disampaikan oleh dr. Agus adalah bukan perdebatan soal kapan waktunya Rasulullah sakit. Melainkan perihal apa yang menyebabkan Rasulullah semasa hidupnya amat jarang sakit. “Sehat yang dilakukan Rasul itu memenuhi empat kriteria sehat (sehat fisik, jiwa, sosial, dan spiritual),” ungkap dr. Agus Taufiqurrahman. Adapun kunci sehat yang dijalani oleh Rasulullah itu sekurangnya meliputi lima hal, yaitu menjaga kebersihan, menjaga makan, menjaga emosi, kebiasaan mengatur tidur dan bangun lebih awal, dan kebiasaan Rasulullah Muhammad SAW yang sering melakukan puasa. Terkait dengan kebiasaan berpuasa yang dilakukan oleh Rasulullah, kata dr. Agus, selain menyehatkan, juga dapat mencegah penuaan dini, puasa dapat dijadikan sebagai cara untuk antiangina. Hal itu dibuktikan dari hasil penelitian orang Jepang yang bernama Yoshinori Ohsumi yang juga memenangi hadiah Nobel Kedokteran tahun 2016. “Termasuk orang yang ingin menaikkan kekebalan tubuh. Penelitian itu banyak tentang bagaimana puasa bisa menaikkan kekebalan tubuh,” ungkapnya. Oleh karena itu, dr. Agus berpesan supaya seorang muslim beserta keluarganya untuk senantiasa menerapkan lima kebiasaan Rasulullah dalam hidupnya yaitu hidup bersih, jaga pola makan, jaga emosi, mengatur waktu tidur dan bangun, serta membiasakan diri berpuasa. (jeha) Baca juga :

Read More

Kisah 3 Syuhada yang Ditangisi Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Waktu itu, bulan Jumadilawal tahun kedelapan Hijriyah. Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan tiga ribu prajurit pilihan untuk melakukan ekspedisi ke Syam (Suriah). Misi ini dipimpin Zaid bin Haritsah dengan bertujuan agar Muslimin dapat memberi pelajaran kepada suku-suku Arab yang telah berkhianat. Kabilah-kabilah di perbatasan Jazirah Arab-Romawi itu tidak segan-segan menyerang juru dakwah Islam yang sedang melaksanakan tugasnya. Rasulullah SAW juga berpesan, “Kalau Zaid gugur, maka Jafar yang akan memegang tampuk pimpinan pasukan. Bila Jafar gugur, maka Abdullah bin Rawahah menggantikannya.” Kabar keberangkatan ekspedisi ini sampai pada kubu musuh di Syam. Negeri itu sedang dikuasai Romawi, yang dipimpin Heraklius. Ia lantas menyiapkan pasukan sekitar 100 ribu orang yang dikomandoi Panglima Theodurus, adik Kaisar Romawi. Mereka sudah siap menghadang pasukan Muslim. Ketika Zaid menerima berita tentang pasukan musuh itu, ia pun mengadakan musyawarah. Ada yang mengusulkan, hal itu sebaiknya dilaporkan terlebih dahulu kepada Rasulullah SAW. Dengan begitu, pasukan Muslimin menunggu instruksi selanjutnya dari Madinah. Namun, Abdullah bin Rawahah menyanggahnya. “Yang kalian segani adalah hal yang justru kalian bertolak karena menginginkannya. Kita tidak pernah berperang karena mengandalkan bilangan dan kekuatan, tetapi berdasarkan kebenaran agama ini. Marilah kita maju! Karena kita hanya punya dua alternatif. Menang atau gugur sebagai syahid,” ujar Abdullah. Maka, terjadilah peperangan dahsyat yang tidak seimbang di Mu’tah (kini wilayah Yordania). Bendera Nabi SAW dibawa oleh Zaid, yang melaju ke tengah-tengah musuh membabat siapa yang berani menghadangnya. Zaid–anak angkat Rasulullah SAW ini yakin bahwa kematiannya tidak terelakkan lagi. Benar saja, ia pun mati syahid di jalan Allah. Setelah Zaid gugur, bendera Nabi diambil oleh Jafar. Jafar yang masih berusia 30 tahun, kemenakan Rasulullah SAW dan kakak Ali bin Thalib juga memberikan perlawanan dahsyat sehingga kedua tangannya putus, dan baru gugur setelah badannya terbelah. Abdullah bin Rawahah lantas memegang bendera panji Rasulullah SAW itu. Akan tetapi, dirinya pun terus diberondong senjata musuh. Jumlah pasukan lawan itu lebih banyak. Maka, Abdullah pun gugur secara heroik, mengikuti dua sahabatnya yang telah berpulang ke rahmatullah itu. Saat pertempuran itu sedang berkecamuk denga, di Madinah Rasulullah SAW tengah berkumpul dengan para sahabat dalam suatu majelis di Masjid Nabawi. Tiba-tiba, Rasulullah SAW terdiam dan air mata menetes di pipinya. Rasulullah SAW memandang para jamaah lalu berkata,”Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja’far, ia bertempur dan syahid juga. Kemudian panji itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur, lalu gugur sebagai syahid.” Beliau kemudian terdiam sebentar, sementara matanya masih berkaca-kaca. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku di surga.” (jeha) Baca juga :

Read More

Beberapa Peristiwa Perang Semasa Hidup Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Agama Islam meski disampaikan secara damai dan lembut tetap tidak bisa menghindari peperangan dengan kaum musyrikin. Ada banyak peristiwa-peristiwa perang di zaman Rasulullah Muhammad SAW. Ustad Ahmad Sarwat Lc dalam buku berjudul Islam Agama Perdamaian menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa perang di zaman Nabi. Meski banyak peristiwa perang, dalam bukunya Ustad Ahmad menegaskan dan menyimpulkan Islam adalah agama perdamaiannya. Di dalam kitab Sirah Nabawiyah, isinya bertabur dengan banyak kisah-kisah perang. Perang ini terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriyah, bertepatan dengan 13 Maret 624 Masehi. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy. Kemudian mereka mundur dalam kekacauan. Dr. Musthafa As-Siba’i dalam kitabnya Sirah Nabawiyah Durus Wa ‘Ibar menyebutkan bahwa perang Uhud terjadi pada Sabtu, 15 Syawal 3 Hijriyah. Kekuatan pasukan Muslimin awalnya 1.000 orang, namun berkurang menjadi hanya tinggal sekitar 700 orang. Sementara pasukan musyrikin Makkah berkekuatan 3.000 orang dengan perbekalan dan kendaran lengkap. Al-Mubarakfuri di dalam kitabnya Ar-Rahiq Al-Makhtum menyebutkan bahwa tidak kurang dari 70 ayat Alquran telah turun dalam peristiwa perang Uhud ini. Ayat Alquran turun pada setiap momen dari kejadian perang itu, episod demi episod. Yang paling banyak turun ayat dalam Surah Ali Imran, khususnya mulai dari ayat 121 hingga ayat 179. Dinamakan perang Khandaq yang artinya parit karena strategi bertahan di dalam kota Madinah menggunakan parit yang digali sepanjang 5 kilometer. Perang ini juga dinamakan dengan perang Ahzab, karena pihak musuh merupakan gabungan kekuatan para musuh Islam. Pihak musuh di antaranya kaum musyrikin Makkah, beberapa kelompok dari kaum Yahudi dan orang-orang munafikin di dalam Madinah. Perang Ahzab ini juga menjadi nama salah satu surah di dalam Alquran, yakni surat ke-33. Al-Waqidi di dalam kitab Al-Maghazi menyebutkan bahwa peristiwa perang ini terjadi pada Selasa, 8 Dzulhijjah 5 Hijriyah. Sementara, Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya Ghazawat Ar-Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: Durus wa Ibar wa Fawaid mengutip pendapat Ibnu Saad menuliskan bahwa pasukan Ahzab dikalahkan pada Rabu bulan Dzulhijjah 5 Hijriyah. Berbeda dengan Al-Waqidi dan Ash-Shalabi, Dr. Musthafa As-Siba’i dalam kitabnya Sirah Nabawiyah Durus wa ‘Ibar menyebutkan bahwa perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal 5 Hijriyah. Perang Bani Quraidhah terjadi pada akhir perang Khandaq. Ini adalah peristiwa dikepungnya benteng milik Bani Quraidhah dan dibunuhnya semua penghuninya, karena mereka telah berkhianat. Awalnya ketika Rasulullah SAW pulang dari perang Khandaq dan hendak meletakkan baju perangnya, tiba-tiba datang Malaikat Jibril yang membawa perintah Allah untuk meneruskan perang mengepung Benteng Yahudi Bani Quraidhah. Meski banyak peristiwa perang di zaman Nabi, Ustaz Ahmad menegaskan, bukan berarti intisari kehidupan Rasulullah SAW hanya soal perang saja. Perang Khaibar terjadi pada tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah SAW berangkat meninggalkan Madinah menuju ke Khaibar di awal bulan Muharam, sepulang dari perjalanan umrah yang terhambat di Hudaibiyah. Dr. Musthafa As-Siba’i dalam kitabnya Sirah Nabawiyah Durus Wa ‘Ibar menyebutkan bahwa perang ini terjadi pada akhir Muharram 7 Hijriyah. Dinamakan perang Khaibar karena terjadinya di suatu daerah milik Yahudi bernama Khaibar, berjarak 160 kilometer di utara Madinah yang merupakan tanah subur penghasil kurma terbaik di dunia. 6 Perang Mu’tah (8 Hijriyah) Perang Mu’tah terjadi di suatu tempat yang bernama Mu’tah. Yakni suatu desa di sebelah tenggara Laut Mati, di arah perjalanan ke negeri Syam. Saat ini tempat tersebut bernama Kurk. Perang ini juga menjadi tonggak pertama kali di mana pasukan Muslim bergerak jauh untuk perang ke luar batas jazirah Arab. Perang Mu’tah terjadi pada bulan Jumadil Awal 8 Hijriyah. Beberapa bulan sebelum terjadi peristiwa pembebasan Kota Makkah di bulan Ramadhan tahun itu. Penguasa Bushra merupakan bawahan Kaisar Heraklius. Penyebab perang Mu’tah karena dibunuhnya utusan yang membawa surat dari Rasulullah Muhammad SAW kepada para penguasa Bushra. Melalui surat itu Nabi mengajak penguasa Bushra memeluk Islam. Seharusnya utusan pembawa pesan tidak boleh dibunuh. Namun Al-Harits bin Umair Al-Azdi sang pembawa surat Nabi itu dipenggal kepalanya oleh Syarhabil bin Amr Al-Ghassani. Sebuah kesalahan besar yang mereka lakukan. Dibunuhnya pembawa surat mengakibatkan perang besar. Rasulullah SAW mengirimkan 3.000 pasukan dipimpin oleh Zaid Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah Ridwanullahi ‘alaihim jami’an. Ketiganya mati syahid dalam perang itu. Kepemimpinan kemudian berganti kepada Khalid bin Walid, yang baru saja masuk Islam. Pada perang ini, di pihak orang kafir Arab yang dibantu kerajaan Romawi, jumlah pasukannya mencapai angka yang sangat fantastis, yakni 200 ribu pasukan. Bila pasukan Muslim hanya berjumlah 3.000 orang, maka perbandingannya adalah 1 orang melawan 66 orang. Sebuah perbandingan yang tidak masuk akal. Perang Hunain ini terjadi ketika Rasululah SAW masih di Makkah saat membebaskannya di bulan Ramadhan 8 Hijriyah. Perang ini terjadi sekitar dua pekan setelah penaklukan Makkah atau empat pekan setelah Nabi meninggalkan Madinah. Sebanyak 12 ribu orang pasukan Muslimin tidak berangkat dari Madinah, justeru bergerak dari Makkah pada 5 Syawal kemudian tiba di Hunain pada 10 Syawal 8 Hijriyah di sore hari. Lawan yang dihadapi pada perang Hunain ini adalah kaum Tsaqif dan Hawazin. Perang Tabuk sebenarnya merupakan sambungan dari perang sebelumnya yaitu perang Mu’tah. Rasulullah SAW mendengar kabar bahwa Bizantium dan sekutu Ghassaniyah telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvasi Hijaz dengan kekuatan sekitar 40 ribu sampai 100 ribu orang. Di lain pihak, Kaisar Romawi Heraklius menganggap bahwa kekuasaan kaum Muslimin di Jazirah Arab berkembang dengan pesat. Maka daerah Arab harus segera ditaklukkan sebelum orang-orang Muslim menjadi terlalu kuat dan dapat menimbulkan masalah bagi Bizantium. Untuk melindungi umat Islam di Madinah, Rasulullah melakukan aksi preventif dan menyiapkan pasukan yang terdiri dari 70 ribu orang. Ini adalah jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam. Maka pada bulan Rajab 9 Hijriyah, Nabi memaklumatkan perang Tabuk. Enam bulan setelah peristiwa pengepungan Thaif. Meski banyak peristiwa perang di zaman Nabi, Ustaz Ahmad menegaskan, bukan berarti intisari kehidupan Rasulullah SAW hanya soal perang saja. (jeha) Baca juga :

Read More

Sholawat Barjanji Menjadi Tradisi disaat Maulid Nabi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Bulan Rabiul Awal telah datang. Salah satu momentum keagamaan yang ditunggu-tunggu umat Islam adalah perayaan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW yang lazim dsebut sebagai maulid nabi. Salah satu kitab yang kerap dibaca dalam perayaan maulid yakni Kitab Berzanji. Kitab ini menjadi salah satu karya sastra Islam yang terkenal dalam tradisi Melayu dan Indonesia. Kitab ini sebagian besar berisi syair-syair atau puisi-puisi yang memuji dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW, dan juga beberapa cerita tentang kehidupan beliau. Kitab Berzanji sangat populer di dunia Islam dan telah dihafalkan dan dibaca oleh banyak orang Muslim di seluruh dunia. Syair-syair dalam kitab ini menggambarkan keindahan dan keutamaan Nabi Muhammad SAW, serta berbagai kejadian luar biasa yang terjadi selama hidupnya. Dalam buku “Maulid Berzanji” karya Ustadz M Syukron Maksum dijelaskan, Maulid Berzanji merupakan bentuk doa-doa, puji-pujian, dan menceritakan riwayat nabi Muhammad yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Warga muslim mengikuti barzanji dengan melantunkan shalawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW diiringi rebana saat digelarnya seni Gembrung di Kedondong, Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (28/9/2023). Pagelaran seni Gembrung di wilayah tersebut merupakan tradisi untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kitab ini sebenarnya berjudul “Iqd Al Jawhar fi Mawlid An-Nabiy Al Azhar”, namun lebih terkenal dengan Maulid Barzanji sesuai nama penyusunnya, yaitu Syekh Ja’far bin Hasan bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji. Sejarah kitab Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar peringatan Maulid Nabi Muhammad yang digelar pertama kali. Walaupun, ada banyak pendapat tentang perayaan Maulid Nabi pertama tersebut. Maulid Nabi atau hari kelahiran nabi Muhammad pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam dalam perang Salib. Sebab, waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara Salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Pada 1099, tentara Salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Sementara, umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan semangat ukhuwah. Lalu, pemimpin umat Islam dalam Perang Salib, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW secara massal. Karena, menurut dia, semangat juang Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat Islam kepada nabi mereka. Sebenarnya, menurut Ustadz M Syukron Maksum, hal itu bukan gagasan murni Salahuddin melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi semacam bupati di Irbil, Surya Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi di istananya. Hanya saja, perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad, yakni An-Nashir ternyata khalifah setuju. Maka, pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H/ 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada bahwa mulai tahun 580 H/ 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam. Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 580 H/1184 M adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat nabi beserta puji-pujian bagi nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan kemudian diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Hingga akhirnya yang menjadi pemenangnya adalah Syekh Ja’far Al-Barzanji. Pernyata, peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahudin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 583 H/ 1187 M Yerusalem berhasil direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini. Kitab Maulid Berzanji sendiri sampai sekarang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di banyak pesantren dan madrasah di seluruh dunia Islam. Di Indonesia, Kitab Berzanji juga dikenal dengan sebutan “Syair Maulid” dan sering dibacakan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. (yan) Baca juga :

Read More

Innovasi Baru Kaligrafi Digital pada MTQ Nasional 2024

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kementerian Agama (Kemenag) RI menghadirkan inovasi baru dengan memperlombakan seni kaligrafi digital, yang merupakan golongan dari cabang kaligrafi pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional 2024 di Kalimantan Timur. “Seni kaligrafi digital menjadi salah satu golongan baru yang untuk pertama kalinya diperlombakan pada MTQ Nasional 2024,” kata Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Ahmad Zayadi dalam keterangannya di Samarinda, beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, lomba seni kaligrafi digital digelar untuk memberi dampak positif bagi generasi muda, yang diharapkan dapat menggaet dan termotivasi untuk mencintai Alquran dengan cara yang kreatif berbasis digital. “Dengan adanya lomba ini, diharapkan generasi muda dapat lebih tertarik untuk terlibat dalam kegiatan yang digelar oleh Kemenag,” sambungnya. Dalam cabang kaligrafi, kata Zayadi, terdapat empat golongan yang diperlombakan, yaitu naskah Alquran, mushaf Al Quran, dekorasi Alquran, dan kontemporer Alquran. Dikatakannya, semua golongan tersebut masih menggunakan metode manual, dengan media seperti kanvas, cat warna, kertas, atau karton. “Khusus untuk Seni Kaligrafi Digital, seluruh prosesnya dilakukan menggunakan perangkat komputer dan perangkat digital lainnya, seperti iPad. Dengan demikian, kreasi dan inovasi dalam lomba ini sepenuhnya berbasis teknologi,” lanjutnya. Kemudian untuk menilai seni kaligrafi digital, lanjutnya, dewan hakim yang direkrut mesti memenuhi tiga standar kriteria, yaitu: pengetahuan tentang kaligrafi, termasuk khath Naskh dan kaidah-kaidahnya; keahlian dalam seni rupa, termasuk komposisi warna; serta keahlian di bidang teknologi informasi (IT). Seperti halnya cabang lain seperti tahfidz dan tilawah, Zayadi menyebut, seni kaligrafi digital juga melalui proses seleksi mulai dari tingkat desa, kabupaten, provinsi, hingga tingkat nasional. “Peserta yang mengikuti lomba Seni Kaligrafi Digital harus melalui serangkaian proses di tingkat bawah dan melampirkan sertifikat sebagai pemenang di tingkat provinsi untuk dapat maju ke tingkat nasional. Namun, pengiriman peserta seni kaligrafi digital tentunya tergantung pada daerah masing-masing,” imbuhnya. Secara terpisah, Kasubdit Lembaga Tilawah dan Musabaqah Al Quran dan Alhadist, Rijal Ahmad Rangkuty menjelaskan, lomba Seni Kaligrafi Digital telah diumumkan dan diatur dalam petunjuk teknis (Juknis) yang dipublikasikan pada November 2023 lalu. Rijal mengatakan, kendati merupakan cabang baru, lomba tersebut tetap mengikuti regulasi yang telah ada, seperti integrasi data peserta dengan sistem kependudukan di Ditjen Dukcapil untuk memastikan informasi peserta valid dan sah, serta mencegah pelanggaran terkait persyaratan usia. “Namun, poin dari lomba seni kaligrafi digital ini tidak akan memengaruhi penentuan juara umum, karena masih ekshibisi,” tutup Rijal. (rid) Baca juga :

Read More

Ada Banyak Jin Kafir yang Dikurung Nabi Sulaiman di Dasar Laut

Jakarta — 1miliarsantri.net : Mereka kafir kepada Sulaiman ‘alaihissalam dan menolak untuk taat kepadanya, maka Sulaiman mengurung mereka di pulau-pulau yang ada di lautan atau di dasar laut. Allah SWT berfirman dalam Surat Saba ayat 12 sebagai berikut ini: وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ ۖ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama” dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” Sebuah isyarat terkait bagaimana Nabi Sulaiman memperlakukan jin kafir itu tersirat dalam riwayat Bukhari. Dijelaskan ketika setan tiba-tiba muncul di hadapan Rasulullah SAW, beliau langsung hendak mengikatnya, lalu beliau bersabda: وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوا، فَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ، فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ “Aku hendak mengikatnya pada sebuah tiang hingga kalian bangun dan melihatnya, lalu aku teringat perkataan Sulaiman رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي “Ya Tuhan, berilah aku kerajaan yang tak seorang pun dapat memilikinya setelahku’ (QS Shad ayat 35), lalu Allah mengusirnya dalam keadaan hina.” Setan-setan ini tetap terpenjara untuk sementara waktu, dan kemudian Allah berkehendak untuk melepaskan rantai mereka dan membawa mereka keluar kepada manusia untuk menggoda mereka, dan mereka menggoda mereka dengan cara yang berbahaya! Diriwayatkan Muslim yang dinukilkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia berkata: إِنَّ فِي الْبَحْرِ شَيَاطِينَ مَسْجُونَةً، أَوْثَقَهَا سُلَيْمَانُ، يُوشِكُ أَنْ تَخْرُجَ، فَتَقْرَأَ عَلَى النَّاسِ قُرْآنًا Ada setan-setan yang dipenjara di laut, diikat oleh Sulaiman, yang akan keluar dan membacakan Alquran kepada manusia Setan yang merupakan golongan kafir dari jin, bagaimana mungkin membaca Alquran bisa menjadi fitnah bagi manusia Dalam menafsirkan hal itu, para ulama memiliki penafsiran yang berbeda yaitu sebagai berikut: Pertama, maksudnya fitnah tersebut sebagian mereka akan mengatakan bahwa itu adalah Alquran yang telah diubah, seperti yang dikatakan oleh Musailamah, Sajah, Qaramithah, dan beberapa orang Syiah. Kedua, yang dimaksud bukanlah Alquran, tetapi maknanya adalah bahasa, karena Alquran berarti kumpulan, dan Alquran disebut Alquran karena ia mengumpulkan makna-makna yang mulia, dan kemudian setan-setan membacakan kepada manusia apa yang telah mereka kumpulkan untuk menyesatkan mereka, bukan Alquran itu sendiri. (yan) Baca juga :

Read More

Kain Songket Indonesia, Kekayaan Tradisi yang Mendunia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan warisan leluhur, memiliki berbagai jenis kain tradisional yang sarat akan nilai seni dan sejarah. Di antara kekayaan tersebut, kain songket menonjol sebagai salah satu yang paling elegan dan penuh makna. UNESCO mencatat bahwa songket merupakan teknik tenun yang melibatkan penyisipan benang-benang hias di antara benang dasar, menciptakan pola yang terlihat mengambang dengan kilauan benang emas atau perak. Berikut adalah lima kain songket yang tak hanya menjadi kebanggaan Indonesia tetapi juga sudah diakui di tingkat internasional: Benang emas atau perak kemudian ditenun dengan indah, menciptakan kain yang sering digunakan dalam upacara adat dan pernikahan sebagai simbol status dan kekayaan. Warna-warna seperti merah cerah, hijau, dan ungu mendominasi, menjadikan kain ini sangat populer di kalangan bangsawan pada masa lalu. Kini, keindahan Songket Palembang tidak hanya dinikmati di Indonesia, tetapi juga oleh wisatawan internasional. Warna-warna yang lembut dipadukan dengan benang emas atau perak menciptakan kain yang anggun dan halus. Kualitas tenunan Songket Silungkang sangat tinggi, menjadikannya salah satu kain yang diburu oleh kolektor dan pecinta kain tradisional. Warna-warna yang cerah dipadu dengan benang emas yang halus menciptakan kain yang memukau. Songket Sambas sering dipakai dalam upacara adat dan acara keagamaan, dan keindahannya telah menarik perhatian dunia internasional, memperkaya citra budaya Indonesia di mata dunia. Dominasi warna emas, merah, dan hitam membuat kain ini tampak megah dan sering digunakan dalam upacara adat serta ritual keagamaan. Bagi para wisatawan, Songket Bali menjadi salah satu cendera mata yang paling dicari. Kain songket Indonesia bukan hanya sekadar kain; ia merupakan lambang warisan budaya yang memadukan keindahan, keahlian, dan makna mendalam. Setiap daerah di Indonesia menambahkan sentuhan khas mereka, menjadikan setiap kain songket sebagai karya seni unik yang berharga. Saat ini, kain songket tidak hanya diakui di dalam negeri tetapi juga dihargai di panggung internasional sebagai simbol kebudayaan Indonesia yang kaya dan memukau. (jeha) Baca juga :

Read More

Kisah Umar bin Khattab Saat ke Yerusalem Naik Unta Pinjaman

Jakarta — 1miliarsantri.net : Contoh-contoh kesederhanaan para pemimpin Islam yang mendapat bimbingan dari Rasulullah SAW sangat banyak. Satu di antaranya yakni kesederhanaan Umar bin Khattab RA saat menjadi khalifah atau pemimpin negara sekaligus umat Islam. Umar bin Khattab adalah contoh manusia yang berhasil menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam semua sendi kehidupannya. Setiap tindakannya senantiasa seperti yang diajarkan Rasulullah. Kehidupan Umar begitu sederhana, tawadhu, dan tidak menyombongkan statusnya sebagai seorang Khalifah. Umar selalu mengisi hari-harinya dengan mempraktikan yang dicontohkan Rasulullah. Kesederhanaan Umar sebagai seorang hamba Allah dan pengikut Rasulullah terus berlanjut bahkan kendati ia berhasil menaklukkan Bizantium dan bangsa-bangsa lainnya. Umar sedikit pun tak mengubah gaya hidupnya. Ada kisah menarik yang menggambarkan ketawadhuan Umar bin Khattab, seperti dikutip dalam buku Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia karya Fethullah Gulen. Ketika Al Quds (Yerusalem) dulu berhasil ditaklukkan pasukan Islam, ternyata para pendeta yang berada di kota suci itu tidak bersedia menyerahkan kunci kota kepada panglima pasukan muslim yang telah memenangi pertempuran. Para pendeta merasa tak menemukan orang yang pantas untuk menerima kunci kota suci itu. Kabar itu pun sampai pada Umar bin Khattab. Sang Amirul Mukminin pun langsung berangkat menuju Al Quds dengan mengendarai seekor unta yang dipinjamnya dari Baitul Mal. Di sepanjang perjalanan menuju Al Quds, Umar rela bergantian mengendarai unta pinjaman dari Baitul Mal itu dengan ajudannya. Ketika unta yang dikendarai Umar hampir sampai di gerbang Al Quds, tibalah ajudan Umar bin Khattab yang memperoleh giliran mengendarai unta itu. Umar pun turun dan mempersilakan ajudannya untuk naik ke punggung unta, sementara dirinya menuntun unta itu sambil berjalan. Ajudan Umar bin Khattab pun menolak karena merasa tak bisa membiarkan Amirul Mukminin memasuki Al Quds sambil berjalan menuntun unta yang dikendarai seorang pelayan. Dalam sekejap, seisi Yerusalem pun mendadak riuh oleh orang-orang yang tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Seorang pemimpin tertinggi kekhalifahan Islam berjalan memasuki kota sambil menuntun unta yang dikendarai ajudannya sendiri. Ketika hal itu terlihat oleh para pendeta pemegang kunci kota mereka pun berujar “Memang seperti inilah sifat orang yang akan menerima kunci kota ini seperti yang telah disebutkan di dalam kitab suci kami.” Para pendeta itu pun langsung menyerahkan kunci kota Al Quds kepada Umar bin Khattab. (jeha) Baca juga :

Read More

Tips Mindfulness Dari Umar Bin Khattab

Jakarta — 1miliarsantri.net : Al-Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyampaikan sebuah hadist Rasulullah tentang pentingnya menundukkan hawa nafsu, رَجَعْنَا مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَي اْلجِهَادِ اْلأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا جِهَادُ اْلأَكْبَرِ؟ قَالَ: جِهَادُ اْلقَلْبِ أَوْ جِهَادُ النَّفْسِ. Rasulullah bersabda, “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar.” Para sahabat berkata, “Apakah jihad besar itu?” Nabi menjawab, “Jihad hati atau jihad nafsu.” Hadist tersebut disampaikan setelah kepulangan Nabi dan para sahabat dari perang Badar. Makna utamanya adalah berperang melawan hawa nafsu sama pentingnya dengan berperang melawan musuh yang memegang senjata. Makna lain dari sabda Rasulullah tersebut untuk memberi penekanan bahwa detik-detik perang melawan musuh sudah selesai, dengan perkataan beliau roja’na (kita sudah kembali). Artinya, medan bertempur telah ditinggalkan. Maka jangan sampai pikiran ini masih saja “menghadapi musuh”. Apa yang sudah terjadi maka lepaskanlah dan segera beralih kepada apa yang ada di hadapan kita sekarang. Selanjutnya Rasulullah menerangkan bahwa perjuangan yang kini sedang dihadapi adalah melawan hawa nafsu, maka inilah jihad yang ditempuh berikutnya. Bandingkan dengan orang-orang musyrik yang kalah dalam perang Badar, saat mereka kembali ke kampung halaman ternyata pikiran mereka masih saja “menghadapi musuh” padahal kenyataannya mereka sudah berada di rumah. Mereka masih menyimpan dendam, matanya tidak bisa tidur memikirkan apa yang sudah selesai tersebut. Itulah sebabnya mereka lanjut mengatur siasat pembalasan yang kelak menjadi perang Uhud. Alangkah indahnya Rasulullah yang mengajarkan agar pikiran kita benar-benar berada pada momentum yang sedang berlangsung. Apabila di medan tempur, tentu berjihad melawan musuh. Namun setiba di rumah, tinggalkan musuh dan waktunya berjihad melawan nafsu.Inilah yang disebut orang-orang barat di masa kini sebagai mindfulness, yaitu seni menikmati hidup menurut momen yang sedang berlangsung. Bukan momen yang telah berlalu. Contohnya ketika kemarin kita bertemu tetangga, lantas ia mengucapkan kalimat yang menyinggung perasaan kita. Tentu saja kita tersinggung ketika kemarin mendengarnya. Namun menjadi aneh, jika sampai hari ini kita masih tersinggung. Karena detik-detik proses mendengarnya sudah selesai. Artinya, momen tersebut harus sudah ditinggalkan. Jika kita terus memikirkan ucapan tetangga tersebut, sama saja pikiran ini masih “menghadapi musuh”. Apa yang sudah terjadi maka lepaskanlah dan segera beralih kepada apa yang ada di hadapan kita sekarang. Tak salah jika Sahabat Umar bin Khattab memberi tips mindfulness seperti tersebut dalam kitab Al-Iqdul Farid, إذا سمعت الكلمة تؤذيك فطأ طئ لها حتى تتخطاك “Jika engkau mendengar kata-kata yang menyakitkan dirimu tundukkanlah kepalamu sehingga kata-kata tersebut berlalu.” Mengertilah kita bahwa prinsip live in the moment (hidup pada saat yang sedang berlangsung) adalah warisan dari Rasulullah dan para sahabat. Sejatinya bila kita praktikkan dengan sungguh-sungguh akan diperoleh kedamaian sejati. Karena kita tak perlu meresahkan apa yang sudah berlalu. (yan) Baca juga :

Read More