Perpustakaan Bayt Al Hikmah Bukti Islam Menguasai Pendidikan, Berdiri Pada Masa Khalifah Al-Ma’mun

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Pada saat Dinasti Abbasiyah masih berdiri, salah satu keberhasilannya ditunjukkan dengan pendirian perpustakaan terbesar dalam sejarah Islam, yaitu Bayt Al Ḥikmah. Lalu, apa saja Fakta sejarah tentang Bayt Al Ḥikmah? Islam pernah mengalami sebuah masa kejayaan. Di mana Islam memiliki semuanya, mulai dari kerajaan yang berpengaruh dan besar, pemeluk yang banyak, dan ilmuwan dengan pengetahuan jenius mereka. Salah satu bukti sejarah bahwa Islam pernah menjadi pusat pendidikan atau pemimpin dalam bidang ilmu pengetahuan, adalah didirikannya perpustakaan terbesar bernama Bayt Al Ḥikmah. Dinasti Abbasiyah pernah mengalami puncak kejayaannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sains. Yakni pada masa khalifah ketujuh, Khalifa Al-Ma’mun yang berkuasa pada tahun 813-833 M. Hal ini sebagaimana dinukil dari buku Filsafat Sains: Menurut Ibn Al-Haytham karya Usep Mohamad Ishaq. Kejayaan ini ditandai dengan didirikannya perpustakaan bernama Bayt Al Ḥikmah atau sering disebut juga sebagai “House of Wisdom.” Kemudian, ini adalah perpustakaan terbesar yang dimiliki dunia Islam saat itu. Sebagai perpustakaan terbesar yang berisi lebih dari 601.000 buka, tentu saja Bayt Al Ḥikmah menyimpan banyak sekali buku-buku dan kitab berbagai ilmu. Lalu, apa saja isinya? Bayt Al Ḥikmah mengoleksi setidaknya 200.000 volume buku di dalamnya. Bahkan, sumber-sumber yang lain menyebutkan, Bayt Al Ḥikmah memiliki buku dengan 601.000 volume dan ditambah dengan mushaf Al-Qur’an sebanyak 2.400 buku. Selain menyediakan buku yang lebih beragam daripada perpustakaan-perpustakaan di Basrah, Bayt Al Ḥikmah juga memiliki balai pengamatan untuk pencerapan astronomi, biro penerjemahan, penyalinan manuskrip, dan lembaga penelitian ilmuah. Ada banyak sekali koleksi terjemahan karya sarjana Yunani di Bayt Al Ḥikmah, termasuk di bidang filsafat, geometri, mekanika, musik, aritmatika, dan pengobatan. Bahkan, dalam buku Sejarah Peradaban Islam karya Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah menyebutkan, di dalam Bayt Al Ḥikmah yang besar ini juga disediakan tempat ruangan untuk belajar. Usaha penerjemahan buku berbahasa asing ke bahasa Arab sudah ada sejak zaman pemerintahan Abdullah Al-Muqaffa. Namun, puncak pencapaiannya baru berjalan lebih teratur dan meluas pada pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun. Mengutip buku Kelestarian Bidang Penterjemahan yang diedit oleh Hasuria Che Omar dan Rokiah Awang, pembangunan Bayt Al Ḥikmah berdampak pada pesatnya gerakan penerjemahan buku-buku bahasa asing, seperti Greek dan Parsi ke bahasa Arab. Gerakan penerjemahan berbagai buku ke bahasa Arab bertujuan agar masyarakat Islam bisa memahami ilmu pengetahuan dari berbagai sumber walaupun mereka tidak mahir dalam bahasa asing tersebut. Tokoh yang saat itu banyak melahirkan banyak buku terjemahan antara lain adalah Al-Masajuwaih, Al-Baktisyu’, dan Al-Hunain Ishak yang merupakan seorang Kristian. Tak hanya itu, ada banyak pula rakyat jelata yang turut andil dalam bidang penerjemahan buku di Bayt Al Ḥikmah. Tokoh-tokoh itu contohnya Musa Syakir Al-Munajjim atau Muhammad, Ahmad, dan Al-Hasan. Para penerjemah bukanlah melakukan pekerjaan ini tanpa imbalan apa pun, melainkan digaji oleh khalifah saat itu. Hunai Ishak saat itu mendapatkan upah dari Khalifah Al-Ma’mun emas seberat buku-buku yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain itu, khalifah Al-Ma’mun juga mendorong golongan hartawan untuk memberikan upah dan hadiah kepada penerjemah yang menyumbangkan karyanya. Saat itu, anak-anak Musa Al-Munajjim membayar para penerjemah sebanyak 500 dinar sebulan. (yus) Baca juga :

Read More

Kisah Putri Kandita atau Nyi Roro Kidul yang Masih Kontroversial

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Indonesia memiliki banyak sekali dongeng atau cerita rakyat, salah satu nya cerita rakyat yang terkenal adalah Nyi Roro Kidul. Dalam legenda, Nyi Roro Kidul adalah sang penguasa Laut Selatan. Namun, kebenaran cerita tentang sosok Nyi Roro Kidul masih menjadi kontroversi.Menurut cerita yang beredar, Nyi Roro Kidul adalah seorang putri cantik bernama Kandita, putri kerajaan Pakuan Pajajaran. Kecantikannya sungguh tidak tertandingi oleh siapapun pada masa itu. Bahkan karena kecantikannya, ia juga dijuluki sebagai Dewi Srengenge, yaitu Matahari yang indah. Cerita versi lainnya mengatakan bahwa Nyi Roro Kidul adalah keturunan langsung Raja Airlangga dan juga merupakan keturunan Raja Kediri Jayabaya. Dikutip dari buku berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler yang ditulis oleh Lia Nuralia dan Lim Imadudin, Nyi Roro Kidul adalah anak dari Raja Prabu Siliwangi dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya adalah permaisuri kinasih, permaisuri yang paling disayangi oleh Prabu Siliwangi. Nyi Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras cantik melebihi ibunya. Oleh karena itu, tidak heran Kandita menjadi putri kesayangan ayahnya. Sikap Prabu Siliwangi tersebut menumbuhkan kecemburuan antara selir dan putra-putri raja lainnya. Akhirnya, mereka bersekongkol untuk menyingkirkan Kandita dan ibunya. Singkat cerita, Kandita dan ibunya terserang penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Semula mereka dikucilkan lalu diusir dari istana atas perintah Prabu Siliwangi karena desakan selir dan putra putrinya. Putri Kandita dan permaisuri pergi berkelana menuju selatan wilayah kerajaan. Dalam perjalanan, permaisuri meninggal dunia. Dalam pengembaraannya, Putri Kandita tiba di sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia menikmati air sungai sepuas hatinya. Ia menyusuri aliran sungai ke arah hulu dan menemukan beberapa mata air yang menyembur deras. Lantas, ia berendam. Dengan kesendiriannya, ia menetap di dekat sumber air panas dan melatih olah kanuragan. Setelah sekian lama tinggal di sungai, tanpa disadari penyakitnya pun berangsur-angsur hilang. Setelah sembuh, Kandita melakukan perjalanan ke arah hilir sungai. Kandita terpesona saat tiba di muara sungai yang dekat dengan laut. Setelah itu, Putri Kandita memutuskan untuk bermukim di wilayah tepi laut sebelah selatan wilayah Pakuan Pajajaran. Selama menetap disana, Kandita dikenal luas hingga ke berbagai kerajaan di pulau Jawa sebagai seorang wanita yang cantik. Sejak saat itu, banyak pangeran yang ingin mempersuntingnya. Menghadapi para pelamar, ia mengajukan syarat yaitu para pelamar harus mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur dengan gelombang laut di pantai selatan pulau Jawa. Apabila para pelamar kalah, maka mereka harus tunduk menjadi pengiringnya. Pertempuran tersebut sering dilakukan di kawasan sebuah teluk yang ada di pantai selatan. Putri Kandita bisa menguasai gelombang laut selatan sehingga mendapat gelar Ratu Nyi Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa Pantai Selatan. Nyi Roro Kidul sering dikaitkan dengan larangan menggunakan baju berwarna hijau di pantai Selatan. Dikutip dari buku yang berjudul Narasi Mitos dan Legenda Indonesia dalam Ekspresi Batik Tamarin karya Nuning Yanti Damayanti, memakai baju hijau dapat membuat pemakainya tertimpa kesialan karena warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul. Oleh karena itu, tidak ada yang boleh menggunakan warna tersebut di sepanjang pantai selatan Jawa. Secara logika, alasan tersebut muncul karena air laut pada daerah pantai Selatan memiliki warna yang cenderung kehijauan. Sehingga apabila korban tenggelam menggunakan pakaian hijau, maka akan sulit ditemukan. (mif) Baca juga :

Read More

Wisata Peninggalan Kolonial Belanda di Bouwplan V Malang

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu liburan. Salah satunya adalah dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim). Komunitas History Fun Walk Malang baru-baru ini melaksanakan kegiatan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di area Bouwplan V Kota Malang. Terutama di area dekat Mall Olympic Garden (MOG) dan Stadion Gajayana. Selain area Bouwplan V, kegiatan ini turut menghampiri beberapa peninggalan kolonial Belanda di Jalan Kelud, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen. Pendiri History Fun Walk Malang, Yehezkiel Jefferson Halim, mengungkapkan kegiatan kali ini bertemakan “Sportpark Gebieb Bergenbuurt”. Sesuai dengan tema, kegiatan lebih menelusuri kawasan Bouwplan V yang mana dikenal sebagai “taman olahraga” di zaman kolonial Belanda. Menurut Yehezkiel, kawasan Bouwplan V dibangun oleh kolonial Belanda sekitar 1924 hingga 1926. Kompleks taman olahraga ini diyakini termasuk tertua di Indonesia. “Semula yang tertua itu di Menteng karena dibangun pada 1921. Namun sekarang sudah tidak ada. Oleh karena itu, yang di Kota Malang dianggap sebagai yang tertua di Indonesia,” jelasnya di Kota Malang, Selasa (04/12/2023). Wilayah tersebut tercatat memiliki fasilitas olahraga cukup lengkap. Beberapa di antaranya lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan basket, lapangan voli, lapangan atletik, lapangan hoki dan kolam renang. Fasilitas ini semula dibangun di atas lahan seluas sembilan hektare (ha) dengan anggaran sekitar 85 ribu gulden. Selain area tersebut, rumah di Jalan Tenes Nomor 24 dan Nomor 14 turut dibahas oleh komunitas History Fun Walk Malang. Rumah di Jalan Tenes Nomor 24 ini diketahui telah dibangun sejak zaman Belanda. Rumah ini pernah dimiliki oleh tokoh militer Indonesia bernama Imam Soedja’i. Berdasarkan catatan sejarah, Imam Soedja’i termasuk salah satu dari tiga kandidat panglima TNI. Selain Imam, diketahui terdapat nama Jenderal Sudirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo yang masuk dalam kandidat tersebut. Namun saat itu, Imam lebih memilih ikut perang di peristiwa 10 November Surabaya sehingga Jenderal Sudirman pun terpilih sebagai Panglima TNI. Sementara itu, bangunan di Jalan Tenes Nomor 14 (kini menjadi bistro My Kopi-O!) tercatat mulai dibangun pada 1929. Rumah ini pada awalnya dimiliki oleh administrator pabrik gula di Jombang, Sir Tom Thomas. Bangunan yang diyakini dijual kepada swasta pada 1950 ini masih mempertahankan struktur lama hingga sekarang. Komunitas History Fun Walk Malang turut mengunjungi area bozem yang kini terdapat Gedung KNPI Kota Malang. Area tersebut pada masa kolonial Belanda merupakan saluran penampungan air saat hujan lebat. Keberadaan tempat tersebut semula ditunjukkan agar air hujan tidak meluber ke wilayah publik. Di samping itu, juga terdapat bangunan sekolah rakyat yang kini menjadi SD Negeri Kauman 2 Malang. Saat ini bangunan yang masih mempertahankan sisi peninggalan sejarah tersebut digunakan sebagai perpustakaan dan ruang guru. Ada pula rumah pribumi bernama Sukowono yang kini menjadi bangunan Kimia Farma di Jalan Kawi, Kota Malang. Bangunan yang dahulunya mewah ini dianggap unik karena jarang sekali pribumi mampu mendirikan rumah bagus di kawasan elit Belanda. “Tidak ada bukti sejarah Sukowono itu orang penting atau bukan tetapi diyakini dia termasuk orang yang berpengaruh karena mampu memiliki rumah di kawasan tersebut,” jelasnya. Berikutnya, terdapat bangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Bromo yang dahulunya merupakan rumah milik warga Eropa. Rumah mewah yang terdiri atas dua lantai itu selanjutnya dijual kepada saudagar gula bernama Han Tiauw An. Kemudian bangunan diserahkan kepada yayasan Tionghoa sehingga sempat menjadi sekolah kristen untuk berikutnya menjadi gereja mulai 1961. Hal yang paling menarik berikutnya adalah gedung BRI yang berada di Jalan Kawi. Bangunan ini dahulunya merupakan Bank Perkreditan Rakyat atau Volkcredietbank. Berdasarkan pengamatan dari luar, saat ini struktur kolonial Belanda sudah tidak terlihat jelas dari bangunan tersebut. Selain itu, rumah di kawasan Widodaren juga turut dibahas oleh komunitas. Pasalnya, area tersebut terdapat dua rumah yang memiliki satu atas bergaya Belanda. Bangunan ini diketahui pernah menjadi rumah dinas para pegawai Praja Malang yang biasa disewa sekitar tiga sampai enam bulan. Tidak jauh dari tempat tersebut, terdapat Ardjoenopark yang dahulunya berfungsi sebagai resapan air (saat ini menjadi beberapa bangunan di Jalan Arjuno Kota Malang). Kemudian terdapat bangunan Korem 083 Baladika Jaya yang dahulu pernah menjadi Hotel Astor, yang dimiliki oleh purnawirawan Belanda bernama Mr P M Dee pada 1929. Hotel yang juga pernah menjadi rumah petinggi dan markas Jepang ini pernah dikunjungi oleh Jenderal Sudirman ketika penyerahan tawanan Jepang. Komunitas History Fun Walk Malang juga sempat mengunjungi bangunan Gabungan Perusahaan Rokok Malang (Gaperoma). Bangunan ini sempat menjadi markas Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Kemudian juga pernah menjadi sekolah tinggi kedokteran Malang pada 1960-an yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). Komunitas juga menunjukkan monumen Tentara Genie Pelajar (TGP) di dekat Stadion Gajayana. Lalu berdekatan dengan area tersebut, ada pula markas TGP yang kini menjadi SMIP/SMK Bina Cendika YPK. Untuk diketahui, bangunan sekolah ini juga pernah menjadi sekolah MULO di masa Belanda. Selanjutnya, terdapat Rumah Meneer di Jalan Semeru, Kota Malang yang diyakini pernah menjadi milik orang Belanda. Kemudian dibeli oleh pribumi yang merupakan notaris pribumi pertama di Kota Malang. “Rumahnya masih asli. Ada paviliun yang menjadi Semeru Hostel. Nuansa zaman Belanda masih sangat kental,” ungkapnya. Di samping itu, para peserta komunitas juga mengunjungi Menara Suling yang lokasinya berdekatan dengan gardu PLN area Jalan Tenes. Menara yang hanya tersisa struktur berkarat tanpa terompet ini merupakan penanda bahaya yang dibangun oleh Belanda. Setidaknya terdapat delapan menara yang dibangun oleh kolonial di Kota Malang. Untuk diketahui, komunitas History Fun Walk Malang turut mengunjungi beberapa bangunan di area selain jalan bernuansa gunung-gunung di Kota Malang (sesuai tema “Sportpark Gebieb Bergenbuurt”). Bangunan-bangunan yang dimaksud antara lain bioskop Kelud, Pasar Bareng dan rumah pendeta di Jalan Kelud, Kota Malang. Bioskop Kelud dalam catatan sejarah pernah manjadi Kartinischool pada masa kolonial Belanda. Kemudian pernah menjadi tempat interniran pada zaman Jepang. Artinya, bangunan pernah digunakan sebagai kamp konsentrasi masyarakat sipil Eropa dan Belanda. Selanjutnya, gedung tersebut difungsikan sebagai bioskop pada era 1970 hingga 1980an. Pada era 1990an, kegiatan bioskop mulai meredup sehingga tidak difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Namun bioskop ini diyakini pernah beberapa kali digunakan untuk kegiatan pameran buku dan lainnya pada masa kini. Selanjutnya, para anggota komunitas juga menunjukkan area Pasar Tua Bareng yang lokasinya tidak jauh dari bioskop. Bangunan tersebut masih mempertahankan nuansa lama tetapi aktivitas pasar sudah tidak…

Read More

Esensi Asli Dunia Pendidikan Islam

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Pendidikan Islam merujuk pada apa yang dibawa oleh para nabi dalam risalah mereka. Alasannya, karena mereka adalah pendidik utama bagi umatnya, sesuai zaman, kondisi dan tempatnya. Kata pendidikan ditinjau dari aspek bahasa Arab adalah “Tarbiyah”. Kata tarbiyah itu sendiri seakar dengan kata “Rabb”:sering dimaknai sebagai Tuhan yang mencipta, memberi rezeki dan memelihara. Sehingga diantara makna utama pendidikan yang sejati adalah realisasi tumbuh kembang anak dan optmasinya sesuai fitrah ketuhanannya, sejalan dengan fungsinya sebagai makhluk(hamba). Maka dari aspek geniologi bahasa, pendidikan Islam berupaya membangun kesadaran si terdidik (formal dan tidak) agar selaras dengan tujuan penciptaannya. Yaitu mencapai level kesadaran ibadatullah dalam aspek hidupnya. Sehingga orientasi hidupnya bukan kesenangan dunia semata namun juga untuk kesenangan akhiratnya. Adapun secara praktis, saripati pendidikan Islam adalah melanjutkan tradisi kekhalifahan Nabi Adam. Yaitu sebagai pemakmur bumi dan melestarikan cita cita mulia manusia di bumi. Dalam tradisi ini maka akan mengandung aspek pedagogis, kognisi dan kompetensi, serta basis bimbingan berdasarkan sirah Nabi (keteladaann nabi). Dalam hal ini, pendidikan Islam mengambil prinsip berdasarkan muatan sunnah Nabi Muhammad saw tanpa mengesampingkan kondisi riil masyarakat terkait penyelesaian problem problem mereka, lahir dan batin.(mif) Baca juga :

Read More

Kisah Si Pitung Punya Segudang Ilmu Kanuragan Bisa Menghilang Sampai Kebal Bacok

Jakarta — 1miliarsantri.net : Siapa yang tak pernah mendengar cerita Si Pitung, legenda silat sekaligus pahlawan dari Betawi. Jagoan asal Rawa Belong itu disebut memiliki segudang ilmu kanuragan yang membuat pening kompeni. Namun pada akhirnya Pitung mati setelah tubuhnya ditembak peluru emas. Bagaimana kisahnya? Batavia Oktober 1893. Rakyat Betawi di kampung-kampung tengah berkabung. Dari mulut ke mulut mereka mendengar si Pitung atau Bang Pitung meninggal dunia, setelah tertembak dalam pertarungan tidak seimbang dengan kompeni. Bagi warga Betawi, kematian si Pitung merupakan duka mendalam. Karena ia membela rakyat kecil yang mengalami penindasan pada masa penjajahan Belanda. Sebaliknya, bagi kompeni sebutan untuk pemerintah kolonial Belanda pada masa itu, Pitung adalah penjahat, pengacau, perampok, dan entah apa lagi. Jagoan kelahiran Rawa Belong, Jakarta Barat, ini telah membuat repot pemerintah kolonial di Batavia, termasuk gubernur jenderal. Bang Pitung dinilai berpotensi menimbulkan ancaman keamanan dan ketertiban. Karena itu berbagai macam strategi dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk menangkapnya hidup atau mati. Pitung ditetapkan sebagai orang yang kudu dicari dengan status penjahat kelas wahid di Betawi. Bagaimana Belanda tidak gelisah, dalam melakukan aksinya membela rakyat kecil Bang Pitung berdiri di barisan depan. Kala itu Belanda memberlakukan kerja paksa terhadap pribumi termasuk ‘turun tikus’. Dalam gerakan ini rakyat dikerahkan membasmi tikus di sawah-sawah di samping belasan kerja paksa lainnya. Belum lagi blasting (pajak) yang sangat memberatkan petani oleh para tuan tanah. Si Pitung, yang sudah bertahun-tahun menjadi incaran Belanda, berdasarkan cerita rakyat, Pitung mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh Schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena ada yang mengkhianati dengan memberi tahu tempat persembunyiannya. Ia ditembak dengan peluru emas oleh Schout (setara Kapolres) van Hinne karena dikabarkan kebal dengan peluru biasa. Begitu takutnya penjajah terhadap Bang Pitung, sampai tempat ia dimakamkan dirahasiakan. Takut jago silat yang menjadi idola rakyat kecil ini akan menjadi pujaan. Si Pitung, berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong. Dia, menurut istilah Betawi, ‘orang yang denger kate’. Pitung juga ‘terang hati’, cakep menangkap pelajaran agama yang diberikan ustadznya, sampai mampu membaca (tilawat) Alquran. Selain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli maen pukulan. Suatu ketika di usia remaja –sekitar 16-17 tahun, oleh ayahnya Pitung disuruh menjual kambing ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari kediamannya di Rawa Belong dia membawa lima ekor kambing naik gerobak. Ketika dagangannya habis dan hendak pulang, Pitung dibegal oleh beberapa penjahat pasar. Mulai saat itu, dia tidak berani pulang ke rumah. Dia tidur di langgar dan kadang-kadang di kediaman gurunya H Naipan. Ini sesuai dengan tekadnya tidak akan pulang sebelum berhasil menemukan hasil jualan kambing. Dia merasa bersalah kepada orang tuanya. Dengan tekadnya itu, dia makin memperdalam ilmu maen pukulan dan ilmu tarekat. Ilmu pukulannya bernama aliran syahbandar. Kemudian Pitung melakukan meditasi alias tapa dengan tahapan berpuasa 40 hari. Kemudian melakukan ngumbara atau perjalanan guna menguji ilmunya. Ngumbara dilakukan ke tempat-tempat yang ‘menyeramkan’ yang pasti akan berhadapan dengan begal. Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Bang Pitung disebut Rawa Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung. Karena itu dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan. Si Pitung yang mendapat sebutan ‘Robinhood’ Betawi, sekalipun tidak sama dengan ‘Robinhood’ si jago panah dari hutan Sherwood, Inggris. Akan tetapi, setidaknya keduanya memiliki sifat yang sama: Selalu ingin membantu rakyat tertindas. Meskipun dari hasil rampokan terhadap kompeni dan para tuan tanah yang menindas rakyat kecil. Sejauh ini, tokoh legendaris si Pitung dilukiskan sebagai pahlawan yang gagah. Pemuda bertubuh kuat dan keren, sehingga menimbulkan rasa sungkan setiap orang yang berhadapan dengannya. Dalam film Si Pitung yang diperankan oleh Dicky Zulkarnaen, ia juga dilukiskan sebagai pemuda yang gagah dan bertubuh kekar. Namun menurut Tanu Trh dalam ‘Intisari’ melukiskan berdasarkan penuturan ibunya dari cerita kakeknya, Pitung tidak sebesar dan segagah itu. ”Perawakannya kecil. Tampang si Pitung sama sekali tidak menarik perhatian khalayak. Sikapnya pun tidak seperti jagoan. Kulit wajahnya kehitam-hitaman, dengan ciri yang khas sepasang cambang panjang tipis, dengan ujung melingkar ke depan.” Menurut Tanu Trh, ketika berkunjung ke rumah kakeknya berdasarkan penuturan ibunya, Pitung pernah digerebek oleh schout van Hinne. Setelah seluruh isi rumah diperiksa ternyata petinggi polisi Belanda ini tidak menemukan si Pitung. Setelah van Hinne pergi, barulah si Pitung secara tiba-tiba muncul setelah bersembunyi di dapur. Karena belasan kali berhasil meloloskan diri dari incaran Belanda, tidak heran kalau si Pitung diyakini banyak orang memiliki ilmu menghilang. ”Yang pasti,” kata ibu, seperti dituturkan Tanu Trh, ”dengan tubuhnya yang kecil Pitung sangat pandai menyembunyikan diri dan bisa menyelinap di sudut-sudut yang terlalu sempit bagi orang-orang lain”. Sedang kalau ia dapat membuat dirinya tidak tampak di mata orang, ada yang meyakini karena ia memiliki kesaksian “Ilmu Rontek”. (yan) Baca juga :

Read More

Sayyidina Ali bin Ali Thalib Terlibat Perang Tanding dengan Jawara Kaum Musyrik

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sayyidina Ali bin Ali Thalib adalah tokoh penting dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai khalifah keempat setelah Nabi Muhammad SAW. Sayyidina Ali juga merupakan sepupu dan menantu Rasulullah serta suami dari Fatimah, putri Nabi. Dalam karyanya yang berjudul Al-Maktubat, ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi, menceritakan peristiwa yang penuh ibrah (pelajaran) yang dialami Sayyidina Ali. Dalam suatu peperangan, Sayyidina Ali radhiyallahu anhu terlibat perang tanding dengan salah seorang jawara kaum musyrik. Ia berhasil mengungguli dan menjatuhkan lawannya. Ketika Sayyidina Ali hendak membunuhnya, ia meludahi wajah beliau. Akhirnya, Sayyidina Ali membebaskan dan meninggalkannya. Orang musyrik itu pun memandang aneh sikap Sayyidina Ali dan bertanya, “Mengapa engkau tidak membunuhku?” Sayyidina Ali menjawab, “Awalnya, aku ingin membunuhmu karena Allah. Namun, ketika engkau meludahiku, aku pun marah. Karena pengaruh nafsu telah menodai keikhlasanku, aku pun tidak jadi membunuhmu.” “Semestinya kelakuanku lebih memancing kemarahanmu sehingga engkau segera membunuhku. Jika agamamu begitu suci dan tulus, sudah pasti ia adalah agama yang benar,” ujar orang musyrik itu. Dalam peristiwa yang lain, Said Nursi juga menceritakan seorang penguasa yang adil memecat seorang hakim ketika melihatnya marah saat melakukan eksekusi potong tangan terhadap pencuri. Jika hakim itu memotong tangan pencuri demi tegaknya syariat dan hukum Ilahi, ia seharusnya menunjukkan rasa kasihan terhadapnya dan memotong tangannya tanpa menunjukkan kemarahan dan kasih sayang. “Karena nafsu mempunyai andil dalam keputusan tersebut, sementara nafsu menafikan kemurnian keadilan, sang hakim pun dicopot dari jabatannya,” kata Nursi. (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Tokoh Reformis Arab Saudi

Riyadh — 1miliarsantri.net : Arab Saudi merupakan sebuah negara kerajaan terbesar di Semenanjung Arabia. Secara geografis, negeri itu berbatasan dengan Laut Merah di barat; Yordania di barat laut; Irak dan Kuwait di utara; Oman di tenggara; Yaman di selatan; dan Teluk Persia, Qatar, dan Uni Emirat Arab di timur. Sekitar 75 persen penduduk kerajaan tersebut menetap di perkotaan. Hanya sebagian kecil masyarakat, yakni umumnya suku-suku Arab badui, yang hingga kini masih menjadi penggembala atau petani di daerah padang pasir. Selain Riyadh sebagai ibu kota, kota-kota pentingnya adalah Makkah al-Mukarramah, Madinah al-Munawwarah, Jeddah, dan Zahran. Seperti dijelaskan dalam Ensiklopedia Islam, sejarah panjang yang dilalui Arab Saudi dimulai ketika suku-suku bangsa keturunan Nabi Ibrahim AS tinggal di Semenanjung Arabia sejak ribuan tahun silam. Peran bangsa Arab Ismailiyah (keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim) semakin penting dalam percaturan dunia sesudah Nabi Muhammad SAW mengembangkan Islam. Ketika Rasulullah SAW wafat, syiar agama tauhid telah menyebar ke seluruh penjuru Jazirah Arab. Dalam tiga fase pertama masa Khulafaur rasyidin, Semenanjung Arab masih menjadi pusat pemerintahan. Kondisi berubah ketika Ali bin Abi Thalib menjabat khalifah. Demi menghindari Madinah dari kecamuk konflik politik, menantu Rasulullah SAW itu memindahkan ibu kota daulah Islam ke Kufah (Irak). Menyusul dengan berakhirnya masa Khulafaur rasyidin dan dimulainya era Dinasti Umayyah, pusat pemerintahan kian “menjauh” dari Jazirah Arab. Demikian pula keadaannya ketika Kekhalifahan Abbasiyah, yang beribu kota di Baghdad (Irak), tegak selama lebih dari lima abad. Ketika Kekhalifahan Turki Utsmaniyah berkuasa sejak abad ke-14 M, Jazirah Arab bisa dikatakan semata-mata menjadi pusat keagamaan, alih-alih politik-pemerintahan dunia Islam. Pada awal abad ke-16 M, Turki menguasai Semenanjung Arabia, terutama bagian utara dan barat laut. Memasuki akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 M, bangsa-bangsa Barat—utamanya Britania Raya—mulai menanamkan pengaruhnya. Menjelang Perang Dunia I, tidak ada kekuasaan politik yang benar-benar kokoh di Semenanjung. Sebab, para penguasa (amir) setempat saling berebut kekuasaan dan wilayah satu sama lain. Dari sekian banyak keamiran di Jazirah Arab, yang paling menonjol dan akhirnya bertahan lama ialah Bani Saud. Dinasti ini berpusat di Dariyah, daerah dekat Kota Riyadh kini. Sejak abad ke-17 M, dinasti yang didirikan oleh Saud bin Muhammad al-Muqrin (wafat 1726) ini mulai meluaskan wilayahnya sedikit demi sedikit. Ekspansi yang dilakukannya terutama ke arah timur sehingga kekuasaannya mencakup negeri-negeri Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan sebagian Oman kini. Anak keturunan Saud menarget perluasan wilayah hingga Hijaz, tempat dua kota suci berada. Pada 1744, Muhammad bin Saud menggalang persekutuan dengan Muhammad bin Abdul Wahab (wafat 1792), seorang tokoh agama yang hendak memurnikan keimanan umat Islam. Wahabisme, demikian nama gerakannya populer disebut, berupaya membasmi penyelewengan atau bidah dalam praktik-praktik beragama, semisal berdoa di kuburan dengan mengharap “berkah” dan pemujaan “orang-orang suci.” Bani Saud tertarik dengan gagasan Wahabisme yang dalam pandangannya mengusung pembaruan. Di samping itu, paham ini dapat menguntungkannya dalam konteks politik regional di Jazirah Arab. Bertemunya dua kepentingan itu ternyata mendatangkan manfaat ganda. Pada satu sisi, khususnya antara tahun 1773–1818, gabungan kekuatan Bani Saud dan Wahabisme dapat mempersatukan masyarakat Islam di Jazirah Arab untuk pertama kalinya sejak masa-masa awal Kekhalifahan. Pada sisi lain, bagi seluruh dunia Islam, gerakan pemurnian ini bergema dengan timbulnya gerakan perang terhadap bid’aah di berbagai negeri Muslim. Keberhasilan Dinasti Saud untuk memperluas wilayahnya di Semanjung Arab menyebabkan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah menerjunkan pasukan guna merebut daerah itu kembali. Serangan awal Turki sempat berhasil. Satu per satu daerah-daerah yang dikuasai Bani Saud dapat direbut kembali. Bahkan, pada 1818 Turki sukses merebut Dariyah walaupun tidak sampai lama. Hingga akhir abad ke-19 M, Dinasti Saud dilanda serangan dari luar, terutama Turki Utsmaniyah, dan juga dari dalam. Perpecahan internal dipicu intrik-intrik politik para bangsawan, terutama yang berambisi merebut kekuasaan tunggal. Pada 1891, tokoh-tokoh kunci Bani Saud bahkan terpaksa hijrah ke Kuwait untuk mempertahankan diri. Barulah pada fajar abad ke-20 M, situasi mulai menguntungkan Dinasti Saud. Kontrol Istanbul kian melemah atas Jazirah Arab karena semakin merebaknya hegemoni Barat. Kekhalifahan Turki Utsmaniyah tampak semakin tak berdaya menghadapi imperialisme dan kolonialisme, yang menggerogoti dunia Islam—terutama kawasan-kawasan yang jauh dari Turki. Pada 1910, Turki terpaksa menyerahkan satu kota penting di Hijaz, Jeddah, kepada Britania Raya. Hal itu memicu riak-riak “ketidakpatuhan” orang-orang Arab pada Istanbul kian membesar. Sementara, di Najd yakni pusat pengaruh Dinasti Saud, muncul pemimpin muda yang berbakat: Abdul Aziz bin Saud. Ia sukses menyusun kekuatan bersenjata yang berasal dari suku-suku Arab Badui di Najd. Mereka menamakan diri Ikhwan (saudara). Dan, waktu singkat Abdul Aziz dan pasukannya dapat menguasai Riyadh, Hasa (1913), dan Asir (1923). Tinggal “selangkah” lagi ambisinya merebut Hijaz dapat mewujud. Pada 23 September 1932, Abdul Aziz bin Saud memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi. Ia sendiri menjadi raja pertamanya. Kepemimpinan lelaki kelahiran Riyadh itu disambut negara-negara Barat—termasuk Inggris, Prancis, dan Belanda—yang langsung mengumumkan pengakuan resmi. Sebelumnya, antara Juli 1915 dan Maret 1916, Britania Raya melalui Letnan Kolonel Sir Henry McMahon telah berkorespondensi dengan penguasa (syarif) Makkah, Husain bin Ali. Disepakatilah bahwa Inggris akan mengakui kemerdekaan Arab setelah Perang Dunia I usai sebagai kompensasi dari gerakan revolusi yang melawan Utsmaniyah. Pada 10 Juni 1916 di Makkah, Husain bin Ali memproklamasikan kemerdekaan Arab. Lelaki keturunan Bani Hasyim ini mengeklaim diri sebagai pemimpin orang-orang Arab yang menghuni kawasan antara Halab (Aleppo) di Syam hingga Aden di Yaman. Tujuannya agar seluruh wilayah tersebut bebas dari kontrol Turki Utsmaniyah. Secara finansial dan persenjataan, ia dan pendukungnya ditaja Inggris melalui pangkalan militer yang berkedudukan di Mesir. Dalam konteks itulah, nyata bahwa Inggris bermain “dua kaki” dalam melemahkan pengaruh Turki Utsmaniyah di Jazirah Arab. Britania Raya bukan hanya mendukung Syarif Makkah, tetapi juga Dinasti Saud. Pada akhirnya, kedua kekuatan Arab (yang anti-Turki Utsmaniyah) itu saling berhadap-hadapan. Pada 1924, pecahlah perang antara pasukan Abdul Aziz bin Saud di satu sisi dan pasukan Husain bin Ali di sisi lain. Perlu waktu dua tahun untuk Abdul Aziz keluar sebagai pemenang sesungguhnya. Hijaz pun jatuh ke tangan Dinasti Saud. Momen itu ditandai dengan keberhasilannya merebut Jeddah pada 8 Januari 1926. Sesudah itu, Husain bin Ali diizinkan keluar dari Jeddah untuk menuju Aqaba. Namun, Inggris lalu mengintervensi sehingga (mantan) syarif Makkah itu diasingkan ke Siprus dan wafat di sana. Dinasti Saud memerintah Kerajaan Arab Saudi…

Read More

Kisah Umar bin Khattab Ketika Memimpin di Yerusalem

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rasulillah shalallahu alaihi wasallam mengajarkan sikap toleransi kepada sesama dengan penuh kelembutan. Sikap toleransi yang ditunjukkan Rasulullah ialah memaafkan, bahkan mendoakan kaum yang berbuat jahat pada saat beliau berdakwah. Ajaran Nabi SAW ini pun tak pernah ditinggalkan oleh para sahabatnya, termasuk Umar bin Khattab. Budayawan muslim Salim A. Fillah mengungkapkan sikap toleransi Sayidina Umar saat dipercaya memegang kunci kota Yerusalem. Di bawah kepemimpinannya, penduduk kota Yerusalem hidup berdampingan dan penuh kedamaian. “Contoh paling utama ketika Umar bin Khattab diundang oleh Patriarkh Sophronius di Yerusalem untuk menerima kunci kota,” kata Salim A Fillah pada dr Richard Lee lewat unggahan video di media sosialnya, dikutip Sabtu (25/11/2023). Kala itu Khalifah Umar bersama asistennya, Aslam, menuju Yerusalem membawa seekor unta. Sepanjang perjalanan, Umar dan Aslam bergantian menaiki unta. Memasuki kota suci tersebut, giliran Umar yang menuntun Unta. Aslam pun sempat meminta bergantian, agar Umar naik di atas Unta. Permintaan tersebut ditepis Umar lantaran memang saat itu gilirannya untuk menuntun. Penduduk Yerusalem pun mengelu-elukan kedatangan Umar dan menyangka Umar yang berada di atas unta. Namun, Patriarkh Sophronius mengenali Umar sesungguhnya adalah yang menuntun unta. Keyakinannya tersebut berdasarkan penjelasan dalam kitab suci. Umar bin Khattab kemudian diajak Patriarkh Sophronius ke The Hollies Volker, gereja makam kudus yang ada di Yerusalem. Saat itu Patriarkh Sophronius bertanya pada Khalifah Umar tentang kebijakan yang dijalankan bagi penganut Kristen di kota tersebut. “Apa kebijakan Anda terhadap kami orang-orang Kristen yang ada di sini?” tanya Patriarkh Sophronius pada Umar bin Khattab. “Semua harus berjalan. Dan saya Umar memberikan jaminan keamanan bagi penduduk Elia, mereka terlindung gereja-gerejanya, semua hak milik mereka, rumah-rumahnya, tempat-tempat ibadahnya dan tempat sucinya harus dijaga oleh umat Islam,” jawab Sayidina Umar. Umar bin Khattab kemudian menjelaskan bahwa hal itu adalah amanah Nabi Muhammad SAW. “Nabi kami mengatakan siapa yang menyakiti Ahlul Dzimmah (ahli kitab yang berada dalam perlindungan umat Islam), maka dia akan menjadi lawanku di pengadilan di hadapan Allah SWT” lanjut Umar kala itu. Umar bin Khattab pun memproklamirkan perlindungan bagi seluruh penduduk Kristen, Yahudi, Ortodoks di wilayah Palestina saat itu. Perjanjian yang dikenal dengan sebutan Umariyya Covenant itu kemudian ditandatangani dan distempel oleh Umar bin Khattab. Usai kesepakatan, Umar pun berniat mendirikan salat karena sudah masuk waktunya. Spontan Sophronius menawarkan Umar untuk salat di dalam gereja tersebut. Namun tawaran tersebut ditolak Umar. “Seandainya saya salat di gereja ini, maka generasi yang datang akan membangun masjid di sini dan gereja Anda akan dihancurkan. Tidak. Saya akan salat di luar” jelas Umar akan penolakannya. Umar pun kemudian pergi ke luar gereja dan mencari tempat untuk salat. Hingga akhirnya Umar bin Khattab mendirikan salat di bawah naungan pohon. Tempat Umar salat itu pun kemudian dibangun masjid Umar, tepat di halamannya gereja. Di masa ini Khalifah Umar bin Khattab menunjukkan makna toleransi dan kemenangan yang sebenarnya. Kebesaran Islam menerangi jiwa kepemimpinan Umar hingga direfleksikan dari caranya memperlakukan wilayah jajahan. (yan) Baca juga :

Read More

Ajian Lembu Sekilan Turunan Dari Para Wali Hingga ke Presiden Soekarno

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Gajah Mada dikenal sebagai patih yang perkasa. Tidak hanya secara fisik, Mahapatih Majapahit ini juga memiliki ilmu kanurangan yang unggul karena memilik ajian Lembu Sekilan. Ilmu sakti itu rupanya menurun hingga Sunan Kalijaga dan Presiden Soekarno. Presiden pertama Indonesia itu memiliki ajian tersebut sehingga dia bisa lolos dari ancaman pembunuhan lebih dari tujuh kali dan tidak ada yang berhasil. Setidaknya, hal itulah yang diungkapkanSoekarno dalam pidato pelengkap Nawaksara. Lolosnya Soekarno dalam upaya pembunuhan-pembunuhan ini dinilai sebagian orang, karena kesaktian yang dimilikinya. Soekarno dianggap memiliki banyak ajimat dan benda pusaka yang melindunginya. Namun, hal itu sering kali dibantahnya. Bahkan, dalam pidato pelengkap Nawaksara, Soekarno kembali menegaskan, bahwa lolosnya dia dari upaya pembunuhan itu hanya karena perlindungan Allah SWT semata. ”Syukur alhamdullilah, saya dalam semua peristiwa itu dilindungi oleh Tuhan. Kalau tidak, tentu saya sudah mati terbunuh. Dan mungkin, akan saudara namakan Tragedi Nasional,” kata Soekarno dalam pidatonya. Kendati keterangan itu sudah sering diungkapkan Soekarno, masyarakat tetap saja menganggapnya sebagai orang sakti. Apalagi, sudah bukan rahasia umum jika Soekarno dikenal sebagai pecinta benda pusaka. Beberapa ajimat yang diyakini sebagian orang dimiliki Soekarno adalah Aji Lembu Sekilan. Ajimat ini konon dimiliki Patih Gajah Mada. Kehebatan ajimat ini sanggup melindungi pemegangnya dari bahaya. Ajimat dan benda pusaka lain yang diyakini dimiliki Soekarno adalah Wesi Kuning. Beberapa orang dekat Soekarno meyakini, ke manapun dia pergi selalu mengantongi benda pusaka sebesar lidi ini di bajunya. Khasiat benda ini sama dengan Aji Lembu Sekilan. Ajimat ini konon pernah dimiliki oleh Adipati Menakjinggo yang melakukan perlawanan terhadap Majapahit untuk mengawini Ratu Majapahit Dewi Suhito. Pemegang benda pusaka ini, diyakini akan terlindung dari berbagai mara bahaya dan kejahatan musuh. Konon kabarnya, pusaka ini sudah dimusnahkan dan serpihan kecilnya saja yang dipegang Soekarno. Lolosnya Soekarno dalam berbagai upaya pembunuhan, mulai dari pelemparam granat di Cikini, serangan bom hingga penembakan saat salat Idul Adha, semakin menguatkan wacana ajimat dan pusaka itu. Benda keramat lain yang dimiliki Soekarno adalah tongkat komando yang selalu dibawa ke manapun dia pergi. Tongkat itu diyakini memiliki kekuatan gaib, karena berisi keris pusaka yang sangat sakti. Tongkat komando Soekarno dibuat dari Kayu Pucang Kalak. Kayu jenis ini dianggap memiliki khasiat kanuragan. Bila ditaruh di atas air, maka bayangan kayu ini akan menyerupai ular yang sedang berenang. Kelebihan keris pusaka ini sanggup melindungi pemegangnya dari bahaya yang mengancam. Keris ini juga sanggup meluluhkan hati para lawannya, menimbulkan rasa iba, dan bisa menambah kewibawaan. Benda pusaka lain yang diyakini dimiliki Soekarno adalah keris pusaka peninggalan Perang Puputan, Bali. Keris ini pernah digunakan Raja Singasara untuk berperang dan telah menelan banyak korban jiwa. Keris ini merupakan warisan dari Ibunda Soekarno, Idayu Nyoman Rai yang masih keturunan Raja Singasara. Ujung keris ini telah berkarat, karena terkena darah orang-orang Belanda yang tewas terbunuh. Suatu ketika, Soekarno pernah mengatakan dirinya selalu membawa keris itu ke manapun dia pergi agar selalu teringat dengan semangat Perang Puputan yang sangat melegenda dan antikolonialisme itu. Sebagai keturunan Raja Singasara dan Nyai Ageng Serang, Soekarno diyakini mewarisi keberanian dan kesaktian kedua pejuang itu. Sebagian orang Bali bahkan menganggapnya sebagai penjelmaan dewa. Setiap kali Soekarno mendatangi Bali, wilayah itu kerap dituruni hujan. Hal ini sangat disyukuri masyarakat Bali yang wilayahnya kerap dilanda kekeringan. Kebetulan ini dianggap sebagai kesaktian Soekarno. Hal itu kadang dihubung-hubungkan dengan kesaktian yang dimiliki para leluhur Soekarno dari Raja Singasara dan Nyai Ageng Serang yang telah terkenal sejak jaman kerajaan yang melawan Belanda. Saat Soekarno kecil, konon dia sudah bisa melihat hal-hal gaib. Bahkan, diceritakan para orangtua di Trenggalek, Soekarno bisa menyembuhkan orang sakit. Kesaktian Soekarno kecil ini telah menjadi legenda. Dalam buku otobiografinya Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karangan Candy Adams, dirinya pernah menyinggung soal ini. Pernah ada seorang yang anaknya sakit minta disembuhkan oleh Soekarno. Dia menceritakan, ada seorang petani kelapa yang anaknya sakit keras bermimpi, hanya air pemberian Soekarno yang bisa menyembuhkan penyakit anaknya. Petani itu lalu menemui Soekarno dan meminta air. “Aku tidak bisa berdebat dengan dia, karena orang Jawa percaya kepada mistik, dan dia yakin bahwa anaknya akan meninggal kalau tidak memperoleh obat dariku,” sambung Soekarno. Saat itu, Soekarno yakin bahwa semua air mengandung zat-zat yang dapat menyembuhkan. Maka, diambillah air ledeng dari dalam dapur dan diberikannya kepada petani kelapa itu untuk dibawa pulang. Seminggu kemudian, petani itu kembali dan melaporkan bahwa anaknya yang sakit keras telah sembuh. Cerita ini lalu tersebar dari mulut ke mulut hingga makin banyak yang percaya Soekarno memiliki kesaktian. Pada lain kesempatan, saat Soekarno mengunjungi sebuah desa kecil di Jawa Tengah, ada seorang ibu yang mendekati ajudan Soekarno dan meminta sisa makanan dari piring yang digunakan dirinya. Ibu itu berkata bahwa dirinya sedang hamil, dan dia ingin anak laki-laki yang berada di dalam kandungannya mirip dengan Soekarno. Caranya adalah dengan memakan sisa makanan yang dimakan Soekarno. Mendapati dirinya diperlakukan seperti itu oleh sebagian masyarakat Indonesia, Soekarno mengaku sangat senang. Karena dengan begitu, dia merasakan wibawanya sebagai pemimpin semakin kuat. Hal itu dengan tegas dia ungkapkan saat dirinya dianggap penjelmaan Dewa Wisnu oleh orang Bali. Menurut Soekarno, pemujaan yang begitu besar terhadap dirinya membuktikan bahwa rakyat mencintainya. Kecintaan rakyat Indonesia terhadap Soekarno tampak sangat nyata ketika Proklamator Indonesia itu meninggal dunia. Awan hitam tampak menyelimuti langit Indonesia, kesedihan rakyat sangat terasa. Masyarakat Indonesia percaya, hingga kini sosok Soekarno masih hidup dan berada di tengah-tengah mereka. Penjelmaan sosok Soekarno itu berada dalam setiap ajaran-ajarannya yang terus digali hingga kini. (mif)

Read More

Berlibur Sekaligus Belajar Mengenai Topeng Tari Panji di Dusun Bobung

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Musim liburan akhir tahun sebentar lagi akan tiba dan sudah pasti banyak lokasi wisata yang bakal menjadi pilihan tujuan berlibur nantinya. Nah, tidak ada salahnya jika kami tawarkan salah satu tempat spesial sekaligus edukatif untuk lokasi liburan anda yakni Dusun Bobung, sebuah dusun di wilayah Desa Putat, masih di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dari Desa Nglanggeran, dusun ini hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer ke arah Sambipitu. Dusun dengan potensi kerajinan topeng serta berbagai kerajinan dari kayu lainnya ini telah dikelola menjadi sebuah desa wisata. Dari kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran, butuh waktu 10 menit untuk mencapai gapura Dusun Bobung. Gapura ini mudah ditemui, dari jalur utama Nglanggeran- Sambipitu posisinya ada di sisi kiri jalan. Pada gapura bercat biru ini tertulis jelas “Selamat Datang di Desa Wisata Kerajinan Kayu Dusun Bobung”. Sedangkan, di sisi kanan dan kiri gapura ini terdapat papan petunjuk arah bertuliskan “Bubung 0,5 km”. Berdasarkan papan petunjuk arah ini, kita bisa memasuki jalan utama dusun yang asri oleh rimbun pepohonan tanaman keras, seperti jati, mahoni, dan tanaman perkebunan rakyat lainnya. Sebelum sampai di pemukiman warga, anda akan disambut oleh suara gemericik air yang ditimbulkan oleh bendungan irigasi Desa Bobung. Jalan utama menuju pemukiman warga melintas di atas bendungan ini. Tiba di kawasan permukiman, suasananya sangat tenang dan tak jauh berbeda dengan pedukuhan atau pedesaan lainnya. Hanya saja saat melintas di jalan utama dusun ini, ada pemandangan khas yang jamak ditemui. Warga, baik tua, muda, laki- laki, maupun perempuan, tengah melakukan aktivitas membuat kerajinan kayu, seperti menatah, menyerut, hingga menyungging kayu untuk dijadikan kerajinan. Mereka melakukannya baik di teras-teras rumah maupun bengkel kerja sederhana di samping bangunan utama rumah mereka. Tangan- tangan mereka begitu terampil menyungkil, menyerut, dan memahat kayu untuk dijadikan barang bernilai seni dan ekonomis baginya. Yang tak kalah mengagumkan, mereka begitu ramah memberikan salam sebagai bentuk penyambutan terhadap tamu yang datang. Di antara mereka bahkan memersilakan untuk mampir, sekadar melihat produk kerajinan mereka.. Sebagai dusun yang telah dikelola menjadi sebuah desa wisata, warga Dusun Bubung, sepertinya, telah membudayakan untuk menyambut hangat tamu yang berkunjung. Ketua Badan Pengelola Desa Wisata Bobung Suroso (35 tahun) menyampaikan, industri kerajinan kayu telah berkembang di dusunnya sejak 1960-an. Khususnya, kerajinan topeng klasik untuk tari topeng Panji (cerita Panji Asmarabangun) atau cerita Klasik Jawa periode Kerajaan Kediri. Memasuki medio 1990-an, mereka tak hanya membuat topeng klasik, tetapi juga topeng untuk hiasan yang memadukannya dengan sentuhan kesenian membatik. “Ternyata, topeng hiasan produksi asal Bobung ini juga banyak diminati hingga produksi topeng jenis ini terus berkembang,” terang Suroso. Tak hanya topeng hiasan (topeng batik), sentra industri kerajinan kayu ini juga merambah pada pembuatan kerajinan kayu yang lain. Alhasil, berbagai jenis kerajinan kayu diproduksi di desa wisata Bobung ini. Seperti, topeng hiasan, patung loro blonyo, nampan, cermin, hingga berbagai kerajinan kayu. Hasil produksi dari dusun itu pun tak sebatas untuk memenuhi permintaan daerah Yogyakarta, tetapi juga berbagai daerah di Tanah Air, bahkan luar negeri. “Dari topeng, produk kerajinan tersebut berkembang mulai dari kayu gelondongan (mentahan) sampai siap jual. Namun, untuk produk unggulan kerajinan kayu Dusun Bobung, tetap topeng,” sambungnya. Ia menambahkan, hingga saat ini kapasitas produksi kerajinan kayu desa wisata Bobung ini mencapai 8.000 buah per bulan dengan total omzet mencapai Rp 3 hingga Rp 4 miliar per tahun. Tak hanya itu, jumlah perajin juga terus bertambah. Jika di Dusun Bobung sedikitnya ada 150 perajin, sekarang telah berkembang ke dusun lain di sekitarnya dengan jumlah total perajin mencapai 600 orang. Salah satu perajin tersebut adalah Samadi (42 tahun). Ia merupakan perajin di dusun ini yang masih bertahan dengan produk topeng klasiknya. Menempati rumah yang sederhana sekaligus bengkel kerja menyungkil topeng klasik itu. Ia mengaku bahwa memproduksi topeng klasik tersebut memberikan kepuasan pada batinnya. Keahlian membuat topeng klasik sudah mulai langka. Hingga saat ini, kualitas topeng klasik produksi Samadi diakui sangat halus dan detail. Bahan baku topeng itu berasal dari kayu albasia (sengon), pule, serta kayu terbelo puso. Namun, yang paling banyak diminati topeng kayu terbelo puso. Samadi bercerita, awalnya ia membuat 32 tokoh topeng klasik tari Panji. Topeng-topeng itu mewakili 32 karakter berbeda. Namun, dalam perkembangannya karakter ini juga berkembang. “Kalau dulu memang hanya beberapa karakter saja, tapi sekarang untuk topeng klasik tari Topeng Panji, sudah mencapai 60 karakter,” ujarnya. Tiap karakter, ia melanjutkan, memiliki warna dan sentuhan yang berbeda-beda. Sehingga, untuk membuat satu karakter topeng, membutuhkan waktu dua sampai lima hari, tergantung dengan tingkat kesulitannya. Karena itu, satu buah topeng buatannya relatif lebih mahal. Untuk satu topeng mentahan (belum diberi sentuhan warna), harganya berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 900 ribu. Jika sudah diberikan sentuhan warna, ia melanjutkan, harganya jauh lebih tinggi, berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 3 juta. Untuk harga tertinggi ini biasanya karena permintaan, misalnya memberikan sentuhan warna emas murni 24 karat. “Khusus untuk sentuhan warna, dipercayakannya kepada Supriadi, juga perajin di Bobung yang memiliki kemampuan menyungging (mewarnai),” ujar Samadi. Suroso menambahkan, produk topeng klasik ini memiliki pangsa pasar yang terbatas untuk kalangan tertentu saja. Karena itu, nilai ekonomisnya cukup tinggi. Bahkan, topeng klasik buatan Samadi ini telah merambah pasar ekspor. Selain topeng klasik tari Topeng Panji, perajin Dusun Bobung, seperti Samadi, juga membuat topeng klasik Panji Cirebonan. “Ini menunjukkan perajin Bobung sudah diakui memiliki keahlian khas dalam membuat topeng klasik,” katanya. Belum banyak terungkap dalam penelitian resmi siapa perintis kerajinan topeng di Dusun Bobung. Namun, sebagian besar perajin mengamini jika kerajinan topeng ini tak dapat dilepaskan dari peran Mbah Karso, pendahulu warga yang juga salah seorang abdi Keraton Yogyakarta. Dari tokoh tersebut kemudian menurun ke Mbah Wagio dan seterusnya hingga saat ini. Generasi sekarang merupakan generasi perajin yang mendapatkan keahlian secara turun-temurun, namun miskin keahlian pada topeng klasik. Sehingga, jumlah perajin di Dusun Bobung itu berkembang pesat. Sekitar 80 persen dari warga dusun ini kini memiliki keahlian membuat kerajinan kayu, baik topeng klasik, topeng batik, loro blonyo, dan kerajinan lainnya. Di balik pesatnya pertumbuhan perajin tersebut, Suroso melanjutkan, ada satu hal yang masih menjadi ganjalan bagi masa depan kerajinan kayu desa itu. Saat ini produk kerajinan kayu sudah merambah pasar nasional dan bahkan…

Read More