Berdirinya Israel Tak Lepas Dari Gerakan Zionisme Internasional

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pada tahun 1897 kongres intelektual Yahudi se dunia di Basel, Swiss, melahirkan sejumlah keputusan. Salah satunya keputusan tersebut adalah Protokol Zionisme no 14. “Ketika kita sudah menguasai dunia, kita tidak akan membolehkan adanya satu agama pun kecuali agama kita. Oleh karenanya, kita wajib menggoyahkan sendi-sendi keimanan dan hasil sementara usaha kita ini adalah munculnya kaum ateis.” Dokumen rahasia Zionisme berbahasa Ibrani itu dicuri oleh seorang perempuan Prancis dan sampai ke Rusia. Selanjutnya, dokumen itu diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Rusia oleh Prof Nilus pada 1901. Kemudian, protokol berisi 24 poin tersebut diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia. Ada beberapa isu berkembang di Indonesia yang tidak diketahui pasti apakah merupakan implementasi dari Protokol Zionisme no 14 atau hanya muncul kebetulan. Hanya, apabila dicermati, isu tersebut menyasar penghapusan agama, seperti yang ditulis dalam Protokol Zionisme no14. Isu-isu itu, di antaranya sebagai berikut. Pertama, pluralisme agama. Isu ini sudah muncul di Indonesia dan berbagai negara sejak beberapa tahun terakhir. Pluralisme agama (al-ta’addud al-diniyy/religious pluralism) berbeda dari pluralitas agama (ta’addud al-adyan/plurality of religions). Pluralitas agama merupakan satu fakta di suatu negeri terdapat berbagai agama. Islam mengakui dan menghormati adanya pluralitas agama tanpa mengakui kebenarannya masing-masing, kecuali kebenaran Islam. Prinsip yang dipakai Islam untuk mengakui dan mengormati agama selain Islam, yakni lakum dinukum waliyadin (bagimu agamamu dan bagiku agamaku). Selain itu, pluralisme agama adalah sebuah agama baru yang mengajarkan semua agama itu benar dan semua pemeluk agama akan sama-sama masuk ke surga. Islam tidak mengakui dan tidak membenarkan adanya pluralisme agama. Pluralisme agama memiliki sasaran setiap orang tidak perlu menganut agama tertentu karena setiap hari dapat pindah ke agama lain. Bila ini terjadi, manusia sudah tidak memerlukan agama lagi dan peran agama terhapus. Kedua, pernikahan beda agama. Isu ini sedang diperjuangkan oleh kelompok tertentu untuk dilegalkan. Apabila mereka berhasil, orang Islam tidak perlu lagi membutuhkan ritual akad nikah dengan keharusan wali, saksi, dan sebagainya seperti diatur dalam hukum Islam. Adapun yang bersangkutan cukup datang ke lembaga pencatat nikah untuk mencatat pernikahannya tanpa harus mengikuti ajaran agama. Dampaknya, aturan-aturan agama tentang pernikahan sudah tidak diperlukan dan ajaran agama tentang pernikahan otomatis terhapus. Ketiga, penghapusan kolom agama dalam kartu tanda penduduk (KTP). Ketika kolom agama sudah tidak ada di KTP, pemegang kartu penduduk dilegalkan tidak beragama. Begitu pula ketika kolom agama masih tertulis dalam KTP, namun pemilik KTP tidak diwajibkan untuk menulis agama, berarti pemegang KTP dilegalkan untuk tidak beragama. Ini juga merupakan langkah penghapusan agama sekaligus langkah maju komunisme di Indonesia. Keempat, penghapusan doa menurut agama masing-masing dan diganti dengan doa bersama. Isu ini muncul terakhir di negeri kita. Apabila dimaksudkan sebagai doa bersama-sama dalam satu majelis, yakni tiap-tiap pemeluk agama berdoa menurut ajaran agamanya, doa bersama dibenarkan menurut ajaran Islam. Prinsipnya pluralitas agama di atas, yaitu lakum dinukum waliyadin. Namun, apabila tujuannya berbeda, yakni doa model baru tanpa terkait dengan agama masing-masing maka hal itu merupakan implementasi dari pengapusan agama dan tidak dibenarkan menurut ajaran Islam. Empat isu tersebut sedang berkembang dan tampaknya berkaitan, baik langsung atau tidak langsung dengan Protokol Zionisme no 14 tentang penghapusan agama-agama di dunia selain Yahudi. Semoga Allah menjaga kita dari upaya-upaya penyesatan dan pengafiran. (yan) Baca juga :

Read More

Sebanyak 2,5 Juta Jamaah Berkumpul di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Malam Terakhir Ramadhan

Makkah — 1miliarsantri.net : Sebanyak 2,5 juta jamaah berkumpul di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah untuk bersama-sama membaca Al-Quran selama shalat Tarawih terakhir di malam Ramadhan 29. Kegiatan besar tersebut diselenggarakan oleh Departemen Urusan Agama. Dua Masjid yang paling suci tersebut menandai puncak tertinggi umat muslim untuk melaksanakan ibadah terakhir di bulan Ramadhan. Pihak Departemen telah melakukan persiapan secara menyeluruh dan memastikan suasana sacral dapat ditingkatkan dengan kajian keagamaan dan sesi pendidikan. Majelis untuk belajar Alquran juga diperbanyak untuk menumbuhkan lingkungan yang tenang dan kondusif untuk melaksankan ibadah. Segala kegiatan tersebut dilaksanakan dengan kolaborasi dengan pihak – pihak yang terkait. Departemen memanfaatkan teknologi dan layanan terjemahan untuk melayana para jamaah secara optimal. Kepala Departemen Urusan Agama Arab Saudi, Abdurrahman Al Sudais yang bertanggung jawab atas kedua Masjid paling suci tersebut telah menkordinir para staf untuk siap mengatasi lonjakan jamaah yang akan diperkirakan memadati Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dengan berkoordinasi penuh dengan badan – badan terkait di kedua lokasi. Komite Pengamatan Bulan dan masyarakat di seluruh negara Muslim telah mencoba untuk melihat perkiraan bulan Syawal. Penampakan hilal menentukan hari pertama Syawal yang menandai Idul Fitri. Kalender Islam menetapkan Ramadhan sebagai bulan kesembilan yang berpuncak pada Idul Fitri untuk merayakan akhir Ramadhan. Arab Saudi mengumumkan bahwa Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadhan akan dimulai pada Rabu, 10 April di kerajaan tersebut. Arab Saudi juga telah mengumumkan bahwa tanggal 9 April akan menjadi hari terakhir Ramadhan dan Rabu akan menjadi hari pertama Syawal yang menandai hari pertama Idul Fitri. Penentuan tanggal Idul Fitri didasari pada perhitungan lahirnya bulan sebelum matahari terbenam, lamanya bulan terbenam setelah matahari terbenam dan kemungkinan terlihatnya bulan. Metode tersebut sejalan dengan pendekatan yang diadopsi oleh dewan ulama global terkemuka. (dul) Baca juga :

Read More

Pertahankan Seni Reog, Kabupaten Ponorogo Bangun Monumen Reog

Ponorogo — 1miliarsantri.net : Seni Tari Reog Ponorogo telah dikenal oleh khalayak sejak dulu dan menjadi milik Ponorogo, sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Namun beriring dengan waktu yang terus berjalan, mobilitas warga Ponorogo yang terus terjadi diberbagai belahan dunia maka kesenian tari itu juga turut terbawa. Di Malaysia, ada keturunan warga Ponorogo yang kemudian menetap disana. Mereka membawa Reog Ponorogo terus eksis dan berkembang. Dan itu menjadi penyebab diakuinya Reog berasal dari Negara Jiran itu. Kemudian di Taiwan, Seni Reog juga berkembang dengan baik yang dibawa oleh orang Ponorogo dan keturunannya. Sehingga juga diyakini menjadi sebab Taiwan mengeklaim budaya itu berasal dari Negara Formosa, sebutan bagi Taiwan. Untuk itu, disetiap Bupati yang memerintah di Ponorogo berusaha meyakinkan bahwa Reog merupakan Seni Tari Asli dari Bumi Wengker Lor, sebutan lain bagi Ponorogo. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintahan Bupati Sugiri Sancoko dan Lisdyarita di periode ini, beberapa Langkah dilakukan untuk memastikan hak milik Reog Ponorogo adalah milik Indonesia yang berasal dari Ponorogo. Salah satunya adalah mendaftarkan Seni Tari itu ke UNESCO. Bahkan perjuangannya tinggal satu langkah lagi bagi masyarakat, seniman, dan Pemkab Ponorogo mengantarkan Reog Ponorogo tercatat sebagai intangible cultural heritage (ICH) / warisan budaya tak benda (WBTb) UNESCO mencapai garis finish. Informasinya, pada 2 – 7 Desember 2024 nanti, sidang penetapan Reog Ponorogo sebagai ICH UNESCO bakal digelar di Paraguay. Kemudian Langkah selanjutnya adalah dengan membangun Monumen Reog Ponorogo. Monumen Reog Ponorogo saat ini sedang dibangun di Gunung Gamping, Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Pembangunan monumen setinggi 126 meter itu bakal mengalahkan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang punya ketinggian 121 meter. “Selain untuk menciptakan destinasi wisata baru di Ponorogo bagian barat, monument ini adalah upaya kami untuk mengeklaim dan memastikan bahwa Reog Ponorogo adalah milik Indonesia asli dan berasal dari Ponorogo. Desember 2024 ini, Monumen Reog sudah berdiri dan tinggal membangun daerah disekitarnya,” terang Bunda Lisdyarita, Wakil Bupati Ponorogo kepada 1miliarsantri.net, Senin Malam (08/04/2024). Pembangunan Monumen Reog tersebut dilakukan oleh pemenang tender yaitu PT Widya Satria senilai Rp 85 miliar dan didanai dari APBD Ponorogo dari tahun 2022 hingga 2024 (multi years). (mad) Baca juga :

Read More

Pengertian dan Adab-adab Safar Menurut Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pengertian safar dalam fiqih Islam adalah keluar dari tempat tinggal untuk melakukan perjalanan jauh. Salah satu contoh safar yang identik dengan masyarakat Indonesia adalah mudik Lebaran. Dalam Islam, ada beberapa adab safar yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: Jika tidak mendesak, maka bepergianlah pada hari Kamis karena itu sunnah. Disebutkan dalam hadits: Ka’ab Bin Malik Radhiallahu ‘anhu menceritakan “Jarang sekali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai melakukan safar di selain hari kamis” (HR Ahmad dan Ad-Darimi). Sebelum mudik Lebaran, dianjurkan untuk menyelesaikan urusan dengan sesama seperti utang, barang pinjaman, dan lainnya. “Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak” (An-Nisa : 58) “Jika engkau keluar dari rumahmu maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang berada di luar rumah. Jika engkau memasuki rumahmu maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.” (HR. Al-Bazzar) Ada seseorang yang mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan “Ya Rasulullah, saya hendak safar. Mohon nasihatilah saya.” Beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah, dan bertakbirlah setiap melewati jalan menanjak.” Ketika orang tersebut pergi, beliau berdo’a “Ya Allah, Pendekkanlah jarak bumi untuknya dan mudahkanlah perjalanan safarnya.” (HR. Ahmad dan Turmudzi) “Aku titipkan kepada Allah Agamamu, amanahmu, dan ujung akhir amalmu.” (HR.Ahmad dan Abu Daud) Di antara pesan yang disampaikan Rasulullah kepada orang yang hendak safar. Kemudian yang hendak safar mengatakan kepada orang yang ditinggal “Aku titipkan anda kepada Allah. Ia tidak akan menyia-nyiakan titipan itu” (HR. Ibnu Majah). Saat safar hendaklah teman tidak kurang dari tiga orang. Ini merupakan kesempurnaan adab yang diajarkan Rasulullah. Sebagaimana hadits Nabi, “Satu pengendara (musafir) adalah syaitan, dua pengendara (musafir) adalah dua syaitan, dan tiga pengendara (musafir) itu baru disebut rombongan musafir”. Kadang-kadang dalam perjalanan timbul perselisihan di antara rombongan, maka dibutuhkan seorang pemimpin rombongan agar perjalanan berjalan lancar. Dari Abu Said Al Khudri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “ Apabila tiga orang akan berangkat safar hendaklah mereka memilih salah seorang sebagai ketua rombongan.” (HR. Abu Daud). Dari Anas Bin Malik Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda “Hendaklah kalian melakukan perjalanan pada malam hari (tatkala safar) karena bumi ketika itu dilipat (dipendekan) pada malam hari.” (HR Abu Daud) Dari Anas Bin Malik Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Tiga do’a yang tidak akan ditolak: do’a orangtua untuk anaknya, do’a orang yang sedang berpuasa, do’a orang yang sedang safar” (HR Al Baihaqi). Saat melakukan mudik Lebaran dianjurkan untuk menqashar shalat, meninggalkan semua shalat rawatib selain qobliyyah subuh. “Maha suci engkau, sesungghnya aku telah mendzolimi diriku sendiri, maka ampunilah aku karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain engkau. (HR Ahmad, Abu Daud, Turmudzi) “Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepadamu kebaikan, ketakwaan, dan amal yang engkau ridhoi dalam safar ini. Ya Allah ringankanlah atas kami safar ini, pendekan perjalanan jauh kami. Ya Allah engkaulah teman safar kami dan pengganti kami dalam mengurus keluarga yag kami tinggal. Ya Allah, seseungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan safar, perubahan hati ketika melihat sesuatu dan dari kejelekan di saat kami kembali mengurus harta, keluarga dan anak kami.” (HR Muslim) Jabir Bin Abdillah mengatakan “Dulu apabila kami berjalan naik, kami bertakbir dan apabila turun kami bertasbih.” (HR Bukhari) “Ya Allah, Tuhan langit yang tujuh dan apa yang dinaunginya, Tuhan bumi yang tujuh dan apa yag berada di atasnya, Tuhan setan-setan dan makhluk yang disesatkannya, Tuhan angin dan apa yang dibawanya. Aku meminta kepada Mu kebaikan penghuninya serta kebaikan yang ada di dalamnya aku pun berlindung kepada Mu dari keburukannya, keburukan penghuninya dan keburukan yang ada di dalamnya.” (HR Nasa’i dan Hakim) “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa-apa yang telah dia ciptakan” “Barangsiapa singgah di suatu tempat kemudian mengucapkan do’a di atas, maka tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakannya sampai dia beranjak dari tempat itu.” (HR Muslim) Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Safar itu bagian dari azab (melelahkan) menghalangi salah seorang di anatara kalian dari makan, minum, dan tidurnya. Maka apabila salah seorang diantara kalian telah menyelesaikan urusannya, bersegeralah pulang menemui keluarganya.” (HR.Bukhari dan Muslim) Anas Bin Malik Radhiallah ‘anhu menceritakan pada waktu kami pulang safar, ketika kami telah melihat Kota Madinah, Rasulullah membaca “Orang-orang yang kembali, bertaubat, beribadah, dan hanya kepada Rabb kami semua memuji.” Beliau terus membacanya hingga kami memasuki Kota Madinah. (HR Bukhari dan Muslim). (yan) Baca juga :

Read More

Kisah Rakyat Grobogan Iringi Kakek Sultan Agung Tantang Musuh Adipati Pajang

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Gara-gara suami dan kakaknya dibunuh oleh Adipati Jipang Aryo Penangsang, Ratu Kalinyamat bertapa telanjang. Ia akan terus melakukan hal itu selama orang yang kemudian menjadi musuh Adipati Pajang itu masih hidup. Dari Selo, Ki Ageng Pemanahan pergi untuk membunuh Adipati Jipang itu. Ia membawa anaknya, Danang Sutowijoyo yang kelak menjadi kakek Sultan Agung. Saudara-saudara sepupu Ki Ageng Pemanahan –Ki Juru Mertani, Ki Ageng Panjawi– mengiringinya bersama rakyat Grobogan dari Selo. Ki Ageng Pemanahan melakukan hal itu setelah Adipati Pajang Joko Tingkir membuat sayembara untuk membunuh Adipati Jipang. Joko Tingkir adalah adik ipar Ratu Kalinyamat. Ia juga menjadi sasaran pembunuhan Adipati Jipang, tapi ia selamat. Aryo Penangsang rupanya ingin menghabisi keluarga keraton Demak. Alasannya, dirinyalah yang seharusnya menjadi penerus tahta Demak. Joko Tingkir membuat sayembara karena merasa kesaktiannya masih jauh di bawah Aryo Penangsang. Isi sayembaranya: yang dapat membunuh Adipati Jipang akan diberi hadiah wilayah Pati dan hutan Mentaok di Mataram. Kelak, Sutowijoyo menjadi raja Mataram dengan nama Panembahan Senopati. Ia kemudian memiliki cucu yang menjadi raja ketiga Mataram, bernama Sultan Agung. Ki Ageng Pemanahan yang telah berangkat ke Jipang bersama rakyat Grobogan sengaja tak sampai keraton Jipang. Ia menunggu di tepi sungai, lalu mengirim surat tantangan. Ki Ageng Pemanahan memang tak ingin menyeberangi sungai. Ia percaya, orang yang sebelum berperang menyeberangi sungai dipastikan akan kalah. Ki Ageng Pemanahan merupakan cucu Ki Ageng Selo. Joko Tingkir pernah menjadi santri Ki Ageng Selo dan menjadikan Sutowijoyo sebagai anak angkatnya. Meski Ki Ageng Pemanahan mengirim surat tantangan, ia tidak menyebutkan namanya di surat itu. Surat tantangan dibuat seolah-olah itu surat dari Joko Tingkir. Surat itu dikirim dengan cara dikalungkan di leher prajurit Jipang yang telah dilukai. Isi suratnya sebagai berikut: “Permakluman perang. Peringatan bagi Aryo Jipang. Jika engkau memang prajurit dan laki-laki, ayo maju. Aku tunggu di tepi bengawan sore. Menyeberanglah, bertemu satu lawan satu dengan Adipati Pajang. Jangan mengandalkan pasukanmu. Akan aku hadapi satu lawan satu.” Aryo Penangsang mendidih darahnya setelah membaca surat itu. Mengambil kudanya, Gagak Rimang, ini pun segera menuju ke pinggir kali. Begitu Aryo Penangsang terlihat datang, orang-orang Selo pun bersorak menyambutnya. Berhenti di seberang sungai, Aryo Penangsang meminta orang-orang Selo segera menyeberang. Orang-orang Selo menegaskan bahwa yang membuat surat adalah Adipati Pajang. Maka sudah selayaknya Aryo Penangsang yang menyeberang sungai untuk melawan Adipati Pajang. “Bukan pahlawan namanya kalau hanya berhenti di pinggir sungai,” teriak orang-orang Selo meledek Adipati Jipang. Semakin mendidihlah darah Aryo Penangsang. Ia pecut kudanya agar segera mencebur ke sungai untuk sampai di lokasi rakyat Grobogan dari Selo. Namun, setibanya di seberang sungai, ia tak mendapti Adipati Pajang Joko Tingkir. Ia pun mengamuk karena merasa telah diperdaya. Rakyat Grobogan pun makin bergemuruh soraknya kendati banyak yang terkena amukan Aryo Penangsang. Aryo Penangsang makin jumawa melihat banyak yang tewas kena amukannya. Danang Sutowijoyo yang kelak menjadi raja Mataram dengan nama Panembahan Senopati segera menghadapi Adipati Jipang. Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi mengiringi Sutowijoyo yang membawa tombak Ki Plered. Aryo Penangsang tak bersedia melawan Sutowijoyo. Ia menyuruhnya untuk menyingkir. Diremehkan, Kakek Sultan Agung itu pun marah. Ia lalu menyerang Aryo Penangsang mendadak. Aryo Penangsang tidak mampu mengendalikan kudanya. Kuda betina sengaja dilepas sehingga membuat kuda Aryo Penangsang semakin tidak terkendali. Sutowijoyo yang kelak menjadi kakek Sultan Agung itu berhasil menyarangkan tombaknya ke tubuh Aryo Jipang. Aryo Jipang tersungkur jatuh bersama kudanya. Kabar kematian Aryo Penangsang segera dikirim ke Pajang. Joko Tingkir pun meminta Ki Ageng Pemanahan untuk melaporkannya kepada Ratu Kalinyamat. Maka, Ratu Kalinyamat pun menyudahi tapa telanjang yang ia lakukan. (mif) Baca juga :

Read More

Mengenal Lebih Dekat Siapa Pembuat Doa Kamilin

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ada yang khas dari sejumlah masjid dan mushalla disaat bulan Ramadhan. Salah satunya adalah digunakannya”Doa Kamilin” oleh imam setelah menyelesaikan shalat tarawih. Dan sudah selayaknya, semua mengetahui siapa pengarang dari doa fenomenal tersebut. Sekadar diketahui bahwa doa yang hampir selalu dibaca oleh umat Islam di Tanah Air ini juga termaktub dalam kitab-kitab doa ulama Nusantara. Salah satunya Majmû‘ah Maqrûât Yaumiyah wa Usbû‘iyyah karya Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, Allahumma yarham, KH. Muhammad bin Abdullah Faqih. Pada lembar pengantar, sang ayah, KH. Abdullah Faqih, mengatakan bahwa doa-doa dalam kitab itu merupakan hasil ijazah dari Kiai Abdul Hadi (Langitan), Kiai Ma’shum (Lasem), Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, dan Syekh Yasin bin Isa al-Fadani. KH. Abdullah Faqih memberikan restu atau ijazah kepada siapa saja yang mengamalkan (dengan ijâzah munâwalah). Sejumlah takmir masjid mencetak secara khusus doa yang hendaknya dibaca usai melaksanakan shalat tarawih. Bacaan sekaligus doa dan permohonan tersebut dikenal dengan istilah Doa Kamilin. Sebagai imam maupun jamaah, ada baiknya mengetahui arti dari doa yang diaminkan dengan sangat antusias tersebut. Dan berikut ini adalah doa yang lazim dibaca para ulama selepas shalat tarawih sekaligus artinya: اللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Artinya:“Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban. Yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk. Yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat. Yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari. Yang mengenakan berbagai sutra, yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”📚 (Lihat: Sayyid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta). Tampak bahwa nama “Kâmilîn” diambil dari redaksi pembuka doa ini yang memohon terbentuknya pribadi-pribadi sempurna (kâmilîn) dalam hal keimanan. Substansi doa ini cukup komplet, meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, kenikmatan dan kesulitan, meminta keberkahan malam mulia, diterimanya amal, dan lain sebagainya. (yat) Baca juga :

Read More

Melihat Sepak Terjang Ratu Kalinyamat Dalam Melawan Penjajah Portugis

Jepara — 1miliarsantri.net : Putri tercinta Sultan Trenggana, mengalir darah biru pejuang dari leluhur tanah Jawa, yang lahir dari kawah candra dimuka pergolakan tanpa putus. Ia wanita pemberani yang menentang ketikadilan yang menerpanya dengan mata terbuka, tanpa secuil kekerdilan apalagi tetes air mata, bersumpah ia akan melakukan apapun sampai tumpas tampis. Pasemon, sanepa menulis, Ia tapa telanjang di Gunung Danaraja menuntut keadilan atas kematian kekasihnya Pangeran Kalinyamat. Sejatinya Ia bersumpah akan berjuang mengorbankan segala yang melekat ditubuhnya tanpa kecuali, Jiwa raga, harta, tahta untuk kemaslahatan Kawula dan negeri yang dipimpinya dengan istikomah dan iklas. Setelah kematian Harya Penangsang, taktha Jepara diserahkan Hadiwijaya kepada dirinya. Orang menyebutnya Ratu Kali Nyamat, Adipati Jepara melanjutkam tongkat estapet Pati Unus. Menyatakan perang terhadap Portugis. Pada tahun 1550, Bersama kesultanan Johor dan perserekatan Melayu. 4.000 Laskar Laut Jepara dalam 40 buah kapal Jung Jawa, Beliau kirimkan untuk memerangi Portugis, demi terbebasnya Malaka dari cengkeraman kekuasaan Portugis. Angin laut dan deburan ombak Sanudera belum perfihak kepada Perserekatan Melayu, merebut Malaka dari kekuasaan GOLD, GOSPEL ,GLORY Bangsa Portugis. Pada tahun 1565 beliau memenuhi permintaan orang-orang Hitu di Ternate untuk menghadapi gangguan bangsa Portugis dan kaum Hative. Beliau berlapang dada menyerahkan kembali armada lautnya mengempur Portugis yang coba menguasai sumber rempah rempah diujung samudera luas. Dan di tahun 1573, Ratu Kalinyamat bersama Armada laut kesultanan Aceh, berkolaborasi untuk menyerang portugis untuk merebut Malaka kembali. Beliau kirimkan armada laut raksasa berkekuatan 300 kapal berisi 15.000 Laskar laut Jepara yang brani dan gagah perwira. di Laksamanani oleh Ki Demang. Namun Armada Jepara Tiba di Malaka bulan Oktober 1574. Saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis. Laskar Jepara tetap Rawer Rawe Rantas rantas Malang Putung, tetap mengempur Portugis di Malaka dengan Gagah Perwira. Sang Ratu yang mengetahui Geopolitik sebagai ahli strategi militer faham. Bahwa Portugis sedang bersiap untuk memindahkan Pangkalan Armada lautnya ke Timur, mendekat ke sumber rempah rempah. Karena kesibukan dan gempuran massive laskar laut Jepara membuat sibuk Armada laut Portugis hingga gagal mengirimkan bantuan ke Ternate. Memberi kesempatan bhumi Ternate bernafas.Rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani. Dan musuhnya menghormati dan mengagumi Sang Ratu yang bertaktha di sepinya Samudera luas. (gung) Baca juga :

Read More

Raden Kian Santang Penyebar Islam di Wilayah Pajajaran

Garut — 1miliarsantri.net : Prabu Kian Santang atau Raden Sangara atau dikenal dengan sebutan Syekh Sunan Rohmat Suci adalah putra Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran. Ketika dewasa, ia belajar agama Islam di Mekkah dan mengubah namanya menjadi Galantrang Setra. Meski berbeda keyakinan dengan sang ayah yang memeluk Hindu, Kian Santang tetap menjadi penyebar agama Islam di wilayah Pajajaran. Kehidupan awal Raden Kian Santang lahir pada sekitar abad ke-15 dan merupakan anak Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Nyai Subang Larang. Ia memiliki dua saudara kandung yang bernama Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana (pendiri Kerajaan Cirebon) dan Rara Santang (ibu Sunan Gunung Jati). Sejak kecil hingga remaja, Kian Santang dilatih ilmu bela diri hingga tumbuh menjadi sosok ksatria Pajajaran. Ketika sudah mahir dalam bela diri, Kian Santang mengisi waktunya dengan berburu ke hutan. Ia pun mudah untuk mendapatkan hewan buruan menggunakan panahnya. Hal itu membuat Prabu Siliwangi sangat bangga dan mengangkatnya menjadi senopati Pajajaran. Kian Santang pun tumbuh menjadi ksatria yang gagah perkasa dan tidak ada yang bisa mengalahkannya. Selama hidup di istana, Kian Santang serba kecukupan, tetapi merasa kurang mengenal jati dirinya. Ia juga merasa jenuh karena tidak ada satu pun ksatria yang mampu mengalahkannya. Konon, Kian Santang kemudian mendatangi peramal untuk mengetahui lawan tangguh yang dapat menandinginya. Ia diberikan petunjuk bahwa orang yang dapat menandinginya adalah Sayyidina Ali dari Tanah Arab. Sebetulnya Sayyidina Ali hidup pada abad ke-7 dan telah wafat saat itu, tetapi mereka dapat dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah. Selain itu, Kian Santang harus melakoni dua syarat agar dapat bertemu Sayyidina Ali, yaitu melakukan semedi di ujung kulon dan mengganti namanya menjadi Galantrang Setra (Galantrang berarti berani dan Setra berarti bersih atau suci). Setelah melakoni dua syarat tersebut, Kian Santang segera melakukan perjalanan ke Arab untuk menemui Sayyidina Ali. Sesampainya di Mekkah, ia bertemu seseorang dan kemudian menayakan keberadaan Sayyidina Ali. Orang tersebut mau memberi tahu keberadaan Sayyidina Ali, asalkan Kian Santang mau mengambil tongkatnya yang ditancapkan di tanah. Tidak disangka, Kian Santang kesulitan mencabut tongkat itu hingga keluar darah dari seluruh tubuhnya ketika berupaya untuk menyelesaikan tugas yang dianggap sangat mudah. Belakangan diketahui, sosok yang menancapkan tongkat itu adalah Sayyidina Ali. Setelah pertemuannya dengan Sayyidina Ali, Kian Santang memutuskan untuk menetap di Mekkah dan berlajar agama Islam di sana. Kian Santang menetap cukup lama guna belajar dan memahami agama Islam. Setelah itu, ia memutuskan untuk kembali ke Pajajaran. Sesampainya di Pajajaran, ia menemui sang ayah dan kerabatnya untuk menceritakan pengalamannya selama mengembara ke Tanah Arab. Kian Santang kemudian mengajak Prabu Siliwangi untuk memeluk Islam, begitu juga dengan rakyat Pajajaran, tetapi ditolak. Meski ajakannya ditolak oleh Prabu Siliwangi, Raden Kian Santang tetap menyebarkan agama Islam di pelosok Pasundan. Pada awalnya, ia menyebarkan agama Islam di Limbangan, kemudian sampai ke Garut dan pesisir utara Pantai Jawa. Dalam perjalanannya, Kian Santang mengubah namanya menjadi Syekh Sunan Rohmat Suci. Ia pun pergi ke Galuh dan berhasil mengislamkan Raja Galuh Pakuwon di Limbangan, yang dikenal memiliki nama Sunan Pancer. Berkat Sunan Pancer, agama Islam bisa tersebar luas dan berkembang di daerah Galuh Pakuwon. Sejak penguasa lokal banyak yang menjadi umat Muslim, ajaran Islam menjadi berkembang di hampir seluruh wilayah Priangan. Setelah berhasil mengislamkan hampir seluruh Priangan, Raden Kian Santang memilih menetap di daerah sekitar Garut. Di tempat itulah, ia menyebarkan agama Islam dan menjadi guru syariat hingga akhir hayatnya. Tidak diketahui kapan Raden Kian Santang meninggal, tetapi masyarakat lokal menyakini makamnya terletak di lereng Gunung Karacak, yang berada di Kecamatan Karangpawitan, Kota Garut. (zak) Baca juga :

Read More

Ketika Pangeran Diponegoro Tidak Jadi Membunuh Jenderal Belanda

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Pangeran Diponegoro marah ketika jenderal Belanda, Hendrik Markus de Kock, melarangnya pulang setelah selesai bersilaturahim. Hari itu, 28 Maret 1830, Diponegoro ditangkap lalu dibawa ke Semarang menggunakan kereta kuda. Diponenegoro sempat memberi kode kepada salahs atu panglima perangnya bahw aia berniat membunuh De Kock. Tapi ia mengurungkan niatnya karena mendapat nasihat dari Haji Isa Badarudin. Hari itu, untuk mencegah Diponegoro pulang usai bersilaturahim, De Kock berdalih persoalan Diponegoro dengan Belanda harus diselesaikan hari itu juga. Namun, Diponegoro mengaku datang pagi itu bukan untuk berunding. De Kock menegaskan memang tidak ada perundingan, karena tugas dia bukan untuk berunding. Melainkan menangkap Diponegoro, demikian perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda van den Bsoch kepadanya. De Kock kemudian memerintahkan prajuritnya masuk tempat pertemuan. Diponegoro semakin marah, ia memaki-maki De Kock dan memberi kode kepada Basah Martonegoro agar bersiaga. Tapi, Haji Isa Badarudin menasihatinya agar ingat kepada Allah. Diponegoro pun mengurungkan niat membunuh De Kock. Diponegoro lantas pasrah kepada kehendak Allah. Ia merasa seperti emas yang hanyut terbawa arus sungai. Jenderal De Kock berpesan kepada anak buahnya yang membawa Diponegoro agar bermalam di Ungaran semalam. Saat di Ungaran, melihat punakawannya menangis minta pulang, Diponegoro menghiburnya. Diponegoro memintanya agar pulang besok saja dari Semarang. “Aku ini sesungguhnya ingin naik haji, walau sendiri. Tidak sanggup aku tunda perihal keberangkatan ke Makkah,” kata Diponegoro menghibur Roto, punakawannya. Esok paginya, ada pasukan dari Semarang yang menjemput Diponegoro di Ungaran. Maka, Diponegoro tinggal di Semarang hingga 5 April 1830. Pada 5 April 1830, ia dinaikkan kapal untuk berangkat ke Batavia. Ia menjadi penumpang Kapal PS Van der Cappelen, kapal uap berdayung pertama yang dibuat di Hindia Belanda.PS merupakan singkatan dari paddle steamer. Kapal uap berteknologi dayung. Yang membuat kapal ini adalah pabrik kapal Isaac Burgess yang ada di Surabaya. Selama 4,5 tahun, dari Februari 1824 sampai Agustus 1829, pabrik ini mendapat hak monopoli memproduksi semua kapal uap di Hindia Belanda. Bahan baku kapal ini adalah kayu jati prima yang dilapisi tembaga. Memiliki tiga tiang selain cerobong kapal. Di kapal ini, Diponegoro menerima suguhan makan berupa kentang. Dalam perjalanan ke Manado, Diponegoro sempat menendang kaki Roto, karena Roto menyebut kentang itu sebagai kentang sabrang (kentang pengasingan), bukan kentang walanda (kentang belanda). Setelah jadi, tugas pertama kapal ini adalah mengantarkan Van der Capelen, gubernur jenderal Hindia Belanda yang mengakhiri tugasnya pada 1826, pulang ke Belanda. Tiba di Batavia, rombongan Residen Batavia menyambutnya. Sangat banyak kereta kuda yang datang mengakut para pejabat di Batavia itu. Menyambut kedatangan Diponegoro itu, mereka berbaris memberi hortmat. Namun, tak ada tembakan kehormatan dari meriam-meriam. Padahal, setiap menyambut pangeran-pangeran dari Jawa yang bertamu di Batavia, selalu ada tembakan kehormatan dari meriam. Gubernur Jenderal Van den Bosch juga tidak terlihat datang untuk menyambutnya. Diponegoro pun bertanya-tanya, ke mana perginya Van den Bosch, sehingga tidak menyambut dirinya? Padahal ia sudah memberi tahu akan berangkat ke Makkah untuk beribadah haji. “Lalu apa maunya?” tanya Diponegoro ingin tahu alasan Van den Bosch mengundangnya ke Batavia. Diponegoro pun meminta Mayor De Stuers dan Kapten JJ Roefs yang mendampinginya dari Semarang untuk melaporkan kepada Van den Bosch bahwa dirinya sudah ada di Batavia. Esok harinya, Mayor De Stuers dan Kapten JJ Roefs menemui Diponegoro tanpa disertai van den Bosch. Diponegoro tahu dari dua perwira Belanda itu bahwa Van den Bosch ada di Bogor. (mif) Baca juga :

Read More

Perjuangan Kartini Dalam Memperjuangkan Hak dan Kesetaraan Perempuan

Jepara — 1miliarsantri.net : Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal sebagai RA Kartini merupakan seorang tokoh Jawa atau Pahlawan Nasional Indonesia karena dia memperjuangkan hak emansipasi bagi kaum perempuan. Berkat perjuanganannya, kini perempuan bisa bersekolah dan bekerja dengan sama/setara dengan laki-laki. Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Kartini merupakan seorang putri keturunan bangsawan yang lahir dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah. Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara. Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan karena perjuangan yang telah beliau lakukan walau tidak secara langsung. Surat-surat yang Kartini kirimkan kepada teman-temannya di Belanda kemudian dijadikan buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan menuju Cahaya yang diterbitkan oleh Mr. JH Abendanon (Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia-Belanda). Buku tersebut banyak memberikan implementasi dalam cara berpikir masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi Jawa. Kemudian tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Kartini bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) mulai dari tahun 1885, sekolah yang diperuntukan untuk orang Belanda dan orang Jawa yang kaya. Di ELS, Kartini belajar dan menguasai bahasa Belanda. Tetapi, Kartini hanya dapat bersekolah hingga umurnya yang ke-12 tahun, karena beliau sudah memasuki masa pingitan. Pingitan merupakan sebuah tradisi ketika perempuan Jawa harus dikurung dan tinggal di rumah. Namun, dipingit tidak menjadi halangan bagi Kartini. Berbekal pengetahuan bahasa Belanda yang cukup beliau kuasai karena bersekolah di ESL, beliau bertukar surat dengan teman-temannya dari Belanda. Kartini juga banyak membaca buku selain bertukar surat dengan teman-temannya yang lain. Karena banyaknya buku yang dibaca Kartini, beliau jadi mengetahui cara berpikir perempuan Eropa yang lebih modern dan bebas dibandingkan perempuan Jawa pribumi kala itu. Kartini yang hobi membaca mulai dari buku, surat kabar, hingga majalah menimbulkan ketertarikannya untuk memajukan perempuan pribumi. Karena pada saat itu, perempuan pribumi memiliki kedudukan atau stratifikasi sosial yang terbilang rendah. Menurut Kartini, perempuan pribumi harus mendapatkan kesetaraan, persamaan, dan kebebasan. Kartini yang pada saat itu sedang dipingit, tidak banyak hal yang dapat ia lakukan tetapi surat yang Kartini tulis menjadi salah satu bentuk perjuangannya. Beliau menuliskan gagasan-gagasannya mengenai emansipasi perempuan. Beliau menjelaskan penderitaan yang dirasakan perempuan Jawa yang tidak bebas menuntut ilmu dan harus dipingit sehingga hal tersebut mengekang kebebasan perempuan. Kemudian di tahun 1903, Kartini akhirnya menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Sedikit yang kita ketahui, rupanya Kartini memiliki jarak usia yang cukup jauh dengan suaminya. Kartini yang pada saat itu sudah berusia 24 tahun, dipaksa menerima perjodohan dari ayahnya. Sebab pada saat itu, usia 24 tahun dianggap perawan tua apabila belum menikah. Kartini akhirnya menerima perjodohan tersebut karena beliau menghormati dan ingin berbakti kepada ayahnya. Hanya saja Kartini memberi syarat bahwa beliau tidak ingin melakukan prosesi adat pernikahan dengan berjalan jongkok, berlutut dan mencium kaki suami. Dengan Kartini tidak melakukan prosesi adat tersebut, kita dapat melihat bahwa ini adalah bentuk keputusan Kartini yang menginginkan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Kartini juga menegaskan bahwa dirinya ingin membuka sekolah Hindia-Belanda untuk para perempuan agar mereka bisa belajar. Akhirnya setelah menikah pun, Kartini tetap melanjutkan perjuangannya untuk kesetaraan perempuan dan beliau juga menjadi seorang guru. Kegigihan Kartini akan pendidikan wanita ini dilihat tokoh Politik Etis, Van Deventer yang kemudian membantu mendirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini didukung oleh suami Kartini juga. Sekolah tersebut dinamakan “Sekolah Kartini” yang didirikan pada tahun 1912 yang berlokasi di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang (sekarang Gedung Pramuka). Sekolah ini pun berkembang hingga ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan banyak daerah lainnya. Setahun setelah menikah yakni 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Soesalit Djojoadhiningrat Namun sayang, perjuangan Kartini berakhir 4 hari setelah beliau melahirkan. Kartini meninggal di usianya yang 25 tahun kemudian beliau dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang. Perjuangan Kartini memang tidak secara langsung, hanya bermodalkan surat-surat yang beliau kirimkan kepada teman-temannya. Namun hal itulah yang membuat Kartini istimewa, karena beliau membuat kita, para perempuan jadi bisa bersekolah dan bebas dan nyaman, setara dengan laki-laki. Perjuangan Kartini harus kita hargai karena berkat beliau, para perempuan masa kini tidak perlu dipingit, dapat belajar dan mengejar pendidikan dengan bebas dan mengeksplorasi bakat serta minat kita tanpa dibatasi gender. Kita para perempuan pun jadi bisa jatuh cinta dan menikah dengan orang yang benar-benar kita sayang, tanpa perlu dipingit dan dijodohkan. Perjuangan Kartini tidaklah sia-sia karena hingga saat ini para wanita dapat mengenyam pendidikan dan memiliki kesetaraan yang sama dengan laki-laki. Kita dapat melihat bahwa perjuangan tidak harus selalu besar atau maju ke medan perang. Kartini melakukan perjuangannya hanya bermodalan surat yang beliau tulis selama beliau dipingit. (yuk) Baca juga :

Read More