Kepala Militer Israel Tolak Usulan Netanyahu Rebut Sisa Wilayah Gaza

Yerusalem – 1miliarsantri.net: Pertemuan antara Perdana Menteri Israel dengan Kepala Militer yang berlangsung tiga jam berlangsung tegang. Usulan Netanyahu untuk merebut sisa wilayah Gaza ditolak Kepala Staf Militer. Mengutip arabnews.com, Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir memperingatkan perdana menteri akan bahaya yang ditimbulkan yang bisa menjebak militer zionis dan mengancam keselamatan jiwa para sandera yang ditawan oleh pejuang Palestina. Baca juga: Biadab! Israel Menembakan Rudal Ke Arah Anak-Anak Gaza Yang Sedang Mengambil Air Klaim Israel Kuasai 75 Persen Wilayah Gaza Pemerintah zionis mengklaim berhasil menguasai 75 persen wilayah Gaza setelah hampir dua tahun terjadinya perang yang diawali pada 7 Oktober 2023 silam, ketika pejuang Hamas berhasil menyerang wilayah Israel dan menghancurkan berbagai fasilitas militer zionis yahudi serta menawan tentara israel dan penduduk sipil. Israel menghancurkan rumah, sekolah, masjid serta rumah ibadah umat Kristen, dan rumah sakit, juga fasilitas medis lainnya. Sebagian besar wilayah kantong pesisir yang padat penduduk itu telah hancur akibat pemboman yang dilakukan israel. Pihak militer Israel menuduh Hamas beroperasi di antara warga sipil, terkadang menghindari wilayah-wilayah yang menurut intelijen diduga menjadi tempat para sandera ditawan, dan mantan tawanan mengatakan para penculik mengancam akan membunuh mereka jika pasukan Israel mendekat. Baca juga: Gadis Kecil Gaza: ‘Kembalikan Ibuku Dari Surga’ Menteri Pertahan Israel Pastikan Militer Melaksanakan Keputusan Pemerintahnya Israel Katz melalui pesan tertulisnya mengatakan bahwa “panglima militer memiliki hak dan kewajiban untuk menyuarakan pendapatnya”, dia melanjutkan, “tetapi militer akan melaksanakan keputusan pemerintah hingga semua tujuan perang tercapai”, tegasnya Rabu 6/7/2025. Sementara itu Kantor Perdana Menteri Israel menolak memberikan tanggapan dan komentar terkait pertemuan dengan Zamir dan petinggi militer zionis pada Selasa 5/8/2025. PM Netanyahu pada medio Mei 2025 mengatakan “Israel akan menguasai seluruh Gaza, diapun meenegaskan memimpin pemerintahan koalisi paling dalam sejarah Israel dan bersama mitranya akan mundur jika pemerintah mengakhiri perang.” Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu akan mengumpulkan kabinet keamanannya pada hari Kamis untuk membuat keputusan akhir tentang langkah selanjutnya dalam perang di wilayah Palestina. Tekanan Internasional Untuk gencatan Senjata dan Mencegah Bencana Kelaparan Di Gaza Menurut catatan Israel, terdapat 50 sandera yang masih ditahan di Gaza, di mana setidaknya 20 orang diyakini masih hidup. Video yang dirilis oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan lain di Gaza, minggu lalu yang memperlihatkan dua sandera yang sangat kurus memicu kecaman internasional. Disisi lain, dilaporkan setidaknya 200 warga Palestina meninggal dunia karena mal nutrisi dan bencana kelaparan terburuk sejak perang berkecamuk akibat embargo Israel dan penghadangan terhadap konvoi bantuan yang akan memasuki Gaza. Baca juga: Menyedihkan! 1 Dari 10 Anak Di Gaza Menderita Malnutrisi Perluasan serangan militer di daerah padat penduduk kemungkinan akan sangat menghancurkan. Banyak dari 2 juta warga Palestina di Gaza tinggal di tenda-tenda di selatan wilayah itu, mengungsi akibat pemboman selama 22 bulan. Israel Kewalahan Menghadapi Perang Yang Berlangsung Lama Meskipun mengklaim menguasai 75% wilayah Gaza, perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 membuat militer zionis itu kewalahan, mereka harus terus memobilisasi pasukan cadangan untuk memperluas wilayah operasinya dan mencaplok lebih banyak wilayah. Israel masih terus melakukan serangan udara terhadap Gaza pada Rabu. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan dalam serangan itu telah menewaskan sebanyak 135 orang dalam 24 jam terakhir. “jumlah korban tewas sejak awal konflik sekarang mencapai lebih dari 61.000, sebagian besar warga sipil”, pungkas pejabat Kementerian Kesehatan.*** Penulis dan Editor : Thamrin Humris Foto iluistrasi AI Sumber Arab News

Read More

Wahyu Kalaseba: Titah Suci Yang Memanggil Putra Wayah Nusantara Untuk Bangkit

Jakarta – 1miliarsantri.net: Wahyu Kalaseba bukan sekadar ilham atau bisikan gaib dari ruang batin yang samar. Ia adalah petunjuk Ilahi, titah suci yang turun dari langit ke dalam ruang hening kesadaran seorang insan terpilih, yang bersih dari pamrih, yang hatinya lapang menampung cinta semesta dan yang jiwanya ikhlas memikul beban zaman. Wahyu itu telah menggema, bukan lagi rahasia yang hanya diketahui di balik tirai kabut pegunungan, getaran sunyi yang hanya terdengar dalam senyapnya gua dan di balik batu karang pantai. Wahyu Kalaseba telah memanggil putra wayah pilihan Nusantara, yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari puncak gunung tertinggi hingga lembah yang terdalam. Ia datang bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk dijalankan, untuk dihidupkan, untuk dilaksanakan dengan sepenuh kesadaran jiwa dan raga. Masih banyak dari kita yang memilih menyepi—tirakat di atas gunung, menyatu dengan keheningan langit dan bumi, mencoba mengurai tabir rahasia kehidupan. Ada yang bersemedi di batu karang pesisir pantai, menanti bisikan ombak sebagai jawaban ilahi. Ada pula yang napak tilas ke makam para pepunden, menyusuri jejak leluhur untuk menyambung kembali warisan kesadaran adiluhung. Bahkan ada yang puasa Pati Geni 40 hari, membakar segala syahwat dunia demi membuka pintu-pintu langit. Waktunya Bangkit Namun kini, tiba waktunya untuk bangkit, bukan lagi zaman berdiam dalam sunyi, tapi zaman untuk menyalakan cahaya dalam keramaian. Tirakat dan laku batin telah membentuk kita, kini saatnya langkah konkret kita menjadi pancaran kebermanfaatan bagi umat dan semesta. Saatnya bergerak dengan langkah terukur, dengan strategi yang matang, dan dengan niat yang lurus. Wahyu Kalaseba mengandung misi besar, menyatukan Cakra Langit dan Cakra Bumi. Cakra Langit adalah simbol kehendak Ilahi atau tatanan suci dari Sang Pengatur Semesta. Sementara Cakra Bumi adalah daya gerak manusia, kekuatan kolektif anak bangsa, getaran batin rakyat yang menyatu dengan tanah airnya. Ketika keduanya tersinkronisasi, maka terbukalah jalan cahaya. Sebuah jalan yang tak hanya memulihkan tatanan duniawi, tetapi juga menyembuhkan luka-luka batin kolektif yang telah lama menjadi belenggu peradaban. Inilah titik kebangkitan, ketika langit memberikan arah, dan bumi melaksanakan gerak. Kita Adalah Perubahan Wahyu Kalaseba tidak pernah turun untuk sekedar memuliakan satu nama, satu golongan, atau satu kebenaran semu. Ia hadir demi kemaslahatan umat, demi membangunkan mereka yang tertidur dalam ilusi dunia, demi menyinari jalan mereka yang terjebak dalam hiruk pikuknya zaman. Inilah saatnya para pemegang amanah, para pewaris cahaya menyadari tugas sucinya. Tidak ada lagi waktu untuk menunggu datangnya perubahan dari luar. Sebab kitalah perubahan itu, kitalah pelaksana skenario langit di atas panggung bumi. Wahai para putra wayah Nusantara, dengarkan panggilan Wahyu Kalaseba. Ini bukan sekadar undangan spiritual, tapi tanda dimulainya pergerakan suci. Bukan pergerakan fisik semata, tetapi pergerakan kesadaran, kebangkitan nilai, dan restorasi ruh bangsa yang agung. Bersatulah, bukan dalam nama kepentingan pribadi atau golongan, tetapi dalam nama cinta tanah air dan seisinya. Lakukan langkah demi langkah dengan keteguhan hati dan kejernihan jiwa. Karena hanya dengan menyelaraskan cakra langit dan cakra bumi, kita bisa membangun kembali Nusantara yang tidak hanya kuat secara lahir, tapi bercahaya dalam batinnya.* Penulis : Ki Ageng Sambung Bhadra Nusantara Foto istimewa Editor : Thamrin Humris

Read More

Tiga Hal Penting yang Harus Dipersiapkan Sebelum Mengurus Sertifikat Halal MUI

Surabaya – 1miliarsantri.net: Sertifikasi halal dari MUI kini menjadi kebutuhan mendesak bagi pelaku usaha, terlebih setelah diterapkannya kewajiban sertifikasi halal secara bertahap melalui Undang-Undang Jaminan Produk Halal No. 33 Tahun 2014. Banyak pelaku usaha, terutama pemula, kebingungan harus mulai dari mana. Penulis pernah mengalami situasi dimana bekerja di perusahaan pembalut yang baru berdiri 1 tahun. Mereka ingin segera mendapat sertifikat halal MUI agar menguatkan kepercayaan customer terutama yang muslimah. Awalnya penulis hanya sebagai anggota yang dimintakan tolong melengkapi dokumen SJH tanpa briefing yang jelas. Alhasil saya searching berdasarkan info di google. Pas proses audit yang terjadi saat pandemi 2020, ternyata 80% dokumen SJH harus direvisi padahal saat itu tim auditor sudah mengecek dan menginterview bagian pabrik produksi yang berada di luar negeri. Akhirnya tim halal perusahaan dirombak lagi. Penulis diberikan tugas oleh manajemen untuk menjadi ketua tim halal dan harus memperbaiki dokumen SJH dengan kurun waktu 3 minggu. Lebih dari itu auditor tidak bisa memberikan kelayakan halal. Alhamdulillahnya selesai tepat waktu dan produk mendapat label halal MUI. Dari proses itu, penulis menemukan bahwa ada tiga hal utama perlu disiapkan secara serius, yaitu tim halal, dokumen SJH, dan kesiapan biaya agar tidak kebingungan di tengah jalan. 1.   Tim Halal: Ketua yang Kompeten Adalah Pondasi Sesuai dengan standar Sistem Jaminan Halal (SJH) dari LPPOM MUI, Tim Manajemen Halal (TMH) adalah tim internal perusahaan yang bertanggung jawab memastikan pelaksanaan dan pengawasan terhadap implementasi SJH di perusahaan. Tim ini wajib dibentuk sebelum mengajukan sertifikasi. Peran tim halal yang paling utama adalah ketua karena dialah yang akan mensosialisasikan, menerapkan sistem halal, melakukan pemantauan terhadap jalannya SJH ke divisi yang terkait, membuat dokumen laporan SJH, koordinasi dengan audit. Kalau ketua tidak kompeten maka akan menjadi penghambat terealisasinya sertifikat halal. Adapun kriteria ketua tim halal yang diakui dalam sistem SJH adalah: Memahami proses produksi di perusahaan secara menyeluruh, sebagai berikut: Setelah penulis terpilih menjadi ketua tim halal perusahaan, auditor halal dari MUI menyarankan untuk mulai mengikuti training sertifikat halal ke IHATEC (Indonesia Halal Training dan Education Center). Pelatihan berlangsung 2 hari, dimana hari pertama diberikan literasi seputar kehalalan dan hari kedua pelatihan pembuatan dokumen SJH untuk 11 kriteria. Di hari terakhir, peserta wajib mengikuti tes pengetahuan selama pelatihan. Minimal harus mendapat point 60-70 agar tidak mengikuti tes ulang. Dan alhamdulillah penulis berhasil mendapat 72. Jadi hasil sertifikat ini nantinya akan menjadi dokumentasi untuk SJH di kriteria pelatihan. Menurut LPPOM MUI dalam Pedoman SJH, kekuatan tim halal menentukan keberhasilan implementasi sistem halal secara berkesinambungan. Karena itu, pemilihan ketua tim tidak boleh sekadar formalitas, melainkan berdasarkan kapasitas, integritas, dan akses koordinasi. 2.   Dokumen SJH: Edukasi Sistem dan Kepatuhan Syariah Salah satu tantangan dalam proses sertifikasi halal adalah penyusunan dokumen SJH. Dalam penulisan SJH setiap kriteria harus dilengkapi dengan bukti dokumentasi yang valid. Sistem Jaminan Halal terdiri dari 12 kriteria utama, yakni: Kebijakan Halal. Kebijakan Halal meliputi: Tim Manjemen Halal, Pelatihan, Bahan, Produk, Fasilitas, Prosedur Tertulis Kritis, Kemampuan Telusur, Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria, Audit Internal dan Kaji Ulang Manajemen. Bagi pembaca 1miliarsantri.net yang berniat mendaftarkan sertifikat halal MUI untuk pertama kalinya. Mulai sekarang bisa dipersiapkan dokumen penting terutama dalam memenuhi kriteria di point 4-6 karena itu sebagai hal yang terpenting/utama untuk di cek proses kehalalannya. Dokumen yang dibutuhkan untuk kriteria 4-6 SJH itu antara lain: Dokumen SJH tidak hanya bentuk kepatuhan administratif, tapi juga komitmen syariah. Al-Qur’an menyebut: “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik-baik (halal) yang telah Kami rezekikan kepadamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 172) Ayat ini menegaskan bahwa kehalalan bukan sekadar label, tapi bagian dari keimanan. Maka dari itu, menyiapkan dokumen SJH adalah bentuk tanggung jawab kolektif untuk menjamin produk benar-benar halal dari hulu ke hilir. 3. Biaya Sertifikasi: Sesuaikan dengan Skala Usaha Biaya sertifikasi halal sering menjadi alasan pelaku usaha menunda pendaftaran. Namun sebenarnya, biaya telah diatur sesuai klasifikasi usaha oleh BPJPH dan LPPOM MUI: Pelaku usaha disarankan mempersiapkan dana tidak hanya untuk audit, tapi juga pelatihan ketua tim halal dan proses perbaikan dokumen jika dibutuhkan. Melihat ini sebagai investasi akan membantu pelaku usaha lebih siap secara mental dan strategis. Karena dengan sertifikat halal, bukan hanya pasar Muslim terbuka luas, tapi juga kepercayaan pelanggan meningkat. Langkah ini tak hanya penting untuk mematuhi regulasi, tapi juga untuk menjaga usaha agar tetap dalam koridor syariah. “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim no. 1015) Sertifikasi halal bukan sekadar dokumen legalitas, tapi cermin tanggung jawab spiritual dan profesional. Dengan menyiapkan tim halal yang kompeten, dokumen SJH yang sesuai standar, dan biaya yang realistis, proses menuju halal akan jauh lebih mudah dan berkah.** Penulis : Iftitah Rahmawati Foto Ilustrasi AI Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah

Read More

Dari Syirik Menuju Tauhid! Revolusi Spiritual Nabi Muhammad SAW dan Lahirnya Peradaban Islam

Tegal – 1miliarsantri.net: Sebelum Islam hadir membawa petunjuk, masyarakat Arab berada dalam masa yang disebut sebagai zaman jahiliyah. Istilah ini tidak hanya menggambarkan ketidaktahuan terhadap ilmu pengetahuan, tetapi juga merujuk pada kondisi moral, sosial, dan spiritual yang rusak dan gelap. Nilai-nilai kemanusiaan dikaburkan oleh kesyirikan, kekerasan, dan ketimpangan sosial. Namun, kondisi ini berubah secara drastis lewat misi agung Nabi Muhammad SAW yang mengembalikan manusia kepada tauhid dan nilai-nilai Ilahi. Dan mari, di artikel ini sejenak kita refleksi kembali perjalanan transformatif masyarakat Arab dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam, yang tidak hanya mengubah Mekkah dan Madinah, tetapi juga meletakkan dasar peradaban dunia yang adil dan beradab. Akar Tauhid yang Terlupakan Masyarakat Arab, khususnya suku Quraisy, sejatinya pernah mengenal ajaran tauhid. Mereka adalah keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS yang telah mewariskan agama Hanifiyah, sebuah ajaran yang murni menekankan keesaan Allah SWT dan keadilan dalam kehidupan sosial. Ka’bah sendiri adalah simbol tauhid yang dibangun oleh dua nabi tersebut sebagai rumah ibadah kepada Allah SWT. Namun, seiring berjalannya waktu, ajaran ini mulai dilupakan. Interaksi dengan peradaban lain, pengaruh asing, serta lemahnya pemahaman menyebabkan penyimpangan akidah. Tauhid berubah menjadi politeisme dan khurafat. Amr bin Luay al-Khuzai kemudian tercatat dalam sejarah sebagai tokoh yang pertama kali memperkenalkan berhala ke Mekkah, sehingga membuka jalan bagi tersebarnya praktik syirik di Jazirah Arab. Ia membawa patung bernama Hubal dari Syam dan meletakkannya di dekat Ka’bah. Sejak saat itulah, setiap suku mulai membawa dan menempatkan berhala mereka untuk dijadikan sesembahan. Ka’bah yang dahulu pusat tauhid, berubah menjadi tempat ritual syirik. Ragam Kepercayaan Jahiliyah Penyimpangan akidah melahirkan berbagai bentuk kepercayaan yang menyimpang dari nilai tauhid. Di antaranya: Tak hanya itu, praktik takhayul menyebar luas. Ada kepercayaan bahwa lapar disebabkan oleh ular dalam perut, atau bahwa kekuatan gaib bisa diperoleh dengan memakai cincin besi. Untuk meminta hujan, mereka mengikat rumput kering di ekor hewan ternak sambil menari di gurun. Semua ini menandai betapa masyarakat Arab kehilangan arah spiritual. Sistem sosial yang terbentuk pun tidak adil: perempuan tidak dihargai, bayi perempuan dikubur hidup-hidup, dan kaum miskin tertindas oleh pemilik kekuasaan dan harta. Pengaruh Agama Samawi Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, dua agama Samawi, yakni Yahudi dan Kristen, yang sudah lebih dulu masuk ke wilayah Arab. Kaum Yahudi banyak tinggal di Yatsrib (Madinah), sementara Kristen tersebar di wilayah Syam dan Yaman melalui pengaruh Kekaisaran Romawi Timur dan Kerajaan Habsyi. Namun, penyebaran dua agama ini bersifat terbatas dan tidak membentuk tatanan sosial yang menyeluruh. Di samping itu, agama-agama tersebut telah mengalami distorsi ajaran. Di tengah kehampaan moral dan spiritual inilah, kebutuhan akan pembaruan menjadi sangat mendesak. Kelahiran Pembaharu Pada tahun 570 M, lahirlah seorang anak dari Bani Hasyim, keturunan mulia dari Quraisy, Muhammad bin Abdullah. Beliau tumbuh sebagai pribadi jujur, amanah, dan berintegritas tinggi. Oleh karena itu, beliau pun dikenal di kalangan masyarakat Mekkah dengan sebutan Al-Amin. Pada usia 40 tahun, beliau menerima wahyu pertama di Gua Hira melalui Malaikat Jibril. Firman pertama itu, Iqra’ (bacalah), bukan hanya instruksi membaca secara literal, tetapi juga ajakan untuk memahami hakikat kehidupan dan mengembalikan manusia kepada tauhid. Dakwah dalam Tantangan Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai secara diam-diam, menyasar orang-orang terdekat seperti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Setelah tiga tahun, beliau mulai berdakwah secara terbuka. Langkah ini memicu kemarahan para pemuka Quraisy. Mereka melihat dakwah tauhid sebagai ancaman terhadap kekuasaan dan ekonomi mereka, yang bergantung pada ritual berhala di Ka’bah. Nabi dan para sahabat mengalami berbagai bentuk intimidasi, seperti dihina, disiksa, diboikot, bahkan diusir. Namun, Nabi tidak membalas dengan kekerasan. Beliau memilih pendekatan sabar, santun, dan bijak. Kesabaran beliau menarik simpati berbagai kalangan, terutama anak muda, budak, dan kaum fakir yang selama ini tersisih oleh tatanan jahiliyah. Revolusi Sosial Islam Islam tidak hanya mengubah akidah, tetapi juga menata ulang struktur sosial masyarakat Arab secara menyeluruh. Berikut sejumlah prinsip revolusioner yang dibawa Islam: Revolusi sosial ini bukan hanya teori, tetapi dijalankan langsung dalam kehidupan masyarakat Madinah setelah hijrah. Di sana, Nabi membangun masyarakat yang plural dan adil, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, serta menyusun Piagam Madinah sebagai dasar konstitusi yang modern untuk zamannya. Cahaya Peradaban Islam Setelah hijrah ke Madinah, Islam berkembang pesat menjadi kekuatan spiritual, sosial, dan politik yang disegani. Nilai-nilai yang dahulu asing, seperti persaudaraan lintas suku, keadilan hukum, dan hak perempuan, menjadi fondasi masyarakat baru. Islam kemudian menyebar ke berbagai wilayah Asia dan Afrika, seperti Syam, Mesir, dan Persia. Ajaran Islam tidak hanya menciptakan umat yang beriman, tetapi juga membangun peradaban dengan sumbangsih di bidang ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, dan filsafat. Pelajaran Bagi Umat Hari Ini Transformasi masyarakat Arab dari zaman jahiliyah menuju Islam bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan cermin peradaban dan pelajaran bagi umat pada hari ini. Sebab, meskipun bentuk tantangan modern berbeda, esensinya tetap sama: kezaliman, syirik gaya baru, eksploitasi, dan krisis moral. Solusinya pun tetap sama: kembali kepada nilai-nilai Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Tauhid bukan hanya keyakinan, tetapi juga sistem nilai yang memuliakan akal, menegakkan keadilan, dan memanusiakan manusia. Jika dahulu Nabi mampu mengubah tatanan dunia dari lembah Mekkah yang penuh berhala, maka hari ini pun umat Islam mampu bangkit dari keterpurukan jika kembali kepada ruh dakwah dan keteladanan Rasulullah SAW.“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik membenci.” (QS As-Shaff: 9).** Penulis : Satria S Pamungkas (Tegal, Jawa Tengah) Sumber: buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Mislahudin S.Pd.I (baSan Publishing, 2011) Foto ilustrasi Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris

Read More

Motivasi Bangkit Dari Depresi ala Amira dalam Novel Assalamualaikum Baitullah

Surabaya – 1miliarsantri.net : “Kita ke Baitullah, Nak. Nggak ada doa yang nggak diijabah di sana.” quote dari cuplikan film Assalamualaikum Baitullah itu selalu muncul di fyp beranda penulis. Film ini diangkat dari novel Islami karya Asma Nadia Assalamualaikum Baitullah, penulis best seller literatur Muslimah dan setiap karyanya banyak difilmkan. Tahun 2024, saya hanya bisa menyimpan niat kuat untuk umrah dan mempersiapkan diri dengan ilmu melalui membaca novel bunda Asma Nadia Assalamualaikum Baitullah. Dan dari kisah Amira, tokoh utama novel ini, penulis belajar bahwa Allah selalu membuka jalan untuk mereka yang ingin pulang kepada-Nya, meskipun awalnya datang dalam keadaan hancur. Karya novel Asma Nadia satu ini ditulis berdasarkan curhatan perempuan yang memenuhi DM atau chat. Bunda Asma menemukan kisah pilu seorang istri yang hampir bunuh diri karena diselingkuhi suaminya dan ada perempuan yang mengalami pelecehan seksual yang membuatnya berniat mengakhiri hidupnya. Ia menulis agar para perempuan punya harapan, bahwa luka tidak harus jadi alasan untuk berhenti. Dalam tokoh Amira, tergambarlah betapa dalamnya luka seorang wanita, tapi juga betapa luasnya rahmat Allah. Al-Qur’an Sebagai Penguat Jiwa, Penangkal Keputusasaan Amira pernah berada di titik terendah. Dalam waktu bersamaan, dia kehilangan suaminya karena berselingkuh, kehilangan ibunya selamanya, kehilangan janin, terancam kehilangan rahim karena tumor ganas, dan kehilangan harta. Dunia runtuh, dan tak ada siapa pun yang peduli. Amira depresi, hal itu membuatnya berdiri di balkon lantai atas hotel, bersiap mengakhiri hidupnya. Namun, Allah tidak tinggal diam. Seorang pria misterius menyelamatkannya yang hampir terjatuh mati. Semenjak tindakan gegabahnya, Amira perlahan mencari ketenangan dengan shalat malam, membaca Al-Qur’an. Ia menemukan ayat yang membuat dirinya benar-benar menyesal pernah melakukan hal itu. “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An-Nisa:29-30) Selain ayat diatas, Amira pun menemukan hadits yang membuatnya berjanji tidak melakukan hal sia-sia itu lagi. “ Dahulu ada seorang lelaki yang terluka, ia putus asa lalu mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya. Darahnya terus mengalir hingga ia mati. Allah Ta’ala berfirman: “Hamba-Ku mendahului-Ku dengan dirinya, maka aku haramkan baginya surga.” (HR.Bukhari no.3463, Muslim no.113) Ketika pikiran suntuk, jiwa lelah bahkan hilang harapan, berhentilah sejenak untuk membaca pesan-pesan kebaikan yang ada dalam Al-Quran. Al-Quran adalah media penyembuh bagi hati yang rapuh. Paling penting yang harus kita ketahui bahwa Allah menciptakan manusia bukan untuk main-main tapi ada tujuan yaitu menjadi khalifah fil ard, manusia bermanfaat dalam peran di kehidupan masing-masing. Yang mana hasil kebaikannya akan menjadi amal jariyah ketika meninggal nanti. Yang memiliki hak prerogatif hidup dan mati manusia adalah Allah. Kalau Allah masih memberikan umur, itu artinya Allah masih sayang kepadamu, Allah mau kamu berlomba-lomba dalam kebaikan dan bisa masuk surganya Allah. Diselingkuhi, Balas Dendamlah Dengan Fokus Mengasah Diri dan Tetap Istiqomah Sakitnya diselingkuhi membuat Amira ingin balas dendam. Dengan keadaan depresi, ia sempat berpikir menanggalkan jilbabnya, mengenakan pakaian seksi, memoles wajah dengan glamour hanya untuk membuktikan bahwa ia juga bisa tampil seperti pelakor yang menggoda suaminya. Namun sahabatnya, Ayu memberi nasihat yang membuat Amira berpikir ulang, “Kalau kamu mau menunjukkan siapa kamu, tunjukkan dengan kesuksesan, bukan dengan menuruti rasa dendam. Sekarang fokus pada proses penyembuhan, banyak berdoa, dan setelah itu buktikan bahwa kamu nggak layak dicampakkan. Buktikan bahwa meninggalkan seorang Amira adalah kerugian besar yang tak bisa ditebus dengan apa pun.” Mulailah Amira berusaha melupakan pengalaman pahitnya dengan fokus membangun brand fashion Muslimah “Red-Ameera Boutique”. Baru dua tahun berdiri, Amira mampu membangun PT dan brandnya mulai terkenal. Ia bangkit bukan karena dendam, tetapi karena sadar bahwa dirinya berharga. Dalam menyembuhkan luka batinnya, Amira juga berkonsultasi kepada psikolog. Psikolognya menyarankan untuk Amira meredam dendam dengan memaafkan. “…Mbak Amira harus melatih diri untuk melupakan orang yang menyakiti mbak. Bukan orangnya tapi perbuatannya…Artinya sampai kita berdamai dengan apa yang menimpa kita. Ikhlas menerimanya sebagai ujian dari Allah hingga kita tidak lagi benci atau dendam pada orang yang pernah menyakiti kita. Sebab benci dan dendam itu justru menyakiti diri kita sendiri sebenarnya.” Healing Sejati, Umrah yang Menyembuhkan Luka Amira memutuskan untuk umrah, berharap bisa berdamai dengan masa lalunya. Di sana, ia satu rombongan dengan Bara, pria misterius yang menyelamatkannya dulu. Bara pecinta sejarah Islam, dan dalam satu sesi, ia membahas soal bunuh diri massal yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Al Mahdi. Ia pun menyisipkan pesan mendalam yang menyindir halus Amira. “Aku tahu hidup bisa sangat berat dan ujian seringkali terlihat terlalu besar untuk ditanggung pundak kita yang sempit. Tapi pikiran bunuh diri menunjukkan seseorang tidak mempercayai kalimat Allah bahwa Allah Maha Penyayang. Bahwa Allah berjanji tidak akan memberikan cobaan pada seorang hamba kecuali sesuatu yang dia pasti sanggup melaluinya.” Amira pun menelaah pesan Barra dengan mengingat mengenai ujian terberat siti Hajar yang ditinggal suaminya (Ibrahim) sendirian bersama Ismail yang masih dalam gendongan di tengah padang pasir tak berpenghuni. Hajar tidak mengeluh/memberontak ke suaminya, melainkan menerima perintah itu karena ia percaya bahwa Allah-lah yang akan melindunginya. Disaat Hajar bolak balik 7 kali dari bukit Shafa dan Marwah, hanya untuk mencari setetes air. Ia enggak pernah berhenti berjalan, terus berdoa. Hingga akhirnya Allah Maha Penyayang mendengar rintihan doanya dengan memberikan zamzam tepat di bawah telapak kaki Ismail. Zamzam adalah simbol kasih sayang Allah bagi hambanya yang bersabar, berjuang dan percaya. Sepulang dari umroh Amira sudah mulai mengikhlaskan kejadian pahit masa lalunya. “Amira sudah healing sepenuhnya sejak perjalanan ke tanah suci. Tidak lagi takut ditinggalkan, tidak lagi resah disakiti. Sebab ia yakin, Allah selalu ada, hadir, dekat, bersamanya. Allah akan mengurus segala, seperti keyakinan Siti Hajar RA saat ditinggal sendirian di lembah tanpa kehidupan bersama bayi yang masih tergantung padanya. Allah akan mengurus segala.” Novel Assalamualaikum Baitullah adalah cermin dari banyak hati yang rapuh dan mencari jalan pulang. Lewat perjalanan Amira, kita belajar luka bisa sembuh jika kita kembali pada Allah. Dan umrah adalah salah satu jalan terindah untuk pulang. Karena memang, di Baitullah, tak ada doa yang tak didengar. Tak ada luka yang tak mungkin sembuh. (**) Penulis : Iftitah Rahmawati Foto Ilustrasi AI Editor : Toto Budiman dan Iffah…

Read More

Sejarah Perjuangan Islam Melawan Penjajah di Indonesia: Sejarah yang Terlupakan

Situbondo – 1miliarsantri.net : Jika kita berbicara tentang kemerdekaan Indonesia, biasanya yang langsung terlintas adalah pahlawan-pahlawan nasional seperti Soekarno, Hatta, atau Jenderal Sudirman. Tapi di balik semua nama besar itu, ada kisah yang sering kali dilupakan yaitu sejarah perjuangan Islam dalam melawan penjajahan. Padahal, jauh sebelum republik ini berdiri, umat Islam dari golongan para ulama, santri, hingga masyarakat pesantren sudah lebih dulu bergerak melawan ketidakadilan. Sejarah perjuangan Islam di Indonesia itu kaya banget. Tapi sayangnya, kadang justru tenggelam oleh narasi yang lebih dominan. Kita sering lupa bahwa perjuangan fisik dan spiritual para ulama dan santri punya kontribusi nyata dalam menjaga identitas bangsa, bahkan ketika senjata dan peluru menjadi pilihan terakhir. Kontribusi Santri dan Kyai dalam Melawan Penjajah di Indonesia Jika kalian pernah mendengar tentang resolusi jihad yang telah digagas oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, itu adalah puncak dari sejarah perjuangan Islam di tanah air. Tapi sebenarnya, keterlibatan umat Islam termasuk juga para santri dalam melawan penjajah sudah terjadi jauh sebelum itu. Sejak abad ke-17, ulama-ulama besar seperti Sultan Agung, Tuanku Imam Bonjol, hingga Pangeran Diponegoro sudah memimpin perlawanan melawan penjajah. Bukan sekadar konflik politik, tapi juga sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan, eksploitasi, dan penindasan atas nama agama dan kemanusiaan. Di era perjuangan fisik, terutama menjelang dan pasca-proklamasi kemerdekaan, para kyai memegang peran penting. Mereka bukan hanya tokoh agama, tapi juga pemimpin moral dan komando gerakan rakyat. Para santri yang dididik dengan disiplin tinggi di pesantren menjadi prajurit-prajurit tangguh. Mereka berjuang bukan karena ingin kedudukan atau imbalan, tapi karena cinta tanah air yang mereka anggap sebagai bagian dari iman. Bayangkan saja, para santri belajar agama di pagi hari, lalu sore harinya latihan perang atau patroli dan malamnya melawan tentara Belanda. Persenjataan mereka kalah jauh. Tapi semangat dan keyakinan mereka justru menjadi kekuatan utama. Mereka percaya bahwa jihad melawan penjajah adalah bentuk ibadah yang mulia. Yang menarik, perjuangan para santri dan kyai ini berlangsung dalam diam, jauh dari sorotan kamera atau liputan media masa itu. Tapi jejaknya masih bisa kita lihat hari ini, dari nama-nama pondok pesantren yang dulu jadi markas gerilya, hingga tradisi peringatan Hari Santri yang sekarang jadi bagian dari identitas nasional. Menggali Kembali Sejarah Perjuangan Islam di Indonesia Sering kali kita memandang sejarah sebagai sesuatu yang kuno dan membosankan. Perlu kita ketahui bahwa sejarah perjuangan Islam itu bukan hanya sekedar catatan masa lalu saja, melainkan juga menjadi cermin tentang siapa kita hari ini. Dalam konteks kemerdekaan Indonesia, perjuangan umat Islam nggak bisa dipisahkan dari semangat nasionalisme. Justru dalam banyak kasus, Islam adalah fondasi kuat bagi semangat perjuangan. Nilai-nilai keadilan, persaudaraan, dan keteguhan hati yang diajarkan dalam agama menjadi bahan bakar moral bagi mereka yang turun ke medan perang. Sayangnya, sebagian dari narasi ini mulai terlupakan. Buku pelajaran sejarah kadang hanya menyebut peran ulama atau santri secara sekilas, padahal kontribusinya sangat besar. Ini penting buat kita ingat, karena jika kita tidak menghargai perjuangan para pendahulu, bisa jadi kita juga akan kehilangan arah ke depan. Mengulas kembali sejarah perjuangan Islam bukan berarti mengabaikan kontribusi dari kelompok lain. Justru sebaliknya, ini adalah upaya untuk melengkapi cerita besar tentang bangsa ini. Bahwa kemerdekaan bukan hasil dari satu kelompok, tapi buah dari kerja sama seluruh elemen masyarakat, termasuk umat Islam yang berjuang dengan darah dan doa. Dan lebih penting lagi, kita bisa menjadikan sejarah itu sebagai inspirasi. Bahwa di tengah kesulitan apa pun, selama kita punya iman, keberanian, dan semangat persatuan, maka apapun bisa kita hadapi, seperti yang dilakukan para santri dan kyai di masa penjajahan. Jadi, yuk kita kenali, pahami, dan sebarkan kembali nilai-nilai dari sejarah perjuangan Islam. Karena dari situlah kita bisa membangun masa depan yang lebih kuat, lebih adil, dan tentu saja, lebih bermartabat. (***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

Warisan Ilmuwan Muslim yang Bepengaruh Pada Peradaban Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern

Jakarta – 1miliarsantri.net: Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam telah memainkan peran penting dalam membangun dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi. Di mulai sejak dari abad ke-8 hingga ke-14 Masehi, dunia Islam menjadi pusat kemajuan ilmiah yang melahirkan banyak tokoh cemerlang. Para tokoh cemerlang ini, atau yang sudah kita sering sebagai ilmuwan muslim, bukan hanya menjaga dan menerjemahkan ilmu pengetahuan kuno, tetapi juga mengembangkan penemuan-penemuan baru yang menjadi pondasi bagi kemajuan peradaban dunia. Kontribusi para ilmuwan muslim diwariskan dan dipergunakan hingga kini di berbagai bidang, mulai dari matematika hingga kedokteran. Baca juga : Mengenal Zaman Keemasan Islam: Puncak Kemajuan Ilmu dan Peradaban Para Tokoh Ilmuwan Muslim Paling Berpengaruh Beberapa tokoh ilmuan muslim paling berpengaruh, yang sampai saat ini penemuannya masih menjadi inspirasi dan menjadi warisan dunia: 1. Al-Khawarizmi Lahir di Khwarizm (sekarang Uzbekistan) pada abad ke-8, Al-Khawarizmi dikenal sebagai bapak aljabar. Karya monumentalnya, al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabala, menjadi fondasi penting bagi lahirnya matematika modern. Ia juga berperan dalam mengenalkan sistem angka Hindu-Arab, yang kemudian menjadi standar numerik yang digunakan di seluruh dunia hingga saat ini. Istilah “algoritma” berasal dari namanya. 2. Ibn al-Haytham Ilmuwan asal Basra ini dikenal sebagai pionir dalam bidang optika dan pelopor metode ilmiah modern. Dalam karyanya “Kitab al-Manazir,” ia menjelaskan bagaimana cahaya dibiaskan dan dipantulkan. Penelitiannya membuka jalan bagi ilmu optika modern dan bahkan memberi inspirasi bagi ilmuwan Eropa seperti Roger Bacon dan Kepler. 3. Jabir ibn Hayyan Dikenal sebagai Bapak Kimia, Jabir ibn Hayyan memperkenalkan metode eksperimental dalam studi kimia. Ia mengembangkan proses destilasi, kristalisasi, dan filtrasi. Karyanya “Kitab al-Kimya” menjadi rujukan penting dalam perkembangan ilmu kimia di Barat. 4. Al-Zahrawi Al-Zahrawi, seorang dokter dan ahli bedah ternama dari Andalusia (kini wilayah Spanyol), menyusun karya ensiklopedis dalam bidang kedokteran yang dikenal dengan judul Al-Tasrif. Ia merancang lebih dari 200 instrumen bedah dan dianggap sebagai pelopor dalam ilmu pembedahan. Banyak prosedur medis yang dia kembangkan masih menjadi dasar praktik medis modern. Baca juga: GUSJIGANG: Warisan Sunan Kudus Untuk Santri Milenial Sukses di Era Digital 5. Ibn Sina (Avicenna) Filsuf dan dokter asal Persia ini menulis “Kitab al-Qanun fi al-Tibb” (The Canon of Medicine), yang menjadi rujukan utama kedokteran di Eropa selama lebih dari 500 tahun. Ia juga dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam filsafat Islam dan metafisika. 6. Al-Biruni Tokoh ini dikenal sebagai ilmuwan multitalenta yang menguasai beragam cabang ilmu pengetahuan, seperti geografi, matematika, astronomi, hingga sejarah. Ia membuat perhitungan radius bumi dengan akurasi luar biasa dan menulis ratusan karya ilmiah, termasuk “Kitab al-Tahdid.” 7. Ibn Nafis Ahli medis dari Damaskus ini berhasil mengungkap sirkulasi darah kecil (peredaran paru-paru) jauh sebelum penemuan William Harvey. Dalam tulisannya berjudul Sharh Tashrih al-Qanun, ia mengkritisi dan membantah teori Galen yang selama ratusan tahun dianggap benar tanpa ditelaah lebih lanjut. 8. Ibn Khaldun Sejarawan dan sosiolog Muslim dari Tunisia ini menulis “Muqaddimah,” sebuah karya monumental dalam sejarah dan ilmu sosial. Ia dianggap sebagai pelopor ilmu sosiologi dan historiografi modern. Warisan Ilmuwan Muslim dalam Berbagai Bidang Dan inilah beberapa warisan ilmuan muslim dari berbagai bidang, yang bahkan mungkin jika Anda tidak mengetahuinya, Anda berfikir bahwa keilmuan ini dimiliki oleh non Islam: 1. Matematika Al-Khawarizmi memperkenalkan aljabar dan sistem angka yang kini digunakan secara global. Penemuannya berperan besar dalam pengembangan teknologi digital, komputasi, dan algoritma. 2. Optik dan Fisika Ibn al-Haytham mendefinisikan proses penglihatan dan memperkenalkan eksperimen ilmiah dalam fisika optik, meletakkan dasar bagi kemajuan teknologi lensa dan kamera. 3. Kimia dan Farmasi Jabir ibn Hayyan mengembangkan ilmu kimia secara sistematis melalui eksperimen. Ia juga dikenal dalam bidang farmasi karena berhasil memisahkan senyawa dan menghasilkan bahan-bahan obat. 4. Kedokteran dan Bedah Al-Zahrawi dan Ibn Sina memberikan kontribusi besar pada diagnosis, prosedur medis, dan pengobatan. Ibn Nafis menemukan sirkulasi darah dalam paru-paru yang sangat penting dalam ilmu anatomi. 5. Astronomi Al-Biruni melakukan observasi dan perhitungan astronomis yang sangat akurat untuk zamannya. Ia juga merancang instrumen untuk pengamatan langit dan menghitung lintasan planet. 6. Filsafat dan Ilmu Sosial Ibn Sina dan Al-Farabi memperkenalkan filsafat Yunani kepada dunia Islam, sementara Ibn Khaldun meletakkan dasar untuk memahami dinamika sosial dan sejarah secara ilmiah. Pengaruh Berkelanjutan dalam Dunia Modern Kemudian, ilmuwan Muslim bukan hanya mengarsipkan pengetahuan, tapi juga memperkaya dan memperluasnya. Hingga kini, kontribusi mereka terasa nyata: Pusat Keilmuan Dunia Islam Selain itu, dunia Islam dahulu memiliki banyak pusat intelektual, seperti: Sistem Pendidikan Madrasah Madrasah menjadi sistem pendidikan formal yang merangkul ilmu agama dan pengetahuan umum. Format pendidikan ini kemudian menginspirasi lahirnya sistem universitas modern di benua Eropa. Warisan keilmuan para ilmuwan Muslim adalah tonggak penting dalam sejarah peradaban manusia. Mereka bukan hanya penjaga pengetahuan, tetapi juga inovator sejati yang menjembatani masa lalu dan masa depan. Di tengah gempuran era digital saat ini, mengenang jasa mereka bukanlah nostalgia semata, tetapi menjadi sumber inspirasi untuk membangkitkan semangat belajar dan berkarya. Umat Islam perlu kembali menyadari bahwa tradisi ilmiah adalah bagian tak terpisahkan dari identitas mereka. Mari kita jaga, pelajari, dan lanjutkan warisan emas ini untuk masa depan yang lebih gemilang.** Penulis : Satria S Pamungkas (Tegal, Jawa Tengah) Sumber : buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Mislahudin S.Pd.I (baSan Publishing, 2011) Foto ilustrasi Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris

Read More

Bank Syariah Indonesia (BSI): Solusi Pinjaman Modal Usaha Tanpa Jaminan Berbasis Syariah

Situbondo – 1miliarsantri.net : Memulai usaha memang butuh keberanian. Tapi keberanian saja nggak cukup, harus ada modal yang memadai. Sayangnya, tidak semua orang punya aset untuk diagunkan demi mendapatkan pinjaman. Nah, di sinilah konsep pinjaman modal usaha tanpa jaminan jadi jawaban yang sangat dinanti-nanti, terutama buat kita yang lagi ngerintis usaha kecil atau UMKM. Di tengah banyaknya tawaran pinjaman, Bank Syariah Indonesia (BSI) hadir membawa solusi yang tidak hanya bebas jaminan, tapi juga sesuai prinsip syariah. Menarik, kan? Kebanyakan dari kita mungkin masih ragu, “emang ada ya bank yang memberikan modal pinjaman tanpa jaminan?” Jawabannya, ada, bahkan sudah semakin berkembang, terutama dari lembaga keuangan syariah seperti BSI. Melalui pendekatan yang lebih manusiawi dan berprinsip Islami, kamu bisa mendapatkan modal usaha tanpa harus khawatir akan kehilangan aset kalau usaha belum lancar. Apa Saja yang Disediakan BSI sebagai Penyedia Pinjaman Modal Usaha Tanpa Jaminan? Buat kamu yang belum tahu, Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah gabungan dari tiga bank syariah terbesar di Indonesia: BNI Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah. Sejak penggabungan ini, BSI aktif mendukung pelaku UMKM lewat berbagai program, salah satunya adalah fasilitas pinjaman modal usaha tanpa jaminan. Nah, apa sih sebenarnya yang bikin BSI beda dari bank lain? Pertama, pendekatannya syariah. Artinya, semua transaksi dilakukan tanpa riba atau hal-hal yang bertentangan dengan prinsip Islam. Kedua, prosesnya terbilang ringan dan bersahabat. Nasabah tidak harus menunjukkan atau memiliki sertifikat rumah, BPKB kendaraan, atau jaminan lain untuk bisa mengajukan pinjaman. Yang dibutuhkan cukup data usaha, KTP, dan kelengkapan administrasi dasar lainnya. Bahkan ada beberapa program pembiayaan mikro yang cukup dengan persetujuan kelompok atau komunitas usaha. Ketiga, BSI juga menyediakan pendampingan. Nggak hanya kasih uang, tapi juga membimbing agar nasabah bisa mengelola dana dengan bijak dan mengembangkan usahanya dengan lebih sehat. Program yang populer dari BSI untuk pembiayaan mikro tanpa jaminan antara lain adalah: Semua program ini ditujukan untuk membantu masyarakat mandiri secara ekonomi tanpa terbebani utang berbunga tinggi. Kenapa Pinjaman Tanpa Jaminan dari BSI Patut Dipertimbangkan? Kalau kalian masih bertanya-tanya, “Kenapa harus dari BSI?”, berikut beberapa alasannya. Kalau biasanya ngajuin pinjaman harus membawa surat tanah, STNK mobil, dan nunggu proses survei berhari-hari, di BSI semuanya lebih praktis. Selama nasabah punya usaha yang jalan dan bisa menunjukkan alur kas sederhana, besar kemungkinan untuk bisa disetujui. Banyak pelaku usaha Muslim yang selama ini takut ngajuin pinjaman karena nggak mau terlibat riba. Di sinilah keunggulan pinjaman modal usaha tanpa jaminan berbasis syariah dari BSI. Jadi Setiap nasabah bisa bertransaksi dengan tenang, tanpa was-was soal keberkahan. BSI nggak cuma menyasar pengusaha besar. Justru kalian yang baru memulai atau sedang menjalankan usaha rumahan bisa menjadi sasaran utama, karena skema pembiayaannya sangat fleksibel, angsurannya ringan, serta ada masa tenggang sebelum cicilan dimulai. Dengan modal yang masuk dari pinjaman ini, nasabah bisa menambah stok, membeli alat produksi, bahkan ekspansi ke pasar online. Semua itu dapat dilakukan tanpa harus jual aset atau pinjam dari rentenir yang bunganya terkadang tidak manusiawi. Di era sekarang, kita perlu pintar cari peluang tanpa terlalu banyak risiko. Salah satunya dengan memilih pinjaman yang tidak membebani secara finansial maupun emosional. Pinjaman modal usaha tanpa jaminan dari BSI adalah pilihan yang tepat buat kalian yang ingin memulai atau mengembangkan usaha dengan tenang dan berkah. Ingat, bukan soal seberapa besar modal yang kita punya, tapi seberapa pintar kita untuk memanfaatkannya. Dan dengan adanya fasilitas pinjaman modal usaha tanpa jaminan dari BSI, langkahmu untuk meraih mimpi jadi pengusaha sukses bisa lebih ringan dan aman. Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

5 Prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an yang Sering Kita Lupakan

Tegal – 1miliarsantri.net: Komunikasi di era digital bukan lagi sekadar berbicara dari mulut ke mulut. Kita bisa mengutarakan pendapat lewat status, menyindir lewat story, berdebat bahkan saling menyerang lewat komentar di media sosial. Semua orang bisa berbicara, tapi pertanyaannya, berapa banyak dari kita yang masih menjaga adab? Kemajuan teknologi membuat komunikasi menjadi lebih mudah dan instan. Namun, di balik kemudahan itu, sering kali kita melupakan nilai-nilai dasar yang diajarkan Islam dalam berkomunikasi. Terkadang kita lupa bahwa dalam Islam, kata-kata bukan hanya alat sosial, tapi juga bagian dari ibadah. Berbicara itu ibadah, jika niat, isi, dan caranya lurus. Sayangnya, dalam hiruk-pikuk dunia maya, adab komunikasi ini makin sering diabaikan. Bahkan oleh kita yang mengaku sebagai santri, aktivis dakwah, atau pemuda Islam, sering lalai dari padanya. Baca juga: Moral Jurnalisme Dalam Nilai-Nilai Islam untuk Menyuarakan Kebenaran Di Era Kebisingan Komunikasi dalam Islam yang Bukan Sekadar Keterampilan Dalam pandangan Islam, cara kita berkomunikasi mencerminkan kualitas akhlak yang perlu dijaga dengan sungguh-sungguh. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa salah satu ciri keimanan seseorang tercermin dari bagaimana ia menjaga lisannya. Lebih baik kita diam daripada apa yang kita ucapkan adalah sesuatu yang tidak baik. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47) Ucapan kita bukanlah hal sepele. Setiap kata yang keluar akan dimintai pertanggungjawaban. Al-Qur’an surat Qaf ayat 18 mengingatkan bahwa setiap ucapan kita tidak pernah luput dari pengawasan Allah SWT. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ “Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf :18) Ada malaikat yang senantiasa mencatat segala kata yang keluar dari lisan kita, sekecil apa pun itu. Artinya, berbicara bukan hanya soal keahlian menyusun kata. Namun, soal ketaatan dan tanggung jawab di hadapan Allah SWT. Baca juga: Fenomena Sound Horeg : Dampak Sosial dan Tinjauan Singkat dari Sudut Pandang Islam Lima Prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an Al-Qur’an mengajarkan sejumlah prinsip komunikasi yang seharusnya menjadi fondasi setiap muslim dalam berkata-kata, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya. Sayangnya, lima prinsip ini kerap kita lupakan: 1. Qaulan Sadida – Perkataan yang Benar Perkataan yang benar artinya jujur, tidak mengada-ada, tidak membelokkan fakta. Dalam era hoaks dan informasi yang simpang siur, prinsip ini menjadi sangat penting. Menyebar informasi yang belum jelas sumbernya atau melebih-lebihkan cerita adalah bentuk kelalaian terhadap qaulan sadida. 2. Qaulan Baligha – Perkataan yang Tepat dan Efektif Baligh berarti sampai dan mengena. Komunikasi yang baik bukan hanya benar, tapi juga efektif, tepat sasaran, dan mempertimbangkan kondisi audiens. Dalam dakwah misalnya, pesan yang disampaikan harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan pendengarnya. 3. Qaulan Layyina – Perkataan yang Lembut Bahkan kepada Fir’aun yang zalim pun, Allah SWT perintahkan Nabi Musa untuk berbicara dengan lembut. Apalagi kita, kepada sesama umat muslim, saudara, bahkan teman di media sosial. Mengkritik boleh, menegur juga perlu, tapi semua itu tetap dalam bingkai kelembutan. 4. Qaulan Ma’rufa – Perkataan yang Baik Perkataan yang baik tidak menyakitkan, tidak merendahkan, dan tidak mempermalukan. Ini juga mencakup adab dalam bercanda, tidak menggunakan ejekan, sarkasme, atau sindiran yang menyakiti hati. 5. Qaulan Karima – Perkataan yang Mulia Komunikasi mulia adalah komunikasi yang penuh penghormatan, terutama kepada orang tua, guru, dan orang yang lebih tua. Termasuk juga cara kita menanggapi perbedaan pendapat, agar tetap santun meski tidak sepakat. Media Sosial Sebagai Ladang Ujian Adab Coba kita tengok media sosial hari ini. Tak sedikit akun media sosial yang gemar melontarkan sindiran atau mengomentari penampilan serta keputusan hidup orang lain. Ada juga yang merasa berdakwah, tapi ucapannya justru penuh cercaan. Padahal, Rasulullah SAW tidak pernah mencela, memaki, atau berkata kotor, meskipun terhadap musuhnya. Kita sering lupa bahwa mengetik komentar buruk nilainya sama dengan mengucapkannya langsung. Hanya beda medium, bukan beda pahala atau dosa. Jika prinsip-prinsip komunikasi Al-Qur’an tadi diterapkan di ruang digital, dunia maya akan jauh lebih damai. Namun sering kali kita lebih memilih kata-kata yang keras karena lebih viral, bukan karena lebih benar. Kata-Kata Mencerminkan Jiwa Dalam Islam, kualitas komunikasi mencerminkan kualitas hati. Orang yang jiwanya tenang, ucapannya pun tenang. Orang yang hatinya kotor, biasanya lidah dan jarinya juga mudah menyakiti. Bahkan dalam bercanda pun Islam memberi batas. Rasulullah SAW bersabda: “Celaka bagi orang yang berbicara lalu berdusta agar orang-orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Bercanda boleh, asal tidak menyakiti atau berdusta. Sebab setiap ucapan akan kembali kepada kita, entah sebagai pahala, atau beban di akhirat kelak. Baca juga: Antara Gaya dan Syariat! Pandangan Ulama’ Terhadap Trend Model Baju Muslim Terbaru Menghidupkan Kembali Adab Sebagai Tugas Santri Digital Menjaga adab bicara hari ini adalah bentuk revolusi sunyi. Tidak banyak yang melakukannya, karena kata-kata yang keras, kasar, atau provokatif lebih cepat menyebar. Namun justru di sinilah pentingnya peran santri digital, influencer muslim, dan pemuda Islam sebagai teladan di tengah kebisingan. Mengendalikan kata-kata, baik yang diucapkan maupun dituliskan, bukan hanya soal sopan santun. Melainkan juga bagian dari jihad dalam rangka menundukkan ego dan menahan gejolak emosi. Dan jihad ini tidak pernah kehilangan relevansinya. Kata Adalah Ladang Amal Kita bisa mengubah dunia, bukan hanya lewat orasi besar, tapi juga lewat komentar yang menyejukkan, status yang menginspirasi, dan pesan yang jujur. Kata-kata kita bisa jadi ladang pahala, jika diisi dengan kebaikan. Mari kita hidupkan kembali adab dalam komunikasi, baik secara langsung maupun lewat media sosial. Dunia ini sudah terlalu bising dengan kata-kata yang melukai. Saatnya kita hadir dengan kata-kata yang menyembuhkan. Karena dalam Islam, komunikasi adalah akhlak, dan setiap kata adalah ibadah. Penulis : Satria S Pamungkas (Tegal, Jawa Tengah) Foto ilustrasi Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris

Read More

Bagaimana Perlindungan Dana Nasabah di Tengah Transformasi Bank BUMN?

Situbondo – 1miliarsantri.net : Menyimpan uang di bank telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan saat ini. Tapi di balik kenyamanan itu, mungkin kita bertanya-tanya soal keamanan dan jaminan dana yang kita simpan. Apalagi sekarang, dunia perbankan Indonesia sedang mengalami transformasi besar dengan munculnya nama Danantara, entitas yang akan menaungi bank-bank BUMN dan perusahaan keuangan milik negara lainnya. Di tengah perubahan ini bermunculan pertanyaan yang terkait tentang bagaimana perlindungan dana nasabah. Bukan cuma soal teknis dan hukum, tapi juga soal keyakinan. Banyak dari kita ingin memastikan apakah sistem keuangan yang kita gunakan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah seperti maysir (judi) dan gharar (ketidakjelasan). Nah, pertanyaannya sekarang, gimana sebenarnya mekanisme perlindungan dana nasabah di bawah sistem bank BUMN, dan apakah ada potensi unsur maysir atau gharar di dalamnya? Mengapa Perlindungan Dana Nasabah Jadi Isu Penting di Era Danantara? Kita mulai dari dasar dulu ya. Danantara dibentuk untuk menyatukan dan memperkuat peran lembaga keuangan milik negara. Berbagai lembaga keuangan seperti Bank BUMN dan perusahaan asuransi akan berada dalam satu payung besar agar lebih efisien dan solid menghadapi tantangan zaman. Tentu saja, ini adalah langkah besar yang membawa harapan baru. Tapi sebagai nasabah tentunya kita juga ingin mengetahui apakah dana kita tetap aman atau tidak! Sejauh ini perlindungan dana nasabah diatur secara ketat oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang menjamin simpanan hingga Rp. 2M per nasabah dan per bank. Jadi selama kita menyimpan uang di bank yang resmi dan terdaftar, maka tabungan kita akan tetap terjamin meskipun bank mengalami masalah nantinya. Hal ini berlaku juga untuk bank BUMN yang masuk dalam struktur Danantara. Selain itu, pengawasan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) juga memperkuat perlindungan ini. Pastinya OJK sudah mengatur prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan dana masyarakat, termasuk juga pengelolaan risiko dan transparansi informasi. Jadi, secara sistem dana nasabah tetap berada dalam posisi yang relatif aman, walaupun struktur organisasi bank akan berubah. Apakah Ada Unsur Maysir dan Gharar dalam Sistem Perbankan BUMN? Nah, ini bagian yang menarik. Bagi kamu yang peduli pada prinsip-prinsip syariah, tentunya ingin memastikan bahwa dana yang kamu simpan dan aliran transaksi yang dilakukan tidak mengandung praktik haram seperti maysir dan gharar. Maysir, atau unsur perjudian, biasanya muncul dalam praktik yang penuh spekulasi dan untung-untungan. Sementara gharar merujuk pada unsur ketidakjelasan dalam kontrak atau transaksi. Dalam konteks ini, pertanyaannya apakah ada praktik seperti itu dalam sistem bank BUMN? Secara umum, bank BUMN konvensional memang tidak menggunakan prinsip syariah sebagai dasar operasional. Tetapi kita punya pilihan, karena banyak dari bank BUMN kini memiliki unit usaha syariah. Contohnya, Bank Mandiri Syariah yang kini menjadi bagian dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Di sinilah kita bisa memilih jalur keuangan yang sesuai syariat terbebas dari unsur maysir dan gharar. Kalau kita bicara soal perlindungan dana, LPS sendiri juga sudah mengatur jaminan untuk simpanan di bank syariah. Bahkan, ada unit khusus bernama LPS Syariah yang memastikan bahwa prinsip-prinsip Islam tetap dipegang dalam sistem jaminan tersebut. Sementara dalam bank konvensional, selama dana nasabah tidak digunakan untuk kegiatan berisiko tinggi atau tidak transparan, maka unsur gharar bisa diminimalisir. Peraturan perbankan di Indonesia cukup ketat dalam hal ini, sehingga peluang terjadinya transaksi yang tidak jelas sangat kecil. Danantara sebagai entitas baru tentu dituntut untuk menjaga kepercayaan. Apalagi jika tujuan besarnya adalah untuk menyatukan kekuatan keuangan negara, maka keamanan dan transparansi dana masyarakat harus menjadi fondasi utama. Dan yang lebih penting, akses terhadap sistem keuangan syariah harus tetap tersedia dan dilindungi. Transformasi besar seperti Danantara memang membawa harapan baru, tapi pastinya juga menyisakan banyak pertanyaan. Yang pasti, kita sebagai nasabah tetap punya hak untuk mendapatkan perlindungan dana nasabah yang aman, transparan, dan sesuai nilai yang kita yakini. Mau kamu memilih bank konvensional atau syariah, sistem di Indonesia sudah menyiapkan landasan hukum dan teknis untuk menjamin dana kita tetap aman. Semoga ke depannya, sistem keuangan kita semakin inklusif, amanah, dan tetap menjaga prinsip-prinsip yang kita yakini bersama.(***) Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Editor : Toto Budiman dan  Glancy Verona Foto by AI

Read More