Puasa Arafah Ikut Indonesia Atau Makkah

Jakarta – 1miliarsantri.net : Perbedaan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1444 H di Arab Saudi jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023. Sementara, Kementerian Agama RI menetapkan Hari Raya Idul Adha pada Kamis, 29 Juni 2023. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Bahjah, Prof KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya), menjelaskan, terkait adanya perbedaan yang menimbulkan pertanyaan di tengah masyarakat terkait mana keputusan yang harus diikut, secara jumhur ulama selain mazhab Imam Syafi’i terdapat Ittihadul Mathla’. Ittihadul Mathla’ merupakan persatuan tempat melihat hilal tanpa dibatasi oleh perbedaan geografis dan batas daerah kekuasaan. Jadi, puasa Arafah dan hari raya Idul Adha mengikuti waktu Makkah. “Maksudnya gini, kita boleh saja kalau seandainya Arafah ngikut yang di Makkah karena Ittihadul Mathla’ bisa saja 1 Dzulhijjah-nya dilihat di Makkah, maka tanggal 9-nya juga mengikuti Makkah, boleh,” terang Buya Yahya, Senin (26/6/2023). Sementara, dalam mazhab Imam Syafi’i dikenal Ikhtilaful Mathali. Artinya, umat Islam berpuasa sesuai tanggal di masing-masing wilayahnya. Jadi, di Indonesia misalnya mengikuti keputusan Kementerian Agama RI. “Dua-duanya boleh. Akan tetapi, ketahuilah kaidah besar yang dihadirkan para ulama hukmul hakim yarfa’ul khilaf, negara memutuskan kayak gimana,” ujar Buya Yahya. Sementara itu disisi lain, Ustadz Adi Hidayat (UAH), mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim No.1162 dari Abu Qatadah Al-Ansari. صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim) UAH menjelaskan, hadits tersebut bukan menggunakan kata ‘syiam arafah’ yang artinya puasa Arafah. Arafah menunjuk pada momentum orang wukuf. Jika menggunakan kalimat puasa Arafah, maka tidak ada penafsiran. “Semua di seluruh negeri ini harus berpuasa bersamaan dengan orang wukuf. Jadi, begitu di Arab Saudi wukuf sekarang, kita ikut puasanya di hari itu. Itu kalau tidak menggunakan (kata) yaum,” terang UAH. Sementara, dalam hadits tersebut menggunakan kata ‘yaum’. Yaum disebut dengan huruf yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan momentumnya. “Jadi, yaum itu menunjuk waktu. Maksudnya apa? hadits ini ingin menegaskan puasa ini dilakukan bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya,” ungkap UAH. Artinya, jika di suatu negara sudah masuk tanggal 9 Dzulhijjah sekalipun tidak sama dengan tempat orang wukuf di Arab Saudi, maka itu sudah harus menunaikan puasanya sesuai waktu negara tersebut. “Jadi, jatuh puasanya pada tanggalnya, bukan pada momentum wukufnya pada tempat tertentu,” ujar UAH. (yas)

Read More

Napak Tilas Tebuireng dan Perjuangan Mbah Hasyim Asy’ari

Jombang – 1miliarsantri.net : Nama Tebuireng memang sudah terkenal seantero Nusantara. Tebuireng merupakan sebuah pesantren yang berdiri tahun 1899 di Wilayah Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur. Namun, untuk mencapai kejayaan seperti sekarang, jalan terjal harus ditempuh oleh pesantren yang didirikan KH Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim) yang merupakan tokoh nasional, sekaligus pendiri organisasi Nahdatul Ulama (NU). Salah satu perjuangan beratnya adalah saat para santri Tebuireng harus melawan kelompok pendekar hitam pimpinan dukun sakti Wiro yang menguasai tempat maksiat bernama Kebo Ireng. Kebo Ireng merupakan sebuah lokalisasi yang berada di areal pabrik gula Desa Cukir. Di mana untuk mengikat warga supaya mau menyerahkan tanah dan menjadi buruh pabrik, pemerintah Belanda sengaja mendukung berdirinya tempat maksiat Kebo Ireng. Setiap malam para buruh pabrik selalu mengunjungi dan menghabiskan uang di lokalisasi Kebo Ireng, terlebih usai menerima gaji sebagai buruh. Akibatnya, warga banyak yang terjerat hutang, karena kalah berjudi maupun main perempuan. Kondisi itu tentu membuat Belanda senang, karena dapat terus mengikat warga menjadi buruh pabriknya. Sehingga apapun keputusan Wiro beserta anteknya, Belanda selalu berada dibelakang mereka. Dalam memimpin wilayah Kebo Ireng, selain dibantu oleh para pendekar didikannya, Wiro juga didampingi seorang wanita cantik penari tayub bernama Sartini. Meski lembut dan cantik, Sartini dikenal cerdik dan merupakan wanita yang paling berpengaruh dalam setiap keputusan yang akan diambil Wiro. Kondisi Desa Cukir yang semakin suram dengan meningkatnya kriminalitas seperti perampokan, serta kemiskinan yang parah, membuat seorang Kiai bernama Sakiban prihatin. Sehingga kiai yang juga terkenal piawai mendalang itu mendatangi Mbah Hasyim untuk membantu menyelamatkan warga Desa Cukir dari cengkraman maksiat Kebo Ireng. Setelah mendengar cerita Kiai Sakiban dengan seksama, Mbah Hasyim akhirnya bersedia mendirikan pesantren di wilayah utara Pabrik Cukir demi menyelamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng yang didukung Belanda. Namun untuk membangun pesantren tidaklah mudah, apalagi Belanda sangat alergi dengan yang namanya pesantren. Sebab, sebelumnya di wilayah tersebut pernah ada sebuah pesantren bernama Sumoyono yang memberontak kepada Belanda. Sehingga untuk menyamarkan kegiatan pesantrennya, Mbah Hasyim mendirikan padepokan silat. Dimana untuk mengisi padepokan tersebut, MbahbHasyim melalui Kiai Sakiban memanggil beberapa santri pendekar dari Cirebon yang tentunya memiliki ilmu kanuragan mumpuni. Di samping menyamarkan pesantrennya menjadi padepokan silat, demi menarik masyarakat Mbah Hasyim Asy’ari juga melakukan dakwah terselubung melalui praktek pengobatan secara Islam melalui wirid atau zikir. Setidaknya ada sekitar 28 santri yang belajar di pesantren berkedok padepokan silat tersebut. Setiap malam Jumat seusai Salat Isya, di padepokan itu diadakan atraksi pencak silat serta debus untuk menarik masyarakat datang. Terbukti acara pencak silat tersebut mampu menarik masyarakat untuk datang. Sehingga secara tidak langsung membuat lokasi Kebo Ireng sepi. Tidak hanya itu pengobatan yang dilakukan oleh Mbah Hasyim juga mampu membuat warga beralih dari Wiro, dukun sakti yang terkenal bisa mengobati semua penyakit. Ketenaran Mbah Hasyim dengan padepokan silatnya tentu saja membuat Wiro terganggu dan cemas karena akan kehilangan pamor. Bahkan Wiro sempat beberapa kali menyusupkan anak buahnya untuk melihat atraksi pencak silat yang diadakan padepokan Mbah Hasyim. Mengetahui Wiro menyusupkan anak buahnya, Mbah Hasyim merasa senang, karena dengan begitu bisa memastikan jika Wiro tidak akan berani menggangu padepokannya secara langsung setelah mengetahui kemampuan ilmu silat putih santri-santrinya. Benar saja, Wiro tidak berani melakukan perlawanan terbuka pada padepokan Mbah Hasyim. Melalui anak buahnya, Wiro melakukan provokasi dengan melempari pondok, bahkan pernah anak buah Wiro melepaskan panah api yang membakar atap pondok padepokan. Namun Mbah Hasyim yang terkenal anti kekerasan itu melarang keras anak buahnya membalas provokasi tersebut. Bahkan kepada anak buahnya Mbah Hasyim selalu menyarankan agar selalu bersikap sopan terhadap semua orang, terutama masyarakat luar. Beberapa kali santri padepokan di provokasi oleh anak buah Wiro saat belanja di Pasar Cukir, hingga diajak berkelahi, tapi para santri tidak pernah terpancing. Sikap para santri semakin menarik simpati masyarakat dan membuat Wiro kian berang. Sehingga Wiro terus mengganggu padepokan dengan berbagai cara licik. Sikap licik Wiro yang terus menggangu padepokan lewat provokasi, akhirnya membuat Kiai Sakiban mengambil langkah untuk segera mengakhiri kekuasaan Wiro dan menyalamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng. Kiai Sakiban mengambali keputusan untuk menantang Wiro bertarung secara jantan dengan santri padepokan, karena Kiai Sakiban yakin santri padepokan mampu mengalahkan Wiro. Sebelum menjalankan rencananya, Kiai Sakiban terlebih dulu mengutarakan maksudnya kepada Mbah Hasyim. Meski awalnya sempat menolak rencana Kiai Sakiban karena dinilai membahayakan. Namun atas dukungan para santri yang bermaksud ingin menyelamatkan warga dari Kebo Ireng pimpinan Wiro, Mbah Hasyim akhirnya menyetujui rencana tersebut. Keputusan mengundang Wiro uji tanding sengaja diambil untuk menghindari hukum Belanda saat itu. Karena jika pertarungan dilakukan di luar padepokan, Belanda akan menangkap para santri serta menutup padepokan dengan tuduhan penyerangan. Dan diutuslah dua santri oleh Kiai Sakiban untuk menemui Wiro. Setelah menemui Wiro di warung kopi Pasar Cukir tempat dirinya biasa duduk mengawasi anak buahnya, dua Santri utusan Kiai Sakiban langsung mengutarakan maksudnya. “Kami menyampaikan salam dari Kiai Sakiban untuk kang Wiro,” ujar salah satu santri. Mendengar itu, Wiro hanya menanggapi sinis.“Ada apa Kiai Sakiban menyampaikan salam kepadaku,” jawabnya sinis. Kemudian salah satu santri kembali menyampaikan maksudnya.“Kiai Sakiban minta kang Wiro beserta anak buahnya tidak menggangu padepokan kami. Kalau memang bersedia sebaiknya diadakan tanding terbuka saja, jangan mengganggu dengan cara pengecut seperti perempuan,” sebut Santri itu. Mendengar ucapan santri sontak mata wiro merah membara dan emosi.“Kurang ajar! Berani sekali kalian menghina murid padepokanku seperti perempuan. Apa Kiai Sakiban tidak tahu siapa Wiro?” ujar Wiro dengan mata melotot. Dua santri tersebut tidak menjawab, mereka hanya menunggu kata-kata Wiro selanjutnya. Dalam hati mereka merasa senang karena rencana memancing Wiro keluar bakal berhasil. “Bilang sama Kiai Sakiban, atur tempat pertarungan. Wiro sendiri yang akan turun,” kata Wiro masih dengan nada emosi. Usai Wiro berbicara dua santri pun pamit dan menyampaikan pesan kepada Kiai Sakiban serta Mbah Hasyim. Kabar bakal adanya pertarungan antara Wiro dengan santri padepokan cepat menyebar luas. Dan malam Jumat selepas Isya dijadikan waktu untuk uji tanding. Para santri padepokan pun sudah menyiapkan lokasi tanding, ratusan warga terlihat mendatangi lokasi, Wiro membuktikan ucapanya, dia datang dengan didampingi Sartini serta puluhan anak buahnya. Pertarungan pun di mulai, dari pihak padepokan dipilih Abdullah, santri asal Cirebon yang berperawakan sedang namun memiliki kanuragan mumpuni. Saat keduanya…

Read More

Serapan Kuota Haji 99,6 Persen Sudah Terealisasi

Makkah – 1miliarsantri.net : Fase pemberangkatan jamaah Haji Indonesia pada penyelenggaraan Ibadah Haji 1444 H / 2023 M yang berlangsung sejak tanggal 24 Mei hingga 25 Juni 2023 dengan serapan kuota Haji mencapai 99,6 persen, telah selesai dilakukan. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) Pemyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Hilman Latief. Hilman menyatakan, Kemenag telah memberangkatkan seuruh jamaah haji Indonesia dari berbagai emberkasi pemberangkatan yang sudah ditentukan. “Alhamdulillah, kerja keras semua pihak mengantarkan keterserapan kuota Haji Indonesia hingga 99,6 persen. Dari total kuota nasional 229.000 orang, realisasi penyerapannya mencapai 228.093 jamaah,” terang Hilman kepada media di Makkah, Arab Saudi, Minggu (25/6/2023). Hilman menambahkan, Kuota dasar jamaah Haji Indonesia pada tahun ini, kembali normal yakni sebesar 221.000. Rinciannya adalah 203.320 jamaah Haji reguler dan 17.680 jamaah Haji khusus. “Kuota dasar sebesar 221.000 ini terserap habis, 100 persen, baik Haji reguler maupun Haji khusus,” tegas Hilman. Selain kuota dasar, Indonesia juga memperoleh kuota tambahan sebesar 8.000 jamaah pada musim Haji tahun ini, yang terdiri dari 7.360 jamaah Haji reguler dan 640 jamaah Haji khusus. Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Arab Saudi baru menyampaikan informasi pasti mengenai tambahan kuota ini kepada Kemenag RI pada 7 Mei lalu atau sekitar pertengahan Syawal 1444 Hijriah. “Saat itu, proses pelunasan kuota dasar pun masih berlangsung, sementara keberangkatan kelompok terbang (kloter) pertama jamaah Haji reguler dari Indonesia dimulai pada 24 Mei 2023,” imbuhnya. Ia mengakui bahwa waktu yang tersedia sangat tipis, namun pemerintah dalam hal ini Kemenag tetap berupaya memberikan pelayanan yang terbaik untuk jamaah calon haji Indonesia. “Setelah ada kesepakatan dengan DPR, biaya Haji untuk kuota tambahan segera diajukan ke Istana untuk diterbitkan Keputusan Presiden (Keppres). Jadi tahun ini ada dua Keppres yang mengatur biaya Haji kuota dasar dan kuota tambahan,” papar Hilman. Sebagai turunan, diterbitkan pula dua Keputusan Menteri Agama tentang pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji. “Di tengah waktu yang sempit waktu itu, jajaran Kemenag pun bekerja keras agar kuota tambahan juga bisa terserap optimal, hingga akhirnya pada batas akhir, ada 6.820 kuota Haji reguler yang memiliki visa,” tandasnya. Dari angka tersebut, sebanyak 6.462 jemaah Haji reguler bisa berangkat ke tanah suci. Sedangkan 358 orang lainnya yang telah mendapatkan visa, membatalkan untuk berangkat karena beragam alasan. “Jadi dari 7.360 kuota tambahan jemaah Haji reguler, tervisa 6.820 atau 87,8 persen dan berangkat ke Saudi sebanyak 6.462 orang,” tutur Hilman. Sementara itu untuk kuota tambahan jemaah Haji khusus, dari 640 kuota, 631 atau 98,6 persen di antaranya telah mendapatkan visa. Saat ini, seluruh jemaah Haji Indonesia, baik jemaah reguler maupun khusus telah berada di Makkah. Mereka nantinya akan menjalani ibadah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah 1444 Hijriah atau 27 Juni 2023. (dul)

Read More

Ini Alasan Panji Gumilang, Menolak Bertemu MUI

Bandung – 1miliarsantri.net : Pimpinan Al Zaytun, AS Panji Gumilang menjelaskan alasan dirinya menolak untuk bertemu dengan tim investigasi yang dibentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini disampaikan Panji Gumilang saat menceritakan proses pertemuannya dengan tim investigasi yang dibentuk Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Jumat (23/6/2023) lalu. Panji menuturkan, pertemuan tersebut berawal kedatangan ketua tim investigasi yang dibentuk Gubernur Jawa Bawat, Prof KH Badruzzaman ke Al Zaytun pada Kamis (24/6/2023) pukul 20.00 WIB. Pada saat itu, Panji Gumilang diundang untuk datang ke Gedung Sate pada pukul 13.30 WIB. Namun, karena waktunya terlalu dekat dengan pelaksanaan Sholat Jumat, Panji Gumilang menolak untuk datang di waktu tersebut. Panji Gumilang sepakat datang ke acara itu setelah pelaksanaan sholat Jumat. Karena itu, keesokan harinya Panji Gumilang baru berangkat dari Al Zaytun pada pukul 13.30. “Kalau tidak salah perjalanan hanya menempuh dua jam setengah. Jadi, kurang lebih pukul 16.30 baru masuk, kemudian acara dibuka. Kemudian syekh menanyakan, agenda hari ini apa? Mana agendanya? Terus yang hadir dalam acara ini siapa saja? karena tim, mana nama-nama tim itu?,” terang Panji. Selain itu, Panji juga sempat mengoreksi namanya yang terdapat di dalam surat undangan yang tertulis Panji Gumilang. Seharusnya, menurut dia, namanya ditulis dengan AS Panji Gumilang. “Kita minta dibetulkan nama itu dan sesudah selesai semua, kemudian kita sampaikan acara ini kami sepakati mendatangi undangan karena yang mengundang adalah ulil amri Jawa Barat. Namun, kami sampaikan dengan syarat tidak ada Majelis Ulama, kemudian ada pertanyaan, mengapa?,” jelas Panji, Ahad (25/6/2023). Dia pun mengungkapkan alasan menolak adanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) di forum itu. Dia menolak karena MUI sebelumnya telah mengeluarkan vonis sebelum melakukan proses tabayun. “Syekh jawab, (alsannya) karena Majelis Ulama telah menvonis sebelum tabayun. Setelah divonis baru akan tabayun, ini hal yang keluar dari akhlak Islam dan itu bukan kelakuan umat Islam. Umat Islam itu tabayun dulu baru mengatakan sesuatu,” ucap Panji. Itulah syarat Panji Gumilang sebeum acara pertemuan dengan tim investigasi yang dibentuk Gubernur Jawa Barat. Lalu, dalam forum itu, Panji pun menanyakan kembali tentang keberadaan orang MUI. “Kalau ada, syekh tidak mau ikut acara ini, karena syarat itu sudah syekh sampaikan. Dinyatakan tidak ada, syekh percaya, karena pimpinannya adalah Prof Dr KH Badruzzaman,” kata Panji Gumilang. Setelah tidak adanya orang MUI, menurut dia, barulah dimulai diskusinya untuk menemukan jalan keluar. Lalu, Panji Gumilang mengusulkan agar proses tabayun selanjutnya dilaksanakan di Al Zaytun dengan syarat tidak ada unsur MUI. “Karena syekh tidak mau MUI ikut campur, karena MUI adalah lembaga yang memberikan fatwa sebelum tabayun, memberikan justifikasi sebelum tabayun, sudah dikatakan komunis, AS panji Gumilang komunis, dasarnya hanya tiktok. Kemudian, mengatakan Al Zaytun sesat, sudah dikatakan oleh majelis ulama,” jelas Panji. (den)

Read More

Masjid Kudus Terinspirasi Dari Al Quds Palestina

Kudus – 1miliarsantri.net : Awal mula pendirian masjid Kudus, ketika Ja’far Shoddiq atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kudus kembali ke Tanah Jawa, setelah memperdalam ilmu agama Islam di Palestina dan mendirikan masjid di daerah Kudus pada tahun 1956 Hijriyah atau 1548 Masehi. Semula masjid tersebut diberi nama Al Manar, namun karena terinspirasi dari nama Al Quds maka masjid itu kemudian diberi nama Masjid Al Aqsho, meniru nama Masjid di Yerussalem yang bernama Masjidil Aqsho. Kota Yerussalem juga disebut Baitul Maqdis atau Al-Quds. Dari kata Al-Quds tersebut kemudian lahir kata Kudus, yang kemudian digunakan untuk nama Kota Kudus hingga saat ini. Sebelum mendirikan masjid, Sunan Kudus pernah menetap di Baitul Maqdis untuk belajar agama Islam. Kala itu, disana sedang terjangkit wabah penyakit, sehingga banyak orang yang mati. Namun berkat usaha Ja’far Shoddiq, wabah tersebut dapat diberantas. Atas jasa-jasanya, maka Amir di Palestina memberikan hadiah berupa Ijazah wilayah, yaitu pemberian wewenang menguasai suatu daerah di Palestina. Pemberian wewenang itu bahkan tertulis pada batu yang ditulis dengan huruf arab kuno, dan sekarang masih utuh terdapat di atas Mihrab Masjid Menara Kudus. Mendapat kehormatan itu, kemudian Sunan Kudus memohon kepada Amir Palestina yang sekaligus sebagai gurunya untuk memindahkan wewenang wilayah tersebut ke Pulau Jawa. Permohonan tersebut disetujui dan Ja’far Shoddiq pulang ke Jawa dan mendirikan masjid. Kini masjid tersebut terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang dan berada di alun-alun kota Kudus Jawa Tengah. Namun jauh sebelum mendirikan masjid Alaqso, dalam babad Jawa dan hikayat Melayu, nama Sunan Kudus muncul saat perang jihad pertama di Jawa yang terjadi antara Kerajaan Islam Demak dengan Kerajaan Hindu Majapahit, pada 1524 dan 1526. Saat itu, Sunan Kudus mendampingi imam masjid Demak keempat yang tidak lain merupakan ayahnya sendiri, memimpin peperangan melawan Majapahit. Dalam pertempuran sengit itu, ayah Sunan Kudus gugur. Sunan Kudus kemudian diangkat menjadi imam masjid Demak. Menurut Hikayat Hasanudin, Sunan Kudus adalah imam masjid Demak kelima. Pada 1526 dan 1527, Raja Demak Sultan Trenggana memerintahkan Sunan Kudus menyerang Majapahit. Serangan itu dipimpin langsung oleh Sunan Kudus dan berakhir dengan kemenangan Kerajaan Demak. Setelah itu, Sunan Kudus kembali dengan aktivitas keagamaannya di masjid Demak, yakni membumikan ajaran agama Islam. Suatu ketika, Raja Demak meminta Sunan Kudus mendatangi kerajaan kecil yang dipimpin Raja Pengging, di kaki Gunung Merapi. Misi Sunan Kudus saat itu adalah meminta Raja Pengging mengakui kekuasaan Demak dan meninggalkan ajaran Syekh Siti Jenar. Permintaan Sunan Kudus ini ditolak mentah-mentah oleh sang Penguasa. Raja Pengging tetap dengan kepercayaannya. Sunan Kudus merasa terhina permintaannya ditolak. Dia lalu menyuruh pasukannya untuk membunuh sang raja. Bersama wali sembilan, Sunan Kudus kemudian menyidang Syekh Siti Jenar. Ajaran mistik Syekh Siti Jenar dianggap menyimpang oleh Sunan Kudus dan menyesatkan umat Islam. Sunan Kudus lalu meminta kepada sembilan wali Jawa lainnya untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Syekh Siti Jenar. Sunan Kudus juga mendakwa dua ulama lainnya, yakni Syekh Jangkung dan Syekh Maulana. Syekh Jangkung dituduh ingin membangun masjid tanpa izin dan Syekh Maulana yang merupakan murid Sunan Gunung Jati, juga disidang karena bersebrangan paham dengan Sunan Kudus. Pada 1546, terjadi kegemparan di Kerajaan Demak. Sultan Trenggana tewas dalam perang jihad di Jawa Timur. Selepas kepergian Sultan Trenggana, Kerajaan Islam Demak terpecah ke dalam beberapa fraksi yang ingin merebut takhta kerajaan. Fraksi pertama dipimpin oleh Sunan Kali Jaga yang mendukung Sunan Prawata sebagai raja dan fraksi kedua di pihak Sunan Kudus yang mendukung Pangeran Jipang menjadi raja. Dalam persaingan perebutan kekuasaan ini, Sunan Prawata tewas dibunuh. Konon, pembunuhan terhadap Sunan Prawata dilakukan atas perintah dari Sunan Kudus. Meski berhasil menyingkirkan Sunan Prawata, tetapi Pangeran Jipang tidak sempat menikmati singasananya sebagai Raja Demak. Dia keburu tewas dibunuh Jaka Tingkir yang ingin mendirikan Kerajaan Pajang. Dalam riwayat lain yang periodenya tidak disebutkan, Sultan Trenggana terlibat perselisihan dengan Sunan Kudus. Sumber perselisihan adalah penentuan hari pertama puasa di bulan Ramadan. Perselisihan itu membuat Sunan Kudus meninggalkan Demak. Dari Demak, Sunan Kudus pergi menuju Tajug, tempat kakeknya Kalipah Husain pernah menetap. Di sana, dia mendirikan sebuah kota baru yang diberi nama Kudus, diambil dari kata Quds atau Yerusalem. Sunan Kudus juga membangun masjid yang diberi nama Al Aqsa. Pendirian kota suci itu tercatat pada 1549. Saat mendirikan kota baru itu, Sunan Kudus memimpikan berdirinya sebuah negara dengan sistem politik yang ideal. Kebebasan politik yang dibangun Sunan Kudus di Yerusalem hanya berlangsung setengah abad saja. Saat Yerusalam berdiri di Tanah Jawa, Sunan Kudus merasa sangat leluasa dalam menjalankan ajaran-ajarannya. Selain peninggalan masjid, Sunan Kudus juga meminta kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini. Sunan Kudus adalah Ulama dan Panglima perang Kesultanan Demak yang termasuk dalam anggota dewan Wali Songo. Nama lahirnya adalah Ja’far Ash-Shadiq. Dia adalah putra Sunan Ngudung dan Dewi Sari binti Ahmad Wilwatikta. Pada tahun 1550, Sunan Kudus wafat saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus. (hud)

Read More

Inses di Jaman Nabi Adam

Surabaya – 1miliarsantri.net : Inses atau perkawinan sedarah adalah haram hukumnya dalam Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat An Nisa ayat 23: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَٰتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَٰتُكُمْ وَعَمَّٰتُكُمْ وَخَٰلَٰتُكُمْ وَبَنَاتُ ٱلْأَخِ وَبَنَاتُ ٱلْأُخْتِ وَأُمَّهَٰتُكُمُ ٱلَّٰتِىٓ أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَٰتُكُم مِّنَ ٱلرَّضَٰعَةِ وَأُمَّهَٰتُ نِسَآئِكُمْ وَرَبَٰٓئِبُكُمُ ٱلَّٰتِى فِى حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ ٱلَّٰتِى دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُوا۟ دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَٰٓئِلُ أَبْنَآئِكُمُ ٱلَّذِينَ مِنْ أَصْلَٰبِكُمْ وَأَن تَجْمَعُوا۟ بَيْنَ ٱلْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tetapi pada zaman nabi Adam, perkawinan sedarah belum dilarang. Justru Allah SWT memerintahkan nabi Adam menikahkan anak-anaknya yang satu dengan yang lain. Hal ini bertujuan memperbanyak keturunan. Dalam tafsir al Mizan, at Thaba’thaba’i menjelaskan bahwa pada waktu itu karena hukum larangan pernikahan saudara sedarah atau kandung belum diturunkan, mau tak mau pernikahan dilakukan sesama saudara. Generasi manusia tidak dapat dipertahankan dan lestari kecuali melalui jalan ini. Dalam Qashah al Anbiyaa’, Ibnu Katsir memaparkan setiap kali istri nabi Adam yakni Hawa mengandung, ia melahirkan dua anak kembar, laki-laki dan perempuan. Allah SWT memerintahkan nabi Adam untuk menikahkan anak laki-lakinya dengan putri dari kembaran anak laki-laki yang lain, dan seterusnya. Dijelaskan Ibnu Katsir bahwa ini berarti Allah telah memberikan petunjuk agar manusia terus melanjutkan keturunannya. Namun, dalam kasus Nabi Adam ini, yang dibolehkan adalah pernikahan silang, bukan dengan saudara kembar yang lahirnya bersamaan dengannya. Atau tidak dihalalkan menikah dengan saudara kembarnya sendiri. Makin bertambahnya jumlah manusia, pilihan antara laki-laki dan perempuan pun makin banyak. Hingga kemudian pernikahan sesama saudara pun tidak dibenarkan, bahkan pernikahan sesama saudara sepersusuan. Dalam Sirah Nabawiyah setelah nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, Allah mengaruniakan dua putra dan dua putri. Yaitu Qabil yang lahir dengan saudara kembarnya bernama Iqlimiya atau iqlima, dan Habil yang lahir bersama saudara kembarnya bernama Layudza atau Labuda. Lalu setelah anak-anaknya itu besar, Allah memerintahkan nabi Adam untuk menikahkan putra dan putrinya secara silang. Qabil dengan Layudza dan dan Habil dengan Iqlimiya. Tetapi Qabil tidak bisa menerima perintah ini. Ia menginginkan menikah dengan saudara kembarnya yang lahir bersamaan dengannya yakni Iqlimiya sebab memiliki paras yang lebih cantik dari Layudza. Dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Syekh Syamsuddin al-Qurthubi menjelaskan penolakan Qabil yang mengatakan bahwa dirinya lebih berhak terhadap Iqlimiya. قال قابيل أنا أحق بأختي Artinya, “Qabil berkata, saya lebih berhak dengan saudara perempuanku.” Lalu nabi Adam pun memerintahkan keduanya berqurban, siapa yang qurbannya diterima, maka berhak mendapatkan Iqlimiya. فقال آدم فقربا قربانا فأيكما يقبل قربانه فهو أحق بالفضل Artinya, “Nabi Adam berkata, (lakukankalah) dengan qurban. Siapa saja yang kurbannya diterima (oleh Allah), dia lebih berhak untuk mendapatkan yang baik (Iqlimiya).” Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuh menjelaskan Qabil yang seorang petani mengurbankan hasil panennya yang paling jelek dan buruk. Sedangkan Habil yang seorang peternak mengurbankan kambing terbaiknya. Alhasil qurban Habil pun yang diterima Allah SWT. Qabil pun semakin membenci Habil hingga kemudian berencana membunuhnya. Syekh Abdul Haq bin ‘Athiyah al-Andalusi dalam Tafsir Ibnu ‘Athiyah menjelaskan upaya pembunuhan terhadap Habil pun terlaksana ketika nabi Adam melakukan ibadah haji ke Baitullah al-Haram. Qabil berhasil membunuh adiknya yakni Habil. Allah SWT mengkaruniakan banyak anak kepada nabi Adam. Mereka pun dinikahkan dengan saudara-saudaranya. Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tarikhnya juga pendapat Ibnu Ishaq menyebut bahwa nabi Adam dan Hawa melahirkan 40 anak dengan dua puluh kali kehamilan. Di antara anak nabi Adam yang diketahui adalah bernama Qabil, Abdullah, Cayn, Ashut, Habil, Tawbah, Syith, Ayad, Balagh, Athati, Darabi, Hadaz, Sandal, Baraq, Wadd, Suwa, Yaguth, Yahus, Ya’uq, dan Nasr. Sementara itu Syits disebutkan menikah dengan Hazura. Syits kemudian diangkat Allah SWT menjadi nabi. Kepada garis Syits tersambung garis keturunan para nabi-nabi hingga nabi Muhammad SAW. (har)

Read More

Emil : Persoalan Al Zaytun Sudah Ditangani Pemerintah Pusat

Bandung – 1miliarsantri.net : Terkait semakin merebaknya persoalan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tak menampik bahwa persoalan pondok pesantren Al Zaytun sudah ditarik di tingkat nasional, dalam hal ini Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam) yang akan mengumumkan tindakan terhadap pondok pesantren Al Zaytun itu pekan depan. Pria yang akrab dipanggil Emil ini sudah bertemu dengan Menteri Koordinator Polhukam Mahfud MD, Sabtu (24/6/2023) kemarin. “Al Zaytun, saya sudah melaporkan progres kerja dari tim investigasi yang dibentuk oleh SK (surat keputusan) gubernur kepada Menkopolhukam. Kasus Al Zaytun ini sudah ditarik menjadi kewenangan nasional,” terang Emil di Bandung, Ahad (25/6/2023). Ia menambahkan, Menkopolhukam telah menyampaikan tiga hal terkait Al Zaytun. Di antaranya Bareskrim Mabes Polri akan menindaklanjuti laporan masyarakat terkait dugaan adanya tindak pidana yang berada di ponpes tersebut. Selain itu, Kemenag akan segera melakukan tindakan administrasi terhadap Al Zaytun. Sementara terkait stabilitas dan kondusifitas, berdasarkan kewenangan ia mengatakan Pemprov Jabar diberi tugas untuk fokus menjaga hal tersebut. “Jadi tiga poinnya, tindakan hukum pidana, administrasi dan penguatan stabilitas sosial politik di Jabar,” sambung nya. Emil menyebut, Menkopolhukam akan mengumumkan tindakan teknis terhadap kepada Al Zaytun pada pekan depan. “Kalau tidak ada halangan, bahasan teknisnya akan diumumkan oleh pak menko di hari Selasa atau Rabu. Jadi ini bahasanya masih umum, kalau nanti pasalnya apa, isunya apa, bentuk tindakan administrasinya apa, akan dijelaskan oleh pak Mahfud nanti,” jelasnya. Apabila terjadi tindakan administrasi terhadap Al Zaytun, ia mengaku pihak yang berwenang sudah pasti menyiapkan dampaknya. Termasuk menyangkut penanganan terhadap ribuan siswa yang berada di ponpes. Ia pun mengimbau masyarakat tidak melakukan aksi demonstrasi kembali. RK mengajak masyarakat untuk menunggu pengumuman resmi dari pemerintah melalui Kemenkopolhukam. “Saya meminta masyarakat tidak perlu demo-demo lagi, kita tunggu saja pengumuman resmi di hari Selasa atau Rabu yang akan disampaikan oleh pak menko seperti apa responnya kita tunggu saja,” ungkap dia. Ridwan Kamil berharap tindakan yang diberikan kepada Al Zaytun seusai dengan yang diharapkan masyarakat. “Mudah-mudahan dan Insya Allah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat secara umum,” pungkasnya. (den)

Read More

Berkembangnya Kasus Inses di Indonesia, dan Begini Cara Pandang Menurut Islam

Jakarta – 1miliarsantri.net : Baru-baru ini masyarakat dibuat geger karena terungkap nya kasus inses yang melibatkan seorang ibu dan anaknya di Bukittinggi, Sumatra Barat. Kasus ini menggegerkan karena berlangsung dari sang anak remaja hingga dewasa. Bagaimana Islam memandang inses? Zina dengan inses adalah dosa besar dan ini adalah zina yang paling buruk yang pernah ada. Para ulama membedakan hukuman bagi pelaku zina dengan inses. Sebagian besar ulama berpendapat, pezina dengan inses atau mahramnya adalah seperti pezina dengan orang yang tidak sedarah. Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat, hukuman bagi pelaku zina dengan inses adalah dengan kematian. Ini berlaku apakah pelaku zina tersebut telah menikah atau belum. Dan harta yang dimilikinya menjadi milik baitul maal. Pendapat tersebut didukung oleh berbagai dalil dalam ajaran Islam dan didukung pula oleh Imam Ibnu Al-Qayyim. Selain itu, Guru Besar Fiqih dan Ushul Fiqih di Universitas Al-Quds Palestina, Hussam Affaneh menjelaskan, perzinahan inses adalah perzinahan yang paling cabul dan paling buruk karena melanggar larangan Allah SWT. Syekh Ibnu Hajar Al Makki AL Haytami mengatakan, “Zina yang paling buruk adalah yang berhubungan dengan semua inses.” Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra ayat 32) Para ulama telah bersepakat bahwa ganjaran dosa kepada pelaku zina itu berbeda-beda. Misalnya ada ganjaran dosa bagi yang berzina dengan tetangga, atau bagi yang berzina dengan salah satu kerabat perempuan. Diriwayatkan dari Miqdad bin Aswad: في الحديث عن المقداد بن الأسود رضي الله عنه (أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لأصحابه: ما تقولون في الزنا؟ قالوا: حرَّمه الله ورسوله فهو حرام إلى يوم القيامة. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يزني الرجل بعشرة نسوة أيسر عليه من أن يزني بامرأة جاره. فقال ما تقولون في السرقة ؟ قالوا حرَّمها الله ورسوله فهي حرام قال لأن يسرق الرجل من عشرة أبيات أيسر عليه من أن يسرق من جاره.) رواه أحمد والطبراني في الكبير والأوسط ورجاله ثقات. Nabi Muhammad SAW bertanya kepada para sahabat, “Apa pandangan kalian tentang perzinahan?” Lalu para sahabat menjawab, “Allah SWT dan Rasul-Nya melarangnya sampai hari kiamat, dan larangan ini berlaku sampai hari kiamat.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Seorang laki-laki berzina dengan 10 wanita lebih mudah baginya ketimbang seorang laki-laki yang berzina dengan istri tetangganya…” (HR Ahmad dan Ath-Thabrani). (yus)

Read More

Mengenali Mina Jadid

Makkah – 1miliarsantri.net : Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memperluas wilayah Mina dengan harapan menjadi solusi dari kepadatan Mina selama musim haji. Jumlah jamaah haji yang semakin banyak melalui banyak pertimbangan keselamatan jamaah tidak mungkin disatukan dalam satu wilayah. Di padang Mina yang seluas 600 hektare, jamaah akan menginap tiga hari untuk melakukan ritual lempar jumroh. Sehingga perluasan menjadi kebutuhan tak terelakan. Saudi Gazette melaporkan, sejumlah ahli telah direkrut untuk mengkaji kekurangan layanan bagi tamu Allah. Salah satu kajiannya adalah perluasan ini. Kasi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker Madinah) Yendra Al Hamidy menjelaskan lokasi perluasan Mina biasa disebut di Arab Saudi dengan istilah tausi’ul Mina, disebabkan karena lokasi Mina yang aslinya sudah penuh ditempati jamaah haji dari berbagai negara di dunia. Meskipun demikian, lokasi Mina Jadid itu masih berurutan, masih menyambung dengan jamaah haji lainnya yang berada di lokasi Mina awal,” kata dia, Sabtu (24/6/2023). Ihwal keabsahan jamaah haji mabit di wilayah perluasan Mina atau Mina Jadid. Menurutnya, itu merupakan pendapat ulama. “Terkait keabsahan mabit di Mina Jadid itu sudah merupakan pendapat ulama Saudi, Syaikh Muhammad bin Baz,” kata Yendra, sapaan Yendra Al Hamidy. Itu yang sampai kita survei kemarin itu, di bidayatul Mina sampai Mina sudah penuh kondisinya. Kemudian (wilayah Mina) disambungkan di belakangnya,” kata Yendra. Dari aspek fikihnya, ia menqiyaskan Mina Jadid dengan halaman atau bagian luar masjid yang dipergunakan untuk sholat jamaah ketika bagian dalam masjid sudah penuh oleh jamaah lain. “Kemudian diqiyaskan (oleh ulama Saudi) bahwa apabila seseorang berjamaah di masjid kemudian penuh, maka boleh seseorang itu menyambung shafnya di halaman masjid, bahkan keluar masjid, yang penting jamaah itu menyambung dengan jamaah yang ada di dalam masjid,” ujar Yendra. Qiyas sendiri yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu yang belum ada ketentuannya dan didasarkan pada sesuatu yang sudah ada ketentuannya. Dalam konteks ini, ketetapan dan dasar hukum Mina Jadid sama dengan halaman atau bagian luar masjid. (dul)

Read More

Kesaktian Sunan Gunung Jati Menaklukkan Pasukan Prabu Siliwangi

Cirebon – 1miliarsantri.net : Sunan Gunung Jati atau bernama asli Syarif Hidayatullah atau Sayyid Al-Kamil dikenal memiliki karomah yang tak bisa dilogika manusia, dimana kesaktian nya tersebut mampu membuat orang yang hendak menyerang nya bisa lumpuh seketika dan membuat sebanyak 100 pasukan Kerajaan Pajajaran yang setia kepada Prabu Siliwangi, bersama seorang patih yang juga dikenal dekat dengan raja, memilih memeluk Islam dan mau belajar menimba ilmu kepada Sunan Gunung Jati. Proses ratusan pasukan Pajajaran dalam memeluk Islam ini, diwarnai peristiwa tak logis akal manusia. Dikisahkan dalam “Sejarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati: Naskah Mertasinga”, terjemahan Amman N. Wahju, Prabu Siliwangi awalnya sering melihat cahaya yang sangat terang di arah timur laut. Cahaya terang ini kian menganggu pikiran Prabu Siliwangi, sebab di sisi lain Ki Kuwu Carbon tak lagi mau membayar pajak terasi ke Pajajaran. Tersiar kabar, Ki Kuwu telah tunduk kepada Syekh Maulana sebutan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, sehingga terhentinya pembayaran pajak itu, dan dia telah membangkang kepada pemerintah Pajajaran. Dua peristiwa itu mengganggu betul di alam pikiran Prabu Siliwangi. Oleh karenanya sang penguasa Pajajaran ini, memerintahkan anak buahnya untuk mengecek sumber cahaya terang terlebih dahulu. Sang patih bernama Patih Lembusasrah dan 100 pasukannya berangkat untuk memeriksa cahaya itu. Patih Lembusasrah tiba di Carbon pada tengah malam, dan ternyata cahaya itu datang dari arah Gunung Jati. Sang patih Pajajaran dan 100 prajuritnya melanjutkan perjalanannya, dan telah tiba di Gunung Patuhunan. Keseratus prajuritnya yakin bahwa cahaya yang terlihat itu adalah cahayanya Bathara Luhung. Setibanya di Gunung Sembung kemudian mereka maju menyerbu, akan tetapi senjatanya menjadi tidak berfungsi lagi, tombak dan rencong menjadi hancur lebur. Ki Patih lalu memerintahkan pasukannya untuk mengamuk dan menghancurkan musuh, akan tetapi ternyata popor dan bedil semuanya tidak berbunyi. Pasukan Pajajaran mencoba mendaki Gunung Kentaki, akan tetapi para prajurit itu kemudian menjadi tidak dapat bergerak, mereka menjadi tak berdaya terguguk-guguk terpaku di tempatnya. Keesokan harinya Syarif Hidayatullah turun bersama Patih Keling, dan menjumpai pasukan Pajajaran yang telah lumpuh menjerit-jerit mohon ampun. Mereka memohon untuk dibiarkan hidup dan dipulihkan dari kelumpuhannya. Dengan tenang kemudian Syarif Hidayatullah menasehati pasukan itu sambil berkata “Ada obat yang mujarab berama dua Kalimah Syahadat, terimalah ini”. Pasukan itu menerima wejangan Kalimah dua syahadat dan mereka pun pulih kembali dan masuk agama Islam. Alhasil sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat, 100 orang ini tidak mau pulang kembali ke negaranya, mereka memutuskan untuk tinggal berbakti kepada Syarif Hidayatullah an melupakan rajanya. Dengan demikian pengikut Syekh Maulana sekarang menjadi empat ratus orang banyaknya, 100 orang dari Keling, 100 orang dari Cangkuang, 100 orang dari Kawu Carbon itu, dan 100 lagi dari pasukan Pajajaran, semuanya menjadi pengikutnya di Gunung Jati. (rin)

Read More