Pertemuan LGBT Dibatalkan, Semua Berharap Tidak Ada Kelanjutan Lagi

Jakarta – 1miliarsantri.net : Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Ustadzah Syifa Fauzia menyebut rencana pertemuan aktivis LGBT se-ASEAN di Indonesia mengkhawatirkan. Dia pun berharap pemerintah Indonesia bisa terus mencegah dan menanggulangi munculnya kampanye LGBT ini. “Saya mendapat informasi dari berbagai pihak, katanya pertemuan ini sudah dibubarkan. Mungkin mereka mencari tempat lain selain di Indonesia. Mudah-mudahan ini memang betul dan tidak akan dilakukan di kota manapun di Indonesia,” jelasnya kepada media, Rabu (12/0/2023) Ustadzah Syifa menilai, kegiatan tersebut merupakan upaya untuk mengungkapkan eksistensi kelompok LGBT di Indonesia. Hal ini menjadi kekhawatiran dan ketakutan bangsa, mengingat betapa massifnya gerakan mereka saat ini. Kelompok LGBT disebut memiliki keinginan untuk tampil atau eksis, diakui, bahkan disahkan di Indonesia. Beragam kampanye dilakukan, yang mana mengkhawatirkan bagi generasi Tanah Air. “Mudah-mudahan dengan dibatalkannya acara ini, tidak ada acara serupa atau acara tandingan yang dibuat sehingga kampanye-kampanye LGBT yang lebih massif ini tidak hadir di Indonesia,” sambungnya. Kegiatan berkumpulnya kelompok pelangi tersebut juga disampaikan sebagai hal yang mengancam dan berbahaya, bagi generasi muda dan anak-anak Indonesia. Dari sisi orang tua dan lingkup agama, sosial dan budaya, hal ini merupakan tantangan karena tidak dikehendaki dan dilarang oleh agama. Dia menyebut, tidak ada pihak yang ingin budaya Indonesia terkontaminasi oleh aktivitas serupa. Karena itu, setiap pihak harus bersiap untuk mengatasinya di tahun-tahun ke depan. Ke depannya, aktivitas kelompok LGBT dinilai akan semakin beragam. Tidak akan ada yang bisa menebak tindakan atau terobosan yang akan mereka lakukan, untuk masuk dalam lingkup negara dan budaya Indonesia. “Kita harus bisa mencegah hal ini bagaimana pun caranya, semaksimal yang kita bisa. Untuk pemerintah, semoga bisa terus mencegah munculnya paham dan kampanye yang diisi LGBT ini,” kata Ustazah Syifa. Tidak hanya itu, Ketua Umum BKMT ini juga menyebut harapannya agar pemerintah tegas melarang dan menolak hal-hal yang bisa membuat kelompok tersebut memperluas ekosistem dan jaringannya di Tanah Air. Segala upaya perlu dilakukan untuk mencegah kehadiran mereka yang lebih luas. Pertemuan komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) se-ASEAN di Jakarta pada pertengahan Juli ini akhirnya batal digelar. Rencana ini mendapatkan kecaman luas dari publik termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pihak Istana pun ikut merespons. “Penyelenggara Pekan Advokasi Queer ASEAN memutuskan untuk merelokasi tempat pertemuan di luar Indonesia, setelah mendapat serangkaian ancaman keamanan dari berbagai kalangan,” kata penyelenggara Queer Advocacy Week ASEAN Sogie Caucus dalam pernyataannya pada Rabu (12/07/2023). Pihak penyelenggara telah memantau situasi dari dekat dan cermat, termasuk gelombang sentimen “anti-LGBT” di media sosial. Keputusan pembatalan lokasi pun diambil untuk memastikan keselamatan dan keamanan baik peserta maupun penyelenggara. Kendati begitu, ASEAN Sogie Caucus tidak mengungkapkan di mana negara lokasi penggantian rencana pertemuan tersebut. Namun, diketahui ASEAN SOEGIE berbadan hukum di Filipina. Organisasi tersebut kemudian meminta pemangku kepentingan ASEAN dan anggotanya untuk menciptakan ruang dialog bagi kelompok-kelompok termarginalkan. Mereka tak ingin didiskriminasi berdasarkan orientasi seksual, identitas gender, ekspresi gender, dan karakteristik seks mereka (SOGIESC). “Visi bersama kami tentang kawasan ASEAN yang inklusif didasarkan pada keberadaan ruang aman bagi masyarakat sipil dan pemegang hak untuk belajar tentang lembaga tersebut, untuk membahas masalah yang penting bagi mereka, dan untuk secara kolektif menggunakan hak kami untuk secara bebas mengekspresikan pandangan kami tentang bagaimana ASEAN memajukan, atau tidak, hak asasi masyarakat kita,” kata ASEAN Sogie. ASEAN Sogie terus menyuarakan perlindungan hak asasi manusia imbas ancaman yang dihadapi setiap hari bagi keberadaan hidup dan martabat orang LGBTQIA+. Kebencian daring, serangan langsung terhadap pembela hak asasi manusia, dan pembalasan atas pelaksanaan hak sipil dan politik juga mereka hadapi. “Kami mendesak mekanisme hak asasi manusia ASEAN untuk memantau dan menanggapi hal ini,” ujar organisasi tersebut. (fq)

Read More

Mengenali Kampung Siluman Bekasi

Bekasi – 1miliarsantri.net : Di Kabupaten Bekasi, terdapat sebuah daerah yang bernama Kampung Siluman. Mendengar nama nya saja, mungkin Anda akan berimajinasi ke suatu lokasi serem, sebuah lembah dengan rumah penduduk yang jaraknya satu sama lain bisa puluhan bahkan ratusan meter. Bahkan Anda akan mengira kalau tempat itu sebuah lembah, atau areal makam bahkan bukit yang disekililingnya dipenuhi peninggalan-peninggalan mistik. Nyatanya tidak. Kampung Siluman berada di Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat atau lebih kurang 40 KM dari Ibukota Jakarta. Persisnya 1 km arah ke utara dari Stasiun KA Tambun dan Gedung Juang 45 (Gedung Tinggi) yang berada di Jl Diponegoro, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Kondisi di sana sekarang ini dipenuhi perumahan. Ada puluhan perumahan di sana Perumahan Mangunjaya Indah I, Perumahan Bumi Lestari, Perumahan Papan Mas, Perumahan Griya Persada, De Green serta sejumlah Cluster. Makanya jalan Tambun-Tambelang yang membelah Kampung Siluman tidak pernah ‘tidur’, selalu ramai malah cenderung sering macet. Kemacetan ini diperparah dengan titik pertemuan dan persimpangan. “Sekarang Kampung Siluman terdiri dari 9 Rukun Warga dengan 74 Rukun Tetangga,” kata Encep Hendra Gunawan, tokoh masyarakat Desa Mangunjaya. Dia sendiri asli warga Kampung Siluman, dia tahu kenapa wilayahnya ada yang di sebut Kampung Siluman. Napin Sumpena (75 tahun), salah satu tokoh masyarakat yang juga mantan pegawai Desa Mangunjaya dan tinggal di Kampung Siluman. Dia menyebutkan kalau Kampung Siluman diambil dari peristiwa penyerangan rakyat Bekasi terhadap trasportasi Kereta Api yang membawa tentara Jepang. Seperti dikutif dari Buku Sejarah Bekasi, bahwa Tentara Jepang saat itu menempati Gedung Tinggi, tahun 1943-1945, setelah tuan tanah keturunan Cina bernama Kouw Oen Huy, menyerahkan kepada Jepang. Gedung itu dijadikan sebagai pusat kegiatan tentara Jepang dalam menjajah Indonesia. Pasukan yang dikirim dari Jawa, dan turun di Stasiun Tambun, Cerita orang tua Napin Sumpena, Saat turun itulah rakyat Bekasi mencegatnya dan menyerang dengan senjata tajam golok dan bambu runcing. “Mendengar pasukannya diserang, tentara jepang yang ada di Gedung Tinggi segera memberi bantuan, namun rakyat Bekasi lari ke arah utara yang waktu itu ilalangnya setinggi tiga meter. Jelas nggak kelihatan, ratusan rakyat seperti siluman, hilang tak kelihatan,” jelas Napin. Gedung Tinggi berhasil direbut Tentara Rakyat Bekasi dan dijadikan sebagai daerah front pertahanan, dan Gedung Tinggi tersebut berfungsi sebagai Pusat Komando Perjuangan RI dalam menghadapi Tentara Sekutu yang baru selesai bertempur dalam perang dunia kedua. Di tempat ini dilakukan perudingan dan pertukaran tawanan perang. Lokasi pelaksanaan pertukaran tawanan sendiri dilakukan di dekat Kali Bekasi. Dalam pertukaran tawanan, pejuang RI oleh Belanda dipulangkan ke Bekasi, dan tawanan Belanda oleh pejuang RI dipulangkan ke Jakarta lewat kereta api yang lintasannya persis berada di belakang Gedung Tinggi. Ketika proses tawanan Belanda siap di Kereta Api, lagi-lagi penyerangan terjadi di sekitar Stasiun Tambun terjadi, masyarakat Tambun menyerang kereta. Padahal waktu itu kondisi sudah merdeka, namun karena rakyat Bekasi yang ada di Tambun belum mendengar khabar itu, aksi penyerangan sering terjadi. “Pimpinan pejuang RI, sempat marah dan mencoba mencari siapa pelaku yang menyerang, namun itu tadi mereka menghilang di ketinggian ilalang,” jelas Napin Sumpena. Seringnya kejadian seperti itu, tutur kakek 6 cucu ini, tentara Jepang pun menyebutnya penyerangnya sulit dikejar seperti masuk ke Kampung Siluman. “Dari situlah nama Kampung Siluman mulai terdengar dan bahkan hingga tahun 1993 ada sekolah masih mencantumkan labelnya SDN Siluman Raya,” jelas Napin. Kampung Siluman sendiri dikelilingi oleh Kampung Jejalen, Kampung Buwek, Kampung Kalibaru dan Kampung Kobak, karenanya sebelum pemecahan menjadi tiga desa, Pemkab Bekasi memberi nama Desa Busilen, yang singkatan dari Kampung Buwek (Sekarang masuk Desa Sumberjaya, Tambun Selatan), Siluman (masuk Desa Mangunjaya) dan Jejalen (masuk Desa Jejalen Jaya, Tambun Utara). (fh)

Read More

PP Muslimat Al Washliyah Tegas Menolak Pertemuan LGBT Karena Merusak Esensi Kemanusiaan

Jakarta – 1miliarsantri.net : Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Al Washliyah menyatakan diri menolak kegiatan pertemuan aktivis LGBT se-ASEAN di Indonesia. Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum PP Muslimat Al Washliyah, Nurliati Ahmad. Pihak menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat agar menolak kegiatan yang diberi nama ASEAN QUEER ADVOCACY WEEK ini dan rencananya digelar di Jakarta 17 hingga 21 Juli nanti. “ASEAN QUEER ADVOCACY WEEK adalah tindakan yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, hati dan nurani manusia, merusak hakikat dan esensi kemanusiaan. Tidak ada satupun alasan atas dasar nilai kemanusiaan, akal sehat dan hati nurani yang dapat membenarkan upaya memperjuangkan kepentingan LGBT,” terang Nurliati Ahmad, dalam keterangan tertulis yang dilkirim ke media, Rabu (12/07/2023). Indonesia disebut sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh dalam menjalankan aturan perundang-undangan, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sementara, kegiatan propaganda LGBT disebut dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta berpotensi memicu konflik sosial, karena pengabaian terhadap nilai-nilai yang hidup di masyarakat Indonesia. Indonesia juga disebut sebagai negara yang menyakini bahwa agama berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, Negara harus mengaskan bahwa tidak ada tempat bagi propaganda LGBT di negara Indonesia. Sebagaimana hasil riset PEW, lanjutnya, yang menyatakan penerimaan homoseksualitas hanya tersebar luas di negara-negara di mana agama dianggap kurang penting dalam kehidupan (kecuali Rusia). Terkait Hak Asasi Manusia (HAM), disampaikan Indonesia menjungjung tinggi hak asasi yang berketuhanan. Sejatinya, konsep HAM tidak boleh dilepaskan dari agama dan hakikatnya merupakan anugerah Tuhan kepada manusia. “PP Muslimat Al Washliyah menjunjung tinggi nilai-nilai dan aturan agama serta norma-norma ketimuran. Sedangkan LGBT menganut hak asasi liberal bebas nilai. Kegiatan propaganda LGBT dapat mencederai nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh bangsa Indonesia,” sambungnya. Terakhir, disampaikan menolak LGBT bukan berarti tidak merangkul para pelaku yang sudah terlanjur menjadi LGBT. Yang ditolak adalah perilakunya yang menyimpang dan bahaya dari propaganda yang mereka lakukan. PP Muslimat Al Washliyah juga berkomitmen mendorong pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk membantu, mendampingi dan menormalisasi para pelaku yang sudah terlanjur menjadi LGBT, tetapi ingin keluar dan kembali ke jalan yang benar. Hal ini dilakukan Melalui program yang terintegrasi dengan program kesehatan bersama para ahli seperti dokter, psikolog/psikiater dan pemuka agama. (lis)

Read More

Prof Nasaruddin Umar : Tempat Membangun Di Era Peradaban Digital Adalah Masjid

Jakarta – 1miliarsantri.net : Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Prof Dr KH Nasaruddin Umar, memaparkan, masjid merupakan tempat untuk membangun orang-orang yang bersujud serta membangun peradaban yang lebih tinggi dan lebih kuat. Masjid menjadi tempat membangun peradaban khusus nya di era digital saat ini. “Dibangunnya masjid tidak hanya sebagai tempat sujud, akan tetapi tujuannya adalah masjid juga sebagai tempat untuk membangun orang-orang yang sujud, membangun peradaban yang lebih tinggi dan lebih kuat,” ujar Prof Nasar saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Insa Cita Indonesia (UICI), Jakarta, Rabu (12/07/2023). سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra: 1) Prof Nasar menjelaskan, ayat tersebut memberi isyarat tentang pembangunan peradaban dari masjid. Apalagi, ayat tersebut turun beradasarkan peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW. Peristiwa dikenal umat Islam sebagai salah satu tonggak gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban di muka bumi. “Masjid Haram artinya tertutup, sangat limited. Sedangkan Aqsha unlimited, paling jauh. Jadi, kita starting poinnya dari tempat yang sangat tertutup kemudian menuju ke space yang unlimited (Aqsha),” ujar Prof Nasar. Selain tempat bersujud, kata dia, masjid juga dibangun sebagai wilayah konsentrasi untuk bisa menciptakan sesuatu yang lebih tinggi dan kuat. Dari tempat sujud, Allah akan membawa hamba-Nya ke tempat yang lebih tinggi. “Masjid adalah space untuk menghadirkan as-sajiid yaitu orang sujud serta untuk ‘menerbangkan kita ke Al-Aqsa’ (tempat yang luas),” tuturnya. Dia menceritakan, di Istiqlal terdapat kontradiktif antara lantai satu dan dua. Di lantai satu adalah ruang perkantoran BPMI. Di tempat itu, pengurus Masjid Istiqlal seperti ditantang untuk bisa hidup seribu tahun mendatang. “Namun, di lantai dua (area ibadah), kita seolah-olah mau mati besok,” ujarnya. Sebagaimana ungkapan motivasi yang lumrah didengar khalayak, “I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan. (Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.), “Jadi Istiqlal, ‘dunia akhirat’, ‘dunianya’ di lantai satu (perkantoran BPMI) dan ‘akhiratnya’ di lantai dua (area ibadah),” ungkap Nasaruddin Umar. (rid)

Read More

Satu Jamaah Haji Yang Hilang Ditemukan Meninggal Dunia

Makkah – 1miliarsantri.net : Satu dari tiga jamaah haji Indonesia yang hilang saat puncak haji akhirnya ditemukan. Niron Sunar Suna (77) dari Embarkasi Surabaya Kloter 65 (SUB 65) hilang saat melempar jumrah di hari kedua di Mina pada 29 Juni 2023. Kabar ditemukannya Niron terungkap setelah petugas maktab mendatangi sang istri, Kamsani, di kamar hotelnya, Selasa (11/07/2023). Dia menunjukkan gambar di ponsel kepada Kamsani. “Ibu kuat apa tidak? Kalau tidak kuat, tidak usah melihat,” ucap Tiarso, salah seorang tetangga kamar Kamsani menirukan ucapan petugas maktab. Perempuan berusia 63 tahun itu mengangguk. Pertanyaan itu sempat diulang dan dijawab dengan jawaban sama. Awalnya petugas menunjukkan gambar dari arah kaki. Terlihat sarung yang melilit tubuh bagian bawah jenazah. Saat itu Kamsani langsung membenarkan itu sarung suaminya. Kamsani langsung lemas dan menangis. Gambar itu menjadi jawaban atas pencarian salah seorang jamaah yang telah hilang selama 13 hari. Sebelum hilang, Niron mengenakan sarung dan kaos warna putih dengan saku kotak di bagian perut. Sama persis dengan gambar yang ditunjukkan petugas. Setelah memastikan jenazah itu adalah Niron, Kamsani langsung menandatangani pernyataan yang membenarkan identitas pria tersebut adalah suaminya. Petugas maktab kemudian membawa Kamsani ke Rumah Sakit Al Noor untuk melihat jenazah Niron secara langsung. Perkembangan itu langsung dikabarkan ke keluarga yang ada di kampungnya di Desa Muneng, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo. Nanik Nu’naiha, teman sekamar Kamsani menceritakan, sebelum petugas maktab datang, Kamsani masih meyakini suaminya masih hidup. Setiap hari Kamsani menunggu perkembangan pencarian Niron. Niron hilang ketika berangkat melempar jumrah ula bersama rombongan. Nanik mengatakan, saat itu dia mendampingi Kamsani berjalan beriringan dengan rombongan laki-laki. Niron berada di barisan belakang. Sementara Kamsani di bagian depan. Namun Niron tidak kunjung tiba di tenda meski semua rombongan telah datang. Setelah lama menanti, tidak kembalinya Niron diinformasikan kepada ketua kloter dan diteruskan ke petugas. Jamaah satu rombongan juga membantu mencari dengan menyisir jalur melempar jumrah hingga dua kali, tetapi tidak menemukan. Hingga proses tinggal di Mina selesai dan kembali ke hotel, Niron tidak kunjung ditemukan. Sebelum Niron ditemukan, tas pinggang miliknya ditemukan terlebih dahulu. Namun lokasi dan siapa penemunya tidak jelas. Di tas pinggang itu terdapat identitas dan kartu pengenal jamaah haji. Karena itulah, Niron hilang tanpa identitas yang melekat. Selama proses menunggu kabar pencarian suaminya di hotel, Kamsani sakit-sakitan. Petugas kesehatan memberikan pendampingan khusus, termasuk mengawasi asupan makan agar tidak kekurangan nutrisi. “Kalau pas tidak mau makan, saya kasih tahu petugas kesehatan,” ucap Nanik. (dul)

Read More

Sebanyak 1.000 Jamaah Oyo Terlantar di Arab Saudi

Riyadh – 1miliarsantri.net : Lebih dari 1.000 orang jamaah haji dari Negara Bagian Oyo di Nigeria, yang baru saja menyelesaikan ibadah haji 2023 di Arab Saudi terlantar. Dilansir Daily Post, Selasa (11/07/2023), ada beberapa jamaah asal Nigeria yang telah kembali dengan selamat. Namun, jamaah haji dari negara bagian Oyo tersebut belum mengetahui tanggal pemberangkatannya. Hal ini pun dibenarkan oleh Ketua Dewan Kesejahteraan Jamaah Muslim Negara Nigeria, Profesor Sayed Malik. Dia menekankan, otoritas di negaranya telah berupaya untuk memastikan kepulangan jamaah secara tepat waktu tetapi terhambat oleh masalah logistik. Rencana awalnya, kata Malik, jamaah dijadwalkan akan kembali ke Nigeria secara bertahap mulai 10 Juli. Namun ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai rencana secara dramatis. Terutama ketika pihak maskapai menolak untuk menerbangkan para peziarah seperti yang telah disepakati sebelumnya. “Kami terkejut bahwa tidak ada komunikasi dari maskapai dan pejabat NAHCON pada 10 Juli tentang keberangkatan kami, dan jamaah kami menunggu dengan sia-sia di hotel mereka untuk petugas yang tidak muncul,” ujarnya. Dari keadaan tersebut, barulah diketahui bahwa pesawat Aero Contractors yang mengangkut gelombang pertama jamaah Nasarawa ke Nigeria tidak kembali untuk jamaah lain di Saudi. “Tetapi tetap dikandangkan di bandara Nnamdi Azikiwe di Abuja karena maskapai gagal mendapatkan izin untuk mendarat di Jeddah, dari otoritas penerbangan Saudi,” katanya. Amir Haji, yang juga Wakil Gubernur Negara, Alhaji Bayo Lawal, telah mengarahkan otoritas Kesejahteraan Jamaah Muslim Negara untuk mengambil langkah-langkah yang tepat tentang masalah tersebut. (dul)

Read More

MUI Tegas Tolak Acara LGBT Se Asia di Jakarta

Jakarta – 1miliarsantri.net : Ketua MUI KH Cholil Nafis, secara tegas menolak rencana pertemuan komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) se-ASEAN dengan nama ASEAN Queer Advocacy Week (AAW), akan dilangsungkan di Jakarta pada 17-21 Juli 2023. Dia menilai LGBT merupakan penyimpangan dan tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. “Astaghfirullah. Ini sudah menyimpang terus masih mengampanyekan lagi. Saya selamanya menolak penyimpangan ini, khususnya di Indonesia. Jangan sampai dianggap normal apalagi dilegalkan. Ini bertentangan dengan norma agama, Pancasila dan kenormalan manusia. Tolak!,” tegas Kyai Cholil kepada media di Kantor MUI, Selasa (11/7/2023). Menurut Kyai Cholil, LGBT selamanya tidak bisa dibenarkan karena tidak sesuai dengan fitrah manusia. Maka itu, dia mengajak semua elemen masyarakat Indonesia untuk menolak acara tersebut. “Jadi yg waras jangan diam dan jangan mengalah utk bersuara, bahkan, ini melanggar segalanya termasuk fitrah manusia. Tapi malah yg waras yg disalahkan. Bismillah, Lawan! Selamatkan bumi dan selamatkan Indonesia,” ujar Kyai Cholil. Rencana pertemuan dengan nama ASEAN Queer Advocacy Week (AAW) diorganisasi oleh ASEAN SOGIE Caucus, organisasi yang berada di bawah Dewan Ekonomi dan Sosial PBB sejak 2021, bersama Arus Pelangi dan Forum Asia. AAW merupakan tempat bagi aktivis LGBT se Asia Tenggara untuk saling terhubung dan memperkuat advokasi satu sama lain. Namun, sampai saat ini, lokasi persis penyelenggaraan acara tersebut masih menjadi misteri. Panitia hanya memberikan informasi Jakarta akan menjadi tuan rumah tanpa menyebutkan lokasi secara spesifik. (lin)

Read More

KH Zuhdi Takeran : Kejadian Penculikan Para Kiai Selalu Kami Ingat Hingga Akhir Hayat

Magetan – 1miliarsantri.net : Rekam jejak kejahatan dan kebiadaban Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat dirasakan bagi seluruh penghuni Pondok Pesantren Takeran Magetan, bukan hanya santri, pengasuh dan pengurus tapi juga seluruh jamaah sangat teringat betul ketika terjadi nya peristiwa penculikan Kiai Imam Mursyid Muttaqirn pada 18 September 1948. KH. MS Zuhdi Tafsir, S.Ag atau akrab disapa Mbah Zuhdi, pendiri sekaligus Pengasuh Ponpes Cokrokertopati, dan juga generasi penerus Pesantren Takeran Magetan, secara ekslusif menuturkan kisah pilu tersebut kepada 1miliarsantri.net. Habis shalat Jumat, saya bersama para santri pondok yang sedang duduk-duduk di serambi masjid melihat ada mobil datang ke pesantren. Mobil itu warnanya hitam dan bentuknya kecil. Bersama mereka terlihat beberapa orang membawa stand gun dan ada yang membawa karaben. Di situ saya lihat ikut datang seseorang yang katanya berasal dari Jombang sebagai pemimpin rombongan. Orang itu beberapa waktu kemudian saya tahu namanya Suhud. Sesampai di pesantren dan bertemu Kiai Imam Mursyid Mutaqin, ia kemudian berkata dengan mengutip ayat Alquran yang artinya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (bangsa) kecuali mereka yang berusaha mengubah nasibnya sendiri. Jadi, katanya rombongan yang datang itu ingin mengubah nasib bangsa Indonesia. Tapi, sebelum mereka datang di sekitar pesantren sudah tersebar pamflet yang isinya: Muso, Moskow, Madiun. Pamflet itu tersebar di sepanjang jalan raya yang ada di depan pesantren. Saya yang saat itu duduk di bangku kelas 1 SMP ikut membaca pamflet itu. Nah, rombongan yang dipimpin Suhud yang di situ ada pejabat camat Takeran yang menjadi anggota PKI itulah yang menculik Kiai Mursid. Saat itu juga Kiai dibawa pergi. Jadi, Anda masih ingat peristiwa itu? Iya betul, bahkan sampai kini mimik wajah, warna pakaian para penculik itu semuanya saya masih ingat. Yang membawa pergi adalah seseorang yang memakai piyama warna krem. Dia pergi bersama Kiai Mursyid yang diapit oleh Suhud dan camat Takeran yang jadi anggota PKI itu. Setelah Kiai Mursyid dibawa pergi, kompleks pesantren ini saat itu kemudian di-stealing (dikepung) oleh para anggota PKI lainnya. Kami dikepung selama sekitar seminggu. Kami ingat betul pengepungan itu membuat persediaan garam di pesantren habis. Kami dikepung sekitar tujuh hari hingga pasukan Siliwangi datang membebaskan kami. Kemudian bagaimana nasib Kiai Mursyid? Semenjak dibawa pergi itulah, kami sampai kini tidak mengetahui dimana keberadaan Kiai Mursyid. Namun, seorang pemuda yang masih menjadi kerabat dan tinggal tak jauh dari pesantren melaporkan bila beberapa hari sebelum penculikan itu, desa-desa di sekitar Takeran dikepung oleh orang-orang yang berseragam hitam-hitam. Mereka juga mengepung kantor Kecamatan Takeran. Beberapa rumah haji juga di sekitar Takeran didatangi, didobrak pintunya, dan penghuninya diancam. Mereka juga memukulinya dan memaksa agar tunduk pada PKI. Kata mereka: Kamu mau tunduk tidak? Kalau tidak, terus dipukuli. Dan, baru berhenti setelah menyatakan menerimanya. Di situlah saya lihat, penculikan itu memang disengaja dan sistematis. Para kader PKI terlihat sudah betul-betul siap melaksanakan gerakannya. Mereka bergerak ke mana-mana. Apakah ada korban lain selain Pak Kiai Mursyid? Yang diculik langsung di depan santri memang hanya beliau. Tapi, beberapa hari kemudian banyak santri dan pengurus pesantren juga hilang diculik mereka. Yang hilang itu kerabat kami Moh Suhud (Ayah Mantan Ketua MPR/DPR Moh Kharis Suhud) seorang guru yang mengajar di Mualimin milik pesantren Takeran, kakak ibu saya Imam Faham, ada Ustaz Hadi Addaba’ (orang Arab yang menjadi guru bahasa Arab) di Pesantren Takeran, Maijo (Kepala MI Takeran). Ada juga yang ikut hilang, yakni Husen (anggota Hizbullah). Juga ada beberapa keluarga kiai pengikut tarekat yang ikut dibunuh. Nama-nama mereka sudah saya lupa persisnya. Namun, sekitar tahun 1964 setelah jasad nya diangkat dari sumur, jenazahnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Madiun dan Magetan. Menurut Anda, apa yang membuat pengikut PKI itu begitu membenci para kiai dan santri sehingga mereka tega membunuhnya? Saat kejadian saya tak tahu mengapa itu terjadi. Namun, ketika saya mulai besar dan kuliah, saya mulai paham apa dan mengapa peristiwa pembantaian PKI di Madiun terjadi. Apalagi, pesantren kami ini semenjak dahulu adalah basis pergerakan. Leluhur kami adalah seorang pangeran dari Yogyakarta (Pangeran Kertopati) yang ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro. Dan, di pesantren ini pula Masyumi itu digagas. Jadi, lingkungan kami adalah orang yang paham dunia pergerakan. Nah, setelah lepas dari situasi itu, dan ketika saya mulai kuliah saya makin paham dengan situasi politik. Mulai tahun 1960-an, agitasi politik dari PKI memang terus menaik tinggi. Dan, sama dengan tahun 1948, agitasi itu juga mulai menargetkan dan menyerang posisi kiai yang katanya jadi bagian tujuh setan desa karena punya tanah luas. Kalau begitu, peristiwa 1948 terus terbawa-bawa hingga 1965? Peristiwa penculikan di September 1948, di mana anggota PKI menipu kami dengan mengajak Kiai Mursyid berunding dan kemudian menculik dan membunuhnya, itu berbekas di hati. Ketika semakin besar, saya kemudian mencari jawabannya, misalnya dengan memperlajari sejarah revolusi kaum buruh di Rusia atau revolusi Cina yang dipimpin Mao Zedong. Di situlah, saya tahu Muso itu muridnya Lenin yang lari ke Moskow setelah memecah Syarikat Islam. Dan dari situ pula, saya yakin bila partai komunis itu partai yang bersenjata yang siap merebut kekuasaan kapan saja ketika waktunya tiba. Di desa-desa sekitar Takeran, semenjak perayaan ulang tahun PKI tahun 1964, terdengar seruan bagi-bagi tanah. Sebutan setan desa muncul di mana-mana. Saat itulah, kami yakin peristiwa seperti 1948 akan terjadi lagi dan bisa dipastikan akan terjadi kapan saja. Maka untuk mengenang para korban kebiadaban, kejahatan dan kebengisan PKI, setiap tanggal 30 September, kami selalu mengadakan acara Doa bersama, pemutaran film G-30 S/PKI dan tentunya ziarah ke makam pahlawan serta dibeberapa tempat yang dijadikan pembantaian PKI. (fq)

Read More

Baca Doa ini Sebanyak 3 Kali Sehari Agar Terhindar Dari Sifat Riya

Jakarta – 1miliarsantri.net : Riya adalah salah satu bentuk kegiatan yang kita lakukan untuk memamerkan amal, ibadah, prestasi atau sesuatu hal kepada orang lain dengan tujuan mendapat pujian dan penghargaan darinya. Riya juga merupakan perbuatan hati yang tercela, bahkan riya itu dianggap sebagai asy-syirk al-ashgar (syirik kecil). Terkadang, perbuatan riya sendiri ingin dilihat hebat atau saleh di depan orang lain. Misalnya saja ketika membicarakan ibadah kepada orang lain dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam sangat tidak menyukai umatnya yang senantiasa memamerkan segala bentuk ibadah dan amalannya kepada orang lain. Tentu sebagai umat yang beriman, tentu kita tidak ingin ada riya dalam diri kita saat beribadah kepada Allah SWT. Maka dari itulah, Islam mengajarkan doa supaya kita terhindar dari perbuatan riya saat ibadah. Pendakwah Buya Yahya mengungkap sebuah doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah. Doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah ini dianjurkan Rasulullah dan dibaca sebanyak tiga kali sehari. Selain itu, doa ini juga sangat cocok diamalkan disaat diri kita merasa ingin melakukan riya dan ingin dipuji. Buya Yahya yang juga pendiri pondok pesantren Al Bahjah, Cirebon ini mengungkap doa agar kita terhindar dari penyakit riya saat melakukan ibadah. Doa agar terhindar dari riya ini merupakan doa sering dipanjatkan Nabi. “Nabi mengatakan, ayo baca ini kalau takut riya,” kata Buya Yahya. Adapun doa supaya kita terhindar dari perbuatan riya saat ibadah seperti berikut ini: “Allaahumma Innaa Na’udzu bika min an Nusyrika bika wa Syaan Na’lamuhuu wa Nastaghfiruka Limaa Laa Na’lamuhu” Yang artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu atas apa yang tidak kami ketahui. Doa ini juga bagus dibaca saat diri kita terdapat potensi atau merasa ingin melakukan riya. “Kami sadar ini nggak boleh, tapi kadang-kadang kami sengaja menikmati agar amal saya dilihat oleh orang, kan begitu,” sambung Buya. Jika sudah ada rasa ingin melakukan riya, maka segera meminta ampun kepada Allah dengan membaca doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah. Doa agar kita terhindar dari riya saat melakukan ibadah ini dianjurkan Rasulullah agar dibaca sebanyak tiga kali sehari. “Baca doanya tiga kali sehari minimal atau disaat kita merasa ada guncang pengen riya,” pungkas Buya Yahya. (gus)

Read More

Pelaksanaan Haji Sudah Selesai, 3 Jamaah Haji Indonesia Hilang

Makkah – 1miliarsantri.net : Puncak ibadah haji memang sudah lewat lebih dari sepekan, namun fase di Arafah dan Mina masih menyisakan cerita duka. Ada tiga jamaah haji Indonesia yang terpisah dari rombongan saat di Masyair dan hingga kini belum diketahui keberadaannya. Mereka semua adalah jamaah lanjut usia dan tercatat menderita demensia. Mereka adalah Idun Rohim Zen (87) dari Embarkasi Palembang Kloter 20 (PLM 20), Suharja Wardi Ardi (69) dari Embarkasi Kertajati Kloter 10, dan Niron Sunar Suna (77) dari Embarkasi Surabaya Kloter 65 (SUB 65). Kendati sama-sama hilang di kawasan Masyair (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), tetapi mereka memiliki cerita awal mula lepas dari rombongan secara berbeda-beda. Fakta ini terungkap dari keterangan ketua kloter masing-masing berdasarkan laporan dari jamaahnya. Ketua Kloter 20 Embarkasi Palembang Maytizah Husna menjelaskan, Idun terakhir kali meminta izin kepada dirinya untuk ke toilet pada 27 Juni 2023, sekitar pukul 15.30 Waktu Arab Saudi (WAS), atau sore hari di tengah masa wukuf di Arafah. Sejak itu pula Idun belum kembali bersama kloternya. Sedianya, Idun bersama rombongannya pulang dari Tanah Suci pada 29 Juli nanti. “Ketika itu, izin ke toilet dan tak mau ditemani. Setelah itu, hilang sampai sekarang. Kita sempat sisir waktu itu di maktab di Arafah, tidak ketemu,” kata Maytizah, Jumat (07/07/2023) petang, di sela proses pencarian di kawasan Arafah. Dengan demikian, keberadaan Idun belum jelas ketika rombongannya siap-siap menuju Muzdalifah pada malam harinya. Begitu juga dengan Suharja Wardi. Menurut Ketua Kloter 10 Embarkasi Kertajati (KJT 10) Cece Moh Yahya, hilangnya Suharja bermula ketika Suraja bersama istrinya mengambil wudhu menjelang shalat dhuhur waktu wukuf di Arafah. “Pak Suharja lebih dulu, lalu istrinya masuk. Saat istrinya keluar, suaminya sudah tidak ada,” kata Cece, Sabtu (08/07/2023). Petugas pun saat itu langsung melakukan pencarian di area maktab sembari berkoordinasi dengan petugas-petugas terkait. Berbeda dari Idun dan Suharja yang hilang di Arafah, Niron terpisah dari rombongannya ketika berada di Mina pada tanggal 29 Juni 2023 (11 Dzulhijjah). Kala itu Niron beserta rombongan KBIH Nurul Haramain melaksanakan lontar jumrah hari kedua yang dilaksanakan setelah subuh. Sebenarnya jadwal mereka lontar jumrah adalah pada sore hari pukul 17.30 WAS. “Sejak perjalanan dari Mina ke Jamarat, Bapak Niron masih berkumpul dengan rombongan, akan tetapi setelah pulang ke Mina, sesampai di tenda, Bapak Niron tidak terlihat bersama rombongan lagi, tertinggal dari rombongan,” kata Ketua Kloter 65 Embarkasi Surabaya Hartono Sunayar Kemi, Sabtu (08/07/2023). Karena tak kunjung pulang ke tenda sampai sore hari, sang istri pun melapor kepada Hartono selaku Ketua Kloter. Informasi tersebut kemudian diteruskan kepada Seksi Layanan Perlindungan Jamaah (Linjam) PPIH (Petugas Penyelenggara Ibadah Haji) Arab Saudi di Mina. Hartono mengaku, sejak itu pula proses pencarian terus pihaknya lakukan dengan berkoordinasi ke Sektor 7, PPIH Embarkasi SUB, bahkan ke PPIH Daerah Kerja Makkah. Namun, ikhtiar itu belum membuahkan hasil, hingga pada 5 Juli sore ada laporan bahwa tas paspor, kalung identitas, dan baju Niron ditemukan. “Walhasil barang dan identitas itu benar adanya milik Bapak Niron, akan tetapi Bapak Niron-nya sampai saat ini, tanggal 8 Juli 2023, belum diketemukan,” ujar Hartono. Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Haji (Kabid Linjam) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Harun Al Rasyid mengaku ia bersama tim terus melakukan pencarian kepada tiga jamaah yang hilang. NU Online berkesempatan dua hari ikut melakukan pencarian ke sudut-sudut toilet dan tenda di Arafah, bahkan hingga ke atas Jabal Rahmah. Tak hanya itu, petugas Linjam juga menyisir seluruh rumah sakit di Makkah dengan memeriksa nama-nama pasien, juga masuk ke kamar-kamar jenazah untuk mencocokkan data, baik pada jenazah yang ma’lum (jelas identitasnya) maupun yang majhul (belum teridentifikasi). Sebetulnya laporan jamaah hilang bukan hanya tiga orang. Hanya saja, jamaah-jamaah lain itu berhasil ditemukan, baik dalam keadaan sehat maupun sedang rawat inap di rumah sakit atau bahkan sudah ada di kamar jenazah. PPIH Arab Saudi akan berkoordinasi dengan pihak forensik di Makkah dan kepolisian Arab Saudi untuk bisa membantu melakukan pencarian. Kasus semacam ini juga bukan kali pertama. “Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, memang pasca-Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) hal-hal seperti ini kerap terjadi. Namun berdasarkan pengalaman, di akhir-akhir mereka diketemukan,” ujar Harun. Harun memastikan ikhtiar pencarian tidak akan berhenti, bahkan ketika seluruh jamaah haji sudah pulang ke Tanah Air. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan kepolisian Arab Saudi dan KJRI sebagai perwakilan Indonesia di Arab Saudi. (dul)

Read More