Habib Lutfi : Ini Sebenarnya yang dimaksud Tasawuf

Pekalongan — 1miliarsantri.net : Ketua Forum Ulama Sufi Dunia, Habib Luthfi bin Yahya meluruskan pandangan orang terhadap dunia tasawuf. Hal ini disampaikan Habib Luthfi dalam acara penutupan Muktamar Sufi Internasional di Sahid Convention Center Pekalongan pada Kamis (31/08/2023) lalu. Rais Aam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (Jatman) ini menjelaskan, jika masih ada yang beranggapan bahwa orang yang menggeluti dunia tasawuf hanya berkutat pada urusan akhirat dan takut pada dunia, maka perlu diluruskan. Karena, menurut dia, pemahaman seperti itu tidak tepat. “Kemungkinan masih banyak memahami dalam dunia tasawuf kalau orang tasawuf itu pandainya duduk, pandainya memutar tasbih, kurang peduli, sehingga jarang orang yang mau masuk tasawuf karena orang kalau sudah masuk tasawuf takut kepada dunia,” urai Habib Luthfi dikutip dari laman resmi Jatman, Sabtu (02/09/2023). Dia menjelaskan, tasawuf itu tazkiyatul qulub, yakni untuk membersihkan hati. Jika hati kita ini bersih, maka hal-hal yang selalu menghalangi-halangi hubungan kita kepada Allah itu akan sirna dengan sendirinya. “Kita setiap hari tidak lepas dari membersihkan fisik. Dari mulai mandi sampai wudhu sampai cuci muka. Tapi kapan kita akan membersihkan hati? Dengan apa cara membersihkan hati? Jelas peranan tarekat di sini sangat diperlukan sekali. Yang tidak terlepas dalam dunia tarekat ada tazkiyatil qulub, untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang luar biasa,” sambungnya. Menurut dia, tasawuf membersihkan hati dari penyakit hati seperti hasud, takabbur, dengki, dan penyakit senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. “Mungkin senang kalau melihat negara ini pecah belah, rakyat tidak akur, ramai, dan gembira sekali. Ini penyakit-penyakit hati yang sangat mengerikan,” imbuhnya. Dia pun mengingatkan bahwa ulama tasawuf juga mampu ikut serta dalam pembangunan berbagai sektor mulai ekonomi, pertanian, sampai dengan ketahanan dan pertahanan nasional. “Pasti ulama-ulama di manapun negara ini, dengan cintanya kepada tanah airnya, pasti akan menjadi contoh yang luar biasa,” jelas Habib Luthfi. Dengan begitu, tambah dia, maka kemandirian akan terwujud di berbagai aspek kehidupan dengan menumbuhkan berbagai langkah yang memberikan maslahat kepada umat. “Mampu tangan di atas, bukan tangan di bawah,” pungkas Habib Luthfi. (zen) Baca juga :

Read More

KH Kafabih : Indonesia itu Negara Yang Sangat Luar Biasa

Surabaya — 1miliarsantri.net : Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri, KH Abdullah Kafabihi Mahrus atau yang akrab disapa Kiai Kafabih menegaskan, Indonesia adalah negara yang aman di tengah keyakinan bangsanya yang tidak tunggal. Demikian juga dengan warna kulit dan budayanya yang cukup kaya. Menurutnya, tak sedikit negara luar yang akhirnya datang ke Indonesia untuk menggali lebih jauh terkait upaya Indonesia menjaga persatuan di antara bangsanya. “Kita hidup di Indonesia itu merupakan anugerah. Indonesia adalah negara yang aman sehingga banyak sekali orang (luar) yang datang ke Indonesia,” terangnya kepada 1miliarsantri.net Jumat (01/09/2023). Kiai Kafabih mengajak kepada masyarakat Indonesia untuk mensyukuri anugerah Allah swt yang telah menjadikan Indonesia sebagai negara aman dan dijaga dari perpecahan-perpecahan. Persatuan dan kesatuan hendaknya terus menjadi karakter bangsa dalam membangun Indonesia ke depan. “Maka negara aman inilah yang harus kita syukuri,” jelasnya. Banyak cara yang bisa dilakukan warga Indonesia sebagai wujud syukur atas anugerah tersebut. Kiai Kafabih menyampaikan, salah satunya adalah dengan terus menghormati perjuangan para pahlawan yang telah berjibaku mengusir para penjajah di zamannya. Menaruh hormat kepada mereka dapat diwujudkan dengan sebuah tanggung jawab terhadap keberlangsungan Indonesia yang maju. “Arti syukur di sini bagaimana kita mengisi kemerdekaan kita supaya mendatangkan hal-hal yang positif, yang bermanfaat bagi negara dan bangsa. Sebab diharapkan ke depan Indonesia merupakan negara yang maju, sejahtera, (lebih) damai, dan (lebih) aman,” ungkapnya. Dalam mewujudkan hal itu, ia menegaskan bahwa warga Indonesia sudah memiliki bekal utama, yakni akhlak mulia yang sudah menjadi karakter yang kuat. Perangai ini menurutnya satu hal yang bisa manciptakan sikap saling menghargai perbedaan di tengah masyarakat Indonesia. Dan pada waktu yang sama, persatuan akan semakin kuat. “Orang Indonesia yang terkenal dengan akhlaknya, dengan sopan santunnya, yang ini sesuai dengan visi-misi Rasulullah diutus oleh Allah. Beliau mengatakan; innama bu’itstu liutammima makarimal akhlak”, (saya diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak),” sambungnya. Bahkan dalam Islam, imbuhnya, akhlak itu tidak hanya berlaku kepada sesama manusia, tapi kepada hewan pun juga ada aturan-aturan yang harus dipatuhi. “Sekalipun pada hewan kita harus baik, kita harus kasih sayang. Apalagi dengan manusia yang mana Islam mengedepankan kasih sayang,” tuturnya. Demikian itu, juga telah menjadi pegangan para leluhur atau nenek moyang bangsa Indonesia. Kiai kafabih mengajak masyarakat untuk meneladani akhlak mereka. Perkembangan media sosial yang memberikan kebebasan bersuara dan berinteraksi itu menurutnya jangan sampai menggeser sikap terpuji yang sudah ditanamkan oleh para leluhur. “Orang-orang dahulu mengajarkan kepada kita semua sopan santun berakhlak mulia. Namun di era sekarang, ini kadang-kadang karena medsos kadang kata kasar keluar, misuh-misuh keluar. Dengan hal ini kita harus hati hati, sebab yang kita ikuti Rasulullah saw,” pungkasnya. (har) Baca juga :

Read More

Ibu Melahirkan Termasuk Jihad Yang Paling Utama

Jakarta — 1miliarsantri.net : Wakabid Penyelenggaraan Peribadatan BPMI, KH Abu Hurairah Abd Salam, mengungkapkan, ada 36 ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang jihad dalam berbagai dimensi. Semua ayat tersebut menunjukkan jihad tidak bisa dipisahkan dari agama Islam, karena merupakan fakta sejarah yang terdokumentasikan dalam Al-Qur’an. “Namun Al-Qur’an juga memberikan begitu banyak ketentuan, hukum, aturan, syariat serta pesan-pesan moral terkait dengan jihad ini,” kata Abu Hurairah dikutip Jumat (01/09/2023). Tapi sayang, banyak orang yang minim ilmu mengambil pesan jihad dalam Al-Qur’an sepotong-sepotong. Bahkan, ada kecenderungan menggunakan sebagian ayat Al-Qur’an dan meninggalkan ayat-ayat lainnya, persis seperti apa yang dilakukan para ahli kitab pada masa lalu. Abu Hurairah menegaskan, jihad bukan menyerang orang, melukai orang, menghilangkan nyawa orang yang tidak berdosa, atau melakukan bom bunuh diri. Sebab, dalam konteks peperangan sekalipun, jihad bukan memerangi, tetapi membela diri ketika diserang. Kalau diserang tidak mungkin diam saja. “Jika negara kita diserang maka wajib hukumnya untuk bangkit membela, niatkan karena Allah SWT, itulah yang dimaksud dengan jihad. Makanya orang tua dan guru kita Hadratus Syeikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari pernah mengeluarkan resolusi jihad, saat kita melawan penjajah karena konteksnya membela negara bukan menyerang,” ujar Abu Hurairah. Dia menjelaskan, makna Jihad tidak harus bentuknya perang. Namun, bukan berarti Islam itu anti perang. Itu karena jika Islam tidak punya konsep perang, pasti akan bingung saat berjuang melawan dan mengusir penjajah. “Jihad dalam makna perang itu adalah pilihan terakhir dan penting untuk diingat bahwa jihad itu bukanlah bertujuan untuk melakukan kekerasan, membunuh, merusak, membakar dan lain-lain,” tutur ABu Hurairah. Jika dalam keadaan damai seperti saat ini, jihad bermakna sangat luas. Makna itu tidak boleh dipersempit. Seorang ibu yang tengah mengandung lalu merawat kandungan dengan baik sampai melahirkan adalah jihad fi sabilillah. “Seorang ayah yang keluar mencari nafkah apapun profesinya, sepanjang diniatkan untuk ibadah itu juga adalah jihad fi sabilillah,” ucapnya. Makna jihad ataupun syahid sangat luas. Siswa yang tengah belajar sepanjang diniatkan untuk ibadah kepada Allah, maka itu adalah jihad fi sabilillah. Kalau wafat tentu mati syahid. Semua aktivitas dan pekerjaan yang diniatkan untuk ibadah kepada Allah, maka itu adalah jihad fi sabilillah. “Jadi yang dimaksud oleh Al-Qur’an dan Sunnah dengan jihad itu adalah berjuang menggunakan segala kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi musuh agama dan musuh kemanusiaan di berbagai bidang, obsesi, penyakit, kemiskinan, keterbelakangan dan hal-hal lain,” ujar Abu Hurairah. Maka itu, dia menegaskan, jihad tidak selalu identik dengan peperangan, terutama dalam keadaan dan situasi yang damai. Jihad umat Islam saat ini adalah membantu mereka yang tidak punya, membantu yang memiliki keterbatasan, ikut mencerdasakan kehidupan bangsa serta ikut andil dalam membangun, memajukan dan mengharumkan bangsa Indonesia di mata dunia. (yan)

Read More

KH Miftachul Akhyar : Biasakan Berkata dan Berdoa Yang Baik dan Benar

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengajak masyarakat membiasakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bertutur dengan ucapan yang baik, termasuk di dalam berdoa. Ada waktu-waktu yang mustajab dalam setiap pergantian masa. Dikhawatirkan, doa yang jelek itu terucap tepat pada waktu yang memang mudah dimakbul oleh Allah swt. “Kalau kamu memohon kepada Allah atau menginginkan sebuah cita-cita, periksa cita-cita itu, jangan cita-cita yang remeh murahan, isi doa yang penting. Jaga mulutmu dari ucapan yang jelek. Kenapa? Kalau harapan itu tepat pada waktu yang mustajabah, ya malapetaka,” terang Kiai Miftach di kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar dikses Kamis (31/08/2023). Penjelasan ini dijabarkan Kiai Miftach saat mengurai maksud sebuah hadits Rasulullah SAW yang ada di Kitab Jami’ As-Shogir, sebagaimana berikut: “Rasulullah saw bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian mempunyai cita-cita, maka lihatlah apa yang dia cita-citakan, kerana dia tidak mengetahui apa yang ditulis (ditakdirkan) tentang cita-citanya”. Hadits dengan kualifikasi sanad hasan ini dijelaskan KH Miftachul Akhyar, memberi pesan bahwa hendaknya seseorang berhati-hati dalam berdoa atau bercita-cita. Permohonan yang disandarkan kepada Allah swt harus benar-benar dipastikan baik, bukan sebaliknya. Menurut Kiai Miftach, ulama memberikan banyak pandangan soal waktu-waktu yang mustajabah. Dengan demikian, perbedaan itu yang semestinya memacu kalangan Muslim khususnya untuk terus berdoa memohon kepada Allah untuk mewujudkan harapan-harapan baiknya. “Kita tidak tahu kapan waktu mustajabah. Oleh karena itu kalau doa, sehari semalam isi dengan doa, karena dalam sehari semalam akan ada saat yang mustajabah. Kapan? Kita tidak tahu. Ada yang mengatakan setelah Ashar, ada yang mengatakan mendekati Maghrib, ada yang mengatakan waktu matahari mau terbenam,” ungkapnya. Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur ini juga mengajak kepada orang tua agar tidak sampai mendoakan anaknya dengan hal-hal yang kurang pantas. Kendati dalam kondisi marah karena ulah buah hatinya. “Termasuk orang tua memarahi anak-anaknya mengeluarkan kata-kata yang jelek, disebut anak yang durhaka misalnya. Ini kalau tepat pada saat mustajabah, wah ini malapetaka,” tuturnya. Kiai Miftach kemudian mengurai hadits sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abi Daud tentang larangan berkata jelek kepada seorang anak, saudara, dan orang lain yang dikenal. “Karena ada haditsnya, jangan kalian mendoakan jelek kepada anak-anakmu, saudara-saudaramu, siapapun yang engkau kenal, takutnya atau khawatirnya doa yang jelek itu pas deng saat mustajabah,” pungkasnya. (yat) Baca juga :

Read More

Keutamaan Menempati Shof Terdepan dalam Sholat Berjamaah

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Sebagaimana diketahui dimana jamaah shalat yang menempati urutan shaf terdepan akan mendapatkan keutamaan dibandingkan lainnya. Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah SAW sebelumnya, seperti apa keutamaannya? Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصُّفُوفِ الْمُتَقَدِّمَةِ “Allah dan para Malaikatnya bershalawat pada orang-orang yang berada di shaf-shaf terdepan” (HR. An Nasa-i no. 810. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i). Di samping itu, dalam riwayat lain disebutkan: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ “Allah dan para Malaikatnya bershalawat pada orang-orang yang berada di shaf pertama” (HR. Ahmad no.18152, Ibnu Majah 825) Rasullah SAW menganjurkan umatnya untuk sholat tepat waktu, berjamaah di Masjid. Banyak fadilah bagi siapa saja yang istiqomah sholat berjamaah di masjid, salah satunya dia akan memiliki cahaya di atas cahaya. “Jika seorang muslim menjaga salat berjamaah maka dia akan memiliki cahaya di atas cahaya. Apabila salat berjamaah dilaksanakan di masjid maka akan sempurna cahayanya, sehingga keberuntungan dan ke bagian akan dirinya,” tulis Dr Musthafa Dieb Al-Bugha Syekh Muhyidin Mistu dalam kitabnya “Al-Wafi, Syarah Hadist Arba’in Imam An-Nawawi.” Orang yang sholat berjamaah, dia akan masuk surga bersama muqarrabin dan orang-orang baik. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang sholat lima waktu secara berjamaah, maka dia akan melewati shirat (jembatan) seperti kilat yang berkilau, dia berada dalam golongan As-Sabiqun (para pendahulu). Pada hari kiamat, dia datang dengan wajah bagaikan bulan di malam purnama” (Riwayat Ath-Thabarani). (yus) Baca juga :

Read More

Peristiwa Ketika Kaum Musyrik Tidak Berdaya Menghadapi Umar bin Khattab

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Fase dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Makkah tidaklah mudah. Kebanyakan Muslimin ketika itu berasal dari golongan yang miskin atau kawula biasa. Sementara itu, musyrikin Quraisy menguasai pemerintahan kota itu sehingga leluasa mengekang syiar agama Islam. Dalam situasi demikian, Rasulullah SAW pernah memanjatkan doa, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari (kedua ini), Amr bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar bin Khattab.” Belakangan tersingkap jelas bahwa Allah SWT mengabulkan munajat tersebut. Adapun lelaki yang dikehendaki-Nya untuk menerima hidayah adalah yang tersebut akhir. Ada beragam riwayat tentang masuk Islamnya Umar bin Khattab. Yang paling populer adalah kisah tentang pria dari Bani Adi itu hendak membunuh Rasulullah SAW dengan sebilah pedang. Dalam perjalanan, ia dicegat seorang kawannya yang ternyata telah berislam. Lantas, temannya itu berkata bahwa beberapa orang terdekat justru sudah menyatakan iman kepada Nabi SAW. Termasuk di antara mereka adalah saudara perempuan Umar, Fatimah. Maka lelaki berbadan tinggi-besar itu tidak jadi menuju ke rumah Rasul SAW, melainkan kediaman saudarinya itu. Singkat cerita, Umar mengamuk hingga menampar wajah Fatimah. Menyesali perbuatannya, ia lalu meminta mushaf Alquran yang sedang dipegang saudarinya itu. Lembaran itu ternyata memuat surah Thaha. Setelah membacanya, Umar dirundung keharuan yang begitu hebat. Hatinya tersentuh sehingga seketika menyatakan komitmen berislam. Itu kisah pertama. Namun, ada pihak yang meragukan kesahihan riwayat tersebut. Sejarawan Mesir Muhammad Husain Haekal, misalnya, lebih yakin terhadap cerita lain, yakni bahwa Umar masuk Islam karena secara tidak sengaja mendengarkan Rasulullah SAW. Saat itu, beliau sedang membaca sebuah ayat Alquran di dekat Ka’bah. Apa pun versinya, yang pasti adalah keislaman Umar menjadi salah satu peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah. “Islamnya Umar bin Khattab adalah suatu pembebasan. Sebelum Umar memeluk Islam, kami tak dapat shalat di Ka’bah. Setelah dia menjadi Muslim, diperanginya mereka (orang-orang musyrik) sampai mereka membiarkan kami. Maka kami pun dapat melaksanakan shalat,” kata salah seorang sahabat, Abdullah bin Ma’sud. Sejak hari pertama menjadi Muslim, Umar memang tidak gentar. Langsung saja ia mengabarkan keimanannya pada seluruh warga Makkah. Caranya dengan menyuruh seorang yang paling “ringan” lisannya di seantero kota tersebut. Waktu itu, Jamil bin Ma’mar bagaikan media sosial pada masa kini. Apa saja yang didengar orang ini, pasti segera disiarkannya kepada sebanyak-banyaknya orang. Maka Umar sengaja memberi tahu keislamannya kepada Jamil. Seketika, si juru berita lari, lantas naik ke bukit Makkah, sembari berteriak, “Wahai Quraisy! Umar telah menjadi murtad!” Mendengar seruan itu, Umar naik pitam. Baginya, kata-kata Jamil telah memelintir fakta. Yang benar bukan bahwa dirinya murtad—berbalik dari kebenaran. Justru dia sudah berpaling dari sikap Jahiliyah, yakni menyembah berhala, dan kembali pada Islam sebagai jalan tauhid. “Bohong! Tetapi yang benar adalah saya sudah masuk Islam dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya,” sanggah Umar. Tak lama kemudian, area Ka’bah menjadi ramai. Orang-orang kafir berkumpul untuk mengecek kebenaran kabar islamnya salah seorang tokoh Quraisy. Umar sendiri yang menghadapi hujan pertanyaan dari mereka. “Ya mulai saat ini saya adalah pengikut Rasulullah Muhammad!” katanya tegas. Orang-orang terkesima. Awalnya, mereka hanya berani berdiri. Namun, ketika jumlahnya dirasa kian banyak, kaum musyrikin ini mulai mencaci-maki Umar. Bahkan, akhirnya mereka mengeroyok sang sahabat Nabi yang berjulukan al-Faruq itu. Seorang diri, Umar menghadapi mereka. Tiap pukulan dan tendangan dibalasnya dengan tinju yang lebih keras lagi. Begitu seterusnya hingga sore tiba. Lucunya, para pengeroyok itu kelelahan, sedangkan Umar masih berdaya dengan tenaga dan semangat yang semakin membara. Akhirnya, muncul seorang tua dari kejauhan. Dialah al-As bin Wail. Tokoh senior dari Bani Sahm itu berusaha melerai perkelahian ini. Katanya, “Islamnya Umar adalah urusannya sendiri. Dia masuk Islam atas pilihannya sendiri! Siapapun tidak berhak mencampuri hal itu!” Ucapan tersebut sebenarnya bukan pembelaan kepada Umar lantaran dirinya telah berislam. Al-As semata-mata ingat bahwa klannya sudah sejak lama menjadi sekutu Bani Adi, kabilah tempat al-Faruq berasal. Karena itu, hanya atas dasar fanatisme kesukuan ia melindungi Umar. Peristiwa pada sore itu menjadi kabar hangat keesokan harinya. Kaum Muslimin amat kagum pada keberanian dan kekuatan al-Faruq. Baru beberapa jam menjadi Muslim, semangatnya untuk menegakkan kebenaran di tengah kaum fasik sudah muncul dan dibuktikan langsung. (mif) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Menganjurkan Agar Selalu Bertobat Kepada Allah

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Setiap Muslim dianjurkan untuk senantiasa bertobat kepada Rabb nya. Terdapat sejumlah keutamaan bagi mereka yang bertobat. Di antaranya adalah hadits riwayat Abu Hurairah RA. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, aku mendengar Nabi ﷺ bersabda: إنَّ عَبْدًا أصابَ ذَنْبًا – ورُبَّما قالَ أذْنَبَ ذَنْبًا – فقالَ: رَبِّ أذْنَبْتُ – ورُبَّما قالَ: أصَبْتُ – فاغْفِرْ لِي، فقالَ رَبُّهُ: أعَلِمَ عَبْدِي أنَّ له رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ ويَأْخُذُ بهِ؟ غَفَرْتُ لِعَبْدِي، ثُمَّ مَكَثَ ما شاءَ اللَّهُ ثُمَّ أصابَ ذَنْبًا، أوْ أذْنَبَ ذَنْبًا، فقالَ: رَبِّ أذْنَبْتُ – أوْ أصَبْتُ – آخَرَ، فاغْفِرْهُ فقالَ: أعَلِمَ عَبْدِي أنَّ له رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ ويَأْخُذُ بهِ؟ غَفَرْتُ لِعَبْدِي، ثُمَّ مَكَثَ ما شاءَ اللَّهُ، ثُمَّ أذْنَبَ ذَنْبًا، ورُبَّما قالَ: أصابَ ذَنْبًا، قالَ: قالَ: رَبِّ أصَبْتُ – أوْ قالَ أذْنَبْتُ – آخَرَ، فاغْفِرْهُ لِي، فقالَ: أعَلِمَ عَبْدِي أنَّ له رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ ويَأْخُذُ بهِ؟ غَفَرْتُ لِعَبْدِي ثَلاثًا، فَلْيَعْمَلْ ما شاءَ “Sesungguhnya seorang hamba melakukan suatu dosa –atau beliau bersabda: berbuat dosa- lalu ia berkata, ”Wahai Rabb-(ku), aku telah melakukan (dosa) maka ampunilah aku.” Rabb-nya berfirman, ”Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang (mampu) mengampuni dosa dan (mampu pula) menyiksa (karena dosa yang telah dilakukan)nya? Aku telah mengampuni (dosa) hamba-Ku.” Lalu berhentilah ia (dari melakukan dosa hingga waktu yang) dikehendaki oleh Allah SubhanahuwaTa’ala. Kemudian ia melakukan dosa, atau berbuat dosa, (lagi) lalu dia berkata, ”Wahai Rabb-(ku), aku telah berbuat atau melakukan (dosa) yang lain maka ampunilah dosa(ku).” Rabb-nya berfirman, ”Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang (mampu) mengampuni dosa dan (mampu pula) menyiksa (karena dosa yang telah dilakukan)nya? Aku telah mengampuni (dosa) hamba-Ku.” Lalu berhentilah ia (dari melakukan dosa hingga waktu yang) dikehendaki oleh Allah subhanahuwata’ala. Kemudian ia melakukan dosa, atau berbuat dosa, (lagi) lalu ia berkata, ”Wahai Rabb-(ku), aku telah berbuat atau melakukan (dosa) yang lain maka ampunilah dosaku.” Rabb-nya berfirman, ”Apakah hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang (mampu) mengampuni dosa dan (mampu pula) menyiksa (karena dosa yang telah dilakukan)nya? Aku telah mengampuni (dosa) hamba-Ku tiga kali, maka silahkan ia melakukan apa yang dikehendakinya.” (HR Bukhari Juz 6: 7068, lafaz ini miliknya dan Muslim Juz 4) (yus) Baca juga :

Read More

Nasehat Imam Ghazali Terkait Pekerjaan Yang Dilakukan dengan Sungguh-sungguh

Jakarta — 1miliarsantri.net : Bekerja dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga adalah bagian dari ibadah. Sehingga dengan cara ini seorang Muslim bisa dikata akan dapat menjaga kehormatannya dan tidak menjadi orang yang meminta-minta dan membebani orang lain. Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayat al-Hidayah bahkan menjelaskan bahwa ketika seorang Muslim tidak mampu masuk dalam kategori kelompok para menuntut ilmu yang mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain, dan tidak juga mampu masuk kategori kelompok orang ahli dzikir yang mengamalkan dzikir secara konsisten, serta tidak juga mampu masuk dalam kategori orang yang mendermakan hasil usahanya untuk kemaslahatan umat dan syiar Islam, maka paling minimal hendaknya masuk dalam kategori kelompok orang yang menyibukan hari-harinya dengan bekerja untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Dengan begitu seorang Muslim akan terhindar dari meminta-minta pada orang lain dan menjadi beban orang lain. Selain itu bila tidak sanggup masuk pada kategori ahli ilmu, ahli dzikir, atau dermawan, maka hendaknya minimal memastikan keamanan dan keselamatan Muslim lainnya dari diri sendiri. Maksudnya memastikan agar jangan sampai diri kita sendiri menyakiti Muslim lainnya dengan lisan atau dengan perbuatan. Dan minimal jangan sampai melakukan maksiat-maksiat. Dengan itu semua, maka seorang hamba meski tidak masuk derajatnya golongan as sabiqun (derajatnya para kekasih Allah) paling tidak akan masuk derajatnya Ashabul Yamin, yakni golongan kanan yang selamat dunia dan akhirat) أن لا تقوى على ذلك ، واشغلت بحاجتك اكتسابا على نفسك وعلى عيالك ، وقد سلم المسلمون منك وأمنوا من لسانك ويدك ، وسلم لك دينك ، إذ لم ترتكب معصية ، فتنال بذلك درجات أصحاب اليمين ، إن لم تكن من أهل الترقي إلى مقامات السابقين ، وهذه أقل الدرجات في مقامات الدين ، Artinya: “Bila engkau tidak kuat itu semua (seperti disebutkan pada pembahasan sebelumnya yakni untuk menuntut ilmu dan mengamalkan serta mengajarkannya, berdzikir, dan mencari nafkah yang sebagian hasilnya diberikan untuk kemaslahatan umat, membantu perjuangan dakwah dan lainnya), maka sibuklah engkau dengan mewujudkan hajatmu sendiri karena usaha atas dirimu sendiri dan untuk keluargamu. (Dengan itu) sungguh telah memastikan selamat orang-orang Muslim darimu, dan aman setiap Muslim dari lisanmu dan tanganmu, dan selamat agamamu karena engkau tidak melakukan maksiat. Maka engkau akan memperoleh dengan itu semua derajatnya Ashabul Yamin (golongan kanan, yakni kaum yang baik dan selamat dunia akhirat) bila tidak masuk ahli yang menaiki ketingkatan as sabiqun. Ini (orang yang bekerja untuk hajatnya) adalah sedikit-sedikitnya derajat dalam kedudukan agama. (yan) Baca juga :

Read More

Setiap Muslim Pasti Menginginkan Meninggal Secara Husnul Khotimah

Surabaya — 1miliarsantri.net : Seluruh umat muslim pasti mendambakan diakhir hidupnya akan meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah, salah satu karunia terindah yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yakni menutup kehidupan dengan kebaikan. Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc,MA mengatakan tidak heran bila semua orang berharap mendapatkan karunia istimewa tersebut. “Hal yang terkadang belum disadari oleh banyak orang adalah bahwa husnul khatimah itu harus diupayakan, bukan didapatkan secara cuma-cuma, atau sekedar dengan penantian belaka,” terang Ustadz Abdullah kepada 1miliarsantri.net, Ahad (27/08/2023). Ustadz Abdullah menjelasakan beberapa bentuk ikhtiar untuk meraih husnul khatimah, di antaranya pertama merutinkan kebaikan dan mengistiqamahkannya dalam kehidupan. Sebab kita tidak tahu kapan malaikat maut datang mencabut nyawa. “Jika kita sudah terbiasa rutin melakukan amal saleh, maka potensi untuk wafat saat sedang melakukan amal saleh itu terbuka lebar,” kata dia sembari mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: «أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا، وَإِنْ قَلَّ» “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang rutin dilakukan, sekalipun itu sedikit.” (HR Bukhari (no 6464) dan Muslim (no 783) dari Aisyah radhiyallahu ‘anha). Hadits di atas bukan sedang melarang kita beramal banyak-banyak, namun sedang mengajak untuk mulai beramal dengan kadar yang kita mampu sekalipun sedikit, lalu berupaya untuk merutinkannya. “Setelah terbiasa, baru kemudian tingkatkan volumenya. Sebab orang yang baru mulai beramal, lalu dia memaksakan diri langsung banyak, biasanya akan kaget, merasa keberatan dan mungkin kapok. Akibatnya malah bakal dia tinggalkan,” lanjutnya. Maka rutinkanlah menghadiri pengajian, menunaikan sholat lima waktu, berbakti kepada orang tua, bertutur kata baik, membaca Alquran, serta amal-amal saleh lainnya. “Semoga saat diwafatkan Allah SWT, kita sedang menjalankan kebaikan itu,” ucap Ustadz Abdullah mendoakan. Imam Ibn Katsir rahimahullah (w 774 H) menjelaskan, “Barang siapa yang memiliki suatu kebiasaan; niscaya ia berpotensi untuk wafat saat menjalankan kebiasan tersebut”. Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk menghindari keburukan, terlebih menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. Sekecil apapun keburukan tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan: «إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ» “Jauhilah dosa-dosa yang dianggap remeh. Sungguh bila itu menumpuk, niscaya bakal membinasakan pelakunya.” (HR Ahmad (no 3818) dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dan isnadnya dinilai baik oleh al-‘Irâqiy) Sebab orang yang terus menerus melakukan maksiat, maka dia berpeluang untuk dicabut nyawanya saat tengah menjalankan maksiat tersebut. Na’ûdzu billâh min dzâlik. Baik maksiat itu dilakukan terang-terangan di depan khalayak, ataupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi di kamar sendiri. Baik itu dosa yang dikerjakan oleh anggota tubuh kita seperti mata, telinga, mulut, tangan dan kaki. Ataupun dosa yang tersimpan di dalam hati, semisal riya, iri, sombong dan lain-lain. Ustadz Abdullah mengaku, Memang tidak ada manusia biasa yang suci dari dosa. Namun Muslim tertuntut untuk berupaya maksimal menjauhinya. Dengan cara menjauhi orang, tempat, acara dan benda yang berpotensi menyeret kita kepada maksiat. Menurut dia, jika sudah berusaha maksimal menjauhi dosa, tapi tetap saja terjerumus, maka solusinya adalah bersegera untuk menebusnya dengan taubat dan amal saleh. “Lakukan saat itu juga, tanpa ditunda-tunda. Sebab kita ‘berkejaran’ dengan malaikat maut. Bila kita bergegas untuk bertaubat dan beramal saleh, lalu saat itu nyawa kita dicabut, maka semoga itu pertanda husnul khatimah. Sebab aktivitas terakhir kita sebelum mati, ad alah tobat dan amal saleh, bukan maksiat,” pungkad Ustadz Abdullah. (har) Baca juga :

Read More

UAH : Tips Menghilangkan Kebiasaan Nonton Blue Film ada Dalam Al Qur’an

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH), memberikan tips berhenti dari candu nonton film blue berdasarkan informasi dari Al-Qur’an. Menonton film porno bisa menjadi candu bagi segelintir orang. Jika sudah kecanduan, maka tak sedikit dari mereka yang sulit untuk lepas dari kebiasaan buruk tersebut. UAH menjelaskan, solusi bagi orang yang mau menghilangkan kebiasaan menonton film bokep ada dalam Al-Qur’an. Tepatnya dalam Surah An-Nisa ayat 17. Ayat tersebut meminta umat manusia untuk kembali kepada Allah SWT. اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا “Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS An-Nisa: 17) UAH menjelaskan, Allah SWT selalu membuka pintu bagi siapapun selagi nyawa belum melewati tenggorokan. Termasuk kepada orang-orang yang terjebak dalam lingkaran hawa nafsu. “Sungguh taubat itu berlaku, kata Allah bagi orang-orang yang terinfeksi dengan penyakit keburukan, pekerjaan nafsu. Kalau ada orang yang digerakkan nafsu buruk, sampai terinfeksi, maka bertaubat,” terang UAH dalam kajiannya di kanal Indonesia Mengaji, Jumat (25/08/2023). Setelah memahami pengertian taubat, langkah selanjutnya adalah mengakui kesalahan, menyesali dan meninggalkan maksiat. Hal ini penting agar hati dan pikiran terisi dengan hal-hal yang baik. Hati selalu merasa dekat kepada Allah, sehingga takut jika melakukan maksiat. “Kalau orang terbiasa melihat yang halal, maka akan alergi dengan yang haram. Tapi kalau sering melihat yang haram, bukan mahram anda, melihat istri atau suami sendiri jadi nggak enak, hambar,” ujarnya. Selain itu, UAH mengingatkan efek buruk menonton film porno untuk tubuh. Dia menyebut menonton film tak senonoh tersebut lebih berbahaya dari narkoba. “Saya punya kawan, alumni dari Kanada jurusan syaraf, itu kita diskusi. Selain narkoba, yang paling bahaya adalah pornografi,” ungkapnya. Mengutip laman resmi RSUP Dr. Sardjito, pernyataan UAH tersebut memang benar. Pornografi memiliki efek buruk pada tubuh. Awalnya saat melihat pornografi, reaksi yang ditimbulkan adalah perasaan jijik. Hal itu terjadi karena manusia mempunyai sistem limbik. Sistem ini pula yang mengeluarkan hormon dopamin untuk menenangkan otak. Tetapi, dopamin juga akan memberi rasa senang, bahagia sekaligus ketagihan. “Dopamin mengalir ke arah otak bagian Pre Frontal Korteks atau PFC. PFC menjadi tidak aktif karena terendam dopamin. Karena terus dibanjiri dopamin, PFC akan semakin mengkerut dan mengecil dan lama-lama menjadi tidak aktif akibanya fungsi dari bagian otak ini semakin tidak aktif,” tulis laman resmi RSUP Dr Sardjito. (yus) Baca juga :

Read More