Tafsir Al Mishbah Mengenai Surat Al Mulk ayat 15 Menguraikan Lebih Lanjut Mengenai Rububiyat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Umat Islam harus senantiasa meyakini bahwa setiap ikhtiar dan doa akan membuahkan hasil. Sebab Allah SWT sesungguhnya telah memudahkan jalan bagi orang-orang yang mencari nikmat dan rezeki-Nya. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Al Mulk ayat 15: هُوَ الَّذِىۡ جَعَلَ لَـكُمُ الۡاَرۡضَ ذَلُوۡلًا فَامۡشُوۡا فِىۡ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِهٖ‌ؕ وَاِلَيۡهِ النُّشُوۡرُ “Huwal ladzi ja’ala lakumul ardha dzulalan famsyu fi manaakibiha wa kuluu min rizqihi wa ilaihinnusyur.” Yang artinya, “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Mishbah menjelaskan kelompok ayat-ayat ini menguraikan lebih lanjut mengenai rububiyat (betapa kuasa dan wewenang Allah dalam mengatur alam semesta). Maka setelah melalui ayat yang lalu yang berisi tentang penegasan Allah atas keluasan pengetahuan-Nya, kini melalui ayat ke-15 ditegaskan sekali lagi mengenai luthf yakni kemahalembutan-Nya dalam pengaturan makhluk. Melalui ayat tersebut, Allah memberi penegasan Dialah yang menjadikan kenyamanan hidup untuk manusia di bumi yang sedang dihuni. Sehingga manusia dapat menjadi mudah untuk melakukan aneka aktivitas. Baik itu bertani, berniaga, maupun mencari rezeki di bidang apapun. Ayat tersebut juga memberikan penegasan bahwa ketika seorang hamba berjalan atau beraktivitas di penjuru manapun di muka bumi, bahkan pegunungan sekalipun, Allah akan memberikan sebagian rezeki untuknya. Sebab tidak mungkin manusia bisa menghabiskan seluruh rezeki yang Allah turunkan melebihi dari kebutuhan manusia tersebut. Dalam memudahkan urusan manusia mencari rezeki, Allah menundukkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Baik itu binatang maupun alam semesta. Sehingga sudah sepatutnya bagi seorang hamba untuk senantiasa berikhtiar dan bertawakal. Yakinlah bahwa sekalipun dalam proses ikhtiar tersebut dijumpai kesulitan, namun sesungguhnya kemudahan dalam mencari rezeki selalu Allah selipkan. (yat) Baca juga :

Read More

Ketika Nabi Adam Sempat Lakukan Kesalahan ke Setan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sebelum Nabi Adam AS dan keturunannya diturunkan ke bumi dan diberikan amanah sebagai khalifah, dia hidup di surga bersama sejumlah makhluk Allah. Namun siapa sangka? Nabi Adam justru berbuat beberapa kesalahan. Sebagai umat pertama di muka bumi, Nabi Adam tak luput dari kesalahan. Salah satu kesalahan Nabi Adam yang langsung ditegur Allah adalah di saat dia menatap iblis dengan hina. Allah SWT telah mengariskan takdir-takdir makhluk-Nya. Namun demikian, makhluk itu sendiri-lah yang harus mencari jalan nasibnya untuk menemui takdir. Nabi Adam diciptakan Allah dengan takdir-Nya, yang mana kebaikan harus ditempuh selama menuju takdir tersebut. Seyed G Safavi dalam bukunya berjudul Struktur dan Makna Matsnawi Rumi menjelaskan, terdapat pesan utama batiniah yang disampaikan Jalaluddin Rumi dalam kitab Matsnawi-nya. Yakni pada bab kelima di episode Adam yang menatap dengan penghinaan kepada iblis. Nabi Adam langsung mendapat teguran keras dari Allah dan membuatnya segera memohon ampunan kepada Allah. Seandainya Allah berkehendak, Dia bisa saja mempermalukan 100 Adam dan membuat 100 iblis berbalik masuk Islam. Namun Nabi Adam justru disadarkan akan tempatnya yang sesungguhnya. Hal sikapnya itu mengandung pesan yang jelas bagi salik bahwa kurangnya atau tiadanya kerendahan hati merupakan masalah khusus bagi nafs muthmainah (jiwa yang tenang). Dalam Matsnawi, Rumi mengakhiri bab kelima dengan untaian doa permintaan tolong. Bab tersebut juga diakhiri dengan sebuah ungkapan, “Segalanya selain Allah adalah kosong dan sia-sia. Rahmat Allah adalah awan yang mencurahkan karunia secara terus-menerus.” Ketika setan melakukan kesalahan dengan mengolok-olok terciptanya manusia, Allah SWT memerintahkan setan untuk bersujud kepada Nabi Adam. Namun bukannya memenuhi perintah Allah, setan justru membangkang dan rela terusir dari surga untuk selama-lamanya akibat kesombongannya. Itulah kesalahan besar yang dilakukan setan yang harus ditebus seabadi mungkin. Nabi Adam pun tak luput dari kesalahan. Ketika diperintahkan untuk tidak memakan buah terlarang yang ada di surga, Nabi Adam justru tergoda rayuan setan dan memakannya. Kedua makhluk Allah ini sama-sama mempunyai kesalahan. Namun perbedaan antara keduanya adalah setan tidak mengakui dan enggan meminta maaf atas kesalahannya, sedangkan Nabi Adam segera bertaubat. Jika Nabi Adam berdos karena tergoda nafsu, setan berdosa karena sifat sombongnya. Yang mana tidak boleh ada satu zat pun yang berhak sombong kecuali Allah SWT. (yat) Baca juga :

Read More

Doa Adalah Senjata Ampuh Mengatasi Kesempitan Hidup

Surabaya — 1miliarsantri.net : Allah SWT selalu menurunkan rahmat-Nya kepada setiap makhluk. Maka ketika seorang hamba dihimpit kesusahan dan merasa hidupnya sempit, maka perbanyaklah bersimpuh. Dalam buku Kumpulan Doa Doa terbitan Kementerian Agama disebutkan mengenai doa memohon keluasan rahmat Allah. Doa ini bersumber dari Alquran surat al-Mukmin ayat 7-8. Berikut lafaznya : رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذذَابَ الْججَحِيمِ رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Robbana wasi’ta kulla syai’in rohmatan wa ilman faghfir lilladzina taabuu wattaba’u sabilaka waqihim adzabal jahim. Robbana wa adkhilhum jannati adnin allati wa adatahum wa man sholaha min aabaa-ihim wa azwaajihim wa dzurriyatihim innaka antal azizul hakim.” Artinya :“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertauba dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga yang Engkau janjikan kepada mereka dari orang-orang shalih di antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sungguh Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari balasan kejahatan.” Pakar Tasawuf Haidar Bagir dalam bukunya berjudul Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan menyebut, sifat asli Allah dalah memberikan kebaikan setinggi-tingginya dan kebahagiaan bagi penghuni alam semesta. Sebagai konsekuensinya, Dia membentangkan juga kemungkinan jalan, termasuk jalan keluar, dari cobaan-cobaan yang diberikan. Alam ini adalah himpunan jalan-jalan dan kesempatan ke arah kebaikan tertinggi, kesempurnaan, dan kebahagiaan manusia. Maka jika suatu saat manusia sedang menjalani suatu keadaan melalui salah satu jaannya, maka yang perlu diingat adalah satu di antara banyak jalan-Nya yang terbatas. Jika melalui jalan tersebut manusia dapat melaluinya, maka bersyukurlah. Namun jika tidak, jangan putus asa. Sebab Allah SWT masih menyediakan jalan-jalan lainnya yang dapat dilalui untuk menyelesaikan cobaan dan menujua kebahagiaan. Manusia hanya butuh pindah lintasan jika tidak berhasil dengan satu jalan. Sebab Allah SWT menyediakan beragam jalan untuk dilalui dan disediakan kepada hamba-hamba-Nya. Barangkali di jalan pertama yang dilalui dan tidak berhasil itu, Allah SWT telah sisipkan hikmah sehingga di jalan atau pintasan lain lah manusia dapat mendapatkan solusi dari setiap cobaan yang mendera. Buya H Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah yang diterbitkan oleh Pustaka Kalbu, menjelaskan, doa adalah senjatanya orang beriman. Setiap kita punya kebutuhan, maka hendaklah manusia berdoa kepada Allah SWT, mohonlah kepada Allah SWT agar keinginan terpenuhi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS Al Baqarah ayat 186). Sebanyak apa pun kebutuhan manusia, mintalah kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya. Dalam surat Al Mumin ayat 60, Allah SWT berfirman: وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” Buya Alfis Chaniago menjelaskan, janganlah manusia berdoa kepada selain Allah SWT. Sebab, tidak ada satu pun yang mengabulkan doa manusia selain Allah SWT. Dalam surat Al Ahqaf ayat 5, Allah SWT berfirman: وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئئِهِمْ غَٰففِلُونَ “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)-nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?” (yat) Baca juga :

Read More

UAH : Jika Ingin Allah Merubah Hidupmu, Perbaikilah Shalatmu

Jakarta — 1miliarsantri.net : Mubaligh Muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan, shalat tidak hanya sekadar rangkaian gerakan fisik, melainkan sebuah koneksi spiritual yang memiliki kekuatan untuk mengubah hidup seseorang. Shalat merupakan sebuah ajaran yang mengajarkan seseorang untuk merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Melalui meletakkan diri dalam posisi tunduk, seseorang mengakui kebesaran-Nya dan memperoleh rasa hormat yang mendalam. UAH menekankan, setiap gerakan dalam shalat memiliki makna mendalam. Saat sujud, setiap individu menyadari kelemahan dan ketergantungan pada Allah. “Shalat adalah membangun konektivitas dengan Allah yang kuat. Itulah yang dimaksud dalam Surat An-nisa 103,” terang UAH dalam unggahan di kanal YouTube Adi Hidayat Official, Jumat (5/1/2023). Menurut penjelasan UAH, salat dianggap tuntas atau berhasil ketika seseorang merasakan konektivitas langsung dengan Allah. “Jika Anda telah menyelesaikan salat dengan baik, maka ukuran keberhasilan salat adalah ketika Anda merasakan konektivitas dengan Allah,” tuturnya. Dia menambahkan bahwa kunci utama adalah selalu mengingat Allah. Saat berjalan, bekerja, atau dalam situasi apa pun, ketika seseorang ingat Allah, dia dapat mengarahkan tubuhnya sehingga tidak melakukan apa yang tidak disukai Allah. UAH menjelaskan bahwa meskipun tidak mudah, salat melibatkan semua gerakan, bacaan, dari takbir hingga salam, bukan hanya sebagai gerakan formalitas, tetapi sebagai petunjuk langsung dari Rasulullah yang terhubung dengan Allah. “Jadi, dalam salat, setiap gerakan, bacaan, memiliki hikmah. Semua memiliki makna,” tegasnya. Ustadz Adi Hidayat mengungkapkan bahwa profesi-profesi para sahabat dan generasi setelahnya yang mempelajari shalat dengan benar telah mengubah hidup mereka. “Jadi, mereka lebih sukses dalam menjalani hidup dari apapun yang mereka pilih. Shalat, kata Allah dalam Al-Quran, akan mengubah hidupmu. Minimal, salat mendorong kita untuk menjadi lebih baik, bukan hanya sebagai individu yang lebih baik, tetapi juga membuat segala sesuatu yang kita lakukan menjadi lebih baik,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Buya Yahya : Antara Membaca atau Merenungi Makna Al-Quran

Jakarta — 1miliarsantri.net : Al-Qur’an secara harfiah bermakna bacaan sempurna yang merupakan nama pilihan Allah SWT. Maka itu, umat Islam seharusnya mengisi hari-harinya dengan membaca dan memahami Al-Qur’an. Hal itu dikarenakan Al-Qur’an menyimpan banyak keutamaan, terutama dalam membaca dan memahaminya. Al-Qur’an lautan ilmu dan hidayah. Ada banyak makna yang terkandung dalam Al-Qur’an yang harus direnungi secara mendalam. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, Prof Yahya Zainul Ma’arif, menjelaskan, beberapa poin penting terkait apakah lebih baik membaca banyak ayat ataukah merenungkan makna dari setiap ayat yang dibaca. Buya Yahya menekankan keistimewaan Al-Qur’an. Orang yang membaca Al-Qur’an meski tidak paham akan tetap mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. “Meskipun seseorang mungkin tidak memahami isi Al-Qur’an, tetapi tetap mendapatkan kebaikan dan pahala dari setiap huruf yang dibacanya,” terang Buya Yahya, Jumat (5/1/2024). Buya Yahya menekankan pentingnya membaca Al-Qur’an dengan penuh tadabur atau merenungi makna-makna yang terkandung di dalamnya. Dia mencontohkan, membaca lima atau sepuluh ayat dengan merenungi maknanya jauh lebih bernilai dibandingkan membaca puluhan ayat tanpa memahami kontennya. Membaca Al-Qur’an dengan tulus hati akan memberikan pemahaman yang diberikan langsung oleh Allah. Meskipun seseorang mungkin tidak memahami makna ayat-ayat secara detail, hatinya akan dipenuhi dengan ketenangan dan keimanan yang kuat. Buya Yahya memberikan saran bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an dengan membaca terjemahannya secara perlahan-lahan. Proses ini adalah bentuk tadabur, yakni seseorang berusaha memahami makna dari setiap ayat yang dibaca. “Sah sah saja bahkan bagus bila anda membaca alquran sembari membaca artinya, karena memang ada beberapa ayat yang memang tidak memerlukan penafsiran khusus ataupun bantuan ulama untuk memahaminya,” ungkap Buya Yahya. Namun, ada juga bebrapa ayat yang tidak mungkin kita pahami dengan sendirinya, karena memerlukan beberapa perangkat untuk memahaminya. Dalam proses memahami Al-Qur’an, Buya Yahya menyoroti pentingnya mendapatkan bimbingan dari ulama yang memiliki pemahaman yang mendalam terhadap Tafsir Al-Qur’an. “Beberapa ayat memerlukan penjelasan dari hadis Nabi SAW dan pemahaman para sahabat,” ujarnya. Sebagai jawaban atas pertanyaan apakah lebih baik membaca banyak ayat atau merenungi, Buya Yahya memberikan analogi dengan ibadah shalawat. Beliau menekankan, durasi dan kualitas ibadah lebih penting daripada jumlah. “Contohnya, membaca Al-Qur’an selama satu jam dengan merenungkan maknanya lebih bernilai daripada membaca banyak ayat tanpa merenungi,” tutur Buya Yahya. Dia juga mencontohkan, dalam hal sholawat atau zikir, kebanyakan orang fokus pada jumlah bilangan zikir, sehingga kualitas turun.Padahal 1000 zikir dalam waktu 30 menit, tidak lebih baik dari 500 zikir dalam waktu 1 jam. “Keduanya baik, namun Buya Yahya memberikan nasehat bahwa lebih baik kita fokuskan pada durasi dibanding jumlah bilangan,” tutur Buya Yahya. Jadi, membaca atau merenungi Al-Qur’an mana yang lebih baik? Menurut Buya Yahya, membaca Al-Qur’an dengan merenungkan makna lebih bernilai daripada membaca banyak ayat tanpa memahami. Meskipun kuantitas juga penting, kualitas dalam memahami dan merenungi setiap ayat memiliki dampak yang lebih mendalam pada hati dan iman seseorang. Oleh karena itu, dalam mengejar keberkahan dalam membaca Al-Qur’an, tadabur dan pemahaman yang mendalam perlu ditekankan. Namun tidak perlu khawatir, Al-Qur’an memiliki keistimewaan. “Walaupun Anda tidak memahami tafsirnya, anda tetap mendapatkan pahala dengan membaca alquran, dan insya Allah anda akan diberikan pemahaman oleh Allah SWT,” pungkas Buya Yahya. (yan) Baca juga :

Read More

Sayyidul Istighfar adalah Bacaan Yang Disuka Rasulullah dan Para Sahabat Nya

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Ibnu Abbas pernah menyampaikan bahwa tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfar. Begitu dahsyatnya kekuatan istighfar, itulah mengapa umat Islam senantiasa dianjurkan untuk membacanya. Dan di antara banyaknya lafadz istighfar yang ada, Rasulullah SAW memilih satu lafadz istighfar yang terbaik. Yakni Sayyidul Istighfar. Dalam buku Kumpulan Doa Doa terbitan Kementerian Agama disebutkan sejumlah bacaan doa harian. Salah satunya adalah doa sayyidul istighfar. Berikut lafadznya: اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ “Allahumma anta robbi la ilaha illa anta kholaqtani wa ana abduka wa ana ala ahdika wawa’dika mastatha’tu audzubika min syarri maa shona’tu, abu-u laka bini’matika alayya wa abu-u bidzanbi faghfirli fa innahu la yaghfirudzzunuba illa anta.” Yang artinya, “Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba-Mu dan aku berada dalam perintah dan perjanjian-Mu, yang dengan segala kemanpuanku perintah-Mu aku laksanakan. Doa tersebut bersumber dari hadits. Dalam hadits pembukanya, Rasulullah SAW bersabda bahwa Sayyidul Istighfar adalah lafadz istighfar terbaik. Dan tak hanya itu, dalam redaksi penutup haditsnya, Rasulullah bersabda: مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ “Man qoolaha minannahaari muqinan biha, famaata mjn yaumihi qabla an yumsiya, fahuwa mkn ahlkl jannah. Wa man qoolaha minallaili wa huwa muqinun biha famaata qabla an yushbiha fahuwa min ahlil jannah.” Yang artinya, “Barang siapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Imam Bukhari). Sebagai umat Islam, penting kiranya untuk membaca doa-doa harian. Sebab, doa merupakan ‘senjata’ bagi orang yang beriman. Dengan berdoa dalam waktu susah maupun senang, Allah SWT akan senantiasa memudahkan segala perkara yang hamba-Nya lalui. (yus) Baca juga :

Read More

Membaca Istighfar Ternyata Mampu Mengempaskan Kegundahan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Istighfar merupakan salah satu dzikir yang mudah dilafazkan. Dengan membaca lafaz Astaghfirullah, hati akan menjadi tenang pada saat gundah, emosi bakan ditimpa musibah. Karena itu, tidak heran jika kita terbiasa membaca istighfar selepas menunaikan ibadah shalat. Memperbanyak membaca istighfar juga ternyata dapat menjadi jalan pembuka terhadap segala kemudahan urusan. Di dalam QS Hud ayat 52, Allah SWT berfirman tentang istighfar. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabb-mu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat deras dan Dia akan menambahkan kekuatan pada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, Nabi Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar (memohon ampun kepada Allah) agar dosa mereka dihapus dan apabila ampunan mereka diterima maka Allah akan memudahkan rezekinya, memudahkan urusannya, dan menjaganya. Dalam QS Nuh ayat 10-12, Allah juga menjanjikan akan memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang memohon ampun.“Lalu aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun), niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.” Imam Qurthubi mengatakan, ayat ini menunjukkan bahwa kita bisa meminta diturunkan rezeki dan hujan dengan melalui istighfar. Maka dari itu diperlukan kunci untuk membuka pintu rezeki tersebut. Rasulullah saw mengatakan, kuncinya adalah memperbanyak beristigfar. Dengan beristighfar, maka akan dibuka pintu-pintu rezeki itu, baik rezeki berupa harta, jodoh, anak, maupun rezeki kesehatan. Karena istighfar pada hakikatnya adalah memohon ampunan kepada Allah, sehingga dengan memperbanyak beristighfar, menjadi sarana kita untuk meraih ampunan-Nya. Tak hanya mendatangkan rezeki, membaca kalimat istighfar juga ternyata mampu mengempaskan kegundahan dan menghadirkan solusi atas masalah-masalah duniawi. Di dalam salah satu hadis dikatakan bahwa Abdullah bin Abbas ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa senantiasa beristigfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, solusi dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka,” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al Baihaqi). Istighfar juga akan membuat seseorang keluar dari kesedihannya hingga mendatangkan rezeki dari arah yang tidak terduga.“Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai shahih oleh al-hakim serta Ahmad Syakir). Dengan beristighfar, maka akan dibuka pintu-pintu rezeki itu, baik rezeki berupa harta, jodoh, anak, maupun rezeki kesehatan. Karena istighfar pada hakikatnya adalah memohon ampunan kepada Allah, sehingga dengan memperbanyak beristighfar, menjadi sarana kita untuk meraih ampunan-Nya. Ibnu Taimiyah pernah bercerita, ketika dirinya tengah mengalami kebuntuan maka dia akan melakukan istighfar kepada Allah sebanyak 1.000 kali. Menurut dia, dengan beristighfar, Allah akan membukakan jalan keluar. Salah satu sebab ketenangan hati dan pikiran adalah dengan beristighfar kepada Allah. Karena, banyak hal yang dianggap berbahaya padahal sesungguhnya mendatangkan manfaat. Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad menjelaskan bahwa Allah tidak akan memberlakukan sebuah qadha kepada hambaNya, kecuali itu menjadi kebaikan kepadanya. Ibnu Taimiyah bahkan sempat ditanya tentang qadha keburukan: “Sampai pun dengan kemaksiatan? Apakah qadha juga berlaku?” Kemudian Ibnu Taimiyah menjawab, “Ya, jika maksiat itu dibarengi dengan taubat dan penyesalan. Beristighfar dan dilanjutkan dengan kesadaran.” Allah SWT dalam Alquran Surat An-Nisa penggalan ayat 64 berfirman: “… wa lau annahum idz zhalamu anfusahum jaa-uka fastaghfarullaha wastaghfara lahumurrasulu la wajadullaha tawwaban rahima.” Yang artinya, “Sekiranya mereka menzalimi dirinya, maka mereka datang kepadamu (wahai Muhammad), lalu memohon ampun kepada Allah SWT. Dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Mahapenerima taubat lagi Maha Penyayang.” (yat) Baca juga :

Read More

Alquran Mengabadikan Satu Kata Diduga Bermakna Kapur Barus

Surabaya — 1miliarsantri.net : Di kalangan mufasir ditemukan keragaman penjelasan tentang istilah kafur dalam Alquran. Allah SWT berfirman: إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” Sebagian mengatakan bahwa yang dimaksud memang sejenis wewangian seperti yang dikenal umum. Akan tetapi, mufasir lain berpendapat bahwa kafur yang dimaksud dalam ayat itu adalah nama diri (proper name) sebuah mata air di surga, sebagaimana ditafsirkan oleh ayat berikutnya (al-Insan ayat 6). Menurut versi ini, kafur bukan sejenis wewangian. (lihat: Tafsir ath-Thabari juz 24 hal 93, Tafsir Ibnu Katsir juz 8 hal 287, dan Al-Tahrir wa al-Tanwir juz 15 hal 463-464, Mufradat Alfazh Alquran hal 350 entri kafa-ra, Lisân al-‘Arab juz 5 hal 144 entri kafa-ra). Seandainya yang dipilih dari tafsir di atas adalah makna pertama, yaitu sejenis wewangian, persoalan berikutnya adalah mengenai jenis dan muasal wewangian ini. Sejauh ini, para mufasir belum menjelaskan secara rinci dari manakah produk wewangian ini berasal. Hanya Thahir Ibnu Asyur, mufasir Mesir kontemporer, dalam Al-Tahrir wa al-Tanwir (Juz 15 hal 463) yang memberikan penjelasan agak panjang mengenai identitas kafur ini. Menurutnya, “Kafur adalah sejenis minyak yang diambil dari pohon yang bunganya seperti mawar. Pohon ini tumbuh di China dan Jawa. Pohon ini dapat diproduksi (menjadi wewangian) apabila sudah berumur lebih kurang 200 tahun. Kayunya dipanaskan kemudian diambil minyaknya yang disebut kafur.” Keterangan Thahir Ibnu Asyur di atas cukup menarik. Ia menyebut langsung tempat asal kafur, yaitu China dan Jawa. Bila yang dimaksud “Jawa” adalah pulau Jawa tentu tidak tepat, karena Jawa tidak dikenal sebagai penghasil kapur barus. Sangat mungkin bahwa yang dimaksud “Jawa” oleh mufasir ini adalah kawasan Melayu atau Asia Tenggara. Dalam berbagai sumber sejarah, orang-orang Arab sampai awal abad ke-20 menyebut orangorang Melayu yang datang atau bermukim di Arab sebagai orang Jawa, tidak peduli apakah dia dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bima, Semenajung Malaysia, atau dari kawasan mana pun di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, bila dispesifikkan sangat mungkin yang dimaksud Thohir Ibnu Asyur adalah Barus di Sumatra. Bila penjelasan ini benar, cukup masuk akal apabila disimpulkan bahwa Sumatra (nusantara) memang sudah dikenal baik oleh Nabi SAW. Cukup masuk akal juga apabila Rasulullah SAW, yang dikenal memiliki pengetahuan geopolitik yang baik, menganjurkan kepada para sahabatnya untuk datang ke wilayah ini. “The prophet was also a statesman and his knowledge of the region obtained from Arab seafarers who had been there would surely have been sufficiently obvious for him to urge the sending of missionaries there to convert the peoples of the region to Islam in order to secure Muslim economic domination as a world power.” Dan apabila ini benar, semakin kuatlah argumen yang menyatakan bahwa Islam telah tersebar di Indonesia sejak abad ketujuh, seperti ditemukan dalam catatan dari zaman Dinasti Tang (671), yang menyebut bahwa di Pantai Barat Sumatra telah ditemukan permukiman orang-orang Arab yang penguasanya adalah dari kalang an mereka sendiri (Arab). Prof Syed M Naquib al-Attas, Historical Fact and Fiction (UTM, 2011) mengatakan istilah ini dapat menjadi petunjuk bahwa Nabi SAW sudah cukup mengenal baik wilayah nusantara. Kafur (kamper atau kapur barus), menurut al-Attas, adalah salah satu produk unggulan dari Timur jauh yang sudah dikenal baik oleh masyarakat Arab pada masa Nabi SAW, bahkan jauh sebelumnya. Telah dikenal pula bahwa kafur terbaik berasal dari Fansur (Barus), suatu daerah di pantai barat Sumatra, yang sekarang termasuk wilayah Sumatra Utara. Istilah kafur sendiri disinyalir al-Attas berasal dari bahasa Arab kafara yang artinya ‘tertutup’ atau ‘menutup’ (to cover). Dinamakan demikian karena bahan kafur (kapur barus) adalah getah pohon yang berada di balik kulitnya hingga tertutup dari pandangan manusia. Untuk mendapatkan getahnya, terlebih dahulu kulitnya harus disingkap. Oleh sebab itu, kemudian dinamakanlah produk ini dalam bahasa Melayu sebagai ‘kapur’, sebagai adaptasi dari istilah yang diberikan oleh orang Arab, kafur. Karena kapur terbaik berasal dari Barus, kemudian produk ini di kawasan Melayu lebih dikenal dengan istilah ‘kapur barus’. Seperti umum diketahui, kapur barus (kafur) digunakan sebagai wewangian. Apabila analisis ini benar, hampir bisa dipastikan bahwa pada zaman Nabi SAW wilayah Sumatra sudah dikenal baik sampai ke negeri Arab sana. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa Nabi SAW pun sudah mengenalnya. Oleh sebab itu, bila ada berita bahwa Beliau menganjurkan kepada sahabatnya untuk menyebarkan Islam ke kawasan ini, seperti yang terdapat dalam Hikayat Raja Pasai, itu menjadi masuk akal. Atas dasar ini, al-Attas masih menyimpan dugaan kuat bahwa bisa jadi cerita dalam Hikayat Raja Pasai itu benar, sekali pun sampai saat ini riwayat tepercaya dari sumber Arab sezaman belum ditemukan. Dalam hikayat itu diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah menganjurkan para sahabatnya untuk menyebarkan Islam ke suatu tempat yang bernama Samudra. Samudra yang dimaksud adalah salah satu wilayah di Pulau Sumatra. (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Kebiasaan Yang Dilakukan Rasulullah Sebelum Tidur

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW mencontohkan pola hidup sunnah bagi umatnya. Selain pahala ibadah sunnah, mengikuti cara Rasulullah juga bisa mendatangkan manfaat lain, misalnya manfaat kesehatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21, “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” Segala sesuatu yang dilakukan Rasulullah adalah sunnah, di antaranya adalah kebiasaan-kebiasaan Rasulullah sebelum tidur, yaitu: Tidur sering dikiaskan layaknya persimpangan jalan menuju kematian. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 42, di mana Allah Ta’ala berfirman: “Allah menggenggam nyawa (manusia) pada saat kematiannya dan yang belum mati ketika dia tidur. Dia menahan nyawa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.” Karena itu, untuk menyiapkan diri menghadapi kematian, seseorang harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam kondisi bebas dari kotoran dan najis yaitu dengan berwudhu. Seperti yang disampaikan dalam hadits, “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk sholat.” (HR. Al Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710). Sayidah Aisyah RA, pernah meriwayatkan sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah engkau tidur sebelum mengerjakan empat hal. Pertama menghatamkan Al-Qur’an. Kedua menjadikan para Nabi sebagai pemberi syafaat bagimu. Ketiga meminta ridha dari semua kaum muslimin. Keempat melaksanakan haji dan Umrah”. Kemudian Aisyah menjawab “bagaimana aku bisa melakukan keempat hal tersebut?” Seraya tersenyum Rasulullah SAW berkata “Apabila engkau membaca surat al-Ikhlas tiga kali, maka seakan-akan engkau telah mengkhatamkan al-Quran. Dan apabila engkau bershalawat kepadaku dan kepada semua Nabi-Nabi maka engkau sama dengan menjadikan kami sebagai pemberi syafaatmu.” “Dan apabila engkau beristighfar untuk kaum muslimin, maka engkau telah menjadikan mereka ridha kepadamu. Dan terakhir apabila engkau membaca tasbih seolah engkau telah melaksanakan haji dan umrah”. Bila disarikan, disunnahkan bagi tiap umat muslim untuk membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 3x, shalawat 3x, istighfar untuk diri sendiri dan seluruh umat muslim, dan membaca tasbih. Dalam hadits disebutkan, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, ‘bismillah,” karena ia tidak tahu apa yang terjadi di atasnya tadi.” (HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714, at-Tirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050. Lafazh yang seperti ini berdasarkan riwayat Muslim). Kebiasaan Rasulullah membersihkan tempat tidur mempunyai manfaat kesehatan, yaitu menyapu kuman-kuman dan bakteri yang ada di sprei, kasur, dan sarung bantal. Teladan umat Islam juga mencontohkan agar tidur di awal waktu dan bangun di sepertiga malam untuk tahajud. Rasulullah SAW tidak menyukai orang yang tidur sebelum shalat isya. Dalam hadist dijelaskan, “Bahwasanya Rasulullah SAW membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR. Bukhari). Itulah beberapa amalan Rasulullah SAW saat hendak tidur di malam hari. Kebiasaan terakhir Rasulullah yang disunnahkan adalah berbaring dengan menghadap ke kanan. Saat Rasulullah SAW hendak tidur, beliau akan berbaring ke sisi kanannya dan berkata: “Ya Allah! Aku telah menyerahkan diriku kepadaMu dan mempercayakan urusanku kepadaMu. Dan aku memalingkan wajahku kepadamu, mengharapkan (pahalamu) dan takut (hukumanmu) dan mengandalkanmu. Tidak mungkin lari dariMu dan berlindung pada orang lain, kami berlindung hanya padaMu. Aku percaya pada Kitab yang Engkau turunkan dan Nabi yang Engkau kirim”. (HR. Bukhari) (yat) Baca juga :

Read More

Syekh Ibnu Athaillah Berbagi Nasehat Ketika Menghadapi Permasalahan Berat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam menghadapi musibah di alam dunia yang terasa berat, Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam menawarkan perspektif yang menenangkan dan menginspirasi, membimbing individu untuk menemukan kedamaian dalam menghadapi cobaan hidup yang sulit. Saat datang ujian dan cobaan berupa musibah, seringkali manusia merasa kecewa, terluka dan terasa pedih. Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari menyampaikan bahwa ada cara untuk membuat musibah itu terasa lebih ringan. Yakni dengan menyadari bahwa ujian berupa musibah itu dari Allah SWT. Syekh Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan, jika ujian berupa musibah dari Allah SWT, maka hal yang perlu diingat adalah Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Bijaksana. Apapun yang diberikan kepada manusia merupakan bentuk kasih sayang serta kebijaksanan-Nya. “Yakinlah Allah SWT tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya di dunia dan akhirat. Agar kamu bisa meringankan derita musibah yang sedang menimpa maka hendaklah kamu mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat yang menguji kamu. Dzat yang mengarahkan kamu menghadapi berbagai takdir adalah Dzat yang membiasakan kamu untuk selalu mengambil pilihan yang terbaik.” Jika sering tertimpa musibah atau sedang menghadapi bencana, maka ada satu resep yang bisa dimanfaatkan untuk meringankan kepedihan tersebut. Resep itu yaitu mengetahui bahwa Allah SWT yang telah menguji. Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana. Setiap ketetapan-Nya pasti mengandung hikmah dan maslahat bagi para hamba-Nya. Tidak ada satupun ketetapan-Nya yang bertujuan menyiksa dan merugikan hamba-hamba-Nya. “Bahwa sebagai hamba Allah SWT, hak kamu hanyalah menerima ketentuan Sang Penguasa. Yakinlah bahwa semua yang ditakdirkan­ Allah SWT adalah kebaikan. Sebenarnya, itulah yang membedakan antara seseorang yang menghambakan dirinya kepada Dzat Yang Maha Kuasa dengan seseorang yang menghambakan dirinya kepada makhluk yang lemah,” ujar Ibnu Athaillah. Manusia jenis yang pertama selalu berbuat untuk kebaikan sebagai hamba-Nya. Sedangkan manusia yang kedua bertindak berdasarkan hawa nafsu belaka, sehingga tidak ada hikmah di balik tindakannya. “Ketahuilah bahwa Dzat yang menetapkan kamu untuk menghadapi berbagai ketentuan­-Nya adalah Dzat yang menuntunmu untuk selalu mengambil pilihan yang terbaik. Bukankah Allah sudah mengajarkan kamu untuk menghadapi segala keburukan dengan kesabaran. Maka bersabarlah, kamu akan mendapatkan keuntungan dan balasan yang lebih baik. Siapa tahu, di balik musibah itu, ada nikmat yang tidak terkira banyaknya dan tidak terbayangkan indahnya,” kata Ibnu Athaillah. (yat) Baca juga :

Read More