Motif Di Balik Serangan Abrahah ke Ka’bah

Surabaya — 1miliarsantri.net : Di tahun kelahiran Rasulullah SAW, pasukan gajah yang dipimpin Abrahah menyerang Kabah. Meski serangan tersebut gagal, sebetulnya apa motif di balik penyerangan itu? Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, Abrahah bermaksud mengalihkan masyarakat Arab berkiblat dari Makkah menuju Yaman. Sebab dia sadar bahwa kedudukan Kabah di kalangan masyarakat Arab sangat istimewa. Salah satu dampaknya adalah giat dan berkembangnya perdagangan di sana, khususnya pada musim haji. Inilah yang kemudian diincar oleh Abrahah, sebab itulah dia membangun di Shan’a, ibu kota Yaman, suatu bangunan guna menandingi Kabah guna menarik masyarakat Arab ke sana. Bangunan yang dibangun untuk menandingi Kabah itu dalam bahasa Arab disebut Al-Qullais, kata ini berasal dari bahasa Yunani Ekklesia yang bermakna gereja. Abrahah bermaksud menjadikan Yaman sebagai pusat agama Kristen, sekaligus jembatan guna menguasai jazirah Arab secara keseluruhan. Prof Quraish menjelaskan bahwa gereja tersebut dibangun dengan sangat besar dan megah pada masanya. Batu-batu marmer dan granit peninggalan istana ratu Balqis yang berlokasi tidak jauh dari sana dijadikan bahan bangunannya. Pekerja-pekerja Yaman dipaksa hingga disiksa untuk mengerjakan pembangunannya. Kemudian, upaya untuk mengajak masyarakat Arab berkunjung ke sana pun dilakukan dengan berbagai cara. Namun demikian upaya tersebut sia-sia sebab masyarakat Arab sangat menghormati Ka’bah dan sangat kuat mempertahankan tradisi leluhur mereka. Pada akhirnya di saat Abrahah melakukan penyerangan bersama tentara bergajahnya di tahun kelahiran Nabi, Allah menggagalkan aksi tercelanya itu. Salah satu faktor kegagalan Abrahah menyerang Kabah adalah hadirnya burung ababil. Kisah burung ababil ini diabadikan dalam Alquran Surat Al Fiil ayat 3-5: Allah SWT berfirman, وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣ تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ Yang artinya, “Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan mengenai riwayat kisah burung ababil yang menjadi pasukan Allah SWT dalam melawan pasukan gajah. Burung ababil muncul dari laut dengan cepat laksana burung walet, paruh dan kedua cakar mereka berwarna hitam. Kemudian Allah mengutus mereka untuk menghancurkan tentara gajah Abrahah. Setiap ekor burung membawa tiga buah batu, satu batu terletak pada paruhnya, dan dua lainnya dalam cengkeraman kakinya. Burung-burung tersebut datang bersaf-saf. Mereka mengeluarkan suara dan menjatuhkan batu-batu yang ada di paruh dan kaki mereka. Setiap orang yang tertimpa batu itu akan binasa. Sehingga burung ini bukanlah burung biasa. (yat) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Selalu Tersenyum Sekalipun Disakiti atau Diperlakukan Tidak Sopan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dikisahkan, Rasulullah SAW diperlakukan tidak sopan atau disakiti oleh musuh-musuhnya, namun Rasulullah SAW tetap tersenyum kepada orang yang menyakitinya agar hatinya tetap baik. Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya, akan tetapi ia marah karena Allah SWT. Sebagaimana dilansir dari Sa’atan Sa’atan (Semua Ada Saatnya) yang ditulis Syekh Mahmud Al-Mishri diterjemahkan Ustaz Abdul Somad diterbitkan Pustaka Al-Kautsar, inilah beberapa peristiwa yang menggugah yang diriwayatkan kepada kita tentang bagaimana Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, Anas bin Malik Radhiayalahu anhu berkata, “Aku berjalan bersama Rasulullah, beliau mengenakan selendang dari Najran yang tepinya kasar. Tiba-tiba datang seorang Arab Badui dari belakang Rasulullah, (orang Arab Badui itu) menarik selendang (Rasulullah) dengan keras, hingga aku melihat ada bekas tepi ujung selendang di tengkuk Rasulullah karena kuatnya tarikan orang Arab Badui itu.” “Kemudian orang Arab Badui itu berkata, ‘Wahai Muhammad, perintahkanlah agar aku diberi sebagian dari harta Allah yang ada padamu.’ Rasulullah menoleh kepada (orang Arab Badui itu) sambil tertawa. Kemudian Rasulullah memerintahkan agar ia (orang Arab Badui itu) diberi suatu pemberian.” (HR Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim) Demikian kisah Rasulullah SAW yang penyabar dan suka tersenyum meski diperlakukan tidak sopan atau disakiti oleh orang Arab Badui itu. Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada seluruh kaum muslimin agar tersenyum dengan menampilkan wajah yang cerah dan mengucapkan kata-kata yang baik agar hati kaum muslimin bertaut dan menjadi erat. Rasulullah bersabda sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim. لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهِ طَلْقٍ. “Janganlah kamu menyepelekan perbuatan baik walaupun kecil, meskipun hanya dengan menemui saudaramu dengan wajah yang cerah.” (HR Imam Muslim) Rasulullah memberitahukan bahwa hanya sekadar senyuman di wajah ketika menemui saudara Muslim adalah sedekah. Rasulullah bersabda, “Senyumanmu ke wajah saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR Imam At-Tirmidzi). (yat) Baca juga :

Read More

Beragam Penyembuhan Penyakit Dengan Menggunakan Tasbih

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW menegaskan, zikir kepada Allah SWT merupakan obat bagi manusia dan memiliki keutamaan yang lebih bernilai dari emas dan perak. Untuk mencapai tujuan ini, banyak umat Islam membawa sibhah atau tasbih. Secara tradisional, tasbih digunakan untuk melacak berapa kali seseorang telah mengucapkan Subhanallah, Alhamdulliah dan Allahu Akbar. Cara yang paling populer adalah dengan menggunakannya setelah salat wajib untuk melafalkan dzikir. Diriwayatkan dari Abu Ma’bad: Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Pada masa hidup Nabi, merupakan kebiasaan untuk merayakan pujian kepada Allah dengan suara keras setelah salat wajib.” Ibnu Abbas lebih lanjut berkata, “Ketika saya mendengar zikir, saya akan mengetahui bahwa salat berjamaah wajib telah selesai” (HR Bukhari). Namun, meskipun dzikir kepada Allah telah diucapkan sejak zaman Nabi, sibhah seperti yang kita kenal sekarang belum tercatat ada pada saat itu. Beberapa catatan sejarah menunjukkan , umat Islam mengadopsi sibhah dari India pada abad ke-2 Hijriah. Mengutip About Islam, sebelum adanya tasbih atau sibhah, umat Islam kerap menggunakan batu-batu sebagai alat bantu dzikir. Agama-agama lain menggunakan tali yang diikat atau selendang anyaman untuk melacak bacaan. Akan tetapi, teknologi modern telah menambahkan dimensi baru pada tasbih ketika sibhah elektronik ditemukan. Banyak orang bahkan memilih untuk tidak menggunakan sibhah sama sekali. Padahal, menggunakan sibhah tidak hanya membantu dalam melacak zikir, tetapi juga dapat menyembuhkan, tergantung dari kayu atau batu yang digunakan untuk membuat tasbih. Di situs Islamic Shopping Network, banyak jenis tasbih yang tersedia mulai dari batu Pirus dan Mata Harimau hingga manik-manik Cendana dan Rosewood. Pencarian di situs-situs lain mengungkapkan sejumlah situs yang didedikasikan untuk membuat tasbih batu khusus. Sepanjang sejarah, berbagai budaya telah menggunakan batu permata dan kayu untuk penyembuhan. Robert Frost, seorang dokter di Basel, Swiss, baru-baru ini mempelajari sifat-sifat ilmiah dari permata dan kayu ini dan menciptakan sebuah metode pengujian kayu dan batu permata yang mengungkapkan khasiat penyembuhannya secara ilmiah. Dalam penelitian klinisnya, Dr. Frost dalam “Gems and Woods” menemukan, menggunakan batu permata atau kayu yang tepat dapat mengurangi rasa sakit, mencegah reaksi alergi, meningkatkan koordinasi, dan bahkan meningkatkan kekuatan otot. Sebagai contoh; Mata harimau secara tradisional digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan memperkuat keyakinan. Batu ini dapat menyembuhkan area perut dan sering digunakan untuk membantu masalah ginjal, pankreas, hati, usus kecil atau perut. Batu ini juga ditemukan memiliki efek menenangkan bagi orang yang memegangnya. Pirus menjaga perasaan cinta tanpa syarat di dalam hati seseorang dan membantu seseorang merasa lebih terhubung dengan Allah. Pirus juga membantu pencernaan protein dan dengan demikian membantu pencernaan. Pirus juga membantu mengeluarkan perasaan negatif seperti iri hati atau kemarahan dari diri seseorang. Membantu penyembuhan penyakit tiroid, tenggorokan, telinga, leher dan sistem pernapasan. Ini juga dapat membantu memerangi alergi atau masalah jantung. Manik-manik amber dapat membantu mengangkat beban berat, kecubung dapat membangkitkan semangat atau menyembuhkan perut atau hati, dan onyx hitam membantu seseorang untuk mengubah kebiasaan buruk. Ada banyak buku dan situs web yang membahas tentang kekuatan penyembuhan permata. Berhati-hatilah dalam pencarian Anda, karena beberapa situs bersifat mistis dan firasat. Namun ada juga buku-buku ilmiah dan situs web yang menawarkan informasi tentang permata kepada masyarakat umum. Kekuatan penyembuhan tasbih kayu sering kali terletak pada aromanya, yang dilepaskan dan dihidupkan kembali saat digunakan. Aroma rosewood secara tradisional digunakan untuk mengatasi ketegangan saraf, frigiditas, dan sakit kepala. Aroma ini juga membantu sistem kekebalan tubuh, membantu melawan virus dan meregenerasi sel. Baik untuk mengatasi jet lag dan radang kulit serta memiliki kemampuan untuk membuat seseorang rileks tanpa membuatnya mengantuk. Manik-manik yang terbuat dari kayu cendana mengeluarkan aroma yang telah digunakan untuk penyembuhan sejak zaman nabi. Kayu cendana merupakan kayu antidepresan, antiseptik, insektisida, dan obat penenang. Kayu ini dapat membantu penyembuhan sel dan digunakan untuk membantu sistem kekebalan tubuh dalam proses penyembuhan atau mencegah penyakit. Dalam Tafsir Ibnu Juzayy, dikatakan bahwa Nabi Muhammad berkata dalam sebuah pesan dari Allah, “Aku ada dalam pendapat hamba-Ku tentang Aku dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku.” Untuk alasan ini dan alasan kemudahan transportasi, tasbih merupakan hadiah yang populer dari satu Muslim ke Muslim lainnya. Dengan sedikit pemikiran, hadiah ini dapat memberikan semangat secara fisik dan juga spiritual. (yat) Baca juga :

Read More

Bulan Rajab Secara Makna Adalah Bulan yang Mulia, Guna Persiapan Menuju Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al Washliyah, Dr KH Masyhuril Khamis membeberkan apa itu bulan Rajab dan berbagai keutamaannya. Bulan Rajab secara makna adalah bulan yang mulia. Bulan Rajab juga salah satu dari empat bulan yang dimuliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ [ التوبة: 36] “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (At Taubah ayat 36) Imam At-Thabari dalam tafsirnya menukil perkataan sahabat Ibnu Abbas RA, perihal kemuliaan yang Allah SWT berikan untuk bulan-bulan haram ini: خصَّ من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حُرُمًا، وعظّم حُرُماتهن، وجعل الذنبَ فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم. “Allah SWT memberikan keistimewaan untuk empat bulan haram di antara bulan-bulan yang ada, dan diagungkan kemuliaannya bulan itu, dan menjadikan dosa yang terbuat serta amal ibadah yang dilaksanakan menjadi lebih besar ganjaran dosa dan pahalanya.” (Tafsir At-Thabari 14/238) Karena itu, di bulan yang dimuliakan ini kita diperintahkan untuk memperbanyak ibadah secara umum dan lebih kuat dalam menahan untuk tidak bermaksiat. Salah satu ibadah yang baik dan bisa dilakukan oleh hampir semua orang di bulan haram atau mulia ini, adalah puasa. Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan mereka, meriwayatkan hadits dari salah seorang dari suku al-Bahilah: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَنَا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا لِي أَرَى جِسْمَكَ نَاحِلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا بِالنَّهَارِ مَا أَكَلْتُهُ إِلَّا بِاللَّيْلِ قَالَ مَنْ أَمَرَكَ أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا بَعْدَهُ قُلْتُ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمَيْنِ بَعْدَهُ قُلْتُ إِنِّي أَقْوَى قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمْ أَشْهُرَ الْحُرُمِ “Aku mendatangi Nabi SAW lalu aku berkata kepada beliau, “Wahai Nabi, aku adalah orang yang pernah datang kepadamu di tahun pertama.” Nabi kemudian bertanya, “Kenapa badan kamu menjadi kurus?” Dia menjawab, “Aku –selama ini- tidak makan dalam sehari kecuali malam saja.” Nabi bertanya, “Siapa yang menyuruhmu menyiksa tubuhmu seperti ini?” Aku –al-Bahiliy- menjawab, “Wahai Nabi, aku ini orang yang kuat bahkan lebih kuat.” Nabi SAW bersabda, “Puasalah bulan sabar –bulan Ramadhan- saja, dan sehari setelahnya!” Lalu aku menjawab, “Aku lebih kuat dari itu ya Nabi!” Nabi menjawab, “Kalau begitu, puasa Ramadhan dan 2 hari setelahnya!” Aku menjawab lagi, “Aku lebih kuat dari itu wahai Nabi!” Nabi berkata, “Kalau begitu, puasa Ramadhan, kemudian 3 hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan haram!” Kiai Masyhuril menjelaskan, dalam bulan rajab ini juga terdapat satu peristiwa yang sangat monumental dalam Islam, yaitu peristiwa Isra Miraj. Banyak hal yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut. Inti dari Isra Miraj adalah dikukuhkannya tugas utama manusia sebagai hamba di dunia ini, yaitu disyariatkannya ibadah sholat. “Ibadah sholat adalah ibadah yang paling utama karena akan ditanyakan pertama kali di akhirat,” jelas Kiai Masyhuril. Nabi bersabda: ((إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ –: اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا)) “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba di hari kiamat adalah sholatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika sholatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari sholat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i) Dengan demikian, Kiai Masyhuril mengatakan, hal paling penting di kehidupan ini adalah sholat, sehingga jangan pernah merasa tenang dan bangga ketika anak keturunan sukses secara duniawi tapi masih berani meninggalkan sholat. Begitu pula sebaliknya, meski anak keturunan masih belum mapan, tapi jika sudah disiplin tidak pernah meninggalkan shalat dalam kondisi apapun, maka patut untuk bersyukur kepada Allah. “Marilah kita jadikan bulan Rajab ini selain sebagai persiapan menuju bulan mulia (Ramadhan), kita jadikan sebagai bulan perbaikan sholat kita dan anak keturunan kita. karena di dalamnya ada peristiwa agung Isra Miraj yang merupakan disyariatkannya sholat 5 waktu,” pungkasnya. (yat) Baca juga :

Read More

Gus Mus Memberikan Pesan Kepada Warga NU Harus Tetap Rukun, Tenang dan Tidak Berlebihan

Renbang — 1miliarsantri.net : Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus, memberikan pesan masyarakat, khususnya warga NU untuk tetap rukun, tenang, dan tidak berlebihan dalam dukung mendukung capres dan cawapres pada pemilu 2024. “Nasihat saya, kalau kalian setuju. Di tahun politik ini, tenang saja. Ini sesuatu yang rutinan setiap 5 tahun sekali. Kalau teman kalian tidak sama pilihan sama kalian, ya tidak apa-apa,” terang Gus Mus dalam kegiatan Lailatul Ijtima’ PWNU Jawa Tengah, dikutip dari Youtube Kanal Mata Air, Sabtu (27/1/2024). Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini, perbedaan pilihan sesuatu yang alamiah dan akan berulang setiap ada pemilu. Penyebabnya tentu ada banyak faktor, bisa karena kedekatan emosional, perbedaan sudut pandang, hingga beda dalam tujuan. Namun, ciri dari tokoh NU dan Nahdliyin sejak dulu selalu berpendapat berdasarkan dalil-dalil atau dasar yang kuat sehingga dalam setiap gerak-geriknya ada landasan yang kuat. “Karena ketidaksamaan tersebut sesuatu yang alamiah. Beda itu fitrah, tidak ada salahnya beda,” tegas Gus Mus. Gus Mus juga mengingatkan, jangan sampai perbedaan pilihan dalam pemilu yang lima tahun sekali merusak pernikahan yang sudah dibangun puluhan tahun. Begitu juga pemilu tersebut tidak boleh merenggut persaudaraan dan memutuskan silaturahim. “Suami istri beda pilihan itu tidak dosa, jangan bertengkar. Kenapa harus bertengkar, yang enak adalah calonnya. Kalian dapat apa ketika harus ngotot-ngototan?” sambung Gus Mus. Menurut Gus Mus, untuk menyikapi ketika ada yang meminta dukungan maka jika cocok, dukung dengan tanpa merusak hubungan suami istri dan persaudaraan. Karena nanti lima tahun kemudian akan ada calon baru lagi, beda kembali calonnya, calon yang didukung akan berbeda lagi. “Jadi ketika ada yang minta dukungan ya didukung, biasa saja. Jadi tenang saja, tidak perlu tegang-tegangan, santai aja. Tidak perlu merengut (cemberut) terus-menerus. Hidup akhir zaman jangan banyak gaya. Syukur yang diperbanyak,” lanjutnya. Gus Mus juga mengingatkan pengurus Nahdlatul Ulama yang ada di Jawa Tengah untuk lebih fokus ke politik kebangsaan dan kerakyatan. Memikirkan nasib petani yang belum sejahtera. Gus Mus sepakat jika pengurus NU Jawa Tengah fokus penguatan akar rumput. Penguatan ekonomi masyarakat kecil. Warga NU harus disiapkan secara kolektif untuk kapasitas dan keilmuannya. Jangan hanya ikut-ikutan atau hura-hura saja, kata Gus Mus. “Kesimpulannya, NU balik ke awalnya, tujuan awalnya menyantuni masyarakat, mengelola masyarakat, mengurus masyarakat, pengurus-pengurus NU harus ingat ini,” pungkasnya. (hud) Baca juga :

Read More

Sudahkah Kita Melunasi Hutang Puasa Sebelum Berakhir Rajab

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Bulan Rajab telah tiba, menyisakan waktu yang singkat menuju bulan suci Ramadan. Sebagai persiapan menghadapi bulan penuh berkah tersebut, ada satu kewajiban yang sebaiknya segera dilaksanakan: melunasi utang puasa tahun lalu. Meskipun tidak ada batasan waktu tertentu untuk mengganti puasa yang tertinggal, akan lebih baik jika tindakan ini dilakukan sebelum pintu Ramadan terbuka. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 184, terdapat kelompok-kelompok yang diberikan keringanan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan. Salah satunya adalah orang yang sakit atau dalam perjalanan. Mereka diizinkan untuk tidak berpuasa selama Ramadan, namun diwajibkan untuk mengganti puasa yang ditinggalkan tersebut pada hari-hari di luar bulan suci Ramadan. Tidak hanya itu, setara dengan golongan perempuan yang sedang mengalami haid, orang yang sakit atau dalam perjalanan juga dianjurkan untuk melaksanakan kewajiban mengganti puasa pada hari-hari yang bukan bagian dari bulan Ramadan. Hal ini menciptakan keseimbangan dalam pelaksanaan ibadah, seperti yang dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah ra: “Aisyah r.a. menceritakan bahwa perempuan pada masa itu kadang-kadang mengalami haid. Maka, mereka diperintahkan untuk mengganti puasa yang tertinggal, namun tidak diwajibkan untuk mengganti salat.” (HR. Muslim) Dengan demikian, menjelang Ramadan, penting bagi umat Islam untuk memastikan utang puasa tahun sebelumnya segera dilunasi. Dengan menyegerakan pembayaran utang puasa, kita dapat memasuki bulan Ramadan dengan hati yang bersih dan siap menyambut berkah bulan penuh keberkahan tersebut. Membayar Utang Puasa: Apakah Harus Berturut-turut? Dalam persiapan menyambut bulan Ramadan, penting untuk membahas cara melunasi utang puasa yang tertinggal. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah pembayaran utang puasa harus dilakukan secara berturut-turut atau apakah memungkinkan untuk menyicil pembayaran tersebut. Dalam mengatasi ketidakjelasan ini, ayat 184 Surah Al-Baqarah memberikan petunjuk yang penting: “Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” Beberapa mungkin bertanya apakah pembayaran utang puasa harus dilakukan secara berturut-turut, seperti pada bulan Ramadan. Untuk menjawab pertanyaan ini, Fatwa Tarjih yang tercantum dalam buku Tanya Jawab Agama jilid II menyatakan bahwa dalam ayat tersebut tidak disebutkan kewajiban untuk membayar utang puasa secara berturut-turut, sebagaimana yang diwajibkan dalam membayar kaffarah puasa dua bulan, yang disebut “mutatabiat” atau berturut-turut. Maka dari itu, menyaur puasa yang ditinggalkan karena sakit atau perjalanan dapat dilakukan dengan fleksibilitas. Tidak ada kewajiban untuk membayar utang puasa secara berturut-turut. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki utang puasa selama 10 hari, memungkinkan untuk membayarnya secara terpisah-pisah, misalnya pada hari Kamis dan Senin setiap minggu. Hal ini sesuai dengan pemahaman bahwa QS. Al-Baqarah ayat 184 tidak mengharuskan pembayaran utang puasa secara berurutan. Dengan demikian, umat Islam diberikan kelonggaran dalam membayar utang puasa, memungkinkan mereka menyesuaikan pembayaran dengan keadaan dan kesempatan yang ada, tanpa harus membebani diri dengan kewajiban membayar secara berturut-turut. (yus) Baca juga :

Read More

Imam Al Ghazali Menyampaikan Sesuatu Yang Sangat Dahsyat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyampaikan sesuatu yang sangat dahsyat sehingga sesuatu itu bobot atau beratnya melebihi tujuh lapis langit atau tujuh lapis bumi. Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali mengutip beberapa sabda Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW pernah berpesan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, “Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya tiap-tiap amal kebaikan yang kalian kerjakan akan ditimbang kelak di hari kebangkitan (hari kiamat/akhirat), kecuali kalimat La ilaha illallah tidak akan ikut ditimbang.” “Sebab, jika (kalimat La ilaha illallah) diletakkan di salah satu bagian pada timbangan sebelah (kiri), di mana tujuh petala (lapis) langit maupun tujuh petala bumi diletakkan pada posisi timbangan yang sebelah kanan, niscaya posisi timbangan kalimat La ilaha illallah masih jauh lebih berat.” (HR Imam An-Nasa’i dalam kitab Amalul Yaum Wal Lailah) Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Seandainya seseorang melakukan dosa seluas langit, maka setelah mengucapkan kalimat La ilaha illallah, Allah akan mengampuninya.” (HR Imam At-Tirmidzi) Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan, “Wahai Abu Hurairah, ucapkanlah La ilaha illallah bagi orang yang akan meninggal dunia, niscaya dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah SWT.” Abu Hurairah bertanya, “Ya Rasulullah, jika itu merupakan pahala bagi orang yang meninggal dunia, lalu bagaimana pahala bagi orang yang masih hidup dan mengucapkannya?” Rasulullah pun menjawab, “Akan lebih menghapuskan lagi dan lebih menghapuskan dosa.” (HR Abu Manshur ad-Dailami dalam Musnadul Firdaus) Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan sebagian ulama di kalangan sahabat dan tabi’in ada yang mengatakan, Allah ‘Azza Wa Jalla telah berfirman, “Apabila Aku melihat seorang hamba yang qalbunya terus-menerus ingat kepada-Ku, Aku akan mengurusi (mencukupi) segala kebutuhannya, dan Aku menjadi sahabat, penasihat, sekaligus kawan dekatnya.” Selalu ingat kepada Allah SWT maksudnya selalu berdzikir. Karena dzikir dan sholat termasuk aktivitas mengingat Allah SWT. Al-Hasan al-Bashri Rahimahullah juga pernah mengatakan, “Ada dua jenis dzikir. Pertama, dzikir kepada Allah Azza Wa Jalla yang dilakukan di dalam qalbu. Kedua, dzikir yang lebih baik, yaitu ingat kepada Allah ‘Azza Wa Jalla saat terdorong hendak melakukan maksiat, sehingga tidak jadi melakukannya.” Sebagian ulama lainnya ada yang mengatakan setiap jiwa akan keluar dari dunia ini dengan rasa dahaga yang luar biasa, kecuali orang yang selalu ingat kepada Allah Azza wa Jalla. Sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiaylahu anhu juga pernah mengatakan, “Para penghuni surga nanti tidak akan bersedih oleh apapun, kecuali disebabkan oleh waktu yang terbuang ketika berada di alam dunia tanpa diisi dengan berdzikir.” (yat) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Memiliki Pribadi Yang Sangat Luar Biasa, Meski Dalam Candaan Terasa Berwibawa

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Contoh-contoh canda Rasulullah SAW adalah sisi potret kehidupan Rasulullah SAW yang jarang menjadi bahasan. Padahal contoh-contoh tersebut menjadi penting dibahas agar menjalankan keseharian dengan proporsional dan seimbang juga tetap dalam tuntunan syariah. Sesungguhnya Rasulullah SAW adalah teladan dan referensi dalam setiap sisi kehidupan, termasuk dalam canda. Walaupun banyak tanggung jawab dan bebannya, tetapi ia bercanda dan tidak berkata kecuali yang benar dan membersamai para sahabat dalam keseharian seperti masyarakat pada umumnya. Membersamai mereka pada saat bermain dan bercanda, juga membersamai mereka dalam kesedihan dan kesusahan. Dalam bukunya, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim alladzi Nunsyiduhu, Syekh Yusuf al-Qardhawi Rahimahullah menjelaskan contoh-contoh canda dan rehat Rasulullah SAW. Di antara contoh-contoh tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut. (1) Rasulullah SAW adalah pribadi yang semringah, ceria, dan santai. Kesimpulan ini sebagaimana dikutip Syekh Yusuf al-Qardhawi dari Kanzu al-‘Umal. “Para sahabat menilai bahwa Rasulullah SAW termasuk pribadi yang banyak canda di antara kami” (Kanzu al-‘Umal, 18400). (2) Rasulullah SAW senang membuat orang lain terhibur dan gembira, khususnya dalam momentum seperti hari raya dan pernikahan. Sebagaimana dijelaskan al-Qardhawi, “Adalah Rasulullah SAW senang membuat para sahabat dan masyarakat itu gembira dan bahagia khususnya dalam momentum seperti hari raya dan pernikahan.” (3) Rasulullah SAW bukan sosok yang menyendiri dan terpisah dari para sahabat dan lingkungannya. Tetapi Rasulullah SAW itu membersamai para sahabat dalam setiap sisi kehidupan mereka: dalam suka dan duka, dalam sedih dan canda mereka. Sebagaimana yang disampaikan oleh Zaid bin Tsabit. “Sahabat Zaid bin Tsabit menjelaskan bahwa ia diminta untuk menjelaskan kondisi Rasulullah SAW, kemudian ia menceritakan, ‘Saya adalah tetangganya pada saat wahyu turun kepadanya, maka ia meminta saya untuk menuliskan wahyu. Dan pada saat kami mengingat dunia, maka ia menjelaskannya bersama kami. Dan pada saat kami mengingat akhirat, maka ia pun mengingatnya bersama kami. Dan pada saat kami menyebutkan makanan, maka ia pun menyebutkannya bersama kami.’ Ia berkata, ‘Ini yang bisa saya jelaskan kepada kalian tentang Rasulullah SAW’.” (HR Thabrani dengan sanad hasan sebagaimana dalam Majma’ Az-Zawaid 9/17). (4) Canda Rasulullah SAW dengan istri-istrinya. Potret di dalam rumah tangga Rasulullah SAW, bagaimana Rasulullah SAW mengisi sebagian waktunya bersama istri-istrinya dengan mengajak mereka bermain, bercanda, serta mendengarkan kisah dari istri-istrinya. Potret tersebut yang disaksikan para sahabat di rumah Rasulullah SAW, saat bercanda dan bermain dengan istri-istrinya. Termasuk Rasulullah SAW juga mendengarkan cerita dan kisah istri-istrinya. Sebagaimana dalam hadis Umi Zar’ yang terkenal dan diabadikan dalam Shahih Bukhari. (5) Canda Rasulullah SAW dengan seorang nenek. Pada saat seorang perempuan lanjut usia meminta doa kepada Rasulullah SAW agar masuk surga. Kemudian Rasulullah SAW merespons permintaan tersebut dengan menjelaskan bahwa penghuni surga itu tidak ada yang berusia senja. Jawaban itu tidak bermaksud mengategorikannya bukan ahli surga karena faktor usia, tetapi jawaban Rasulullah SAW itu bernada canda. Intinya, saat masuk surga, setiap yang lanjut usia akan menjadi gadis. Sebagaimana diceritakan dalam hadis, “Kami juga melihat Rasulullah SAW bercanda dengan seorang perempuan tua yang datang dan berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Doakan aku agar aku bisa masuk surga.’ Rasulullah SAW menjawab dan mengatakan kepada perempuan itu, ‘Tidak akan masuk surga, surga itu tidak akan dimasuki oleh orang tua.’ Kemudian perempuan tersebut menangis karena memahami perkataan apa adanya. Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Bahwa pada saat ia masuk surga, maka ia tidak akan di usia senja, tetapi kembali menjadi seorang gadis terbaik.’ Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah SWT tentang perempuan-perempuan surga, ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan yang penuh cinta (lagi) sebaya umurnya.’ (QS al-Waqi’ah: 35-37).” Hadis ini diriwayatkan at-Tirmidzi dalam asy-Syamail, ‘Abdu bin Hamid, Ibnu al-Mundzir, al-Baihaqi, dan lainnya, dihasankan oleh al-Bani dalam Ghayatul Muram. (6) Kisah laki-laki Damim. Adalah seorang laki-laki yang memiliki dua istri, kemudian ia menemui Rasulullah SAW dan menawarkan salah satu istrinya untuk dinikahi Rasulullah SAW. Pada saat itu ‘Aisyah mendengar dan kemudian berkomentar, “Apakah salah satu istrimu tersebut lebih baik ataukah engkau?” Laki-laki itu menjawab, “Aku lebih baik dari istriku.” Kemudian, Rasulullah SAW tersenyum dengan pertanyaan ‘Aisyah kepada laki-laki itu karena memiliki fisik yang kurang baik. Sebagaimana diriwayatkan, “Dhahak bin Sufiyan Alkalabi meriwayatkan adalah seorang laki-laki yang berparas tidak bagus pada saat dibaiat oleh Rasulullah SAW, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku memiliki dua perempuan yang lebih baik daripada Humairah. Pada saat itu ayat hijab belum turun. Apakah aku boleh melepaskan salah satunya agar engkau bisa menikahinya.’ Padahal, saat itu ‘Aisyah duduk dan mendengar perkataan itu, kemudian ‘Aisyah menjawab, ‘Apakah dia lebih baik ataukah dirimu?’ Ia menjawab, ‘Aku lebih baik dan lebih dermawan.’ Dan Rasulullah SAW tertawa dengan pertanyaan itu kepadanya karena ia adalah damim (fisiknya tidak begitu bagus).” (yus) Baca juga :

Read More

Hafshah, Salah Satu Istri Baginda Rasulullah SAW Dipuji Malaikat Karena Wanita Yang Rajin Puasa dan Rajin Shalat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kita tentu mengenal Sayyidah Hafshah binti Umar bin Al-Khatthab adalah di antara istri Nabi yang punya kedudukan tinggi. Hal tersebut seperti dikutip dari buku the Wonderful Ummahatul Mukminim yang ditulis oleh Erlan Iskandar, Sampai-sampai Aisyah berkata, هي التي كانت تساميني من أزواج النبي “Hafshah adalah orang yang menyamai kedudukanku di antara para istri Nabi.” (Siyar A’lam An Nubala, 2/27) Namun, suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata pernah menyatakan cerai Hafshah. Lantas Hafshah pun bersedih dan berduka. Tak disangka, kemudian Malaikat Jibril pun turun menyampaikan perintah dari Allah supaya Nabi rujuk kembali kepada Hafshah, راجع حفصة، فإنها صوامةقولمة، وأنها زوجتك في الجنة “Rujuklah kepada Hafshah karena sesungguhnya dia adalah wanita yang rajin puasa dan rajin shalat. Sesungguhnya dia adalah istrimu di surga.” (HR. Ath Thabarani) Awalnya Hafshah merasa sedih, namun setelahnya ia berbahagia. Dari hadits di atas, diketahui bahwa Hafshah itu rajin beribadah. Pada zaman itu, tidak banyak wanita yang bisa baca tulis. Hafshah adalah salah seorang yang bisa membaca dan menulis. Ia diajari oleh Syifa binti Abdullah. Hafshah sangat semangat mempelajari ilmu agama dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia meriwayatkan 60 hadits yang berasal dari Rasulullah dan Umar bin Al Khattab. Ada jasa besar Hafshah dalam dunia Ilmu, yaitu menjaga Alquran yang telah dikumpulkan menjadi satu. Dahulu semasa Nabi masih hidup, Alquran dijaga dengan cara dihafal oleh para sahabat dan ditulis pada lembaran-lembaran ataupun pelepah kurma. Pada masa Abu Bakar, banyak para sahabat yang menghafal Alquran meninggal dunia. Oleh karenanya, dikumpulkanlah ayat-ayat Alquran dan disusun menjadi satu. Hafshah ditugaskan menjadi orang yang menyimpan lembaran-lembaran Alquran yang telah dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit. Pada masa Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah, ia meminjam Mushaf yang ada pada Hafsah, kemudian menyuruh beberapa sahabat lain untuk menyalinnya sehingga jadilah beberapa mushaf Alquran. Beberapa mushaf itu dikirimkan ke beberapa wilayah kaum muslimin. (yat) Baca juga :

Read More

UAH Bagikan 3 Cara Introspeksi Diri di Bulan Rajab

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rajab merupakan satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Empat bulan hurum dalam kalender hijriyah di antaranya Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. “Rajab adalah pembuka semua bulan kebaikan. Kalau kita nggak dapat Ramadhan, minimal Rajabnya dapat” terang pendakwah Ustadz Adi Hidayat. UAH melanjutkan, begitu pentingnya bulan Rajab maka semua muslim wajib untuk mengetahui keistimewaannya. Disebut bulan hurum karena adanya larangan untuk berbuat aniaya dan peperangan. Karena itu, dianjurkan untuk melakukan perbuatan baik, salah satunya dengan evaluasi diri agar dijauhkan dari perbuatan dzalim. Ustadz Adi Hidayat (UAH) pun membagikan tiga cara berintrospeksi dengan tiga pendekatan utama. “Kalau terkait dengan dosa-dosa keseharian maka lakukan dzikir Nabi Adam. Quran surat ke 7 ayat 23, saya yakin kita hafal,” ungkap UAH dalam kajian “Keutamaan Bulan Rajab”, dikutip dari channel Adi Hidayat Official, Ahad (21/1/2024). قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَاۤ اَنۡفُسَنَا وَاِنۡ لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَـنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَـنَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ Artinya: Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” “Bacakan itu minimal setelah kita selesai shalat. Perbanyak zikir tadi,” lanjutnya. Namun, UAH mengingatkan agar dzikir tersebut tak hanya di lisan tapi juga bayangkan persoalan yang dihadapi dalam hidup. “Ketika dibacakan, mata Anda zalim, rasakan kezaliman itu. Ketika dengan orang tua tak bagus, bayangkan per buatan buruk yang sedang Anda kerjakan. Begitu Anda bacakan air mata Anda menetes, seketika ampunan Allah akan turun pada kita dan gugur perbuatan buruk yang pernah kita lakukan,” urai UAH. Kemudian, dosa yang terkait dengan aktivitas pekerjaan yang sedang dilakukan. UAH mencontohkan Nabi Yunus AS yang mendapat tantangan tinggi saat berdakwah. Agar dapat keluar dari masalah pekerjaan dan terhindar dari segala keburukan, yaitu dengan dzikir Nabi Yunus tatkala terperangkap di perut ikan paus. لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ Lā ilaha illa anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn. Artinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” Cara evaluasi diri selanjutnya yaitu dengan membaca dzikir Nabi Ayub AS bila sedang sakit atau terkena penyakit yang parah. Doa ini dibaca Nabi Ayub saat sakit tertuang dalam Al Qur;an surat Al Anbiya ayat 83. أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ Rabbahu anni massaniyad-durru wa anta ar-hamur-rahimin. Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. (yat) Baca juga :

Read More