Asal Muasal Lima Perkara Jadi Obat Hati

Surabaya — 1miliarsantri.net : Masyarakat Indonesia tidak terlalu asing dengan lagu “Tombo Ati” atau “Obat Hati” yang biasanya populer menjelang atau ketika Ramadhan. Lagu yang terkesan syahdu dan sejuk ini ternyata memiliki asal yang bisa dilacak dan penjelasan yang cukup bermakna dan bermanfaat. Di Indonesia, terkhusus di Jawa, lagu ini populer sebagai ajaran Sunan Bonang atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim di Tuban, Jawa Timur (1465-1525 M) yang kemudian diajarkan pada murid-muridnya dan masyarakat sekitar sebagai media dakwah saat itu. Syair lagu ini jika dilacak asal usulnya, ditemukan bahwa ajaran ini ditemukan dalam kitab Majmu’ Rasa’il Ibnu Rajab yang merupakan kumpulan risalah Ibnu Rajab al-Hanbali (1335-1393 M). Selain dalam karya Ibnu Rajab, ajaran ini juga ditemukan sebagai nasehat Ibrahim al-Khawash (wafat 903 M) yang dikutip dalam kitab Dzam al-Hawa karya Ibnu Jauzi (1116-1201 M), nasehat ini juga diberikan oleh Yahya bin Mu’adz ar-Razi (830-871 M) yang ditulis dalam karyanya, kitab Dzam Qaswat al-Qalb. Nasehat ringkas dan mendalam dalam untaian syair ini menjadi populer di masyarakat Islam di pulau Jawa, lalu dipopulerkan secara lebih luas karena dilagukan dalam bahasa Indonesia oleh Opick pada tahun 2005. Hingga kini, lagu ini masih terus populer dengan kreasi baru dan di-cover oleh banyak orang di media sosial. Ini membuktikan bahwa mengajarkan kebaikan dengan media lagu atau syair menjadikan ajaran itu menjadi lebih mudah diingat dan tersimpan dalam memori jangka panjang. Lima Obat Hati Pertama, Membaca Al-Qur’an dan Maknanya (Qiraat Al-Qur’an bi at-Tadabbur) Membaca Al-Qur’an dengan makna terjemah yang direnungi (tadabbur) menjadi lebih bermakna dan menghidupkan hati. Jika Hanya dengan membaca saja mampu menguatkan batin seseorang, membaca setiap ayat dengan perlahan dan perenungan akan menjadikan seseorang setidaknya paham dengan makna umumnya dan tidak sekedar membacanya dengan singkat. Kedua, Mendirikan Shalat Malam (Qiyam al-Lail) Bangun dan memohon kepada Allah di waktu sepertiga malam merupakan terapi yang memiliki dampak positif yang kuat bagi kondisi diri seseorang. Selain karena kondisi malam hari yang lebih tenang dan lebih damai sehingga mengkondisikan diri untuk beribadah saat itu. Begitu juga karena pada waktu itu seseorang bisa memanfaatkannya sebagai waktu untuk berdoa dan memohon ampunan, dimana waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu yang tepat untuk berdo’a. Ketiga, Berkumpul dengan Orang-orang Baik (Mujalasat ash-Shalihin) Orang-orang baik atau shalih adalah orang-orang yang selalu menebar kebaikan dan membawa nilai-nilai positif bagi orang lain. Orang-orang seperti ini akan memberikan nasehat dan saran yang baik untuk siapapun yang berada disekitarnya, dan selalu berusaha untuk tidak menyakiti dengan perbuatan dan lisannya. Poin ini adalah satu-satunya terapi obat hati yang berkaitan dengan sisi sosial dalam kehidupan seseorang. Karena diri seseorang terpengaruh atau berpengaruh dengan kondisi sosial di sekitarnya, di sisi lain setiap orang tidak bisa hidup sendiri. Akan tetapi orang-orang shalih selalu memberikan dukungan kepada orang lain untuk berbuat baik dan tangguh dalam menghadapi kehidupan, bukan sebaliknya. Keempat, Banyak Berpuasa (Khola al-Bathn) Berpuasa memang membuat fisik sedikit merasa lemah karena tidak mengkonsumsi makanan dan minuman, tidak seperti biasanya. Di sisi lain, kondisi yang lebih lemah itu juga menjadikan seseorang kemudian bersifat lebih lembut dari biasanya. Jikapun dalam kondisi puasa seseorang itu marah, dia akan menyesal karena dengan marah itu kondisi fisiknya menjadi lebih lemah dan cepat lapar. Kelima, Dzikir di Waktu Malam (at-Tadharru’ ‘inda as-Sahr) Memang terdapat perbedaan dalam “Obat Hati” versi bahasa Jawa atau bahasa Indonesia dengan yang bahasa Arab pada poin ini. Karena kata “at-Tadharru’” makna asalnya adalah merendahkan diri, dengan bertaubat dan berdoa. Sedangkan yang diajarkan Sunan Bonang, atau dalam syairnya adalah “dzikir wengi ingkang suwe”, atau dzikir malam dalam waktu yang lama. Ini tentu saja menyesuaikan dengan kondisi masyarakat Jawa saat itu. Karena dengan dzikir, masyarakat Jawa akan lebih memahami apa yang perlu dilakukan untuk mengobati kondisi mereka. Karena dzikir merupakan jalan dan metode untuk merendah diri dihadapan Allah. Sehingga lebih spesifik dan lebih mudah dipahami. (yat) Baca juga :

Read More

Terkait Konsumsi Laron Bagi Umat Islam Terdapat Dua Pendapat Berbeda

Surabaya — 1miliarsantri.net : Pada musim hujan biasanya banyak laron keluar dari sarangnya dan mengerubungi lampu di rumah. Sebagian masyarakat terganggu dengan kehadiran laron, sebagiannya lagi justru menjadikan laron sebagai makanan. Ada yang membuatnya menjadi rempeyek atau memakannya sebagai lauk nasi dan sambal. Bagaimana hukum memakan laron dalam Islam? Untuk menentukan halal atau haramnya binatang bisa melihat nash Alquran dan hadits sebagai hukum yang pertama dan utama dalam Islam. Selanjutnya, bisa mempelajari keterangan dan pembahasan dari para ulama mengenai binatang itu. Apabila itu termasuk hewan yang diharamkan, maka jelas hukumnya. Sehingga apabila dikonsumsi, kendati dinyatakan memiliki kandungan gizi dan protein yang tinggi, serta baik untuk kesehatan, tetap terlarang. “Karena banyak riwayat dan nash yang tegas melarang kita mengonsumsi bahan atau makanan yang haram,” demikian dikutip dari laman MUI, Kamis (22/2/2024). Namun ada pula ulama dan Imam Madzhab yang menyatakan bahwa laron itu memiliki struktur tubuh yang dapat dianalogikan sama dengan belalang sehingga bisa dikategorikan halal mengonsumsinya. Jumhur ulama menyatakan, binatang-binatang yang tidak punya darah mengalir di tubuhnya, “Maa laa daama lahu sailun” maka umumnya dianggap suci. Tapi untuk dimakan, maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang berpendapat membolehkannya dan juga melarangnya. Tetapi dalam hal ini tetap berlaku kaidah yang bersifat umum, yaitu apabila sifatnya membahayakan bagi manusia, maka tentu menjadi terlarang. Dengan demikian hukum mengonsumsinya pun menjadi haram. Selanjutnya, bagi orang yang awam, boleh saja menerima dan mengikuti pendapat dari para kiai, pimpinan agama dan ulama yang sudah jelas kredibilitasnya. Tetapi disarankan agar umat Islam hanya mengonsumsi produk atau bahan yang telah jelas kehalalannya. Jangan “neko-neko” mencoba yang tidak jelas atau dianggap meragukan status kehalalannya. Masih banyak makanan yang jelas halal sehingga tidak perlu menyibukkan diri dengan yang meragukan atau syubhat. Sebab dikhawatirkan, yang syubhat itu akan mengakibatkan orang tergelincir pada yang haram. Pendapat berbeda dikutip dari laman NU Online, laron atau rayap dalam istilah Arab dikenal dengan kata ardlah. Hukum mengonsumsi hewan ini adalah haram karena tergolong hewan yang menjijikkan. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Hayawan al-Kubra, di mana Ardlah (rayap/laron) dijelaskan karakteristiknya. Hukum mengonsumsi hewan ardlah adalah haram karena hewan ini dianggap menjijikkan (menurut orang Arab).” (Syekh Kamaluddin ad-Damiri, Hayat al-Hayawan al-Kubra, juz I, hal. 35). (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Tips Ubah Diri Jadi Pribadi Lebih Baik saat Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ramadhan 1445 H diperkirakan akan jatuh pada 11 Maret 2024. Namun, dalam menetapkan awal Ramadhan, umat Islam di Indonesia menunggu hasil sidang isbat yang baru akan digelar pada 10 Maret 2024. Ramadhan merupakan bulan mulia yang sarat akan keberkahan namun juga penuh tantangan. Rasulullah SAW bersabda, “Ketika bulan Ramadhan dimulai, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup dan setan dirantai” (Sahih Al-Bukhari). Bagi generasi muda, Ramadhan adalah bulan penuh tantangan dan cobaan. Karena ibadah puasa dikerjakan berbarengan dengan aktivitas harian. Sehingga menempatkannya dalam posisi yang menarik, yaitu berada pada titik dalam hidup di mana terdapat pertarungan sengit antara nafsu dan kebiasaan baik yang ingin dibangun. Momen di mana iblis dikurung dan kita dapat benar-benar mendiagnosis dosa-dosa, umat Islam harus berusaha membangun kebiasaan-kebiasaan baik sebagai pengembangan diri di bulan Ramadhan. Agar ibadah dibulan suci Ramadhan nanti bisa dilaksanakan dengan baik, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan manfaat Ramadhan: Seseorang yang mengharapkan pahala, maka ia harus berniat melakukan perbuatan yang mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala. Tanamkan niat itu ketika Anda sedang berpuasa, shalat, membaca Al-Qur’an, berbagi dengan orang lain dan sebagainya, demi Allah dan ridha-Nya. Nikmati waktu sahur bersama keluarga dan jadikan momen ini sebagai tradisi untuk berkumpul. Pastikan Anda makan dan minum saat sahur. Nabi SAW bersabda, “Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur terdapat keberkahan.” (Sahih Bukhari). Nah, bila Anda termasuk orang yang sulit bangun dari tempat tidur, siasati dengan menyiapkan sebotol air di samping dipan dan setel alarm. Bila sebelumnya Anda kerap mendengarkan musik, saat Ramadhan sebaiknya ganti kebiasaan itu dengan mendengarkan murrotal atau tausiyah ringan dalam bentuk podcast. Selain dapat mengisi waktu, obrolan bersama ulama dapat menambah pengetahuan Anda akan Islam. Nabi SAW digambarkan sangat dermawan saat Ramadhan. Keyakinan utama dalam keimanan kita adalah saat memberi maka Allah akan mengembalikannya lebih banyak. Namun, tentu saja bersedekah dengan berharap ridha Allah SWT. Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Karena itu kejarlah dengan memperbanyak ibadah sunnah seperti shalat sunnah, berdoa, tersenyum, menyajikan buka puasa untuk orang lain, bersiwak, silaturahmi, memperbanyak dzikir dan berusaha menjadi lebih baik lagi. Bila Anda mampu dan kerap membaca Al-Qur’an, alhamdulillah itu merupakah berkah dari Allah. Namun masih banyak dari kita yang kesulitan untuk membaca kalam Ilahi. Ada banyak cara untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an yaitu dengan mendengarkannya saat berkendara, mengunduh aplikasi di ponsel dan dengarkan sebelum tidur. Saat berbuka, hidrasi tubuh dengan baik. Hindari makan terlalu banyak saat berbuka puasa. Atur kecepatan saat makan hingga kenyang. Kemudian dirikan shalat Maghrib, Isya dan tarawih. Bila setelah itu Anda masih merasa lapar, maka makanlah secukupnya. Hanya saja tetap perhatikan makanan yang sehat bagi tubuh Anda. (yat) Baca juga :

Read More

Perbanyak Shalawat dan Puasa Sunnah Agar Meraih Keutamaan di Bulan Sya’ban

Jakarta — 1miliarsantri.net : Puasa dibulan suci Ramadhan 2024 akan berlangsung pada Maret-April. Bila dihitung mundur, sekitar 20 hari lagi umat Islam akan mulai menjalankan puasa Ramadhan 2024. Ramadhan merupakan bulan penuh rahmat, berkah, dan penuh ampunan dari Allah SWT. Bulan ini sangat istimewa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadr, malam terbaik daripada seribu bulan. Karena bulan istimewa, penting kiranya bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri sebelum memasukinya, yaitu pada bulan Rajab dan Sya’ban. Sebab, dua bulan ini mempunyai banyak keutamaan dan manfaat, salah satunya menyiapkan bekal untuk Ramadhan. ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679). Bila pada bulan Rajab semua amal saleh dilipatgandakan, begitu pula dosa. Sementara bulan Sya’ban juga memiliki beberapa keutamaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rajab adalah bulannya Allah, Sya`ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”. Abu Bakar Al-Balkhi berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman”. Mengutip laman Istiqlal.or.id, Selasa (20/2/2024), Sya’ban adalah bulan bagi umat Islam mempersiapkan diri dan pemanasan sebelum menghadapi Ramadhan. “Sebagai bulannya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menghadiahkan shalawat di bulan Sya’ban kepada junjungan kita Nabi paling mulia adalah sebuah kewajiban. Dengan meninggikan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kita mengikuti perintah Allah yang telah meninggikan nama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “warafa’na laka dzikrak”,” ungkap Wakabid Sosial dan Pemberdayaan Umat, Prof Sri Mulyati. Dia menambahkan, dengan perbanyak shalawat di bulan pemilik bulan tersebut, kita berharap Nabi Muhammad akan senang dengan kita, insyaAllah kita mendapatkan syafaatnya. Jika Nabi senang, maka insyaAllah Allah akan meridlai kita. Artinya, membaca shalawat adalah salah satu anjuran amalan di bulan Sya’ban. Amalan ini ditegaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki karena turunnya ayat tentang anjuran bershalawat untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu surat Al Ahzab ayat 56: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦ Artinya : “Sungguh Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. Ibnu Abi Shai al-Yamani dan Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriyah dan menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan shalawat karena pada bulan itulah ayat tentang perintah anjuran shalawat diturunkan. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Syihabuddin al-Qasthalani dalam Al Mawahib. Kemudian, pada bulan Sya’ban Rasulullah juga melaksanakan shaum atau puasa sunnah. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulanbulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.” Karena itu, Sya’ban dikenal juga dengan bulan puasa sunnah. Berdasarkan riwayat Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak puasa sunah. Bahkan Rasulullah hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunah. “Oleh karena itu marilah perbanyak membaca shalawat dan berpuasa di bulan Sya’ban. Asshalatu wassalamu ‘alaika ya sayyidii ya Rasulullah, khudz biyadina qallat hilatina, adrikna ya Rasulullah,” tutup Prof Sri Mulyati. (wink) Baca juga :

Read More

Kisah Ikaf Seorang Pemuda yang Kelamaan Menjadi Jomblo

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam (SAW) adalah teladan bagi umat Islam. Segala perilaku Rasulullah SAW sehari-hari diharapkan dapat diikuti oleh kaum muslimin. Walaupun tidak semua yang dijalankan Rasulullah SAW layak dan pantas untuk orang beriman, karena ada kekhususan tertentu yang tidak mungkin berlaku untuk umatnya. Salah satunya dalam hal menikah. Rasul SAW memiliki istri lebih dari empat. Sedangkan umat Islam, diberikan batasan beristri maksimal empat orang. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 3. وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ “Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.” (QS. An-Nisa ayat 3). Dalam keterangan ayat di atas, umat Islam hanya diperbolehkan menikahi perempuan maksimal empat orang, tidak boleh lebih. Karena menikah lebih dari empat istri adalah kekhususan yang diberikan Allah kepada Rasulullah SAW. Namun demikian, dalam hal lainnya, umat Islam disunnahkan mengikuti perilaku keseharian Rasulullah SAW, termasuk dalam hal menikah. Beliau membenci umat Islam yang sudah mampu, namun enggan untuk menikah. beliau mengecam umat yang demikian itu seperti Rahib Nasrani, atau temannya setan. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah pernah menegur seorang anak muda yang bernama Ikaf bin Bisyr At-Tamimi. Dalam keterangan lain disebutkan namanya Ikaf bin Khalid. Suatu hari, Ikaf bin Bisyr Al-Tamimi yang berusia sangat muda, namun dikenal sebagai anak yang kaya raya, ditemui oleh Rasulullah yang sedang bersama sejumlah sahabat di Masjid Nabawi. Rasulullah bertanya kepada Ikaf, “Hai Ikaf, apakah engkau sudah beristri?” Ikaf menjawab, “Belum, wahai Rasulullah.” “Apakah kamu tidak punya hamba sahaya perempuan?” tanya Rasulullah sekali lagi. “Tidak punya, wahai Rasulullah,” jawab Ikaf lirih.“Bukankah engkau punya banyak harta?” tanya Rasulullah lebih jauh. “Benar, wahai Rasulullah,” jawab Ikaf. “Kalau begitu, engkau termasuk temannya setan. Sekiranya engkau di kalangan orang-orang Nasrani, engkau adalah rahib mereka. Sunah kami adalah menikah.” “Seburuk-buruknya kalian adalah orang yang membujang dan sehina-hinanya orang mati di antara kalian adalah orang yang membujang. Apakah kalian ingin bergabung dengan setan?” “Tiada senjata milik setan yang lebih ampuh untuk menundukkan orang-orang saleh daripada perempuan. Tentu saja dengan mengecualikan orang-orang yang telah menikah.” “Mereka adalah orang-orang yang suci dan terbebas dari hal-hal yang kotor. Celakalah engkau, hai Ikaf! Sesungguhnya perempuan adalah kawan Ayub, Dawud, Yusuf, dan Kursuf!” kata Rasulullah yang bermaksud mengajari Ikaf tentang pernikahan dan ridha Allah. Mendengar nama Kursuf, para sahabat yang hadir bertanya; “Siapakah kursuf itu, wahai Rasulullah?” tanya salah seorang sahabat yang bernama Bisyr bin Athiyyah. Rasul menjawab: “Seorang pria yang beribadah kepada Allah di sebuah pantai selama bertahun-tahun. Siang hari dia berpuasa dan malam hari dia selalu melakukan shalat malam. Namun, kemudian dia menentang Allah Yang Mahaagung lantaran seorang perempuan yang dirindukannya. Setelah itu, dia kembali menjalankan kebiasaannya itu seraya bertobat kepada Allah.” Setelah menjelaskan hal tersebut, Rasul meminta Ikaf untuk menikah. Dan jika tidak mau menikah, Rasul mengecamnya. “Celakalah engkau, hai Ikaf! Menikahlah. Jika tidak, engkau termasuk orang yang bimbang,” tegas Rasulullah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW memerintahkan anak muda untuk menikah. عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ لَنَا رَسُولُ اَللَّهِ: يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) Dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada kami, “Wahai para pemuda, siapa yang sudah mampu menafkahi biaya rumah tangga, hendaknya dia menikah. Karena hal itu lebih menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa, karena puasa dapat meringankan syahwatnya.” (yat) Baca juga :

Read More

Terdapat Enam Golongan Yang Dilaknat Allah SWT dan Rasul-nya

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Dalam Islam laknat Allah SWT yang ditujukan untuk hamba menunjukkan bahwa, perilaku tertentu tersebut merupakan dosa besar. Pelakunya pun mendapat posisi terendah di hadapan-Nya. Dalam Durus wa Fatawa Al-Haram Al-Madani, Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan sebagai berikut: كُلُّ ذَنْبٍ كَانَتْ عُقُوْبَتُهُ اللَّعْنَةَ فَهُوَ مِنْ كَبَائِرِ الذُّنُوْبِ “Setiap dosa yang hukumannya adalah mendapatkan laknat, maka dia termasuk dosa besar. Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam kitab Nashaihul Ibad menyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dan Imam Hakim. Dalam riwayat tersebut diungkapkan enam golongan manusia yang dilaknat oleh para Nabi dan Allah SWT. Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008, Rasulullah SAW bersabda: سِتَّةٌ لَعنتُهم ولَعَنَهم اللهُ -وكلُّ نبيٍّ مُجابٌ-: الزائدُ في كِتابِ اللهِ، والمُكذِّبُ بقَدَرِ اللهِ، والمُتسلِّطُ بالجبروتِ ليُعِزَّ مَن أذلَّ اللهُ، ويُذِلَّ مَن أعَزَّ اللهُ، والمُستحِلُّ لحُرُمِ اللهِ، والمُستحِلُّ من عِتْرَتي ما حرَّم اللهُ، والتاركُ لسُنَّتي “Enam orang yang akan saya laknat, dilaknat juga oleh Allah dan oleh setiap Nabi, yakni orang yang tidak diterima doanya yaitu orang yang menambahi isi kitab Allah. Orang yang mendustakan qadar Allah. Penguasa yang zalim yang menindas dengan sewenang-wenang sehingga memuliakan orang yang dihinakan Allah dan menghinakan orang yang dimuliakan Allah. Orang yang menghalalkan perbuatan yang diharamkan di Tanah Haram (Tanah Suci) Allah. Orang yang menghalalkan perbuatan terlarang terhadap keturunan dan kerabatku. Orang yang berpaling dari sunnahku. Sesungguhnya Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat nanti dengan pandangan kasih sayang.” (Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi al-Banteni) Golongan manusia yang akan dikutuk oleh Nabi Muhammad SAW, Allah SWT, dan para Nabi yang lain itu ada enam. Pertama, orang yang dengan sengaja menambah isi Kitab Allah. Yaitu orang yang memasukkan sesuatu yang tidak ada dalam Alquran dan menakwilkannya (menerangkannya) dengan sesuatu yang tidak benar. Kedua, orang yang mendustakan qadar atau ketentuan Allah. Yaitu hubungan kehendak yang bersifat Dzat dengan beberapa perkara pada waktu tertentu dan sebab tertentu yang merupakan suatu perumpamaan dari qadar. Ketiga, penguasa yang bertindak dengan sewenang-wenang, yang mengagungkan orang yang telah dihinakan oleh Allah SWT dan menghina orang yang telah diagungkan oleh-Nya. Keempat, orang yang menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah, yaitu orang yang mengerjakan segala sesuatu yang haram dan mengerjakannya di Tanah Haram, Makkah. Kelima, golongan yang melakukan perbuatan terlarang terhadap keturunan dan sanak kerabat Rasulullah SAW. Yaitu orang yang berbuat maksiat, mendurhakai dan menzalimi keturunan dan kerabat Rasulullah SAW. Keenam, orang yang berpaling dari sunnah Rasulullah SAW, karena meremehkannya. (yus) Baca juga :

Read More

Penyuluh Agama Ikut Hadir Meminimalisir Angka Kenakalan Remaja

Banda Aceh — 1miliarsantri.net : Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Provinsi Aceh mengajak seluruh penyuluh agama Islam (PAI) di provinsi paling barat Indonesia itu untuk berperan meminimalisasi kenakalan remaja yang sedang marak di Aceh. Ketua IPARI Aceh Evi Sri Rahayu mengatakan PAI perlu aktif menjaga ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Hal ini penting agar aktivitas masyarakat lancar tanpa khawatir dengan gangguan akibat kenakalan remaja. “Kalau keadaan kondusif, masyarakat mudah melaksanakan kegiatan keagamaan dan sosial,” terang Evi dalam keterangan diterima 1miliarsantri.net, Sabtu (17/2/2024). Dalam sebulan terakhir, kata dia, isu kenakalan remaja dan geng motor meresahkan masyarakat di Tanah Rencong, khususnya di Kota Lhokseumawe, Banda Aceh, dan Kabupaten Aceh Besar. Bahkan, sempat terjadi aksi perkelahian dan pembacokan. Menurut dia, mereka tidak terlahir sebagai anak-anak dengan sifat nakal, namun karena pergaulan tidak terbatas dan mudah terpengaruh, sehingga mereka terjebak dalam lingkungan yang tidak positif. Oleh karenanya, kata Evi, masih sangat potensial para remaja itu dibina sesuai persoalan masing-masing, sehingga kembali menjadi remaja yang produktif dan bermanfaat bagi bangsa. “Kalau bisa, arahkan mereka ke kegiatan olahraga yang punya efek positif bagi mereka,” tegas Ketua Tim Penyuluh Agama Islam Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh itu. Memang, lanjut Evi, mengatasi persoalan tersebut tidak mudah. Namun, apabila semua pihak mau terlibat dan berpartisipasi, persoalan kenakalan remaja dapat dihindari. Kepada penyuluh agama Islam, dia mengingatkan agar mengantisipasi pengaruh negatif terhadap remaja, yang kini berada dalam binaan penyuluh di masing-masing tempat bertugas. “Harapannya, tidak muncul kembali aksi-aksi anarkis yang dilakukan oleh remaja,” pungkasnya. (mik) Baca juga :

Read More

Al Qur’an Memberikan Ciri Pemimpin yang Diridhai Allah SWT

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Alquran telah memberikan pencerahan tentang pemimpin. Salah hikmah tentang pemimpin yakni Surat al-Baqarah ayat 124: وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ Wa iżibtalā ibrāhīma rabbuhū bikalimātin fa atammahunn(a), qāla innī jā‘iluka lin-nāsi imāmā(n), qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu ‘ahdiẓ-ẓālimīn(a). Artinya: “(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” Hamka dalam Tafsir Al Azhar Jilid 1 mengatakan banyak pelajaran yang diambil dari ayat tersebut. Menurut Hamka, Allah SWT akan memberikan jabatan yang mulia dari seseorang termasuk kepada Rasulnya setelah melalui ujian berat seperti yang dialami Nabi Ibrahim alaihissalam. Allah SWT mengangkat Ibrahim sebagai imam bagi manusia setelah lulus melalui berbagai ujian di antaranya menentang ayahnya sendiri yang menyembah berhala. Imam, kata Hamka, ialah orang yang teladani baik berkenaan dengan agama, ibadah dan akhlak. Dalam ayat tersebut, Ibrahim juga memohon agar jabatan imam diberikan kepada orang yang dipilih Allah SWT namun dari kalangan anak-cucunya. Allah SWT mengabulkannya namun tak akan diberikan kepada anak cucunya yang zalim. Menurut Hamka kebaikan budi pekerti, ketinggian agama dan kebaikan ibadah bukan karena keturunan. Mereka yang naik sebagai pemimpin yang mampu melewati ujian sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim alaihissalam. Hamka mengatakan dari ayat tersebut dapat ditarik pelajaran bahwa menjadi pemimpin yang diridhai Allah SWT tidak mudah. Sebelum menjadi pemimpin harus mampu melawan ujian berat sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim. Imam Al Mawardi dalam bukunya tentang politik Islam berjudul al-Ahkamu Sulthaniyyah. Berikut syarat dan kriteria pemimpin idaman dalam Islam. Ini meliputi Islam, baligh, dan berakal. Maka, orang kafir tidak boleh dipilih menjadi pemimpin, orang-orang mukmin. Orang yang tidak berakal, baik karena masih kecil atau karena hilang akalnya, tidak boleh memegang kekuasaan dan yang semisalnya sama sekali. Wilayah kubra (kepemimpinan tertinggi) untuk laki-laki dengan kesepakatan para ulama. Disyaratkan sebagai orang yang merdeka karena budak tidak berkuasa atas dirinya, namun ia berada di bawah kendali tuannya. Yaitu sifat yang membuat pelakunya bertaqwa, menjauhi dosa-dosa, dan perilaku yang merusak harga dirinya di tengah-tengah umat. Seorang pemimpin disyaratkan orang yang mempunyai bagian yang besar dari ilmu syar’i dan tsaqafah, agar memungkinkan baginya mengetahui yang haq dari yang bathil dan mengatur urusan-urusan negara. Al-Imam Asy-Syaukani berkata, “Tujuan inti kepemimpinan tertinggi adalah pengaturan urusan-urusan manusia secara umum dan secara khusus, serta menjalankan perkara-perkara pada jalurnya dan meletakkannya pada tempatnya, dan ini tidak mudah dilakukan bagi orang yang ada cacat di dalam panca indranya.” (as-Sailul Jarrar 4/507). (yus) Baca juga :

Read More

Kisah Rasulullah SAW Ketika Mengirim Surat ke Raja-Raja Agar Masuk Islam

Surabaya — 1miliarsantri.net : Selain pemimpin agama, Rasulullah juga pemimpin pemerintahan. Ia menggunakan tugasnya sebagai pemimpin pemerintahan untuk memperluas dakwahnya ke berbagai negara. Maka dari itu pasca perdamaian Hudaibiyah, Rasulullah mengirimkan surat kepada raja dunia dan para pemimpin Arab untuk mengajak mereka masuk Islam. Dalam Sirah Nabawiyah “Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw” karya Abdul Hasan ‘Ali Al-Hasani An-Nadwi menjelaskan Rasulullah melalui surat kepada raja dunia dan pemimpin Arab mengajak mereka masuk Islam dengan cara bijaksana dan nasihat yang baik. Sehingga ia mengutus utusan menyampaikan surat itu kepada mereka. Pasca perdamaian Hudaibiyah situasi memang lebih aman. Hal tersebut membuat dakwah menyebarkan agama Islam lebih luas lagi menjadi lebih lancar. Ruang gerak mendakwahkan Islam tak ada yang halangan. Beberapa raja yang mendapatkan surat dari Rasulullah antara lain Raja Romawi yakni Heraclius. Pembawa surat Rasulullah ke Heraclius yakni Dihyah al-Kalbi. Namun Dihyah menyerahkan surat tersebut melalui penguasa Bushra. Bunyi surat tersebut: “Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya. Kepada Heraclius, raja Romawi. Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du: Aku mengajakmu untuk masuk Islam. Masuklah Islam maka kau akan selamat, dan kau akan diberikan oleh Allah dua pahal. Jika kau menolak maka kau menanggung dosa orang-orang Arison. “Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu. Bahwa tidak ada kita sembah kecuali Allah dan tidak ada persekutuan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’ (QS. Ali Imran [3]: 64). Selain kepada Heraclius, Rasulullah juga mengirimkan surat kepada Raja Persia, Kisra Abrawaiz, raja Habsyi, Najasyi dan raja Mesir, Muqauqis. Rasulullah membuat stempel yang terbuat dari perak bertuliskan “Muhammad Rasulullah”. Pengiriman surat terbut ke raja-raja menunjukkan bahwa Islam bukan hanya untuk bangsa Arab saja. Namun Islam adalah agama untuk umat manusia di mana saja. (yat) Baca juga :

Read More

Menghafal Al Qur’an Kunci Kemajuan Keilmuan Islam

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Spesialis Ahli saraf Mohamed Ghilan menemukan hubungan antara menghafal Al-Qur’an dengan peningkatan pemikiran dan penemuan ilmiah. Menurut Ghilan, saat mempelajari Al-Qur’an yang fokus pada pendengaran dan pengucapan, dapat merangsang area otak di lobus temporal, pusat konsolidasi memori. Semakin banyak aktivasi yang diterima area ini, seperti saat menghafal Al-Qur’an, semakin baik dan efisien lobus temporal dalam kapasitasnya untuk belajar dan mengingat. Temuan Ghilan ini memberi pencerahan baru akan pengakuan ilmuwan dunia tentang pencapaian umat Islam yang unggul dalam ilmu pengetahuan. Faktanya, seorang profesor non-Muslim di kelas Sejarah Sains menyatakan bahwa jika bukan karena masalah politik dan perselisihan, umat Islam akan mencapai bulan pada tahun 1400-an. “Pemahaman tentang sistem pendidikan Islam yang membentuk otak dan pemikiran suatu peradaban telah dibicarakan oleh banyak ulama Muslim,” kata Ghilan seperti dilansir dari Islamic Post Online, Rabu (14/2/2024). Para ulama sering merenungkan bahwa ketika umat Islam menjadi pemimpin, Al-Quran menjadi pusat sistem pendidikan mereka. Namun ketika Al-Qur’an ditinggalkan, maka kekuasaan pun akan hilang. Penelitian Ghilan melihat lebih dari sekedar aspek spiritual dan moral, namun juga apa yang sebenarnya terjadi di otak. Dia mampu mengidentifikasi daftar panjang fungsi otak dan fungsi manusia lainnya yang ditingkatkan dengan mempelajari Al-Qur’an. Proses membaca Al-Qur’an diumpamakan seperti atlet maraton. Dalam persiapan lari maraton, seorang atlet mempersiapkan diri dengan berlari jarak jauh, mengonsumsi makanan yang sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan pembiasaan otot. Demikian pula dengan menghafal Al-Qur’an yang mempunyai efek sama terhadap otak seseorang. Pembacaan kalam Ilahi secara terus menerus, dengan pengucapan yang tepat (tajwid), mengarah pada aktivasi area tertentu di otak sehingga memudahkan dalam melakukan pemahaman, pemrosesan, dan retensi dalam semua kapasitas. Hafalan dan pembacaan Al-Qur’an tidak hanya berupa realitas spiritual saja, melainkan realitas materialistis yang terbentuk di dalam otak. Bagian Otak yang Aktif saat Baca Al-Qur’an Ada tiga bagian utama otak yang diaktifkan saat membaca Al-Qur’an, yaitu lobus Korteks Serebral; Lobus Frontal, Lobus Parietal, dan Lobus Temporal. Korteks Serebral merupakan bagian terbesar dari otak manusia yang berhubungan dengan fungsi otak yang lebih tinggi seperti berpikir dan bertindak. Tindakan mendengarkan Al-Qur’an dan mengucapkannya secara akurat saat menghafal merangsang Lobus Temporal, yang berisi Hippocampus, pusat memori otak. Pengaktifan konsisten ini melalui hafalan Al-Qur’an meningkatan retensi memori. Demikian pula, lobus parietal kiri dan kanan, yang memproses saat membaca, menulis, berbicara, hubungan logika visuospasial dan pemahaman ekspresi wajah, secara konsisten juga dirangsang untuk menghasilkan peningkatan keterampilan logika dan matematika serta keterampilan visuospasial yang lebih kuat. Hal ini dapat menjelaskan keberhasilan peradaban Islam di bidang astronomi dan matematika, seperti Al Kindi dan Al-Khawarizmi. Menyadur About Islam, mendengarkan Al-Qur’an setara dengan menikmati musik. Penelitian terbaru menunjukkan kebiasaan ini dapat menyebabkan pelepasan dopamin. Dopamin merupakan senyawa kimia dalam otak yang dapat meningkatkan suasana hati dan berperan dalam menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Fungsi lain dari hormon dopamin antara lain, memberikan sinyal ke tubuh untuk menekan rasa sakit atau nyeri juga memberikan stimulus pada saraf dan otot pada penderita stroke atau cedera lain. Sistem pendidikan umat Islam memang menjadi landasan kebangkitan peradaban. Pendidikan yang berpusat pada pemahaman Al-Qur’an tidak hanya meningkatkan spiritualitas, tetapi juga meningkatkan kemampuan mental, sehingga memungkinkan keberhasilan di bidang sains, teknologi, kedokteran, astronomi, matematika dan banyak lagi. Karena itu, kata Ghilan, untuk mencapai kesuksesan, umat Muslim perlu untuk menghidupkan lagi warisan peradaban awal Islam lewat sistem pendidikan tradisional dan teknologi secara bersamaan. (yus) Baca juga :

Read More