
Perbanyak Shalawat dan Puasa Sunnah Agar Meraih Keutamaan di Bulan Sya’ban
Jakarta — 1miliarsantri.net : Puasa dibulan suci Ramadhan 2024 akan berlangsung pada Maret-April. Bila dihitung mundur, sekitar 20 hari lagi umat Islam akan mulai menjalankan puasa Ramadhan 2024. Ramadhan merupakan bulan penuh rahmat, berkah, dan penuh ampunan dari Allah SWT. Bulan ini sangat istimewa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadr, malam terbaik daripada seribu bulan. Karena bulan istimewa, penting kiranya bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri sebelum memasukinya, yaitu pada bulan Rajab dan Sya’ban. Sebab, dua bulan ini mempunyai banyak keutamaan dan manfaat, salah satunya menyiapkan bekal untuk Ramadhan. ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679). Bila pada bulan Rajab semua amal saleh dilipatgandakan, begitu pula dosa. Sementara bulan Sya’ban juga memiliki beberapa keutamaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Rajab adalah bulannya Allah, Sya`ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”. Abu Bakar Al-Balkhi berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman”. Mengutip laman Istiqlal.or.id, Selasa (20/2/2024), Sya’ban adalah bulan bagi umat Islam mempersiapkan diri dan pemanasan sebelum menghadapi Ramadhan. “Sebagai bulannya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menghadiahkan shalawat di bulan Sya’ban kepada junjungan kita Nabi paling mulia adalah sebuah kewajiban. Dengan meninggikan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kita mengikuti perintah Allah yang telah meninggikan nama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “warafa’na laka dzikrak”,” ungkap Wakabid Sosial dan Pemberdayaan Umat, Prof Sri Mulyati. Dia menambahkan, dengan perbanyak shalawat di bulan pemilik bulan tersebut, kita berharap Nabi Muhammad akan senang dengan kita, insyaAllah kita mendapatkan syafaatnya. Jika Nabi senang, maka insyaAllah Allah akan meridlai kita. Artinya, membaca shalawat adalah salah satu anjuran amalan di bulan Sya’ban. Amalan ini ditegaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki karena turunnya ayat tentang anjuran bershalawat untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu surat Al Ahzab ayat 56: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦ Artinya : “Sungguh Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. Ibnu Abi Shai al-Yamani dan Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan bahwa ayat itu turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriyah dan menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan shalawat karena pada bulan itulah ayat tentang perintah anjuran shalawat diturunkan. Pendapat ini juga dikuatkan oleh Imam Syihabuddin al-Qasthalani dalam Al Mawahib. Kemudian, pada bulan Sya’ban Rasulullah juga melaksanakan shaum atau puasa sunnah. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulanbulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa.” Karena itu, Sya’ban dikenal juga dengan bulan puasa sunnah. Berdasarkan riwayat Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak puasa sunah. Bahkan Rasulullah hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunah. “Oleh karena itu marilah perbanyak membaca shalawat dan berpuasa di bulan Sya’ban. Asshalatu wassalamu ‘alaika ya sayyidii ya Rasulullah, khudz biyadina qallat hilatina, adrikna ya Rasulullah,” tutup Prof Sri Mulyati. (wink) Baca juga :