Berbagai Macam Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Bulan Ramadhan bulan yang sangat mulia. Pada bulan Ramadhan, kita dianjurkan meningkatkan ibadah serta memperbanyak kebaikan. Tak terkecuali di bulan Ramadhan umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak bersedekah. Bersedekah di bulan Ramadhan memiliki keagungan yang luar biasa dibandingkan di bulan-bulan yang lain. Sayyidina Anas RA meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan bersedekah pada bulan Ramadhan: عَنْ اَنَسٍ قِيْلَ يَا رَسُولَ اللهِ اَيُّ الصَّدَقَةِ اَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِى رَمَضَانَ Artinya, “Dari Anas dikatakan, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadhan.” (HR At-Tirmidzi). Bahkan, Rasulullah SAW sendiri sangat dermawan ketika memasuki bulan Ramadhan melebihi kedermawanan di bulan-bulan lain. Disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَل اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ Artinya, “Dari sahabat Ibnu Abbas: Rasulullah SAW adalah orang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan,” (HR Al-Bukhari dan Muslim). Berangkat dari hadits ini, Imam Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi mengingatkan kepada kita agar bersikap dermawan kepada sesama di bulan Ramadhan. Terlebih, bulan Ramadhan merupakan bulan mulia yang mana orang Islam disibukkan dengan ibadah puasa hingga meninggalkan pekerjaannya. Sudah semestinya bagi kita untuk saling berbagi demi mencukupi kebutuhan di bulan Ramadhan. يختار للناس أن يكثروا من الجود والإفضال في شهر رمضان اقتداء برسول الله صلى الله عليه وسلم وبالسلف الصالح من بعده، ولأنه شهر شريف قد اشتغل الناس فيه بصومهم عن طلب مكاسبهم Artinya, “Diharapkan bagi manusia banyak berlaku dermawan dan mementingkan orang lain pada bulan Ramadhan karena mengikuti sunnah Rasulullah saw dan ulama salafus shaleh setelahnya.Karena bulan Ramadhan merupakan bulan mulia, orang-orang sibuk berpuasa hingga meninggalkan pekerjaan mereka.” (Al-Mawardi, Al-Hawi fi Fiqhhis Syafi’i, juz III, halaman 479). Terlebih, bersedekah merupakan amal kebaikan yang penuh dengan keagungan dan keutamaan. Allah swt akan memberikan pahala yang berlipat ganda pada hambanya yang bersedekah. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 18 Allah swt berfirman: اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan ‎dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan ‎dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala ‎yang mulia.’’ (QS Al-Hadid: 18)‎. Selain itu, bersedekah juga dapat menghapus kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi disebutkan: وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ Artinya, ‎“Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana api dapat dipadamkan dengan air, begitu pula ‎shalat seseorang selepas tengah malam.” (HR At-Tirmidzi). Apalagi kita dianjurkan bersedekah memberi makanan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang memberi makan buka kepada orang puasa akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. مَنْ اَفْطَرَ صَائِمًا فَلَهُ اَجْرُ صَائِمٍ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ Artinya, “Siapa yang memberi makanan orang yang sedang berpuasa untuk berbuka, maka baginya pahala seperti orang puasa tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang puasa tersebut”. (HR At-Tirmidzi). Bulan suci Ramadhan menjadi momen yang sangat pas untuk memperbanyak bersedekah. Karena setiap amal kebaikan di bulan yang mulia ini akan dilipatgandakan melebihi bulan-bulan yang lain. Syekh Ibrahim Al-Bajuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri menyebutkan yang artinya, “Dan kesimpulannya, maka (hendaknya) seseorang memperbanyak amal kebaikan di bulan Ramadhan karena (pahala) amal kebaikan akan dilipatgandakan dibandingkan ganjaran amal kebaikan yang dilakukan di luar bulan Ramadhan,” (Ibrahim Al-Bajuri, Hasyiyah Al-Bajuri, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1999 M/1420 H], cetakan kedua, juz I, halaman 562). (yat) Baca juga :

Read More

Makna Tradisi Tadarus Al Quran Saat Bulan Ramadhan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Muti mengatakan, tradisi tadarus atau tadarusan perlu kita lakukan di bulan suci Ramadhan ini. Karena Ramadhan itu adalah Syahrul Quran, bulan al-qur’an. Tradisi Al Quran memiliki akar atau memiliki asal-usul yang berkaitan dengan bagaimana Rasulullah SAW dan Malaikat Jibril senantiasa Tadarus di bulan Ramadhan. Di dalam hadis yang disebutkan di dalam kitab muttafaq alaih hadis yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas disebutkan bahwa pada bulan Ramadhan Jibril selalu bertemu dengan Nabi Muhammad SAW setiap malam di bulan Ramadhan. “Jibril dan Nabi Muhammad SAW saling belajar tadarus al-qur’an . Apa yang dilakukan pada saat itu tentu Nabi Muhammad SAW membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diterima wahyunya melalui Malaikat Jibril, dan kemudian Malaikat Jibril menyimak bacaan Nabi Muhammad SAW, dan karena itu maka kemudian ini yang menjadi inspirasi atau yang menjadi akar, latar teologis mengapa kemudian umat Islam menyelenggarakan tradisi tadarus atau tadarusan di bulan Ramadhan,” terang Mu’ti kepada 1miliarsantri.net, Senin (25/3/2024). Mu’ti menegaskan bahwa dalam tadarus itu yang terpenting adalah kita tidak sekadar membaca Al-Qur’an tetapi berusaha untuk memahami, mendalami, dan menghayatinya. “Kalau kita baca di dalam al-qur’an disebutkan Afala yatadabbarun al-Qur’an Am ‘Ala Qulubin Aqfaluha tidakakkah kamu itu merenungkan al-qur’an dan kamu bisa meresapi al-qur’an itu di dalam lubuk hatimu sehingga di sini sebenarnya menghendaki pengertian bagaimana kita tadarus itu meliputi tiga proses yang pertama itu kita membacanya, kemudian kita memahaminya dan kemudian kita berusaha menelaah dengan sangat mendalam merefleksikan apa yang kita baca,” jelas Mu’ti. Mu’ti menjelaskan bahwa terdapat dua makna yang dapat diambil dari tradisi tadarusan, pertama karena Ramadan itu adalah bulan di mana Allah SWT menurunkan permulaan Al-qur’an sebagaimana disebutkan di dalam surah Al Baqarah 185. “Bulan Ramadan itu adalah bulan di mana Allah SWT menurunkan sebagian Al-qur’an, kemudian yang kedua Ramadan itu bulan Al-qur’an, maknanya kita memperbanyak membaca Al-qur’an pada malam hari, pada siang hari, bahkan sebagian ada yang memiliki niat atau komitmen untuk one day one juz,” pungkas Mu’ti. (wink) Baca juga :

Read More

Prof Quraish Shihab : Ibadah itu Sangat Luas Aspeknya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Cendekiawan Muslim, Profesor Quraish Shihab menjelaskan konsep luas mengenai ibadah. Menurutnya banyak aspek ibadah yang bisa dilakukan dengan mudah, terutama saat bulan Ramadhan. “Ibadah itu bukan cuma mengaji, tidak makan, tidak minum, banyak aspeknya ibadah itu, yang bisa kita lakukan dengan mudah,” terang Prof Quraish Shihab dikutip Ahad (24/3/2024). Menurutnya, dalam konsep kekhalifahan saat Adam dan Hawa transit di surga dan dengan menjadi khalifah, Allah memerintahkannya untuk membangun dunia ini dengan memiliki bayang-bayang surga. “Dia diberitahu: Hai Adam di surga tempat kamu sekarang, kamu tidak akan kehausan, kamu tidak akan lapar, kamu tidak akan telanjang, dan kamu tidak akan tersengat matahari,” paparnya. Ia menambahkan dari ketiga kenikmatan surga tersebut, merupakan dasar dari 3 kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan dan papan. Tiga kebutuhan pokok tersebut, membantu manusia sebagai Khalifah untuk membangun dunia. “Tiga kebutuhan pokok, harus Anda miliki atau Anda membantu yang lain untuk memilikinya,” jelasnya. Kemudian ia menekankan, bahwa sebagai khalifah, tugas manusia membangun dunia ini dengan berbagai aktivitas yang dapat kita lakukan, maka itu sudah termasuk ibadah. “Setiap aktivitas anda yang dapat anda lakukan, apakah itu aktivitas pikir atau aktivitas hati atau itu aktivitas badaniyah (fisik) semua itu bisa menjadi ibadah kepada Allah,” jelasnya. Dapat disimpulkan pada bulan Ramadhan ini, ketika umat Islam berpuasa, hendaknya melakukan kegiatan positif yang banyak karena semua itu dihitung sebagai ibadah. “Jadi kalau puasa jangan terbatas dong pada ini, ini, ini, karena terbuka lapangan yang sangat luas untuk beribadah kita,” tandas Prof Quraish Shihab. Puasa jasmani dan rohani Profesor Quraish Shihab juga menjelaskan konsep puasa jasmani dan rohani. Menurutnya puasa sebagai bentuk pelatihan bukan hanya untuk jasmani tetapi juga untuk rohani. “Puasa mengingat manusia bahwa dia punya jasmani dan punya rohani. Karena itu, melalui puasa, dia mendidik jasmaninya supaya tidak memperturutkannya; dan melalui puasa, dia membina rohaninya,” jelas Prof Quraish Shihab. Dia mengungkapkan bahwa puasa bukan hanya sekadar melakukan kegiatan jasmani, seperti tidak makan dan minum; puasa juga dilakukan untuk kebutuhan rohani. “Ada orang yang tidak makan tidak minum, tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan puasa. Tetapi sekedar tidak makan tidak minum, dia masih tetap bohong, masih tetap ngerumpi, itu puasanya kurang,” ujarnya. Prof Quraish menambahkan bahwa bukan hanya jasmani saja yang harus dibenahi, rohani juga perlu dibenahi ketika berpuasa. “Jadi kalau ada yang ganggu, ingat saya lagi puasa. Kalau saya membalas gangguannya saya gagal dalam mengendalikan rohani saya dan mendidik diri saya,” tuturnya. Dapat disimpulkan, bahwa tujuan puasa untuk malukan pengendalian jasmani dan pengendalian rohani saat berpuasa. “Kita secara singkat berkata, bahwa puasa itu mendidik manusia agar dia bisa, memelihara jasmaninya sekaligus memelihara rohaninya. Menghiasi jasmaninya sekaligus menghiasi rohaninya, itu tujuan puasa,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Syafiq Mughni : Tujuan Dakwah untuk Mengubah Lebih Baik

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni mengatakan jika dilihat dari perspektif sejarah, dakwah kultural memiliki tujuan sebagai transformasi mengubah individu dan masyarakat. “Dakwah kultural itu tujuan awalnya untuk mengubah suatu keadaan, dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik,” tutur Syafiq dalam Pengajian Ramadhan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu (23/3/2024). Syafiq menambahkan, menjadi muslim itu bukanlah sesuatu yang statis, dan tidak dapat hanya berfikir secara dikotomis memperbandingkan antara kafir dan muslim, melainkan dalam keislaman ada sesuatu yang berproses dalam diri seseorang. “Menjadi muslim itu harus terus berubah menjadi lebih baik, dan terus mendekati pada norma ajaran Islam yang digali dalam Alquran dan Assunnah sehingga tidak pernah berhenti dan ada proses yang terus menerus,” imbuh Syafiq. Apa yang perlu dilakukan Muhammadiyah dengan dakwah kultural? Pertama berterkait dengan pesan dakwah, dai Muhammadiyah harus cerdas dalam memilih dan menentukan pesan dakwah yang akan disampaikan kepada umat. “Da’i Muhammadiyah harus mengetahui pesan dakwah yang menjadi prioritas, yang tidak hanya soal surga dan neraka melainkan harus ada dimensi-dimensi lain yang dipilih untuk disampaikan,” terang Syafiq. Kedua, soal metode dakwah. Syafiq mencotohkan misalnya dalam dakwah kultural Muhammadiyah dapat menggerakan segala potensi yang berhubungan aktifitas kemanusiaan, salah satunya dengan seni budaya. “Dakwah lewat seni menjadi metode yang cukup efektif karena berkaitan dengan kehidupan manusia,” imbuh Syafiq. Terakhir, berkaitan dengan sasaran dakwah. Muhammadiyah harus memperluas cangkupan dakwah, tidak hanya berdakwah di masjid Muhammadiyah atau juga melalui kegiatan-kegiatan baitul arqom. “Cakupan dakwah Muhammadiyah harus diperluas agar Masyarakat merasakan secara langsung kebermanfaatan Muhammadiyah, dan kita sudah punya modal itu melalui pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan,” pungkas Syafiq. (wink) Baca juga :

Read More

Will Smith: Saya Takjub dengan Kisah Nabi Musa

Hollywood — 1miliarsantri.net : Superstar Hollywood Will Smith mengungkapkan kekagumannya pada Al-Qur’an, terutama pada kesederhanaannya dan kisah Nabi Musa AS. Bahkan Smith mengaku telah khatam Al-Qur’an selama bulan suci Ramadhan. Hal tersebut dibeberkan Will Smith dalam wawancaranya di program “Big Time Podcast”. Dalam wawancara di program “Big Time Podcast”, Smith mengatakan dia telah rampung membaca seluruh Al-Qur’an selama bulan suci Ramadhan. “Saya takjub melihat banyak referensi tentang Nabi Musa (ra dengan dia) dalam Al-Qur’an,” ujarnya seraya mencatat bahwa ini adalah hal yang menarik. Dia mengatakan kisah Musa mempunyai dampak yang menggemparkan baginya. “Saya menyukai kesederhanaan Al-Qur’an; sangat sederhana dan segala isinya sangat jelas, sehingga sangat mudah untuk menyelesaikan bacaan tanpa ada kesalahpahaman. Saya terkejut karena semuanya tampak seperti satu cerita, dari Taurat, Alkitab, hingga Al-Qur’an,” kata Smith dikutip, Jumat (22/3/2024). “Hubungan antara narasi-narasi ini tidak terputus,” katanya sambil merujuk pada silsilah Ibrahim, dan bagaimana Nabi Ibrahim adalah bapaknya, dan muncul keturunannya Nabi Ismail dan Ishaq. Dia mengatakan senang melihat konsep terintegrasi itu. Smith mengungkapkan hubungannya yang mendalam dengan spiritualitas dan kontemplasi selama masa-masa sulit dalam dua tahun terakhir. Aktor Amerika berusia 55 tahun ini menyakan selama periode itu, ia membaca semua kitab suci termasuk Al-Qur’an. “Itu adalah periode dalam hidup ketika saya ingin memperluas hati saya sebanyak mungkin sehingga saya dapat merangkul banyak orang.” Will Smith adalah salah satu bintang Hollywood paling bankable dengan film-filmnya yang menghasilkan pendapatan kotor lebih dari 9,3 miliar dollar AS. Dia juga berbicara tentang kekayaannya selama wawancara. Dia merasa paruh pertama hidupnya adalah bagian dari mengumpulkan kekayaan dan paruh kedua adalah menghabiskannya. “Uang bukanlah hal yang paling dibutuhkan orang, oleh karena itu pada tahap hidup saya saat ini, saya ingin memberikan pengetahuan dan pengalaman saya. Cinta dan persahabatan adalah satu-satunya cara bagi kita untuk berada di sini dengan bahagia. (tom) Baca juga :

Read More

Apakah Kehidupan Jin Sama Seperti Manusia, Berikut Penjelasan nya

Surabaya — 1miliarsantri.net : Mantan mufti Mesir Syekh Ali Jum’ah memberikan penjelasan tentang jin dan kaitannya dengan manusia. Ini dia sampaikan dalam sebuah program bertajuk Nur Al Din yang menghadirkan kalangan remaja lelaki dan perempuan yang di dalamnya mereka dipersilakan untuk bertanya apapun. Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka terkait jin. Di antaranya, apakah jin jatuh cinta, apakah jin mati dan jika iya maka dikuburkan di mana. Dan, apakah batu permata bisa melindungi manusia dari jin. Dalam kesempatan itu, Syekh Jum’ah kemudian menyampaikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, yakni mengenai jin dan hubungannya dengan manusia, serta cara melindungi diri darinya, antara lain : Doa Perlindungan dari Kejahatan Jin Dalam sebuah hadits dikatakan sebagai berikut: عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يَتَعَوَّذُ مِنَ الجَانِّ، وعَيْنِ الإنسان، حتى نَزَلَتْ المُعَوِّذتان، فلمَّا نَزَلَتا، أخذ بهما وتركَ ما سواهما. Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dahulu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering memohon perlindungan dari kejahatan jin dan ‘ain manusia, hingga turun Al Mu’awwidzatain. Setelah itu, beliau pun membaca dua surat tersebut dan meninggalkan selainnya (bentuk permohonan berlindung yang sejenis kala itu).” (HR. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah) Hadits tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW biasa memohon berlindung kepada Allah dari kejahatan jin dan mata jahat orang-orang yang iri hati, dengan berdoa dan dzikir dengan mengucapkan : أعوذ بالله من الجان وعين الإنسان (a’uudzubillahi minal jaan wa ‘aynil insaan). Hingga kemudian turunlah Surat Al Mu’awwidzatain yaitu Surat Al Falaq dan An Nas. Kemudian beliau SAW sering menggunakan dua surat pendek tersebut untuk memohon perlindungan dan meninggalkan bentuk lain dalam memohon perlindungan. (yat) Baca juga :

Read More

Gerakan Subuh Berjamaah Jadi Cara Efektif Memakmurkan Masjid

Bojonegoro — 1miliarsantri.net : Pelosok desa merupakan daerah yang masih sangat minim kegiatan terutama untuk menyemarakkan sholat subuh berjamaah. Kondisi tersebut yang membuat LMI berinisiatif untuk mengadakan kegiatan dalam rangka menyemarakkan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat desa untuk menunaikan sholat subuh berjamaah di masjid. Gerakan Subuh Berjamaah (GSB) tersebut diadakan Minggu, 10 Maret 2024 dan berkolaborasi dengan Takmir Masjid Nurul Fattah di Desa Pungpungan Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan Gerakan Subuh Berjamaah tersebut dimulai dari Sholat Subuh berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan pengajian dan mengirim surat Al-fatihah untuk ahli kubur para Jamaah Masjid Nurul Fattah. Kegiatan tersebut berakhir pada pukul 6 pagi, dengan lancar serta meriah. Acara bertambah meriah dengan adanya undian 10 doorprize paket sembako dan 10 hadiah hiburan lainnya. Acara ditutup dengan sarapan tumpeng beserta kopi hangat. H. Muslih Fattah selaku takmir menyampaikan, ada kenaikan jumlah jamaah saat kegiatan GSB ini berlangsung. Apalagi ditambah dengan kehadiran K.H Misbah Asadi untuk mengisi ceramah. “Sebelum acara, kita memberikan undangan tertulis kepada seluruh warga di 3 RT. Insya Allah kegiatan ini akan kita adakan setiap hari ahad,” tuturnya. Resma Edhi Satria selaku Manajer LMI Bojonegoro-Lamongan menyampaikan bahwa dirinya menggandeng Takmir Masjid Nurul Fattah karena ada kemauan yang besar dari pihak Takmir untuk menambah jumlah jamaahnya. “Kolaborasi ini kami lakukan atas kemauan pihak Takmir yang menginginkan adanya kenaikan jumlah jamaah terutama saat pelaksanaan sholat subuh. Mengingat untuk kegiatan sholat subuh apalagi di desa seperti ini pasti cenderung sepi jamaahnya,” pungkasnya. (tyo) Baca juga :

Read More

Waktu Paling Mustajab Saat Berdoa di Bulan Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Setiap Muslim tentu bergembira dalam menyambut bulan mulia ini. Di bulan ini pula nilai ibadah dilipatgandakan serta doa-doa dikabulkan. Namun, ada waktu-waktu mustajab di mana doa tidak tertolak selama Ramadhan. Waktu mustajab untuk berdoa adalah waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan. Seorang muslim yang berdoa pada waktu mustajab niscaya Allah akan mengabulkan doanya. Berikut waktu-waktu mustajab untuk berdoa berdasarkan hadits Rasulullah SAW : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni.” (HR. Bukhari). Ibnu Hajar menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32). عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ بِعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya; imam yang adil, orang yang berpuasa hingga berbuka dan do’a orang yang teraniaya. Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: “Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.” (HR. Ibnu Majah). عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim). عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ الْآخِرِ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ وَابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ جَوْفُ اللَّيْلِ الْآخِرُ الدُّعَاءُ فِيهِ أَفْضَلُ أَوْ أَرْجَى أَوْ نَحْوَ هَذَا Dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: “Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib.” Abu Isa berkata; hadits ini hasan dan telah diriwayatkan dari Abu Dzar serta Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Doa di tengah malam terakhir lebih baik dan lebih diharapkan….” Atau seperti itu. (HR. Tirmidzi). عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tertolak doa antara adzan dan iqamah. (HR. Abu Dawud). Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ “Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika adzan dan doa ketika ketika turunnya hujan.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi) قيل يا رسولَ اللهِ! أيُّ الدعاءِ أسمَعُ؟ قال جوفُ الليلِ الآخرِ ودبرُ الصلواتِ المكتوباتِ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Wahai Rasulullah! Doa apa yang paling didengar?” Beliau menjawab, “Di akhir malam dan di akhir salat wajib.” (HR. Tirmidzi No. 3499 dan An-Nasa’i No. 9936) Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ “(Waktu siang) di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah ‘azza wa jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah asar.” (HR. Abu Daud, no. 1048; An-Nasa’i, no. 1390) (yat) Baca juga :

Read More

Makna Asmaul Husna Al-Lathif Sang Mahalembut

Surabaya — 1miliarsantri.net : Grand Syekh Al-Azhar ke-48, Ahmed Al Tayyeb menyampaikan penjelasan tentang makna Al-Lathif, yang merupakan salah satu dari Asmaul Husna. Al-Lathif disebutkan sebanyak tujuh kali dalam Alquran. Dia menjelaskan, kata “Al-Lathif” mengandung dua makna utama, yaitu ketersembunyian (al-khafa) dan kehalusan (ad-daqqah). Al-Lathif merujuk pada sesuatu yang tersembunyi dan sangat halus, yang tidak terlihat oleh mata, atau memerlukan pencarian yang sangat dalam untuk menemukan. Dilansir laman Masrawy, Syekh Al-Azhar itu menyatakan bahwa makna “Al-Lathif” tidak hanya terbatas pada benda-benda fisik yang dapat dirasakan, tetapi juga mencakup entitas lain seperti pikiran, perasaan, cinta, kebencian dan sifat-sifat tercela serta hal-hal lain yang tidak nyata. Ini menunjukkan perbedaan antara filsafat materialistik yang hanya berfokus pada materi fisik dengan filsafat yang lebih mendalam, yang lebih dekat dengan teologi. Dia juga mengkritik dominasi filsafat empiris dan ilmiah yang hanya mengakui apa yang dapat diukur oleh panca indera. Menurutnya, pandangan ini telah menjadikan banyak orang menjauh dari keimanan kepada Allah SWT dan justru membawa mereka pada keadaan keagamaan yang kritis. “Mereka mengatakan bahwa apa yang ada di pikiran tapi tidak ada di indera adalah kebohongan. Ini adalah kata yang membenarkan kecenderungan yang menyimpang dari Allah subhanahu wa Ta’ala dan cenderung ateisme,” tuturnya. Lebih lanjut, Syekh Al Tayyeb menyampaikan, Al-Lathif” menunjukkan adanya eksistensi yang tersembunyi, yang jauh lebih dalam daripada apa yang dapat dirasakan oleh panca indera manusia. Al-Lathif, sebagai salah satu Asmaul Husna, memberikan pengetahuan yang mendalam tentang makna filosofis dan teologis, serta menekankan adanya eksistensi yang halus dan tersembunyi di sekitar kita. “Al-Lathif adalah yang tersembunyi tapi ada,” jelasnya. Asmaul Husna memiliki keutamaan yang besar, salah satunya menjadi faktor seorang Muslim masuk surga. Bagi siapa saja hamba yang mengetahui asmaul husna, meyakininya dan mengamalkannya maka baginya surga. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah RA Rasulullah bersabda: عَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَال: قَالَ رَسولُ الله صلى الله عليه وسلم: لله تِسْعَةٌ وَتِسَعُونَ اسْمًا مَائةٌ إلَّا وَاحِدَةً لا يَحْفَظُها أَحَدٌ إلا دَخَلَ الجَنَّةَ “Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Tidak ada orang yang menghafalnya kecuali dia masuk surga.” Dalam riwayat lain berbunyi, “Barang siapa yang menghitungnya maka masuk surga.” (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Cara Agar Khatam Qur’an Selama Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ramadhan disebut juga dengan bulan nya Al-Qur’an, di mana Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia. Dan didalam bulan Ramadhan, banyak orang berlomba-lomba meningkatkan amal ibadah dengan menggelar Tadarus Qur’an. Menggiatkan berbagai amal shaleh pada Ramadhan merupakan sunnah Rasulullah, termasuk memperbanyak bacaan Al-Qur’an. Seperti tertuang dalam hadist Rasulullah yang menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur’an, عن ابن مسعودٍ رضيَ اللَّه عنهُ قالَ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : منْ قرأَ حرْفاً مِنْ كتاب اللَّهِ فلَهُ حسنَةٌ ، والحسنَةُ بِعشرِ أَمثَالِهَا لا أَقول : الم حَرفٌ ، وَلكِن : أَلِفٌ حرْفٌ، ولامٌ حرْفٌ ، ومِيَمٌ حرْفٌ » رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح . “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Dan aku tidak mengatakan “Alif Laam Miim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, No. 6469). Setiap masuk Ramadhan, umat Islam berusaha untuk mengkhatamkan Al-Qur’an. Namun, dalam mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu bulan ada batasan yang perlu diperhatikan. Rasulullah SAW misalnya, melarang untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam durasi waktu yang terlalu cepat sehingga terburu-buru saat membacanya. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah Saw., beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus malarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari) “Mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari, ditakutkan pembacanya tidak bisa memahami dan menghayati kandungan dari Al-Qur’an,” Selain itu, menjaga konsistensi bacaan Al-Qur’an hingga khatam di bulan puasa terbilang susah-susah gampang. Meski begitu tak lantas menyurutkan Anda untuk dapat mengkhatamkan Al-Qur’an saat Ramadhan. Berikut beberapa tips khatam Al-Qur’an di bulan Ramadhan, seperti dikutip dari laman Kementerian Agama. Mushaf khataman adalah mushaf Al-Qur’an yang dicetak dalam bundel per juz secara terpisah. Satu juz berisikan 11 lembar atau 22 halaman. Tetapkan target, misalnya 1 hari dibaca 1 juz sehingga dalam sebulan akan khatam. Mushaf Al-Qur’an terdiri dari 30 juz yang panjangnya bervariasi, jadi target yang harus dicapai adalah membaca 1 juz setiap hari. Mushaf khataman ini juga memiliki ukuran fleksibel yang muat di saku baju. Sehingga memudahkan dalam mengatur jumlah bacaan. Secara psikologis, orang akan jenuh bila melihat buku yang tebal. Karena itu, untuk menyiasatinya gunakan jumlah lembaran dalam tiap juz Al-Qur’an. Bagi jumlah lembar dalam 1 juz kemudian baca setiap selesai shalat wajib. Mushaf Al-Qur’an yang umum beredar di Indonesia, rata-rata dalam 1 juz terdapat 9-10 lembar, nada juga yang lebih. Misalnya jika dalam juz pertama terdapat 10 lembar, bagi dalam lima waktu shalat. Maka setiap selesai shalat, Anda bisa membaca 2 lembar saja. Dengan pengaturan bacaan dua lembar atau empat halaman usai shalat, maka dalam satu hari bisa menyelesaikan satu juz Al-Quran. Bila hal tersebut dilakukan secara konsisten, maka khatam Al-Qu’ran selama Ramadhan dapat tercapai. Jumlah halaman pada mushaf Al-Qur’an berbeda-beda. Sebagai contoh, Mushaf Al-Quran Standar Indonesia (MSI) yang di cetak oleh Unit Percetakan Al-Qur’an Kementerian Agama memiliki 604 halaman. Agar bisa khatam hingga akhir Ramadhan, dengan asumsi 29 hari, maka setiap harinya usahakan membaca 21-22 halaman. Anda bisa membacanya dengan variasi waktu dalam satu hari tersebut dengan target 21 halaman per hari. Namun, jika tidak bisa menyelesaikan 11 lembar atau 21 halaman sekaligus, manfaatkan aplikasi Al-Qur’an Digital pada smart phone dan manfaatkan waktu-waktu luang untuk membacanya. (yat) Baca juga :

Read More