Will Smith: Saya Takjub dengan Kisah Nabi Musa

Hollywood — 1miliarsantri.net : Superstar Hollywood Will Smith mengungkapkan kekagumannya pada Al-Qur’an, terutama pada kesederhanaannya dan kisah Nabi Musa AS. Bahkan Smith mengaku telah khatam Al-Qur’an selama bulan suci Ramadhan. Hal tersebut dibeberkan Will Smith dalam wawancaranya di program “Big Time Podcast”. Dalam wawancara di program “Big Time Podcast”, Smith mengatakan dia telah rampung membaca seluruh Al-Qur’an selama bulan suci Ramadhan. “Saya takjub melihat banyak referensi tentang Nabi Musa (ra dengan dia) dalam Al-Qur’an,” ujarnya seraya mencatat bahwa ini adalah hal yang menarik. Dia mengatakan kisah Musa mempunyai dampak yang menggemparkan baginya. “Saya menyukai kesederhanaan Al-Qur’an; sangat sederhana dan segala isinya sangat jelas, sehingga sangat mudah untuk menyelesaikan bacaan tanpa ada kesalahpahaman. Saya terkejut karena semuanya tampak seperti satu cerita, dari Taurat, Alkitab, hingga Al-Qur’an,” kata Smith dikutip, Jumat (22/3/2024). “Hubungan antara narasi-narasi ini tidak terputus,” katanya sambil merujuk pada silsilah Ibrahim, dan bagaimana Nabi Ibrahim adalah bapaknya, dan muncul keturunannya Nabi Ismail dan Ishaq. Dia mengatakan senang melihat konsep terintegrasi itu. Smith mengungkapkan hubungannya yang mendalam dengan spiritualitas dan kontemplasi selama masa-masa sulit dalam dua tahun terakhir. Aktor Amerika berusia 55 tahun ini menyakan selama periode itu, ia membaca semua kitab suci termasuk Al-Qur’an. “Itu adalah periode dalam hidup ketika saya ingin memperluas hati saya sebanyak mungkin sehingga saya dapat merangkul banyak orang.” Will Smith adalah salah satu bintang Hollywood paling bankable dengan film-filmnya yang menghasilkan pendapatan kotor lebih dari 9,3 miliar dollar AS. Dia juga berbicara tentang kekayaannya selama wawancara. Dia merasa paruh pertama hidupnya adalah bagian dari mengumpulkan kekayaan dan paruh kedua adalah menghabiskannya. “Uang bukanlah hal yang paling dibutuhkan orang, oleh karena itu pada tahap hidup saya saat ini, saya ingin memberikan pengetahuan dan pengalaman saya. Cinta dan persahabatan adalah satu-satunya cara bagi kita untuk berada di sini dengan bahagia. (tom) Baca juga :

Read More

Apakah Kehidupan Jin Sama Seperti Manusia, Berikut Penjelasan nya

Surabaya — 1miliarsantri.net : Mantan mufti Mesir Syekh Ali Jum’ah memberikan penjelasan tentang jin dan kaitannya dengan manusia. Ini dia sampaikan dalam sebuah program bertajuk Nur Al Din yang menghadirkan kalangan remaja lelaki dan perempuan yang di dalamnya mereka dipersilakan untuk bertanya apapun. Ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka terkait jin. Di antaranya, apakah jin jatuh cinta, apakah jin mati dan jika iya maka dikuburkan di mana. Dan, apakah batu permata bisa melindungi manusia dari jin. Dalam kesempatan itu, Syekh Jum’ah kemudian menyampaikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, yakni mengenai jin dan hubungannya dengan manusia, serta cara melindungi diri darinya, antara lain : Doa Perlindungan dari Kejahatan Jin Dalam sebuah hadits dikatakan sebagai berikut: عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يَتَعَوَّذُ مِنَ الجَانِّ، وعَيْنِ الإنسان، حتى نَزَلَتْ المُعَوِّذتان، فلمَّا نَزَلَتا، أخذ بهما وتركَ ما سواهما. Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dahulu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering memohon perlindungan dari kejahatan jin dan ‘ain manusia, hingga turun Al Mu’awwidzatain. Setelah itu, beliau pun membaca dua surat tersebut dan meninggalkan selainnya (bentuk permohonan berlindung yang sejenis kala itu).” (HR. Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah) Hadits tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW biasa memohon berlindung kepada Allah dari kejahatan jin dan mata jahat orang-orang yang iri hati, dengan berdoa dan dzikir dengan mengucapkan : أعوذ بالله من الجان وعين الإنسان (a’uudzubillahi minal jaan wa ‘aynil insaan). Hingga kemudian turunlah Surat Al Mu’awwidzatain yaitu Surat Al Falaq dan An Nas. Kemudian beliau SAW sering menggunakan dua surat pendek tersebut untuk memohon perlindungan dan meninggalkan bentuk lain dalam memohon perlindungan. (yat) Baca juga :

Read More

Gerakan Subuh Berjamaah Jadi Cara Efektif Memakmurkan Masjid

Bojonegoro — 1miliarsantri.net : Pelosok desa merupakan daerah yang masih sangat minim kegiatan terutama untuk menyemarakkan sholat subuh berjamaah. Kondisi tersebut yang membuat LMI berinisiatif untuk mengadakan kegiatan dalam rangka menyemarakkan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat desa untuk menunaikan sholat subuh berjamaah di masjid. Gerakan Subuh Berjamaah (GSB) tersebut diadakan Minggu, 10 Maret 2024 dan berkolaborasi dengan Takmir Masjid Nurul Fattah di Desa Pungpungan Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan Gerakan Subuh Berjamaah tersebut dimulai dari Sholat Subuh berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan pengajian dan mengirim surat Al-fatihah untuk ahli kubur para Jamaah Masjid Nurul Fattah. Kegiatan tersebut berakhir pada pukul 6 pagi, dengan lancar serta meriah. Acara bertambah meriah dengan adanya undian 10 doorprize paket sembako dan 10 hadiah hiburan lainnya. Acara ditutup dengan sarapan tumpeng beserta kopi hangat. H. Muslih Fattah selaku takmir menyampaikan, ada kenaikan jumlah jamaah saat kegiatan GSB ini berlangsung. Apalagi ditambah dengan kehadiran K.H Misbah Asadi untuk mengisi ceramah. “Sebelum acara, kita memberikan undangan tertulis kepada seluruh warga di 3 RT. Insya Allah kegiatan ini akan kita adakan setiap hari ahad,” tuturnya. Resma Edhi Satria selaku Manajer LMI Bojonegoro-Lamongan menyampaikan bahwa dirinya menggandeng Takmir Masjid Nurul Fattah karena ada kemauan yang besar dari pihak Takmir untuk menambah jumlah jamaahnya. “Kolaborasi ini kami lakukan atas kemauan pihak Takmir yang menginginkan adanya kenaikan jumlah jamaah terutama saat pelaksanaan sholat subuh. Mengingat untuk kegiatan sholat subuh apalagi di desa seperti ini pasti cenderung sepi jamaahnya,” pungkasnya. (tyo) Baca juga :

Read More

Waktu Paling Mustajab Saat Berdoa di Bulan Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Setiap Muslim tentu bergembira dalam menyambut bulan mulia ini. Di bulan ini pula nilai ibadah dilipatgandakan serta doa-doa dikabulkan. Namun, ada waktu-waktu mustajab di mana doa tidak tertolak selama Ramadhan. Waktu mustajab untuk berdoa adalah waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan. Seorang muslim yang berdoa pada waktu mustajab niscaya Allah akan mengabulkan doanya. Berikut waktu-waktu mustajab untuk berdoa berdasarkan hadits Rasulullah SAW : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni.” (HR. Bukhari). Ibnu Hajar menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32). عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ دُونَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَتُفْتَحُ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَيَقُولُ بِعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya; imam yang adil, orang yang berpuasa hingga berbuka dan do’a orang yang teraniaya. Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: “Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.” (HR. Ibnu Majah). عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim). عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ الْآخِرِ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ وَابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ جَوْفُ اللَّيْلِ الْآخِرُ الدُّعَاءُ فِيهِ أَفْضَلُ أَوْ أَرْجَى أَوْ نَحْوَ هَذَا Dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: “Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib.” Abu Isa berkata; hadits ini hasan dan telah diriwayatkan dari Abu Dzar serta Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Doa di tengah malam terakhir lebih baik dan lebih diharapkan….” Atau seperti itu. (HR. Tirmidzi). عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan tertolak doa antara adzan dan iqamah. (HR. Abu Dawud). Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ “Dua doa yang tidak akan ditolak: doa ketika adzan dan doa ketika ketika turunnya hujan.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi) قيل يا رسولَ اللهِ! أيُّ الدعاءِ أسمَعُ؟ قال جوفُ الليلِ الآخرِ ودبرُ الصلواتِ المكتوباتِ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Wahai Rasulullah! Doa apa yang paling didengar?” Beliau menjawab, “Di akhir malam dan di akhir salat wajib.” (HR. Tirmidzi No. 3499 dan An-Nasa’i No. 9936) Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ “(Waktu siang) di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah ‘azza wa jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah asar.” (HR. Abu Daud, no. 1048; An-Nasa’i, no. 1390) (yat) Baca juga :

Read More

Makna Asmaul Husna Al-Lathif Sang Mahalembut

Surabaya — 1miliarsantri.net : Grand Syekh Al-Azhar ke-48, Ahmed Al Tayyeb menyampaikan penjelasan tentang makna Al-Lathif, yang merupakan salah satu dari Asmaul Husna. Al-Lathif disebutkan sebanyak tujuh kali dalam Alquran. Dia menjelaskan, kata “Al-Lathif” mengandung dua makna utama, yaitu ketersembunyian (al-khafa) dan kehalusan (ad-daqqah). Al-Lathif merujuk pada sesuatu yang tersembunyi dan sangat halus, yang tidak terlihat oleh mata, atau memerlukan pencarian yang sangat dalam untuk menemukan. Dilansir laman Masrawy, Syekh Al-Azhar itu menyatakan bahwa makna “Al-Lathif” tidak hanya terbatas pada benda-benda fisik yang dapat dirasakan, tetapi juga mencakup entitas lain seperti pikiran, perasaan, cinta, kebencian dan sifat-sifat tercela serta hal-hal lain yang tidak nyata. Ini menunjukkan perbedaan antara filsafat materialistik yang hanya berfokus pada materi fisik dengan filsafat yang lebih mendalam, yang lebih dekat dengan teologi. Dia juga mengkritik dominasi filsafat empiris dan ilmiah yang hanya mengakui apa yang dapat diukur oleh panca indera. Menurutnya, pandangan ini telah menjadikan banyak orang menjauh dari keimanan kepada Allah SWT dan justru membawa mereka pada keadaan keagamaan yang kritis. “Mereka mengatakan bahwa apa yang ada di pikiran tapi tidak ada di indera adalah kebohongan. Ini adalah kata yang membenarkan kecenderungan yang menyimpang dari Allah subhanahu wa Ta’ala dan cenderung ateisme,” tuturnya. Lebih lanjut, Syekh Al Tayyeb menyampaikan, Al-Lathif” menunjukkan adanya eksistensi yang tersembunyi, yang jauh lebih dalam daripada apa yang dapat dirasakan oleh panca indera manusia. Al-Lathif, sebagai salah satu Asmaul Husna, memberikan pengetahuan yang mendalam tentang makna filosofis dan teologis, serta menekankan adanya eksistensi yang halus dan tersembunyi di sekitar kita. “Al-Lathif adalah yang tersembunyi tapi ada,” jelasnya. Asmaul Husna memiliki keutamaan yang besar, salah satunya menjadi faktor seorang Muslim masuk surga. Bagi siapa saja hamba yang mengetahui asmaul husna, meyakininya dan mengamalkannya maka baginya surga. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah RA Rasulullah bersabda: عَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَال: قَالَ رَسولُ الله صلى الله عليه وسلم: لله تِسْعَةٌ وَتِسَعُونَ اسْمًا مَائةٌ إلَّا وَاحِدَةً لا يَحْفَظُها أَحَدٌ إلا دَخَلَ الجَنَّةَ “Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Tidak ada orang yang menghafalnya kecuali dia masuk surga.” Dalam riwayat lain berbunyi, “Barang siapa yang menghitungnya maka masuk surga.” (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Cara Agar Khatam Qur’an Selama Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ramadhan disebut juga dengan bulan nya Al-Qur’an, di mana Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia. Dan didalam bulan Ramadhan, banyak orang berlomba-lomba meningkatkan amal ibadah dengan menggelar Tadarus Qur’an. Menggiatkan berbagai amal shaleh pada Ramadhan merupakan sunnah Rasulullah, termasuk memperbanyak bacaan Al-Qur’an. Seperti tertuang dalam hadist Rasulullah yang menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur’an, عن ابن مسعودٍ رضيَ اللَّه عنهُ قالَ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : منْ قرأَ حرْفاً مِنْ كتاب اللَّهِ فلَهُ حسنَةٌ ، والحسنَةُ بِعشرِ أَمثَالِهَا لا أَقول : الم حَرفٌ ، وَلكِن : أَلِفٌ حرْفٌ، ولامٌ حرْفٌ ، ومِيَمٌ حرْفٌ » رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح . “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut. Satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya. Dan aku tidak mengatakan “Alif Laam Miim” satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, No. 6469). Setiap masuk Ramadhan, umat Islam berusaha untuk mengkhatamkan Al-Qur’an. Namun, dalam mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu bulan ada batasan yang perlu diperhatikan. Rasulullah SAW misalnya, melarang untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam durasi waktu yang terlalu cepat sehingga terburu-buru saat membacanya. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Amru bin Ash, dari Rasulullah Saw., beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus malarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari) “Mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari, ditakutkan pembacanya tidak bisa memahami dan menghayati kandungan dari Al-Qur’an,” Selain itu, menjaga konsistensi bacaan Al-Qur’an hingga khatam di bulan puasa terbilang susah-susah gampang. Meski begitu tak lantas menyurutkan Anda untuk dapat mengkhatamkan Al-Qur’an saat Ramadhan. Berikut beberapa tips khatam Al-Qur’an di bulan Ramadhan, seperti dikutip dari laman Kementerian Agama. Mushaf khataman adalah mushaf Al-Qur’an yang dicetak dalam bundel per juz secara terpisah. Satu juz berisikan 11 lembar atau 22 halaman. Tetapkan target, misalnya 1 hari dibaca 1 juz sehingga dalam sebulan akan khatam. Mushaf Al-Qur’an terdiri dari 30 juz yang panjangnya bervariasi, jadi target yang harus dicapai adalah membaca 1 juz setiap hari. Mushaf khataman ini juga memiliki ukuran fleksibel yang muat di saku baju. Sehingga memudahkan dalam mengatur jumlah bacaan. Secara psikologis, orang akan jenuh bila melihat buku yang tebal. Karena itu, untuk menyiasatinya gunakan jumlah lembaran dalam tiap juz Al-Qur’an. Bagi jumlah lembar dalam 1 juz kemudian baca setiap selesai shalat wajib. Mushaf Al-Qur’an yang umum beredar di Indonesia, rata-rata dalam 1 juz terdapat 9-10 lembar, nada juga yang lebih. Misalnya jika dalam juz pertama terdapat 10 lembar, bagi dalam lima waktu shalat. Maka setiap selesai shalat, Anda bisa membaca 2 lembar saja. Dengan pengaturan bacaan dua lembar atau empat halaman usai shalat, maka dalam satu hari bisa menyelesaikan satu juz Al-Quran. Bila hal tersebut dilakukan secara konsisten, maka khatam Al-Qu’ran selama Ramadhan dapat tercapai. Jumlah halaman pada mushaf Al-Qur’an berbeda-beda. Sebagai contoh, Mushaf Al-Quran Standar Indonesia (MSI) yang di cetak oleh Unit Percetakan Al-Qur’an Kementerian Agama memiliki 604 halaman. Agar bisa khatam hingga akhir Ramadhan, dengan asumsi 29 hari, maka setiap harinya usahakan membaca 21-22 halaman. Anda bisa membacanya dengan variasi waktu dalam satu hari tersebut dengan target 21 halaman per hari. Namun, jika tidak bisa menyelesaikan 11 lembar atau 21 halaman sekaligus, manfaatkan aplikasi Al-Qur’an Digital pada smart phone dan manfaatkan waktu-waktu luang untuk membacanya. (yat) Baca juga :

Read More

KH Anang Rikza : Tiga Manfaat Al Qur’an Bagi Kehidupan Kita

Semarang — 1miliarsantri.net : Bacaan wajib setiap Muslim adalah Alquran. Kitab suci ini memuat pedoman yang menjadi acuan setiap orang menjalani hidup sekaligus menjadi bekal untuk kehidupan di akhirat. Pengasuh Pondok Modern Tazakka Jawa Tengah KH Anang Rikza Masyhadi menjelaskan tiga fungsi Alquran, diantaranya : Pertama adalah sebagai petunjuk Hal ini dijelaskan dalam ayat yang menyebut Ramadhan sebagai waktu penurunan Alquran, شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usra wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la’allakum tasykurụn. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (al-Baqarah: 185). “Maksudnya, Alquran menjadi penerang. Karena dicerahkan Alquran, kita jadi tahu ini boleh dan lainnya tidak,” terang kiai peraih Ph.D dari Universitas Suez Canal Mesir tersebut. Kedua, Alquran sebagai penjelas Selain mencerahkan, Alquran juga menjelaskan manfaat melakukan apa yang diperintahkan. Misalkan mendirikan sholat, berfungsi untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar. وَأَقِمِ الصَّلوةَ إِنَّ الصَّلوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ Wa aqimish shalaata innash shalaata tanhaa ‘anil- fakhsyaa-i wal munkar. “Kerjakanlah sholat, sesungguhnya sholatitu mencegah perbuatan yang keji dan yang mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45). Begitu juga dengan ibadah dan perintah lainnya. “Alquran menjelaskan itu semua dengan baik, sehingga kita dapat mempraktikkannya dalam keseharian,” ujar Sekretaris Jenderal Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) tersebut. Ketiga, Alquran sebagai pembedaSurat al-Baqarah ayat 185 di atas sudah menjelaskan bahwa Alquran membedakan yang benar dan bathil. Begitu juga dengan ahli surga dan ahli neraka, sebagaimana dijelaskan dalam Surah al-Hasyr ayat 20. Anjuran Kiai Anang menjelaskan semua yang terhubung dengan Alquran menjadi mulia, alias diangkat derajatnya oleh Allah. Ramadhan menjadi bulan yang ditunggu dan berlimpah kebajikan, karena itulah waktu Alquran diturunkan. Malaikat Jibril menjadi penghulu malaikat, karena dia membawa Alquran kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad menjadi sayyidul anbiya, karena dia mengamalkan Alquran. “Praktik Alquran yang ideal ada pada diri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,” kata Kiai Anang. Agar dapat menghayati Alquran, dia mengimbau setiap Muslim memperbanyak baca Alquran. “Ini bulan Ramadhan, mari kita memperbanyak khataman Alquran. Juga kita pahami maknanya. Kemudian amalkan dalam keseharian, insya Allah kita akan menjadi pribadi yang lebih baik,” pungkas Kiai Anang Rikza. (hud) Baca juga :

Read More

Penataan Jiwa Sangat Diperlukan agar Ramadhan Bisa Kita Jalani Dengan Sukses

Surabaya — 1miliarsantri.net : Mufti Mesir, Dr Syauqi Alam menyampaikan penjelasan tentang salah satu kunci sukses di bulan suci Ramadhan. Dia mengatakan, penataan jiwa adalah hal yang sangat diperlukan selama bulan Ramadan. “Orang-orang yang mengenal Allah menikmati berbagai kebahagiaan dan merasakan manisnya kehidupan dunia dalam hati mereka,” kata dia dilansir laman Masrawy. Allah SWT berfirman:وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ yang artinya : “Dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenalkan-Nya kepada mereka.” (QS. Muhammad ayat 6) Berdasarkan ayat tersebut, Syauqi Alam menuturkan, hal itulah yang Allah SWT sediakan untuk mereka sebagai ganjaran yang besar di akhirat kelak. Mufti Mesir juga menyampaikan, mereka yang berjuang di jalan Allah menghadapi rintangan dan tantangan yang menghalangi mereka dalam meraih kebahagiaan tersebut atau setidaknya menikmati embusan kebahagiaan itu. “Hidup di dunia ini hanyalah medan ujian dan cobaan. Maka orang yang berhasil dan selamat adalah orang yang mengikuti jalan penataan jiwa. Sementara yang gagal dan binasa adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya,” tuturnya. Dia menambahkan, jiwa membutuhkan perlakuan dan pelatihan yang baik, sebagaimana yang disampaikan oleh ulama masyhur Sufyan al-Tsauri (lahir 96 H atau 716 M). Al Tsauri, juga dikenal sebagai guru Imam Syafi’i. Ulama bernama lengkap Sufyan bin Sa’id bin Masruq bin Habib bin Rafi’ bin Abdillah itu pernah berkata: “ما عالجت أمرا أشد عليا من نفسى، والإنسان فى هذه الرحلة لتقويم نفسه يجد له أعونا على الخير، ويجد أحيانا أخرى مناهضين لهذا ومحاربين له” “Aku tidak pernah menghadapi sesuatu yang lebih sulit daripada diriku sendiri, dan manusia dalam perjalanan penataan jiwa ini akan menemukan bantuan kebaikan, dan terkadang akan menemui yang menentang dan melawan hal tersebut.” (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Amalan Yang Sering Dilakukan Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Umat Islam sedang berbahagia dengan datang nya bulan Ramadhan 2024 yang penuh berkah bagi orang-orang yang berpuasa dengan ikhlas, beriman dan bertakwa. Imam Al Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan enam amalan yang disunahkan saat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Amalan yang disunahkan pada saat berpuasa di bulan Ramadhan ada enam. Yaitu mengakhirkan waktu sahur, menyegerakan waktu berbuka dengan kurma atau air sebelum mendirikan sholat Maghrib, dan tidak menggosok gigi sesudah zawwal (matahari tergelincir). Kemudian, memperbanyak sedekah, memperbanyak membaca atau mengkaji (tadabbur) Alquran, dan beritikaf di masjid, terutama pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan. Itikaf pada sepuluh malam yang akhir ini menjadi kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Jika sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan tiba, Rasulullah SAW selalu lebih giat beribadah kepada Allah SWT di masjid. Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada para istri beliau melakukan hal serupa di dalam rumah. Sebab, pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan itu ada suatu malam yang sangat dimuliakan oleh Allah SWT, yaitu malam Lailatul Qadar, malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Itikaf memiliki ketentuan-ketentuan yang khusus. Pada saat sedang beri’tikaf, Nabi Muhammad SAW biasanya tidak akan beranjak dari posisi itikaf beliau kecuali ada keperluan-keperluan yang sangat mendesak, seperti buang air besar atau air kecil, memperbarui wudhu, dan yang sejenis lainnya. Wallahu a’lam. Mengenai perintah melaksanakan puasa Ramadhan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a). Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah Ayat 183) Tafsir Ringkas Kementerian Agama menerangkan ayat tersebut seperti ini, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa untuk mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan.” “(Puasa) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu dari umat para Nabi terdahulu (Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW), agar kamu bertakwa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.” (yat) Baca juga :

Read More

Hikmah Berpuasa Adalah Melawan Keangkuhan Diri

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Puasa Ramadhan datang kembali. Marhaban ya Ramadhan! Setiap muslim, betapapun kadang atau sering berbeda awal memulai puasa atau shaum Ramadhan, jangan lupa tujuan berpuasa yakni menjadi insan yang semakin bertaqwa. Tidak perlu bertengkar karena perbedaan. Lebih-lebih yang berpotensi menghilangkan makna, hakikat, dan fungsi utama berpuasa. Sungguh merugi, bila berpuasa diwarnai perselisihan yang dapat merusak puasa itu sendiri. Bukankah setiap muslim diajari tasamuh atau toleransi dalam perbedaan. Bila berbeda keyakinan beragama saja mampu bertoleran, kenapa dalam perbedaan praktik beribadah sesama Muslim mesti berselisih yang mengarah konflik. Jika muslim sedang berpuasa diajak bertengkar, bukankah Nabi mengajarkan agar menahan diri, “inni sha’imun”. Aku sedang berpuasa! Bukankah perbedaan itu hikmah. Tapi ada tantangan bagi umat Islam sedunia. Bagaimana ke depan mencari ijtihad solutif bagi seluruh Dunia Muslim untuk memberi kepastian tentang disepakatinya kalender Hijriyah Islam global tunggal. Malu rasanya di era abad ilmu pengetahuan dan hadirnya kalender Masehi yang telah lama jadi rujukan pasti, kaum muslim sejagad masih berkutat pada ketidakpastian dalam penentuan kehadiran bulan baru. Sungguh umat Islam masih belum beranjak maju ke tingkat peradaban tinggi berbasis ilmu pengetahuan yang memberi kepastian optimum. Seraya meninggalkan ketidakpastian dalam menentukan awal Ramadhan, Idul Futri, dan Idul Adha! Kembali ke puasa Ramadhan. Setiap tahun dia hadir bersama kaum muslimun. Adakah puasa rutin pertahun itu telah menjadikan insan muslim makin bertaqwa sebagaimana tujuan berpuasa “la’alakum tattaqun” (QS Al-Baqarah: 183). Orang bertaqwa memiliki seluruh sifat kebaikan dan keutamaan, yang mengantarkan dirinya menjadi insan paling mulia di sisi Tuhan (QS Al-Hujarat: 13). Puasa akan menjadi mikraj ruhani tertinggi menuju taqwa bilamana puasanya menurut Imam Al-Ghazali mencapai tingkatan khawas al-khawas, yakni puas khusus bagi orang yang khusus. Itulah puasa tingkat istimewa! Puasa istimewa mampu menaklukkan hawa nafsu dan segala keangkuhan diri yang merasa serba digdaya untuk tetap menjadi insan biasa. Insan bertaqwa itu tawadhu atau rendah hati, tidak menjadi manusia yang angkuh diri, sebagaimana salah satu ciri hamba kekasih Tuhan (ibadurrahman), yaitu: “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam” (QS Furqan: 63). Tuhan melarang manusia angkuh diri atau sombong. Allah berfirman, yang artinya “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ” (QS Luqman : 18). Sombong itu perangi iblis, sebagaimana digambarkan Tuhan, yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur maka ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS Al-Baqarah : 34). Manusia sombong sabda Nabi, cirinya dua yakni merasa diri paling benar dan suka merendahkan orang lain (HR Muslim). Dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan relasi kemanusiaan semesta mereka yang sombong merasa paling digdaya, paling benar, dan paling baik melebihi yang lain. Pihak atau orang lain dianggapnya lemah, buruk, salah, sesat, dan sederet sifat negatif lainnya. Dalam beragama pun merasa “semuci”, paling benar dan suci sendiri. Padahal Tuhan mengingatkan, yang artinya “Maka, janganlah menganggap diri kalian suci, Dialah (Allah) yang paling mengetahui siapa yang paling bertakwa di antara kamu” (QS Al-Najm: 32). Mereka yang angkuh atau sombong diri, sering dengan mudah menegasikan orang lain. Dirinyalah pejuang kebenaran sejati. Orang lain termasuk sesama seiman dianggap pengecut, lembek, dan pengkhianat hanya karena berbeda pandangan dan cara dalam perjuangan kehidupan yang tidak sejalan dengan dirinya. Pihak lain di luar dirinya diposisikan menjual-belikan kebenaran, bahkan kompromi dan membenarkan kemunkaran, karena tidak berkesesuaian dengan pandangannya. Dalil Al-Quran dan Hadis Nabi pun dengan mudah dipakai menstigma pihak lain. Tahta, harta, dan kedigdayaan dunia sering menjadikan manusia angkuh diri atau sombong. Orang berilmu pun bisa terjangkiti kesombongan. Dirinya merasa paling benar dan paling tinggi ilmunya, yang lain dianggap bodoh dan rendah. Orang berilmu kadang mudah mengeritik pihak lain dengan keangkuhan keilmuannya. Mereka yang berbeda pandangan dengan dirinya dianggap keliru, salah, dan nirkebenaran. Karena angkuh diri, ketika dikritik akan muncul pertahanan diri (self-defense mechasnism) yang tinggi, padahal dirinya terbiasa mengeritik orang lain. Manusia yang angkuh diri sejatinya bertuhankan berhala dirinya yang merasa paling digdaya segala hal. Mereka yang angkuh diri, karena kesombongannya yang membatu maka hatinya dikunci Tuhan, “…….demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS Al-Mukmin : 35). Nasib yang angkuh diri, menurut sabda Nabi ”Para penghuni neraka adalah orang-orang yang keras kepala, kasar lagi sombong.” (HR Bukhari dan Muslim). Naudzubillahi min dzakika! Semoga kita kaum beriman dijauhkan dari petaka akibat congkak diri yang membawa prahara. Puasa itu menaklukkan diri yang bermahkotakan hawa nafsu serba digdaya, yang oleh Jalaluddin Rumi disebut “ibu dari semua berhala”. Menahan makan, minum, dan pemenuhan nafsu biologis adalah penanda menaklukkan segala kuasa diri yang bersifat serbainderawi dan serbadunia. Puasa dapat membebaskan diri dari segala sangkar besi kedigdayaan. Maka, jadikan puasa sebagai ruang refleksi tertinggi yang menembus jantung mata hati terdalam. Agar terbentuk karakter insan bertaqwa yang autentik nan rendah hati. Dirinya hanya hamba biasa di bawah Kuasa Tuhan Yang Maha Segala. Semoga dengan berpuasa menjadikan diri setiap insan Muslim siapapun dia, makin rendah hati dan tidak terjangkiti virus angkuh diri! Haedar NashirKetua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Baca juga :

Read More