Ciri-ciri Orang Yang Mendapat Berkah Lailatul Qadar

Jakarta — 1miliarsantri.net : Lailatul Qadar adalah malam yang sangat mulia dan keutamaannya lebih baik dari malam seribu bulan atau 83 tahun. Kemuliaan malam Lailatul Qadar dijelaskan secara runut dalam surah Al-Qadr ayat 1-5. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rµh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr: 1-5). Keutamaan Lailatul Qadar dalam surah Al-Qadr inilah yang membangkitkan semangat ummat Islam untuk bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadan. Kebiasaan umat Islam di dunia menghidupkan 10 malam terakhir Ramadhan degan cara beri’tikaf, anjuran yang dipraktikkan Rasulullah SAW. Lailatul qadar didapatkan oleh orang-orang terpilih yang menghidupkan malam dengan beribadah kepada Allah Ta’ala. Lalu apa ciri-ciri dari orang yang mendapatkan Lailatul Qadar? Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Prof Yahya Zaiul Ma’arif (Buya Yahya) menyebut orang yang mendapatkan Lailatul Qadar dapat dilihat dari hari-hari ke depannya. “Jika hari esok lebih bagus dari hari kemarin, itulah dia mendapatkan lailatul qadar,” terang Buya Yahya, Kamis (4/4/2024). Namun sebaliknya, jika keesokan harinya tidak ada perubahan, maka orang tersebut tidak mendapatkan lailatul qadar. “Tanda lailatul qadar yang paling jelas adalah di hari selanjutnya, tahun selanjutnya menjadi semakin taat kepada Allah,” ungkapnya. Buya Yahya berpesan agar malam-malam di penghujung Ramadhan diperbanyak amal baik. Lalu, keesokan harinya berusaha memperbaiki diri. “Kalau ternyata esok harinya gampang (lebih baik), kayaknya kita dapat lailatul qadar. Tapi, kalau maksiat terus jauh dari lailatul qadar. Jadi begitu, sederhana sekali,” pungkas Buya Yahya. (yan) Baca juga :

Read More

Belajar Kitab Sirah Nabawiyah: Baca dengan Cinta dan Catat Hal Penting

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sirah Nabawiyah merupakan rekam jejak kisah perjalanan Rasulullah Muhammad SAW dari lahir, kecil, remaja, dewasa, pernikahan, menjadi nabi, perjuangannya yang heroik, tantangan-tantangan besar yang dilalui, hingga wafatnya. Umumnya sirah nabawiyah tersaji dalam buku tebal dan mencatat nama-nama, peristiwa, dan tahun penting. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang untuk mempelajari sejarah perjalanan hidup Rasulullah SAW. Terkait itu, pendakwah Arif Nursalim atau dikenal dengan Salim A Fillah, membagikan tips dalam mempelajari Sirah Nabawiyah. Menurut Salim A Fillah, ada dua kunci utama jika seseorang ingin mempelajari Sirah Nabawiyah untuk lebih mudah memahaminya. Kunci pertama adalah belajar dengan cinta dalam mempelajari Sirah Nabawiyah. Dia mengibaratkannya dengan momen saat jatuh cinta dengan seseorang. “Orang yang mencintai akan selalu mengingat segala hal tentang orang yang dicintainya, mulai dari hal-hal kecil seperti warna jilbab hingga hal besar seperti karakter dan kesukaan,” ujar Salim A Fillah dalam salah satu kajiannya di Pro-You Channel, dikutip Rabu (3/4/2024). Demikian pula ketika seseorang mencintai kehidupan Nabi Muhammad SAW, pasti akan lebih mudah mengingat dan memahami saat membaca Sirah Nabawiyah. Otomatis rasa cinta tersebut mendorong untuk terus mengulang bacaan tentang Nabi SAW. Alhasil, mengingatnya pun jadi lebih mudah. “Membaca dengan cinta akan ada banyak yang melekat. Tentu, memori kita terbatas, kalau cinta biasanya suka ngulang-ulangi apa yang dibaca,” tambahnya. Baginya, cinta dapat membuat seseorang suka mengulang-ulang apa yang dibaca dan dipelajarinya. Budayawan asal Yogyakarta ini pun menganalogikannya dengan orang yang menyukai drama Korea atau sinetron yang bisa menonton episode yang sama berulang kali, karena ada rasa senang dan tertarik dengan ceritanya. Hal tersebut juga berlaku dalam mempelajari Sirah Nabawiyah. Seseorang bisa membaca atau mempelajari peristiwa yang sama berkali-kali agar mudah diingat dan dipahami. Tentu, hal yang mendorong itu adalah rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Tips selanjutnya adalah memberi tanda dan mencatat hal-hal penting dalam Sirah Nabawiyah. Dengan menandai hal-hal penting, seseorang akan lebih mudah mengingat dan mengingat kembali saat dibutuhkan. “Namun hal terpenting bukan menghafal nama, peristiwa, tahun, dan tempat, tetapi mengambil pelajaran dan inspirasi dari Sirah Nabawiyah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,” tekannya. Lewat belajar dengan cinta dan mengambil pelajaran dari Sirah Nabawiyah, dapat memperkuat iman dan pemahaman Islam pada diri seseorang dengan lebih baik. Sebab, sambungnya, Sirah Nabawiyah tidak hanya berisi sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW, tapi juga banyak mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan yang bisa dijadikan pedoman dalam hidup. (yat) Baca juga :

Read More

Gus Baha : Awal Mula Lailatul Qadar Dikhususkan Untuk Umat Islam

Semarang — 1miliarsantri.net : Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan awal mula kemuliaan Lailatul Qadar yang dikhususkan hanya untuk umat Nabi Muhammad. Keterangan mengenai keistimewaan Lailatul Qadar sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an surat Al-Qadar. Lailatul Qadar diperuntukkan kepada umat Islam bermula saat Nabi Muhammad berkeluh kesah atau mengadu kepada Allah soal usianya dan usia umatnya yang terbilang sangat pendek. Usia Nabi Muhammad yang pendek itu berbeda dengan usia nabi-nabi terdahulu, seperti Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan utusan Allah yang lainnya. “Nabi Nuh jadi nabi saja 950 tahun. Itu dapat umat 80 orang. Jadi umurnya Nabi Nuh itu 1.700 tahun. Menjadi nabi 950 tahun. Kalau Nabi Ibrahim usianya sekitar 300 tahun. Dikhitan umur 80 tahun,” urai Gus Baha dalam tayangan di Youtube Santri Gayeng, diakses Selasa (2/4/2024). Dalam pandangan Nabi Muhammad, kata Gus Baha, nabi-nabi sebelumnya yang diberikan umur sangat panjang tentu juga memiliki pahala yang sangat banyak lantaran ibadah-ibadah yang telah dikerjakan amat lama di dunia. “Nabi-Nabi terdahulu itu usianya ribuan tahun. Lalu Nabi Muhammad itu iri. Wah, kalau usianya panjang lalu beribadah seperti Nabi Nuh betapa banyak pahalanya, sedangkan usiaku hanya 63 tahun,” terang Gus Baha menyampaikan aduan Nabi Muhammad. Dari peristiwa ini, Allah kemudian menurunkan surat Al-Qadar. Surat ini secara khusus menerangkan tentang diturunkannya Al-Qur’an dan Lailatul Qadar, satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. “Saat Nabi Muhammad begitu iri, Allah menurunkan innâ anzalnâhu fî lailatil-qadr. Wa mâ adrâka mâ lailatul-qadr. Lailatul-qadri khairum min alfi syahr. Tanazzalul-malâ’ikatu war-rû?u fîhâ bi’idzni rabbihim, ming kulli amr. Salâmun hiya ?attâ mathla‘il-fajr,” jelas Gus Baha. Dalam surat tersebut, menurut Gus Baha, Allah secara tersirat memberi tahu kepada Nabi Muhammad bahwa meskipun umatnya ditakdirkan berusia pendek, namun soal pahala ibadah ia memiliki kesempatan untuk menyamai bahkan melebihi para nabi dan kaum sebelumnya, yaitu dengan mendapati Lailatul Qadar. Gus Baha kemudian merinci, bila umat Nabi Muhammad rata-rata berusia 60-an tahun, berarti memiliki kesempatan berpuasa Ramadhan sekaligus mendapati Lailatul Qadar sebanyak 52 kali. Karena biasanya kebanyakan orang mengawali berpuasa di usia 8 tahun. “Orang-orang sekarang berpuasa kira-kira 8 tahun. Kalau umurnya 60 tahun, puasa berapa kali itu? Jadi, 60 tahun kurangi 8 tahun berarti 52 tahun. 52 tahun dikali 83 tahun, wah banyak sekali. Lailatul Qadar itu kan anggaplah sama dengan 83 tahun, wah itu sudah melampaui Nabi Nuh,” pungkasnya. (hud) Baca juga :

Read More

UAH Beberkan Keberhasilan Puasa Selama Bulan Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam, di mana momen ini dimanfaatkan untuk memperbanyak ibadah. Salah satu ibadah wajib Ramdhan adalah berpuasa. Tak hanya menjalankan ibadah puasa saja, umat Islam dianjurkan untuk menjalankan amalan-amalan baik selama Ramadhan. Namun, bagaimana mengetahui keberhasilan dari ibadah puasa Ramadhan? Pendakwah Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyebut ada dua parameter dalam menentukan keberhasilan puasa Ramadhan. “Pertama saat menunaikan puasa terjadi peningkatan takwa. Saat Ramadhan berlanjut keberlangsungan takwa itu pun konsisten. Meningkat terus, dipertahankan kebaikannya dan bisa menghadirkan nilai-nilai berkualitas,” terang Ustaz Adi Hidayat kepada 1miliarsantri.net, Senin (1/4/2024). UAH menjelaskan ciri-ciri takwa secara singkat, yaitu ada peningkatan ibadah ritual pada aspek spiritual. “Bagaimana tilawah kita, istighfar kita, itu standar pertama dimensi spiritual kita yang mengantarkan pada ketaatan yang optimal terhadap Allah SWT,” jelas UAH. Sementara standar keberhasilan kedua adalah dari dimensi sosial atau interaksi dengan sesama. “Sebagai implementasi ketakwaan kita kepada Allah dalam wujud ibadah ritual nampak dalam pergaulan ibadah sosial. Shalat ketika diwajibkan maka implementasi sekaligus tanda keberhasilannya adalah interaksi yang baik dengan lingkungan sekitar,” ungkap UAH. Artinya, kata UAH, ibadah yang dijalankan daoat mencegah dari perbuatan buruk pada orang lain juga terhindar dari perbuatan maksiat atau menyimpang. Dalam sebuah hadits, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الصِّيَامُ جُنَّةٌ “Puasa adalah perisai” (H.R. Bukhari dan Muslim). “Perisai apa yang dimaksudkan? Maka ia tidak akan berkata-kata kotor, lisannya terjaga. Ada perisai yang menjaga dia dari berbagai kosakata yang tidak elok untuk diucapkan,” tambah UAH. Kemudian, perisai tersebut dapat menjaga perilaku diri dari hal-hal yang kurang baik dan mampu menahan diri dari berbagai macam provokasi negatif. “Maka sampai hari ini, kita cek bagaimana hubungan kita dengan Allah, hubungan kita dengan orang tua, hubungan kita dengan pasangan, hubungan kita dengan anak-anak, dengan kerabat, tetangga tentu pengingat terbesar sebelum kita wafat dan kembali pada Allah SWT,” tutupnya. (ris) Baca juga :

Read More

Angkat Kehidupan Rasulullah SAW, Kreator Muslim Buat Serial Web dengan AI

Singapura — 1miliarsantri.net : Pembuat konten dan produser dari Pakistan dan Singapura memproduksi seri web pertama dengan kecerdasan buatan (AI) tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, berjudul “Muhammad: The Mercy for the Multiverse”. Serial web ini merupakan kolaborasi antara Qalbox di MuslimPro, layanan streaming hiburan video-on-demand berlangganan global untuk umat Islam, dan Qur’anscape, platform online untuk pendidikan spiritual. Deskripsi serial tersebut di MuslimPro, yang tidak menyertakan gambar visual nabi, berbunyi: “Nikmati serial animasi yang menggambarkan kehidupan Nabi Muhammad SAW, jelajahi tonggak sejarah sebelum kenabian, tantangan pasca turunnya wahyu, dan esensi kasih sayang Muhammad.” Tim proyek global dari Qur’anscape dan Qalbox tersebar di Singapura, AS, Inggris, dan Pakistan, sementara sebagian besar pekerjaan teknis dilakukan di Pakistan. Penulis skenarionya adalah Fatimah Sattar yang berbasis di Lahore, sedangkan acaranya diproduksi oleh Abbas Arslan dari Pakistan, yang merupakan CEO Qur’anscape. Serial ini disutradarai oleh Emad Khalid, salah satu pendiri agensi pembuat konten Prompt Media Lab yang berbasis di Lahore, sedangkan produser eksekutifnya adalah Junaidah Bte Said Khan, kepala Qalbox yang berbasis di Singapura. “Proyek ini menggunakan AI untuk memperkenalkan perspektif baru tentang kisah Nabi Muhammad dan narasi Al-Qur’an lainnya, yang bertujuan untuk melampaui batasan tradisional dalam hal biaya, waktu, dan konseptualisasi,” terang Arslan kepada Arab News, dikutip Ahad (31/3/2024). Dia mengatakan alasan tim memilih AI untuk serial ini adalah untuk mempelopori penggunaan AI Generatif dalam menceritakan kisah-kisah yang sangat bermakna. “AI Generatif menawarkan keuntungan unik, seperti mengubah ide manusia menjadi kenyataan dengan cepat, yang sangat penting untuk melaksanakan proyek-proyek ini secara efisien dan efektif,” kata Arslan. Kolaborasi antara Qalbox dan Qur’anscape ini merupakan yang pertama dalam genre agama. “Dengan mengintegrasikan AI, kami mampu menghidupkan narasi abadi ini dengan cara yang segar dan penuh rasa hormat. Teknologi ini memungkinkan kami menyajikan kisah-kisah yang telah disayangi dari generasi ke generasi dengan cara yang dapat diakses dan dikaitkan dengan beragam audiens saat ini,” sambungnya. Penulis skenario Fatimah Sattar, yang menulis skenario untuk film ‘Kamli’ karya Sarmad Khoosat, mengatakan bahwa dia memulai penelitiannya untuk serial tersebut dengan ceramah Yasir Qadhi, merujuk pada cendekiawan dan teolog Muslim Pakistan-Amerika yang terkenal. “Tenggat waktunya sangat ketat jadi saya tidak bisa belajar lebih dari ini tapi kami memiliki seorang Mufti [ulama] yang membaca semua draf dan dengan baik hati mengoreksi setiap kesalahan atau kekeliruan yang saya buat. Saya menemukan keseluruhan prosesnya sangat mencerahkan,” lanjutnya. Sutradara Emad Khalid dari Prompt Media Lab menjelaskan tantangan dalam mencoba menggambarkan kehidupan nabi. “Sebagai Muslim, kami memikul tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa representasi kami otentik dan diteliti dengan cermat,” kata Khalid, sutradara pemenang penghargaan yang menerima penghargaan di Gen:48 AI Film Festival 2023. Meskipun penelitian dan pembuatan skrip proyek yang digerakkan oleh Al sama dengan pembuatan film tradisional, Khalid mengatakan, pada fase pembuatan, tim memanfaatkan alat pembuatan gambar AI untuk menghidupkan skenario, kemudian menganimasikan gambar tersebut ke dalam rangkaian video yang kohesif sambil menghasilkan suara karakter menggunakan AI. “Meskipun evolusinya cepat, AI masih kesulitan dalam menampilkan detail tertentu secara akurat, terutama ketika menciptakan gambar yang menyimpang dari konteks yang didominasi negara-negara Barat. Menciptakan kembali lingkungan dan budaya spesifik pada zaman Nabi Muhammad menghadirkan serangkaian tantangan unik. Kami harus menggunakan alat AI pengeditan gambar secara ekstensif untuk menyempurnakan gambar yang dihasilkan sesuai kepuasan kami,” ungkap Khalid. Acara ini memiliki 10 episode, dua di antaranya telah dirilis secara eksklusif di Qalbox oleh MuslimPro. Episode sisanya akan dirilis selama bulan Ramadhan. “Umpan balik untuk serial ini sangat positif… Upaya pemasaran dan promosi telah menjadikan acara tersebut menjadi salah satu acara dengan kinerja terbaik di Qalbox. Ada banyak antisipasi untuk episode mendatang, dan serial ini telah diterima dengan baik di negara-negara seperti Amerika, Perancis, Indonesia, Inggris, Kanada, dan Malaysia. Tanggapan positif di media sosial, dengan pemirsa yang membagikan serial ini kepada keluarga dan teman, semakin menegaskan dampak dan jangkauannya.” tutup Khan. (win) Baca juga :

Read More

Ulama Suriah dan Beberapa Ulama Sufi Takjub Melihat Kebersihan Masjid Al Akbar Surabaya

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ulama Suriah dan anggota istimewa ulama sufi dunia Syeikh Umar bin Muhammad Rajab Dieb mengapresiasi spiritualitas dan kebersihan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS). Dia juga memuji spiritualitas generasi muda. “Saya pertama kali ke Surabaya pada tahun 2010 dan saya ingin bisa ceramah di masjid yang kubahnya terlihat bagus dari jalan tol ini, akhirnya bisa terlaksana setelah 14 tahun,” ungkapnya kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (30/3/2024). Didampingi rekannya Syeikh Amir bin Muhammad Rajab, ia menilai kebesaran Islam memang sangat terlihat di Indonesia, baik di Istiqlal Jakarta, Masjid Al-Jabbar Bandung, dan Masjid Agung Makassar, termasuk MAS yang sesuai namanya yakni akbar atau besar dalam dakwah. “Yang saya apresiasi dari Masjid Al Akbar yang megah ini adalah kerja keras manajemen masjid dalam mewujudkan spiritualitas yang berkualitas dan kebersihan yang nyata. Yang penting lagi membangun spiritualitas generasi ke depan. Semuanya ada di masjid ini,” sambungnya. Dalam ceramahnya di depan jamaah, ia menekankan pentingnya memanfaatkan Ramadhan sebagai bulan yang penuh ampunan, karena Allah berfirman untuk bersegera datang pada ampunan. “Kita memasuki bulan Ramadhan yang penuh ampunan, maka tidak beruntung orang yang justru tidak mendapat ampunan, karena itu Allah dan Rasul-Nya memerintahkan dzikir agar mendapat ampunan,” katanya. Bahkan, Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah justru shalat sampai bengkak kakinya saat Ramadhan, lalu saat diprotes Aisyah pun dijawab apakah engkau tidak bangga jika aku jadi hamba yang bersyukur. “Apakah kita yang tidak ada garansi surga seperti Rasulullah, lalu shalat kita tidak seperti contoh Rasulullah dalam lisan dan perbuatan. Ini pelajaran penting buat kita. Ramadhan tidak hanya tinggalkan lapar dan dahaga tapi tinggalkan larangan dan bersegera pada ampunan, karena kita tidak tahu umur kita,” katanya. Sebelumnya (22/3), qori’ dari Afrika, Syech Ziyaad Patel, menjadi imam Sholat Jumat dan memimpin ikrar masuk Islam untuk WNI di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. (punk) Baca juga :

Read More

Al Quran Menjadi Petanda dari Perubahan Pola Pikir Masyarakat

Jakarta — 1miliarsantri.net : Al Qur’an diturunkan sebagai mukjizat untuk Rasulullah Muhammad SAW. Al Quran menjadi petanda dari perubahan pola pikir masyarakat dari yang jahiliyah menjadi masyarakat modern. Hal tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad pada Peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid At Tanwir PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa malam (26/3/2024) lalu. Al Qur’an ini berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang diterima nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad. Dadang menjelaskan, Al Qur’an sebagai mukjizat ini mendorong manusia dalam menggunakan akal untuk mengembangkan sains. Guru Besar Sosiologi Agama ini mencontohkan, bukti dari yang dia sampaikan itu terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Alaq ayat 1, tentang perintah untuk membaca. Membaca atau literasi ini menjadi pondasi awal untuk orang berpengetahuan. “Ayat pertama padahal itu sangat kunci dalam kehidupan ini, zaman modern seperti sekarang. Ini disuruh oleh Allah untuk membaca,” tuturnya. Perintah membaca ini tidak dikhususkan hanya kepada Nabi Muhammad, tetapi merupakan perintah yang umum untuk seluruh Umat Islam. Namun dalam praktiknya, umat Islam di Indonesia khususnya memiliki daya literasi yang rendah. Tinggi maupun rendahnya peringkat literasi, katanya, berpengaruh pada kualitas ilmu pengetahuan. Hal itu dapat disaksikan dari negara-negara modern dan maju, mereka rata-rata memiliki tingkat literasi yang tinggi. “Padahal iqra’ itu bukan hanya diturunkan tanpa sengaja oleh Allah. Betul-betul diturunkan untuk generasi modern sekarang,” ungkap Dadang. Dadang memandang, Al Qur’an sebagai mukjizat ini sangat rasional dan dapat dipelajari oleh semua orang, berbeda dengan mukjizat dari nabi-nabi sebelumnya yang khawariqul adah atau mukjizat di luar kebiasaan atau di luar nalar. (wink) Baca juga :

Read More

Gus Mus : Saya Pernah Dakwah di Pusat Bramacorah hingga Lokalisasi

Semarang — 1miliarsantri.net : Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengisahkan pengalamannya yang unik di berbagai tempat yang menampilkan realitas sosial beragam. Salah satu pengalaman yang mencolok adalah ketika Gus Mus berdakwah di pusat rehabilitasi bagi narapidana. “Saya pernah mendatangi pusatnya bramacorah. Isinya ya mantan maling, rampok dan sebagainya. Jadi, yang baca Qur’an diambil dari luar kota, yang jadi pembawa acara juga diambil dari luar kota,” ujarnya kepada 1miliarsantri.net, Kamis (28/3/2024). Kala itu, Gus Mus harus berdakwah di hadapan para jamaah dengan perangai yang unik, termasuk ada jamaah yang membawa benda tajam. “Saya pidato itu naik meja yang hadir ada yang jongkok, ada yang duduk, ada yang berdiri di depan saya sambil membawa golok, mengawasi kalau salah bicara sedikit saja mungkin akan dibacok,” ungkapnya. Cerita lain yang tak kalah menarik adalah saat Gus Mus diundang untuk memberikan dakwah di lokalisasi. Saat ia sedang ceramah, beberapa jamaah yang hadir tampak mengenakan busana mini dan melakukan aktivitas yang tak biasa. “Pidato, tetapi hadirinnya ada yang hanya memakai kutang. Ada yang sambil mencari kutu. Wah, habis saya. Itu yang paling berkesan,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin itu. Di samping itu, Gus Mus membagikan kisah unik mubaligh dan amplop. Menurutnya, ada beberapa mubaligh yang lebih fokus pada amplop ketimbang substansi dakwah yang disampaikan. “Ada memang yang mubaligh itu konsentrasinya pada amplop pertama kali itu. Jadi, mereka banyak cerita tentang amplop itu,” tutur Gus Mus. Dalam konteks ini, Gus Mus mengutip cerita lucu dari almarhum Rais Syuriah Pengurus Wilayah Jawa Timur KH Imran Hamzah yang mengalami kekeliruan dengan sopirnya. “Kiai Imran Hamzah merasa itu jadi bisyarahnya tertukar dengan sopirnya. Jadi, sopirnya itu Alhamdulillah ‘kapan ke tempat itu lagi, kiai? Masyaallah amplopnya tebal banget.’ Wah iki keliru ini.” kelakar Gus Mus. Meski demikian, Gus Mus menegaskan saat diundang untuk berdakwah tidak selalu berkaitan dengan urusan materi. “Kalau yang ngundang itu saya tahu, saya kenal, saya familiar misalnya pondok yang saya tahu persis ya, saya kembalikan (amplopnya). Ini untuk pondok aja,” pungkasnya. (hud) Baca juga :

Read More

Pada 10 Hari Terakhir Ramadhan, Rasulullah Gemar I’tikaf

Surabaya — 1miliarsantri.net : Salah satu ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW terutama pada 10 hari terakhir bulan suci pada Ramadhan adalah beritikaf. Secara singkat iktikaf berarti adalah berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah (takarub ilallah). Namun demikian menurut itikaf juga memiliki makna memutuskan diri dari kesibukan pada makhluk. Kemudian mengosongkan hati dari segala urusan dunia, dan menyibukan diri hanya kepada Allah SWT. Orang yang beritikaf berarti sedang beromantis bersama Allah SWT. Orang yang beriktikaf akan berfikir tentang apa yang Allah SWT ridhai dan berusaha mencapai keridhaan itu. Hingga dari perbuatan aktivitas- aktivitas tersebut akan menghasilkan kerinduan, menuju kerinduan hanya kepada Allah SWT. Ibadah itikaf tak hanya dikenal umat Nabi Muhammad SAW. Itikaf juga merupakan ibadah yang populer dikerjakan oleh umat-umat terdahulu. Seperti dilakukan pada masa Nabi Ibrahim. Sebagaimana firman Allah SWT: وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (QS Al Baqarah ayat 125). Itikaf juga dilakukan oleh ibu Nabi Isa, yaini Maryam binti Imran. Ia memiliki tempat itikafnya sendiri di mihrab. Tempat itu juga dijadikan Nabi Zakaria berdoa kepada Allah SWT. Ini dapat ditemukan pada surat Ali Imran ayat 37-39 Itikaf yang benar maka akan mendekatkan diri kepada Allah. Seseorang yang itikaf akan mengintrospeksi dirinya dalam menjalin kedekatan dengan Allah SWT. Pada sisi lain, itikaf juga menjadi ibadah yang dapat memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, habluminannas. Sebab orang yang beritikaf akan mengintrospeksi diri terhadap amal-amal yang pernah dilakukannya dan merencanakan amal-amal yang akan dilakukannya. (yat) Baca juga :

Read More

Berbagai Macam Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Bulan Ramadhan bulan yang sangat mulia. Pada bulan Ramadhan, kita dianjurkan meningkatkan ibadah serta memperbanyak kebaikan. Tak terkecuali di bulan Ramadhan umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak bersedekah. Bersedekah di bulan Ramadhan memiliki keagungan yang luar biasa dibandingkan di bulan-bulan yang lain. Sayyidina Anas RA meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan bersedekah pada bulan Ramadhan: عَنْ اَنَسٍ قِيْلَ يَا رَسُولَ اللهِ اَيُّ الصَّدَقَةِ اَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِى رَمَضَانَ Artinya, “Dari Anas dikatakan, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadhan.” (HR At-Tirmidzi). Bahkan, Rasulullah SAW sendiri sangat dermawan ketika memasuki bulan Ramadhan melebihi kedermawanan di bulan-bulan lain. Disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَل اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ Artinya, “Dari sahabat Ibnu Abbas: Rasulullah SAW adalah orang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan,” (HR Al-Bukhari dan Muslim). Berangkat dari hadits ini, Imam Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi mengingatkan kepada kita agar bersikap dermawan kepada sesama di bulan Ramadhan. Terlebih, bulan Ramadhan merupakan bulan mulia yang mana orang Islam disibukkan dengan ibadah puasa hingga meninggalkan pekerjaannya. Sudah semestinya bagi kita untuk saling berbagi demi mencukupi kebutuhan di bulan Ramadhan. يختار للناس أن يكثروا من الجود والإفضال في شهر رمضان اقتداء برسول الله صلى الله عليه وسلم وبالسلف الصالح من بعده، ولأنه شهر شريف قد اشتغل الناس فيه بصومهم عن طلب مكاسبهم Artinya, “Diharapkan bagi manusia banyak berlaku dermawan dan mementingkan orang lain pada bulan Ramadhan karena mengikuti sunnah Rasulullah saw dan ulama salafus shaleh setelahnya.Karena bulan Ramadhan merupakan bulan mulia, orang-orang sibuk berpuasa hingga meninggalkan pekerjaan mereka.” (Al-Mawardi, Al-Hawi fi Fiqhhis Syafi’i, juz III, halaman 479). Terlebih, bersedekah merupakan amal kebaikan yang penuh dengan keagungan dan keutamaan. Allah swt akan memberikan pahala yang berlipat ganda pada hambanya yang bersedekah. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 18 Allah swt berfirman: اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan ‎dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan ‎dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala ‎yang mulia.’’ (QS Al-Hadid: 18)‎. Selain itu, bersedekah juga dapat menghapus kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi disebutkan: وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ Artinya, ‎“Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana api dapat dipadamkan dengan air, begitu pula ‎shalat seseorang selepas tengah malam.” (HR At-Tirmidzi). Apalagi kita dianjurkan bersedekah memberi makanan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang memberi makan buka kepada orang puasa akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa. مَنْ اَفْطَرَ صَائِمًا فَلَهُ اَجْرُ صَائِمٍ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ Artinya, “Siapa yang memberi makanan orang yang sedang berpuasa untuk berbuka, maka baginya pahala seperti orang puasa tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang puasa tersebut”. (HR At-Tirmidzi). Bulan suci Ramadhan menjadi momen yang sangat pas untuk memperbanyak bersedekah. Karena setiap amal kebaikan di bulan yang mulia ini akan dilipatgandakan melebihi bulan-bulan yang lain. Syekh Ibrahim Al-Bajuri dalam Hasyiyah Al-Bajuri menyebutkan yang artinya, “Dan kesimpulannya, maka (hendaknya) seseorang memperbanyak amal kebaikan di bulan Ramadhan karena (pahala) amal kebaikan akan dilipatgandakan dibandingkan ganjaran amal kebaikan yang dilakukan di luar bulan Ramadhan,” (Ibrahim Al-Bajuri, Hasyiyah Al-Bajuri, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1999 M/1420 H], cetakan kedua, juz I, halaman 562). (yat) Baca juga :

Read More