Ungkapan Islami Kini Jadi Budaya Populer di Barat

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Istilah-istilah islami saat ini seakan sudah menjadi hal biasa diungkapkan oleh masyarakat dunia, bahkan oleh orang non-Muslim. Kata-kata “insya Allah” hingga “masya Allah” adalah beberapa kata yang sering terdengar di berbagai kesempatan. Kata-kata ini tidak lagi hanya dapat didengar di dunia Barat saat khutbah bagi umat Muslim. Tapi juga dapat ditemukan dalam lagu rap atau dalam beberapa acara olahraga. Atlet Ultimate Fighting Championship seperti Khabib Nurmagomedov tidak malu dengan warisan Muslim mereka dan telah menggunakan ekspresi Islami dalam wawancara. Di tempat lain, entertainer seperti DJ Khaled menerima tantangan untuk mengajarkan kata-kata Arab kepada penggemar mereka. Dalam salah satu klip viral, produser musik itu memperagakan pengucapan bahasa Arab. Beberapa kata sebenarnya sudah menjadi mainstream bahkan di dunia Barat, diantaranya sebagai berikut. Berasal dari bahasa Arab, kata salam adalah salah satu salam yang paling banyak digunakan di Timur Tengah dan dunia Islam. Secara harfiah, salam berarti “damai”. Kata ini serumpun dengan salam Ibrani shalom, karena bahasa Arab dan Ibrani adalah bahasa Semit dengan nenek moyang yang sama. Dalam konteks Islam, salam adalah cara singkat untuk mengatakan Assalamualaikum. Saat ini, varian salam banyak digunakan oleh komunitas non-Muslim dan sekuler di Timur Tengah, serta di negara-negara di mana Muslim menjadi minoritas. Ungkapan itu cukup dikenal oleh rapper Maroko-Amerika French Montana untuk merilis single berjudul Salam Alaykum. Presiden AS Joe Biden menjadi berita utama karena penggunaan ungkapan insya Allah dalam debat dengan Donald Trump menjelang pemilihan presiden AS 2020. Ungkapan tersebut sarat dengan konotasi yang beragam di dunia Islam, tergantung konteks penggunaannya. Ungkapan insya Allah berarti “jika Tuhan menghendaki” dan digunakan oleh umat Islam setiap kali mereka mengungkapkan harapan mereka untuk masa depan. Ini berfungsi sebagai pengingat kendali Tuhan atas masa depan, serta ketidakmampuan manusia untuk mengubah apa yang ditakdirkan. Dalam konteks lain, rapper Kanada Drake menggunakan insya Allah dalam lagunya di 2018 “Diplomatic Immunity”. Pada 2017, aktor Lindsay Lohan memposting foto dirinya di Instagram dengan judul “insya Allah” dan tanpa konteks lebih lanjut, membuat para penggemarnya bingung. Setahun kemudian, dia menggunakannya lagi di pos berkabung mendiang Raja Arab Saudi Abdullah, yang meninggal pada 2015. Lagu T5 oleh Swet Shop Boys (duo rap Himanshu Kumar Suri dan Rizwan Ahmed) juga dibuka dengan “Insya Allah”. Ungkapan wallah atau wallahi paling sering terdengar dalam percakapan panas sebagai pernyataan kejujuran dan seruan akan kebenaran sesuatu yang tampaknya mustahil. Sebuah istilah yang umum digunakan di kalangan pemuda London, terlepas dari latar belakang etnis mereka, wallah secara harfiah berarti “demi Allah”. Sekali lagi, penyanyi Drake mengungkapkan kata ini dalam sebuah liriknya, “ini adalah berkah, mashallah, wallahi, aku bersumpah kisah hidupku lebih baik daripada cerita yang mereka ceritakan tentang aku”, dalam remix “Sweeterman”-nya. Beberapa percaya bahwa memberi seseorang pujian tanpa mengucapkan “mashallah” adalah tanda kecemburuan dan kecemburuan, dan dapat membahayakan orang yang menerimanya. Bagi umat Islam, ungkapan tersebut adalah pengingat bahwa semua nasib baik pada akhirnya berasal dari Tuhan, dan pengingat untuk mengungkapkan rasa syukur dan kepuasan dengan kondisi mereka. Namun, seperti istilah lain yang muncul di sini, istilah tersebut telah meresap ke dalam budaya populer dan bahkan dapat ditemukan dalam lirik lagu. Rapper kelahiran Trinidad, Nicki Minaj menggunakan ekspresi dalam vokal tamunya untuk remix “Plain Jane A$AP Ferg” tahun 2017 dengan rap: “Berkendara dengan Minaj, mashallah, check-in dengan saya, lalu lakukan pekerjaan Anda.” Muslim dan Arab menggunakan ungkapan alhamdulillah untuk mengungkapkan kepuasan atas nasib mereka dalam hidup, dan istilah ini kira-kira setara dengan “terima kasih Tuhan.” Ungkapan ini adalah pengingat lain bagi orang percaya bahwa semua keberuntungan berasal dari Tuhan, tetapi juga memiliki fungsi sehari-hari. (yus) Baca juga :

Read More

Menjadi Morning Person Mendatangkan Manfaat Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Istilah morning person disematkan pada orang-orang yang terbiasa bangun pagi. Bagi umat Islam, menjadi morning person adalah sebuah “keharusan” karena ada ibadah yang dilakukan sebelum matahari terbit yaitu Sholat Subuh. Morning person dianggap sebagai hal yang positif, entah itu bagi kesehatan mental dan juga fisik. Mengutip laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), umat Islam memiliki adab tersendiri ketika bangun tidur pada pagi hari. Dalam Kitab Bidayat al-Hidayah karya Imam Abu Hamid Al Ghazali, diterangkan tentang adab seorang Muslim ketika bangun tidur. Adab paling utama adalah harus diusahakan bangun sebelum adzan subuh (sekitar pukul 04.30 WIB). Dalam hadistnya, Rasulullah SAW mengingatkan untuk memaksimalkan ibadah di waktu tersebut. يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَلَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya: “Rabb kita, tabaroka wa ta’ala, turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata, ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Aku ampuni’,” (HR Bukhari). Setelah itu, adzan berikutnya adalah berzikir, dan diikuti dengan berdoa ketika bangun dari tidur dengan doa sebagai berikut: الْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ للهِ وَالْعُظْمَةُ وَالسُّلْطَانُ ِللهِ وَالْعِزَّةُ وَالْقُدْرَةُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مَحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. أَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحَيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ. أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَبْعَثَنَا فِى هَذَا الْيَوْمِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ وَنَعُوْذُ بِكَ أَنْ نَجْتَرِحَ فِيْهِ سُوْأً أَوْنجْرِهِ إِلَى مُسْلِمٍ أَوْ يُجْرِهِ أَحَدٌ إِلَيْنَا. نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا فِيْهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا فِيْهِ Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nyalah kami kembali. Aku memasuki pagi, sedang kekuasaan tetap hanyalah milik Allah, kemuliaan dan kekuasaan milik Allah pula. (Dialah) Tuhan seru sekalian alam. Aku menyongsong pagi dengan kesucian Islam dan dengan kalimat ikhlas (syahadat) serta dengan agama (yang dibawa) Rasulullah SAW”. Sementara itu, dilansir Times of India, menjadi morning person memiliki berbagai manfaat kesehatan dan keuntungan, berikut ini adalah tujuh di antaranya: Pagi hari menawarkan waktu yang tenang dan tanpa gangguan untuk fokus pada tugas tanpa gangguan kehidupan sehari-hari. Dengan bangun pagi, Anda dapat menyelesaikan proyek penting, menetapkan tujuan hari itu, dan membangun momentum produktif sepanjang sisa hari. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang bangun pagi cenderung lebih proaktif dan memiliki keterampilan manajemen waktu yang lebih baik, sehingga menghasilkan peningkatan produktivitas dan kesuksesan baik dalam upaya pribadi maupun profesional. Bangun pagi memungkinkan Anda memulai hari dengan pikiran jernih dan waspada. Saat otak Anda bertransisi dari tidur ke terjaga, fungsi kognitif seperti memori, konsentrasi, dan kemampuan pemecahan masalah dioptimalkan. Dengan memanfaatkan kejernihan mental ini di pagi hari, Anda dapat melakukan tugas dengan lebih fokus dan efisien, sehingga menghasilkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang lebih baik sepanjang hari. Menerapkan rutinitas pagi membantu menciptakan suasana positif untuk hari itu dan membangun rasa struktur dan konsistensi dalam hidup Anda. Baik itu berlatih meditasi kesadaran, berolahraga, atau menikmati sarapan santai, menetapkan rutinitas dapat mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Konsistensi dalam bangun pagi dan mengikuti rutinitas pagi juga membantu mengatur jam internal tubuh, sehingga menghasilkan pola tidur dan kualitas tidur yang lebih baik secara keseluruhan. Orang yang bangun pagi lebih cenderung melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Bangun pagi memungkinkan Anda memprioritaskan aktivitas kebugaran sebelum komitmen dan gangguan lain muncul. Baik itu lari pagi, berlatih yoga, atau pergi ke gym, memulai hari dengan berolahraga akan meningkatkan tingkat energi, meningkatkan suasana hati, dan menciptakan suasana positif untuk sisa hari itu. Aktivitas fisik teratur di pagi hari juga berkontribusi terhadap kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan, termasuk peningkatan kesehatan jantung, pengelolaan berat badan, dan penurunan risiko penyakit kronis. Pagi hari memberikan kesempatan untuk perawatan diri dan refleksi, memungkinkan Anda memprioritaskan kesejahteraan dan menetapkan niat untuk hari yang akan datang. Baik itu membuat jurnal, bersyukur, atau terlibat dalam aktivitas yang penuh perhatian. Mendedikasikan waktu untuk perawatan diri di pagi hari akan meningkatkan ketahanan emosional, mengurangi stres, dan meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan secara keseluruhan. Mengawali hari dengan afirmasi dan refleksi positif juga dapat menumbuhkan rasa syukur dan optimisme yang dibawa sepanjang sisa hari. Bangun pagi memungkinkan Anda memanfaatkan siang hari sebaik-baiknya dan memanfaatkan cahaya alami, yang terbukti berdampak positif pada suasana hati, tingkat energi, dan produktivitas. Paparan cahaya alami di pagi hari membantu mengatur ritme sirkadian Anda, meningkatkan kadar vitamin D, dan meningkatkan rasa kewaspadaan dan kesejahteraan. Menjadi morning person membutuhkan kedisiplinan dan komitmen untuk selalu bangun pagi dan mengikuti rutinitas pagi. Dengan melatih disiplin diri pada pagi hari, Anda mengembangkan ketahanan, pengendalian diri, dan rasa penguasaan atas kebiasaan dan perilaku Anda. Menumbuhkan disiplin dalam satu bidang kehidupan Anda, seperti bangun pagi, dapat meluas ke bidang lain, mengarah pada pertumbuhan pribadi, peningkatan kepercayaan diri, dan kesuksesan yang lebih besar dalam mencapai tujuan Anda. (yus) Baca juga :

Read More

Kisah Hanzhalah, Seorang Sahabat Rasulullah SAW Yang Jenazah nya Dimandikan Malaikat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Hanzhalah bin Abi Amir bin Malik Al-Anshari adalah salah satu sahabat Nabi SAW yang meninggal dalam perang Uhud. Ia adalah syuhada yang dalam sejarah Islam terkenal sebagai sahabat Nabi SAW yang dimandikan langsung oleh malaikat. Hingga kemudian kalangan sahabat memberinya julukan Hanzhalah Al-Ghasil atau Ghasil Al-Malaikah (orang yang dimandikan Malaikat). Karena julukan itu juga orang-orang lalu memanggil keturunannya dengan Banu Ghasil Al-Malaikah. Dikutip dari buku “40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah” karya Abdul Wadud Kasyful Humam, Hanzhalah bin Abi Amir merupakan anak seorang pendeta Yastrib, Abu Amir bin Shaify. Ia adalah salah satu petinggi suku Aus yang sangat benci dan memusuhi Islam. Pada masa jahiliah, ia mendapat julukan Abu Amir Ar-Rahib, namun kemudian diganti oleh Rasulullah saw., dengan julukan Abu Amir Al-Fasiq. Julukan tersebut Rasulullah berikan karena dulunya dia adalah scorang pendeta (rahib) yang mengakui akan datangnya seorang Nabi dan berpegang pada agama hanif. Tapi, ketika Muhammad sudah menjalankan risalah kenabiannya, ia justru membenci dan memusuhinya. Bahkan, dalam perang Uhud ia berada di garda depan bersama pasukan Quraisy untuk memerangi Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Pada waktu pembukaan kota Makkah, Abu Amir pergi ke Romawi menemui raja Heraklius hingga akhirnya meninggal dunia pada 9 H. Tidak lama kemudian, anak Hanzhalah masuk Islam dan menjadi muslim yang baik. Bahkan ia pernah meminta izin Rasulullah untuk membunuh ayahnya, tetapi beliau tidak mengizinkan. Setelah memeluk Islam, Hanzhalah menikahi Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, satu hari sebelum terjadinya Perang Uhud. Malam harinya, ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk bermalam bersama istrinya. Nabi SAW mengizinkan Hanzhalah untuk bersama dengan istri yang baru saja dinikahinya itu. Setelah melaksanakan salat Subuh, ia ingin secepatnya bergabung dengan pasukan Nabi ke Uhud. Namun sebelum berangkat, ia sempat bersenggama terlebih dahulu dengan istrinya. Tiba-tiba, ia mendengar seruan untuk berjihad, maka ia segera keluar memenuhi seruan itu dalam kondisi masih junub, belum sempat mandi besar. Dalam peperangan itu, Abdullah bin Zubair memberikan kesaksian bahwa Hanzhalah berduel dengan Abu Sufyan bin Harb. Ketika Abu Sufyan hampir dikalahkan oleh Hanzhalah, dengan pedangnya yang siap menghunus dan merobek leher Abu Sufyan, namun Abu Sya’ub atau Syadad bin Al-Aswad melihat hal itu. Abu Sya’ub lalu mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah hingga membuatnya jatuh tersungkur dan akhirnya gugur sebagai syuhada. Dalam syariat, orang yang mati syahid bisa langsung dimakamkan tanpa harus dimandikan, kecuali jika ia dalam keadaan junub. Karena para sahabat tidak mengetahui Hanzhalah dalam keadaan junub, mereka pun hendak langsung menguburkannya tanpa dimandikan. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah bin Abi Amir di antara langit dan bumi dengan air dari awan di sebuah tempat yang terbuat dari perak.” Abu Sa’id Sai’di, RA berkata, “Ketika Baginda Rasulullah SAW berkata demikian, aku pergi melihat jenazahya. Kulihat bulir-bulir air bekas mandi menetes dari kepala Hanzhalah.” Sepulang dari perang Uhud, para sahabat lalu bertanya kepada Istri Hanzhalah mengenai kabar suaminya. Istri Hanzhalah menjawab, “Ketika mendengar panggilan perang, Hanzhalah segera keluar dalam keadaan junub dan belum sempat mandi…” (yat) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Menganjurkan Kita Memelihara dan menyayangi Anak Yatim

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Di Indonesia banyak terdapat panti-panti asuhan bagi anak yatim piatu yang didirikan oleh individu maupun kelompok dan lembaga. Ada pula yang bergerak secara individu mengasuh anak yatim tanpa mendirikan panti asuhan. Ahli hadis, As-Samarqandi dalam bukunya 200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa mengatakan mengasuh anak yatim merupakan perbuatan mulia. Rasulullah SAW bahkan menyebut surga adalah janji bagi mereka yang mengasuh anak yatim. Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang menjamin anak yatim dan yang lainnya, maka aku dan dia seperti ini di surga.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR Bukhari dan Muslim). Meskipun anak yatim hidup tanpa kelengkapan keluarga, namun mereka mempunyai syafaat luar biasa. Itu sebabnya mereka yang merawatnya dijanjikan surga. Diceritakan, seorang saleh berkata, “alasan yang membuatku bertobat dari suka meneggak minuman keras dan bergaul dengan para pengangguran, adalah karena suatu hari aku berjumpa dengan seorang anak yatim yang telanjang, lalu aku memakaikannya pakaian. Ia kelaparan, lalu aku memberinya makan. Dan, aku juga memandikannya. Malam harinya, aku bermimpi seolah kiamat sudah datang. Aku didatangkan bersama makhluk yang lain. Setelah amalku dihisab, aku diperintahkan ke neraka. Di tengah perjalanan, aku melihat anak yatim itu Ia berkata kepada malaikat Zabaniyah, ‘Wahai malaikat Tuhanku, orang ini telah berbuat baik kepadaku di dunia. Tunggulah sebentar, aku akan memintakan syafaat untuknya kepada Tuhanku.’ Malaikat berkata, ‘Aku tidak diperintahkan untuk menunda-nunda.’ Tiba-tiba terdengar suara, ‘Lepaskan dia. Kami telah memberinya yang pantas untuknya berkat syafaat si anak yatim yang ia perlakukan dengan baik.’ Setelah terbangun, aku bertobat dan berhenti dari perbuatan buruk yang selalu kulakukan. Selanjutnya, aku lebih giat lagi mencurahkan kasih sayang dan membantu anak-anak yatim.” Beberapa ayat Alquran telah menyebutkan tentang perintah agar memuliakan anak yatim. Seperti dalam Surah an-Nisa’ ayat 36: وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ Wa‘budullāha wa lā tusyrikū bihī syai’aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīl(i), wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrā(n). Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” Ayat lainnya tentang anak yatim terdapat dalam Surah al-Baqarah ayat 220: فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ Fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa yas’alūnaka ‘anil-yatāmā, qul iṣlāḥul lahum khair(un), wa in tukhāliṭūhum fa’ikhwānukum, wallāhu ya‘lamul-mufsida minal-muṣliḥ(i), wa lau syā’allāhu la’a‘natakum innallāha ‘azizun ḥakīm(un). Artinya: “Tentang dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (yus) Baca juga :

Read More

Beberapa Doa Agar Hati Tenang Ketika Mengalami Post Holiday Blues

Yogyakarta — 1miliarssntri.net : Post holiday blues adalah perubahan suasana hati sebagai transisi antara masa liburan dan aktivitas rutin yang harus dijalani. Perasaan yang muncul pada kondisi ini seperti rasa sedih, kesepian, hingga kekecewaan. Rasa sedih merupakan salah satu emosi yang ditanamkan kepada setiap manusia. Saat merasakan emosi ini umumnya orang akan menjadi lebih banyak diam, kurang bersemangat dan menarik diri. Memiliki rasa sedih itu wajar namun jika kesedihan itu terlalu dalam bisa menimbulkan dampak negatif ke dalam diri seseorang. Seorang muslim yang tengah merasakan kesedihan dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai cara seperti shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan berdoa. Rasulullah SAW mengajarkan sejumlah doa yang bisa dibaca saat merasakan kesedihan. Doa pertama diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Imam Ahmad dalam sebuah hadits yang telah dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud. اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ “Allahumma rahmataka arju fala takilni ila nafsi tharfaka ainin ashlihli sya’ni kullaha laa ilaha illa anta.” “Ya Allah, rahmat-Mu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan (segala urusanku) kepada diriku walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” Rasulullah mengajarkan doa seperti dikutip dalam Hadits Sunan An-Nasa’i). أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ دَعَوَاتٌ لَا يَدَعُهُنَّ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ Telah mengabarkan kepada kami Ali Ibnul Mundzir dari Ibnu Fudhail, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Al Minhal bin ‘Amru dari Anas bin Maik, dia berkata: Rasulullah SAW mempunyai doa-doa yang tidak pernah lupa untuk membacanya, beliau selalu membaca: “Allahumma Inni a’uudzu bika minal hammi wal hazni wal ‘ajzi wal kasali wal bukhli, wal jubni wa ghalabatir rijal” “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, kebakhilan, sifat pengecut dan penindasan para penguasa.” Doa yang termaktub dalam Kitab Shahih Bukhari: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالبُخْلِ، وَالجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gundah-gulana dan kesedihan, begitu juga dari kelemahan dan kemalasan, kekikiran, sifat penakut, lilitan hutang dan penindasan.” (yus) Baca juga :

Read More

Ini Waktu Paling Tepat Membaca Ayat Kursi

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ayat kursi memiliki banyak keutamaan bahkan salah satu ayat yang memiliki kedudukan agung dalam Alquran. Ayat ini turun pada suatu malam saat setelah Rasulullah SAW hijrah dari kota Makkah ke Madinah. Berikut bacaan ayat kursi sebagaimana tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat ke-255: اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ Latin: Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum. Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa naum. Lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh. Man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi idznih. Ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum. Wa laa yuhiithuuna bi syai-im min ‘ilmihii illaa bi maa syaa-a. Wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardha wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa Wahuwal ‘aliyyul ‘azhiim. Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al-Baqarah [2]:255). Lalu kapan waktu yang paling utama atau paling afdhol membaca Ayat Kursi? Meskipun ayat Kursi dapat dibaca kapan saja, ada tiga waktu yang paling afdhol untuk membaca ayat ini. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, ada tiga waktu utama yang sangat dianjurkan membaca ayat Kursi, yaitu setiap pagi dan petang, setelah sholat lima waktu, dan sebelum tidur. Ayat kursi dianjurkan dibaca di waktu pagi dan petang untuk melindungi dari gangguan setan. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang jin yang mencuri kurmanya. Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu: bahwa ada jin (syaitan) yang berkata kepadanya: “Apabila kamu membaca ayat Kursi pada pagi hari, maka kamu akan dilindungi dariku sampai petang, dan apabila kamu membacanya pada waktu petang (sore hari), maka kamu akan dilindungi dariku sampai waktu pagi (esok harinya)”. Ubay Radhiyallahu Anhu berkata: Aku pun pergi menemui Rasulullah SAW, kemudian aku mengabarkan kepada beliau hal tersebut, dan beliau bersabda: “Makhluk yang buruk itu berkata jujur”. Rasulullah SAW bersabda, مَنْ قَرَأَ آيَةَ اَلْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ اَلْجَنَّةِ إِلَّا اَلْمَوْتُ Artinya: “Barang siapa yang membaca ayat kursi setelah setiap kali sholat wajib, niscaya tidak ada yang menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian (yakni dia akan masuk surga setelah meninggal dunia)” (HR An Nasa’i). Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya setan berkata, “Apabila kamu hendak tidur, maka bacalah ayat Kursi dari awal sampai akhirnya; yaitu ayat Allaahu laa ilaaha illa huw al hayyul qayyum”. Kemudian setan itu berkata kepadaku: “Niscaya penjagaan Allah senantiasa menyertaimu, dan setan tidak akan sanggup mendekatimu sampai waktu pagi”. Para sahabat adalah orang-orang yang paling bersemangat atas kebaikan, dan ketika dia mengabarkan hal ini kepada Rasulullah SAW beliau bersabda: “Dia (setan itu) berkata jujur kepadamu, padahal dia adalah pendusta” (HR Al-bukhari). Itu lah tiga waktu yang paling utama untuk membaca ayat Kursu. Dengan membaca ayat ini, umat Islam akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Karena di dalamnya terdapat nama Allah yang paling agung, yakni pada bait Alhayyu dan Alqayyum, ayat kursi disebut sebagai ayat yang paling agung dan menjadi raja dari sebagian ayat di dalam Alquran. Dengan membaca dan mengamalkan ayat kursi, umat Islam juga akan diberkahi, dijauhkan dari kesulitan, dan disingkirkan dari bencana. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari HR Imam Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali yang memiliki arti: Artinya: “Ayat kursi merupakan ayat yang diberkahi, tidak ada yang membukakan kesulitan, menyingkirkan bencana dan menghilangkan kesedihan lebih cepat daripada ayat kursi.” (HR Imam Abu Hamid Bin Muhammad Al-Gozhali). (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi di Bulan Syawal

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam sejarah Islam, Syawal dikenal sebagai bulan yang penuh sejarah heroik. Dahulu, peperangan yang melibatkan Nabi dan para pengikutnya melawan musuh-musuhnya terjadi di bulan Syawal. Setidaknya peperangan itu tercatat empat kali di bulan Syawal. Demikian ini sebagaimana dipaparkan Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur dalam artikelnya dengan judul 6 Peristiwa Penting yang Terjadi pada Bulan Syawal. Selain tentang peperangan heroik kaum Muslimin yang bertepatan di bulan Syawal, ada dua peristiwa besar lain juga tercatat dalam sejarah Islam terjadi di bulan Syawal, yakni pernikahan Nabi dan waktu lahir dan wafatnya Imam Bukhari. عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: تَزَوَّجَنِى رَسُولُ اللَّهِ فِى شَوَّالٍ. وَفِي رِوَايَةٍ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَ أُمَّ سَلَمَةَ فِي شَوَّالٍ Artinya, “Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah saw menikahiku di bulan Syawal. Dalam riwayat yang lain: Sungguh Nabi menikah dengan Ummu Salamah ra pada bulan Syawal.” Karena itu, di Indonesia, bulan Syawal dikenal dengan istilah bulan pernikahan. Banyak orang-orang yang melangsungkan akad nikah pada bulan ini sebagai upaya mengikuti jejak Rasulullah saw. Imam Bukhari adalah salah satu nama ulama tersohor yang tidak asing dalam dunia Islam. Ia memiliki kontribusi yang sangat banyak dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu hadits. Hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak hanya berjumlah ratusan, namun mencapai ribuan, sebagaimana tertulis dalam salah satu karyanya, yaitu Shahih Bukhari. (yat) Baca juga :

Read More

KH Mustofa Bisri : Halal bi Halal Merupakan Produk Asli Nusantara

Semarang — 1miliarsantri.net : Mpmentum Lebaran Idul Fitri sering kali dijadikan untuk ajang berkumpul dengan sanak famili, tetangga, maupun teman lama yang jarang bertemu. Salah satu kegiatan yang kerap dilakukan di bulan Syawal adalah halal bihalal. Menurut sejarahnya, kegiatan halal bihalal merupakan ide yang dicetuskan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah seusai diminta saran oleh Presiden Indonesia kala itu, Soekarno atau Bung Karno. Hal ini sebagaimana keterangan yang tertera pada tulisan di NU Online berjudul KH Wahab Chasbullah, Pelopor Tradisi Halal Bihalal. Baca Juga KH Wahab Chasbullah Penggagas Istilah “Halal Bihalal” Kala itu, pada 1948, situasi politik Indonesia sedang tidak sehat. Kemudian Kiai Wahab menyarankan Bung Karno untuk mengadakan silaturahim yang mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara guna menghadiri silaturahim bertajuk halal bihalal. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah menyampaikan bahwa halal bihalal merupakan produk budaya asli Nusantara. “Halal bihalal itu (budaya asli) Indonesia, berkembang sejak jaman Nusantara. Di Arab itu tidak ada. Banyak yang Mengira Halal Bihalal Produk Arab,” jelasnya yang diakses pada Selasa (16/4/2024). Menurut Gus Mus, kegiatan halal bihalal ini merupakan bentuk dari kecerdasan sesepuh yang ada di Nusantara waktu itu. “Dulu Indonesia, Malaysia, dan Brunei itu satu rumpun dan kegiatan ini (halal bihalal) hanya ada di Nusantara. Inilah bentuk kecerdasannya sesepuh yang ada di Nusantara,” ungkapnya. Ia juga bercerita bahwa kegiatan halal bihalal ini memang asli Nusantara. Sebab menurutnya, saat berada di Mesir sana, ia tidak menemukan kegiatan sejenis ini. “Di Mesir itu saat Idul Fitri, setelah selesai melaksanakan Shalat Id, satu keluarga membawa tikar dan bekal, kemudian terus piknik ke kebun binatang, melihat monyet. Habis itu pulang lagi ke rumah. Di Indonesia, masyarakat saling berkunjung, saling meminta maaf. Ini Nusantara asli,” pungkasnya. (hud) Baca juga :

Read More

Dilematis Susahnya Menghafalkan Al Qur’an Untuk Menjadi Suatu Kewajiban

Surabaya — 1miliarsantri.net : Al-Quran adalah kalamullah (firman Allah SWT). Di dalamnya terkandung 6236 ayat, 114 surat dan terbagi dalam 30 juz. Banyak orang yang berusaha menghafalkan firman Allah tersebut, namun tak banyak yang menghafalkan semuanya. Penyebab kegagalan karena sulitnya melafalkan dan mengingat apa yang telah dihafalkan. Karena persoalan ini, akhirnya banyak yang mundur, mereka tak sanggup menghafalkannya. Tentu nya mereka yang menghafalkan Al-Quran hanya sedikit. Dan mereka yang sanggup menghafalkan Al-Quran, mereka itulah orang-orang yang terpilih (mukhtar). Maka bersyukurlah bagi mereka menjadi hamba terpilih untuk menjaga firman Allah tersebut. Menghafalkan Al-Quran itu sesungguhnya mudah. Yang sulit itu adalah menjaganya. Dalam waktu singkat, bacaan Al-Quran bisa dihafalkan, tetapi setelah sekian waktu hafalan itu akan hilang. Hal ini disebabkan, minimnya murajaah atau mengulang-ulang hafalan Al-Quran yang sudah dihafalkan. Dalam Al-Quran, Surah Al Qomar, Allah SWT menunjukkan bahwa Al-Quran itu telah Allah mudahkan, maka siapakah yang mau menghafalkan dan memahaminya untuk dijadikan pelajaran. وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ ۝ wa laqad yassarnal-qur’âna lidz-dzikri fa hal mim muddakir Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-qur’an untuk didingat. Maka adakah orang yang mau pelajaran (mengingatnya)?” (QS. Al Qomar ayat 17). Tidak hanya satu kali, Allah SWT mengulang ayat ini pada surat yang sama sebanyak 4 kali, yakni ayat 17, 22, 32, dan 40. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat ini memberikan penjelasan kepada manusia yang mau mengambil pelajaran (hikmah) bahwa menghafalkan Al-Quran itu tidaklah sulit. Begitu inginnya, Allah memberikan gambaran kepada manusia tentang banyaknya orang-orang yang memiliki ‘kekurangan’ namun sanggup menghafalkan Al-Quran. Contohnya, ada anak yang mengalami down syndrome tetapi hafal Al-Quran. Ada ada yang netra (tak bisa melihat), sanggup menghafal Al-Quran. Ada pula seorang pemuda yang tuna wicara, namun saat membaca Al-Quran suaranya begitu merdu. Ada pula seorang nenek yang sudah berusia lanjut mencapai 80 tahun, namun sanggup menghafalkan Al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang secara fisik mengalami kekurangan, namun Allah memuliakan dirinya dengan memberikan kemudahan untuk menghafalkan Al-Quran. Karena itulah, banyak ulama menyarankan agar seseorang terus bersemangat menghafal Al-Quran. “Hafalkan terus menerus, meskipun tidak hafal-hafal.” Kenapa disuruh menghafalkan ayat yang sudah dibaca berulang kali, namun tak bisa menempel di dalam ingatan? Di sinilah salah satu kemuliaan Al-Quran. Sebab, Al-Quran seluruhnya adalah kebaikan. Menghafal namun tidak hafal-hafal, berarti Allah ingin kita berlama-lama dalam kebaikan, dan semakin lama tentu akan semakin baik. Sebab, satu huruf Al-Quran adalah satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan 10 pahala. Dan bagi mereka yang kesulitan dalam melafalkan dibalas dengan dua kebaikan, maka bagi mereka yang membacanya akan mendapatkan 20 pahala. Semakin sulit, maka akan semakin banyak kebaikan. Menghafalkan Al-Quran ibarat masuk ke sebuah taman yang indah. Karena berada di tempat yang indah, sudah semestinya seseorang akan betah dan bukan sebaliknya buru-buru ingin meninggalkannya. Menghafal Al-Quran namun tak hafal-hafal adalah cara Allah SWT memuaskan kita untuk terus berada di dalam taman yang indah dan menikmatinya. Maka tak usah khawatir, tetaplah tersenyum karena Allah sedang mengajak kita untuk terus bersama-Nya. Dengan kata lain, orang yang menghafalkan Al-Quran, namun terus kesulitan dalam melafalkan atau mengingatnya, sesungguhnya Allah terus mengajak kita untuk mencintai-Nya, dan Allah pun memberikan waktu yang lebih panjang bagi kita untuk merasakan cinta-Nya. Dan ketika kita menghafal Al-Quran namun tak jua hafal-hafal, maka dapat dipastikan bahwa seluruh anggota badan, khususnya mata, lisan, dan telinga kita, tidak sedang melakukan maksiat kepada Allah. Semakin lama, maka tentu akan membuat mata, lisan dan telinga akan semakin bersih dari kemaksiatan. (yat) Baca juga :

Read More

Esensi Tentang Halal bi Halal Disaat Momen Hari Raya Idul Fitri

Jakarta — 1miliarsantri.net : Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Abdul Muiz Ali menjelaskan tentang esensi halal bi halal yang dipraktikkan umat Islam di momen Hari Raya Idul Fitri. Dalam tradisi halal bi halal ini, umat Islam biasanya akan saling bermaaf-maafan dan berjabat tangan. Kiai Muiz menuturkan, orang yang telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan akan diampuni kesalahan dan dosanya oleh Allah. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni .” (HR Bukhari) Kiai Muiz mengatakan, kesalahan atau dosa kepada Allah SWT (haqqullah) dapat dimaafkan dengan istighfar dan memperbanyak amal ibadah. Sedangkan kesalahan sesama manusia (haqqu al-adami), Allah SWT dapat mengampuninya jika antara sesama manusia yang melakukan kesalahan sudah saling memaafkan. “Di sini sebenarnya halal bihalal itu menjadi penting bahkan harus dilakukan bagi umat muslim,” terang Kiai Muiz kepada 1miliarsantri.net, Ahad (14/4/2024). Alumnus Pondok Pesantren Sidogiri ini menjelaskan, saling memaafkan dapat dilakukan kapan saja termasuk pada saat momentum Idul Fitri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِيْن “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS Al A’raf ayat 199) مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ “Barangsiapa memiliki kesalahan terhadap saudaranya, baik moril maupun materil, segeralah meminta kehalalannya hari itu juga, sebelum sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila dia memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar kesalahannya.” Namun, menurut Kiai Muiz, jika dia sudah tidak memiliki kebaikan, maka ia akan ditimpakan kesalahan dari saudara yang dia salahi.” (HR Bukhari). Kiai Muiz melanjutkan, momentum halal bihalal dapat diartikan sebagai penyelesaian masalah, meluruskan benang kusut, mencairkan yang beku dan mengurai ikatan yang membelenggu. Halal bihalal, sebagaimana diartikan Prof Quraish Shihab dalam karyanya “Membumikan Al-Qur’an (1999)”, juga bisa bermakna menyambung sesuatu yang tadinya putus menjadi terikat kembali (silaturahim). Dalam hadits disebutkan, مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari). Tradisi halal bihalal sebagaimana jamak dipraktikkan masyarakat Indonesia setelah Idul Fitri, mereka saling bermaaf-maafan dibuktikan dengan saling bersalaman sambil mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Rasulullah SAW bersabda: مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi). Kiai Muiz menceritakan, Rasulullah SAW pernah melakukan untuk saling ‘menghalalkan’ dan melupakan kesalahan masa lalu seseorang dan kelompok Quraisy di Makkah yang semula memusuhi dan menentang dakwah Rasulullah ketika di Makkah. Peristiwa ini dalam sejarah disebut dengan Fathu Makkah. (yan) Baca juga :

Read More