Rasulullah SAW Menganjurkan Kita Memelihara dan menyayangi Anak Yatim

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Di Indonesia banyak terdapat panti-panti asuhan bagi anak yatim piatu yang didirikan oleh individu maupun kelompok dan lembaga. Ada pula yang bergerak secara individu mengasuh anak yatim tanpa mendirikan panti asuhan. Ahli hadis, As-Samarqandi dalam bukunya 200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa mengatakan mengasuh anak yatim merupakan perbuatan mulia. Rasulullah SAW bahkan menyebut surga adalah janji bagi mereka yang mengasuh anak yatim. Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang menjamin anak yatim dan yang lainnya, maka aku dan dia seperti ini di surga.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR Bukhari dan Muslim). Meskipun anak yatim hidup tanpa kelengkapan keluarga, namun mereka mempunyai syafaat luar biasa. Itu sebabnya mereka yang merawatnya dijanjikan surga. Diceritakan, seorang saleh berkata, “alasan yang membuatku bertobat dari suka meneggak minuman keras dan bergaul dengan para pengangguran, adalah karena suatu hari aku berjumpa dengan seorang anak yatim yang telanjang, lalu aku memakaikannya pakaian. Ia kelaparan, lalu aku memberinya makan. Dan, aku juga memandikannya. Malam harinya, aku bermimpi seolah kiamat sudah datang. Aku didatangkan bersama makhluk yang lain. Setelah amalku dihisab, aku diperintahkan ke neraka. Di tengah perjalanan, aku melihat anak yatim itu Ia berkata kepada malaikat Zabaniyah, ‘Wahai malaikat Tuhanku, orang ini telah berbuat baik kepadaku di dunia. Tunggulah sebentar, aku akan memintakan syafaat untuknya kepada Tuhanku.’ Malaikat berkata, ‘Aku tidak diperintahkan untuk menunda-nunda.’ Tiba-tiba terdengar suara, ‘Lepaskan dia. Kami telah memberinya yang pantas untuknya berkat syafaat si anak yatim yang ia perlakukan dengan baik.’ Setelah terbangun, aku bertobat dan berhenti dari perbuatan buruk yang selalu kulakukan. Selanjutnya, aku lebih giat lagi mencurahkan kasih sayang dan membantu anak-anak yatim.” Beberapa ayat Alquran telah menyebutkan tentang perintah agar memuliakan anak yatim. Seperti dalam Surah an-Nisa’ ayat 36: وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ Wa‘budullāha wa lā tusyrikū bihī syai’aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīl(i), wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrā(n). Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” Ayat lainnya tentang anak yatim terdapat dalam Surah al-Baqarah ayat 220: فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰىۗ قُلْ اِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَاِخْوَانُكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَاَعْنَتَكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ Fid-dun-yā wal-ākhirah(ti), wa yas’alūnaka ‘anil-yatāmā, qul iṣlāḥul lahum khair(un), wa in tukhāliṭūhum fa’ikhwānukum, wallāhu ya‘lamul-mufsida minal-muṣliḥ(i), wa lau syā’allāhu la’a‘natakum innallāha ‘azizun ḥakīm(un). Artinya: “Tentang dunia dan akhirat. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.” Jika kamu mempergauli mereka, mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (yus) Baca juga :

Read More

Beberapa Doa Agar Hati Tenang Ketika Mengalami Post Holiday Blues

Yogyakarta — 1miliarssntri.net : Post holiday blues adalah perubahan suasana hati sebagai transisi antara masa liburan dan aktivitas rutin yang harus dijalani. Perasaan yang muncul pada kondisi ini seperti rasa sedih, kesepian, hingga kekecewaan. Rasa sedih merupakan salah satu emosi yang ditanamkan kepada setiap manusia. Saat merasakan emosi ini umumnya orang akan menjadi lebih banyak diam, kurang bersemangat dan menarik diri. Memiliki rasa sedih itu wajar namun jika kesedihan itu terlalu dalam bisa menimbulkan dampak negatif ke dalam diri seseorang. Seorang muslim yang tengah merasakan kesedihan dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai cara seperti shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan berdoa. Rasulullah SAW mengajarkan sejumlah doa yang bisa dibaca saat merasakan kesedihan. Doa pertama diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Imam Ahmad dalam sebuah hadits yang telah dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud. اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِي كُلَّهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ “Allahumma rahmataka arju fala takilni ila nafsi tharfaka ainin ashlihli sya’ni kullaha laa ilaha illa anta.” “Ya Allah, rahmat-Mu aku harapkan, janganlah Engkau serahkan (segala urusanku) kepada diriku walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.” Rasulullah mengajarkan doa seperti dikutip dalam Hadits Sunan An-Nasa’i). أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ دَعَوَاتٌ لَا يَدَعُهُنَّ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ Telah mengabarkan kepada kami Ali Ibnul Mundzir dari Ibnu Fudhail, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Al Minhal bin ‘Amru dari Anas bin Maik, dia berkata: Rasulullah SAW mempunyai doa-doa yang tidak pernah lupa untuk membacanya, beliau selalu membaca: “Allahumma Inni a’uudzu bika minal hammi wal hazni wal ‘ajzi wal kasali wal bukhli, wal jubni wa ghalabatir rijal” “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, kebakhilan, sifat pengecut dan penindasan para penguasa.” Doa yang termaktub dalam Kitab Shahih Bukhari: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ، وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالبُخْلِ، وَالجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gundah-gulana dan kesedihan, begitu juga dari kelemahan dan kemalasan, kekikiran, sifat penakut, lilitan hutang dan penindasan.” (yus) Baca juga :

Read More

Ini Waktu Paling Tepat Membaca Ayat Kursi

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ayat kursi memiliki banyak keutamaan bahkan salah satu ayat yang memiliki kedudukan agung dalam Alquran. Ayat ini turun pada suatu malam saat setelah Rasulullah SAW hijrah dari kota Makkah ke Madinah. Berikut bacaan ayat kursi sebagaimana tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat ke-255: اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ Latin: Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum. Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa naum. Lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh. Man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi idznih. Ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum. Wa laa yuhiithuuna bi syai-im min ‘ilmihii illaa bi maa syaa-a. Wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardha wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa Wahuwal ‘aliyyul ‘azhiim. Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al-Baqarah [2]:255). Lalu kapan waktu yang paling utama atau paling afdhol membaca Ayat Kursi? Meskipun ayat Kursi dapat dibaca kapan saja, ada tiga waktu yang paling afdhol untuk membaca ayat ini. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, ada tiga waktu utama yang sangat dianjurkan membaca ayat Kursi, yaitu setiap pagi dan petang, setelah sholat lima waktu, dan sebelum tidur. Ayat kursi dianjurkan dibaca di waktu pagi dan petang untuk melindungi dari gangguan setan. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang jin yang mencuri kurmanya. Dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu: bahwa ada jin (syaitan) yang berkata kepadanya: “Apabila kamu membaca ayat Kursi pada pagi hari, maka kamu akan dilindungi dariku sampai petang, dan apabila kamu membacanya pada waktu petang (sore hari), maka kamu akan dilindungi dariku sampai waktu pagi (esok harinya)”. Ubay Radhiyallahu Anhu berkata: Aku pun pergi menemui Rasulullah SAW, kemudian aku mengabarkan kepada beliau hal tersebut, dan beliau bersabda: “Makhluk yang buruk itu berkata jujur”. Rasulullah SAW bersabda, مَنْ قَرَأَ آيَةَ اَلْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ اَلْجَنَّةِ إِلَّا اَلْمَوْتُ Artinya: “Barang siapa yang membaca ayat kursi setelah setiap kali sholat wajib, niscaya tidak ada yang menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian (yakni dia akan masuk surga setelah meninggal dunia)” (HR An Nasa’i). Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya setan berkata, “Apabila kamu hendak tidur, maka bacalah ayat Kursi dari awal sampai akhirnya; yaitu ayat Allaahu laa ilaaha illa huw al hayyul qayyum”. Kemudian setan itu berkata kepadaku: “Niscaya penjagaan Allah senantiasa menyertaimu, dan setan tidak akan sanggup mendekatimu sampai waktu pagi”. Para sahabat adalah orang-orang yang paling bersemangat atas kebaikan, dan ketika dia mengabarkan hal ini kepada Rasulullah SAW beliau bersabda: “Dia (setan itu) berkata jujur kepadamu, padahal dia adalah pendusta” (HR Al-bukhari). Itu lah tiga waktu yang paling utama untuk membaca ayat Kursu. Dengan membaca ayat ini, umat Islam akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Karena di dalamnya terdapat nama Allah yang paling agung, yakni pada bait Alhayyu dan Alqayyum, ayat kursi disebut sebagai ayat yang paling agung dan menjadi raja dari sebagian ayat di dalam Alquran. Dengan membaca dan mengamalkan ayat kursi, umat Islam juga akan diberkahi, dijauhkan dari kesulitan, dan disingkirkan dari bencana. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari HR Imam Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali yang memiliki arti: Artinya: “Ayat kursi merupakan ayat yang diberkahi, tidak ada yang membukakan kesulitan, menyingkirkan bencana dan menghilangkan kesedihan lebih cepat daripada ayat kursi.” (HR Imam Abu Hamid Bin Muhammad Al-Gozhali). (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi di Bulan Syawal

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam sejarah Islam, Syawal dikenal sebagai bulan yang penuh sejarah heroik. Dahulu, peperangan yang melibatkan Nabi dan para pengikutnya melawan musuh-musuhnya terjadi di bulan Syawal. Setidaknya peperangan itu tercatat empat kali di bulan Syawal. Demikian ini sebagaimana dipaparkan Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur dalam artikelnya dengan judul 6 Peristiwa Penting yang Terjadi pada Bulan Syawal. Selain tentang peperangan heroik kaum Muslimin yang bertepatan di bulan Syawal, ada dua peristiwa besar lain juga tercatat dalam sejarah Islam terjadi di bulan Syawal, yakni pernikahan Nabi dan waktu lahir dan wafatnya Imam Bukhari. عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: تَزَوَّجَنِى رَسُولُ اللَّهِ فِى شَوَّالٍ. وَفِي رِوَايَةٍ: أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَ أُمَّ سَلَمَةَ فِي شَوَّالٍ Artinya, “Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah saw menikahiku di bulan Syawal. Dalam riwayat yang lain: Sungguh Nabi menikah dengan Ummu Salamah ra pada bulan Syawal.” Karena itu, di Indonesia, bulan Syawal dikenal dengan istilah bulan pernikahan. Banyak orang-orang yang melangsungkan akad nikah pada bulan ini sebagai upaya mengikuti jejak Rasulullah saw. Imam Bukhari adalah salah satu nama ulama tersohor yang tidak asing dalam dunia Islam. Ia memiliki kontribusi yang sangat banyak dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu hadits. Hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak hanya berjumlah ratusan, namun mencapai ribuan, sebagaimana tertulis dalam salah satu karyanya, yaitu Shahih Bukhari. (yat) Baca juga :

Read More

KH Mustofa Bisri : Halal bi Halal Merupakan Produk Asli Nusantara

Semarang — 1miliarsantri.net : Mpmentum Lebaran Idul Fitri sering kali dijadikan untuk ajang berkumpul dengan sanak famili, tetangga, maupun teman lama yang jarang bertemu. Salah satu kegiatan yang kerap dilakukan di bulan Syawal adalah halal bihalal. Menurut sejarahnya, kegiatan halal bihalal merupakan ide yang dicetuskan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah seusai diminta saran oleh Presiden Indonesia kala itu, Soekarno atau Bung Karno. Hal ini sebagaimana keterangan yang tertera pada tulisan di NU Online berjudul KH Wahab Chasbullah, Pelopor Tradisi Halal Bihalal. Baca Juga KH Wahab Chasbullah Penggagas Istilah “Halal Bihalal” Kala itu, pada 1948, situasi politik Indonesia sedang tidak sehat. Kemudian Kiai Wahab menyarankan Bung Karno untuk mengadakan silaturahim yang mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara guna menghadiri silaturahim bertajuk halal bihalal. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah menyampaikan bahwa halal bihalal merupakan produk budaya asli Nusantara. “Halal bihalal itu (budaya asli) Indonesia, berkembang sejak jaman Nusantara. Di Arab itu tidak ada. Banyak yang Mengira Halal Bihalal Produk Arab,” jelasnya yang diakses pada Selasa (16/4/2024). Menurut Gus Mus, kegiatan halal bihalal ini merupakan bentuk dari kecerdasan sesepuh yang ada di Nusantara waktu itu. “Dulu Indonesia, Malaysia, dan Brunei itu satu rumpun dan kegiatan ini (halal bihalal) hanya ada di Nusantara. Inilah bentuk kecerdasannya sesepuh yang ada di Nusantara,” ungkapnya. Ia juga bercerita bahwa kegiatan halal bihalal ini memang asli Nusantara. Sebab menurutnya, saat berada di Mesir sana, ia tidak menemukan kegiatan sejenis ini. “Di Mesir itu saat Idul Fitri, setelah selesai melaksanakan Shalat Id, satu keluarga membawa tikar dan bekal, kemudian terus piknik ke kebun binatang, melihat monyet. Habis itu pulang lagi ke rumah. Di Indonesia, masyarakat saling berkunjung, saling meminta maaf. Ini Nusantara asli,” pungkasnya. (hud) Baca juga :

Read More

Dilematis Susahnya Menghafalkan Al Qur’an Untuk Menjadi Suatu Kewajiban

Surabaya — 1miliarsantri.net : Al-Quran adalah kalamullah (firman Allah SWT). Di dalamnya terkandung 6236 ayat, 114 surat dan terbagi dalam 30 juz. Banyak orang yang berusaha menghafalkan firman Allah tersebut, namun tak banyak yang menghafalkan semuanya. Penyebab kegagalan karena sulitnya melafalkan dan mengingat apa yang telah dihafalkan. Karena persoalan ini, akhirnya banyak yang mundur, mereka tak sanggup menghafalkannya. Tentu nya mereka yang menghafalkan Al-Quran hanya sedikit. Dan mereka yang sanggup menghafalkan Al-Quran, mereka itulah orang-orang yang terpilih (mukhtar). Maka bersyukurlah bagi mereka menjadi hamba terpilih untuk menjaga firman Allah tersebut. Menghafalkan Al-Quran itu sesungguhnya mudah. Yang sulit itu adalah menjaganya. Dalam waktu singkat, bacaan Al-Quran bisa dihafalkan, tetapi setelah sekian waktu hafalan itu akan hilang. Hal ini disebabkan, minimnya murajaah atau mengulang-ulang hafalan Al-Quran yang sudah dihafalkan. Dalam Al-Quran, Surah Al Qomar, Allah SWT menunjukkan bahwa Al-Quran itu telah Allah mudahkan, maka siapakah yang mau menghafalkan dan memahaminya untuk dijadikan pelajaran. وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ ۝ wa laqad yassarnal-qur’âna lidz-dzikri fa hal mim muddakir Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-qur’an untuk didingat. Maka adakah orang yang mau pelajaran (mengingatnya)?” (QS. Al Qomar ayat 17). Tidak hanya satu kali, Allah SWT mengulang ayat ini pada surat yang sama sebanyak 4 kali, yakni ayat 17, 22, 32, dan 40. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT sangat ini memberikan penjelasan kepada manusia yang mau mengambil pelajaran (hikmah) bahwa menghafalkan Al-Quran itu tidaklah sulit. Begitu inginnya, Allah memberikan gambaran kepada manusia tentang banyaknya orang-orang yang memiliki ‘kekurangan’ namun sanggup menghafalkan Al-Quran. Contohnya, ada anak yang mengalami down syndrome tetapi hafal Al-Quran. Ada ada yang netra (tak bisa melihat), sanggup menghafal Al-Quran. Ada pula seorang pemuda yang tuna wicara, namun saat membaca Al-Quran suaranya begitu merdu. Ada pula seorang nenek yang sudah berusia lanjut mencapai 80 tahun, namun sanggup menghafalkan Al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang secara fisik mengalami kekurangan, namun Allah memuliakan dirinya dengan memberikan kemudahan untuk menghafalkan Al-Quran. Karena itulah, banyak ulama menyarankan agar seseorang terus bersemangat menghafal Al-Quran. “Hafalkan terus menerus, meskipun tidak hafal-hafal.” Kenapa disuruh menghafalkan ayat yang sudah dibaca berulang kali, namun tak bisa menempel di dalam ingatan? Di sinilah salah satu kemuliaan Al-Quran. Sebab, Al-Quran seluruhnya adalah kebaikan. Menghafal namun tidak hafal-hafal, berarti Allah ingin kita berlama-lama dalam kebaikan, dan semakin lama tentu akan semakin baik. Sebab, satu huruf Al-Quran adalah satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan 10 pahala. Dan bagi mereka yang kesulitan dalam melafalkan dibalas dengan dua kebaikan, maka bagi mereka yang membacanya akan mendapatkan 20 pahala. Semakin sulit, maka akan semakin banyak kebaikan. Menghafalkan Al-Quran ibarat masuk ke sebuah taman yang indah. Karena berada di tempat yang indah, sudah semestinya seseorang akan betah dan bukan sebaliknya buru-buru ingin meninggalkannya. Menghafal Al-Quran namun tak hafal-hafal adalah cara Allah SWT memuaskan kita untuk terus berada di dalam taman yang indah dan menikmatinya. Maka tak usah khawatir, tetaplah tersenyum karena Allah sedang mengajak kita untuk terus bersama-Nya. Dengan kata lain, orang yang menghafalkan Al-Quran, namun terus kesulitan dalam melafalkan atau mengingatnya, sesungguhnya Allah terus mengajak kita untuk mencintai-Nya, dan Allah pun memberikan waktu yang lebih panjang bagi kita untuk merasakan cinta-Nya. Dan ketika kita menghafal Al-Quran namun tak jua hafal-hafal, maka dapat dipastikan bahwa seluruh anggota badan, khususnya mata, lisan, dan telinga kita, tidak sedang melakukan maksiat kepada Allah. Semakin lama, maka tentu akan membuat mata, lisan dan telinga akan semakin bersih dari kemaksiatan. (yat) Baca juga :

Read More

Esensi Tentang Halal bi Halal Disaat Momen Hari Raya Idul Fitri

Jakarta — 1miliarsantri.net : Wakil Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Abdul Muiz Ali menjelaskan tentang esensi halal bi halal yang dipraktikkan umat Islam di momen Hari Raya Idul Fitri. Dalam tradisi halal bi halal ini, umat Islam biasanya akan saling bermaaf-maafan dan berjabat tangan. Kiai Muiz menuturkan, orang yang telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan akan diampuni kesalahan dan dosanya oleh Allah. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni .” (HR Bukhari) Kiai Muiz mengatakan, kesalahan atau dosa kepada Allah SWT (haqqullah) dapat dimaafkan dengan istighfar dan memperbanyak amal ibadah. Sedangkan kesalahan sesama manusia (haqqu al-adami), Allah SWT dapat mengampuninya jika antara sesama manusia yang melakukan kesalahan sudah saling memaafkan. “Di sini sebenarnya halal bihalal itu menjadi penting bahkan harus dilakukan bagi umat muslim,” terang Kiai Muiz kepada 1miliarsantri.net, Ahad (14/4/2024). Alumnus Pondok Pesantren Sidogiri ini menjelaskan, saling memaafkan dapat dilakukan kapan saja termasuk pada saat momentum Idul Fitri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الجَاهِلِيْن “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS Al A’raf ayat 199) مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ “Barangsiapa memiliki kesalahan terhadap saudaranya, baik moril maupun materil, segeralah meminta kehalalannya hari itu juga, sebelum sampai pada hari tiada dinar dan dirham. Jika hal tersebut terjadi, bila dia memiliki amal baik, amal tersebut akan diambil sesuai kadar kesalahannya.” Namun, menurut Kiai Muiz, jika dia sudah tidak memiliki kebaikan, maka ia akan ditimpakan kesalahan dari saudara yang dia salahi.” (HR Bukhari). Kiai Muiz melanjutkan, momentum halal bihalal dapat diartikan sebagai penyelesaian masalah, meluruskan benang kusut, mencairkan yang beku dan mengurai ikatan yang membelenggu. Halal bihalal, sebagaimana diartikan Prof Quraish Shihab dalam karyanya “Membumikan Al-Qur’an (1999)”, juga bisa bermakna menyambung sesuatu yang tadinya putus menjadi terikat kembali (silaturahim). Dalam hadits disebutkan, مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR Bukhari). Tradisi halal bihalal sebagaimana jamak dipraktikkan masyarakat Indonesia setelah Idul Fitri, mereka saling bermaaf-maafan dibuktikan dengan saling bersalaman sambil mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Rasulullah SAW bersabda: مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا “Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi). Kiai Muiz menceritakan, Rasulullah SAW pernah melakukan untuk saling ‘menghalalkan’ dan melupakan kesalahan masa lalu seseorang dan kelompok Quraisy di Makkah yang semula memusuhi dan menentang dakwah Rasulullah ketika di Makkah. Peristiwa ini dalam sejarah disebut dengan Fathu Makkah. (yan) Baca juga :

Read More

Mengamalkan dan Sering Baca Doa ini Siang Hari Jika Ajal Menjemput Niscaya Ahli Surga

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ada bacaan doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits. Riwayat ini menjelaskan keutamaan besar sebuah doa yang jika dibaca maka bisa menjadikan seorang Muslim ahli surga. Dalam riwayat Syadad bin Aus, Rasulullah SAW bersabda: سَيِّدُ الِاسْتِغْفارِ أنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أنْتَ رَبِّي لا إلَهَ إلَّا أنْتَ، خَلَقْتَنِي وأنا عَبْدُكَ، وأنا علَى عَهْدِكَ ووَعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ، أعُوذُ بكَ مِن شَرِّ ما صَنَعْتُ، أبُوءُ لكَ بنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وأَبُوءُ لكَ بذَنْبِي فاغْفِرْ لِي؛ فإنَّه لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلَّا أنْتَ. قالَ: ومَن قالَها مِنَ النَّهارِ مُوقِنًا بها، فَماتَ مِن يَومِهِ قَبْلَ أنْ يُمْسِيَ، فَهو مِن أهْلِ الجَنَّةِ، ومَن قالَها مِنَ اللَّيْلِ وهو مُوقِنٌ بها، فَماتَ قَبْلَ أنْ يُصْبِحَ، فَهو مِن أهْلِ الجَنَّةِ. “Sayyidul Istighfar adalah ketika kamu berkata (berdoa), “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, sedangkan aku adalah hamba-Mu, aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu sekuat tenagaku,…” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengucapkan doa ini (Sayyidul Istighfar) pada siang hari dengan menyakini isinya, kemudian mati pada hari itu sebelum petang, niscaya dia termasuk ahli Surga. Siapa yang membacanya pada malam hari dengan meyakini isinya, kemudian dia mati sebelum datangnya pagi, niscaya dia termasuk ahli surga.” (HR. Bukhari) Lafadz doa lengkap Sayyidul Istighfar yang tercantum dalam hadits tersebut, sebagai berikut. اللَّهُمَّ أنْتَ رَبِّي لاَ إلٰهَ إلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِن شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ Latin: Allahumma anta robbii laa ilaaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’uudzu bika min syarri maa shona’tu, abuu ulaka bini’matika ‘alayya wa abuu ulaka bi dzambii faghfirlii, fa innahu laa yaghfirudz dzunuu-ba illaa anta Terjemahan: “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu, aku akan berusaha memenuhi janji-janjiku kepada-Mu sekuat tenagaku, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan jelekku, aku mengakui akan nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui juga atas dosa yang pernah aku perbuat, maka ampunilah diriku, sesungguhnya tiada yang mampu mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah.” Nabi Muhammad SAW juga pernah memberikan pesan tentang khasiat beristighfar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda: Khasiat Istighfar ( مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا ، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا ، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ) رواه أبو داود (1518) وابن ماجه (3819) ، وأحمد في “المسند” (1/248) ، والطبراني في “المعجم الأوسط” (6/240)، والبيهقي في “السنن الكبرى” (3/351) ، وغيرهم . “Siapa saja yang butuh permohonan ampun (perlu beristighfar), niscaya Allah SWT memberi jalan keluar untuknya atas semua kesulitan, kelapangan atas semua keresahan, dan memberi rezeki-Nya dari tempat yang tidak diduga-duga.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dalam Al Musnad, At Thabrani dalam Al Mu’jam Al Awsath, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro, dan selainnya) Dalam “Awn Al Ma’bud: Syarh Sunan Abi Daud”, disebutkan bahwa seseorang perlu minta ampunan kepada Allah SWT ketika melakukan perbuatan dosa, terjadi musibah yang melanda dirinya, dan ada dalam keadaan di mana dia terus-menerus melakukan perbuatan dosa. Rasulullah SAW juga berpesan: ولذا قال صلى الله عليه وسلم طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا رواه بن ماجه “Berbahagialah mereka yang di dalam catatan amalnya ditemukan istighfar yang banyak.” (HR Abu Daud) (yat) Baca juga :

Read More

Benarkah Menikah di Bulan Syawal Bisa Mengakibatkan Dosa Yang Luar Biasa

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ada sejumlah kepercayaan dan mitos yang telah mendarah daging dalam warisan budaya Arab di zaman jahiliyah. Salah satunya kepercayaan bahwa menikah di bulan Syawal membawa kesialan. Akibatnya, banyak dari mereka yang menghindari untuk melangsungkan pernikahan pada bulan tersebut. Bukan hanya menikah yang dihindari, bahkan wanita yang sudah menikah pun enggan untuk berhubungan intim dengan suami mereka di bulan Syawal. Mereka meyakini, melakukan hubungan intim di bulan ini merupakan perbuatan dosa yang besar. Jika kemudian dari hubungan tersebut lahir seorang anak, diyakini bahwa anak tersebut akan terkena kutukan akibat dosa orang tua mereka. Dipercaya bahwa anak yang lahir dari hubungan intim di bulan Syawal akan diliputi oleh nasib buruk, bahkan sampai pada tingkat lumpuh. Namun, datangnya Islam mengubah semua itu, yakni ketika Nabi Muhammad memilih bulan Syawal sebagai waktu untuk menikahi Aisyah RA. Aisyah berkata: “Rasulullah SAW menikahiku pada bulan Syawal dan mengadakan malam pertama di bulan Syawal. Istri Rasulullah mana yang lebih beruntung dari diriku di sisi beliau?” (Perawi berkata), “Aisyah senang menikahkan perempuan pada bulan Syawal.” (HR. Tirmidzi) Maka berdasarkan hal itu juga, pernikahan di bulan Syawal dibolehkan. Imam Nawawi menyampaikan, Aisyah RA melalui riwayatnya itu ingin merespons kultur di masa jahiliyah, sebab kala itu orang-orang Arab enggan menikah di bulan Syawal karena anggapan sial tadi. “Aisyah ingin merespons apa yang diwariskan dari masa jahiliyah, bahwa sebagian orang saat itu membenci melangsungkan pernikahan di bulan Syawal. Ini adalah kebatilan yang tidak memiliki dasar, dan merupakan salah satu peninggalan masa jahiliyah,” demikian penjelasan Imam Nawawi. Ibnu Abidin Al-Hanafi dalam kitabnya, ‘Hasyiyah Ali al-Durr al-Mukhtar’, yang menukil dari ‘al-Bazaziyah’, menyampaikan, melangsungkan pernikahan dalam rentang waktu antara Idul Fitri dan Idul Adha itu dibolehkan dan tidak makruh. Ini karena Nabi Muhammad SAW menikahi ash-Shiddiqah (julukan Aisyah RA) pada bulan Syawal dan mulai membangun bahtera rumah tangga di bulan itu. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Nikah termasuk sunnahku. Siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. Menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah.” (HR Ibnu Majah) Rasulullah SAW bersabda, “Hai sekalian pemuda, siapa di antara kalian yang sudah memiliki kemampuan, segeralah menikah. Karena menikah dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Siapa yang belum sanggup menikah, berpuasalah, karena puasa akan menjadi benteng.” (HR Muttafaq ‘alaih) (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Kebiasaan Yang Sering Dilakukan Rasulullah SAW Sebelum Tidur

Surabaya — 1miliarsantri.net : Tidur adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Selain untuk istirahat fisik, tidur juga merupakan momen penting untuk menjaga keseimbangan spiritual. Dalam Islam, Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan contoh yang baik melalui sunnah-sunnah yang diajarkan sebelum tidur. Sunnah-sunnah ini tidak hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga memberikan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa. Berikut kebiasaan Rasulullah SAW sebelum tidur: Pertama, berwudhu Sebelum tidur, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan umatnya untuk membersihkan diri dari segala kotoran dan debu dengan berwudhu. Berwudhu sebelum tidur dapat membantu membersihkan diri dari dosa-dosa kecil dan menjaga kesucian spiritual. Kemudian, dengan berwudhu dapat memberikan perlindungan dari gangguan syaitan dan mimpi buruk. Dalam hadis dijelaskan: إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ Jika engkau hendak tidur, maka berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana kamu wudhu akan sholat, kemudian berbaringlah pada rusuk yang sebelah kanan. (HR Bukhari dan Muslim). Kedua, dzikir ayat kursiAyat Kursi merupakan salah satu ayat yang paling agung dalam Alquran. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa membaca Ayat Kursi sebelum tidur akan memberikan perlindungan dari gangguan syaitan dan melindungi seseorang hingga pagi hari. Selain itu, membaca Ayat Kursi sebelum tidur bisa membawa keberkahan dan keselamatan selama tidur, sehingga tidur menjadi lebih tenang dan nyaman. Dari Abu Hurairah pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ » Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311). Ketiga, membersihkan tempat tidur Membersihkan tempat tidur sebelum tidur adalah tindakan yang menunjukkan kesadaran akan kebersihan fisik. Hal ini membantu dalam mencegah penyebaran kuman, debu, dan tungau yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti alergi dan penyakit kulit. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Jika salah seorang di antara kamu hendak mendatangi tempat tidurnya, hendaknya ia mengibas kasurnya dengan bagian dalam sarungnya, karena ia tidak mengetahui apa yang ada padanya, kemudian mengucapkan: بِاسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ جَنْبِى Bismika rabbi wadha’tu janbi. Dengan nama-Mu Wahai Tuhanku, aku baringkan punggungku. (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710). Keempat, membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata: كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (Surat Al-Ikhlas), ’Qul a’udzu birabbil falaq’ (Surat Al-Falaq) dan ’Qul a’udzu bi rabbin naas’ (Surat An-Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari no. 5017). Kelima, mengucapkan doa tidurDari Hudzaifah, ia berkata: كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ » Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihin nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali). (HR. Bukhari no. 6324). (yat) Baca juga :

Read More