Sudah Selayaknya Soeharto dan Gus Dur Dianugerahi Gelar Pahlawan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ketua Umum Yayasan Jayabaya Moestar Pj Moeslim menyebut sudah selayaknya negara menganugrahi Presiden ke-2 Soeharto dan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) gelar pahlawan nasional. Soeharto, lanjut Moestar, telah sangat berjasa dalam pembangunan bangsa ini. “Beliau telah berhasil membawa bangsa ini dari keterpurukan di masa sebelumnya, menjadi jauh lebih baik,” tuturnya kepada 1miliarsantri, Ahad (29/9/2024). Selain itu, pada akhir masa kekuasaannya, Soeharto juga tidak menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan jabatannya. “Beliau bisa saja menggunakan tentara dalam menghentikan demonstrasi. Tapi jiwa besarnya ditunjukkan dengan berhenti menjadi Presiden RI mengikuti kehendak rakyat,” lanjutnya. Sebelumnya, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) resmi mencabut nama Soeharto dari Ketetapan (Tap) MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang perintah untuk menyelenggarakan yang bersih tanpa korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). Keputusan itu diambil dalam rapat paripurna sidang akhir MPR RI periode 2024-2029. Hal ini menindaklanjuti surat dari Partai Golkar per 18 September 2024. “Terkait dengan penyebutan nama mantan Presiden Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11/MPR 1998 tersebut secara diri pribadi, Bapak Soeharto dinyatakan telah selesai dilaksanakan karena yang bersangkutan telah meninggal dunia,” kata Ketua MPR Bambang Soesatyo dalam rapat paripurna di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2024). Selain Soeharto, Moestar juga menilai Gus Dur layak mendapat gelar pahlawan nasional. “Gus Dur adalah sosok yang sangat menghargai keberagaman dalam berbagai aspek kehidupan, terutama suku, agama, dan ras. Beliau memberikan contoh nyata tentang bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan bagi bangsa,” katanya MPR juga telah mencabut Tap MPR nomor II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Hal ini berdasarkan permohonan dari Fraksi PKB. Dengan dicabutnya kedua Tap MPR itu, Moestar menegaskan bahwa tidak ada lagi penghalan untuk negara mengangkat kedua Presiden RI itu menjadi pahlawan nasional. “Kita adalah bangsa yang besar dengan segala macam perjalanan sejarahnya. Kedua sosok ini layak menjadi pahlawan karena pemikiran dan tindakan mereka telah membawa bangsa ini maju seperti saat ini,” tutupnya. (jeha) Baca juga :

Read More

Albania Bakal Bentuk Negara Islam Mikro untuk Kelompok Sufi Syiah

Tirana — 1miliarsantri.net : Perdana Menteri Albania, Edi Rama mengumumkan rencana untuk membentuk negara mikro mirip Kota Vatikan yang dikelola Bektashi, sebuah ordo Sufi Syiah. Bila semua berjalan sesuai rencana, negara yang disebut “Negara Berdaulat Ordo Bektashi” akan menjadi negara terkecil di dunia, hanya seperempat luas Kota Vatikan. “Albania akan mengubah Muslim Bektashi yang berbasis di Tirana, menjadi negara berdaulat untuk mempromosikan moderasi, toleransi dan hidup berdampingan secara damai,” terang Edi Rama. Rama menambahkan, lahan seluas 10 hektar itu akan memiliki administrasi, paspor, dan perbatasannya sendiri. Melansir Euronews, negara baru ini akan memperbolehkan minuman beralkohol, mengizinkan setiap orang untuk mengenakan apa pun yang mereka inginkan, dan tidak menerapkan aturan gaya hidup, yang mencerminkan praktik toleran Ordo Bektashi. Rama mengatakan tujuan negara baru ini adalah untuk mempromosikan versi Islam yang toleran yang menjadi kebanggaan Albania. Menurut sensus terbaru, Bektashi mewakili sekitar 10 persen komunitas Muslim Albania. Negara Balkan berpenduduk sekitar 2,8 juta jiwa ini dikenal dengan toleransi beragama di wilayah yang terpecah belah. Keputusan dibuat dengan ‘cinta dan kebaikan’Sebuah cabang dari tasawuf, gerakan Bektashi atau Bektashiyya berasal dari wilayah Anatolia di Turki dan segera menjadi ordo resmi unit militer elit, Janissari. Namun, seiring berjalannya waktu, ordo tersebut mendapat kecaman karena pendekatannya yang liberal terhadap agama dan pengaruh politiknya yang semakin besar, dan ukurannya pun berkurang dan terbatas pada Albania, Kosovo, dan Makedonia Utara. Perintah tersebut secara resmi dilarang dua kali: pertama, pada abad ke-17, oleh Sultan Ottoman Mahmud II. Kemudian pada tahun 1925, bapak pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Atatürk, menutup semua pondok-pondok atau tekke Bektashi setelah ia melarang semua cabang agama Islam yang tidak diakui oleh Direktorat Agama asal Turki. Kaum Sufi, aliran mistik Islam, tidak menegakkan ajaran agama yang lebih ketat, dan Bektashi adalah salah satu cabangnya yang paling liberal. (old) Baca juga :

Read More

Gubuk Seng, Menyimpan Duka Tsunami Krakatau

Lampung Selatan — 1miliarsantri.net : Gemuruh ombak yang menghempas batu karang seakan memecah kesunyian di perairan Selat Sunda. Hilir mudik beragam jenis burung menerjang angin laut menambah keelokan yang nyaris sempurna saat memandang panorama Gunung Anak Krakatau (GAK). Gubuk Seng, begitu penduduk Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung menyebutnya. Sebuah perbukitan yang agak tinggi dari permukaan laut, memaksa mata terbelalak melihat GAK dari dekat sebagai keagungan sekaligus keindahan ciptaan Allah SWT. Gunung Krakatau (gunung berapi purba) yang meletus pada Agustus 1883, dalam rentang waktu kaldera vulkanisnya telah bermetamorfosis menjadi GAK sampai sekarang. GAK termasuk gunung berapi yang masih aktif vulkanisnya dalam waktu tertentu. Menurut data magma.esdm.go.id, GAK terakhir erupsi mengeluarkan kolom abu dari puncaknya setinggi 1.000 meter pada 16 Desember 2023. Sebelumnya, erupsi GAK yang memuntahkan lava pijar merah dan kolom abu terus beriringan yang dapat dilihat terang dari Pulau Sebesi, terutama pada malam hari. Saking dekatnya dengan GAK, terdapat Menara Pos Pemantau GAK. Namun, banyak yang menyayangkan bangunan pemerintah ini terbengkalai. Menara yang tinggi sekira 100 meter ini tidak terpakai lagi, aktivitas pemantauan dipindahkan jauh dari Gubuk Seng ke Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan atau seberang Pulau Sebesi. “Seharusnya menara ini diaktifkan lagi, karena lebih dekat, agar informasi perkembangan letusan Gunung Anak Krakatau cepat tersampaikan ke masyarakat,” kata Tri, pengunjung asal Bandar Lampung, beberapa waktu lalu. Sembilan bulan aktivitas vulkasnis GAK senyap, warga sekitar pun tenang. Meski trauma penduduk Pulau Sebesi masih membekas pasca bencana gelombang tsunami GAK pada 22 Desember 2018. Musibah ini menelan nyawa ratusan jiwa, korban luka, rumah hilang dan hancur, juga perahu dan kapal nelayan tersapu ombak. Gubuk Seng menjadi tempat terparah saat gelombang tsunami yang tingginya melebihi pohon kelapa normal yang ada di bukit tersebut. Memang, Gubuk Seng bukan tempat pemukiman warga. Sehari-hari kawasan ini sepi penduduk, karena hanya tempat berladang atau berkebun. Ketika mendekati musim panen sebagian warga mendiami gubuk-gubuk di ladangnya. Bahkan, ada sebagian kecil warga yang terpaksa menetap di gubuk-gubuk dalam kebunnya bersama anak-anaknya, agar tidak jauh bolak balik dari Desa Tejang, pusat keramaian Pulau Sebesi yang jarak tempuhnya sekira 20-30 menit naik motor. Bencana tsunami krakatau enam tahun lalu masih meninggalkan bekas kerusakan dan menyimpan duka mendalam. Masih terdapat beberapa pohon besar yang diperkirakan usia ratusan tahun di tepi bukit tercerabut dari akarnya menjadi saksi. Sebagian warga telah membangun kebali gubuk-gubuk atau pondokan di dalam kebunnya setelah disapu gelombang tsunami. Sebelum terjadi tsunami krakatau, warga lokal dan pendatang termasuk orang bule (manca negara) menelusuri perairan di sekitar Pulau Sebesi dengan perahu motor. Salah satu tempat terfavorit pengunjung yakni di bawah bukit Gubuk Seng. Tempat ini bukan seperti pantai berpasir, tapi dipenuhi hamparan batu karang. Ombak menghempas dari perairan laut lepas dekat GAK tertahan di sekumpulan batu karang. Tempat ini banyak dijadikan pengunjung untuk memancing dan juga berekreasi menikmati keindahan alam GAK dari dekat asalkan cuaca cerah atau tidak mendung maupun hujan. Bagi yang ingin berkunjung lewat jalan darat, dapat menempuh Gubuk Seng menggunakan atau menyewa motor penduduk dari Desa Tejang sekira 20 menit. Perjalanan ke Gubuk Seng meniti jalan setapak dan berliku menanjak dan menukik mengiringi perbukitan dan perkebunan warga. Pengunjung harus waspada karena saat berdiri di terumbu karang persis menghadap GAK. Terkadang ombak laut tinggi datang tiba-tiba meski cuaca cerah, sehingga dapat menggulung orang yang berdiri di hadapannya. “Cuaca di sini tidak menentu, kadang tiba-tiba ombak besar dan tinggi, karena angin kencang. Jadi hati-hati kalau berdiri di karang, banyak kejadian,” kata Yusuf, tokoh masyarakat Pulau Sebesi. Untuk lebih aman, ia menyarankan pengunjung tidak memaksakan diri untuk mendekati laut agar dapat menyaksikan GAK lebih nyaman. Pengunjung dapat menikmati pemandangan gunung di dekat Menara Pemantau GAK yang tak dipakai berada di kawasan Gubuk Seng. (mik) Baca juga :

Read More

Emak-Emak Yahudi ingin membunuh Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net :” Upaya membunuh Rasulullah Muhammad SAW pernah dilakukan melalui cara racun. Namun, Rasulullah SAW selamat dari upaya pembunuhan itu. Dalam sebuah hadits disebutkan: Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan, أن امرأة يهودية أتت رسول الله صلى الله عليه وسلم بشاة مسمومة، فأكل منها، فجيء بها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فسألها عن ذلك فقالت: أردت لأقتلك! قال: “ما كان الله ليسلطك على ذاك” أو قال: “عليّ”، قالوا: ألا نقتلها؟ قال: “لا”، قال أنس: فما زلت أعرفها في لهوات رسول الله صلى الله عليه وسلم (متفق عليه). Bahwa ada seorang wanita Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seekor kambing (bakar) yang telah diracuni. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memakan sebagian darinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang untuk memanggil wanita (yang memberi kambing) itu dan wanita itu pun datang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam segera bertanya kepadanya tentang hal itu. Wanita itu menjawab, “Saya ingin membunuhmu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak menguasakanmu untuk atas hal itu”, atau beliau bersabda “ … atasku (yakni membunuhku -pent)”. Para sahabat berkata, “Perlukah kita membunuh wanita ini?” “Jangan!” jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya melihat bekas racun itu senantiasa berada di langit-langit mulut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (HR Muslim). Buya H Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah II menjelaskan, dalam melakukan dakwah penyebaran Islam, Rasulullah Muhammad SAW banyak mendapat rintangan yang luar biasa. Dari mulai dimarahi sampai dengan dilempari batu dan kotoran. Hal terjadi karena kaum kafir menginginkan agar Rasulullah SAW berhenti berdakwah. Tapi halangan dan rintangan apapun tidak menyurutkan semangat Rasulullah Muhammad SAW dalam berdakwah. Sehingga kaum kafir memutuskan untuk membunuh Rasulullah SAW. Salah satu upaya pembunuhan yang dilakukan oleh kafir adalah seperti yang terdapat dalam hadits di atas. Di mana, seorang wanita Yahudi memberikan makanan kepada Rasulullah SAW yang sudah dibuhuhi racun tapi Allah melindungi Rasulullah SAW sehingga racun itu tidak mengakibatkan beliau SAW wafat. (jeha) Baca juga :

Read More

Nasihat Sayyidina Anas RA saat Gelap Gulita

Jakarta — 1miliarsantri.net : Syaikh Nadhr bin Abdullah Rahmotullah ‘alaih bercerita, “Pada waktu hidupnya Sayyidina Anas Rodhiyollohu ‘anhu, tiba-tiba siang menjadi gelap. Segera aku menjumpai Sayyidina Anas RA dan bertanya kepadanya, “Apakah kejadian seperti ini pernah terjadi pada zaman Baginda Nabi SAW?” Jawabnya, “Na’udzubilloh, jika angin bertiup sedikit kencang pada zaman Baginda Nabi SAW,kami segera pergi ke masjid karena takut akan terjadi Kiamat.” Sayyidina Abu Darda’ RA juga bercerita, “Jika terjadi angin ribut, biasanya Baginda Rasulullah SAW akan merasa takut dan segera pergi ke masjid.” Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Amal menjelaskan, belakangan ini, meskipun berbagai musibah besar melanda kita, siapakah yang ingat untuk datang ke masjid? Jangankan masyarakat awam, bahkan orang-orang berilmu pun sedikit yang mempedulikannya. “Silakan menjawab masalah ini dengan merenungkannya didalam hati masing-masing,” ujar Maulana Zakariyya. (jeha) Baca juga :

Read More

Kisah Al-Biruni Menghitung Keliling Bumi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menurut perhitungan modern, seperti dicatat Sigurd Humerfelt dalam “How WGS 84 Defines Earth” (2010), keliling bumi di area khatulistiwa adalah 40.075,017 km. Dengan memanfaatkan kalkulasi trigonometri, seorang saintis Muslim dari abad ke-11, al-Biruni, menemukan bahwa keliling bumi adalah 40.225 km. Angka itu bila dibandingkan dengan hasil temuan kini hanya menyimpang sekira 0,38 persen. Dengan perkataan lain, akurasi sang polymath Muslim sangat besar, yakni mencapai 99,62 persen. Al-Biruni menemukan pula radius bumi, yakni 6.339,6 km. Hingga abad ke-16 M, akademisi Eropa Barat belum mampu mengukur jarak demikian, seperti yang dilakukan Muslim genius tersebut. Maka, bagaimana metode yang diterapkan sang al-Ustadz fii al-‘Ulum (Gurunya Banyak Ilmu) untuk sampai pada hasil demikian? Heriyanto menjelaskan, pertama-tama al-Biruni—seperti halnya para ilmuwan Muslim terdahulu maupun sezamannya—berprinsip bahwa bumi ini berbentuk bulat seperti bola. Ia juga menunjukkan, planet ini berputas pada porosnya. Kemudian, al-Biruni mesti menemukan data penting, yakni jarak jari-jari bumi. Sebab, nilai pi sudah ditemukan oleh matematikawan sebelumnya, termasuk Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (780-847). Selain itu, besaran tinggi gunung juga telah diketahui. Untuk menyederhanakan kalkulasi, bentuk bola itu dilukiskan dalam bentuk dua dimensi, yaitu lingkaran. Katakanlah, O adalah titik pusat bumi. Titik A adalah titik di permukaan Bumi yang menjadi kaki gunung yang tinggi. Titik P berarti titik puncak gunung. Titik B adalah titik di permukaan bumi yang merupakan titik singgung garis P dengan horizon bumi—titik S. Kedua titik P dan S membentuk garis PS. Titik A dan B berada pada bidang permukaan bumi yang ketinggiannya sama dengan permukaan laut (h = 0 meter). Garis AP adalah tinggi gunung. Garis OB tegak lurus dengan garis PS. Ini sesuai dengan dalil geometri, sebuah garis yang menyinggung lingkaran akan tegak lurus dengan jari-jari lingkaran yang melalui titik singgung garis tersebut dengan lingkaran (titik B). Al-Biruni lalu menentukan data sudut elevasi, yakni sudut penglihatan dari P ke arah permukaan laut (h = 0). Dengan perkataan lain, sudut itu adalah yang terbentuk antara garis PS dan garis OAP. Adapun sudut elevasi yang ditemukannya, tutur Heriyanto, disimbolkan dengan huruf “α” (alpha). Garis AP adalah tinggi gunung (h). Al-Biruni mengadakan observasi di banyak tempat, khususnya kawasan Pegunungan Himalaya dan Hindukush. Gunung-gunung di sana rata-rata memiliki ketinggian puncak antara 6.000–7.000 m. Dengan mengetahui data (h) dan sudut elevasi, al-Biruni dapat menghitung jari-jari bumi (R). Ia menggunakan Dalil Sinus, yakni “panjang sisi a : panjang sisi b : panjang sisi c = sin A : sin B : sin C.” Karena itu, “garis OB : garis OP = sin OPB : sin OBP.” Garis OB adalah R. Adapun OP adalah R ditambah (h). Lambda adalah sudut OPB. Sedangkan sudut OBP adalah 90 derajat, yang memiliki sin sama dengan 1. Karena tinggi (h) dan sudut elevasi sudah diketahui, nilai R pun dapat dicari. Dari sana, keliling bumi pun bisa ditentukan dengan rumus “keliling = 2.π.R.” Hasilnya, al-Biruni mengatakan, jarak keliling bumi adalah 25 ribu 2/7 mil atau setara 40.225 km. (jeha) Baca juga :

Read More

Kisah Islamnya Sayyidina Shuhaib RA

Surabaya –1miliarsantri.net : Sayyidina Shuhaib RA dan Sayyidina ‘Ammar RA memeluk lslam dalam waktu yang sama. Pada waktu itu, Baginda Nabi SAW sedang berada di rumah Sayyidina Arqam Rodhiyatlahu ‘anhu. Kedua orang ini berangkat dari tempat yang berbeda untuk menemui Baginda Nabi SAW. Secara kebetulan mereka berdua bertemu di depan pintu rumah Sayyidina Arqam Radhiyallohu ‘onhu. Keduanya saling menanyakan maksud kedatangan masing-masing. Ternyata maksud kedatangan mereka berdua sama, yakni untuk memeluk lslam dan berusaha mengambil keberkahan dari Baginda Nabi Shallollahu’alaihi wasallam. Sayyidina Shuhaib Radhiyallohu ‘anhu pun masuk lslam. Setelah ia masuk lslam, ia juga mengalami penderitaan seperti Kaum Muslimin yang jumlahnya masih sangat sedikit dan lemah. la disakiti dengan berbagai macam cara. Akhirnya, karena tidak tahan menanggung penderitaan itu, ia berniat untuk hijrah. Namun, Kaum Kafir Quraisy sangat tidak suka bila orang-orang lslam pergi ke tempat lain dan hidup dengan tenang. Apabila orang-orang kafir itu mendengar ada orang lslam yang akan berhijrah, mereka akan berusaha menghalang-halanginya. Orang-orang kafir Quraisy pun mengirim serombongan orang untuk mengejar dan menangkap Sayyidina Shuhaib. Sayyidina Shuhaib RA membawa satu wadah yang penuh dengan anak panah. la berseru kepada Kaum Kafir Quraisy, “Dengarkanlah! Kalian tahu aku pemanah yang paling mahir di antara kalian. Selama masih tersisa satu anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku. Jika anak-anak panah ini habis, akan kugunakan pedangku untuk melawan kalian, sehingga pedang ini terlepas dari tanganku. Setelah itu, berbuatlah semampumu. Tetapi, jika kalian mau, sebagai ganti nyawaku, kalian akan kuberitahu tempat hartaku di Makkah, dan akan aku berikan kepada kalian kedua budak perempuanku. Ambillah semuanya.” Kaum Kafir menyetujui usul tersebut. Sayyidina Shuhaib Radhiyallohu ‘anhu menyerahkan hartanya, kemudian melepaskan diri. Terhadap kejadian ini, maka turunlah ayat Al-Qur’an: وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ Wa minan-nāsi may yasyrī nafsahubtigāa marḍātillāh, wallāhu raụfum bil-‘ibād Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. Ketika itu, Baginda Nabi SAW sedang berada di Quba. Saat melihat kedatangan Sayyidina Shuhaib, beliau bersabda, “Sangat beruntung perniagaanmu, wahai Shuhaib.” Sayyidina Shuhaib, “Suatu ketika, Baginda Rasulullah SAW sedang memakan kurma, dan aku menyertai beliau makan. Ketika itu, salah satu mataku sedang sakit, lalu Baginda Nabi SAW berkata, ‘Hai Shuhaib, matamu sakit, tetapi kamu memakan kurma?’ Aku menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku makan dengan sebelah mataku yang sehat ini.’ Baginda Rasulullah tertawa mendengar jawabanku.” Sayyidina Shuhaib banyak membelanjakan harta di jalan Allah Subhaonahu woto’olo, sehingga Sayyidina Umar Radhiyallahu’anhu pernah berkata kepadanya, “Engkau telah berlebih-lebihan, wahai Shuhaib!” Sayyidina Shuhaib menjawab, “Aku tidak menggunakannya untuk hal yang sia-sia.” Ketika Sayyidina Umar Radhiyollohu ‘anhu hampir wafat, ia berwasiat agar Sayyidina Shuhaib Rodhiyallohu ‘anhu mengimami sholat jenazahnya. (yat) Baca juga :

Read More

Sampaikan Pesan Humanis, NU Goes Global

Washington — 1miliarsantri.net : Dalam kunjungan bersejarah ke Amerika Serikat, KH Yahya Cholil Staquf, yang akrab disapa Gus Yahya, membawa misi perdamaian dan harmoni global. Sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), beliau memulai rangkaian pertemuan strategis di Washington DC. Gus Yahya memukau para pakar di The Heritage Foundation, sebuah think tank berpengaruh di lingkaran Partai Republik. Selama lebih dari dua jam, ia memaparkan visi tentang peran krusial Indonesia dan NU dalam dinamika geopolitik, terutama di kawasan Indo-Pasifik dan dunia Islam. Jeff Smith, Direktur Pusat Studi Asia di lembaga tersebut, menyatakan komitmennya untuk mendukung kerja sama dengan Indonesia dan NU di masa depan. Perjalanan diplomasi berlanjut dengan jamuan makan siang bersama Peter Berkowitz, mantan pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri AS. Berkowitz, yang pernah hadir dalam Forum R20 di Bali, memuji inisiatif NU dan berjanji menghubungkan Gus Yahya dengan jaringan strategis di AS. Sore harinya, The Atlantic Council menjadi saksi pemaparan Gus Yahya tentang urgensi integrasi dunia Islam ke dalam sistem global. Frederick Kempe, Presiden dan CEO The Atlantic Council, mengakui pentingnya peran NU dalam dinamika global dan menyatakan dukungannya terhadap inisiatif-inisiatif NU di kancah internasional. Puncak hari pertama ditandai dengan makan malam bersama tokoh-tokoh kunci dari berbagai sektor, termasuk media, politik, dan teknologi. Gus Yahya menguraikan konsep “fiqih peradaban” dan pentingnya menguatkan kembali prinsip-prinsip dasar Piagam PBB untuk mencegah eskalasi konflik global. Agenda padat berlanjut pada Selasa (17/9/2024) dengan seminar bertajuk “A Multi-Religious Path Towards Middle East Peace” di The Washington Institute for Near East Policy. Kunjungan ke Kementerian Luar Negeri AS dan pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Uzra Zeya menjadi penutup sebelum Gus Yahya bertolak ke New York untuk agenda selanjutnya. Lawatan Gus Yahya ini menegaskan komitmen NU dalam mempromosikan perdamaian dan harmoni global, sekaligus memposisikan Indonesia sebagai aktor penting dalam diplomasi internasional. (riz) Baca juga :

Read More

Beberapa Destinasi dan Tempat Wisata Sebagai Keajaiban Dunia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ada sebuah survei yang dilakukan oleh organisasi dunia yang melibatkan responden global tentang keajaiban dunia dan tempat tempat indah di dunia, dari Indonesia ternyata yang masuk hanya Pulau Komodo. Padahal Indonesia masih punya Borobudur, Prambanan dan tempat tempat indah lainnya seperti Bali, Raja Empat. Memang dari daftar asli Tujuh Keajaiban Dunia Kuno dibuat pada tahun 225 SM oleh Philo dari Byzantium, seorang insinyur Yunani kuno dan ahli mekanika, dari tujuh bangunan dalam daftarnya, hanya tinggal satu — Piramida Agung Giza — yang bertahan dalam ujian waktu. Lalu, pada tahun 2007, sebuah organisasi swasta yang dikenal sebagai Yayasan 7 Keajaiban Baru berusaha untuk memodernisasi daftar yang sangat ketinggalan zaman ini. Mereka melakukannya melalui jajak pendapat di seluruh dunia yang melibatkan jutaan pemilih global. Hasilnya adalah Tujuh Keajaiban Dunia Baru, termasuk Tembok Besar China, Taj Mahal, Machu Picchu, dan banyak lagi. Organisasi tersebut juga memilih 7 Keajaiban Alam Baru, yang berisi objek wisata alam mulai dari Air Terjun Iguazu hingga Pulau Komodo. Ini memperbarui — atau setidaknya menambah — Tujuh Keajaiban Alam Dunia yang tidak resmi yang diakui secara luas. Jelas, tidak ada kekurangan lokasi yang menakjubkan, dan kami di sini untuk menyoroti lebih banyak lagi yang mungkin belum pernah Anda pertimbangkan sebelumnya Sulit untuk tidak setuju dengan daftar ini, tetapi dengan begitu banyak bangunan dan keajaiban alam di planet kita yang menakjubkan ini, sulit untuk berhenti di situ saja. Dengan mengingat hal itu, kami telah menyusun daftar destinasi dan objek wisata lain yang benar-benar layak dianggap sebagai keajaiban. Dari bangunan kuno hingga dataran garam yang luas, tempat-tempat ini layak masuk dalam daftar tujuan wisata Anda. Uluru, yang merupakan nama Anangu, adalah salah satu tempat paling misterius di dunia. Tempat ini merupakan monolit batu pasir yang mencolok dan keajaiban geologi yang tidak dapat dijelaskan. Suku Anangu adalah pemilik asli batu suci ini. Nama Uluru secara kasar diterjemahkan menjadi “kerikil besar” dalam bahasa Inggris. William Gosse, seorang penjelajah dan surveyor Inggris, menjadi orang non-pribumi pertama yang menyaksikan anomali luar biasa ini pada tahun 1873. Ia menamakannya Ayres Rock, nama yang melekat hingga tahun 1993 ketika secara resmi diberi gelar ganda Uluru/Ayers Rock. Dengan panjang 2,2 mil, lebar 1,2 mil, dan berdiri di ketinggian 1.141 kaki dengan puncak yang hampir rata sempurna, Uluru tampak menonjol di lanskap yang tadinya datar ini. Mineral besi pada batu tersebut membuatnya berubah warna dengan anggun sepanjang hari. Di pagi hari, warnanya tampak seperti merah lembut, hampir merah muda. Saat matahari bergerak melintasi langit, warnanya berubah menjadi merah menyala, lalu menjadi jingga keemasan cerah, sebelum kembali menjadi merah lagi dengan bayangan yang pekat. Saat matahari terbenam di cakrawala, warna batu tersebut memudar menjadi ungu tua dan biru. Ini adalah formasi unik yang tidak ada duanya di planet ini. Namun, sejak 2019, Anda tidak dapat lagi mendaki ke puncaknya. Hal ini disebabkan oleh hukum adat Anangu yang melarangnya, selain kekhawatiran akan keselamatan wisatawan di puncak yang berangin kencang tersebut. Untungnya, berdiri dengan kagum di atas monolit prasejarah ini sudah lebih dari cukup bagi setiap wisatawan yang datang ke wilayah tersebut. Gua Ellora Perjalanan ke kota Aurangabad di India mungkin bukan pengalaman yang berkesan; namun, daftarlah untuk mengikuti tur atau temukan jalan Anda sendiri ke Gua Ellora yang terletak di pedesaan di barat laut, dan itu akan menjadi petualangan yang berharga. Kuil-kuil yang diukir dari batu ini dipahat dari tebing basal terjal antara tahun 200 SM hingga 1.000 M dan membentang sepanjang 1,2 mil. 12 kuil selatan yang lebih tua adalah gua Buddha, sedangkan 17 kuil pusat didedikasikan untuk agama Hindu. Lima kuil yang lebih baru di utara kompleks tersebut mewakili Jainisme, agama yang relatif kecil, namun kuno, di negara tersebut. Lalu ada Kuil Kailasa. Kuil Kailasa adalah gua nomor 16. Kuil ini dipahat dari satu batu pada tahun 760 M dari atas ke bawah hanya dengan palu dan pahat. Tingginya 100 kaki (30,5 meter), panjang 300 kaki (92 meter), dan lebar 175 kaki (53 meter), menjadikannya struktur monolitik terbesar di dunia. Kuil ini dibangun sebagai representasi Gunung Kailash di Tibet, yang konon merupakan tempat tinggal dewa Hindu, Siwa. Detail rumit gua ini telah bertahan selama bertahun-tahun dan sebagian besar tetap utuh dengan kemegahan yang sulit ditandingi. Namun, perjalanan ke Aurangabad tidak berakhir di Gua Ellora. Sekitar 50 mil ke arah timur laut, Anda akan menemukan serangkaian gua lain yang dilindungi UNESCO. Gua Ajanta adalah kumpulan kuil Buddha yang dipahat di batu yang menakjubkan dan alasan lain yang membuat panas dan kebisingan Aurangabad sepadan dengan usaha tersebut. Anda bahkan mungkin lebih menikmati tempat-tempat ini daripada keajaiban resmi negara ini, Taj Mahal. Salar De Uyuni 11.975 kaki (3.650 meter) di atas permukaan laut di wilayah Altiplano di Bolivia barat adalah Salar de Uyuni yang luar biasa, dataran garam terbesar di dunia. Dataran ini mencakup area seluas sekitar 3.861 mil persegi dan diperkirakan mengandung sekitar 10 miliar ton garam. Di sini, semuanya berwarna putih bersih, seperti salju, yang kontras dengan langit biru tua. Namun, selama musim hujan, air terkumpul di permukaan untuk memantulkan warna-warna dramatis langit dengan sempurna dalam efek cermin yang memukau. Ini adalah salah satu pemandangan paling unik di dunia dan tidak boleh dilewatkan oleh setiap pengunjung ke daerah tersebut. Awan dan warna menciptakan ilusi cakrawala yang menakjubkan dan memberi pengunjung beberapa momen Instagram yang tak terbayangkan. Kawanan burung flamingo menjadikan dataran garam ini sebagai rumah mereka, terutama selama bulan-bulan musim panas yang basah sebelum mereka lolos dari musim dingin yang sangat dingin. Warna merah muda cerah mereka kontras dengan warna biru beludru langit dataran tinggi, yang terpantul dari permukaan air untuk menciptakan impian fotografer. Altiplano juga merupakan rumah bagi masyarakat adat konservatif yang telah melestarikan identitas budaya mereka selama ratusan tahun. Namun, karena dataran ini diperkirakan menyimpan 17% litium planet ini, logam yang penting dalam produksi baterai, kekhawatiran berkembang bahwa penduduk asli di daerah tersebut tidak mendapat banyak manfaat dari penambangan sementara dibiarkan menangani dampak lingkungan sendirian. The Acropolis, Greece Acropolis adalah Situs Warisan Dunia UNESCO di Athena, Yunani, dan merupakan puncak peradaban Yunani kuno. Acropolis dibangun pada abad ke-5 SM dan berdiri megah di…

Read More

Cinta Rasulullah pada Syuhada Uhud

Jakarta — 1miliarsantri.net : Jabal Uhud, nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Jaraknya sekitar lima kilometer dari pusat kota. Ia menjadi saksi bisu peristiwa peperangan yang telah menewaskan puluhan sahabat Nabi Muhammad SAW, termasuk sang paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthallib. Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal tahun ketiga Hijriah, atau sekitar bulan Maret 625 Masehi. Pertempuran ini dipicu keinginan balas dendam dari orang-orang kafir Quraisy usai kekalahan mereka dalam Perang Badar. Jabal Uhud merupakan kumpulan bukit-bukit yang berdiri sendiri atau tidak bersambung dengan bukit lainnya, sebagaimana umumnya bukit di Madinah. Karena itu pula, bukit ini disebut Uhud karena posisinya yang sendiri atau menyendiri (Uhud). Bukit Uhud sendiri berwarna kemerah-merahan, seakan mengingatkan umat Islam akan peristiwa yang bersejarah itu. Rasulullah SAW bersabda, “Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain, kecuali rohnya berada di dalam burung hijau yang melintasi sungai surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga dan tak pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata, siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga.” Maka Allah berfirman, “Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Kemudian, turunlah firman-Nya, yakni Alquran surah Ali Imran ayat ke-169 dan 170. Artinya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka berada dalam keadaan senang disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka, dan mereka bersuka cita terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” Rasulullah SAW sangat mencintai para syuhada Uhud. Karena itu, Rasulullah SAW senantiasa mendatangi Uhud untuk berziarah ke makam para syuhada tersebut. Sepeninggal Nabi SAW, para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, juga turut mengunjungi dan menziarahi para syuhada Uhud. Kini, di makam para syuhada Uhud itu telah dibangun sebuah pagar keliling setinggi 1,75 meter. Di area pemakaman, tak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan yang menandakan ada makam para syuhada. Para jamaah haji dan umrah, ataupun umat Islam yang bekunjung ke Arab Saudi, biasanya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengunjungi jabal Uhud, sekaligus berziarah ke makam syuhada Uhud. (jeha) Baca juga :

Read More