Anak Sultan Agung Ini Membunuh 60 Orang Termasuk Mertua

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Anak Sultan Agung, Amangkurat I, menetapkan Pangeran Anom sebagai putra mahkota. Ibu Pangeran Anom, yaitu Kanjeng Ratu Pangayun, adalah putri Pangeran Pekik dari Surabaya. Pada 1659, Amangkurat I membunuh Pangeran Pekik –sang mertua sekaligus paman. Pangeran Pekik juga menikahi saudara perempuan Sultan Agung. Setelah istri Amangkurat I yang bernama Ratu Wetan meninggal, ia minta dicarikan calon istri lagi. Dapatlah Roro Oyi putri bangsawan tinggi di Mataram, tapi, suatu hari Roro Oyi diculik. Cucu Pangeran Pekik, yang merupakan putra mahkota Mataram, sangat mencintai Roro Oyi. Sang kakek, yang merupakan mertua anak Sultan Agung, membantu sang cucu mendapatkan Roro Oyi. “Kakeknya yang lembut hati itu berusaha sekuat tenaga menyuap Ngabei Wirorejo dan istrinya yang bertugas menjag agadis itu, agar Putra Mahkota dapat bersatu dengan jantung hatinya,” tulis Dr HJ de Graaf. Tapi catatan-catatan Belanda menyebut, penculikan itu dilakukan Pangeran Anom bekerja sama dengan Pangeran Purboyo. De Graaf menyebut Purboyo sebagai saudara Sultan Agung, meski sebenarnya Sultan Agung tidak memiliki saudara bernama Purboyo. Yang ada, Purboyo adalah paman Sultan Agung, yang dikenal sebagai Panembahan Purboyo atau Panembahan Puruboyo, yang ikut menyerbu Batavia. Purboyo anak Prabu Anyokrowati dengan istri dari Giri. Amangkurat I, masih menurut catatan Belanda, menyebut perbuatan Pangeran Anom dan Pangeran Purboyo sebagai tindakan yang tidak baik dan akan membawa kibat buruk. Meski mencela, tetapi ia tidak menyelahkan Pangeran Anom. Ia menyebut Pangeran Anom dalam pengaruh Pangeran Purboyo. Tindakan Amangkurat I ini tujuannya adalah menjauhkan Putra Mahkota dari Pangeran Purboyo, tetapi ia salah perhitungan. Pangeran Anom mengadu kepada Pangeran Purboyo. Anak Sultan Agung pun memberi hukuman kepada Pangeran Anom, membakar tempat tinggalnya. Sumber Jawa mempunyai versi lain. Penculikan Roro Oyi itu lakukan atasdukungan para ulama. Pangeran Pekik pergi bersama istrinya, Ratu Pandan, membawa banyak hadiah untuk Wirorejo. Mereka kemudian membawa Roro Oyi menggunakan tandu, mengantarnya ke kadipaten, tempat tinggal Putra Mahkota. Cinta sang kakek kepada cucu itu berakibat fatal. Anak Sultan Agung setelah tahu kejadian itu menjatuhkan hukuman mati kepada sang mertua beserta anggota keluarganya, sebanyak 40 orang. Tempat tinggal Pangeran Anom dibakar, Pangeran Anom dibuang ke Lipuro. Sedangkan Wirorejo dan keluarganya dibuang ke hutan Lodaya di Ponorogo. Wirorejo dan keluarga kemudian juga dihukum mati. Bersama keluarga pekik dan keluarga Wirorejo, yang diberi hukuman mati mencapai 60 orang. Sebelum ada peristiwa calon istri diculik, Pangeran Pekik juga tersandung masalah dengan menantunya itu. Pangeran Pekik memelihara ayam bekisar. Pada mulanya, ayam itu seperti ayam betina. Namun, ketika dihadiahkan kepada anak Sultan Agung, berubah menjadi jantan. Amangkurat I menyangka Pangeran Pekik telah menyindirnya. Ia menganggap sang mertua itu meminta dirinya segera turun tahta dan digantikan oleh Putra Mahkota, cucu Pangeran Pekik. Gara-gara kasus ayam bekisar ini, anak Sultan Agung itu sudah berniat mengalihkan status putra mahkota kepada anaknya yang lain, yang berasal dari Ratu Wetan. Tapi ia mengurungkannya, karena ia hanya salah sangka, dan tidak perlu membunuh sang mertua pula. Bibinya, istri Pangeran Pekik, meminta agar dibunuh terlebih dulu jika Pangeran Pekik memang bersalah. Pangeran pekik pun bersumpah tak ada niat mendorong Amangkurat I turun tahta. Amangkurat I pun mengatakan, telah terjadi penyebaran berita yang tidak benar. Ia mengaku tak pernah menuduh Pangeran pekik hendak merebut tahta untuk putra mahkota. Dalam kasus ayam bekisar ini, Pangeran Pekik meminta ampun kepada Amangkurat I. Ia tak bermaksud seperti sangkaan Sang Raja. Pangeran Pekik kemudian bersama 60-an anggota keluarganya menjemur diri di bawah matahari. Anak Sultan Agung tidak membunuh sang mertua. Ia lalu membebaskannya beserta anggota keluargaanya. Namun, Pangeran Pekik tidak selamat dalam kasus calon istri diculik. Sang mertua mati di tangan sang menantu. (jeha) Baca juga :

Read More

Muhammad Ahmed Faris Kosmonot Pertama Suriah Yang Membawa Tanah Bumi ke Luar Angkasa

Jakarta — 1miliarsantri.net : Muhammad Ahmed Faris, kosmonot pertama dari Suriah dan orang Arab kedua yang terbang ke luar angkasa, meninggal dunia pada usia 72 tahun. Kematian Faris pada Jumat, 19 April 2024 diberitakan media Suriah. Menurut laporan, dia meninggal karena sakit yang berkepanjangan di Turkiye, tempat dia tinggal sebagai pengungsi sejak 2012. Dipilih pada tahun 1985 sebagai bagian dari program Interkosmos Uni Soviet, Faris lepas landas pada 22 Juli 1987 bersama kosmonot Aleksandr Viktorenko dan Aleksandr (Pavlovich) Aleksandrov dengan pesawat Soyuz TM-3. Faris menjadi orang di luar Rusia ke-12 yang terbang dengan penerbangan luar angkasa Rusia. Selama sepekan misinya, Faris melakukan observasi Suriah dari orbit dan mengambil bagian dalam penyelidikan sains, termasuk pemrosesan material dan eksperimen biologis. “Kami kini terbang di atas negara tercinta kami, Suriah. Pada momen bahagia ini, saya mengirimkan seluruh rasa hormat dan cinta saya yang terdalam… kepada seluruh rakyat saya di mana pun,” urai Faris dalam siaran langsung nya saat itu. Faris juga menjadi orang pertama yang membawa tanah Bumi ke luar angkasa. “Saya membawa botol berisi tanah dari Damaskus,” ungkapnya dalam wawancara tahun 2015 dengan The National, surat kabar Uni Emirat Arab (UEA). Pada 30 Juli 1987, Faris mendarat kembali di Bumi dengan Soyuz TM-2 bersama Viktorenko dan Aleksandr Laveykin. Itu adalah pertama kalinya kru Mir meluncurkan satu pesawat ruang angkasa dan mendarat di pesawat ruang angkasa lainnya. Faris mencatat total 7 hari, 23 jam dan 4 menit di luar angkasa. Menurut Pendaftaran Penjelajah Luar Angkasa dari Asosiasi Penjelajah Luar Angkasa, Faris adalah manusia ke-209 yang terbang ke luar angkasa dan yang ke-202 yang mengorbit Bumi. “Butuh waktu berhari-hari bagi saya untuk menggambarkan perasaan pergi ke sana, melihat planet bumi, melihat Suriah dari atas, dan rasa bangga mencapai sesuatu yang bersejarah bagi negara saya dan bangsa Arab,” katanya kepada The National. Faris lahir pada tanggal 26 Mei 1951 di Aleppo, Suriah. Ia lulus dari sekolah pilot militer di Aleppo pada tahun 1973 dan menjadi pilot di Angkatan Udara Suriah dengan spesialisasi navigasi. Faris berlatih untuk penerbangan luar angkasa bersama anggota Angkatan Udara Suriah lainnya, Munir Habib. Sementara Munir tidak pernah terbang ke luar angkasa, Faris dinobatkan sebagai Pahlawan Uni Soviet dan dianugerahi Ordo Lenin atas perannya dalam program Interkosmos. Setelah misinya, Farris kembali ke Aleppo dan terus bertugas di militer Suriah, naik pangkat menjadi jenderal. Pada tahun 2012, ia membelot dan melarikan diri bersama keluarganya ke Turkiye. Surya kemudian terjebak dalam perang saudara. Tinggal di pengasingan, Faris mengatakan dia menantikan hari dimana rezim Suriah saat ini akan digantikan, sehingga dia dan banyak orang lainnya dapat kembali ke rumah. Faris menikah dengan Gind Akil dan dikaruniai lima orang anak. “Penting untuk mengingat Suriah karena sejarahnya yang panjang dan kaya, banyaknya pionir dan bagaimana negara ini menaklukkan banyak batas, termasuk batas akhir ruang angkasa,” bebernya. (yan) Baca juga :

Read More

KH Soleh Darat Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional

Semarang — 1miliarsantri.net : Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Prof KH Mudzakir Ali mengusulkan Mahaguru KH Soleh Darat dijadikan sebagai pahlawan nasional. Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) saat ini tengah menyiapkan naskah akademik untuk melengkapi dokumen pengusulan mahaguru ulama Nusantara tersebut. Prof KH Mudzakir Ali mengatakan draft naskah akademik dibedah dalam seminar bertajuk Genealogi Nasionalisme Indonesia dalam Kitab-Kitab KH Sholeh Darat yang dilaksanakan di aula Rektorat Lantai 6 Kampus I Unwahas, Jl Menoreh Tengah X/22 Sampangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/4/2024) lalu. “Salah satu perwujudan nasionalisme Kiai Sholeh Darat Semarang tercermin dari karya-karyanya berupa sejumlah kitab yang dijadikan pegangan murid-muridnya dalam menanamkan semangat cinta Indonesia pada saat Indonesia masih di bawah cengkeram penjajah,” ungkap Prof Mudzakir. Sholeh Darat dikenal sebagai guru dari para ulama Nusantara. Di antara murid-muridnya, di kemudian hari jadi ulama terkenal dan berpengaruh. Di antarannya, KH Hasyim Asy’ari pendiri NU dan KH Ahmad Dahlan pendiri Persarikatan Muhammadiyah. Dalam kitab-kitab yang ditulisnya, dia acap menggunakan nama Syeikh Haji Muhammad Shalih ibn Umar Al-Samarani. Sematan nama Darat karena beliau tinggal di kawasan dekat pantai utara Semarang, yakni tempat berlabuhnya orang-orang dari luar Jawa, yang lantas juga menjadi nama pesantren, Ponpes Darat. Hingga kini makam Mbah Sholeh Darat pun menjadi tujuan ziarah banyak orang. Salah seorang wali terkenal yang sering mengunjungi makamnya adalah Gus Miek (Hamim Jazuli). Sholeh Darat memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Murid-muridnya kelak terus berdakwah Islamiyah di penjuru tanah air. Sholeh Darat juga dikenal nasionalis. Beliau adalah sosok ulama yang menentang penjajahan. (hud) Baca juga :

Read More

Pemerintah Arab Saudi akan Gelar Kompetisi Hafalan Alquran Berhadiah Total Rp 17 Miliar

Riyadh — 1miliarsantri.net : Kompetisi Internasional Raja Abdulaziz untuk Hafalan Alquran. Pelafalan, dan Interpretasi Alquran akan dimulai pada awal Agustus 2024. Ini merupakan kompetisi Alquran ke-44 yang akan digelar di Makkah. Ajang bergengsi yang menarik kontestan dari seluruh dunia ini menawarkan total hadiah sebesar 4 juta riyal saudi atau 1,07 juta dolar AS (Rp 17,3 miliar). Kompetisi ini dibagi menjadi lima kategori. Pertama, menghafal seluruh isi Alquran dengan bacaan dan intonasi yang tepat sesuai dengan tujuh kaidah bacaan. Dua, menghafal Alquran beserta tafsir syarat-syaratnya. Tiga, hafalan 15 juz (bagian) dari Alquran dengan bacaan dan intonasi yang tepat. Empat, hafalan lima juz dengan bacaan dan intonasi yang benar. Terakhir, kategori untuk hafalan yang lebih pendek dengan persyaratan pembacaan dan intonasi yang sesuai. Pada kategori pertama, tiga pemenang teratas akan menerima 500 ribu riyal (Rp 2,16 miliar), 450 ribu riyal (Rp 1,94 miliar), dan 400 ribu riyal (Rp 1,73 miliar). Upacara penutupan acara akan diadakan di Masjidil Haram di Makkah. Menteri Urusan Islam Saudi, Dawah dan Bimbingan Sheikh Abdullatif Al-Asheikh mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin Kerajaan atas dedikasi mereka terhadap Alqur’an, menambahkan bahwa kompetisi tersebut menunjukkan komitmen negara untuk mempromosikan nilai-nilainya di kalangan pemuda Arab Saudi. (dul) Baca juga :

Read More

Kisah Anak Sultan Agung Bangun Keraton Baru, Terdapat Kejadian Kekurangan Beras

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Keraton yang dibangun kakek Sultan Agung di Kerto sepertinya tidak tahan lama. Sedangkan keraton baru yang dibangun anak Sultan Agung mulai 1648, pada 1826 masih bisa digunakan sebagai benteng pertahanan yang baik. Kakek Sultan Agung, Senopati, menggunakan batu bata untuk membangun tembok. Utusan Kompeni, Jan Vos, pada 1624 mencatat, keraton Mataram di Kerto sebagian besar menggunakan kayu, masih digunakan oleh cucu Senopati, Sultan Agung. Namun, pada masa Mataram dipimpin oleh anak Sultan Agung, Amangkurat I, dibangun keraton baru di Plered sejak 1648, menggunakan batu bata. Para pejabat yang menolak membantu diikat, lalu dijemur, tapi mengapa terjadi dua kali kekurangan beras pada masa pembangunan keraton itu? Pada Juni 1648, utusan Kompeni Van Goens sudah melihat tembok keliling dengan pintu gerbang di alun-alun utara dan di selatan. Plered dan Kerto, keduanya dapat dilihat oleh Van Goens dalam sehari. Artinya, jarak istana baru di Plered dan istana lama di Kerto tidak jauh. Tujuh tahun kemudian, pembangunan keraton di Plered itu belum juga selesai. Pada 1655 Amangkurat I masih disibukkan oleh pembangunan keraton Plered, sehingga tidak menerima utusan Kompeni yang tiba. Pembangunan keraton ini dilakukan secara bertahap. Setelah pembangunan tembok setinggi lima depa dengan tebal dua depa selesai, pada 1650 mulai dibangun Sitinggil. Bagian bawah Sitinggil dibangun dengan batu bata. Di bagian atasnya dibangun apilan. Apilan menggunakan papan-papan kayu yang tebal. Pada 1651 dimulai pembuatan anjungan di Sitinggil. Pembangunan istana raja, Prabayasa, juga dimulai, tetapi sumber Jawa menyebut perbedaan waktu. Ada yang menyebut dimulai tahun 1650, ada juga yang menyebut dimulai 1654. Pada 1653 mulai dibangun kediaman untuk putra mahkota. Tahun 1662 mulai dibangun bangsal di lapangan Srimanganti. Sebelum keraton baru dibangun oleh Amangkurat I, Sultan Agung telah membuat plered (bendungan air) di Kali Opak, pada 1643. Plered inilah yang kemudian dipakai sebagai nama lokasi keraton baru itu. Mulai 1651, Amangkurat I melanjutkan penggalian plered. Penggalian diperluas, sehingga menjadi danau yang besar dan ia beri nama Segarayasa. “Untuk kepentingan pembangunan keraton, dibuatlah sebuah bendungan yang tidak hanya mengendalikan air danau, melainkan juga berfungsi melindungi keraton di sebelah selatan dan timur dari banjir,” kata Dr HJ de Graaf. Pembangunan keraton baru ini memang tidak berjalan mulus. Ada pejabat yang menentangnya, tetapi anak Sultan Agung ini bertangan besi. “Beberapa pejabat tinggi yang tidak mau turut membantu dalam pekerjaan itu disuruhnya … ikat dan dibaringkan di paseban, dijemur dalam panas matahari,” ujar Dr HJ de Graaf, mengutip catatan Belanda. Pejabat dijemur itu tentu untuk memuluskan pelaksanaan pembangunan keraton. Pada 1658, pembangunan Segarayasa dilanjutkan lagi. Amangkurat I mendatangkan orang-orang dari Karawang untuk memperluas Segarayasa. Gara-gara orang Kerawang dikerahkan untuk perluasan Segarayasa, mereka tidak menanam padi. Alhasil timbul kekurangan beras. Pada 1661, perluasan Segarayasa belum juga selesai, sehingga dikerahkan 300 ribu orang. Pekerjaan ini dilakukan karena pada bendungan air itu jebol pada musim hujan 1661. Bendungan besar disapu banjir. sawah-sawah juga diterjang banjir. Lagi-lagi, terjadi kekurangan beras. Pengerjaan bendungan dilakukan lagi setelah jebol itu. Rupanya, anak Sultan Agung ini menginginkan istana yang dikelilingi laut buatan, sehingga ia bisa bermain perahu di danau itu. Pada 1663 dilakukan penggalian lagi. Setelah jadi, danau itu selain dipakai untuk hiburan bermain perahu, juga berguna untuk pertahanan. Ada jembatan di atas danau yang mengeleilingi keraton itu. Jembatan itu menghubungkan wilayah luar dengan keraton. Pada 1666, istana raja (Prabayasa) dikompleks keraton baru di Plered yang dibangun anak Sultan Agung itu terbakar. Maka, dilakukan pembangunan ulang. Tak ada cerita masih ada pejabat dijemur lagi atau tidak di masa pembangunan ulang ini. Juga tak ada cerita kekurangan pangan lagi. Pada 1889, sisa-sisa bangunan keraton Plered digunakan untuk membangun pabrik gula oleh Rouffaer. Bahan dasar keraton Plered itu masih dikenali: batu bata disisipi batu alam putih di sana-sini. (mif) Baca juga :

Read More

Ki Juru Martani Kakek Sultan Agung Berjalan di Permukaan Laut

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Senopati dan pamannya, Ki Juru Martani berbagi tugas setelah bintang jatuh menimpa Senopati. Kakek Sultan Agung itu disuruh ke laut selatan, Ki Juru Martani ke Gunung Merapi, untuk mengetahui kehendak Allah mengenai bintang jatuh itu. Di laut selatan, kehadiran kakek Sultan Agung itu membuat ombak bergulung-gulung, ikan terlempar ke darat. Badai itu membuat Nyi Roro Kidul keluar dari istana, dan mengajaknya masuk ke istananya. Pulang dari istana Nyi Roro Kidul, Senopati berjalan di atas permukaan laut, tak perlu menunggu datangnya nenu untuk mencapai daratan. Nenek moyang orang Sumba turun dari matahari, dari kaki langit melintasi nenu untuk mencapai daratan. Nenek moyang orang Sumba datang dari matahari. Saat matahari hendak tenggelam, mereka turun ke kaki langit. Dari kaki langit, menuju ke daratan dengan melintas di atas pantulan cahaya matahari yang membentang seperti jalan di permukaan laut, disebut nenu, sehingga tidak salah arah. Orang Barat menyebut matahari hendak tenggelam sebagai sunset. Orang Sumba menyebutnya matalodu. Kilau sinar matahari di permukaan laut itu oleh orang orang Barat disebut sun glitter atau sun reflection, orang Sumba menyebutnya nenu. KBBI belum mencatatnya sebagai kekayaan kosakata bahasa Indonesia. Pada saat matalodu, jika tidak ada awan, sinar matahari memantul ke permukaan laut, jika dilihat dari daratan membentuk garis lebar seperti jalan di permukaan laut menuju ke matahari di kaki langit. Itulah yang disebut orang Sumba sebagai nenu. Mereka menulis nenu, tetapi mengejanya sebagai ninu. Entah mengapa, huruf e di Indonesia tengah dan timur sering dieja sebagai i. Yang memunculkan nenu tak hanya matahari, melainkan juga rembulan. Orang Swedia menyebutnya mangata. “Mangata is a Swedish word that means the glimmering, road-like reflection that the moon creates on water,” tulis survivaltechniques.co.uk. Memandangi nenu memang tidak ada puas-puasnya. Menurut cerita legenda di Sumba, seperti yang diceritakan oleh penenun Sumba, Karyawati Liwar, nenu adalah ‘jalan’ yang dilewati nenek moyang yang turun dari matahari lalu menuju ke daratan. Bagi orang Sumba penganut agama Marapu, bayi datang dengan perahu dari seberang laut. Persis seperti kedatangan nenek moyang mereka dulu. Karena itu, mereka memiliki doa menyambut kelahiran bayi. Mapawelingu la kiri awangu, mata lodu, mamai palehu mamai padangganggu. Artinya, yang datang dari kaki langit, matahari, yang datang untuk bertukar dan berdagang. Bayi, bagi orang Sumba juga diibaratkan datang dari kaki langit. Mencapai daratan lewat nenu di atas permukaan laut. Begitulah doa itu terucap ketika sirih-pinang sudah disajikan di ruang sudut kiri belakang rumah. Itulah tempat di rumah Sumba untuk perempuan yang hendak melahirkan. Sang pendoa duduk di tiang persembahan meminta persalinan lancar. Lanjutan dari doa itu: Pakunduhuya na katiku tenamu, patanjiya na kamurimu. Artinya: Luruskanlah haluan perahumu dan luruskanlah arahmu. Ketika Ki Juru Martani meminta kakek Sultan Agung pergi ke laut selatan, Ki Juru Martani memintanya untuk meluruskan niat. Tak boleh orang yang bercita-cita menjadi penguasa Tanah Jawa, enak-enakan tidur saat bertapa. Saat, Ki Juru Martani datang di Lipuro, kakek Sultan Agung sedang tidur-tiduran di batu pertapaan. Dari aktivitas pertapaan inilah kakek SUltan AGung bisa berjalan di atas permukaan laut. Saat tidur-tiduran itulah muncul bintang jatuh berupa cahaya yang menimpa kakek Sultan Agung. (mif) Baca juga :

Read More

Siapakah Sosok Ayatullah Ali Khamenei

Teheran — 1miliarsantri.net : Baru-baru ini Iran meluncurkan rudal dan drone ke Israel sebagai serangan balasan atas serangan Israel terhadap kompleks diplomatik Suriah. Kini, semua mata tertuju pada Pemimpin Tertinggi Iran yang terkenal yakni Ayatullah Ali Khamenei. Segera setelah serangan Israel menargetkan kedutaan Iran di Damaskus pada 1 April 2024, Ayatullah Ali Khamenei telah memperingatkan bahwa Israel “harus dihukum dan akan dihukum”. Ia menyatakan akan membalas serangan Israel terhadap konsulatnya di Suriah itu. Lalu siapa Ali Khamenei dan bagaimana pengaruhnya? Ayatullah Ali Khamenei telah menjadi pemimpin paling berpengaruh di negara ini sejak 1989. Ia adalah panglima tertinggi dan kepala negara, yang mengawasi polisi moral dan polisi nasional. Ali Khamenei juga mengelola Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri, dan cabang sukarelawannya, Pasukan Perlawanan Basij. Ali Khamenei merupakan seorang ulama dan politisi Iran yang memiliki pengaruh besar dalam berbagai bidang, terutama di bidang kemiliteran Iran. Sejak menjadi pemimpin tertingi di sana, ia memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dari seorang presiden. Ulama berusia 85 tahun ini menjadi Pemimpin Tertinggi Iran setelah kematian bapak pendiri Republik Islam, Ayatullah Ruhullah Khomeini. Sejak saat itu, ia mempertahankan kendali kuat atas politik Iran dan angkatan bersenjatanya, serta menekan perlawanan terhadap rezim yang berkuasa, terkadang dengan kekerasan. Alo Khamenei juga secara konsisten mengambil sikap garis keras terhadap masalah-masalah eksternal, termasuk konfrontasi yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat. Dilansir laman ndtv, Ayatullah Ali Khamenei lahir pada 16 Juli 1939, di Masyhad, provinsi Khorasan, Iran. Ia adalah anak kedua dari cendekiawan Islam Sayyed Javad Khamenei, yang mengajari anggota keluarganya untuk menjalani hidup sederhana. Ali Khamenei melanjutkan pendidikannya di seminari teologi di Masyhad mengikuti pendidikan sekolah dasar tersebut. Dalam kurun waktu lima tahun yang luar biasa, ia mempelajari setiap mata pelajaran yang tercakup dalam kurikulum “tingkat menengah”, termasuk logika, filsafat, dan hukum Islam. Memulai studinya dalam bidang agama tingkat lanjut di Qom, Ali Khamenei tumbuh di bawah bimbingan beberapa profesor Syiah paling terkenal seperti Ruhullah Khomeini. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, dia ditahan beberapa kali dan dipenjara selama bertahun-tahun, di mana dia diduga menjadi sasaran penyiksaan oleh polisi rahasia Savak. Setelah dibebaskan, Ali Khamenei mulai mengajar filsafat Islam, hadits, dan tafsir Alquran di Masyhad dan Teheran. Pemuda revolusioner Iran pun banyak yang mengikuti pengajiannya ini. Khamenei tetap berhubungan dekat dengan Khomeini yang diasingkan selama masa ini dan segera setelah Khomeini kembali ke Iran pada 1979, ia diangkat menjadi anggota Dewan Revolusi. Setelah pembubarannya, ia menjadi wakil menteri pertahanan dan wakil pribadi Khomeini di Dewan Pertahanan Tertinggi. Untuk waktu yang singkat ia memimpin Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Ia menjadi negosiator utama dalam perundingan krisis penyanderaan Iran. Khamenei tenggelam dalam politik republik baru tersebut sejak awal. Seorang orator yang berapi-api mendukung Khomeini dan pendukung kuat konsep wilayatul faqih (pemerintahan oleh ahli hukum agama/fuqaha), Khamenei termasuk di antara anggota pendiri loyalis Partai Republik Islam (IRP). Pada bulan Juni 1981, dia terluka parah dalam serangan bom di sebuah masjid di Teheran yang dituduh dilakukan oleh kelompok pemberontak sayap kiri. Kejadian tersebut menyebabkan lengan kanannya lumpuh. Setelah kematian Presiden Mohammad Ali Rajaʾi dan sekretaris jenderal IRP dalam ledakan serupa lainnya pada akhir tahun itu, Khamenei diangkat sebagai sekretaris jenderal IRP. Atas desakan elit revolusioner, Ali Khamenei kemudian mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 1981. Dia pun berhasil menjabat sebagai presiden Iran dari 1981 hingga 1989, di mana perang Iran-Irak menjadi terkenal. Setelah kematian Khomeini pada Juni 1989, Majelis Ahli (majelis ulama) memilih Ali Khamenei menjadi Pemimpin Tertinggi yang baru, meskipun ia belum mencapai pangkat yang disyaratkan di antara ulama Syiah yang ditetapkan oleh konstitusi. Untuk memperbaiki situasi ini, konstitusi diamandemen yang menyatakan bahwa Pemimpin Tertinggi harus menunjukkan “ilmuwan Islam”, yang memungkinkan Ali Khamenei terpilih. Dia juga diangkat dalam semalam dari pangkat ulama Hujjatul Islam menjadi ayatullah. Konstitusi Iran juga diubah untuk menghapuskan jabatan perdana menteri dan memberikan wewenang yang lebih besar kepada presiden. Keempat presiden yang menjabat di bawah Ayatollah Khamenei sejak saat itu masing-masing mengajukan tantangan terhadap otoritasnya tanpa melemahkan Republik Islam. Sejak menjabat sebagai pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamanei menjadi otokrat terlama kedua di Timur Tengah, setelah Sultan Qaboos dari Oman. Selain itu, ia menduduki peringkat kedua sebagai pemimpin Iran yang paling lama menjabat pada abad lalu, setelah Shah Mohammed Reza Pahlavi. Dalam perannya sebagai pemimpin tertinggi, Khamenei memegang otoritas konstitusional atas peradilan, angkatan bersenjata serta elit Garda Revolusi, dan media yang dikendalikan negara. Dilansir dari BBC, Ali Khamenei juga mempunyai keputusan akhir mengenai semua aspek urusan luar negeri Iran. Dia tetap curiga terhadap hubungan dengan Barat, khususnya Amerika Serikat. Pada 1981 ketika menjadi presiden, dia menentukan arah kepemimpinannya dengan bersumpah untuk membasmi “penyimpangan, liberalisme, dan kelompok kiri yang dipengaruhi Amerika”. Ketika AS membunuh jenderal berpengaruh Iran Qasem Soleimani – sekutu dekat dan teman pribadinya – dalam serangan pesawat tak berawak di Irak pada Januari 2020, Ayatullah Khamenei akhirnya menjanjikan “balas dendam yang hebat”. Dia menyebut serangan rudal balistik balasan Iran terhadap dua pangkalan Irak yang menampung pasukan AS merupakan “tamparan di wajah” bagi Amerika. Namun dia menekankan bahwa “aksi militer seperti ini tidak cukup”. “Yang penting adalah mengakhiri kehadiran Amerika yang korup di kawasan ini,” ujarnya. Ayatullah Ali Khamanei juga berulang kali menyerukan penghapusan Negara Israel. Pada 2018, ia menggambarkan negara tersebut sebagai “tumor kanker” yang harus diangkat dari wilayah tersebut. (lik) Baca juga :

Read More

Beberapa Referensi Lokasi Wisata Edukasi Untuk Keluarga

Jakarta — 1miliarsantri.net : Liburan lebaran tahun ini tentu saja ada sebagian orang yang masih merasakan nya. Nah bagi keluarga Anda masih libur Lebaran, berikut ada berbagai tempat wisata yang menarik dikunjungi, termasuk lokasi ikonik museum serta cagar budaya. Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency/IHA) memberikan tiga rekomendasi unit museum dan cagar budaya yang dapat dikunjungi di momen libur lebaran tahun ini. Berkunjung bersama keluarga atau sahabat ke sejumlah tempat berikut akan terasa seru dan menyenangkan. Sebab, kunjungan menjadi bukan sekadar liburan, tapi juga kesempatan untuk memperdalam pengetahuan tentang sejarah dan budaya Indonesia. Dengan menyelami kekayaan budaya dan arkeologi Indonesia, bisa membuat libur Lebaran menjadi pengalaman penuh makna. Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, menawarkan pengalaman rekreasi dan wisata edukatif. Pengunjung bisa menikmati keindahan arsitektur kuno serta mengeksplorasi kawasan sekitar Borobudur yang indah. Diapit oleh Gunung Merapi dan Merbabu di timur, serta Gunung Sindoro dan Sumbing di utara, serta Bukit Menoreh di selatan, Borobudur memiliki lokasi yang memukau. Candi Borobudur pun mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Dunia pada 1991. Jika berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, pastikan untuk meluangkan waktu mengunjungi Museum Batik Indonesia. Museum ini memperkenalkan keindahan dan koleksi batik Indonesia yang kaya, sangat cocok untuk para pecinta seni dan budaya. Sebagai pusat pelestarian batik, Museum Batik Indonesia tidak hanya menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, tetapi juga menjadi wadah yang penting dalam mempromosikan kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat lokal maupun internasional. Suasana museum ini amat elegan dan inspiratif. Berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran adalah pengalaman yang memikat, mengingat museum ini adalah penjaga warisan prasejarah dari situs arkeologi Sangiran. Situs arkeologi Sangiran dianggap salah satu situs terpenting untuk penemuan fosil manusia purba. Pengunjung mengamati benda koleksi Museum Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, Selasa (14/6/2022). Salah satu situs arkeologi terlengkap di Asia tersebut saat ini memiliki sekitar 47 ribu koleksi fosil manusia purba dan telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage Site) dengan Nomor 593 pada tahun 1996 dengan nama The Sangiran Early Man Site. – Artefak yang dipamerkan di museum ini bukan hanya merupakan yang tertua di Indonesia, tetapi juga menjadi peninggalan kehidupan di zaman prasejarah. Pengunjung bisa melihat langsung replika Homo erectus Sangiran 17, sebuah fosil Homo erectus unik yang dikenal sebagai satu-satunya fosil di Asia yang masih memiliki “wajah” saat pertama kali ditemukan. Direkomendasikan mengunjungi Museum Manusia Purba dari Klaster Krikilan sebagai titik awal, yang merangkum keseluruhan narasi museum dan memperkenalkan pengunjung kepada Homo erectus Sangiran. Kemudian, berlanjut ke Klaster ke Ngebung, Bukuran, Manyarejo, dan Dayu. Museum yang berada di satu kawasan dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) Paciran, Kabupaten Lamongan ini dikenal juga dengan nama Museum Islamic 3D yang merangkum peradaban sejarah Islam di dunia hingga akhirnya bagaimana Islam sampai ke Nusantara. Tapi, tak sekadar memamerkan benda bersejarah. Menggunakan teknologi augmented reality (AR), yang memasukinya seakan diajak berinteraksi dalam dunia tiga dimensi. Indonesian Islamic Art Museum dibagi menjadi empat zona. Yakni, zona teater, zona galeri peninggalan kerajaan Islam dunia, zona diorama, dan zona 3D. Jika berkunjung ke museum ini, hampir di setiap lorong terdapat semacam papan literasi. Lengkap dengan grafis dan tanda barcode khusus. Itulah yang membedakan museum yang dibuka pada akhir 2016 tersebut dengan museum lain. Sebab, pengalaman interaksi virtual bisa dirasakan secara langsung. Harga tiket masuk tergolong sangat murah, tinggal mengunduh aplikasi nya dan mengikuti petunjuk yang ada disana. Pastikan liburan anda terasa berkesan dan menyenangkan. (Iin) Baca juga :

Read More

Keberanian Adipati Pajang Menunda Penyerahan Hutan di Mataram Kepada Ki Ageng Pemanahan

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Adipati Pajang menunda-nunda penyerahan hutan di Mataram kepada Ki Ageng Pemanahan. Akibatnya ayah kakek Sultan Agung itu menyepi untuk bertapa, tapi ia sempat melampiaskan kekecewaannya dengan cara menculik selir-selir Joko Tingkir, sang adipati Pajang. Ia lalu memberikannya kepada penduduk desa. Ia bahkan juga sempat memimpin kelompok perampok yang berjumlah 40 orang dan meningkat menjadi 300 orang. Penulis Belanda Valentijn menyebut, bersama 300 perampok inilah Ki Ageng Pemanahan merebut hutan di Mataram yang tak juga diserahkan kepadanya. JP Coen lantas menilai Pemanahan mendapatkan Mataram karena “keberaniannya dalam menggunakan senjata dan akalnya”. Benarkah catatan orang-orang Barat ini? Cerita babad menyebut Pemanahan membuka hutan Mataram dengan mengerahkan 150 orang Selo, Grobogan. Itu ia lakukan setelah Joko Tingkir menyerahkan hutan Mataram itu. Sunan Kalijaga mendesak Joko Tingkir agar menepati janjinya kepada Ki Ageng Pemanahan. Janji itu diucapkan ketika membuka sayembara: yang bisa mrmbunuh Adipati Jipang Aryo Penangsang akan diberi tanah di Pati dan Mataram. Pati tang sudah me jadi kota dengan penduduk 10 ribu, direlakan oleh Pemanahan untuk Ki Ageng Panjawi. Ia memilih hadiah yang masih berupa hutan. Sudah ada perkampungan, tapi cuma berpenduduk 800 orang. Ki Ageng Pemanahan berasal dari Selo, Grobogan. Ia cucu dari Ki Ageng Selo. Ia kemudian menjadi penasihat Joko Tingkir — yang pernah menjadi santri Ki Ageng Selo– ketika Joko Tingkir menjadi adipati Pajang. Akhirnya Joko Tingkir bersedia menerima permintaan Ratu Kalinyamat untuk menyingkirkan Adipati Jipang Aryo Penangsang, itu terjadi berkat Pemanahan. Awalnya, Joko Tingkir menolak karena merasa kesaktiannya jauh di bawah Aryo Penangsang. Pemanahan laku menyarankan agar Ratu Kalinyamat menghadiahkan janda selir suaminya kepada Joko Tingkir dan Joko Tingkir menerimanya. Bersama Ki Ageng Pemanahan, ada Ki Ageng Panjawi dan Ki Juru Martani. Anak Pemanahan, Sutowijoyo, diangkat anak oleh Joko Tingkir dan tinggal di Pajang. Pemanahan mengikuti sayembara menyingkirkan Aryo Penangsang dengan memajukan Sutowijoyo. Aryo Penangsang harus disingkirkan karena telah membunuh Sultan Demak Prawoto dan iparnya, suami Ratu Kalinyamat. Joko Tingkir yang juga ipar Prawoto selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan orang suruhan Penangsang. Tapi Aryo Penangsang tak berhenti. Karena yang menyuruh membunuh Prawoto adalah Sunan Kudus, maka ia kembali ke Sunan Kudus meminta bantuan. Ia meminta Sunan Kudus memanggil Joko Tingkir sebagai santri. Tujuan pemanggilan untuk membahas ilmu gaib. Ini hanya taktik Penangsang. Ia Joko Yingkir sudah datang, akan mudah baginya unti langung menyjngkirkan Joko Tingkir dengan tangannya sendiri. Joko Tingkir gelisah meneruma undangan itu. Atas saran Pemanahan, ia datang diiringi pasukan terdiri dari 400 orang. Di alun-alun, Aryo Penangsang menyambutnya, sebelum Sunan Kudus menerimanya. Aryo Penangsang berbasa-basi dengan mengajukan keinginannya melihat keris Joko Tingkir. Satu keris lalu ia serahkan kepada Aryo Penangsang, satu keris lagi ia pegang sendiri. Sunan Kudus muncul, melohat dua orang saling memegang keris lalu ia perintahkan untuk menyarungkannya. Untungnya, Aryo Penangsang tidak memahami kode sandi gurunya itu. Kali ini, Joko Tingkir selamat lagi. Aryo Penangsang menyarungkan keris ke sarung keris. Andaikata ia menyarungkannya ke dada atau perut Joko Tingkir, kesudahan cerita pasti menjadi lain. Joko Tingkir membicarakan pertemuan aneh ini dengan Ki Ageng Pemanahan. Ayah kakek Sultan Agung itu menyarankan Joko Tingkir menemui kakak iparnya, Ratu Kalinyamat. Joko Tingkir sebagai satu-satunya laki-laki yang tersisa di keluarga keraton menjadi tumpuan Ratu Kalinyamat. Meski disodori hadiah tanah Kalinyamat dan Demak, Joko Tingkir tetap menolak permintaan jntuk menyingkirkan Aryo Penangsang. Ayah kakek Sultan Agung tahu kelemahan Joko Tungkir. Ia menyarankan Ratu Kalinyamat agar menghadiahi Joko Tingkir dengan dua janda selir suaminya. (mif) Baca juga :

Read More

Suara Kemerdekaan Palestina Sudah Bergaung di Bandung 69 Tahun Lalu

Gaza — 1miliarsantri.net : Perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaan dan menentukan nasib sendiri belum mereda sejak Perang Dunia I. Dalam Pertemuan Paris tahun 1919, rakyat Palestina sudah menuntut kemerdekaan dari penjajah. Namun seperti kebanyakan rakyat terjajah saat itu tuntutan mereka diabaikan. Dalam artikelnya di Middle East Eye, profesor politik Arab modern Columbia University, New York, Joseph Massad mengatakan dukungan negara kolonial atau penjajah pada Zionisme meningkat ketika proyek yang didukung Liga Bangsa-bangsa memasukan Deklarasi Balfour yang meresmikan Palestina diserahkan ke Inggris. Setelah Perang Dunia II perjuangan dan seruan kemerdekaan di seluruh dunia menguat. Selain di dunia Arab gerakan kemerdekaan juga menguat di India, Indonesia dan Vietnam. Pada 1945 gerakan Pan-Afrika dihidupkan kembali dalam kongres kelima yang digelar di Manchester. Gerakan ini menuntut kemerdekaan bagi masyarakat Afrika yang berada di bawah kekuasaan kolonial, termasuk di Afrika Utara dan protektorat Prancis. Indonesia pun menjadi tuan rumah pertemuan Asia-Afrika di Bandung. Pertemuan itu diselenggarakan India, Pakistan, Burma, Indonesia, dan Sri Lanka. Dari 29 negara yang berpartisipasi enam diantaranya negara Afrika: Mesir, Libya, Sudan (yang saat itu belum merdeka), Ethiopia, Gold Coast (yang masih merupakan koloni Inggris), dan koloni pemukim Liberia. Di antara para negara pengamat yang hadir adalah perwakilan dari gerakan kemerdekaan di koloni-koloni di Maroko, Tunisia, dan Aljazair, serta tiga pengamat Kongres Nasional Afrika dan Kongres India Afrika Selatan dari Afrika Selatan. Anggota Kongres Kulit Hitam AS, Adam Clayton Powell, juga datang untuk “membela posisi Amerika Serikat dalam kaitannya dengan masalah warga kulit hitam”. Mantan mufti agung Yerusalem dari Palestina Haji Amin el-Husseini bergabung dengan delegasi Yaman, seperti halnya perwakilan dari Irian Barat yang menginginkan pembebasan dari Belanda. Massad mengatakan apa yang terjadi di Bandung, merupakan perlawanan terhadap hegemoni kekuatan imperialisme, terutama AS yang menentang seruan penentuan nasib sendiri. Negara-negara Asia dan Afrika sudah memperjuangkan dimasukkannya penentuan nasib sendiri di PBB sejak akhir Perang Dunia Kedua. Sejak 1950, perdebatan mengenai penjajah di Komite Ketiga Majelis Umum PBB telah berkecamuk. Dengan negara-negara penjajah bersikeras agar klausul penjajahan tidak dimasukan ke dalam resolusi yang akan datang. Pada 1952, Amerika menolak resolusi Majelis Umum PBB yang menyatakan penentuan nasib sendiri merupakan hak asasi manusia dan “dengan pahit menolak persyaratan yang mengharuskan negara-negara penjajah melaporkan kemajuan wilayah-wilayah yang tidak memiliki pemerintahan sendiri menuju pemerintahan sendiri”. Massad mengatakan delegasi Asia dan Afrika di Konferensi Bandung penentang keras kolonialisme. Di antara mereka terdapat delegasi Arab dari Suriah, Irak, dan Arab Saudi, yang memainkan peran penting dalam mengalahkan klausul kolonial dan mendorong penentuan nasib sendiri sebagai hak asasi manusia. Beberapa bulan setelah Konferensi Bandung, pada bulan November 1955, Komite Ketiga menyepakati perumusan hak untuk menentukan nasib sendiri, yang kemudian diadopsi dalam resolusi 1960 dan Kovenan PBB 1966. Pemungutan suara dilakukan setelah pemerintah dan perusahaan-perusahaan AS selalu bersikap keras terkait isu menentukan nasib sendiri secara ekonomi di PBB. Mereka bersikeras hak tersebut hanya dapat mencakup penentuan nasib sendiri secara politis. Terutama setelah Presiden Guatemala Jacobo Arbenz Guzman melakukanreformasi lahan yang merujuk pada resolusi Majelis Umum PBB tahun 1952 yang mendukung nasionalisasi dan mengancam bisnis-bisnis AS. AS kemudian menggulingkan Arbenz dari kekuasaannya lewat kudeta militer pada tahun 1954. Chili, seperti negara-negara Amerika Latin lainnya, yang secara ekonomi didominasi AS, pada gilirannya berusaha untuk mengubah rancangan perjanjian hak asasi manusia pada tahun yang sama untuk menyatakan “hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri termasuk hak ekonomi untuk mengontrol semua sumber daya alam mereka dan tidak dirampas penggunaannya atau cara hidup mereka oleh tindakan kekuatan luar mana pun.” Dunia imperialis kulit putih takut pada Konferensi Bandung ini dan mengutuknya sebagai komunis, karena konferensi itu mengecam rasialisme di Afrika Selatan dan kolonialisme di Maroko, Aljazair, dan Tunisia. Konferensi ini juga mendukung hak-hak rakyat Palestina dan klaim Indonesia atas Irian Barat. Koloni pemukim Yahudi Israel, seperti Afrika Selatan, tidak diundang untuk hadir meskipun ada upaya dari Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Burma U Nu untuk mengundangnya. Namun ditentang keras oleh Indonesia. Indonesia juga menolak dukungan India untuk mengundang koloni Australia dan Selandia Baru. Meskipun tak satupun dari kedua koloni pemukim Oseania tersebut tertarik untuk hadir. “Ini adalah konferensi internasional pertama bagi bangsa-bangsa kulit berwarna dalam sejarah umat manusia,” kata Presiden Sukarno mengumumkan kepada para delegasi dan seluruh dunia. Ia melihat, Konferensi Asia-Afrika ini sebagai tradisi dari Liga Melawan Imperialisme yang telah bertemu di Brussel tiga dekade sebelumnya. Sukarno mengakui pertemuan itu sebagai pendahulu yang membuat Konferensi Bandung menjadi mungkin. Sukarno berbicara tentang kolonialisme dalam “pakaian modern dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, kontrol fisik yang nyata oleh komunitas kecil tapi asing di dalam suatu bangsa”. Meskipun Uni Soviet, yang secara substansial berada di Asia, tidak diundang, mereka mengirim pesan dan salam untuk mendukung konferensi tersebut. Zhou Enlai dari Cina menawarkan kerja sama, pengakuan, dan toleransi. Delegasi Cina termasuk seorang pemimpin Cina yang beragama Islam. Pada saat yang sama, CIA mengirim mantan kolaborator Muslim Soviet dengan Nazi (yang usia Perang Dunia II direkrut CIA) ke Konferensi Bandung untuk melakukan propaganda menentang dugaan perlakuan buruk Uni Soviet terhadap Muslim Soviet untuk meruntuhkan posisi Soviet di antara negara-negara non-blok. Seorang pejabat pemerintahan Eisenhower mengidentifikasi operasi CIA di Bandung sebagai langkah “Machiavellian”. Tidak seperti solidaritas besar-besaran yang ditunjukkan beberapa negara Asia yang merdeka di PBB pada 1947 pada Palestina. Pada 1955, propaganda Barat dan Israel yang menyatakan negara Yahudi adalah reparasi adil dari Eropa untuk Holocaust berhasil menyusup ke sejumlah negara Asia dan Afrika yang merdeka. Keberhasilan propaganda ini adalah negara-negara tersebut kini mendukung persamaan hak antara penduduk asli Palestina dan penjajah Yahudi mereka menyamakan antara penjajah dan yang dijajah. Tidak ada negara jajahan pemukim kulit putih di Afrika yang bisa lolos dari kecaman seperti yang dilakukan Israel pada tahun-tahun itu. Komunike akhir yang dikeluarkan Konferensi Bandung mencakup kecaman terhadap kolonialisme pemukim Eropa dan penolakan terhadap penentuan nasib sendiri serta dukungan terhadap hak-hak rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia untuk merdeka dan menentukan nasib sendiri. Sedangkan untuk rakyat Palestina, komunike tersebut menyatakan “dukungannya terhadap rakyat Arab Palestina dan menyerukan implementasi Resolusi PBB tentang Palestina dan pencapaian penyelesaian damai atas masalah Palestina”. Ini bukanlah seruan yang radikal, namun lebih sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh para delegasi. Sebagai…

Read More