Fenomena Sound Horeg : Dampak Sosial dan Tinjauan Singkat dari Sudut Pandang Islam

Malang – 1miliarsantri.net : Kehidupan fana di dunia yang dijalani manusia, kerap merasakan lelah, penat, bosan, stress, bahkan frustasi. Namun Allah SWT mengetahui keterbatasan manusia, oleh karenanya diberi kemampuan untuk mewujudkan keseimbangan atau harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Manusia secara intuitif memiliki kesadaran untuk menemukan hal-hal yang dapat menjadi penawar dari sisi-sisi gelap psikisnya sendiri, salah satunya dengan menciptakan berbagai macam hiburan. Dalam peradaban manusia jenis hiburan telah berkembang pesat, mulai dari sastra, pertunjukan, seni rupa, permainan-permainan, hingga yang paling massif saat ini adalah hiburan berupa seni musik. Terlepas dari hukum musik dalam Islam, yang telah banyak dibahas oleh para ulama, memang terdapat perbedaan pendapat. Ada kelompok ulama yang membolehkan dengan syarat dan ada pula yang mengharamkannya. Fenomena Sound Horeg dan Dampak Sosialnya Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena sound horeg—penggunaan audio sistem bersuara keras dalam konvoi, komunitas motor, atau acara hajatan telah menjamur di berbagai daerah, terutama di kalangan anak muda. Meski dianggap sebagai bentuk ekspresi kebebasan dan hiburan, suara menggelegar yang ditimbulkan kerap menimbulkan keresahan, mengganggu ketenangan umum, bahkan memicu konflik sosial. Istilah sound horeg pada dasarnya merujuk pada serangkaian sound sistem yang memiliki daya tinggi hingga menghasilkan suara yang sangat besar. Biasanya sound horeg dirangkai di atas kendaraan truck untuk mengisi acara-acara seperti hajatan, karnaval, konvoi, dan acara jalanan lainnya. Horeg adalah istilah jawa yang berarti bergetar, dalam terminologi ini sound horeg dapat didefinisikan sebagai hiburan musik sound sistem berdaya tinggi yang menyebabkan kehebohan dan euphoria luar biasa. Tak jarang di lapangan istilah horeg benar-benar terjadi secara harfiah. Maksudnya suara yang dihasilkan tersebut bisa membuat bangunan-bangunan bergetar bahkan bisa merusak beberapa bagian rumah seperti kaca pecah, genting yang berjatuhan, dan lain-lain. Selain itu seringkali panitia atau peserta pawai terpaksa membongkar beberapa bagian bangunan warga maupun fasilitas umum dikarenakan truk pengangkut sound sistem tidak dapat melewati jalan. Di beberapa daerah bahkan berakibat pada keributan antara warga dan peserta atau panitia acara. Hal ini terjadi karena warga merasa terganggu dengan suara bervolume sangat tinggi. Dari fakta-fakta tersebut, fenomena sound horeg menimbulkan dampak sosial yang signifikan di masyarakat yakni merusak ketertiban, menimbulkan kegaduhan, menimbulkan konflik, dan mengganggu lingkungan masyarakat. Fenomena Sound Horeg Ditinjau dari Perspektif Islam Islam adalah agama yang menghendaki umatnya menjadi umat yang pertengahan, sehingga keseimbangan di segala aspek kehidupan diperkenankan dan ditekankan. Dalam Islam kesehatan psikis wajib untuk dipelihara. Sehingga Islam tidak serta merta melarang manusia untuk menikmati hiburan, namun Islam hadir dengan memberikan batasan-batasan yang perlu diperhatikan. Batasan-batasan tersebut tertuang dalam nilai-nilai syariat yang terkandung di dalam ajarannya. Di dalam ajaran Islam, setiap tindakan manusia harus mengacu pada tiga hal prinsip yaitu Adab, Akhlak, dan Ketakwaan. Ketiga hal ini menciptakan pagar batasan bagi umat Islam dalam bertindak di kehidupan sehari-hari, sehingga tidak menimbulkan kerugian diri sendiri maupun orang lain. 1. Adab  Dari segi adab, sound horeg secara umum di masyarakat dirasa mengganggu kenyamanan orang lain. Hal ini karena volume musik yang terlalu tinggi, sehingga beberapa warga mengeluh karena sound horeg mengganggu anggota keluarga lain yang sedang sakit, bayi yang sedang beristirahat, bahkan dapat merusak bangunan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam yang melarang menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS Al-Ahzab:58) 2. Akhlak Seringkali sound horeg diikuti dengan pawai orang-orang yang berjoget dengan gerakan yang tidak senonoh dan menggunakan pakaian yang tidak sopan di jalanan umum dan ditonton oleh ribuan orang dari segala usia. Dari segi akhlak, hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kita untuk bertindak sopan dan memakai pakaian yang menutup aurat. Selain itu kita juga diperintahkan untuk menjaga pandangan. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka…” (QS. An-Nur:30) 3. Ketakwaan Konsep paling mendasar dari ajaran Islam adalah ketakwaan. Secara ringkas Takwa berarti kesadaran akan rasa takut kepada Allah sehingga mendorong seorang muslim untuk selalu taat dengan jalan menjauhi larangan Allah SWT dan melaksanakan segala perintahNya. Hiburan sound horeg jelas jauh dari konsep dasar ketakwaan dalam Islam. Di dalam sound horeg terdapat unsur pemborosan dan foya-foya tanpa ada manfaat yang jelas. Padahal di dalam Islam diwajibkan agar setiap harta digunakan dengan perhitungan yang baik dan akan lebih baik jika digunakan untuk keperluan di jalan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS. Al-Isra: 26-27) Hiburan sound horeg juga mengandung hal-hal yang mengundang syahwat sehingga dapat mendekatkan seseorang pada kemaksiatan. Mendekatkan diri pada kemaksiatan secara sadar dan kesengajaan adalah bentuk menjauhkan diri dari ketakwaan kepada Allah SWT. Kesimpulan Hiburan adalah sesuatu yang wajar untuk menjaga psikis manusia tetap seimbang, agar kehidupan sehari-hari berjalan dengan baik dan optimal. Namun penting untuk memilih dengan bijak jenis hiburan tersebut. Fenomena sound horeg yang menghebohkan masyarakat, dilihat dari aspek sosial jelas merugikan masyarakat dan memiliki dampak buruk. Selain merusak ketertiban dan kenyamanan, juga menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Dari sudut pandang Islam sebagian besar konten hiburan di dalamnya juga cenderung menjauhi nilai-nilai syariat Islam. Sound horeg, jika tidak dikendalikan, berpotensi menjadi simbol kebebasan yang melanggar batas norma sosial dan nilai-nilai Islam. Dalam Islam, kebisingan yang mengganggu ketenangan masyarakat merupakan bentuk ketidakpedulian terhadap hak sesama. Sebagai seorang muslim penting untuk memahami batasan-batasan berdasarkan nilai-nilai syariat Islam. Dengan pemahaman tersebut maka kita akan lebih bijak untuk memilih jenis hiburan yang baik dan tidak merugikan orang lain dan tidak merusak hubungan sosial. Islam sangat menganjurkan terciptanya ketertiban dan kenyamanan dalam masyarakat, sehingga segala bentuk hiburan yang mengganggu ketertiban harus dihindari oleh setiap muslim. Sumber : Majelis Ulama Indonesia (MUI), Fatwa Tentang Musik Dalam Islam, Komisi Fatwa MUI, 2005. https://www.nu.or.id – berbagai artikel terkait hiburan dalam Islam dan menjaga adab social https://www.konsultasisyariah.com – “Hukum Musik Keras dan Gangguan Tetangga” Kontributor : Leo Agus Hartono Editor : Toto Budiman

Read More

Antara Gaya dan Syariat! Pandangan Ulama’ Terhadap Trend Model Baju Muslim Terbaru

Surabaya – 1miliarsantri.net : Tren fashion muslimah terus mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Kini, model baju muslim terbaru hadir dengan desain yang tak hanya modis tetapi juga dinilai tetap menjaga nilai-nilai kesopanan. Hal ini menciptakan pertanyaan besar di tengah masyarakat, bagaimana pandangan ulama terhadap perkembangan model baju muslim terbaru yang semakin beragam? Di sinilah perbincangan menjadi menarik, ketika dunia fashion bersinggungan langsung dengan norma agama dan pandangan para ahli syariah. Dan khusus untuk pembahasan ini, kami akan mengulas bagaimana tren berpakaian muslimah terkini dilihat dari kacamata para ulama, serta sejauh mana batasan dan kebebasan dalam berpakaian menurut Islam. Pandangan Ulama Terhadap Perkembangan Busana Muslim Fenomena model baju muslim terbaru yang semakin modern memicu beragam respons dari kalangan ulama. Sebagian melihatnya sebagai hal positif selama tidak keluar dari batas-batas syariat, sementara sebagian lainnya mengkhawatirkan terjadinya pergeseran nilai dalam berpakaian. Para ulama sepakat bahwa pakaian muslim harus memenuhi prinsip dasar, menutupi aurat, tidak ketat, tidak transparan, dan tidak menyerupai lawan jenis. Namun, mereka juga mengakui adanya kebutuhan umat Islam, khususnya perempuan, untuk tampil rapi dan menarik di ruang publik selama tetap berada dalam koridor Islam. Inilah titik tengah antara gaya dan syariat yang terus dicari oleh para desainer busana muslimah. Perpaduan Nilai Estetika dan Syariat dalam Model Baju Muslim Terbaru Dalam dunia fashion modern, estetika menjadi hal penting. Namun, dalam konteks busana muslim, keindahan visual harus tetap sejalan dengan prinsip agama. Para ulama memberikan pandangan yang cukup fleksibel, selama busana tersebut: 1. Tidak menonjolkan lekuk tubuh Meski beberapa model baju muslim terbaru memiliki potongan yang ramping dan mengikuti bentuk tubuh, ulama mengingatkan pentingnya kelonggaran agar tidak menimbulkan fitnah. 2. Tidak transparan atau menerawang Bahan yang digunakan dalam pakaian muslimah harus cukup tebal untuk menutupi warna kulit. Meski desain bisa menarik, aspek ini menjadi prioritas. 3. Tidak mengandung unsur tasyabbuh (menyerupai non-Muslim) Meskipun dunia fashion global semakin terbuka, ulama tetap memberi catatan agar umat Islam tidak meniru gaya berpakaian yang bertentangan dengan nilai keislaman. Inovasi Fashion Muslimah, Antara Kreativitas dan Keteladanan Kehadiran model baju muslim terbaru sebenarnya membuka peluang besar dalam dakwah visual. Artinya, dengan busana yang menarik dan syar’i, perempuan muslim bisa menjadi contoh nyata bahwa Islam tidak mengekang kreativitas. Ulama kontemporer pun mendukung inovasi ini, asal tetap berpegang pada nilai dasar pakaian Islami. Model busana muslim tidak hanya berfungsi sebagai penutup aurat, tetapi juga menjadi cerminan identitas diri seorang muslimah. Dalam pandangan ulama, pilihan pakaian dapat merepresentasikan karakter, kepribadian, dan kebanggaan seorang wanita terhadap agamanya. Oleh karena itu, para ulama mendorong setiap muslimah untuk memilih busana yang tidak hanya sesuai syariat, tetapi juga mencerminkan jati diri sebagai wanita muslim yang berakhlak dan percaya diri. Di sisi lain, tren modest wear yang kini merambah pasar global dianggap sebagai peluang strategis dalam menyampaikan nilai-nilai Islam secara visual. Para ulama memandang perkembangan ini secara positif karena mampu menjadi jembatan antara budaya lokal dan nilai universal Islam. Modest wear yang mengedepankan kesopanan, keanggunan, dan prinsip syar’i menjadi media dakwah yang efektif tanpa harus mengucap kata-kata, membuktikan bahwa nilai keislaman bisa tampil harmonis dalam dunia mode internasional. Tantangan dan Batasan dalam Menyikapi Model Baju Muslim Terbaru Meskipun perkembangan model baju muslim terbaru cukup pesat dan memberi warna baru dalam dunia fashion, para ulama juga memberikan peringatan agar tidak terjebak dalam arus komersialisasi yang melupakan aspek spiritual. Dalam perkembangan tren model baju muslim terbaru, para ulama menyoroti dua tantangan utama yang perlu diperhatikan masyarakat. Pertama, adalah komersialisasi agama, di mana tidak sedikit produk fashion yang menggunakan label syar’i hanya sebagai strategi pemasaran. Padahal, secara prinsip dan desain, pakaian tersebut tidak sepenuhnya memenuhi syarat berpakaian sesuai syariat. Karena itu, ulama mengimbau para konsumen untuk lebih selektif dan tidak mudah tergoda hanya karena tampilan luar atau embel-embel religius yang belum tentu mencerminkan nilai sebenarnya. Kedua, ulama juga mengingatkan agar tren busana muslim tidak menjadi pemicu gaya hidup hedonisme. Pakaian seharusnya tidak dijadikan sarana untuk pamer kemewahan atau mengikuti gaya hidup berlebihan. Dalam Islam, kesederhanaan tetap menjadi nilai utama dalam berpakaian, sekalipun desainnya mengikuti perkembangan zaman. Dari paparan di atas, jelas bahwa model baju muslim terbaru merupakan hasil dari adaptasi antara tuntutan zaman dan prinsip agama. Para ulama tidak serta-merta menolak tren fashion muslimah, tetapi justru mendorong agar kreativitas dalam desain busana tetap berjalan seiring dengan nilai-nilai Islam. Dengan pemahaman yang seimbang antara estetika dan etika, setiap muslimah dapat memilih busana yang tidak hanya cantik dipandang tetapi juga membawa berkah. Jadi, sebelum mengikuti tren, ada baiknya kita bertanya, apakah model baju muslim terbaru yang kita kenakan telah sesuai dengan ruh syariat yang sesungguhnya? Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Inilah Ide Model Hijab Syar’i Pesta yang Bisa Kamu Coba

Surabaya – 1miliarsantri.net : Dalam setiap undangan pesta, khususnya bagi wanita muslimah, memilih busana yang sesuai syariat sekaligus tetap modis tentu menjadi tantangan tersendiri. Banyak yang bingung bagaimana tampil elegan tanpa melanggar batasan aurat. Nah, bagi Anda yang ingin tampil istimewa tanpa meninggalkan kaidah syar’i, memilih model hijab syar’i pesta bisa jadi solusi terbaik. Dan artikel ini akan membahas inspirasi hijab syar’i khusus pesta yang tidak hanya menutup aurat dengan sempurna, tetapi juga menampilkan kesan mewah dan elegan yang cocok untuk berbagai acara formal. Simak ide-ide model hijab syar’i pesta berikut ini yang bisa menjadi referensi Anda tampil memukau tanpa meninggalkan nilai-nilai Islami. 1. Elegan dan Berkelas dengan Gaya Hijab Syar’i (Khimar Panjang) Gaya hijab syar’i dengan khimar panjang kerap menjadi pilihan utama untuk pesta karena memberikan kesan anggun dan menutup seluruh tubuh bagian atas dengan sempurna. Selain itu, khimar panjang juga cocok dipadukan dengan dress pesta yang bermodel A-line atau gamis brokat. – Khimar Layer dengan Bahan Ceruty Babydoll Model hijab syar’i pesta ini sangat cocok untuk menampilkan sisi feminin. Bahan ceruty yang lembut memberikan efek jatuh yang natural, sehingga terlihat lebih manis dan rapi. Layer-nya juga membantu menyamarkan bentuk tubuh secara maksimal. – Khimar Bordir Mewah Untuk acara formal seperti pesta pernikahan atau resepsi keluarga, khimar dengan bordir bunga di bagian bawah atau pinggiran khimar dapat menambah sentuhan eksklusif. Pilih warna netral seperti gold, navy, atau maroon agar tetap terlihat mewah. 2. Sentuhan Modern dalam Balutan Syar’i dengan Kombinasi Dress dan Hijab Satin Tidak sedikit wanita yang ingin tetap tampil stylish di pesta namun tetap syar’i. Kombinasi dress berbahan satin dengan hijab instan syar’i kini menjadi tren yang mulai digemari karena praktis dan tetap memberikan kesan modern. – Hijab Satin Instan Berpotongan Cape Model hijab syar’i pesta dengan potongan cape sangat cocok bagi Anda yang ingin tampil formal namun tetap simpel. Hijab jenis ini biasanya sudah dilengkapi dengan inner, sehingga tidak perlu banyak peniti atau jarum pentul. – Warna Pastel yang Lembut dan Feminin Warna seperti dusty pink, lavender, atau mocca sangat populer untuk acara pesta di siang hari. Warna ini memberikan kesan lembut dan hangat, cocok untuk pesta garden party atau acara semi-formal. 3. Gaya Hijab Syar’i Glamor untuk Acara Malam Hari Pesta malam hari biasanya identik dengan tampilan yang lebih mewah dan bold. Namun tenang, Anda tetap bisa tampil glamor tanpa meninggalkan gaya syar’i. Pilih model hijab syar’i pesta yang terbuat dari bahan berkilau namun tidak menerawang. – Hijab Berpayet atau Berkilau Halus Model hijab dengan detail payet di bagian pinggir dapat memberikan kesan mewah dan elegan. Gunakan warna gelap seperti hitam, emerald, atau dark blue agar efek glamornya lebih maksimal di bawah cahaya lampu pesta. – Hijab Plisket Panjang Model hijab plisket yang menjuntai panjang dapat memberikan efek jenjang pada tubuh dan cocok dipadukan dengan gaun panjang full brokat. Model ini juga mudah ditata dan sangat nyaman dipakai dalam waktu lama. Tips Tampil Syar’i Tapi Tetap Stylish Saat Pesta Tak hanya soal model, Anda juga perlu memperhatikan kenyamanan dan kepercayaan diri saat mengenakan hijab syar’i di pesta. Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan: 1. Pilih Bahan yang Nyaman dan Tidak Panas Mengingat pesta bisa berlangsung berjam-jam, pilihlah hijab berbahan ringan, tidak mudah kusut, dan menyerap keringat. Bahan ceruty, voal premium, dan satin silk adalah beberapa yang direkomendasikan. 2. Sesuaikan Warna Hijab dengan Outfit Jika gaun Anda sudah ramai dengan motif atau detail, pilih hijab polos agar tampilan tetap seimbang. Sebaliknya, jika outfit cenderung polos, Anda bisa memilih hijab yang memiliki aksen seperti bordir atau mutiara. 3. Gunakan Aksesori Secukupnya Untuk melengkapi tampilan model hijab syar’i pesta, Anda bisa menambahkan bros kecil atau headpiece elegan di bagian samping hijab. Namun ingat, jangan berlebihan agar tetap terlihat sopan dan anggun. Tidak perlu bingung lagi mencari cara agar tetap tampil cantik dan syar’i dalam acara formal. Kini, dengan berbagai inspirasi model hijab syar’i pesta yang telah dibahas, Anda bisa memilih mana yang paling sesuai dengan selera dan jenis acara. Yang terpenting, kenyamanan dan kepercayaan diri tetap menjadi prioritas utama saat memilih gaya berhijab untuk pesta. Jadi, jangan ragu tampil percaya diri dan tetap sesuai syariat dalam setiap momen spesial Anda. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Toto Budiman

Read More

Gaya Hidup Muslim di Era Modern: Antara Nilai, Gaya, dan Makna

Surabaya – 1miliarsantri.net: Umat muslim tengah menghadapi tantangan serius di era modern seperti saat ini. Mulai dari derasnya arus informasi digital, gejolak ekonomi global, badai PHK, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, gaya hidup muslim atau muslim lifestyle kini bukan lagi sekadar tentang rutinitas ibadah, tapi telah berkembang menjadi identitas yang mencerminkan prinsip hidup, pilihan konsumsi, cara berpakaian, hingga cara bersosialisasi di era modern. Tantangan untuk menyeimbangkan antara mengikuti perkembangan zaman dan menjaga identitas keislaman, menjadi hal yang patut dipertimbangkan. Artikel ini mengajak kita menelusuri bagaimana gaya hidup Muslim kini bukan sekadar mengikuti mode, tetapi juga menjadi cerminan nilai dan makna yang lebih dalam. Lebih dari Sekadar Tren Muslim lifestyle kini bukan hanya istilah populer di kalangan anak muda terkhusus Gen Z. Hal itu menjadi wujud dari cara hidup yang seimbang antara nilai spiritual (Akhirat) dan kebutuhan modern (Dunia). Di Indonesia, fenomena ini dapat dilihat dari maraknya komunitas hijrah, berkembangnya bisnis halal, hingga menjamurnya konten-konten dakwah di media sosial. Kini, gaya hidup muslim bahkan merambah ke berbagai aspek: mulai dari pakaian syar’i yang tetap stylish, tren skincare halal, wisata halal, hingga literasi keuangan syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa hidup dengan berpegang teguh pada ajaran Islam tidak harus membatasi ruang gerak, justru membuka jalan baru untuk mengaktualisasi diri secara lebih bermakna. Makanan Halal: Gaya Hidup Konsumtif yang Lebih Etis Konsumen muslim masa kini tidak hanya mencari makanan enak, tetapi juga yang jelas status kehalalannya. Halal tidak lagi diartikan hanya sebagai “boleh dimakan”, tetapi mencakup etika dalam proses produksi, distribusi, hingga niat dalam mengonsumsinya. Tren healthy halal food kini juga sedang tren di masyarakat luas. Banyak muslim-muslimah khususnya anak muda mulai menyadari pentingnya menjaga tubuh sebagai amanah dari Allah S.W.T, sehingga gaya hidup sehat menjadi bagian dari ibadah. Mereka mulai memilih makanan organik, menghindari makanan instan, serta mengatur pola makan berdasarkan anjuran Rasulullah S.A.W seperti makan secukupnya dan tidak berlebihan. Digitalisasi dan Dakwah Online Tak bisa dipungkiri, teknologi terus berkembang dari waktu ke waktu. Namun menariknya, generasi muslim muda justru memanfaatkannya sebagai wadah untuk memperdalam keimanan dan ilmu agama. Sekarang, menyebar kebaikan dan berdakwah dapat dilakukan di media sosial atau online, seperti lewat reels Instagram, thread Twitter, hingga video TikTok. Banyak konten kreator muslim yang membagikan ilmu-ilmu agama Islam dengan unik dan relatable. Topik seperti self-healing dalam Islam, menjaga hati, hingga tips menjadi muslim produktif menjadi favorit. Ini menunjukkan bahwa muslim lifestyle juga menyentuh aspek psikologis dan spiritual, bukan hanya yang tampak di permukaan. Keseimbangan Dunia dan Akhirat Sejatinya, inti dari gaya hidup muslim sejatinya adalah keseimbangan. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak berlebihan, baik dalam ibadah, pekerjaan, hingga percintaan. Prinsip wasathiyah atau moderat menjadi pegangan yang relevan di zaman penuh distraksi ini. Menjadi muslim bukan berarti tidak boleh mendapatkan dunia. Justru, Islam mengajarkan untuk menjadi pribadi yang unggul di dunia namun tetap berorientasi pada akhirat dan selalu menjaga ibadah dan akhlak. Seorang muslim bisa sukses sebagai pebisnis, ilmuwan, akademisi, kreator digital, dan profesi lainnya selama tetap menanamkan nilai-nilai Islam dalam setiap langkah dan kehidupannya. Muslim Lifestyle adalah Jalan Hidup Gaya hidup muslim bukanlah topeng semata atau tren sesaat. Ia adalah perjalanan panjang dalam mencari makna hidup, menjaga hubungan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan juga alam. Dalam kehidupan sehari-hari, gaya hidup ini mengingatkan kita untuk terus menata dan meluruskan niat, memperbaiki akhlak, dan menjadikan setiap aktivitas sebagai ibadah. Pada akhirnya, menjadi Muslim di era modern bukan berarti meninggalkan kemajuan, melainkan menjadikannya sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai keimanan. Gaya hidup yang Islami bukan soal kaku atau kuno, tapi tentang bagaimana setiap aspek kehidupan, dari penampilan hingga keputusan digital berlandaskan pada ajaran yang penuh hikmah. Di tengah gempuran tren dan budaya instan, Muslim masa kini ditantang untuk tetap elegan dalam gaya, kuat dalam prinsip, dan bijak dalam makna. Inilah identitas sejati yang perlu terus dijaga dan diwariskan. Ia mengajarkan bahwa menjadi muslim yang sukses tidak harus kehilangan arah, karena Islam selalu memberi pedoman, yaitu rendah hati, sederhana, seimbang, dan penuh keberkahan. Kontibutor : Vicky Vadila Muhti Editor : Toto Budiman

Read More

Hidup Ala Rasulullah : Sederhana, Produktif, dan Penuh Makna

Surabaya – 1miliarsantri.net: Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tuntutan, teladan hidup Rasulullah ﷺ menawarkan inspirasi yang tak lekang oleh zaman. Gaya hidup beliau yang sederhana, produktif, dan sarat makna menjadi cermin keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Dengan kesederhanaan, Rasulullah tetap mampu menjalankan peran sebagai pemimpin, pendidik, dan teladan umat, tanpa kehilangan ketenangan batin. Artikel ini akan mengajak kita menelusuri bagaimana prinsip hidup beliau dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih keberkahan dan kebahagiaan yang hakiki. Tren hidup tenang seperti minimalisme, meditasi, dan self-care semakin populer di kalangan keluarga muslim modern. Namun tahukah kamu bahwa Islam sudah mengajarkan semua itu sejak lebih dari 1.400 tahun lalu? Nabi Muhammad SAW bukan hanya sosok pemimpin agama, tetapi juga teladan kehidupan yang menyeluruh. Gaya hidup beliau bukan hanya spiritual, tetapi juga sangat manusiawi dan seimbang. Dalam keseharian, Rasulullah menunjukkan bahwa hidup bisa sederhana namun tetap produktif, bisa aktif tanpa melupakan istirahat, dan bisa sukses dunia tanpa kehilangan akhirat. Nah berikut ini beberapa prinsip hidup ala Nabi Muhammad SAW yang bisa kita teladani dan praktikkan di era sekarang. Yuk simak! 1. Hidup Sederhana dan Qanaah Rasulullah SAW menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan. Beliau tidur di atas pelepah kurma, makan secukupnya, dan berpakaian sederhana tanpa berlebihan. Namun kesederhanaan beliau bukan berarti kekurangan. Rasulullah adalah pedagang sukses dan pemimpin umat, tapi tetap rendah hati dan tidak bergaya hidup mewah. Konsep qanaah (merasa cukup) menjadi fondasi dari ketenangan batin. Dalam hidup ala Nabi, kita diajarkan untuk tidak berlomba-lomba dalam urusan dunia, tetapi fokus pada kebermanfaatan dan keberkahan. Di zaman sekarang, ini bisa berarti hidup tanpa terjebak gengsi, tidak mudah tergoda oleh budaya konsumtif, dan mensyukuri apa yang kita punya. 2. Manajemen Waktu yang Seimbang Salah satu kunci produktivitas Rasulullah adalah pembagian waktu yang jelas. Beliau membagi harinya untuk beribadah, berdakwah, bekerja, bersama keluarga, hingga memberi waktu untuk diri sendiri. Pagi hari beliau manfaatkan untuk aktivitas produktif, siang untuk istirahat sejenak, sore dan malam untuk ibadah serta aktivitas sosial. Kita bisa meneladani ini dengan membuat jadwal harian yang proporsional. Tidak hanya mengejar pekerjaan duniawi, tapi juga menyisipkan waktu untuk salat tepat waktu, membaca Al-Quran, berolahraga, hingga waktu berkualitas dengan keluarga. Hidup ala Nabi bukan hanya tentang banyak beribadah, tapi juga mampu mengatur waktu dengan adil dan disiplin. 3. Pola Hidup Sehat dan Teratur Nabi Muhammad SAW sangat menjaga kesehatan tubuh. Beliau makan secukupnya, tidak berlebihan, dan memilih makanan yang bersih serta bergizi seperti kurma, madu, susu, dan air zamzam. Beliau juga menganjurkan umatnya untuk berpuasa, tidak hanya di bulan Ramadan, tapi juga puasa sunnah yang terbukti memberi manfaat medis. Beliau juga menjaga kebersihan diri, seperti memotong kuku, menjaga wudhu, dan menganjurkan mandi secara rutin. Bahkan, Rasulullah menganjurkan untuk bangun pagi, yang kini terbukti membawa banyak manfaat psikologis dan produktivitas. Pola hidup sehat ini sangat relevan dengan gaya hidup modern yang sering kali tak seimbang. Kita bisa memulainya dari hal-hal kecil seperti makan tidak berlebihan, tidur yang cukup, bangun pagi, dan menjaga kebersihan. 4. Aktif Berkarya dan Tidak Bergantung Meski diangkat sebagai Rasul, Nabi Muhammad SAW tetap bekerja keras. Sejak muda beliau menggembala kambing, lalu berdagang dengan jujur, dan setelah menjadi pemimpin umat, beliau tetap turun langsung mengatur strategi dan berdakwah. Beliau juga bersabda, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” Artinya, beliau mendorong umat Islam untuk menjadi pribadi yang mandiri dan memberi, bukan yang hanya menerima. Dalam konteks hari ini, ini bisa berarti bekerja dengan niat ibadah, tidak bergantung pada bantuan, dan tetap berkarya meskipun dalam kondisi terbatas. 5. Dekat dengan Keluarga dan Lingkungan Sosial Nabi Muhammad SAW adalah suami yang romantis, ayah yang penyayang, dan tetangga yang ramah. Beliau membantu pekerjaan rumah, mendidik anak dengan sabar, dan tidak pernah membentak istrinya. Dalam kehidupan sosial, beliau menyapa orang miskin, mengunjungi orang sakit, dan tersenyum kepada siapa pun. Hidup ala Nabi juga berarti membangun hubungan yang sehat dan penuh kasih dengan orang-orang di sekitar. Dalam dunia yang makin individualistis, kita perlu menghidupkan kembali budaya salam, senyum, tolong-menolong, dan empati kepada sesama. 6. Menjaga Hati dan Mental dengan Dzikir Salah satu kekuatan terbesar Nabi adalah ketenangan batinnya. Dalam menghadapi tekanan, fitnah, bahkan ancaman fisik, beliau tidak pernah kehilangan kendali diri. Rahasianya adalah dzikrullah — mengingat Allah SWT setiap saat. Beliau sering membaca istighfar, tasbih, tahmid, dan takbir dalam setiap aktivitasnya. Bahkan dalam kondisi sulit sekalipun, beliau tetap menjaga lisannya dari keluhan dan mengisinya dengan doa. Di zaman sekarang, ini bisa menjadi cara untuk menjaga kesehatan mental dan hati tetap damai. 7. Menjaga Konsistensi dan Niat dalam Setiap Aktivitas Hidup ala Nabi juga berarti menjalani hidup dengan niat yang jelas dan konsisten. Rasulullah mengajarkan pentingnya niat sebelum berbuat, serta pentingnya istiqamah (konsistensi dalam kebaikan). Bahkan amal kecil yang rutin lebih dicintai Allah daripada amal besar tapi jarang dilakukan. Dalam hidup sehari-hari, ini bisa diterapkan dengan membiasakan kebiasaan baik seperti membaca doa sebelum aktivitas, menyapa orang dengan senyum, bersedekah walau sedikit, dan tetap menjaga ibadah meskipun sibuk. Sedikit demi sedikit, hidup kita akan berubah menjadi lebih berkah. Akhir kata, hidup ala Nabi bukan berarti hidup yang kaku atau berat. Justru sebaliknya, ini adalah gaya hidup yang menenangkan, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat, serta memberi makna pada rutinitas harian kita. Di zaman yang penuh distraksi ini, meneladani kehidupan Rasulullah SAW adalah solusi paling otentik untuk menemukan arah, ketenangan, dan keberkahan hidup. Mari kita mulai dari hal sederhana, seperti menata waktu, menyederhanakan gaya hidup, menjaga kebersihan, memperbanyak dzikir, dan mempererat hubungan sosial. Semoga kita semua mampu meneladani Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan. Karena sebaik-baik teladan, sudah ada pada diri beliau. Shalawat dan salam untuk Nabi yang mulia. Aamiin. Kontributor : Satria S. Pamungkas Editor : Toto Budiman

Read More

Badge Pahala : Bisakah Ibadah Di-Gamifikasi Tanpa Kehilangan Ikhlas

Surabaya -1miliarsantri.net : Di era digital yang serba interaktif, beribadah tidak lagi hanya soal sajadah, mushaf, dan masjid. Kini, gawai seperti smartphone pun ikut sibuk membantu kita khatam Al-Qur’an, menghitung rakaat, hingga mengingatkan dzikir. Lewat berbagai aplikasi dengan konsep gamifikasi, merambah hampir semua aspek kehidupan termasuk aspek spritual. Fungsi  badge (lencana), streak (rekor beruntun), dan leaderboard (papan peringkat), menjadikan sebagian Muslim semakin terpacu untuk rajin beribadah, setidaknya secara angka atau simbol pencapaian. Tapi pertanyaannya: di mana letak keikhlasan, kalau ibadah pun mulai diukur dengan lencana digital? Artikel ini akan mengulas potensi dan tantangan gamifikasi ibadah, serta bagaimana kita bisa memanfaatkannya secara bijak agar tetap menjaga kemurnian tujuan spiritual. Tren Gamifikasi Ibadah Gamifikasi atau pendekatan seperti permainan memang fenomena menarik. Di satu sisi, ia menawarkan motivasi baru: membuat rutinitas spiritual lebih terasa menantang dan seru. Di sisi lain, ia juga memunculkan kekhawatiran: apakah kita benar-benar melakukannya karena Allah, atau demi poin dan pengakuan sosial? Prinsip gamifikasi sendiri sederhana: mengambil elemen permainan, seperti poin, peringkat, atau badge lalu menempelkannya pada aktivitas non-permainan. Dalam konteks ibadah, tren ini lahir dari kebutuhan generasi digital yang butuh dorongan visual untuk disiplin. Aplikasi seperti Muslim Pro, Quran Companion, Umma, hingga Habitica (yang multi-agama) memanfaatkan ini. Pengguna bisa melihat statistik tilawah harian, jumlah rakaat yang tercatat, atau progres khatam. Beberapa bahkan mengirim notifikasi jika streak (rekor berturut-turut) terputus. Bagi sebagian orang, badge ‘30 hari tanpa bolong shalat’ terasa membanggakan. Ada sensasi achievement unlocked mirip main game, hanya saja ini berbalut ibadah. Singkatnya fungsi badge sebagai penghargaan personal, fungsi streak sebagai pemicu konsistensi dan leaderboard sebagai penyemangat kompetisi sosial. Apa Kata Agama? Dalam Islam, niat menjadi kunci pembeda. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari-Muslim). Artinya, dua orang yang sama-sama shalat bisa mendapat balasan berbeda tergantung isi hati mereka. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan panjang lebar tentang bahaya riya’ — pamer amal supaya dipuji manusia. Dalam dunia fisik, bentuknya bisa beribadah supaya dipandang saleh. Di dunia digital, bisa jadi riya’ tampil dalam bentuk ‘flex’ streak tilawah di Instagram Story. Ayat Al-Qur’an pun mengingatkan: “Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148). Tapi perlombaan ini bukan di ruang publik semata, melainkan di ruang batin: siapa yang paling tulus mendekat pada Allah. Di sisi lain, psikologi modern mengenal motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik lahir dari dorongan internal — niat tulus, kebutuhan spiritual. Sedangkan motivasi ekstrinsik datang dari hadiah, pengakuan, atau hukuman. Gamifikasi jelas mengandalkan motivasi ekstrinsik: badge, notifikasi, ranking. Hal ini tidak sepenuhnya buruk, kok. Penelitian B.J. Fogg (Stanford) menjelaskan bahwa persuasive technology memang efektif memengaruhi perilaku. Badge bisa jadi starter untuk membentuk kebiasaan baik. Tapi, jika terlalu bergantung pada reward, motivasi asli bisa padam. Lama-lama, ibadah kita akan terasa hampa tanpa notifikasi. Suara Developer : Kenapa Harus ‘Di-Game–kan’? Beberapa developer aplikasi Islami beralasan, pendekatan gamification hanyalah strategi adaptasi. Mereka paham, generasi muda lebih mudah terpancing menyelesaikan target jika dibuat fun. Daripada lupa tilawah sebulan, lebih baik rajin walau karena streak. Anggap saja pintu awal membiasakan diri. Di sisi lain, para ustadz sering menekankan, app hanyalah alat bantu. Niat tetap di tangan pengguna. Fitur reminder, poin, atau badge tidak otomatis mencemari ibadah — asalkan tidak diumbar, apalagi dijadikan ajang pamer. Solusi Bijak : Gunakan  Saja, Tapi Jangan Tergantung Teknologi itu netral — tergantung siapa yang memegang. Gamifikasi ibadah tidak harus diharamkan. Bahkan bisa jadi pintu kebaikan kalau ditempatkan dengan benar. Beberapa saran praktis: Sempatkan muhasabah: tanyakan ke diri sendiri, “Kalau tanpa badge, aku masih mau ibadah nggak?” Pada akhirnya, gamifikasi hanyalah teknologi. Badge pahala di aplikasi tak ada artinya kalau niat hati tak lurus. Leaderboard streak Quran tidak menjamin ridha-Nya. Karena yang menilai hanyalah Allah — bukan algoritma, apalagi follower. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. (QS. Al-Baqarah: 148). Boleh saja kita memanfaatkan teknologi, tapi tetap letakkan niat sebagai penuntun. Badge hanyalah alat. Pahala sejati hanya Allah yang tahu. Apapun aplikasinya, kembalilah ke prinsip: amal tergantung niat. Semoga kita tetap mampu mengendalikan teknologi, bukan dikendalikan. Semoga badge digital jadi saksi ikhtiar, bukan bukti pamer. DAFTAR PUSTAKA Kontributor : Faruq Ansori Editor : Toto Budiman

Read More

Gunung Berbalut Hijab – For some, lifestyle is the source of life

Surabaya – 1miliarsantri.net  : Mendaki gunung merupakan salah satu kegiatan favorit untuk mengisi waktu liburan. Pemandangan yang indah dan keingingan untuk berinteraksi dengan alam yang masih natural menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi sejak film 5 cm disiarkan di bioskop-bioskop di Indonesia pada 2012, jumlah pendaki meningkat drastis. Keindahan alam di pegunungan yang dikemas dalam bentuk film benar-benar menarik banyak penonton. Menurut Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Gunung Semeru tidak pernah menerima jumlah pengunjung lebih dari 5000 pertahun sebelum film 5cm muncul di bioskop. Karena seringnya jumlah pendaki membludak, TNBTS akhirnya membatasi jumlah pendaki perhari sampai sekarang. Tidak hanya di TNBTS, gunung-gunung popular lainnya Gede Pangrango dan Merbabu sekarang juga membatasi dan mendata jumlah pendaki dengan alasan keamanan dan kelestarian, karena membludaknya jumlah pendaki terutama di hari libur. Semakin banyak jumlah pendaki mengakibatkan semakin banyaknya karakeristik para pendaki. Jikalau sebelumnya pendaki gunung hanya mereka yang berasal dari kelompok pecinta alam atau pelatihan fisik dan survival seperti tim Search and Rescue (SAR, sekarang hampir siapapun ingin mendaki gunung dengan alasan-alasan yang berbeda-beda. Salah satu yang paling mencolok diantara karakteristik atau kelompok pendakian yaitu pendaki berhijab panjang yang memakai rok. Fenomena perempuan berhijab mendaki gunung, kini semakin sering terlihat di berbagai jalur pendakian Nusantara. Mereka tampil percaya diri menapaki jalur terjal dengan balutan busana syar’i yang tetap santun tanpa mengurangi semangat petualangan. Kehadiran para pendaki berhijab ini mematahkan stereotip bahwa hijab membatasi aktivitas fisik, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa kecintaan pada alam, selaras dengan komitmen menjaga nilai-nilai keimanan. Apapun niat para pendaki, bisa dipastikan mayoritas pakaian mereka hampir sama yaitu celana dan kaos yang berarti nyaman dan nggak ribet, karena ketika naik gunung kita akan berhadapan dengan berbagai medan yang sulit, dan diharapkan pakaian tidak akan mengganggu ketika mendaki. Bayangkan kita harus mendaki trek yang lumayan terjal dan rok menghalangi kaki kita untuk melangkah. Bayangan seperti itulah yang dilihat kebanyakan pendaki ketika melihat pendaki berhijab yang memakai rok. Perjalanan mendaki pun menjadi simbol keteguhan hati, kemandirian, sekaligus wujud syukur atas ciptaan Allah yang menakjubkan. Mundur ke beberapa tahun sebelumnya, ketika aturan olahraga wanita profesional melarang penggunaan hijab dikarenakan tidak sesuai standar internasional, atlit dari negara mayoritas muslim harus memilih antara melepaskan hijab dan mengikuti pakaian standar internasional untuk mewujudkan mimpinya atau mempertahankan hijab tapi melepaskan kesempatan untuk menjadi atlit professional. Situasi perlahan berubah, sampai ketika Nike mengeluarkan produk The Nike Hijab Pro pada musim semi 2018. Menurut BBC, hijab khusus olahraga sudah berkembang bertahun-tahun sebelumnya, tapi Nike merupakan perusahaan besar pertama yang berfokus kepada kebutuhan pakaian olahraga perempuan muslim. Nike mengubah perspektif Hijab dalam dunia olahraga ke arah yang lebih baik secara profesional maupun general. Pergerakan hijab sebenarnya sudah dimulai secara internasional sejak 2012 ketika pelari berhijab mengambil panggung global di London. Kembali kepada pendaki yang memaki hijab panjang dan rok ketika mendaki gunung. Dalam situasi yang berbeda, mereka menghadapi masalah yang sama dengan atlit professional. Mereka ingin menerapkan prinsip mereka ke dalam berbagai kegiatannya. Berbagai macam rok dibuat untuk kenyamanan pendaki, diantara yang paling terkenal yaitu model celana berbalut rok. Itu sangat jenius. Ketika berjalan biasa menjadi rok, ketika mendaki jalan yang terjal, maka akan menjadi celana tanpa memperlihatkan lekuk kaki karena tertutup kain rok yang fleksibel. Mereka naik gunung dengan prinsip mereka. Namun, yang paling membedakan pendaki hijab rok ini bukanlah pakaiannya, tetapi niatnya untuk mendaki gunung. Alam bisa menambah rasa syukur mereka terhadap pencipta. Kalau pendaki lain menghabiskan malam di gunung dengan tidur sampai pagi, mereka meniatkan bangun sepertiga malam untuk tahajud sambil menggigil karena kedinginan, setelah itu masih menyempatkan diri membaca alquran. It’s a lifestyle with valuable values. Tren ini pun dibarengi dengan semakin banyaknya influencer dengan value yang sama. Peran Influencer dalam sebuah gaya hidup itu penting. Bagi Heriyanti & Wirapraja (2018: 141), pesan yang influencer berikan dapat mempengaruhi perilaku pengikutnya. Bagi beberapa hal, Influencer juga dapat memberikan jaminan keamanan bagi pengikutnya bahwa mereka tidaklah sendirian dan secara tidak langsung membentuk komunitas dengan visi yang sama. Bermunculannya influencer pendaki gunung dan traveler dengan pakaian syari seperti akun Instagram dailyalya dengan postingannya yang berfokus di naik gunung, jalan-jalan dan kajian keagamaan, seakan menambah karakteristik pendaki gunung yang mungkin selama ini tidak ada. Influencer  tersebut juga membantu para pendaki lainnya mengubah perspektif mereka terhadap pendaki berhijab dengan rok panjang. Bayangkan membuka media sosial dan melihat postingan dari pendaki berhijab dengan rok panjang lewat di explore anda dan postingan tersebut dilike oleh banyak orang. Pemikiran orang-orang perlahan berubah. Melihat rombongan pendaki melaksanakan ibadah di jalur pendakian bukan lagi menjadi hal aneh. Hal tersebut menjadi gaya hidup yang semakin umum. Para pendaki hijab dengan rok panjang sudah berjuang keras untuk prinsipnya, untuk gaya hidupnya. Mereka tidak kalah dengan keadaan dan mereka boleh bangga akan hal tersebut. Mereka telah membalut gunung dengan hijabnya. Kontributor : Fikri Maulana Editor  : Toto Budiman

Read More

Gaya Hidup Muslim: Harmoni Antara Iman dan Kehidupan Modern

Surabaya – 1miliarsantri.net: Gaya hidup Muslim atau Muslim lifestyle adalah cara hidup yang berpijak pada ajaran Islam sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lebih dari sekadar ritual ibadah, gaya hidup ini mencerminkan nilai-nilai spiritual, moral, sosial, dan bahkan ekonomi yang diajarkan dalam Islam. Di tengah arus globalisasi dan modernitas yang begitu cepat, gaya hidup Muslim hadir sebagai jalan tengah yang menyeimbangkan antara keimanan dan dinamika dunia modern. 1. Landasan Gaya Hidup Muslim Gaya hidup Muslim berakar pada dua sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah (ajaran dan teladan Nabi Muhammad SAW). Setiap aspek kehidupan seorang Muslim, mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur, diatur dalam kerangka nilai-nilai Islam. Hal ini meliputi akhlak, pola makan, berpakaian, hubungan sosial, hingga manajemen waktu dan keuangan. Prinsip utama dalam gaya hidup ini adalah tauhid (keyakinan akan keesaan Allah), yang kemudian mendorong setiap Muslim untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kesadaran bahwa hidup adalah bentuk pengabdian kepada Allah menjadikan setiap tindakan memiliki makna spiritual. 2. Keseimbangan Dunia dan Akhirat Salah satu ciri utama gaya hidup Muslim adalah upaya menyeimbangkan antara kebutuhan duniawi dan akhirat. Islam tidak melarang umatnya untuk sukses dalam hal dunia seperti bisnis, pendidikan, atau karier. Justru, Islam mendorong umatnya untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya, selama dilakukan dengan cara yang halal dan etis. Konsep ihsan (berbuat dengan sebaik-baiknya) mendorong seorang Muslim untuk selalu optimal dalam pekerjaan, disiplin dalam waktu, serta jujur dalam setiap transaksi. Prinsip ini sejalan dengan tuntutan kehidupan modern yang menekankan produktivitas dan profesionalisme. 3. Pola Hidup Sehat dan Bersih Islam sangat menekankan kebersihan dan kesehatan. Konsep thaharah (bersuci) tidak hanya berkaitan dengan wudhu atau mandi wajib, tetapi mencakup kebersihan tubuh, pakaian, makanan, dan lingkungan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim) Dalam hal makanan, gaya hidup Muslim mengedepankan konsumsi yang halal dan tayyib (baik dan sehat). Ini berarti tidak hanya memperhatikan aspek halal dari sisi hukum agama, tetapi juga memastikan makanan tersebut bergizi dan tidak membahayakan kesehatan. Saat ini, gaya hidup sehat ala Muslim menjadi tren tersendiri, seperti konsumsi makanan organik, herbal, dan alami yang sejalan dengan nilai halalan thayyiban. 4. Pakaian sebagai Identitas dan Etika Berpakaian dalam gaya hidup Muslim tidak sekadar soal mode, tetapi juga refleksi dari nilai etika dan identitas. Konsep berpakaian dalam Islam mengedepankan prinsip kesopanan, kesederhanaan, dan kehormatan. Bagi laki-laki dan perempuan, aurat harus dijaga sesuai dengan syariat. Tren fashion Muslim modern saat ini berhasil menyatukan nilai religius dengan selera gaya. Banyak brand lokal maupun internasional yang menghadirkan busana Muslim yang modis tanpa mengesampingkan nilai-nilai syar’i. Inilah bukti bahwa gaya hidup Muslim bisa tetap relevan dan dinamis di tengah tren global. 5. Hubungan Sosial dan Kemanusiaan Gaya hidup Muslim juga menekankan pentingnya menjalin hubungan sosial yang baik. Islam sangat menjunjung tinggi nilai kasih sayang, tolong-menolong, dan keadilan dalam masyarakat. Konsep ukhuwah (persaudaraan) mengajarkan bahwa seorang Muslim harus peduli terhadap sesama, terutama kaum lemah dan yang membutuhkan. Zakat, infak, dan sedekah bukan hanya kewajiban spiritual, tapi juga mekanisme sosial yang mampu menciptakan keadilan dan keseimbangan ekonomi dalam masyarakat. Gaya hidup Muslim mendorong umatnya untuk aktif dalam kegiatan sosial, menjadi pribadi yang bermanfaat, dan menjaga perdamaian. 6. Teknologi dan Digital Life dalam Gaya Hidup Muslim Di era digital, gaya hidup Muslim juga merambah dunia teknologi. Aplikasi pengingat salat, e-commerce halal, platform zakat digital, hingga influencer Muslim yang membagikan inspirasi hijrah di media sosial, adalah contoh nyata bahwa Islam mampu hadir dalam berbagai aspek kehidupan modern. Namun demikian, seorang Muslim tetap dituntut untuk bijak dalam menggunakan teknologi. Prinsip amanah (bertanggung jawab) dan hijab digital (etika dalam dunia maya) menjadi penting dalam menjaga adab dalam berselancar di dunia digital. 7. Kesimpulan Gaya hidup Muslim adalah manifestasi dari ajaran Islam yang menyatu dalam setiap aspek kehidupan. Ia bukan gaya hidup yang kaku atau kuno, melainkan fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, selama tetap berpijak pada nilai-nilai tauhid, etika, dan kemanusiaan. Di tengah tantangan global dan pengaruh budaya luar, gaya hidup Muslim hadir sebagai solusi untuk hidup yang lebih seimbang, bermakna, dan berkepribadian. Menjadi Muslim di zaman modern bukanlah halangan, justru menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam tetap relevan dan menyejukkan bagi dunia. Dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan dalam setiap aspek aktivitas, seorang muslim dapat tetap produktif, kreatif, dan terbuka pada perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri spiritualnya. Inilah harmoni yang mengajarkan kita bahwa kemajuan dan ketakwaan bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan berkah. Kontributor : Angga Setiawan Editor : Toto Budiman

Read More

Self Healing Islami: Menemukan Ketenangan Hati Lewat Ibadah Sehari-hari

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, istilah self healing makin sering terdengar. Banyak orang merasa butuh “menyembuhkan” diri dari stres, overthinking, atau luka batin yang menumpuk. Caranya bermacam-macam: ada yang liburan ke alam, menikmati kopi sendirian di kafe, atau memanjakan diri di rumah. Namun, bagi seorang Muslim, self healing sejati bukan hanya soal melepas penat secara fisik. Lebih dari itu, Islam mengajarkan cara merawat hati agar tetap tenang dan kuat, dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menariknya, nilai-nilai mindfulness yang kini ramai diperbincangkan di barat, sebenarnya sudah diajarkan Islam sejak berabad-abad lalu. Ibadah Harian Sebagai Penawar Stres Salah satu “obat” stres yang sering dilupakan adalah shalat khusyuk. Gerakan shalat yang teratur, dari takbir hingga salam, adalah latihan mindfulness yang mendalam. Saat shalat, kita diajak berhenti sejenak dari riuhnya urusan dunia, memusatkan hati hanya pada satu tujuan, yakni menghadap Sang Pencipta. Sholat khusyuk bukan hanya gerakan fisik, melainkan ibadah yang menghubungkan hati dengan Allah SWT. Orang yang khusyuk merasakan ketenangan, ketundukan, dan penghayatan bahwa ia sedang berdialog langsung dengan Tuhannya. Air wudhu yang membasuh wajah, tangan, kaki, dapat membersihkan bukan hanya hadas, tapi juga rasa penat. Ruku’, sujud, dan duduk di antara dua sujud melatih tubuh tetap lentur, sekaligus menenangkan pikiran. Tidak heran Rasulullah SAW menjadikan shalat sebagai penyejuk hati, penenang di tengah letihnya hidup. Selain shalat, dzikir dan doa juga menjadi penyangga jiwa. Dengan berdzikir, kita mengingat kembali siapa diri kita sebenarnya: hamba yang lemah tanpa pertolongan-Nya. Lafaz sederhana seperti Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar yang diulang pelan-pelan, bisa meredakan cemas. Begitu juga doa, ia menjadi cara paling jujur untuk menumpahkan isi hati, meminta pertolongan, dan melepas beban yang selama ini disimpan sendiri. Membaca Qur’an, Bersilaturahmi, dan Me Time yang Bermakna Bagi banyak orang, Al-Qur’an bukan hanya bacaan ibadah, tapi juga sahabat hati. Ayat-ayatnya yang lembut menenangkan pikiran, mengingatkan bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan. Kadang cukup beberapa ayat, lalu direnungi maknanya, hati sudah terasa lebih ringan. Selain mendekat pada Allah, Islam juga mengajarkan self healing lewat silaturahmi. Bercerita pada teman yang dipercaya, saling mendengar tanpa menghakimi, bisa membuat beban terasa setengah lebih ringan. Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan kita menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, sahabat. Dari situ, kita belajar bahwa self healing bukan hanya tentang “menyendiri”, tetapi juga tentang “berbagi”. Tentu saja, aktivitas me time juga perlu. Islam tidak melarang seseorang mengambil jeda. Nabi pun beristirahat, berjalan di alam, bercengkerama bersama sahabat. Jalan-jalan ke pegunungan, berkemah, sekadar ngopi di teras rumah, semuanya bisa jadi healing asal tidak melanggar batas syariat dan tidak berlebihan. Bahkan bisa menjadi ibadah bila diniatkan untuk menjaga amanah tubuh agar tetap sehat. Merawat Diri, Merawat Iman Di era digital, banyak orang merasa lelah tapi tak tahu cara istirahat. Gawai terus menyala, pikiran sulit diam, hati gelisah. Di sinilah pentingnya membangun kebiasaan kecil, seperti tidur yang cukup, makan sehat, dan menjauh sejenak dari layar ponsel. Semua ini bisa jadi ibadah jika diniatkan menjaga kesehatan demi tetap kuat beribadah. Pada akhirnya, self healing Islami bukan sekadar metode sesaat, tapi cara merawat iman setiap hari. Shalat lima waktu, dzikir, membaca Qur’an, silaturahmi, hingga merawat tubuh, semuanya saling terhubung. Kita diajak kembali pada diri sendiri, lalu kembali pada Allah. Karena sekuat apa pun kita berusaha menenangkan hati dengan cara dunia, kedamaian sejati tetap datang dari-Nya. Di tengah hiruk pikuk kehidupan, luangkan waktu untuk menepi. Tarik napas, ambil wudhu, dan sampaikan semua gelisahmu pada Dia Yang Maha Mendengar. Hati yang dekat dengan-Nya adalah hati yang selalu menemukan jalan pulang. Pada akhirnya, setiap dari kita sedang berproses untuk sembuh. Bukan hanya dari lelah fisik, tapi juga dari penatnya pikiran dan rapuhnya hati. Dan tak ada obat yang lebih manjur daripada kembali mengingat untuk apa kita diciptakan, yakni menjadi hamba, yang ketika lelah, selalu punya sandaran. Semoga setiap langkah kecil menuju ketenangan ini jadi bagian dari ibadah. Karena sebaik-baik istirahat bukan di dunia, tapi kelak saat kita pulang dalam keadaan damai dan dicintai oleh-Nya. Self healing Islami bukan sekadar upaya menenangkan diri, tetapi juga jalan mendekatkan hati kepada Allah SWT melalui ibadah sehari-hari. Dzikir, shalat, membaca Al-Qur’an, dan doa yang tulus menjadi sumber kekuatan batin yang mampu mengikis kegelisahan dan menumbuhkan ketenangan hakiki. Dengan menjadikan ibadah sebagai penopang jiwa, setiap ujian hidup dapat dihadapi dengan sabar, ikhlas, dan keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi hamba yang tawakal. Kontributor : Yesika Fara Editor : Toto Budiman

Read More

Hijab Skena: Modest Fashion yang Digemari GenZ

Surabaya – 1miliarsantri.net : Tren hijab di kalangan Gen Z berkembang menjadi lebih dari sekadar ekspresi religius. Dalam beberapa tahun terakhir, generasi muda yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini menjadikan hijab sebagai bagian dari gaya hidup, identitas sosial, sekaligus bentuk kebebasan berekspresi. Melalui media sosial dan komunitas daring, berbagai model hijab baru bermunculan dan membentuk apa yang kini populer disebut sebagai “hijab skena.” Hijab skena identik dengan gaya berpakaian yang estetik dan kekinian, namun tetap mengedepankan prinsip modesty. Ciri khas gaya ini antara lain penggunaan warna-warna pastel lembut, bahan hijab yang flowy seperti voal dan hycon, serta padu padan fashion seperti blouse oversized, straight pants, hingga sneakers chunky. Selain itu, pemakaian aksesori tambahan seperti totebag kain, anting jilbab, dan kacamata bening juga menjadi pelengkap gaya yang populer di kalangan Gen Z berhijab. Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari peran media sosial, terutama TikTok, Instagram, dan Pinterest. Berdasarkan laporan Statistik tahun 2024, sebanyak 78% remaja putri Indonesia usia 18–24 tahun mengaku mencari inspirasi gaya hijab melalui platform digital. Tak sedikit dari mereka yang mengikuti akun fashion hijab, tutorial styling, hingga video mini haul yang menampilkan padu padan hijab estetik. Gaya ini tidak hanya menunjukkan sisi kreatif, tetapi juga mencerminkan keinginan Gen Z untuk menyesuaikan identitas religius dengan tren masa kini. Di berbagai kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Bandung, mulai banyak bermunculan komunitas hijab Gen Z yang aktif berkegiatan. Komunitas ini biasanya berawal dari pertemanan di media sosial, lalu berkembang menjadi forum daring dan akhirnya bertransformasi menjadi ruang aktivitas offline. Kegiatan mereka cukup beragam, mulai dari workshop mix and match hijab, sesi foto estetik, hingga diskusi terbuka tentang self-love, kesehatan mental, dan pengembangan diri. Semua dilakukan dalam suasana yang terbuka dan saling mendukung, menjadikan komunitas hijab skena sebagai ruang aman bagi Gen Z untuk berekspresi tanpa tekanan. Di lingkungan kampus dan dunia kerja, gaya berhijab Gen Z juga mulai diterima secara luas. Gaya praktis dan rapi menjadi pilihan dominan, seperti penggunaan pashmina instan, hijab segi empat pre-iron, atau model turban santun yang tetap formal. Mereka cenderung memilih bahan ringan yang mudah dibentuk, seperti voal premium dan chiffon ceruti. Gaya ini memungkinkan mobilitas tinggi serta tetap sesuai dengan tuntutan profesionalisme di ruang akademik maupun korporat. Perubahan ini sejalan dengan meningkatnya kebijakan diversity and inclusion di institusi pendidikan dan perusahaan. Beberapa kampus bahkan menyediakan ruang shalat khusus dan memperbolehkan variasi pakaian religius selama tetap memenuhi standar tata busana akademik. Hal ini juga dapat ditemui di dunia kerja, makin banyak perusahaan yang mendukung pemakaian hijab dalam format casual professional, sebagai bagian dari identitas karyawan. Industri fesyen muslimah Tren hijab skena di kalangan Gen Z juga turut mendorong tumbuhnya wirausaha digital. Menurut laporan IQVIA tahun 2023, pertumbuhan industri fesyen muslimah di Indonesia naik 11% per tahun, dan hijab merupakan salah satu komoditas utamanya. Banyak dari pelaku bisnis ini adalah perempuan muda Gen Z yang menjalankan bisnis hijab online melalui marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram Shop. Mereka menggunakan pendekatan content marketing yang segar dan personal, seperti membuat video styling, review bahan hijab, hingga kolaborasi dengan mikro influencer lokal. Di sisi lain, geliat bisnis ini juga melahirkan berbagai brand lokal baru yang fokus pada produksi hijab estetik ramah kantong. Mereka tak hanya menjual produk, tapi juga membangun narasi melalui tagline yang menyuarakan kepercayaan diri, empowerment, dan cinta diri. Inilah yang menjadikan hijab skena tidak semata-mata fesyen, tetapi juga gerakan sosial yang mendukung semangat kewirausahaan dan pemberdayaan perempuan muda. Tren hijab dan literasi agama Dalam konteks pendidikan, tren hijab skena juga menyentuh dunia literasi agama. Survei yang dilakukan oleh Cakrawala Institute pada 2022 mencatat bahwa 54% muslimah Gen Z merasa tidak cukup mendapatkan literasi keislaman yang kontekstual di lingkungan formal. Hal ini mendorong komunitas hijab untuk mengadakan kelas tafsir, diskusi tentang nilai-nilai hijrah, serta pembelajaran tentang adab berpakaian secara interaktif. Semua dikemas dalam forum yang ringan dan ramah, dengan pendekatan non-doktrinal. Kegiatan ini juga disertai dengan kampanye tentang kesehatan mental, self-care, dan relasi tubuh, menandakan bahwa Gen Z tidak hanya fokus pada penampilan luar, tetapi juga memperhatikan keseimbangan batin. Mereka belajar memahami bahwa berhijab bukan semata simbol kesalehan, tetapi pilihan sadar yang dilandasi refleksi diri dan nilai spiritual yang personal. Namun, fenomena hijab skena juga tidak lepas dari kritik. Sebagian kalangan menilai bahwa gaya ini berisiko menggeser esensi hijab menjadi sekadar tren atau gaya hidup konsumtif. Isu lain seperti adanya tekanan sosial terhadap bentuk tubuh dan warna kulit juga muncul, terutama saat konten hijab estetik terlalu distandarisasi pada satu tipe penampilan. Meskipun begitu, Gen Z memiliki kesadaran kritis yang cukup tinggi untuk mengelola dinamika tersebut, termasuk membentuk wacana tandingan lewat media sosial tentang “hijab no filter” atau “hijab for all body types.” Ke depan, tren hijab skena diprediksi akan terus berkembang seiring laju digitalisasi dan kesadaran individu dalam membentuk identitas religius yang kontekstual. Gaya ini tidak lagi dimaknai sebagai dikotomi antara religius atau tidak, tetapi sebagai spektrum pemaknaan yang luas, inklusif, dan penuh warna. Dengan dorongan komunitas, kreativitas digital, dan kesadaran spiritual yang terus berkembang, hijab di kalangan Gen Z bertransformasi menjadi simbol kekuatan narasi baru. Narasi yang menempatkan perempuan muslimah muda sebagai agen perubahan, baik di ranah sosial, ekonomi, maupun budaya. Bukan sekadar menutupi kepala, tetapi juga membuka jalan bagi ekspresi yang otentik, sadar, dan bermakna. Kontributor : Saputra Editor : Toto Budiman

Read More