
3 Teknologi Pendidikan yang Mengubah Cara Santri Belajar di Era Digital
Bogor – 1miliarsantri.net : Di tengah gempuran arus digital, dunia pesantren tak lagi terpaku pada cara belajar tradisional. Kitab kuning masih dibaca, halaqah tetap berjalan, tapi kini ditemani teknologi pendidikan yang memperkaya cara santri menyerap ilmu. Transformasi ini bukan soal mengganti nilai-nilai lama, tapi soal beradaptasi dan memperkuat pendidikan dengan alat baru di era digital. Di banyak pesantren dan sekolah berbasis Islam, teknologi pendidikan mulai menjadi bagian dari proses belajar. Dari platform e-learning, video pembelajaran, sampai kecerdasan buatan (AI), semuanya membuka peluang baru bagi santri untuk belajar lebih luas dan mendalam. Berikut tiga teknologi pendidikan yang paling terasa dampaknya dalam dunia santri dan pendidikan Islam secara umum: 1. Platform E-Learning: Belajar Tanpa Batas Waktu dan Tempat Dulu, proses belajar santri hanya terjadi di kelas atau halaqah. Kini, lewat platform e-learning seperti Google Classroom, Moodle, atau bahkan platform buatan pesantren sendiri, santri bisa mengakses materi kapan pun. Beberapa pesantren modern seperti Gontor, Al Hikam, atau Daarut Tauhiid sudah mulai mengembangkan sistem pembelajaran daring sendiri. Santri bisa mengulang materi tafsir, mendownload kitab dalam bentuk PDF, atau mengikuti ujian secara daring. Bahkan, jadwal kajian dan penugasan bisa dikontrol lewat ponsel. Hal ini tidak hanya membantu dalam fleksibilitas belajar, tetapi juga membentuk kemandirian belajar bagi santri. Mereka belajar mengatur waktu, memilih materi sesuai kebutuhan, dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. 2. Video Pembelajaran dan Konten Edukatif: Ulama di GenggamanDi era YouTube dan TikTok, belajar agama tidak hanya dari pengajian langsung. Banyak ustaz, kiai, bahkan pesantren kini aktif membagikan ceramah pendek, penjelasan istilah kitab, hingga tips menghafal Al-Qur’an dalam bentuk video. Contohnya, channel seperti Santri Gayeng, Ustadz Adi Hidayat, atau Buya Yahya banyak diakses oleh pelajar dan santri di seluruh Indonesia. Mereka menyampaikan materi secara ringkas, menarik, dan mudah diakses, cocok untuk generasi yang visual dan cepat bosan membaca panjang-panjang. Konten ini tidak menggantikan pengajian langsung, tapi menjadi pendamping belajar yang sangat membantu, terutama saat santri belajar mandiri atau mengulang pelajaran di luar jam kelas. 3. Kecerdasan Buatan (AI): Asisten Belajar yang Siaga 24 Jam Mungkin terdengar futuristik, tapi AI sudah mulai masuk ke dunia pendidikan. ChatGPT, misalnya, bisa membantu menjelaskan ulang materi, meringkas kitab, atau menjawab pertanyaan secara instan. Tentu saja, santri tetap perlu bimbingan guru agar tidak salah paham, tapi teknologi ini bisa jadi penolong awal saat belajar mandiri. Beberapa startup edtech di Indonesia bahkan sedang mengembangkan aplikasi belajar Islam berbasis AI yang bisa menyesuaikan materi dengan tingkat pemahaman siswa. Yang paling menarik, AI juga bisa digunakan untuk membuat soal latihan otomatis, menerjemahkan istilah Arab ke bahasa Indonesia, bahkan membaca teks dari gambar kitab. Baca juga : edutekno/aplikasi-ruangguru-solusi-edukasi-yang-dikemas-dalam-platform-digital/ Jangan Lupa: Teknologi Adalah Alat, Bukan Tujuan Semua kemajuan ini sangat membantu, tapi tetap harus diiringi akhlak dan pemahaman. Santri tetap harus menjaga adab belajar, tidak menggantungkan segalanya pada mesin, dan tetap menghormati guru sebagai sumber utama ilmu. Teknologi tidak boleh membuat manusia malas berpikir. Justru dengan alat-alat canggih ini, santri bisa lebih efisien, lebih terarah, dan lebih produktif, selama digunakan dengan niat dan cara yang benar. Transformasi digital di dunia santri bukan ancaman, tapi peluang. Dengan hadirnya e-learning, konten edukatif, dan kecerdasan buatan, cara belajar jadi lebih dinamis dan menyenangkan. Generasi santri hari ini bukan hanya penerus ilmu agama, tapi juga pionir perubahan yang mampu berdiri di dua kaki: iman dan teknologi. Di tangan para santri yang berakhlak dan berpikiran terbuka, teknologi tak lagi menakutkan. Ia menjadi sahabat dalam menuntut ilmu dan alat untuk menebar kebaikan. (***) Penulis: Salwa Widfa Utami Foto Ilustrasi AI Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah