Pengungsi Gaza Semakin Terpuruk, Tenda Pengungsian Tergenang Banjir

Gaza — 1miliarsantri.net : Penderitaan warga Palestina semakin bertambah di tengah pemboman Israel yang terus berlangsung. Tenda-tenda kemah untuk warga di tempat pengungsian di Rafah, Jalur Gaza selatan, tergenang banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Gaza. Seorang pengungsi Palestina, Yasmin Mhani, mengatakan dia terbangun di malam hari dan menemukan anaknya yang berusia tujuh bulan basah kuyup. Keluarganya yang beranggotakan lima orang itu berbagi satu selimut setelah rumah mereka dihancurkan oleh serangan udara Israel. “Rumah kami hancur, anak kami menjadi syahid dan saya tetap menghadapi semuanya. Ini adalah tempat kelima yang harus kami tuju, mengungsi dari satu tempat ke tempat lain, hanya dengan mengenakan kaus oblong,” terangnya sambil menggantungkan pakaian basah di luar tendanya. Sementara Aziza al-Shabrawi, salah satu pengungsi lainnya, mencoba dengan sia-sia mengeluarkan air hujan dari tenda keluarganya. Ia terus mengeluarkan air sambil menunjuk pada kedua anaknya yang hidup dalam kondisi genting. “Putra saya sakit karena kedinginan dan putri saya bertelanjang kaki. Kita seperti pengemis. Tidak ada yang peduli, tidak ada yang membantu,” ujar pria berusia 38 tahun itu.“ Cuaca membawa lebih banyak cobaan bagi keluarga-keluarga yang mengungsi ke selatan Jalur Gaza. Angin dingin merobek tenda-tenda tipis mereka, sementara hujan membasahi pakaian dan selimut mereka. ‘’Hujan deras dan angin dingin di Gaza semalam (Rabu, 13/12/2023) telah memperburuk penderitaan keluarga-keluarga Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sekarang mereka meringkuk di tenda-tenda yang rapuh dan kebanjiran,’’ imbuhnya. Di tenda kemah di Rafah, yang terletak di daerah berpasir yang dipenuhi sampah, orang-orang terlihat berusaha memulihkan diri dari malam yang mengerikan. Mereka membikin benteng pasir dengan cetakan ember untuk menutupi genangan air di dalam atau di sekitar tenda mereka. Beberapa keluarga mempunyai tenda yang layak, namun ada pula yang hanya menggunakan plastik tipis tembus pandang. Plastik yang sesungguhnya hanya diperuntukan untuk membungkus barang. Pakaian-pakain basah bergelantung di tenda-tenda. Banyak tenda yang tidak memiliki alas, sehingga orang-orang bermalam dengan meringkuk di atas pasir basah. (zul) Baca juga :

Read More

Sebanyak 192 Masjid Dihancurkan Zionis Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Pasukan zionis Israel telah menghancurkan sebanyak 192 masjid di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lali. Ini belum termasuk bangunan-bangunan lain, seperti klinik, rumah sakit, gedung sekolah, rumah-rumah warga yang juga tak luput dari pengeboman. Dua hari yang lalu, pesawat tempur Israel meluncurkan serangan terhadap Masjid Omari di Kota Tua Kota Gaza. Serangan Israel menghancurkan sebagian besar dari masjid tersebut. English Al Mayadeen mengatakan, serangan pada tempat ibadah tersebut dilakukan Israel dengan dalih menyerang markas Hamas. “Media Israel melaporkan bahwa Pasukan Pendudukan Israel telah menghancurkan 192 masjid selama masa agresi dengan dalih menyerang terowongan Hamas di bawahnya,” demikian keterangannya. Masjid Omari didirikan lebih dari 1.400 tahun yang lalu. Masjid Omari ini dianggap sebagai salah satu masjid terbesar dan paling kuno di Gaza dan masjid terbesar ketiga di Palestina yang diduduki setelah Masjid Al-Aqsha dan Ahmed Pasha Al-Jazzar di Acre. Penduduk setempat menyebut masjid itu sebagai Masjid Al-Aqsha Kecil, karena kemiripannya dengan Masjid Al-Aqsha di Al-Quds. Otoritas Gaza pun mendesak badan PBB di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, UNESCO untuk melindungi situs-situs bersejarah di wilayah Palestina. “Kejahatan yang menargetkan dan menghancurkan situs arkeologi harus mendorong dunia dan UNESCO mengambil tindakan untuk melestarikan warisan peradaban dan budaya yang besar ini,” kata Kementerian Pariwisata dan Purbakala Gaza. Otoritas setempat juga memperkirakan, dari ratusan gempuran Israel pada masjid-masjid di Gaza, setidaknya sudah 104 masjid yang hancur total akibat agresi tersebut. Selain itu, baru-baru ini, Israel menghancurkan masjid lain di kamp New Nuseirat di Gaza tengah. Deretan masjid-masjid terkemuka yang menjadi sasaran agresi Israel di antaranya yakni Masjid Imad Aql di Gaza utara, Masjid Al-Furqan di kamp Bureij di Gaza tengah, Masjid Al-Nuseirat, Masjid al-Yarmouk, Masjid Abbas, Masjid Sheikh Ahmed Yassin di kamp Al-Shati, Masjid Tawbah di kamp Jabaliya, serta tiga masjid lainnya di Khan Younis, termasuk Masjid al-Amin. Dikutip Aljazeera, seorang warga Palestina di Gaza mengaku marah atas aksi Israel pada masjid bersejarah tersebut. Ia mengklaim Israel tengah mencoba menghapus memori warga setempat. “Saya beribadah di sana dan bermain-main di sana sepanjang masa kecil saya,” tutur Ahmed Nemer (45). Masjid Al Omari dibangun lebih dari 1400 tahun yang lalu. Masjid ini adalah salah satu masjid terbesar dan tertua di Gaza dan masjid terbesar ketiga di Palestina setelah Masjid Al Aqsa dan Ahmad Basha Al-Jazzar di Akka. Jamaah biasanya berbondong-bondong ke Masjid Al Omari dari wilayah utara dan selatan sektor ini. Mereka menempuh jarak jauh untuk melaksanakan salat di masjid ini demi melakukan kegiatan keagamaan yang diselenggarakan selama bulan Ramadan. Warga Gaza menyebut Al Omari sebagai “Masjid Al Aqsa Kecil” karena kemiripannya dengan Masjid Al Aqsa di Al Quds yang sampai saat ini masih di bawah pendudukan Israel. (zul/AZ) Baca juga :

Read More

Pemerintah Kerajaan Saudi Melakukan Pemeliharaan Rutin Ka’bah Jelang Musim Haji 2024

Riyadh — 1miliarsantri.net : Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tengah melakukan pemeliharaan rutin Kakbah. Pekerjaan mulai dilakukan sejak Sabtu (09/12/2023) di bawah pengawasan Departemen Manajemen Proyek Kementerian Keuangan Saudi dengan lembaga pemerintah lainnya. Pemeliharaan berkala tersebut merupakan upaya berkelanjutan dari komitmen Pemerintahan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dalam merawat dan memuliakan Kakbah, menjaga kesucian dan seluruh elemen agar tetap dalam kondisi optimal. Mengutip Saudi Press Agency, sejak berdiri pada 1438 H, Departemen Manajemen Proyek sudah aktif mengawasi proyek perluasan Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah atas pengarahan Raja Salman. Departemen Manajemen Proyek juga mengawasi pekerjaan renovasi berkala unsur-unsur Kakbah sebelumnya yang dilaksanakan pada bulan Syawal 1440 H dan Dzulhijjah 1442 H. Pekerjaan konstruksi yang tengah berlangsung di sekitar Kakbah tidak terlihat karena tertutup pagar tinggi. Selain itu, Hijr Ismail di sisi utara Ka’bah juga akan ditutupi. Akibat renovasi tersebut, sementara jamaah tidak dapat menyentuh Kakbah dan melihat Hajar As-Wad. Namun, jamaah masih dapat melakukan tawaf atau mengeliling Kakbah, serta ibadah lainnya tanpa hambatan apapun. Melihat akun X @HaramainInfo, disebutkan proses perawatan Kakbah akan memakan waktu kurang lebih selama 10 hari. “Pengerjaan ka’bah akan berlangsung selama kurang lebih 10 hari,” bunyi keterangan Info Haramain. Dalam renovasi tersebut, hanya pekerja yang diberi wewenang khusus yang dapat memasuki wilayah tersebut selama masa konstruksi. Pekerjaan renovasi ini merupakan upaya signifikan yang bertujuan untuk memastikan pelestarian dan pemeliharaan tempat bersejarah tersebut. (dul/SPA) Baca juga :

Read More

Resolusi PBB Mengenai Gencatan Senjata Israel Hamas Diharapkan Bisa Disetujui

New York — 1miliarsantri.net : Palestina berharap pemungutan suara yang dilaksanakan Majelis Umum PBB mengenai resolusi yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan di Gaza menjadi bentuk dukungan global yang luas untuk mengakhiri perang Israel-Hamas, yang kini memasuki bulan ketiga. Sebelumnya pada Jumat (8/12/2023), Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan. Negara-negara Arab dan Islam kemudian menyerukan sidang darurat Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 negara pada Selasa (12/12/2023) sore untuk melakukan pemungutan suara mengenai resolusi yang menuntut gencata senjata di Gaza. Berbeda dengan resolusi Dewan Keamanan, resolusi Majelis Umum tidak mengikat secara hukum. Namun, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, pesan-pesan yang disampaikan dalam majelis tersebut sangat penting dan mencerminkan opini dunia. Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, pada Ahad (10/12/2023) mengatakan kepada Associated Press, resolusi yang gagal di Dewan Keamanan disponsori oleh 103 negara. Dia berharap akan ada lebih banyak sponsor dan suara yang tinggi untuk resolusi Majelis Umum pada Selasa. Pada 27 Oktober, Majelis Umum PBB menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza yang mengarah pada penghentian permusuhan. Ketika itu, hasil pemungutan suara 120-14 dengan 45 abstain. Ini adalah tanggapan pertama PBB terhadap perang Gaza. Setelah empat kali gagal, Dewan Keamanan PBB pada 15 November mengadopsi resolusi pertama setelah pecahnya perang Israel-Hamas. Dewan Keamanan menyerukan jeda kemanusiaan yang mendesak dan jangka panjang di Gaza untuk mengatasi meningkatnya krisis bagi warga sipil Palestina selama serangan udara dan darat Israel. Pemungutan suara di dewan yang beranggotakan 15 orang itu menghasilkan skor 12-0 dan Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia abstain. Amerika Serikat dan Inggris mengatakan mereka abstain karena resolusi tersebut tidak mengutuk serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Sementara Rusia karena kegagalan Dewan Keamanan menuntut gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Seruan gencatan senjata semakin meningkat seiring dengan meningkatnya korban gugur di tengah serangan Israel untuk melenyapkan Hamas di Gaza. Pada Jumat, AS memveto resolusi Dewan Kemananan PBB untuk gencatan senjata di Gaza, dengan hasil pemungutan suara adalah 13-1, sementara Inggris abstain. Pertemuan dan pemungutan suara Dewan Keamanan pada Jumat lalu merupakan tanggapan terhadap surat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang menggunakan Pasal 99 Piagam PBB. Hal ini memungkinkan seorang sekjen PBB untuk menyampaikan ancaman yang ia lihat terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Gutteres memperingatkan adanya bencana kemanusiaan di Gaza dan mendesak dewan tersebut untuk menuntut gencatan senjata kemanusiaan. Guterres mengatakan, dia mengangkat Pasal 99 karena ada risiko tinggi terjadinya keruntuhan total sistem dukungan kemanusiaan di Gaza. Pasal ini belum pernah digunakan di PBB sejak 1971. PBB memperkirakan krisis kemanusiaan di Gaza akan mengakibatkan gangguan total ketertiban umum dan meningkatnya tekanan untuk melakukan pengungsian massal ke Mesir. “Gaza berada pada titik puncaknya dan orang-orang yang putus asa berada dalam risiko kelaparan yang serius,” kata Guterres. Guterres menekankan, serangan lintas batas Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tidak akan pernah dijadikan pembenaran atas hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina. Serupa dengan resolusi Dewan Keamanan, rancangan resolusi Majelis Umum tidak menyebutkan Hamas atau serangan 7 Oktober terhadap Israel. Resolusi mengungkapkan keprihatinan besar atas situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Jalur Gaza dan penderitaan penduduk sipil Palestina. Resolusi iu mengatakan bahwa rakyat Palestina dan Israel harus dilindungi sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional. Selain gencatan senjata kemanusiaan, resolusi tersebut menuntut agar semua pihak mematuhi hukum kemanusiaan internasional. Terutama yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil, pembebasan semua sandera segera dan tanpa syarat, serta memastikan akses kemanusiaan di Gaza. (sam/AP) Baca juga :

Read More

Brigade Al Qassam Hancurkan Lebih dari 180 tank Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, telah menghancurkan lebih dari 180 kendaraan tempur Israel di Jalur Gaza. Hal itu disampaikan juru bicara Brigade al-Qassam, Abu Ubaida. “Para pejuang kami telah menghancurkan secara keseluruhan atau sebagian lebih dari 180 kendaraan tempur dalam 10 hari terakhir setelah berakhirnya gencatan senjata kemanusiaan,” ujarnya, Senin (11/12/2023). Dia menambahkan, pasukan perlawanan sekarang berada dalam jarak dekat dengan musuh di dekat Beit Lahia, Deir al-Balah, Jabalia, Syekh Rawdan, al-Zeitun, Khan Yunis, dan mereka mengalami kerugian besar. “Orang-orang Palestina melakukan penyergapan dan meledakkan ranjau di jalan militer Israel, melakukan penembak jitu dan senapan mesin ke arah pasukan Israel. “Musuh gagal di semua bagian garis depan dan akan benar-benar dikalahkan jika tidak menghentikan agresinya,” lanjutnya. Ia menegaskan Israel, dalam aksinya, tidak akan dapat membebaskan dengan paksa seorang tentara pun yang ditawan pada tanggal 7 Oktober. “Pertukaran tawanan dapat dilanjutkan hanya dengan syarat-syarat dari Hamas,” pungkasnya. (zul) Baca juga :

Read More

Israel Hancurkan Jalanan utama Kota Rafah

Rafah — 1miliarsantri.net : Pasukan zionis Israel melancarkan serangan udara ke kota Rafah di pinggiran Gaza, pada Ahad (10/12/2023) dini hari pukul 02.00 waktu setempat. Serangan udara ini adalah situasi yang menyedihkan bagi para pengungsi yang pindah ke Kota Rafah dari Khan Younis di Gaza selatan. Wartawan Aljazirah, Hani Mahmoud, melaporkan dari Rafah bahwa ada sekitar 30 serangan udara menghancurkan dua jalan utama yang menghubungkan Kota Rafah ke Khan Younis dan seluruh Jalur Gaza. Kondisi ini membuat pergerakan menjadi sangat sulit bagi orang-orang yang mencoba mengungsi dari Khan Younis ke Rafah. Ada kekhawatiran yang semakin besar bahwa operasi militer Israel akan meluas ke Kota Rafah. Masyarakat khawatir hal ini akan menyebabkan pengungsian permanen mereka, karena tidak ada tempat lain yang bisa mereka tuju kecuali perbatasan dengan Mesir. Semenara itu gambar-gambar terbaru dari Jalur Gaza yang berhasil diperoleh Aljazirah memperlihatkan asap tebal dari pengeboman Israel terlihat di langit dari berbagai wilayah kantong yang terkepung pada hari ini. Serangan Israel sepanjang Sabtu (9/12/2023) telah menewaskan puluhan orang di Gaza tengah, menurut laporan kantor berita WAFA. Dari Khan Younis dilaporkan setidaknya 10 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di wilayah tersebut. Serangan udara Israel menghantam sebuah rumah di Khan Younis. “Selain menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina, serangan tersebut juga melukai puluhan lainnya,” kata kantor berita WAFA melaporkan mengutip sumber medis. WAFA juga melaporkan bahwa sejumlah korban serangan Israel yang belum dikonfirmasi masih hilang di bawah reruntuhan di sebelah barat Khan Younis. Kota Khan Younis, yang saat ini menampung puluhan ribu warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran di Gaza utara, telah menjadi fokus serangan tanpa henti dari militer Israel. (zul/AZ) Baca juga :

Read More

Terhitung 36 Tahun Perlawanan Rakyat Palestina Kepada zionis, dari Batu hingga Taufan Al-Aqsa

Gaza — 1miliarsantri.net : Pada 8 Desember lalu menandai peringatan intifada pertama (intifada batu) yang diperjuangkan rakyat Palestina atas penolakan terhadap penjajahan pada 1987. Rakyat Palestina harus membayar mahal perlawanan tersebut. Namun, mereka tidak berhenti untuk melakukan perlawanan demi perlawanan. Rakyat Palestina memulai perlawanan engan batu lalu beralih ke perjuangan bersenjata. Kemudian, kemampuan militer mulai berkembang menjadi rudal, yang berujung pada Pertempuran Thufanul Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023. Di sisi lain, teroris Israel kian bringas dengan melakukan pembunuhan, penganiyaan, penangkapan, penghancuran rumah, hingga genosida di Jalur Gaza. Percikan perlawanan terjadi di Gaza, ketika sebuah truk militer Israel menabrak kendaraan yang membawa para pekerja Palestina yang kembali ke Jalur Gaza dari tempat kerja mereka di Israel. Peristiwa itu membuat empat warga Palestina syahid dan tujuh luka-luka. Intifada pertama meletus dan bergerak ke Tepi Barat. Intifada pertama kala itu, rakyat Palestina masih mengandalkan batu, meski sudah ada pula yang menggunakan senjata rakitan. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Nasional Palestina, 1.550 warga Palestina menjadi syahid selama intifada, yang apinya mereda dengan dimulainya proses politik dan penandatanganan Perjanjian Oslo pada September 1993. Sekitar 100.000 orang ditangkap, dan hampir 70.000 orang terluka. Data organisasi hak asasi manusia Israel B’Tselem menunjukkan, 741 rumah warga Palestina dibongkar dan ditutup sebagai hukuman terhadap aktivis Intifada, selain sekitar 1.800 rumah yang dibongkar dengan dalih membangun tanpa izin. B’Tselem menunjukkan, puluhan ribu warga Palestina disiksa selama penangkapan, dan 383 warga radikal Israel dan tentara Israel tewas. Dalam Pertempuran Thuufanul Al-Aqsa, tentara teroris Israel membunuh lebih dari 16.200 warga Palestina, melukai puluhan ribu orang, dan menghancurkan sekitar 280.000 unit rumah di Jalur Gaza. Perlawanan Palestina tidak berhenti di Intifada Batu. Namun, setelah itu mereka bangkit memperjuangkan pembebasan Masjid Al-Aqsa dari yahudisasi pada 1996. Mereka mereka bangkit mendukung Masjid Al-Aqsa pada 2000. Sementara Tepi Barat menjadi saksi serangkaian aksi perlawanan, Gaza berperang berturut-turut. Namun perlawanan Palestina belum membawa ke pembentukan sebuah negara. Jika PLO menganggap Otoritas Palestina sebagai inti, mengapa Palestina terus mengulangi pengalaman yang sama? Mahmoud Fatafta, seorang peneliti di bidang media dan politik, berkata, “Iman dan kebebasan adalah hal paling berharga yang dimiliki seseorang, dan siapa pun yang mempertahankan keyakinannya akan berusaha mencapai kebebasannya.” “Rakyat Palestina telah berupaya mencapai kebebasan mereka, bahkan jika mereka menghadapi kesulitan dan penderitaan, selama lebih dari satu abad, khususnya dengan dimulainya mandat Inggris terhadap penjajahan Israel,” lanjutnya. Dia melanjutkan Israel selalu menghancurkan tempat itu, membunuh orang Palestina, atau mengusirnya ke diaspora. Namun, mereka tidak menyerah, dan meskipun dalam kondisi yang keras, mereka bangkit dan menyulut perlawanan di setiap kesempatan ketika merasakan bahaya meningkat. Fatafta menilai, wajar bagi setiap orang untuk membela kemanusiaan dan harkat dan martabatnya. Semangat itu makin diperkuat saat umat Islam di Palestina menyaksikan teroris Israel dan warga Israel hampir setiap hari menodai Masjid Al-Aqsa. Hal itu membuat rakyat Palestina kebal dan terus melakukan perlawanan. Fatafta membandingkan dua perlawanan populer pada 1987 dan 2023 serta tanggapan Israel pada periode yang sama. Dia mengatakan, perlawanan rakyat Palestina selalu diikuti peningkatan agresi, diversifikasi dalam penggunaan alat-alat pembunuh dan penghancur, dan perluasan upaya-upaya untuk melakukan agresi. “Ada pergeseran respons Israel dari pembunuhan individu dan penghancuran sebagian, dalam serangan sebelumnya, menjadi perang genosida, sebagai respons terhadap pertempuran Thufanul Al-Aqsa,” katanya. Hal itu disebabkan Israel melihat ada ancaman nyata terhadap perlawanan rakyat Palestina. Perlawanan Palestina jauh lebih besar dibandingkan intifada sebelumnya. Namun, kata dia, perlawanan Palestina membuahkan hasil. Misalnya pencapain militer faksi pejuang Palestina saat ini yang bisa menggempur militer Israel di Jalur Gaza. Demikian juga kesepakatan pertukaran tahanan yang merupakan satu kemenangan bagi rakyat Palestina. (zul) Baca juga :

Read More

Masjid Otsman bin Qashqar yang dibangun tahun 1220 Masehi Dihancurkan Tentara Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Tentara zionis Israel kembali menghancurkan Masjid Otsman bin Qashqar yang berada di kota tua Kota Gaza yang dibom oleh teroris Israel pada Kamis (07/12/2023). Masjid tersebut merupakan masjid bersejarah yang dibangun pada 620 Hijriyah (1220 Masehi). “Arkeologi kuno Masjid Otsman bin Qashqar di kota tua Kota Gaza hari ini dibom oleh pesawat tempur Israel, yang juga menyebabkan korban jiwa dan kerusakan pada rumah-rumah di sekitarnya,” terang kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya. Masjid Otsman bin Qashqar terletak di lingkungan al-Zaytoun, sebelah timur Kota Gaza. “Masjid ini dibangun pada tahun 620 Hijriyah (1220 M). Meskipun luasnya kecil, tapi merupakan salah satu masjid dan situs arkeologi tertua di Jalur Gaza,” lanjutnya. Masjid Ostman bin Qashdar berdiri di dekat Masjid Agung Al Omari yang sudah terlebih dulu hancur akibat agresi Israel. Sejak memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023, pesawat-pesawat tempur Israel telah menghancurkan puluhan situs arkeologi dan bangunan-bangunan bersejarah di wilayah tersebut. Tindakan Israel dipandang sebagai upaya terang-terangan dan disengaja untuk menargetkan warisan budaya Palestina. Menurut Kementerian Kebudayaan Palestina, sejauh ini pesawat tempur Israel sudah mengebom delapan museum, termasuk Museum Rafah, Museum Al Qarara, dan Museum Khan Younis. Israel pun menghancurkan sebagian besar Kota Tua Kota Gaza, termasuk puluhan bangunan bersejarah. Sembilan penerbit dan perpustakaan di Gaza juga telah hancur dibombardir Israel. Sedikitnya 21 pusat kebudayaan di sana pun mengalami kerusakan total atau sebagian. (zul) Baca juga :

Read More

Hampir Seluruh Warga Gaza Terserang Penyakit Karena Tidak Berfungsinya Beberapa Rumah Sakit

Gaza — 1miliarsantri.net : Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) untuk Tepi Barat dan Gaza, Richard Pepperkorn mengatakan intensitas pengeboman Israel di wilayah selatan Palestina terus meningkat usai gencatan senjata berakhir. Dia menyanpaikan, rumah sakit banyak yang tidak berfungsi dan warga Palestina kini menghadapi wabah penyakit. “Situasinya semakin memburuk dari jam ke jam. Ada pengeboman intensif yang terjadi di sekitar, termasuk di sini di daerah selatan, Khan Younis dan bahkan di Rafah,” terang Pepperkorn, Jumat (08/12/2023). Ia menambahkan, sebanyak 18 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza berfungsi dalam kapasitas yang amat terbatas. Sementara tiga rumah sakit hanya menyediakan pertolongan pertama dasar, sedangkan sisanya memberikan layanan parsial. Lalu 12 dari 18 rumah sakit itu berada di selatan. Hanya sekitar 1.400 tempat tidur rumah sakit yang masih tersedia di Jalur Gaza. Pepperkorn mengatakan bahwa sejak dimulainya perang, warga Palestina kini menghadapi wabah penyakit. Sebanyak 120.000 orang dilaporkan mengalami infeksi pernapasan akut; hampir 26.000 orang dengan kudis. Kemudian ada 86.000 kasus diare, termasuk 44.000 di antara anak-anak berusia di bawah lima tahun, yang 20 hingga 30 kali lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sementara itu, terdapat sekitar 1.150 kasus penyakit kuning bersama dengan kasus cacar air, ruam kulit, dan meningitis. Dalam laporan WAFA, Juru Bicara UNICEF James Elder mengatakan bahwa penampungan korban perang kian padat. “Dalam dua jam ada 5.000 orang, di mana tidak ada seorang pun sebelumnya. Secara kritis di tempat-tempat ini, tidak ada sanitasi,” imbuhnya. Ia mengatakan bahwa di satu tempat penampungan di Gaza dengan jumlah 30.000 pengungsi, hanya memiliki satu toilet untuk kira-kira setiap 400 orang, yang berarti antrean hingga lima jam. Menurutnya, Israel mengarahkan warga sipil ke wilayah yang telah ditetapkan sebagai zona aman, tetapi yang tidak memiliki toilet atau air bersih. Hal ini menciptakan badai yang sempurna untuk wabah penyakit. Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) mencatat lebih dari 16.508 orang meninggal dunia dengan sebagian besar korban tercatat di kalangan perempuan dan anak-anak. Sebanyak lebih dari 46 ribu orang luka-luka, 1,6 juta warga sipil mengungsi. (zul) Baca juga :

Read More

Keluarga Sandera Israel Marah dan Kecam Netanyahu

Tel Aviv — 1miliarsantri.net : Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu dengan keluarga sandera yang telah kembali pada Selasa (5/12/2023). Pertemuan ini digambarkan oleh beberapa dari mereka yang hadir sebagai pertemuan yang keras dan penuh kemarahan. Pertemuan itu terjadi ketika pertempuran kembali terjadi di Jalur Gaza setelah jeda tujuh hari yang mengakibatkan kembalinya lebih dari 100 sandera dari daerah kantong tersebut. Nasib 138 sandera lain yang masih tertinggal di Gaza belum jelas. “Saya mendengar cerita yang membuat hati saya patah, saya mendengar tentang rasa haus dan lapar, tentang kekerasan fisik dan mental. Saya mendengar dan Anda juga mendengar, tentang kekerasan seksual dan kasus pemerkosaan brutal yang tidak pernah terjadi sebelumnya,” ungkapnya. Namun, nyatanya, dalam pertemuan itu, beberapa kerabat yang menghadiri pertemuan tersebut sangat kritis terhadap pemerintah. Dani Miran yang putranya Omri disandera pada 7 Oktober bersama dengan sekitar 240 warga Israel dan orang asing lainnya mengatakan, dia merasa intelijen Israel telah dihina oleh pertemuan tersebut dan keluar di tengah-tengah pertemuan. “Saya tidak akan menjelaskan secara perinci apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut, tetapi keseluruhan kinerja ini buruk, menghina, berantakan,” kata Miran kepada Channel 13 Israel. Miran mengatakan, pemerintah telah membuat “lelucon” mengenai masalah itu. “Mereka bilang ‘kami sudah melakukan ini, kami sudah melakukan itu.’ (Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya) Sinwar adalah orang yang mengembalikan rakyat kami, bukan mereka. Saya marah karena mereka mengatakan bahwa mereka mendikte sesuatu. Mereka tidak mendikte satu langkah pun,” ujarnya. Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai forum bagi para sandera yang dibebaskan untuk menceritakan kepada para menteri tentang pengalaman mereka selama disandera. Sebuah kelompok yang mewakili keluarga sandera mengeluarkan serangkaian kutipan tanpa nama yang dikatakan diambil dari pernyataan beberapa mantan sandera pada pertemuan tersebut. Kutipan tersebut menceritakan penganiayaan yang dilakukan Hamas terhadap para tawana. Namun pertemuan tersebut dibayangi oleh emosi keluarga yang khawatir dengan nasib kerabat mereka yang masih ditahan. “Itu adalah pertemuan yang sangat bergejolak, banyak orang berteriak,” kata Jennifer Master yang rekannya Andrey menjadi sandera di Gaza. Israel mengatakan, sejumlah perempuan dan anak-anak masih berada di tangan Hamas. Sementara keluarga yang memiliki kerabat laki-laki dewasa yang disandera telah menyerukan agar mereka tidak dilupakan. “Kami semua berusaha memastikan orang-orang yang kami cintai pulang ke rumah. Ada yang menginginkan perempuan yang ditinggalkan atau anak-anak yang ditinggalkan, dan ada pula yang mengatakan kami menginginkan laki-laki,” kata Master kepada Channel 12. (yud) Baca juga :

Read More