How to Speak English Politely — The Adab Way

Bondowoso – 1miliarsantri.net : In Islam, our Prophet ﷺ said: “The best among you are those with the best manners.” Politeness is more than cultural window dressing; it is a universal sign of one’s character. Because English is widely spoken and often considered the global language, it becomes a powerful medium through which we can project Islamic adab—when used with intention, respect, and humility. Politeness in English Meets Islamic Adab To begin with, one might wonder: what does being polite in English look like, and how does that overlap with Islamic etiquette? In everyday communication, English politeness often comes in softeners—phrases like please, thank you, excuse me—that cushion requests or show gratitude. Islamic adab likewise upholds similar virtues: honoring others, expressing gratitude to Allah and human beings, and preserving dignity in speech. By recognizing these parallels, Muslim learners can integrate polite English expressions in ways that are natural, authentic, and rooted in faith. As we shift from understanding to action, considering specific expressions helps us make the abstract concrete. Key Expressions and Their Adab Alignment Let’s explore some typical situations where English politeness intersects with Islamic manners—and see how a subtle change in phrasing can carry deeper meaning. Greetings  When saying “Hello, how are you today?”, starting with Assalamu’alaikum adds more than a religious greeting—it sets a tone of mercy and peace before moving into worldly conversation. This small blend honors both culture and character. Asking Permission  Instead of barging in or using casual speech, saying “May I come in, please?” reflects both English courtesy and Islamic etiquette (which calls for seeking permission before entering). The word please softens the approach, while the act of asking shows respect. Expressing Gratitude  “Thank you very much for your assistance” is kinder when paired with Alhamdulillah, because it reminds that kindness eventually stems from Allah’s blessings, then is returned to the people. Apologizing  A phrase like “I’m sorry for the oversight. Please forgive me.” shows ownership of one’s mistake. In Islam, repentance and humility are essential; apologizing in English gives us a chance to reflect those virtues. Making Requests  “Could you please share your notes with me?” is more than a request—it beckons kindness. The phrase Could you please… reduces imposition and echoes the gentle style encouraged by prophetic teachings. Read More: Adab First: Cultivating Character Through Language Conversations that Reflect Adab Putting it all together, real dialogue helps connect what we intend with what we say. Here are some short exchanges that show how transitions in language and manners can reinforce our values. Dialogue 1: Greeting and Connection A: “Assalamu’alaikum! Hello, how are you today?”  B: “Wa’alaikumussalam! I’m well, thank you. And you?”  Here, the speaker bridges spiritual greeting with everyday English—a fusion that embodies identity and respect. Dialogue 2: Permission and Space A: (Knocks lightly) “Excuse me, may I enter, please?”  B: “Certainly—please come in.”  Knocking, asking, waiting—these small acts preserve dignity and privacy. They are illustrative of modesty and caring for boundaries. Dialogue 3: Thanks and Response A: “Thank you so much for your help.”  B: “Alhamdulillah, I’m happy to assist.”  This shows how gratitude to Allah and to people can go hand in hand—reinforcing sincerity in both. How to Practise Adab in Everyday Speech Moving beyond examples, consistent practice is what turns polite expressions into habits. Here are ways to nurture that: A Fresh Perspective: Beyond Politeness to Presence While polite phrases are valuable, ultimate adab goes deeper: to the presence you carry. Your tone, your sincerity, your listening are all parts of speaking politely. When you speak English with authenticity, humility, and genuine respect—not just the words—you embody adab in a way that draws people closer, not pushes them away. Conclusion English is more than a language—it can be a canvas for adab. When we integrate Islamic manners into every greeting, request, apology, and word of thanks, we elevate what we say into something meaningful. Let us not be satisfied with speaking fluently; let us aim to speak beautifully. May Allah guide our tongues to what pleases Him, and make every utterance a reflection of our character and faith. “O Allah, beautify our words with adab and use our tongues in what pleases You.” Witer: Glancy Verona Editor: Abdullah al-Mustofa Ilustrasi By AI

Read More

Yuk Kita Intip Pengelolaan Zakat di Berbagai Negara Islam di Dunia

Bekasi – 1miliarsantri.net : Zakat sejatinya tidak hanya dilihat sebagai kewajiban beragama namun di berbagai belahan dunia, pengelolaan zakat menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran sosial dan kepedulian kepada golongan yang membutuhkan. Bahkan, ada banyak komunitas muslim yang mengadakan berbagai kegiatan seperti kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan zakat serta mendorong partisipasi dalam program zakat. Pengelolaan zakat modern tidak lagi hanya sebatas pengumpulan dan pembagian dana, tetapi telah berkembang menjadi alat pemberdayaan masyarakat yang strategis, membantu mengentaskan kemiskinan dan membangun kemandirian ekonomi umat. Inovasi terkini, seperti penggunaan teknologi digital untuk pembayaran dan pelaporan, semakin meningkatkan efisiensi dan transparansi, memastikan dana zakat sampai kepada mereka yang paling membutuhkan dengan cara yang paling efektif. Pengelolaan zakat di berbagai belahan dunia pada dasarnya memiliki tujuan yang sama meskipun berbeda dalam praktiknya. Maka, dengan memahami berbagai praktik zakat di seluruh dunia, secara tidak langsung dapat meningkatkan kesadaran tentang keragaman dan kekuatan solidatitas dalam tingkat global. Baca juga: Sejarah Zakat di Indonesia Berikut beberapa praktik pengelolaan zakat di beberapa Negara: Indonesia: Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Indonesia memiliki sistem pengelolaan zakat yang dinamis, memadukan peran lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga resmi pemerintah yang bertugas mengoordinasikan pengumpulan dan pendistribusian zakat secara nasional. BAZNAS bekerja sama dengan BAZNAS provinsi, kabupaten/kota, dan unit pengumpul zakat di tingkat komunitas. Di sisi lain, ribuan Lembaga Amil Zakat (LAZ) swasta seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan Lazis Muhammadiyah juga berperan besar. Model ini memungkinkan adanya kompetisi sehat dan inovasi dalam program zakat. Masyarakat dapat memilih menyalurkan zakat melalui BAZNAS atau LAZ swasta, yang sering kali memiliki program spesifik sesuai misi mereka, seperti pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Fleksibilitas ini membuat pengelolaan zakat di Indonesia lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Malaysia: Sistem Terpusat yang Efisien Malaysia dikenal dengan sistem pengelolaan zakat yang sangat terpusat dan efisien. Di setiap negara bagian, terdapat otoritas zakat resmi yang berwenang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat. Otoritas ini beroperasi di bawah payung pemerintah negara bagian, menjadikannya bagian integral dari administrasi publik. Keuntungan dari sistem terpusat ini adalah efisiensi dalam pengumpulan dan audit, serta kemampuan untuk menjamin akuntabilitas. Zakat yang dikumpulkan sering kali digunakan untuk program-program sosial berskala besar, termasuk beasiswa pendidikan dan bantuan perumahan bagi yang membutuhkan. Beberapa negara bagian juga menawarkan keringanan pajak bagi mereka yang membayar zakat, sebuah insentif yang kuat untuk mendorong kepatuhan. Pakistan: Zakat sebagai Bagian dari Pajak Pakistan menerapkan sistem yang unik di mana zakat secara otomatis dipotong dari rekening bank umat Islam pada awal bulan Ramadan. Pemerintah Pakistan mendirikan Dewan Zakat Sentral yang mengelola dana zakat ini. Sistem ini, yang diatur dalam Undang-Undang Zakat dan Ushur, menjamin pengumpulan yang luas dan terstruktur. Meskipun demikian, model ini menuai kritik karena seringkali dianggap kurang fleksibel dan tidak mengakomodasi variasi mazhab dalam perhitungan zakat. Namun, pendekatan ini berhasil mengumpulkan dana zakat dalam jumlah besar, yang kemudian didistribusikan melalui komite-komite lokal untuk membantu fakir miskin di seluruh negeri. Baca juga: Gerakan Sadar Wakaf Ramaikan Festival Ekonomi Syariah 2023 Arab Saudi: Lembaga Resmi Pemerintah Di Arab Saudi, pengelolaan zakat berada di bawah wewenang lembaga pemerintah, yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Urusan Islam. Pengumpulan zakat maal (zakat harta) diatur secara resmi dan biasanya dibayarkan ke kas negara. Meskipun demikian, banyak individu dan keluarga juga mendistribusikan zakat mereka secara langsung kepada yang berhak. Pendekatan ini mencerminkan peran sentral pemerintah dalam urusan keagamaan dan sosial. Dana zakat digunakan untuk berbagai program bantuan, termasuk bantuan finansial, penyediaan makanan, dan dukungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman Sumber foto: Gemini AI

Read More

Bagaimana Wakaf Produktif Membantu Mengembangkan Ekonomi Lokal

Gresik – 1miliarsantri.net : Wakaf dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat dengan pengelolaan yang baik. Menurut Badan Wakaf Indonesia (2020) Wakaf produktif adalah harta benda yang diniatkan untuk wakaf dan diberikan kepada pihak pengelola wakaf untuk digunakan dalam kegiatan produksi, lalu hasilnya dibagikan sesuai tujuan wakaf. Melalui dana wakaf yang terkumpul, dapat menjadi modal untuk menciptakan lapangan kerja baru dan memanfaatkan keuntungannya untuk digunakan kebaikan lainnya. Wakaf produktif berbeda dengan wakaf pada umumnya. Jika wakaf, harta atau benda yang diberikan seseorang dapat dimanfaatkan langsung oleh penerima wakaf. Sedangkan wakaf produktif harta atau benda yang diberikan, harus dikelola terlebih dahulu oleh pihak pengelola wakaf untuk tujuan produktif. Dapat diartikan bahwa harta wakaf diberdayakan dalam sektor produksi, seperti pertanian, peternakan, industri, ritel, dan sebagainya, yang dapat memberikan keuntungan. Dari keuntungan ini, dapat diberikan kepada tujuan wakaf yang telah disepakati, seperti pendidikan, kesehatan, keagamaan, fasilitas umum, dll. Baca juga: Gerakan Sadar Wakaf Ramaikan Festival Ekonomi Syariah 2023 Pengelolaan Wakaf Produktif Setelah seorang pemberi wakaf menyerahkan hartanya, disinilah peran pengelola wakaf memutar harta yang diterimanya. Sumber harta ini akan dikelola pada sektor produktif yang halal, seperti digunakan untuk produksi lahan pertanian, mengembangkan peternakan, penyewaan ruko, dll. Keuntungan dari hasil produksi yang terjual akan disalurkan kepada penerima wakaf. Sehingga harta wakaf yang diberikan tetap utuh dan menjadi investasi di akhirat kelak. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam BWI (2020) menyatakan bahwa “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih” Dengan memberikan harta untuk wakaf produktif dapat menjadi sedekah jariyah kita nantinya saat telah tiada. Karena harta tersebut terus dikelola dan diambil manfaatnya untuk berbagi dalam kebaikan. Kesempatan yang hanya ada di kehidupan dunia ini, sebaiknya kita manfaatkan untuk beramal baik, salah satunya melalui wakaf produktif. Sebagai contoh pemanfaatan lahan wakaf di area Pondok Pesantren Gontor yang digunakan untuk lahan peternakan, pertanian, dan perkebunan dalam penelitian Prof. Dr. Ririn Tri Ratnasari, S.E., M.Si. (2024). Wakaf tanah di area pondok tidak hanya digunakaan untuk pembagunan gedung sebagai fasilitas ruang belajar. Namun dapat digunakan lahan yang produktif seperti peternakan, pertanian, dan perkebunan yang nantinya hasil dari produksi tersebut dapat dijual. Lalu hasil dari penjualan dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan pendidikan di pondok. Baca juga: 8 Tokoh Ekonomi Islam Paling Berpengaruh Manfaat Wakaf Produktif Melalui wakaf produktif, tidak hanya memberikan dampak pada penerima wakaf saja. Namun juga memberikan pengaruh pada sektor produksi yang mengelola untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan adanya lapangan kerja baru, akan mengurangi angka pengangguran, mengentas kemiskinan dan memberdayakan masyarakat yang produktif. Dengan adanya wakaf produktif dapat membantu UMKM masyarakat, baik dalam bantuan modal ataupun tempat usaha. Sehingga melatih masyarakat nantinya untuk mandiri secara keuangan. Tentunya melihat potensi masyarakat dan pembekalan melalui pelatihan serta melihat kebutuhan pasar yang ada di daerah sekitar. Selain itu, hasil dari keuntungan wakaf produktif dapat digunakan untuk meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan masyarakat, termasuk membangun infrastruktur di dalamnya. Jadi masyarakat terbantu dalam memperoleh pendidikan, terutama bagi anak-anak usia sekolah. Wakaf produktif membantu mengembangkan ekonomi lokal dengan cara memberikan modal, tempat, dan membuka lapangan kerja baru, baik dalam sektor peternakan, pertanian, perkebunan, industri, maupun ritel. Wakaf produktif juga dapat menjadi ladang beramal jariyah bagi seorang pemberi wakaf, karena manfaatnya yang dapat dibagikan secara terus-menerus kepada penerima wakaf. Penulis : Zubaidatul Fitriyah Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah Sumber : Badan Wakaf Indonesia. (2020) Makna Wakaf Produktif. Tersedia di: https://www.bwi.go.id/4508/2020/02/24/makna-wakaf-produktif/ (Diakses: 19 September 2025). Ratnasari, Ririn Tri. (2024) Merancang Model Pembiayaan Berbasis Wakaf untuk Peternakan. Tersedia di: https://unair.ac.id/merancang-model-pembiayaan-berbasis-wakaf-untuk-peternakan/ (Diakses: 19 September 2025).

Read More

Tidak Hanya dengan Harta, Sedekah Juga Bisa dengan Perbuatan

Bekasi – 1miliarsantri.net: Sedekah perbuatan adalah manifestasi kebaikan yang tak terbatas, melampaui batas-batas materi. Konsep ini mengajarkan bahwa setiap tindakan baik yang dilakukan dengan tulus, tanpa mengharapkan balasan, adalah bentuk ibadah yang sangat mulia. Tidak seperti sedekah harta yang terbatas pada kepemilikan material, sedekah perbuatan membuka pintu kebaikan seluas-luasnya bagi siapa pun, tanpa memandang status sosial atau kekayaan. Konsep ini merupakan sebuah paradigma yang berfokus pada manfaat dan kontribusi, bukan hanya pada pengorbanan finansial. Landasan Agama dan Pentingnya Sedekah Perbuatan Dalam Islam, konsep sedekah perbuatan memiliki landasan yang sangat kuat. Rasulullah SAW bersabda,   “Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap hari di mana matahari terbit. Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah. Membantu seseorang naik kendaraan atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah menuju salat adalah sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menjelaskan bahwa sedekah tidak hanya perihal uang, melainkan juga tentang bagaimana berinteraksi dengan dunia sekitar. Bahwa setiap persendian tubuh yang jumlahnya 360, adalah amanah yang harus disyukuri dengan cara melakukan kebaikan. Baca juga: Anak Sulit Konsentrasi? Berikut 7 Cara Mengatasi Gangguan Konsentrasi pada Anak Lalu, Apa Saja Contoh Sedekah Perbuatan dalam Kehidupan Sehari-hari? Konsep sedekah perbuatan membuat setiap momen dalam hidup menjadi kesempatan untuk beribadah dan mengumpulkan pahala. Berikut adalah beberapa contoh praktis sedekah perbuatan yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari: Makna dan Dampak Luas Sedekah Perbuatan Secara tidak langsung, sedekah perbuatan mengajarkan bahwa kekayaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki, tetapi dari seberapa besar manfaat yang dapat diberikan kepada orang lain. Dengan berfokus pada sedekah perbuatan, setiap momen dalam hidup bisa menjadi kesempatan untuk beribadah dan mengumpulkan pahala. Baca juga: Tercatat Transaksi Produk UMKM Sebesar Rp3 Miliar Dalam FESyar 2023 Konsep ini juga mendorong setiap manusia untuk selalu peka terhadap lingkungan sekitar dan mencari peluang untuk berbuat baik. Dampak dari sedekah perbuatan tidak hanya dirasakan oleh penerima, tetapi juga oleh pemberi. Hati menjadi lebih lapang, jiwa menjadi lebih tenang, dan hubungan dengan sesama menjadi lebih erat. Dengan demikian, sedekah perbuatan berfungsi sebagai penggerak untuk menciptakan masyarakat yang lebih peduli, harmonis, dan penuh kasih sayang. Sumber: Berbagai sumber Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Sumber foto: Gemini AI Editor : Iffah Faridatul Hasanah dan Toto Budiman

Read More
cara mengatasi Gangguan Konsentrasi pada anak

Anak Sulit Konsentrasi? Berikut 7 Cara Mengatasi Gangguan Konsentrasi pada Anak

Bekasi – 1miliarsantri.net : Berbicara tentang konsentrasi, setiap manusia dalam aktivitasnya sangat membutuhkan konsentrasi agar suatu pekerjaan atau aktivitas dapat berjalan dengan baik. Konsentrasi yang dimaksud adalah pemusatan pemikiran atau perhatian kepada objek tertentu dengan mengesampingkan semua hal lain yang tidak memiliki keterkaitan dengan objek tersebut. Salah satu aktivitas yang membutuhkan konsentrasi adalah belajar. Belajar merupakan proses memahami serta memusatkan pikiran terhadap bahan pelajaran yang sedang dipelajari. Dalam proses belajar, tidak sedikit orang tua atau guru yang mengeluhkan tentang anak didiknya yang mengalami gangguan konsentrasi saat belajar. Gangguan konsentrasi pada anak, biasanya dapat terlihat dari beberapa gejala, diantaranya adalah sebagai berikut : Gangguan konsentrasi pada anak seringkali disertai dengan gangguan lainnya seperti peningkatan gangguan emosi, agresif, gejala gerakan motorik berlebihan, hiperaktif serta gejala impulsif. Peningkatan gangguan emosi dan perilaku agresif yang terlihat berupa anak yang suka membanting barang, melempar atau berguling-guling dilantai. Sulit untuk bekerja sama, suka menantang, keras kepala bahkan suka menyakiti diri sendiri. Baca juga: Gebrakan Program MLB, Terpilih 1.000 Madrasah di Indonesia Mendapat Rp.25 Juta dari BAZNAS Lalu, bagaimana cara mengatasi gangguan konsentrasi pada anak? Gangguan konsetrasi pada anak tentunya membutuhkan penanganan khusus agar dapat meminimalisir gejala. Berikut 7 cara yang dapat dilakukan  untuk menangani gangguan konsesntrasi pada anak: Pertama, Penanganan secara khusus, dengan terapi nutrisi dan diet yaitu berupa keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan, serta penanganan alergi makanan lainnya. Beberapa penelitian menyebutkan, setelah dilakukan eliminasi penyebab gangguan alergi makanan pada anak, ternyata didapatkan hasil peningkatan kemampuan konsentrasi anak. Kedua, Membangun Kerjasama yang efektif antara guru dan orang tua. Pada saat anak mengalami gangguan konsentrasi belajar, orang tua atau guru tidak perlu membentak, memarahi dan mengucilkan anak karena pada dasarnya anak juga mengalami kesulitan dalam mengendalikan gejolak yang meledak-ledak, baik berupa ucapan, perilaku atau gerakan. Oleh sebab itu, orang tua dan guru harus memiliki kesabaran yang ekstra dalam kasus ini. Ketiga, Memperlakukan anak secara hangat dan sabar namun konsisten dan tegas dalam menerapkan aturan dan tugas. Minta anak agar menatap mata saat berbicara, berikan arahan dengan nada yang lembut tanpa harus membentak. Keempat, Orang tua harus bisa mengenali bakat atau kecenderungan anak sejak dini sehingga orang tua dapat memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak dalam rangka menyalurkan kelebihan energinya tersebut. Misalnya, memasukkan anak pada klup sepakbola atau berenang agar anak dapat belajar bersosialisasi dan belajar untuk disiplin. Kelima, Bantu anak untuk berkomunikasi dan bersosialisasi agar anak dapat mempelajari nilai-nilai yang dapat diterima dalam suatu kelompok. Keenam, Memberikan pujian dan penghargaan atas sikap dan perilaku anak yang dinilai berhasil melakukan sesuatu dengan benar. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan diri pada anak. Ketujuh, Konsisten dalam menerapkan aturan dan larangan agar anak memahami kenapa orang tua meminta anak untuk melakukan hal tersebut. Demikianlah cara yang dapat dilakukan dalam menangani gangguan konsentrasi pada anak. Semoga bermanfaat Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor : Toto Budiman dan Iffah Faridatul Hasanah Sumber foto: Gemini AI Keywords: Gangguan konsentrasi, Anak, Cara Menangani Gangguan Konsentrasi pada Anak Sumber : Ulfa, Maria. 2015. Beragam Gangguan Paling Sering Menyerang Anak. Yogyakarta : FlashBooks

Read More
Ilmu hadits

Keutamaan Ilmu Hadits dan Kemuliaan Ahli Hadits

Surabaya – 1miliarsantri.net: Ilmu hadits merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang paling mulia. Hal itu juga sudah disetujui oleh Sufyan al-Tsauri. Ia pernah berkata: “Aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih baik daripada ilmu hadis bagi orang yang mencari keridhaan Allah Subhanahu wata’ala. Manusia membutuhkannya bahkan dalam urusan makan dan minum mereka, dan itu lebih baik daripada salat dan puasa sunah karena belajar ilmu hadits itu hukumnya fardhu kifayah.” Pernyataan ini menegaskan bahwa menuntut ilmu hadits bukan sekadar ibadah tambahan, tetapi merupakan kewajiban bagi umat Islam secara kolektif (fardhu kifayah). Ilmu ini menjadi dasar setiap perintah dan larangan dalam syariat Islam, sehingga menguasainya berarti memahami fondasi agama secara mendalam. Apa Itu Ilmu Hadits? Ilmu hadits adalah ilmu yang mempelajari perkataan, perbuatan, dan persetujuan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ilmu ini mencakup beberapa aspek: Dengan memahami ilmu hadits, seorang muslim dapat meneladani Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam secara akurat, karena ilmu ini menampilkan kondisi kehidupan beliau, baik dalam ibadah maupun kebiasaan sehari-hari. Baca juga: Makna Sejarah dalam Islam, Beda dengan History ala Sekuler Keutamaan Menuntut Ilmu Hadits Menuntut ilmu hadits memiliki banyak keutamaan yang telah disebutkan dalam berbagai hadits. Dan beberapa keuntamaan tersebut di antaranya adalah: 1. Mendekatkan Diri dengan Rasulullah Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: عن ابن مسعود رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اولى الناس بي يوم القيامه اكثرهم علي صلاة رواه الترمذي حسنه “Orang-orang yang paling dekat denganku pada Hari Kiamat adalah mereka yang paling banyak mendoakanku.”(HR. At-Tirmidzi, hasan) Para ulama ahli hadits termasuk golongan yang paling banyak mendoakan Nabi, karena mereka senantiasa menyebut dan mempelajari sunnah dalam pengkajian mereka. Dengan demikian, menuntut ilmu hadits tidak hanya memperdalam pemahaman agama, tetapi juga meningkatkan kedekatan spiritual dengan Rasulullah. 2. Mendapatkan Doa Khusus dari Nabi Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga meriwayatkan: عن ابن مسعود رضي الله عنه قال سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول نظر الله امرا سمع منا شيئا فبلغه كما سمع فرب مبلغ اوعى من سامعا رواه الترمذي وقال حسن صحيح “Semoga Allah membaguskan wajah orang yang mendengar sesuatu dariku dan menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya. Sebab, banyak orang yang menyampaikan lebih hafal daripada yang mendengarkan.”(HR. At-Tirmidzi, hasan shahih) Doa ini menunjukkan bahwa ahli hadits memiliki keistimewaan yang tidak diberikan kepada orang lain, karena mereka menjadi perantara penyebaran sunnah secara benar. 3. Menjadi Khalifah Nabi dalam Menyebarkan Ilmu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم ارحمه خلفائي قلنا يا رسول الله ! فمن خلفاؤك ؟ قال الذين ياتون من بعد يرضون احاديث وسنه فيعلمونها الناس رواه الطبراني في الاوسط “Ya Allah, rahmatilah para khalifahku.”Ketika ditanya siapa para khalifah itu, beliau menjawab:“Mereka yang datang setelahku meriwayatkan hadis-hadisku dan mengajarkannya kepada orang-orang.”(HR. At-Tabarani dalam Al-Awsat) Dengan menuntut dan menyebarkan ilmu hadits, seorang muslim menjadi khalifah yang melanjutkan misi Nabi dalam menyampaikan petunjuk Allah kepada umat manusia. Ini adalah bentuk keberkahan dan tanggung jawab besar bagi setiap perawi hadits. Kemuliaan Ahli Hadits Ahli hadits memiliki kedudukan yang mulia, karena mereka: 1. Menjaga Keaslian Hadits Ahli hadits berperan menangkal pemalsuan atau perubahan terhadap sunnah oleh orang-orang yang melampaui batas. Rasulullah bersabda: قال صلى الله عليه وسلم يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلون وتاويل الجاهلين رواه البيهقي في المدخل وذكر القسطلاني رحمه الله انه يسير بطرقه حسنا “Ilmu ini akan dibawa oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi, yang akan menangkalnya dari perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang melampaui batas, rekayasa para pemalsu, dan penafsiran orang-orang bodoh.”(HR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal) 2. Menjadi Sumber Pengetahuan dan Hikmah Para ulama hadits bukan hanya menghafal, tetapi juga memahami konteks hadits, sehingga dapat memberikan penjelasan yang akurat dan bermanfaat bagi umat. 3. Mendapat Pahala Dunia dan Akhirat Dengan belajar, mengamalkan, dan menyebarkan ilmu hadits, seorang muslim memperoleh pahala besar, karena usaha mereka menyebarkan sunnah adalah amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Baca juga: Beberapa Sejarah Perang Islam Yang Dilakukan Dalam Bulan Ramadhan Mengamalkan Ilmu Hadits dalam Kehidupan Sehari-hari Mengamalkan ilmu hadits bukan sekadar membaca dan menghafal. Tetapi, seorang ahli hadits harus: Dengan demikian, ilmu hadits tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga membentuk karakter dan keimanan yang kokoh. Ilmu hadits memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Menuntut ilmu ini adalah fardhu kifayah, memberikan kemuliaan dan keberkahan dunia akhirat, serta menjadikan para ahli hadits sebagai khalifah yang meneruskan sunnah Rasulullah. Keutamaan menuntut ilmu hadits terlihat dari doa khusus Nabi, kedekatan spiritual dengan beliau, dan tanggung jawab menjaga keaslian sunnah. Dengan mempelajari dan mengamalkan ilmu hadits, seorang muslim tidak hanya memahami hukum-hukum Islam, tetapi juga meneladani kehidupan Rasulullah secara nyata, sehingga menjadi pribadi yang lebih mulia dan berakhlak mulia. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
penyakit hati

Waspadai! Ini Induk Penyakit Hati yang Harus Dihindari

Surabaya – 1miliarsantri.net: Induk penyakit hati merupakan sumber dari berbagai sifat tercela yang dapat merusak jiwa dan amal manusia. Sifat-sifat buruk ini tidak hanya mengotori hati, tetapi juga menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. Mengobati penyakit hati bukanlah perkara mudah, sebab manusia sering lalai dalam melakukan introspeksi diri dan lebih sibuk mengejar kemewahan duniawi dibanding akhirat. Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya Ulumuddin telah banyak menjelaskan tentang pentingnya menjaga hati dari sifat tercela. Dari sekian banyak penyakit hati, ada tiga sifat utama yang menjadi akar perusak hati manusia, yaitu hasad (dengki), riya’ (pamer ibadah), dan ujub (merasa paling hebat). Ketiga sifat ini dikenal sebagai induk penyakit hati, karena darinya lahir berbagai sifat buruk lainnya. Apabila seorang Muslim mampu menjaga dirinya dari tiga sifat ini, maka ia akan lebih mudah menjaga hatinya dari penyakit-penyakit lain. Sebaliknya, jika seseorang membiarkan dirinya terjerumus dalam hasad, riya’, dan ujub, maka ia akan sulit terbebas dari dosa hati yang lain. Mengapa Penyakit Hati Berbahaya? Hati merupakan pusat kendali manusia. Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Penyakit hati tidak terlihat secara kasat mata, tetapi dampaknya jauh lebih berbahaya dibanding penyakit fisik. Orang yang terjangkit penyakit hati bisa kehilangan pahala, amal, bahkan terjerumus dalam siksa Allah SWT. Oleh karena itu, memahami induk penyakit hati menjadi langkah penting dalam menjaga kebersihan jiwa. Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual Tiga Induk Penyakit Hati yang Harus Dihindari Dan di bawah ini, langsung kita akan sajikan penjelasan secara lebih lengkap dan terperinci tentang 3 induk penyakit hati yang harus benar-benar dihindari: 1. Hasad (Dengki) Hasad adalah perasaan tidak suka ketika orang lain mendapatkan nikmat, baik berupa ilmu, harta, kedudukan, maupun kebahagiaan. Bahkan, orang yang hasad sering berharap agar nikmat tersebut hilang dari saudaranya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: اياكم والحسد فان الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب “Waspadalah terhadap rasa dengki, karena dengki dapat menghabiskan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud). Bentuk-Bentuk Hasad Ada tiga bentuk utama hasad yang sering muncul dalam diri manusia, yaitu: Dampak Hasad Cara Mengobati Hasad 2. Riya’ (Pamer Amal) Riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena Allah, melainkan untuk mendapatkan pujian manusia. Sifat ini disebut juga sebagai syirik kecil, karena seseorang tidak lagi murni beribadah kepada Allah. Rasulullah SAW memperingatkan dalam sebuah hadis tentang orang yang beramal demi pujian: ان الشهيد يؤمر به يوم القيامه الى النار فيقول يا ربي استشهدت في سبيلك فيقول الله تعالى بل اردت ان يقال انك شجاع وقد قيل ذالك وذلك اجرك وكذلك يقال للعالم والحج والقارئ “Orang yang syahid akan diperintahkan pada hari kiamat untuk menuju neraka. Ia berkata, ‘Ya Rabb, aku mati syahid di jalan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Engkau ingin dikatakan sebagai pemberani, dan itu telah dikatakan. Maka itulah balasanmu.’ Begitu juga dengan orang alim, orang berhaji, dan orang yang membaca Al-Qur’an jika niatnya bukan karena Allah.” (HR. Muslim). Tanda-Tanda Riya’ Cara Menghindari Riya’ 3. Ujub, Takabur, dan Fakhr Ujub adalah merasa kagum pada diri sendiri, takabur adalah merasa lebih tinggi dari orang lain, sedangkan fakhr adalah membanggakan diri secara berlebihan. Ketiga sifat ini sangat berbahaya karena membuat seseorang meremehkan orang lain. Iblis terlaknat menjadi contoh pertama sifat takabur. Ketika Allah memerintahkannya untuk sujud kepada Nabi Adam, ia berkata: انا خير منه خلقتني من نار وخلقته من طين “Aku lebih baik darinya, Engkau menciptakanku dari api sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12). Ciri-Ciri Takabur Cara Mengobati Ujub dan Takabur Dengan pola pikir seperti ini, hati akan lebih rendah hati, jauh dari ujub, takabur, dan fakhr. Baca juga: Gua Hira, Tempat Sejarah Sangat Penting Bagi Umat Islam Pentingnya Membersihkan Hati dari Induk Penyakit Membersihkan hati adalah kewajiban setiap Muslim. Sebab, amal yang dikerjakan tanpa hati yang bersih bisa kehilangan nilainya di sisi Allah. Seseorang bisa saja rajin beribadah, tetapi jika hatinya penuh hasad, riya’, dan ujub, maka amalnya terancam tidak diterima. Allah berfirman dalam QS. Asy-Syu’ara: 88-89: “(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” Induk penyakit hati yang terdiri dari hasad, riya’, dan ujub merupakan tiga sifat tercela yang wajib dijauhi. Hasad membuat manusia iri terhadap nikmat orang lain, riya’ merusak niat ibadah, sementara ujub dan takabur menumbuhkan kesombongan yang hanya memperbesar dosa. Mengobati penyakit hati membutuhkan latihan, kesabaran, dan muhasabah diri secara terus-menerus. Caranya adalah dengan memperbanyak syukur, memperbarui niat, menanamkan kerendahan hati, serta selalu berdoa agar Allah menjaga hati kita. Pada akhirnya, yang menentukan kemuliaan seorang hamba bukanlah pujian manusia, melainkan bagaimana ia menghadap Allah dengan hati yang bersih. Oleh sebab itu, mari kita berusaha membersihkan diri dari induk penyakit hati agar mendapatkan ridha Allah SWT dan husnul khatimah di akhir hayat. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
Abu Hurairah

Biografi Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Sang Periwayat Hadis Terbanyak dalam Islam!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling terkenal. Nama beliau sebelum masuk Islam adalah Abdusshams bin Sakhr, yang berarti hamba matahari. Setelah memeluk Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberinya nama baru yaitu Abdurrahman, yang bermakna hamba Dzat Yang Maha Penyayang. Abu Hurairah berasal dari suku Daws, salah satu suku ternama di wilayah Yaman. Sejak kecil, beliau bekerja sebagai penggembala domba. Ciri khasnya adalah kecintaannya kepada seekor kucing kecil yang selalu bersamanya. Ia biasa menaruh kucing itu di pohon pada malam hari dan membawanya pada siang hari. Karena kebiasaannya tersebut, masyarakat memanggilnya dengan sebutan Abu Hurairah, yang berarti bapak kucing. Masuk Islamnya Abu Hurairah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu masuk Islam pada tahun ketujuh Hijriah, tepatnya pada peristiwa Khaibar. Saat itu usianya sekitar tiga puluh tahun. Setelah masuk Islam, ia hijrah ke Madinah dan tinggal di Shuffah Masjid Nabawi, sebuah tempat sederhana yang menjadi hunian bagi sahabat-sahabat miskin. Kaum Shuffah dikenal sebagai golongan yang senantiasa berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah, hidup sederhana, sabar dalam kesulitan, serta penuh keikhlasan. Abu Hurairah termasuk salah satu penghuni Shuffah paling lama. Hal ini menjadi salah satu sebab mengapa beliau banyak meriwayatkan hadis, karena kesehariannya selalu bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kisah Abu Hurairah Bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dikenal sebagai sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Ia sering mengalami kelaparan karena kehidupannya yang sederhana. Diceritakan, suatu ketika ia hampir pingsan karena lapar, hingga akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membawanya ke rumah. Rasulullah kemudian menyuruh Abu Hurairah untuk mengundang para penghuni Shuffah agar ikut menikmati susu hadiah yang didapatkan. Meski awalnya Abu Hurairah berharap bisa meminumnya sendiri, ia tetap menaati perintah Rasulullah dengan membagikannya kepada sahabat-sahabat yang lain. Ajaibnya, susu tersebut tidak habis meski diminum banyak orang. Bahkan setelah semua orang kenyang, Rasulullah memerintahkan Abu Hurairah untuk terus minum hingga beliau sendiri tidak sanggup lagi. Kisah ini menunjukkan barakah dan mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Baca juga: Sejarah Partai Syarikat Islam, Sebelum Terlahirnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda Hafalan dan Ketekunan Abu Hurairah Allah memberikan Abu Hurairah ingatan yang sangat kuat. Beliau dikenal sebagai sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis. Total hadis yang diriwayatkannya mencapai lebih dari 5000 hadis. Keistimewaan Abu Hurairah adalah kesungguhannya untuk selalu bersama Nabi. Berbeda dengan sahabat lain yang sibuk berdagang atau bekerja, beliau mengabdikan waktunya sepenuhnya untuk menuntut ilmu dari Rasulullah. Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa agar hafalan Abu Hurairah tidak pernah hilang. Sejak saat itu, beliau tidak pernah lupa terhadap hadis yang pernah didengarnya langsung dari Nabi. Doa ini menjadi sebab utama mengapa Abu Hurairah mampu menjaga ribuan hadis dengan baik. Selain itu, Abu Hurairah pernah bertanya kepada Nabi tentang siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaat beliau di Hari Kiamat. Rasulullah menjawab bahwa orang yang paling berbahagia dengan syafaat beliau adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari dalam hati. Hal ini menunjukkan semangat Abu Hurairah dalam memahami hadis dan keinginannya untuk menyebarkannya kepada umat Islam. Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual Peran Abu Hurairah dalam Penyebaran Hadis Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Abu Hurairah tetap aktif menyebarkan hadis. Beliau ikut dalam berbagai peperangan di masa Khalifah Abu Bakar, termasuk menghadapi kaum murtad. Selain itu, beliau juga menjadi guru bagi banyak tabi’in dan ulama besar. Di antara yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam Nasa’i, Imam Ibnu Majah, serta Imam Malik dalam kitab Muwaththa’. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal mencatat hadis-hadis beliau dalam kitab Musnad Ahmad. Jumlah murid yang meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah mencapai sekitar 800 orang, termasuk sahabat dan tabi’in. Hal ini menjadikan Abu Hurairah sebagai sosok sentral dalam periwayatan hadis. Abu Hurairah Sebagai Teladan Umat Selain dikenal sebagai periwayat hadis, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu juga merupakan sosok ahli ibadah. Beliau rajin berpuasa, shalat malam, dan dikenal zuhud terhadap dunia. Hidupnya dipenuhi kesederhanaan, tetapi semangatnya dalam menegakkan agama tidak pernah surut. Ketekunannya menjaga hadis Nabi membuat beliau dijuluki sebagai penjaga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Umat Islam di seluruh dunia berhutang besar pada Abu Hurairah karena banyak hadis yang sampai kepada kita hari ini melalui periwayatan beliau. Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Musik Dalam Peradaban Islam Wafatnya Sayyidina Abu Hurairah Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu wafat di Madinah pada tahun 57 H dalam usia 78 tahun. Saat menjelang wafat, beliau berdoa agar segera bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah tercinta. Pemakamannya dihadiri oleh banyak sahabat dan tabi’in. Abdullah bin Umar bahkan mendoakan beliau dengan penuh penghormatan. Hingga kini, nama Abu Hurairah tetap harum sebagai salah satu sahabat Nabi yang paling berjasa dalam menjaga dan menyebarkan hadis. Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu adalah sosok sahabat Nabi yang luar biasa. Dari kehidupannya yang sederhana, kecintaannya kepada ilmu, hingga ketekunannya menghafal hadis, beliau menjadi teladan bagi seluruh umat Islam. Sebagai perawi hadis terbanyak, Abu Hurairah memiliki peran penting dalam menjaga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam agar tetap sampai kepada generasi berikutnya. Melalui kisah perjuangan dan keteguhannya, kita belajar tentang arti kesungguhan dalam menuntut ilmu, kesabaran dalam menghadapi cobaan, serta keikhlasan dalam beribadah. Semoga Allah meridhai Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mencintai sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga informasinya bermanfaat! Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
Abdullah bin Umar bin Al-Khattab

Biografi Lengkap Sayyidina Abdullah bin Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma

Surabaya – 1miliarsantri.net: Sayyidina Abdullah bin Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam yang terkenal dengan kesalehan, kecerdasan, serta keteguhannya dalam memegang ajaran Islam. Ia merupakan putra dari Khalifah Umar bin Al-Khattab, sahabat dekat Nabi, sekaligus salah satu tokoh penting dalam penyebaran ilmu hadits dan fikih di kalangan umat Islam. Biografi Abdullah bin Umar memberikan pelajaran berharga mengenai bagaimana seorang muslim seharusnya hidup dengan istiqamah, berani membela kebenaran, serta konsisten menjaga sunnah Nabi. Nasab dan Kelahiran Abdullah bin Umar Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Umar bin Al-Khattab bin Nafil Al-Adawi, sedangkan ibunya adalah Zainab binti Mu’adun bin Habib Al-Jumahi, saudara perempuan dari Utsman bin Ma’dum. Ia lahir pada tahun kedua atau ketiga masa kenabian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sejak kecil, Abdullah bin Umar tumbuh dalam lingkungan yang penuh keimanan, sebab ia masuk Islam bersama ayahnya, Umar bin Khattab, pada usia muda sebelum baligh. Baca juga: Rekam Jejak Sejarah 10 Muharram dalam Islam yang Penuh Keagungan Spiritual Perjuangan di Medan Perang Pada usia 14 tahun, Abdullah bin Umar sudah menunjukkan semangat jihad dengan meminta izin Rasulullah SAW untuk ikut Perang Uhud, meskipun saat itu beliau belum diizinkan. Namun, dua tahun kemudian, dalam Perang Khandaq, Rasulullah memperkenankannya untuk ikut serta. Abdullah bin Umar kemudian turut serta dalam berbagai pertempuran penting, seperti: Semua itu menunjukkan keberanian dan dedikasinya dalam memperjuangkan Islam di garis terdepan. Pengetahuan dan Kecerdasan Abdullah bin Umar Abdullah bin Umar dikenal sebagai sahabat yang tekun belajar dan menghadiri banyak majelis Nabi. Ia banyak menyerap ilmu, terutama dalam bidang hadits dan hukum Islam. Dalam sebuah majelis, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat tentang sebuah pohon yang tidak pernah menggugurkan daunnya dan diibaratkan seperti seorang muslim. Para sahabat berpikir panjang, sementara Abdullah bin Umar sudah mengetahui jawabannya: pohon kurma. Namun karena malu, ia tidak mengatakannya. Hal ini menunjukkan kecerdasannya sejak usia muda. Keberanian dalam Menegakkan Kebenaran Abdullah bin Umar tidak hanya dikenal sebagai pejuang, tetapi juga berani menyuarakan kebenaran. Ketika Khalifah Umar memberikan pembagian harta rampasan perang, ia bertanya mengapa Usamah bin Zaid mendapatkan bagian lebih besar darinya. Umar menjawab bahwa Rasulullah lebih mencintai Usamah dan ayahnya dibanding Abdullah dan Umar sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Abdullah berani menyuarakan pendapatnya meski kepada ayahnya sendiri. Baca juga: Umar bin Khattab: Pilar Keadilan dan Ketegasan dalam Sejarah Islam Kesalehan dan Ibadah Abdullah bin Umar Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma dikenal sangat tekun beribadah. Ia senantiasa shalat malam hingga waktu sahur, lalu beristighfar hingga masuk waktu Subuh. Kesalehannya juga membuatnya terkenal di kalangan para sahabat. Jabir Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata:“Tidak ada seorang pun di antara kami yang tidak goyah oleh dunia, kecuali Abdullah bin Umar.” Aisyah Radhiyallahu ‘Anha juga menyebut beliau sebagai sahabat yang paling konsisten dalam mengikuti perintah Rasulullah SAW tanpa mengurangi sedikit pun. Abdullah bin Umar Sebagai Perawi Hadits Abdullah bin Umar dikenal sebagai sahabat yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadits. Ia selalu memastikan tidak menambah atau mengurangi sabda Nabi. Abu Ja’far rahimahullah berkata:“Tidak ada sahabat Nabi yang lebih berhati-hati dalam meriwayatkan hadits daripada Ibnu Umar.” Ibnu Umar meriwayatkan 2.630 hadits, menjadikannya salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan sabda Nabi. Sanad yang berasal dari Malik – Nafi’ – Ibnu Umar bahkan disebut-sebut sebagai sanad paling shahih dalam ilmu hadits. Wafatnya Abdullah bin Umar Pada masa pemerintahan Al-Hajjaj bin Yusuf, Abdullah bin Umar pernah mengkritiknya karena menumpahkan darah di Baitullah. Akibatnya, ia ditusuk oleh salah satu prajurit hingga terluka parah. Beliau wafat pada tahun 73 H dalam usia 84 tahun. Sesuai wasiatnya, ia ingin dimakamkan di luar tanah haram, tetapi akhirnya dimakamkan di Makam Fakh, pemakaman kaum Muhajirin di Makkah. Peninggalan Ilmu Abdullah bin Umar Abdullah bin Umar meninggalkan warisan besar berupa ilmu, terutama dalam bidang hadits dan fikih. Banyak sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan darinya, di antaranya: Para ulama menganggap fatwanya sangat banyak dan penting. Ibnu Hazm menyebut bahwa fatwa Ibnu Umar dapat dihimpun dalam satu kitab besar. Baca juga: Menelusuri Sejarah Perang Badar Yang Mengubah Arah Peradaban Islam Pujian Para Ulama dan Sahabat Banyak sahabat dan ulama memberikan pujian atas kepribadian Abdullah bin Umar. Kisah hidup Sayyidina Abdullah bin Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma adalah teladan bagi umat Islam dalam hal keteguhan beragama, kesalehan, kecintaan kepada sunnah, serta keberanian dalam membela kebenaran. Beliau bukan hanya seorang pejuang di medan perang, tetapi juga seorang ahli ibadah, perawi hadits terpercaya, dan panutan umat Islam. Hingga kini, peninggalan ilmu dan keteladanannya masih menjadi cahaya yang menerangi jalan umat dalam memahami Islam dengan benar. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More
Hadits Qudsi

Apa Perbedaannya Hadits Qudsi dan Al-Qur’an? Cari Tahu Di sini Yuk!

Surabaya – 1miliarsantri.net: Hadits Qudsi berasal dari kata al-Quds yang berarti kemurnian dan penyucian. Hadits ini sering disebut sebagai hadits ilahi karena disandarkan kepada Allah (Ilah) serta disebut pula hadits rabbani karena dinisbatkan kepada Rabb, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi. Secara terminologi, hadits qudsi adalah perkataan yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dinisbatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, selain dari Al-Qur’an. Contoh hadits qudsi adalah riwayat Imam Muslim (2577): يا عبادي اني حرمت الظلم على نفسي وجعلته محرما عليكم فلا تظالموا       الحديث Allah SWT berfirman: “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menjadikannya haram di antara kalian. Maka janganlah kalian saling menzalimi.” Hadits qudsi tetap disebut hadits karena disampaikan melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ia dinamakan qudsi (suci) sebab maknanya datang dari Allah Yang Maha Suci. Dengan demikian, hadits qudsi memiliki kedudukan istimewa sebagai perantara penyampaian pesan Allah selain Al-Qur’an. Baca juga: Sejarah Partai Syarikat Islam, Sebelum Terlahirnya Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda Perbedaan Hadits Qudsi dan Al-Qur’an Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh hadits qudsi. Dan beberapa perbedaan antara keduanya dapat dirinci sebagai berikut: 1. Kedudukan sebagai Mukjizat Al-Qur’an adalah mukjizat yang kekal sepanjang masa. Ia terpelihara dari perubahan, pergantian, dan penyelewengan. Setiap huruf, kata, dan gaya bahasa dalam Al-Qur’an diturunkan dengan penuh kesempurnaan. Sedangkan hadits qudsi tidak memiliki kedudukan sebagai mukjizat. 2. Cara Periwayatan Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan hanya berdasarkan makna. Setiap lafaz harus sama persis dengan yang diturunkan. Sementara hadits qudsi bisa diriwayatkan berdasarkan makna, meskipun tetap harus menjaga maksud yang benar. 3. Hukum Membaca dan Menyentuh Al-Qur’an memiliki aturan khusus, yaitu: 4. Fungsi dalam Ibadah Sholat Al-Qur’an dibaca di dalam sholat sebagai rukun sahnya ibadah. Sementara hadits qudsi tidak digunakan sebagai bacaan sholat. 5. Penyebutan Nama Kitab suci umat Islam disebut dengan istilah Al-Qur’an. Sementara kumpulan hadits qudsi tetap masuk dalam kategori hadits. 6. Pahala Membaca Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah. Setiap huruf yang dibaca dihitung sebagai sepuluh kebaikan. Adapun membaca hadits qudsi berpahala sebagai ilmu, tetapi tidak memiliki ketentuan pahala per huruf sebagaimana Al-Qur’an. 7. Hukum Jual Beli Menurut riwayat Imam Ahmad, menjual mushaf Al-Qur’an adalah haram. Sedangkan menurut Imam Syafi’i, hukumnya makruh. Sementara hadits qudsi tidak memiliki hukum khusus seperti ini. 8. Struktur Ayat dan Surah Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat dan surah yang jelas jumlah dan susunannya. Hal ini tidak berlaku pada hadits qudsi. 9. Asal Usul Wahyu Al-Qur’an seluruh kata-kata dan maknanya berasal dari Allah melalui wahyu. Adapun hadits qudsi, maknanya berasal dari Allah tetapi disampaikan dengan lafaz dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baca juga: Sejarah Jilbab Dalam Peradaban Pra-Islam Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan hadits qudsi dan Al-Qur’an terletak pada asal lafaz, fungsi dalam ibadah, keistimewaan hukum, serta pahala membacanya. Al-Qur’an memiliki kelebihan sebagai mukjizat yang abadi, sementara hadits qudsi adalah sabda Rasulullah yang menyampaikan makna dari Allah. Dengan memahami perbedaan ini, umat Islam dapat menempatkan keduanya pada posisi yang benar sesuai ajaran agama. Penulis: Imam Zakaria Editor: Ainun Maghfiroh Sumber foto: Ilustrasi Sumber artikel: Manhal lathif, Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliky

Read More