Keistimewaan Doa Sapu Jagad

Surabaya – 1miliarsantri.net : Secara umum doa sapu jagat adalah doa yang memiliki banyak keutamaan dan merupakan doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, doa tersebut bertujuan meminta kebaikan dunia dan akhirat. . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannar. “Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” (QS. al-Baqarah : 201). Anas bin Malik mengatakan :“Do’a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Allahumma Rabbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban naar” (Ya Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka)” (HR. Bukhari no. 2389 dan Muslim no. 2690). Ada doa yang yang dianjurkan untuk banyak di baca pada hari tasyrik ini yaitu doa yang kita kenal dengan doa “sapu jagat”. Dalam do’a di atas terdapat beberapa faedah di antaranya adalah: Do’a ini disyari’atkan untuk dibaca di segala kondisi, dan terdapat kondisi-kondisi tertentu di mana do’a ini dipanjatkan seperti: Ketika thawaf dan berada di antara ar-Rukun al-Yamani dan al-Hajar al-Aswad [HR. Abu Dawud]; Ketika selesai menunaikan rangkaian ibadah haji sebagaimana ditunjukkan dalam teks ayat sebelumnya; Ketika ditimpa musibah sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَادَ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَىْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ ». قَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَقُولُ اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِى بِهِ فِى الآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِى فِى الدُّنْيَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيقُهُ – أَوْ لاَ تَسْتَطِيعُهُ – أَفَلاَ قُلْتَ اللَّهُمَّ آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ». قَالَ فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ. “Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang sahabat yang telah kurus bagaikan anak burung (karena sakit). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu berdo’a atau meminta sesuatu kepada Allah?” Ia berkata, “Ya, aku berdo’a/meminta kepada Allah, “Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Subhanallah, kamu tidak akan mampu menanggungnya. Mengapa kamu tidak mengucapkan, “Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka.” Maka orang itupun berdo’a dengannya. Allah pun menyembuhkannya.” (HR Muslim). Kata Rabb merupakan seruan/panggilan yang mengandung pengakuan dari hamba terhadap rububiyah Allah karena Dia-lah semata yang memelihara segala urusan hamba-Nya, Dia-lah yang memperbaiki seluruh perkara dunia dan akhirat mereka, Dia-lah semata yang memberikan taufik, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Ucapan ini menunjukkan betapa butuhnya hamba kepada Allah, mereka tidaklah mampu mengurus diri mereka tanpa adanya bantuan dari Allah, tidak ada yang mampu menolong dan memperbaiki segala urusan mereka kecuali Allah (al-Mawahib ar-Rabbaniyah hlm. 124). Dengan demikian, ketika bermunajat dengan mengucapkan panggilan ini, seorang hamba seyogyanya menghadirkan hati akan makna rububiyah Allah karena hal ini akan menimbulkan rasa khusyuk, khudlu’ (ketundukan) dan hamba akan merasakan manisnya bermunajat kepada Allah; Menginginkan kebaikan duniawi semata adalah ciri bagi mereka yang bercita-cita rendah karena pada ayat sebelumnya, Allah menyebutkan perihal golongan yang meminta kebaikan di dunia tanpa meminta kebaikan di akhirat, dan Allah pun menegaskan di akhirat kelak tidak akan ada bagian kebaikan bagi mereka. فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ “Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Rabb kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” (QS. al-Baqarah : 200). Patut dicatat, terkabulnya keinginan duniawi pun bersifat terbatas, Allah hanya akan memberikan kebaikan di dunia dengan sesuatu yang Dia kehendaki dan hanya diberikan kepada mereka yang diinginkan Allah. مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ “Barangsiapa yang menginginkan balasan yang segera, maka kami akan menyegerakan balasan itu untuknya di dunia dengan apa yang kami kehendaki, bagi siapa yang Kami inginkan” (QS. Al-Isrâ`: 18). Berkebalikan dengan poin 2, dalam Islam, mereka yang bercita-cita tinggi tentu akan lebih mendahulukan untuk meminta kebaikan di akhirat; Kebaikan di dunia yang dimaksud dalam ayat di atas mencakup seluruh keinginan duniawi, baik berupa kesehatan, rumah yang lapang, istri yang cantik, reseki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kendaraan yang mewah, pujian dan selainnya (Tafsir Ibn Katsir 1/343). Sedangkan kebaikan di akhirat tentulah yang dimaksud adalah al-jannah (surga) karena mereka yang tidak dimasukkan ke dalam surga sungguh telah diharamkan untuk memperoleh kebaikan di akhirat (Tafsir ath-Thabari 1/553). Termasuk juga di dalamnya adalah rasa aman dari rasa takut ketika persidangan di hari kiamat dan kemudahan ketika segala amalan dihisab (Tafsir Ibn Katsir 1/342). Ucapan وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ merupakan permintaan hamba agar dilindungi dari siksa neraka sekaligus menunjukkan bahwa dirinya memohon segala sebab agar dirinya dijauhkan dari siksa neraka dipermudah oleh Allah, yaitu dengan menjauhi segala bentuk keharaman, dosa dan meninggalkan perkara yang syubhat (samar hukumnya) (Tafsir Ibn Katsir 1/342). Ucapan ini juga mengandung permohonan agar Allah tidak memasukkan hamba ke dalam an-naar (neraka) karena maksiat yang telah dikerjakannya, untuk kemudian dikeluarkan dengan adanya syafa’at (Tafsir al-Qurthubi 1/786). Betapa jauhnya kedudukan dan keutamaan antara kedua golongan tersebut (golongan yang menginginkan kebaikan akhirat dan golongan yang menginginkan kebaikan duniawi semata) karena pada ayat selanjutnya Allah menggunakan isim isyarah lil ba’id (kata tunjuk untuk sesuatu yang jauh), yaitu أولئك dalam firman-Nya, أُولئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَاب “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS. al-Baqarah : 202). Meski lafadznya ringkas namun kandungan do’a ini mencakup seluruh kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering memanjatkan do’a ini, dan bahkan Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan do’a ini adalah do’a yang paling banyak dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim). Demi meneladani beliau, di setiap permintaan yang dipanjatkan kepada Allah, Anas mesti menyelipkan do’a ini dan beliau pun mendo’akan kebaikan bagi para sahabatnya dengan do’a ini (Fath al-Baari 11/229). Diperbolehkan bagi hamba untuk memanjatkan…

Read More

Kesaktian Syekh Muhammad Bisa Merubah Wujud Menjadi Ayam

Serang – 1miliarsantri.net : Cerita kesaktian Syekh Muhammad Sholeh bin Abdurrahman dalam menyebarkan agama Islam di seputar Pantai Utara Banten, dari dulu hingga sekarang sangat melegenda. Sosok ulama ini mampu berubah menjadi ayam jago untuk mengelabuhi musuh-musuh nya. Kesaktian Syekh Muhammad Sholeh diperoleh setelah menjadi santri dan menimba ilmu kepada Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati (Sultan Syarif Hidayatullah) yang menjadi pemimpin Cirebon. Setelah mendapat ilmu agama dan kanuragan, Syekh Muhammad Sholeh diminta untuk berdakwah sekaligus mencari putra Sunan Gunung Jati yakni Maulana Hasanudin yang pergi ke Banten dan sudah lama tak kembali lagi ke Cirebon. Saat itu kawasan Banten di berada dalam Kerajaan Pajajaran yang masih beragama Hindu dan dipimpin oleh Prabu Pucuk Ulum dengan pusat pemerintahannya berada di Banten Girang. Dalam perjalanannya, Syekh Muhammad Sholeh akhirnya berhasil menunaikan tugas dari Sunan Gunung Jati, yakni menemukan Maulana Hasanudin. Syekh Muhammad Sholeh bertemu dengan Maulana Hasanudin di Gunung Lempuyang di kawasan Kampung Merapit, Desa Ukir Sari, Kecamatan Bojonegara. Dalam pertemuan itu, Maulana Hasanudin menyatakan menolak untuk segera kembali ke rumahnya di Cirebon dengan alasan ingin mensyiarkan agama Islam di daerah Banten yang saat itu sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Hindu. Hingga akhirnya Syekh Muhammad Sholeh ikut menetap di Bojonegara, Serang, Banten dan berdakwah menemani Maulana Hasanuddin. Selanjunya Maulana Hasanudin mengangkat Syekh Muhammad Sholeh untuk menjadi pengawal sekaligus penasehat dengan julukan Cili Kored. Julukan itu disematkan karena Syekh Muhammad Sholeh berhasil mengembangkan pertanian dengan mengelola sawah untuk hidup sehari-hari dengan julukan sawah si derup yang berada di Blok Beji. Akan tetapi syiar agama Islam yang dilakukan Maulana Hasanudin dan Syekh Muhammad Sholeh ditentang penguasa Kerajaan Pajajaran, Prabu Pucuk Umun. Itu karena Maulana Hasanudin dan Syekh Muhammad Sholeh berhasil menyebarkan agama Islam sampai bagian Selatan Gunung Pulosari (Gunung Karang) dan Pulau Panaitan Ujung Kulon, Banten. Prabu Pucuk Umun pun menantang Maulana Hasanudin untuk bertarung dengan cara mengadu ayam jago dan sebagai taruhannya jika kalah akan dipotong lehernya. Uji kesaktian yang disampaikan Prabu Pucuk Umun lalu diterima Maulana Hasanudin yang kemudian bermusyawarah dengan pengawalnya Syekh Muhamad Soleh. Hingga ahirnya disepakati yang akan bertarung melawan Prabu Pucuk Umun adalah Syekh Muhamad Sholeh yang bisa berubah menyerupai bentuk ayam jago seperti halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi karena kekuasaan Allah SWT. Pertarungan dua ayam jago tersebut berlangsung seru namun akhirnya ayam jago milik Maulana Hasanuddin yang memenangkan pertarungan dan membawa ayam jago tersebut kerumahnya. Ayam jago tersebut berubah menjadi sosok Syekh Muhammad Sholeh sekembalinya di rumah Sultan Maulana Hasanudin. Akibat kekalahan adu ayam jago tersebut Prabu Pucuk Umun pun tidak terima dan mengajak berperang Sultan Maulana Hasanudin. Namun akhirnya pasukan Prabu Pucuk Umun pun dapat dikalahkan dalam perperangan dan mundur ke selatan bersembunyi di pedalaman Rangkas yang sekarang dikenal dengan Suku Baduy. Usai mengemban tugas dari Sultan Maulana Hasanudin, Syekh Muhammad Sholeh pun kembali ke kediamannya di Gunung santri dan melanjutkan aktivitasnya sebagai mubaligh dan menyiarkan agama Islam kembali. Syekh Muhammad Sholeh wafat pada tahun 1550 Hijriah/958 M dalam usia 76 tahun. Sebelum wafat, dia berpesan kepada santrinya jika wafat dimakamkan di Gunung Santri, Serang, Banten. Di dekat makan beliau terdapat pengawal sekaligus santri Syekh Muhammad Sholeh yaitu makam Malik, Isroil, Ali dan Akbar yang setia menemani dalam menyiarkan agama Islam. (aam)

Read More

MUI Jabar Minta Pemerintah Tegas Tutup Al Zaytun

Bandung – 1miliarsantri.net : Tidak ingin polemik Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun berlarut-larut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyatakan sejumlah rekomendasi terkait polemik Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun telah diserahkan kepada Menkopolhukam Mahfud MD. Rekomendasi itu mengacu pada temuan data dan fakta dari tim investigasi yang dibentuk oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil. “Alhamdulillah rekomendasi semuanya dari tim itu pertama diterima Pak Gubernur, kemudian Pak Gubernur menyampaikan ke Menkopolhukam,” kata Sekretaris MUI Jawa Barat, Rafani Achyar, kepada medis, Sabtu (1/7/2023). “Jadi baik yang menyangkut pemahaman agama maupun tindak pidana, termasuk administrasi penyelenggaraan sistem pendidikan,” jelasnya. Rafani menyebut, salah satu rekomendasi tersebut yakni penutupan Ponpes Al Zaytun jika terbukti melakukan pelanggaran-pelanggaran administratif. “Iyah (kalau terbukti ada pelanggaran), betul seperti itu (rekomendasi penutupan),” ungkapnya. Rafani menambahkan, Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang bakal dipanggil oleh Menkopolhukam pada Senin (3/7/2023). “Pak Menko merespons, sekarang sudah ada informasi bahwa hari Senin Panji Gumilang akan dipanggil,” ungkapnya. Karena itu, Rafani pun berharap, pemerintah pusat segera menuntaskan polemik Ponpes Al Zaytun untuk menghindari terjadinya kegaduhan yang berlanjut di masyarakat. “Karena paling tidak, kami khawatir kontroversi dia jalan terus dan makin mengundang kegaduhan. Komponen masyarakat kan terus akan melakukan demo. Nah jadi bagi kami gembira bahwa ini sudah mulai konkret akan ditindaklanjuti. Kita tunggu nanti hari senin,” katanya. Rafani juga menyampaikan bahwa rekomendasi sudah jelas, pemerintah supaya segera menangani secara konkret apa pun pelanggaran yang terjadi di Al Zaytun. (win)

Read More

Kemanakah Batu Kerikil Diletakkan Setelah Prosesi Lempar Jumrah

Makkah – 1miliarsantri.net : Salah satu rangkaian ibadah haji yang harus dilakukan oleh jamaah haji yakni prosesi lempar jumrah di Mina. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, sebanyak jutaan jamaah melakukan lempar jumrah di Mina, sebagai rangkaian ibadah haji setelah melakan wukuf di Arafah. Banyak orang bertanya-tanya kemana perginya batu kerikil setelah dilempar di kompleks Jamarat di Mina. Ahmed Al-Subhi, salah satu karyawan Perusahaan Pengembangan Kidana, yang merupakan pengembang utama situs suci dan berkantor pusat di Mina, mengungkapkan bahwa proses penanganan batu dimulai segera setelah jamaah menyelesaikan ritual mereka di kompleks tersebut. Dia menjelaskan, kerikil jatuh dan akhirnya mengendap di basement fasilitas Jamarat, hingga kedalaman 15 meter. Sejumlah sabuk konveyor mengumpulkan batu dan proses mulai menyaringnya dan menyemprotnya dengan air untuk menghilangkan kotoran. Kerikil tersebut kemudian dipindahkan ke kendaraan untuk disimpan nanti setelah musim haji. Saat musim haji tiba, para ahli memperkirakan kira-kira berapa ton kerikil yang dibutuhkan, disesuaikan dengan jumlah jamaah yang mengikuti ibadah haji. Pengembang tempat suci menyediakan kantong kerikil untuk dilemparkan ke Jamarat, dan sekitar 300 titik kontak tersedia untuk jamaah di Muzdalifah, selain fasilitas Jembatan Jamarat di Mina. Sekitar 2 juta jamaah haji tahun ini berjalan menuju kompleks bertingkat besar di Jamarat di Mina pada hari Rabu dari Muzdalifah, tempat mereka berkemah semalam. Di Mina inilah umat Islam melakukan ibadah lempar jumrah sebagai simbol melawan setan mencoba membujuk Nabi Ibrahim agar tidak tunduk pada kehendak Tuhan. Tujuh batu dilemparkan ke masing-masing dari tiga pilar untuk memperingati penolakan Nabi Ibrahim terhadap setan. (dul)

Read More

Asal Usul Hari Tasyrik

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Hari tasyrik adalah hari di mana umat Islam masih diperbolehkan menyembelih hewan kurban. Hari tasyrik jatuh setelah hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), yaitu tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. Tasyrik dalam bahasa Arab berasal dari kata syarraqa, yang artinya matahari terbit atau menjemur sesuatu. Tasyrik juga dapat diartikan dengan penghadapan ke arah timur (arah sinar matahari), seperti dijelaskan dalam laman Universitas Insan Cita Indonesia (UICI). Ada beberapa versi penamaan hari Tasyrik menurut pendapat ulama, berikut ini penjelasannya. Syekh Ibnu Manzur (711 H) dalam magnum opusnya “Lisan al-Arab” menyebutkan terdapat perbedaan pendapat Ulama tentang alasan perbedaan penamaan tasyrik. Kedua pendapat tersebut sebagai berikut: Penamaan hari tasyrik ini disebut karena merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab pada zaman dulu. Mereka menjemur daging qurban mereka untuk dibuat dendeng. Pendapat tersebut disandarkan pada masa Rasulullah SAW yang belum ada teknologi pendingin seperti kulkas. Sehingga, masyarakat saat itu menjemur daging qurban agar dapat menyimpannya dalam waktu lama. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Tasyrik juga dapat diartikan sebagai penghadapan ke arah timur atau arah sinar matahari. Istilah ini merujuk pada penyembelihan qurban yang dilakukan setelah matahari terbit. Pada hari Tasyrik, setiap muslim diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah apapun kecuali berpuasa. Mengapa Umat Islam Dilarang Puasa saat Hari Tasyrik? Hari tasyrik memiliki beberapa kesamaan dengan Idul Adha. Di antaranya, tentang penyembelihan hewan kurban, larangan berpuasa, dan anjuran bertakbir. Larangan puasa di hari Tasyrik disebabkan waktu tersebut sangat dianjurkan untuk menikmati berbagai hidangan dan olahan dari daging qurban. Soal larangan berpuasa ini, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan kurban ketika menunaikan ibadah haji.” (HR. Bukhari, no. 1859). Selain itu, hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda: عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ “Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954) Umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah seperti berdzikir, berdoa, serta menyembelih hewan qurban saat hari Tasyrik, dikutip dari MUI. Perintah berqurban terdapat pada surat al-Kautsar ayat 2: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ “Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurban lah!” Amalan-amalan Hari Tasyrik Berikut ini beberapa amalan yang dapat dikerjakan oleh umat muslim saat hari tasyrikm dikutip dari Kemenag NTB: Bagi umat muslim yang mampu berkurban maka dapat melaksanakan penyembelihan kurban. Daging hewan kurban nantinya dapat dibagikan kepada orang-orang disekitarnya. Penyembelihan hewan kurban ini dapat dilaksanakan pada tanggal 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah. Hewan yang akan dikurbankan juga harus memenuhi syarat, seperti hewan berkualitas baik, berisi, tidak sakit, tidak cacat, cukup umur, dll. Pada hari tasyrik, umat Islam dilarang berpuasa dan harus menikmati makan dan minum. Hal ini bertujuan agar semua umat Islam dapat menikmati daging dari hewan yang disembelih sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Hari-hari tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman.” Selain itu, umat Islam diharamkan untuk berpuasa selama hari Idul Adha dan hari tasyrik. Dari riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah untuk mengelilingi Kota Mina dan menyampaikan: “Janganlah kamu berpuasa pada hari ini (tasyrik) karena ia merupakan hari makan, minum, dan berdzikir pada Allah.” Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan takbir pada malam 10 Dzulhijjah dan hari tasyrik. Dalil keutamaan untuk bertakbir pada hari raya hingga tiga hari tasyrik bersumber dari Al-quran dan Hadits nabi Muhammad SAW. (yus)

Read More

Pengorbanan Iman dan Darah

Surabaya – 1miliarsantri.net : Ritual pengorbanan adalah salah satu dari ritual yang sudah sangat tua dalam sejarah manusia. Ritual ini ditemukan di berbagai tradisi keagamaan berbagai suku. Hubungan antara manusia dengan Zat yang diyakini sebagai Maha Kuasa ditandai dengan ritual persembahan dari barang-barang yang dimiliki manusia, baik hewan, hasil pertanian, bahkan manusia. Di dalam ritual pengorbanan masa lalu, terutama pengorbanan hewan dan manusia, darah adalah intinya. Darah diyakini sebagai inti kekuatan hidup yang disucikan. Melalui darah yang dialirkan, tuhan menjadi hidup, dan karenanya, manusia dan alam juga hidup. Potensi yang diyakini ada di dalam darah korban digunakan untuk berbagai tujuan. Intinya adalah dewa atau tuhan harus “disuap” agar dia berbaik-baik pada manusia. Jika tidak memberi berkah, setidaknya sang dewa tidak memusuhi manusia dan berbuat aneh-aneh yang mengakibatkan bencana. Berbagai kajian sejarah dan antropologi mencatat bahwa berbagai ritual korban di masa lalu berkaitan dengan kesuburan, penyucian, dan penebusan dosa. Korban persembahan harus disesuaikan dengan selera dewa atau tujuan dari pelaku ritual. Dewa tertentu hanya cocok dengan kurban tertentu. Misalnya, dalam ritual korban kaum Vedic, Dewi Malam dan Pagi diberi persembahan susu sapi hitam yang memiliki anak berwarna putih. Dewa Indra mendapat persembahan sapi, sedang Dewa Surya mendapat persembahan kambing jantan putih. Di masyarakat Yunani Kuno, binatang berwarna hitam dipersembahkan bagi para Dewa Dunia Kegelapan. Kuda-kuda yang berlari cepat disembelih untuk dipersembahkan pada Dewa Matahari, Helios. Babi yand sedang hamil dipersembahkan pada ibu bumi, Demeter. Itulah beragam catatan sejarah tentang ritual korban yang seluruhnya dipersembahkan untuk dewa atau tuhan. Tuhan diperlakukan sebagai monster serakah yang kelaparan dan minta dipuasi dengan minum darah persembahan. Tuhan dilukiskan sebagai raksasa pemarah yang selalu mengancam kehidupan manusia. Amarahnya hanya bisa diredam melalui persembahan korban. Tidak cukup dengan darah binatang, bahkan ada beberapa dewa yang begitu kejamnya hingga minta darah anak laki-laki terbaik atau perawan yang belum terjamah tangan lelaki. Idul Adha yang merupakan momentum ibadah korban merevolusi konsep ritual korban ini. Ketika Nabi Ibrahim, Bapak Tauhid bagi umat Yahudi, Nasrani, dan Muslim, hendak mengorbankan putra tercintanya, Ismail (atau Ishak), Allah menggantinya dengan seekor domba. Anda boleh memiliki tafsir apapun tentang kisah Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan putranya atas nama ketundukan pada Allah. Tapi pada akhirnya, Allah mengganti sang putra dengan seekor domba. Ketika domba tersembelih, binatang itu tidak disajikan untuk dinikmati Allah, tapi untuk dinikmati manusia. Allah tidak mengunyah daging domba dan ketika haus meminum habis darahnya. Ketika Allah meminta manusia untuk berkorban, yang dia minta dari hamba-Nya adalah keimanan dan ketakwaan pada-Nya. Konsep keimanan dan ketakwaan dalam ibadah korban tidak diwujudkan dengan memberi daging dan darah pada Allah. Alih-alih meminta daging dan darah, yang diperintahkan Allah pada hamba-Nya adalah berbagi dengan orang-orang tak mampu. Berbagi dengan mereka yang tersingkirkan, yang menikmati setusuk sate adalah sebuah kemewahan, di saat segelintir orang bisa menggelar pesta yang berharga milyaran. Dalam surah al-Hajj ayat 37, Allah berfirman: “Daging dan darah korban itu sekali-kali tidak akan sampai pada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.” Ayat ini didahului dengan ayat yang menjelaskan di mana daging hewan korban itu untuk dibagikan kepada orang yang tak mampu. Sekalipun, bisa juga dimakan oleh orang yang berkecukupan. Inti ibadah korban adalah berbagi dengan orang lain. Allah tak kelaparan hingga membutuhkan daging. Allah juga bukan drakula yang mulutnya berlepotan darah. Agama ini diturunkan tidak untuk memuasi kelaparan Allah. Perintah menyembelih binatang korban dalam Islam bukanlah ritual persembahan darah. Ini adalah pembuktian keimanan dan ketakwaan. Dan, bukti keimanan dan ketakwaan itu adalah dengan mewujudkan kasih sayang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka yang dirundung kemalangan. Dengan mengambil pelajaran dari Gus Dur bahwa “Tuhan Tak Perlu Dibela”, kita bisa memahami bahwa Tuhan tak perlu diberi makan karena Dia tak pernah kelaparan. Tuhan tak perlu disiapkan hidangan minuman darah karena Dia tak pernah kehausan. Yang butuh bantuan makanan dan minuman adalah mereka yang kelaparan. (ard)

Read More

Begini Niat Mandi Wajib Sebelum Sholat Idul Adha

Jakarta – 1miliarsantri.net : Sebelum melaksanakan ibadah Sholat Idul Adha dianjurkan untuk mandi besar atau mandi wajib. Seperti diketahui, mandi wajib dilakukan umat Islam untuk menghilangkan hadas besar sebelum melakukan ibadah. Niat Mandi Wajib نويت الغسلة لعيد الأضحى سناتن لله تعالى. Nawaitul ghusla li’idil adha sunnatan lillahi ta’ala. Artinya : “Aku niat mandi untuk merayakan Idul Adha sebagai sunah karena Allah ta’ala.” Tata Cara Mandi Besar Sebelum shalat Idul Adha Berikut tahapan melakukan mandi besar dari awal sampai akhir. Mandi besar sebelum melaksanakan shalat Idul Adha ini sebaiknya dilakukan pada pertengahan malam hingga setelah subuh. Seperti hadis Nabi Muhammad SAW : يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل Yusanul ghuslu lil’idayni, wayajuzu ba’dal fajri qat’an, wakadzaa qablahu, wayakhtasu biannisfutsaani minal layl. Artinya: Disunahkan mandi untuk shalat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, atau pertengahan malam. (pang)

Read More

Mengenali Mina Jadid

Makkah – 1miliarsantri.net : Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memperluas wilayah Mina dengan harapan menjadi solusi dari kepadatan Mina selama musim haji. Jumlah jamaah haji yang semakin banyak melalui banyak pertimbangan keselamatan jamaah tidak mungkin disatukan dalam satu wilayah. Di padang Mina yang seluas 600 hektare, jamaah akan menginap tiga hari untuk melakukan ritual lempar jumroh. Sehingga perluasan menjadi kebutuhan tak terelakan. Saudi Gazette melaporkan, sejumlah ahli telah direkrut untuk mengkaji kekurangan layanan bagi tamu Allah. Salah satu kajiannya adalah perluasan ini. Kasi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker Madinah) Yendra Al Hamidy menjelaskan lokasi perluasan Mina biasa disebut di Arab Saudi dengan istilah tausi’ul Mina, disebabkan karena lokasi Mina yang aslinya sudah penuh ditempati jamaah haji dari berbagai negara di dunia. Meskipun demikian, lokasi Mina Jadid itu masih berurutan, masih menyambung dengan jamaah haji lainnya yang berada di lokasi Mina awal,” kata dia, Sabtu (24/6/2023). Ihwal keabsahan jamaah haji mabit di wilayah perluasan Mina atau Mina Jadid. Menurutnya, itu merupakan pendapat ulama. “Terkait keabsahan mabit di Mina Jadid itu sudah merupakan pendapat ulama Saudi, Syaikh Muhammad bin Baz,” kata Yendra, sapaan Yendra Al Hamidy. Itu yang sampai kita survei kemarin itu, di bidayatul Mina sampai Mina sudah penuh kondisinya. Kemudian (wilayah Mina) disambungkan di belakangnya,” kata Yendra. Dari aspek fikihnya, ia menqiyaskan Mina Jadid dengan halaman atau bagian luar masjid yang dipergunakan untuk sholat jamaah ketika bagian dalam masjid sudah penuh oleh jamaah lain. “Kemudian diqiyaskan (oleh ulama Saudi) bahwa apabila seseorang berjamaah di masjid kemudian penuh, maka boleh seseorang itu menyambung shafnya di halaman masjid, bahkan keluar masjid, yang penting jamaah itu menyambung dengan jamaah yang ada di dalam masjid,” ujar Yendra. Qiyas sendiri yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu yang belum ada ketentuannya dan didasarkan pada sesuatu yang sudah ada ketentuannya. Dalam konteks ini, ketetapan dan dasar hukum Mina Jadid sama dengan halaman atau bagian luar masjid. (dul)

Read More

UAH : Misteri Hari Kiamat Adalah Rahasia dan Milik Allah

Jakarta – 1miliarsantri.net : Hari kiamat merupakan peristiwa kehancuran menyeluruh pada bumi dan alam semesta berikut semua isinya. Pada hari kiamat nanti, tak ada satupun planet yang tersisa, termasuk bumi. Semua mahluk hidup akan mati, termasuk para malaikat. Namun, tidak ada satupun mahluk yang tahu kapan hari kiamat akan terjadi. Allah SWT telah mengatur waktunya sedetail mungkin, mencangkup detik, menit, jam, hingga harinya, sampai momentum. Dalam bahasa Arab disebut sa’ah. اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” (QS Lukman: 34) Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan, kata sa’ah yang disebutkan dalam ayat tersebut menunjukkan kesan waktu spesifik. Detail kapan terjadi hari kiamat hanya diketahui oleh Allah SWT. “Jadi yang pertama Allah ingin sampaikan bahwa hak prerogatif Allah yang tidak diturunkan kepada mahluk manapun pengetahuannya, yang pertama kali tentang kiamat karena itu kalau Anda mendengarkan kiamat terjadi tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian langsung dapat ditepis,” ulas UAH, Rabu (21/6/2023). Rasulullah SAW saja tidak tahu kapan terjadi hari kiamat. Padahal, beliau adalah manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT. Demikian pula Malaikat Jibril yang sama sekali tidak tahu kapan terjadi hari kiamat. “Jibril saja tidak tahu, jadi kalau ada yang mengatakan ‘hati-hati kiamat terjadi tanggal sekian’. Jibril saja tidak tahu, apalagi kamu,” ujar UAH. Dalam buku Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna disebutkan, sebab kiamat adalah misteri yang pasti. Hanya Allah SWT yang tahu kapan terjadi. Allah SWT tidak memberitahukan kapan datangnya kiamat kepada siappaun mahluknya. Kiamat akan tetap menjadi misteri. Kiamat akan mendatangi manusia secara tiba-tiba, tetapi waktu kedatangannya sudah dekat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Qamar ayat 1: “Telah dekat (datangnya) kiamat dan telah terbenam bulan.” Namun begitu, Allah memberikan isyarat-isyarat atau tanda kedatangan kiamat. Di antara tanda-tanda kedatangan kiamat adalah keluarnya binatang melata. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT di Alquran surah An-Naml ayat 82. وَاِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ اَخْرَجْنَا لَهُمْ دَاۤبَّةً مِّنَ الْاَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ اَنَّ النَّاسَ كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا لَا يُوْقِنُوْنَ ࣖ “Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas mereka, Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS An-Naml: 82) Kiamat juga ditandai dengan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Nabi Isa, hingga munculnya asap di langit sebagaimana yang disebukan Allah dalam Alquran surah ad-Dukhan ayat 10-11 yang artinya: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih,”. (yan)

Read More

Wukuf di Arofah Tanggal 27 Juni 2023

Makkah – 1miliarsantri.net : Puncak pelaksanaan ibadah haji 1444 H / 2023 M sudah semakin dekat. Rangkaian masyair ini akan dimulai dengan dilakukan nya Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah 1444 H. Kepala Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah, Khalilurrahman mengatakan, Pemerintah Saudi telah memutuskan bahwa pelaksanaan wukuf di Arafah 9 Zulhijah 1444 H bertepatan pada Selasa, 27 Juni 2023. “Berdasarkan sidang isbat Pemerintah Arab Saudi, maka diputuskan bahwa wukuf di Arofah dilakukan tanggal 9 Zulhijah, atau bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2023. Informasinya sudah dipublish hari ini,” tuturnya kepada tim Media Center Haji (MCH) PPIH Arab Saudi, Senin malam (19/6/2023). Mengingat pelaksanaan puncak haji yang tinggal sepekan lagi, Khalilurrahman mengimbau para jamaah untuk senantiasa menjaga kesehatan dan fisiknya. Para jamaah nantinya akan mulai digeser dari pemondokan di Makkah menuju tenda-tenda di Arafah pada 8 Zulhijah 1444 H atau Senin, 26 Juni 2023. “Mengingat puncak haji tahun ini musim kemarau di mana cuaca di Arafah kemudian di Makkah itu mencapai 45 derajat Celsius, maka imbauannya yang terpenting pertama adalah jamaah wajib konsumsi minuman yang cukup, makanan bergizi yang cukup, dan beristirahat,” katanya. Jamaah diminta tidak banyak beraktivitas keluar ruangan terutama sejak H-5 pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jamaah juga diimbau tidak memaksakan diri menjalankan ibadah-ibadah sunnah di Masjidil Haram yang kondisinya sudah semakin sesak. “Jangan banyak keluar, ketika nanti pada H-5 atau H-3 diharapkan jamaah haji benar-benar istirahat total dari aktivitas fisik yang berlebihan yang nanti bisa menghambat kondisi (kesehatan dan fisik) jamaah haji,” tutur Kholilurrahman. Selama pelaksanaan masyair di Armuzna, jamaah juga diimbau fokus beribadah di dalam tenda-tenda yang telah disediakan. Sebab cuaca di Arab Saudi pada pelaksanaan puncak haji ini sedang panas-panasnya. “Karena tujuan mereka tiba di Arafah, Muzdalifah, dan Mina adalah untuk melaksanakan ibadah. Jadi jangan banyak aktivitas keluar, karena itu akan mengurangi energi mereka dan bisa mempengaruhi kondisi kesehatan jasmani mereka,” ucap Kholilurrahman menandaskan. Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji 1444 H / 2023 M yang dirilis Kementerian Agama (Kemenag), seluruh jamaah Indonesia akan diberangkatkan secara bertahap dari Makkah ke Arafah pada 8 Zulhijah atau Senin, 26 Juni 2023. Seluruh jamaah kemudian akan melaksanakan wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah atau bertepatan dengan hari Selasa, 27 Juni 2023. Sementara Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijah di Arab Saudi akan jatuh pada hari Rabu, 28 Juni 2023. Usai wukuf di Arafah atau 9 Zulhijah malam, jamaah haji melakukan mabit atau bermalam di Muzdalifah sekaligus mengambil batu-batu kecil untuk digunakan lempar jumrah di Jamarat. Esoknya, yakni tanggal 10 Zulhijah jamaah melakukan jumrah aqobah. Selanjutnya, jamaah akan bermalam dan tinggal di tenda-tenda yang telah disediakan di Mina selama hari tasyrik tanggal 11-13 Zulhijah atau 29 Juni-1 Juli 2023. Jamaah yang mengambil nafar awal akan melaksanakan lempar jumrah ula, wustho, dan aqobah pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah dan kembali ke Makkah sebelum matahari terbenam. Sementara jamaah yang mengambil nafar tsani akan melaksanakan lempar jumrah selama tiga hari tasyrik yakni 11-13 Zulhijah, setelah itu baru kembali ke Makkah. (dul)

Read More