Begini Sifat Rasulullah SAW ketika Menjenguk Orang Sakit

Yogyakarta — 1miliarssntri.net : Menjenguk orang sakit merupakan hal terpuji dan juga sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Menjenguk orang sakit juga termasuk ke dalam adab dan etika menurut Islam. Dikutip dari buku Nabi Muhammad Sehari-Hari karya Muhammad Ismail Al-Jawisy, Rasulullah SAW jika mengetahui ada salah seorang sahabat yang sedang menderita sakit, maka beliau selalu menjadi orang pertama yang bergegas untuk menjenguk. Beliau akan masuk menjenguk dan berkata kepadanya, “Dengan izin Allah tersucikan.” Maksudnya adalah bahwa sakit yang sedang menimpanya adalah cara Allah mensucikan seseorang dari dosa. Posisi beliau ketika menjenguk selalu mendekat kepada orang sakit tersebut, dan duduk dekat kepala, kemudian berkata, “Bagaimana keadaanmu?” Setelah bertanya beliau lantas mengusap kepala si sakit dengan tangan kanannya dan berkata, “Sembuhkanlah sakit ini wahai Tuhan sekalian manusia yang menyembuhkan penyakit. Tiada yang bisa menyembuhkan terkecuali Engkau.” Atau juga beliau membaca, “Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, hilangkanlah penyakit ini. Ya Allah, sembuhkanlah hamba-Mu. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha menyembuhkan dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan bekas.” Doa kesembuhan itu dibacakan sebanyak tiga kali, sebagaimana beliau contohkan ketika menjenguk Saad bin Abi Waqqash, “Ya Allah, sembuhkanlah Saad. Ya Allah, sembuhkanlah Saad. Ya Allah, sembuhkanlah Saad.” Tidak hanya mereka yang datang menjenguk, orang yang sakit pun bisa turut berdoa untuk saudara-saudara Muslimnya yang menjenguk, sebagaimana sabda beliau, “Jenguklah oleh kalian orang yang sakit dan suruhlah mereka pula untuk mendoakan kalian, karena doa orang yang sakit akan dikabul selain dosanya akan diampuni.” Rasulullah juga suka bertanya tentang sesuatu yang disukai orang yang sedang sakit, beliau berkata, “Apakah kamu menghendaki sesuatu?” Jikalau ternyata beliau mendapati sesuatu yang sangat disenangi orang sakit dan tidak membahayakannya, para sahabat disuruh segera menghadirkannya. Rasulullah SAW tidak pernah mengkhususkan waktu tertentu untuk menjenguk orang sakit, melainkan disunnahkan menjenguk di setiap kesempatan, untuk meringankan penderitaannya dan keluarganya. Bahkan bila perlu dianjurkan juga untuk bisa menjenguk kembali, tentunya dengan izin orang sakit tersebut yang menghendaki kedatangannya. Rasulullah SAW gemar menjenguk setiap orang sakit tidak terbatas hanya di kalangan kaum muslimin saja, namun orang-orang yang tidak beliau kenal pun dijenguknya. Beliau pernah menjenguk seorang Yahudi yang sedang sakit, termasuk beliau pernah menjenguk pamannya yang seorang kafir, yaitu Abu Thalib. Rasulullah SAW sangat mendorong kita semua untuk bisa saling menjenguk jikalau ada yang sedang sakit, beliau berkata, “Tidak ada seorang muslim yang menjenguk saudaranya yang muslim terkecuali Allah akan mengutus tujuh puluh ribu malaikat kepadanya untuk mengucapkan doa atasnya, pada waktu siang sampai datang waktu sore; kemudian pada waktu malam sampai datang waktu pagi” Beliau berkata, “Barangsiapa yang datang menjenguk orang sakit atau menziarahi seseorang yang gugur di jalan Allah, seorang penyeru akan menyerunya untuk memberinya kebaikan, dan ia pun akan diberi kebaikan dan akan dibangunkan sebuah rumah (dengan izin tuhan) kelak di akhirat.” Sangat dianjurkan sekali bagi orang yang datang menjenguk untuk menasehatinya (orang sakit) dengan kesabaran, sebagaimana Rasulullah SAW pernah menjenguk seseorang dari kaum Anshar yang mengeluh (karena sakitnya), ia berkata, “Wahai Rasulullah, sudah tujuh hari tujuh malam aku sakit, tapi tidak ada seorang pun yang menjengukku.” Beliau berkata kepadanya, “Wahai saudaraku, bersabarlah. Sampai kamu ‘dikeluarkan’ dari dosa-dosamu setelah kamu terjerumus masuk ke dalamnya.” Bahkan lebih jauh, beliau mengajarkan untuk menghibur orang yang sakit dengan senantiasa memberikan kabar gembira, seperti pujian dan doa panjang umur. Rasulullah berkata, “Jika kalian menjenguk orang yang sedang sakit, berilah mereka semangat hidup, kendati hal itu tidak akan mengobati penyakitnya, namun setidaknya akan menghibur jiwa orang yang sedang sakit.” (yus) Baca juga :

Read More

Gaya Hidup Halal Haram Menurut Aturan Islam

Jakarta — 1miliarsantri.net : Istilah Halal dan haram sudah melekat erat dalam kehidupan sehari-hari. Anjuran mengonsumsi dan menjalankan segala sesuatu yang halal sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Begitupun menjauhi perkaran haram merupakan perintah yang harus dipatuhi. Zaman semakin berkembang, kian banyak varian bisnis yang berlandaskan hukum dan prinsip Islam. Meski terlihat mengedepankan unsur religius, tapi implementasi bisnis bersifat universal dan dapat diterapkan pada siapapun. Hal ini juga yang membua tren bisnis halal dalam tren gaya hidup halal (halal lifestyle). يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْ‌ضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 168). Pimpinan AQL Islamic Centrer, KH Bachtiar Nasir (UBN), menjelaskan, ayat memuat perintah memakan makanan halal lagi baik. Ayat itu pun melarang manusia terjerumus ke tindakan yang mengikuti setan, karena bisa menjerumuskan pada kedurhakaan pada Allah SWT. Masalah halal dan haram merupakan batasan-batasan Allah SWT bagi manusia sebagai bentuk ujian keimanan dan penghambaan diri kepada-Nya. Dalam menyikapi perintah Allah SWT ini, sebagian umat Islam tidak lagi memperdulikan aspek halal dan haram, karena sudah dikuasai oleh hawa nafsu. “Sehingga tidak lagi memikirkan hak Allah SWT untuk ditaati dan disembah dengan segala macam ibadah,” kata UBN dalam ceramahnya di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, dikutip Rabu (04/10/2023). UBN menegaskan, hak menentukan halal dan haram merupakan hak Allah SWT. Manusia sama sekali tidak berhak menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Begitu juga sebaliknya, mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya. Dalam Islam, wilayah halal sangat luas. Sedangkan, wilayah haram sangat sempit. Maka itu, umat Islam tidak perlu merinci satu-persatu yang halal. Hal yang perlu diketahui adalah perkara haram, karena selain yang haram pasti halal. “Dalam kaedah fiqihnya disebutkan bahwa hukum asal segala sesuatu itu adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya. Oleh karena itu selama tidak ada dalil dari al-Qur`an dan Sunnah Nabi SAW yang menegaskan bahwa sesuatu itu haram, maka ia adalah halal,” ujar UBN. Allah SWT tidak menghalalkan kecuali yang baik dan bermanfaat bagi umat manusia. Sebaliknya, Allah tidak mengharamkan kecuali yang buruk dan merugikan bagi manusia. Ini bisa ditemukan dalam Surah Al-A’raaf ayat 157. Harus dipahami, niat baik tidak selamanya menjadikan sesuatu yang haram menjadi baik. Perkara haram tetap haram. Dalam Islam ada dua jenis yang diharamkan. Pertama, dilarang karena substansinya. Artinya, asal makanan tersebut sudah haram, seperti bangkai, darah, babi, anjing, minuman keras, dan sebagainya. Kedua, dibanned karena cara mendapatkannya. Makanan tersebut pada mulanya halal, namun menjadi haram karena sebab-sebab yang tidak berhubungan dengan makanan tersebut. Misalnya, makanan hasil korupsi, upah zina, hasil kecurangan, hasil riba dan lain-lain. “Kesadaran kita akan halal dan haram sudah seharusnya menjadi gaya hidup kita karena itu adalah wujud ketaatan kita kepada Allah SWT. Dan tentunya menjadikan halal sebagai gaya hidup akan memberikan manfaat bagi kita. Karena Allah SWT hanya mengijinkan segala sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi kita,” pungkas UBN. (yan) Baca juga :

Read More

Meski Rajin Membaca Al Qur’an, Namun Golongan Inilah Yang Akan Ditentang Pada Hari Kiamat

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Orang membaca Alquran memang diganjar dengan pahala besar. Namun adanya kalanya semangat rajin membaca Alquran berakhir sia-sia di Hari Kiamat kelak karena perbuatan yang telah dilakukannya. Mengapa demikian? Di Hari Kiamat, Alquran bisa menjadi penyelamat bagi seorang Muslim. Tidak hanya sebagai penyelamat, Alquran juga bisa melakukan pertentangan terhadap mereka yang rajin membacanya. Dari Hadits riwayat Abu Malik Al Asy’ari RA menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) Alhamdulillah (Segala puji hanya bagi Allah) memenuhi timbangan, (ucapannya) Subhanallah (Maha Suci Allah) dan Alhamdulillah (Segala Puji hanya bagi Allah) keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar itu dhiya’ (cahaya yang disertai rasa panas). Alquran itu bisa menjadi hujjah bagimu atau melawanmu. Setiap orang berangkat di pagi hari sampai menjual dirinya sehingga dia membebaskannya atau membinasakannya.” (HR Muslim) Dengan membaca Alquran dan mengamalkannya, maka Alquran akan menjadi hujjah bagi pembacanya di Hari Kiamat. Tetapi jika tidak diamalkan maka justru Alquran di Hari Kiamat berbalik melawan mereka yang senantiasa membaca Alquran selama di dunia. Orang yang rajin membaca Alquran tetapi tidak mengamalkannya, dan tidak melakukan perbuatan sesuai apa yang diperintahkan Alquran, maka Alquran itu akan menjadi penentangnya di Hari Kiamat. Alquran menjadi penentang bagi mereka yang rajin membacanya karena mereka tidak menjauhi apa yang dilarang, tidak mengharamkan apa yang telah ditetapkan keharamannya, tidak menghalalkan apa yang halal, tidak menetapkan keputusan atas dasar haram dan halal, tidak terima terhadap apa yang telah ditetapkan, tidak ingin mengkaji, merenungkan dan mengamalkan ayat-ayat Allah SWT. Para pembaca Alquran yang seperti itulah yang melakukan kebohongan dalam perkataannya, mengingkari janjinya dan melanggar kesepakatan. Orang yang mendapat perlawanan dari Alquran di Hari Kiamat, kerap melakukan kebohongan lewat tindakannya meski terhadap binatang. Salah satu kisah yang perlu menjadi pelajaran adalah ketika Imam Bukhari bertemu dengan salah satu perawi hadis di suatu kota, yang memiliki seekor kuda. Suatu kali, dia membawa ember sambil menggiring kudanya. Kuda itu pun mengikuti arahan ulama itu. Kemudian Imam Bukhari bertanya, “Apakah di dalam ember itu ada makanan kuda sehingga kuda itu menurut padamu?” Orang itu berkata, “Tidak ada. Ember ini kosong. Aku hanya membodohi kudaku.” Mengetahui itu, Imam Bukhari enggan meriwayatkan hadits darinya meski yang diriwayatkannya itu benar. Setelah itu Imam Bukhari pergi meninggalkannya. Ini karena perawi tersebut telah membohongi kudanya, yang tidak pantas dilakukan. Karena itu, hendaknya setiap Muslim mengamalkan ayat-ayat suci Alquran yang dibacanya atau yang didengarnya. Agar kelak Alquran itu menjadi pembela di Hari Kiamat, bukan justru melawan. (yus) Baca juga :

Read More

Kebiasaan Rasulullah Dalam Bersedekah Membuat Para Pembencinya Menjadi Mualaf

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW telah memberi teladan tentang bagaimana agar harta yang kita dimiliki menjadi berkah. Yaitu dengan cara mengeluarkan sebagian dari harta yang kita miliki di jalan Allah Subahanahu wa Ta’ala baik itu dengan cara bersedekah, berinfaq, berzakat, atau pun berwakaf. Rasulullah SAW mengisi hari-harinya dengan bersedekah, bahkan sedekahnya semakin banyak ketika bulan suci Ramadhan. Bahkan Rasulullah bersedekah bukan saja terhadap orang-orang yang telah memeluk Islam, dalam sejumlah riwayat dan juga kitab-kitab siroh disebutkan bahwa Rasulullah mempunyai kebiasaan bersedekah pada seorang buta yang begitu membenci rasul. Orang buta itu setiap hari selalu mencaci maki rasul tanpa mengetahui seperti apa sosok rasul itu. Sedang setiap harinya Rasulullah mendatangi orang buta itu, lalu rasul menyuapi orang buta itu dengan tangannya sendiri. Sementara orang buta itu tidak mengetahui bahwa sosok yang selalu bersedekah menyuapinya makan tiap hari adalah Rasulullah. Orang buta itu baru mengetahui semuanya ketika Rasulullah telah wafat. Hingga ia pun bertobat dan memeluk Islam. Maka sebagai Muslim harus meneladani Rasulullah dengan menjadi dermawan, mengeluarkan harta untuk kemaslahatan di jalan Allah. Apalagi bagi yang memiliki kelebihan harta. Jangan sampai bakhil terhadap harta. Karena sifat bakhil itu akan membawa kebinasaan. Sejatinya setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas hartanya. Maka celaka bagi orang-orang yang menghambur-hamburkan hartanya dalam kemaksiatan dan tidak mau bersedekah, berinfak, berzakat dan berwakaf. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat At Taubah ayat 180: وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Begitupun pada surat At Taubah ayat 34-35: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۗ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ # يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ# Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (34). pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu,” (35). (yan) Baca juga :

Read More

Melihat Makam Imam Bukhori

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Siapa umat Islam yg tak kenal Imam Bukhori? Yaitu Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Ja’fi Al-Bukhari, lahir di Bukhoro, 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M) – wafat di Khartank, 1 Syawal 265 H (1 September 870 M), atau lebih dikenal Imam Bukhari, adalah ahli hadits yang masyhur. Sebagian ulama menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (pemimpin orang-orang yang beriman dalam hal ilmu hadis). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya. Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadis, mengumpulkan dan menyeleksi hadisnya. Di antara kota-kota yang disinggahinya antara lain Basrah, Mesir, Hihaz (Mekkah dan Madinah), Kufah, Baghdad. Di Baghdad, Imam Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan seorang ulama besar, Ahmad bin Hanbal. Di kota-kota itu ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari mereka ia mengumpulkan dan menghafal satu juta hadis. Kemudian menyaringnya menjadi 7.275 hadis. Komplek makam Imam Bukhari yang terletak di desa Khartank, sekitar 25 kilometer dari Samarkand, telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia. Ini berkat jasa Presiden Soekarno. Sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai ketika paska Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow. Soekarno mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari. Kata Soekarno kepada pemimpin Soviet saat itu, Nikita Krushchev, “Aku sangat ingin menziarahinya”. Pada 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar, bahkan menurut Azizi pemandu perjalanan saya di Uzbekistan menyebutkan sengaja disembunyikan. Bahkan Soekarno menginap di Samarkand selala tiga hari untuk bertanya kpd masyarakat. Tak ada yg berani menunjukkan di mana letak kuniran Imam Bukhori karena akan ada amcaman dari pemerintah yg anti agama saat itu. Hingga akhirnya pada malam ketiga, di tengah malam ditunjukkan oleh masyarakat tempat quburan (maqbarah) Imam Bukhori. Soekarno sempat mengusulkan jasad Imam Bukhori dipindahkan ke Indonesia. Namun pemerintah Soviet tidak mengizinkan. Dan, Soekarno meminta agar dirawat makam Imam Bukhori, hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut permintaan Presiden Soekarno. Menurut cerita Aziz, Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukan dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak menuju makam Imam Bukhori. Atas jasa Presiden Soekarno, komplek makam Imam Bukhari kini dipugar dan sedang proses pembangunan sekaligus masjidnya hingga terlihat sangat megah. Sehingga, komplek makam seluas 10 hektar ini menjadi wisata bagi umat Islam di dunia setelah makam Nabi Muhammad SAW di Madinah. (mif) Baca juga :

Read More

Imam Ghazali sempat Alami Krisis Spiritual, Hingga Bertemu Guru Sufi nya

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Imam al-Ghazali merupakan seorang mujadid atau pembaru yang masyhur dalam sejarah Islam. Perjalanan hidupnya diwarnai lika-liku. Mula-mula, pemilik nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad ath-Thusiy al-Ghazali itu menekuni dunia akademis. Bahkan, ia pernah menjabat guru besar di Universitas Nizamiyah, Baghdad. Sebagai seorang ilmuwan, wajarlah bila ia cenderung mengandalkan pencerapan pengetahuan melalui penalaran maupun pembuktian empiris. Namun, pada akhirnya ia menjadi sangsi akan kedua metode epistemologis itu. Bahkan, ia kemudian mengalami krisis spiritual dan intelektual. Seperti diungkapkannya dalam Al-Munqidz Mina adh-Dhalal, enam bulan lamanya sang profesor mengalami kegelisahan batin. Ia bimbang, apakah meneruskan posisinya sebagai pengajar ataukah berhenti. Sebab, al-Ghazali merasa sudah teranjur skeptis pada keandalan akal rasional dan metode empiris sebagai jalan menuju kebenaran. Satu-satunya pilihan yang terbuka lebar untuknya ialah jalan salik. Ia merasa perlu merasakan pengetahuan yang diperoleh melalui kalbu, yang tercerahkan iman kepada Allah SWT. Tasawuf diyakininya mampu menghilangkan segala kesangsian yang dirasakannya. Sejak 1905, Imam al-Ghazali meletakkan jabatan di Universitas Nizamiyah. Ia pun mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Meski harus beranjak dari kekayaan, pangkat, popularitas, dan segala pernak-pernik duniawi, perjalanan itu ditempuhnya dengan penuh ketenteraman hati. Sebelum momen penting itu terjadi dalam hidupnya, al-Ghazali muda juga pernah bersinggungan dengan hikmah tasawuf. Kisahnya terekam dalam kitab Muid an-Ni’ami, dengan mengutip penuturan Imam Tajuddin as-Subki. Dikisahkan, suatu hari Imam al-Ghazali memimpin shalat di sebuah masjid. Masyarakat setempat memang biasa menjadikannya imam dalam shalat wajib yang diselenggarakan di sana. Apalagi, rumah al-Ghazali tak jauh dari tempat ibadah itu. Namun, adik Imam al-Ghazali yang bernama Ahmad mulai menyisihkan diri begitu melihat kakaknya itu menjadi imam shalat. Ia lebih suka meneruskan shalat secara sendirian (munfarid) daripada harus ikut menjadi makmum di belakang al-Ghazali. Orang-orang mulai membicarakan hal itu. Bahkan, lama kelamaan muncul rumor tidak sedap tentang hubungan antara Imam al-Ghazali dan adiknya itu. Alhasil, sang imam pun merasa tidak nyaman. Ia menduga, Ahmad telah menganggap shalat yang dipimpinnya tidak sah. Padahal, dirinya merasa sudah menjalankan setiap syarat dan rukun shalat secara sempurna. Suatu ketika, ia pun menceritakan kegundahan hatinya itu kepada ibunya. Sang ibunda lantas berjanji akan menyuruh Ahmad untuk turut menjadi makmum manakala al-Ghazali tampil sebagai imam shalat. Mendengar itu, ia pun bersuka cita karena orang tidak akan lagi menyebarkan desas-desus yang bukan-bukan. Akhirnya, Ahmad bersedia untuk ikut shalat berjamaah di masjid yang diimami al-Ghazali. Orang-orang yang menyaksikannya sempat terkejut, tetapi kemudian tidak berkata apa-apa. Bagaimanapun, di tengah shalat Ahmad justru membatalkan dirinya. Ia keluar dari shaf dan meneruskan shalat secara sendirian. Sesudah salam dan shalat selesai, beberapa jamaah pun mulai berbisik-bisik satu sama lain. Hati al-Ghazali kian gusar. Sesampainya di rumah, ia segera meminta penjelasan dari adiknya itu. “Mengapa kamu membatalkan makmum kepadaku!? Apakah kamu menganggap shalat yang aku imami tidak sah?” tanya dia dengan nada tinggi. “Aku melihat pakaianmu berlumuran darah,” jawab Ahmad. Al-Ghazali tidak mengerti maksud perkataan adiknya itu. Ia melihat dengan jelas, gamis yang dikenakannya bersih, tak ada noda sedikitpun. Ia pun beranjak ke kamarnya dan kemudian berupaya menenangkan perasaannya. Tiba-tiba, ia tersadar bahwa belakangan ini sebelum shalat dirinya sering membuka-buka kitab tentang hukum fikih. Kebetulan, sesaat sebelum berangkat ke masjid tadi dirinya sempat membuka bab tentang bersuci (thaharah). Malahan, saat sedang mengimami shalat tadi pun pikirannya terbersit pada soal hukum darah haid. Al-Ghazali segera keluar dari kamarnya dan menjumpai adiknya itu untuk meminta maaf. “Bagaimana mungkin kamu bisa mengatahui apa yang aku pikirkan tadi saat menjadi imam shalat?” tanya dia Ahmad menjawab, “Aku berguru kepada seorang ulama yang tidak terkenal di pinggiran kota. Namanya, Syekh al-Utaqy. Dia orang alim, tetapi sehari-hari bekerja sebagai tukang sol sepatu di toko dekat pasar.” Karena penasaran, al-Ghazali pun pergi untu menemui orang alim tersebut. Sesampainya di bangunan pertokoan pasar yang dimaksud, ia pun berhasil menemukan Syekh al-Utaqy. “Izinkanlah aku untuk menjadi muridmu,” pintanya. “Aku kira, kamu tidak akan sanggup mengikuti perintahku,” jawab al-Utaqy. “Insya Alllah aku bisa melakukannya,” kata al-Ghazali lagi. Guru adiknya itu akhirnya menerimanya. Al-Ghazali lantas diperintahkan untuk membersihkan kotoran yang ada di lantai dengan tangannya. Meskipun sempat merasa aneh, ia tetap mematuhi perintah sang ulama yang juga salik itu. Saat akan mengambil kotoran tersebut, Syekh al-Utaqy tiba-tiba mencegahnya, lalu menyuruh al-Ghazali agar pulang. Setibanya di rumah, Imam al-Ghazali semakin heran terhadap pelajaran pertama yang diajarkan syekh tersebut. Akan tetapi, ia akhirnya mendapatkan ilham tentang tindakan al-Utaqy. Sang sufi hendak mengisyaratkan agar dirinya membersihkan hati terlebih dahulu sebelum mengurus apa-apa yang tampak dalam pandangan mata. Mulai saat itu, Imam al-Ghazali terus berguru kepada Syekh al-Utaqy. Ia merasa terpanggil untuk menyelami lebih dalam ilmu tasawuf. (mif) Baca juga :

Read More

Beberapa Kitab Maulid Yang Populer di Masyarakat Nusantara

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ketika memasuki bulan Rabiul Awal, mayoritas umat Islam di Tanah Air mengisinya dengan membaca kitab-kitab maulid. Tradisi membaca kitab yang berisikan riwayat hidup Rasulullah SAW tak hanya dilakukan di pesantren, masjid, dan mushola. Di beberapa daerah, tradisi membaca kitab-kitab maulid berlangsung dari rumah ke rumah dalam rangka memperingati kelahiran junjungan nabi besar Muhammad SAW. Apa saja kitab maulid yang populer dibaca umat Muslim di Indonesia ketika memperingati maulid? AL BARZANJI (IQDUL JAUHAR DI MAULIDAN NABIYYIL AZHAR) PengarangSayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al Husaini asy Syahzuri al Barzanji. Isi SHIMTUD DHURORPengarangHabib Ali Bin Muhammad Bin Husein Al Habsyi Isi EPA-EFE/YAHYA ARHABMAULID AD-DIBA’IPengarangSyekh Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Yusuf bin Ahmad bin Umar asy-Syaibani az-Zabidi asy-Syafi’i (Abul Faraj) IsiRingkasan dari kitab Maulid Syaraful Anâm,Perjalanan hidup RasulullahPencantumkan ayat-ayat Alquran dan hadis. BURDAH (AL KAWAKIB AD DURIYAH FI MADHI KHAIRIL BARIYAH)PengarangSyekh Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri IsiKitab Burdah adalah salah satu kitab maulid yang memuat syair pujian kepada Rasulullah, tiap baitnya penuh makna yang mendalam.Susunan dan pilihan kata yang digunakan pun begitu indah. MAULID AD DHIYA ULAMIPengarangHabib Umar bin Hafidz IsiMukaddimahnya ada 12 bait, melambangkan kelahiran Rasul saw pada tangggal 12.Bagian pertama terdiri dan diambil dari tiga surat, yaitu Surat Al-Fath, Surat At-Taubah, dan Surat Al-Ahzab. Tiga surat ini melambangkan lahirnya Rasulullah SAW pada bulan tiga (Rabi’ul Awal).Bait-baitnya berjumlah 63, yang melambangkan usia Rasulullah SAW adalah 63 tahun. (yat) Baca juga :

Read More

Beberapa Referensi Mengenai Biografi Rasulullah SAW

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, tepatnya pada 12 Rabiul Awal. Di bulan ini pula, umat Muslim diingatkan kembali dengan berbagai peristiwa sejarah Islam dalam kehidupan nabi, hingga menjadikannya sebagai teladan umat. Ada banyak cara untuk meneladani Rasulullah SAW, salah satunya dengan membaca biografi nabi atau sirah nabawiyah. Banyak ulama hingga penulis sejarah yang menulis tentang Nabi SAW dalam buku. Sejarah hidup Rasulullah SAW begitu menarik sejarawan dan tokoh agama untuk menuliskannya. Berikut enam rekomendasi sirah Nabi Muhammad SAW untuk lebih mengenal dan mencintai utusan Allah Ta’ala ini: Biografi ini lebih mirip novel yang bergerak cepat dan selalu menarik. Dengan keahliannya yang seolah tak tertandingi, Martin Lings menghadirkan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dengan narasi dan detail mengagumkan. Mulai dari sikap dan kepemimpinannya dalam menghadapi berbagai rintangan dakwah, kisah romantisnya sebagai individu dan keluarga. Buku ini mencakup segalanya, mulai dari demografi suku-suku Arab dan keadaan politik mereka pada masa Arab pra-Islamhingga saat-saat terakhir Nabi SAW di dunia ini. Penulis menguraikan sifat-sifat dan perilaku Nabi SAW secara mendalam. Ia pun menekankan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok sempurna, baik secara fisik maupun perilaku. Quraish Shihab menggunakan sumber-sumber dari karya ulama-ulama Sunni maupun Syiah, sehingga menjadikan buku ini begitu kompleks. Melalui cara ini, bahkan bagi orang yang skeptis, melihat besarnya kemajuan melalui ajaran Islam. Armstrong juga berusaha menunjukkan perintah agama Islam bersifat natural dan tidak bertentangan dengan pemikiran modern. Dia juga menunjukkan pengetahuan yang jelas tentang perbedaan antara hukum Islam dan praktik budaya. Dengan landasan sejarah ilmiah yang kukuh, dipadu dengan gaya cerita yang renyah, Dr Al-Buthy di dalam buku ini mampu menghadirkan keagungan cerita dari Rasulullah SAW. Buku ini menjadi satu-satunya buku pegangan dasar tentang sirah Nabi Muhammad SAW yang paling lengkap dan terpercaya. (yat) Baca juga :

Read More

Keistimewaan Para Wali-wali Allah

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Allah SWT memiliki wali-wali di dunia, orang yang menjadi wali-Nya memiliki keistimewaan tersendiri. Dan siapakah yang disebut sebagai wali Allah tersebut? Seperti dikutip dari Syarah 10 Hadits Qudsi Pilihan disusun Abu Hafizhah Irfan, Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إنَّ اللهَ قال: مَن عادى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحرب، وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيء أحب إليَّ مما افترضتُ عليه، وما يزال عبدي يتقرَّب إليَّ بالنوافل حتى أحبَّه، فإذا أحببتُه: كنتُ سمعَه الذي يسمع به، وبصرَه الذي يُبصر به، ويدَه التي يبطش بها، ورجلَه التي يمشي بها، وإن سألني لأعطينَّه، ولئن استعاذني لأُعيذنَّه، وما تردَّدتُ عن شيء أنا فاعلُه تردُّدي عن نفس المؤمن، يكره الموتَ وأنا أكره مساءتَه». “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah menyatakan perang dengannya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan nawafil (sunnah) hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar. (Aku akan menjadi) penglihatannya yang dengannya ia melihat. (Aku akan menjadi) tangannya yang dengannya ia memukul. (Aku akan menjadi) kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya. Tidaklah Aku ragu untuk berbuat sesuatu seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin, ia membenci kematian sedangkan Aku tidak suka menyakitinya.” (HR. Bukhari Juz 5 : 6137) Disebutkan dalam hadits di atas, إنَّ اللهَ قال: مَن عادى لي وليًّا “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi waliKu.” Yang dimaksud wali Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah orang yang beriman dan selalu bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana yang Allah jelaskan di dalam Alquran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) bersedih. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS Yunus ayat 62-63) Iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Sedangkan yang dimaksud dengan taqwa adalah melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, di atas cahaya petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena mengharapkan pahala dari Allah ﷻ. Dan meninggalkan maksiat kepada Allah, di atas petunjuk dari Allah, karena takut hukuman dari Allah SWT. (Taisirul Karimir Rahman) Para wali-wali Allah senantisa bertaqwa kepada Allah SWT di mana pun mereka berada. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Bertaqwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, iringilah perbuatan dosa dengan kebaikan niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi). (mif) Baca juga :

Read More

Sifat Utama Rasulullah SAW Adalah Sederhana dan Rendah Hati

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW memiliki sifat kesederhanaan dan kerendahan hati yang sempurna. Dari sifat tersebut, umat manusia bisa belajar banyak dan meningkatkan gaya hidup secara signifikan jika mengikuti sunnahnya. Manusia memiliki sifat dasar menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain. Hal itu pada akhirnya memunculkan ego yang mendorong perasaan negatif satu sama lain. Berbeda dengan Rasulullah SAW. Meski punya banyak pengikuti, namun beliau tetap rendah hati dan tidak pernah menganggap dirinya lebih unggul dari para sahabat dan manusia lainnya. Dalam banyak riwayat, Rasulullah SAW tidak suka diperlakukan seperti orang yang memiliki kekuatan besar atau pengikut yang mirip dengan raja atau penguasa. Beliau melarang orang berdiri di hadapannya atau berlutut untuk memberikan simbol-simbol penghormatan. Beliau tinggal di rumah sederhana dan makan makanan yang sederhana. Meskipun beliau adalah seorang Nabi dan memiliki banyak pengikut, beliau tidak pernah menggunakan pengaruhnya untuk hidup bermewah-mewahan. Beliau menjalani kehidupan yang tidak bergelimang harta, melainkan hidup dalam kerendahan hati dan kesederhanaan. Suatu ketika Rasulullah SAW bepergian dengan para sahabatnya. Ketika tiba waktunya untuk menyiapkan makanan, beliau meminta mereka untuk menyembelih seekor domba. Seorang pria berkata, “Saya akan menyembelihnya”. Kata yang lain, “Saya akan mengulitinya.” Yang ketiga berkata, “Aku akan memasaknya.” Maka Rasulullah bersabda, “Aku akan mengumpulkan kayu untuk api.” Mereka berkata: “Tidak, kami akan mencukupkanmu dengan pekerjaan itu.” “Aku tahu bahwa kalian dapat melakukannya untukku, tetapi aku benci diistimewakan. Allah tidak suka melihat seorang hamba-Nya diistimewakan oleh orang lain.” Maka dia pun pergi dan mengumpulkan kayu bakar. (Khulasa As- Siyar hal.22) Rasulullah SAW adalah seorang suami dan ayah yang patut dicontoh. Meskipun memiliki banyak istri, beliau memberikan hak-hak mereka, memperlakukan mereka dengan setara. Selain itu, beliau juga membantu pekerjaan rumah tangga. Beliau memperbaiki sepatu dan pakaiannya sendiri. Selain menjadi suami dan ayah yang baik, dia juga seorang yang baik. Dia memperlakukan semua wanita dengan hormat. Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Beliau lebih cantik dari seorang perawan di kamar kerjanya. Ketika beliau membenci sesuatu, kami membacanya di wajahnya. Beliau tidak menatap wajah siapa pun, beliau selalu menundukkan pandangannya. Dia lebih banyak melihat ke tanah daripada melihat ke langit. Pandangan beliau yang paling banyak kepada manusia adalah pandangan mata. (HR. Bukhari, no. 504) Rasulullah SAW selalu berbuat baik kepada orang miskin dan membutuhkan. Beliau tidak pernah memperlakukan para pelayan/budak dengan buruk. Beliau memperlakukan mereka secara setara. Bahkan, saat dihadiahi seorang budak bernama Zayd bin Haritsah oleh Sitti Khadijah, Rasulullah memperlakukan seperti anak angkat. Zayd kemudian menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi (SAW) bersabda, “Orang yang menjaga dan bekerja untuk seorang janda dan orang miskin, adalah seperti seorang pejuang yang berjuang di jalan Allah atau seperti orang yang berpuasa di siang hari dan berdoa sepanjang malam. (HR. Bukhari no. 6006) Karakter Nabi adalah sedemikian rupa sehingga orang-orang cenderung menerima Islam. Beliau sadar akan singkatnya dunia ini dan tahu bahwa tempat tinggal manusia yang sebenarnya adalah di akhirat. Maka itu, sudah sepatutnya seorang muslim mengikuti jejak beliau agar nonmuslim melihat keindahan akhlak masyarakat muslim. (yus) Baca juga :

Read More