Ingin Terhindar dari Fitnah Manusia yang Membinasakan, Baca 3 Doa dari Alquran dan Hadits ini

Surabaya — 1miarsantri.net : Menurut KBBI, fitnah merupakan perkataan bohong yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang dan merugikan kehormatan orang lain. Bahkan disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 191, bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mengapa demikian? Fitnah memang tidak membuat seseorang kehilangan nyawanya, tetapi karena fitnah justru dapat membuat kehidupan seseorang menjadi hancur karenanya. Karena itu, agar kita terhindar dari bahaya fitnah, agar selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT. Berikut ini doa memohon perlindungan dari bahaya fitnah: Doa pertama رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَاۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ Rabbanaa laa taj‘alnaa fitnatal lilladziina kafaruu waghfir lanaa rabbanaa, innaka antal-‘aziizul-hakiim “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS al-Mumtahanah ayat 5) Doa kedua رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ، وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ Robbana la taj’alna fitnatan lilqaumizzholimina wa najjina birahmatika minal qaumil kaafirin.” Terjemah: “Ya Tuhan, jangan Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zhalim, dan selamatkanlah kami dengan curahan rahmat-Mu dari tipu daya orang-orang kafir.” (QS Yunus ayat 84-86). Doa ketiga اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabi jahannama wa min ‘adzaabil qabri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal. Terjemah: Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab Jahannam, azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Dajjal.” (HR Bukhari Muslim). Dalam hadis riwayat Imam Ashhabus-Sunan dari Ibnu Abbas diterangkan, bahwa Rasulullah SAW senantiasa membiasakan diri membaca doa tersebut. Beliau berharap agar bisa selamat dari segala bentuk fitnah dan musibah, baik ketika masih hidup maupun sesudah mati. Buya H Muhammad Alfis Chaniago dalam Indeks Hadits dan Syarah yang diterbitkan oleh Pustaka Kalbu, menjelaskan, doa adalah senjatanya orang beriman. Setiap kita punya kebutuhan, maka hendaklah manusia berdoa kepada Allah SWT, mohonlah kepada Allah SWT agar keinginan terpenuhi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah ayat 186). Sebanyak apa pun kebutuhan manusia, mintalah kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya. Dalam surat Al Mumin ayat 60, Allah SWT berfirman: وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” Buya Alfis Chaniago menjelaskan, janganlah manusia berdoa kepada selain Allah SWT. Karena, tidak ada satu pun yang mengabulkan doa manusia selain Allah SWT. Dalam surat Al Ahqaf ayat 5, Allah SWT berfirman: وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئئِهِمْ غَٰففِلُونَ “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)-nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?” (yat) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Berpesan Tentang Hakikat Harta di Dunia

Surabaya — 1miliarsantri.net : Rasulullah Muhammad SAW telah menyebut tanda – tanda seseorang mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar. Hal ini termasuk salah satu yang dikhawatirkan Rasulullah SAW sepeninggal beliau. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA, disebutkan sebagai berikut: عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَكْثَرَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُخْرِجُ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ قِيلَ وَمَا بَرَكَاتُ الْأَرْضِ قَالَ زَهْرَةُ الدُّنْيَا فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ هَلْ يَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ فَصَمَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُنْزَلُ عَلَيْهِ ثُمَّ جَعَلَ يَمْسَحُ عَنْ جَبِينِهِ فَقَالَ أَيْنَ السَّائِلُ قَالَ أَنَا قَالَ أَبُو سَعِيدٍ لَقَدْ حَمِدْنَاهُ حِينَ طَلَعَ ذَلِكَ قَالَ لَا يَأْتِي الْخَيْرُ إِلَّا بِالْخَيْرِ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ وَإِنَّ كُلَّ مَا أَنْبَتَ الرَّبِيعُ يَقْتُلُ حَبَطًا أَوْ يُلِمُّ إِلَّا آكِلَةَ الْخَضِرَةِ أَكَلَتْ حَتَّى إِذَا امْتَدَّتْ خَاصِرَتَاهَا اسْتَقْبَلَتْ الشَّمْسَ فَاجْتَرَّتْ وَثَلَطَتْ وَبَالَتْ ثُمَّ عَادَتْ فَأَكَلَتْ وَإِنَّ هَذَا الْمَالَ حُلْوَةٌ مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ فَنِعْمَ الْمَعُونَةُ هُوَ وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ Abu Said Al Khudri RA menceritakan bahwa suatu hari Nabi SAW duduk di atas mimbar dan para sahabat pun duduk di dekatnya. Lalu beliau SAW, “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan terjadi pada kalian sepeninggalku adalah sesuatu yang Allah keluarkan untuk kalian dari berkahnya bumi.” Kemudian ditanyakan kepada beliau SAW, “Apa maksud dari berkahnya bumi?” Beliau SAW menjawab, “Perhiasan dunia.” Seseorang kemudian bertanya kepada beliau SAW, “Wahai Rasulullah, apakah mungkin kebaikan akan mendatangkan keburukan?” Rasulullah SAW kemudian diam sejenak, sampai beberapa sahabat mengira telah turun wahyu kepada beliau. Setelah itu, beliau mengusap keningnya lalu bersabda, “Di manakah orang yang bertanya tadi?” Lelaki itu berkata, “Saya.” Perawi Abu Said berkata, “Kami sempat memujinya ketika dia tiba-tiba muncul.” Beliau SAW bersabda, “Sungguh kebaikan itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan. Sungguh harta dunia ini adalah hijau dan manis. Setiap sesuatu yang ditumbuhkan pada musim semi akan mematikan atau membinasakan, kecuali pemakan hijau-hijauan, dia makan sampai lambungnya melebar. Kemudian menghadap matahari lalu buang air besar, kencing dan kembali, dan makan. Sungguh harta itu terasa manis, maka siapa yang mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar dan meletakkan dengan cara yang benar pula, maka dia beruntung. Dan siapa yang mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar, maka dia ibarat orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang.” (HR. Bukhari) Matan atau isi hadits tersebut juga diriwayatkan dari sanad atau jalur lainnya. Di antaranya dari jalur Said bin Al Musayyib, dari Hakim bin Hizam, yang juga tercantum dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Dalam hadits tersebut, Nabi SAW mengumpamakan orang yang makan tapi tidak pernah merasa kenyang. Makna dari hal tersebut ialah adanya rasa lapar palsu yang dirasakan oleh orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar. Sesuatu yang dia makan sebenarnya adalah penyakit, dan penyakit inilah yang membuat orang tersebut kelak mengalami penderitaan, karena terus-menerus makan tetapi tidak merasa kenyang. Mengapa demikian? Karena dia meraih kekayaan secara zalim, dan dampaknya dia akan kehilangan nikmat. Allah SWT menghilangkan dan mencabut nikmat orang tersebut sehingga sebetulnya ia berada dalam kemiskinan selamanya. Ia seperti orang lapar yang tidak merasa puas dengan makanannya, betapapun banyaknya dia memakannya. Di Hari Kiamat kelak, ia digambarkan sebagai orang yang serakah dan boros karena hartanya digunakan untuk berbagai hal yang tidak diridhai Allah SWT. (yat) Baca juga :

Read More

Dari Keturunan Siapakah Imam Mahdi Tersebut

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dalam hadits yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib RA, disebutkan mengenai Imam Mahdi. Hadits ini menyatakan Imam Mahdi berasal dari Ahlul Bait. Namun bagaimana penjelasannya? Apa maksud dari ahlul bait ini? عن على قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “المهدى منا أهل البيت يصلحه الله فى ليلة” رواه أحمد وابن ماجه، وصححه أحمد شاكر Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi adalah berasal dari golongan kami, ahlul bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam.” (HR Ahmad, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Ahmad Syakir) Ibnu Katsir dalam kitab ‘an-Nihayah fii al-Fitani wa al-Malahim’ menjelaskan, Ahlul Bait di sini merujuk pada pengertian bahwa Al Mahdi lahir dari keturunan Fatimah putri Nabi Muhammad SAW. Namanya pun sama dengan Nabi Muhammad, yaitu Muhammad bin Abdullah. Landasan atas penjelasan ini adalah hadits berikut: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا تذهب -أو لا تنقضي- الدنيا حتى يملك العرب رجل من أهل بيتي، يواطئ اسمه اسمي، واسم أبيه اسم أبي. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dunia tidak akan berakhir, sampai orang Arab diperintah oleh seorang pria dari keluargaku, namanya sama dengan namaku, dan nama ayahnya nama ayahku.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, dan Abu Daud) Setelah kehadiran Imam Mahdi, Allah SWT memperbaikinya dalam satu malam. Artinya, Allah memperbaiki urusannya dan mengangkat takdirnya dalam satu malam. Sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir, bahwa Allah SWT mengampuni dan membimbing Al Mahdi. Ini menunjukkan bahwa Al Mahdi adalah manusia biasa tetapi diberikan keutamaan untuk menebarkan keadilan di muka bumi. Adapun ‘yushlihu’ (memperbaiki) dalam hadits tersebut adalah: قال ابن كثير فى كتابه النهاية فى الفتن والملاحم: (أى يتوب الله عليه، ويوفقه ويلهمه، ويرشده بعد أن لم يكن كذلك). “Maksudnya yaitu Allah SWT memberikan ampunan kepadanya, menuntunnya, dan memberikan ilham kepadanya, serta mengarahkannya, setelah dia tidak seperti itu.” Dari hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib itu, Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang cobaan dan kejahatan yang akan terjadi di akhir zaman. Ini menandakan bahwa Allah SWT memperbaiki berbagai urusan orang-orang beriman. (yat) Baca juga :

Read More

Habib Husein Ja’far Al Hadar Salah Satu Pendakwah Muda Milenial Yang Menjadikan Warisan dan Nilai-nilai Luhur dari Sang Ayah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Habib Husein Ja’far Al Hadar dikenal sebagai salah satu pendakwah muda milenial. Dia telah menjadikan warisan dan nilai-nilai luhur dari sang ayah, Habib Ja’far Al Hadar, sebagai pilar utama dalam perjalanan dakwahnya. Dalam serial dokumenter “Kisah Para Pendakwah” Episode 4, Habib Husein Ja’far berbagi pesan-pesan dan teladan sang ayah yang telah membimbingnya untuk mewakafkan umur dan mengabdikan hidupnya dalam pengembangan bangsa, agama, dan kemanusiaan. “Pesan orang tua yang paling ingat jangan bodoh karena orang bodoh ngerepotin. Makanya, seluruh keluarga disuruh belajar filsafat, kemudian wakaf umur mendedikasikan diri untuk bangsa untuk agama untuk kemanusiaan,” ungkapnya. Lulusan Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengungkapkan, sang ayah merupakan sosok yang mengabdikan hidupnya untuk dakwah tanpa mengharapkan imbalan finansial. “Ayah saya itu orang yang mewakafkan umurnya, seumur hidup kepada dakwah kebangsaan, keindonesiaan, kemudian keislaman keagamaan, kemudian toleransi dan kemanusiaan. Ayah saya belum pernah menerima gaji dari siapa pun. Beliau 40 tahun mengurus yayasan tanpa digaji tanpa apa pun, duitnya beliau keluar untuk itu. Makanya, saya sering bilang saya bukan orang baik, tapi alhamdulillah saya dididik oleh seorang ayah yang baik,” jabarnya. Habib Husein Ja’far tumbuh dikelilingi dengan bacaan orang tuanya yang beragam. Hal ini membawanya pada berbagai sudut pandang dan pemikiran, baik dari dalam maupun luar Islam. Mulai dari pemikiran Sayyid Qutb, Hasan Al Banna, hingga buku-buku moderat serta literatur agama dan filsafat lainnya. “Pokoknya, beragam jenis buku-buku filsafat banyak sekali, buku-buku non-Muslim banyak sekali, ayah saya banyak punya buku-buku Kristen, buku-buku Buddha,” sambung Habib Husein Ja’far. Keinginan untuk membantu sesama yang telah ditanamkan sejak kecil oleh ayahnya pun menjadi salah satu pendorong utama bagi Habib Husein Ja’far. Bahkan dalam memanfaatkan platform digital seperti Youtube, ia memilih untuk tidak menggunakan iklan. Hal ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pengalaman pengguna. “Makanya, saya terpapar betul, ingin betul membantu orang lain. Makanya, Youtube saya enggak pakai adsense itu kan karena ayah saya ingin saya tidak membebani orang lain, minimal biar orang pernah merasa dirinya kaya tanpa harus Youtube premium, tanpa harus Youtube premium, tapi enggak ada iklannya,” pungkasnya. (Iin) Baca juga :

Read More

Gaya Dakwah Habib Husein Ja’far Al Hadar Mengakui Terinspirasi Cak Nun dan Gus Mus

Surabaya — 1miliarsantri.net : Pendakwah milenial, Habib Husein Ja’far Al Hadar mengakui gaya dakwahnya yang menonjolkan unsur budaya teraebut sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh inspiratif seperti Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). “Sebenarnya kalau diperhatikan corak dakwah saya itu lebih bersifat kultural sehingga lebih banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh kultural. Salah satu yang sangat berpengaruh itu adalah Emha Ainun Nadjib, Cak Nun,” ungkap Habib Husein kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (27/4/2024). Dia menambahkan bahwa sejak SD sudah mendengarkan kaset-kasetnya Cak Nun, kemudian membaca bukunya Cak Nun Surat Buat Kanjeng Nabi itu di usia yang sangat kecil, karena ayah nya memiliki buku-bukunya Cak Nun. Kehadiran di majelis-majelis Maiyah yang dipimpin oleh Cak Nun dari Jawa Timur hingga Jakarta, melalui Kenduri Cinta, juga turut memberikan pengaruh yang kuat dalam perjalanan dakwah Habib Husein Ja’far. “Kemudian saya menjadi jamaah Maiyah. Hadir di majelis-majelisnya Cak Nun itu secara intensif sejak di Jawa Timur sampai di Jakarta melalui Kenduri Cinta. Jadi itu sangat berpengaruh,” lanjutnya. Lulusan Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengaku mengagumi sosok Syekh Mutawalli Sya’rawi, seorang ulama yang terkenal dengan gaya dakwah yang memukau dan sarat makna. Habib Husein Ja’far mengagumi cara Syekh Mutawalli membangun suasana dan menyampaikan pesan-pesan spiritual dengan kata-kata yang singkat, tetapi penuh daya gedor emosional dan spiritual. “Kalau harus menyebut pendakwah saya itu dari dulu menggemari gaya dakwahnya Syekh Mutawalli Sya’rawi. Bagaimana cara beliau membangun suasana, memakai diksi-diksi, kemudian dalam tanda petik ‘menyihir’ pendengarnya itu dengan kata-katanya yang singkat padat dan betul-betul punya daya gedor emosional dan spiritual yang sangat kuat,” ungkapnya. Dalam hal penulisan, Habib Husein Ja’far mengaku banyak terinspirasi dari karya-karya para sufi seperti Sayyed Hossein Nasr, Annemarie Schimmel, dan Karen Armstrong, baik yang berasal dari kalangan Muslim maupun non-Muslim. “Saya mungkin banyak terpengaruhi oleh penulis-penulis Sufi seperti Sayyed Hossein Nasr, Annemarie Schimmel, kemudian Karen Armstrong, baik Muslim maupun non-Muslim,” tuturnya. Habib Husein Ja’far menilai, buku-buku tersebut telah menjadi konsumsi penting bagi kelas menengah Muslim pada era 1990-an di Indonesia, di antaranya karya-karya dari cendekiawan seperti Kuntowijoyo dan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. “Saya kira ya, kalau orang hidup di era 90-an itu ada kelas menengah Muslim yang membaca buku-buku cendekiawan Muslim seperti itu, di antaranya juga kalau nama-nama di Indonesia ada Kuntowijoyo kemudian Gus Mus,” jelasnya. Namun, ia juga menyayangkan bahwa kelas menengah Muslim saat ini cenderung lebih fokus pada aspek ekonomi dibandingkan dengan aspek keagamaan atau keislaman. Nama-nama besar yang dahulu banyak diakses oleh masyarakat kini mulai jarang terdengar, sehingga kelas menengah Muslim menjadi kosong dalam hal konsumsi intelektual keagamaan. “Itu nama-nama yang kayaknya dulu diakses oleh mayoritas Muslim di Indonesia yang kemudian entah kenapa, nama-nama itu kemudian sekarang tidak ada lagi, sehingga kelas menengah Muslim itu menjadi kosong. Kelas menengah itu sekarang lebih ke bersifat ekonomi itu ketimbang keagamaan apalagi keislaman gitu,” pungkasnya. (har) Baca juga :

Read More

Beberapa Jalur Rejeki Yang Didatangkan Oleh Allah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi (2344), disebutkan, ”Kalaulah kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka kalian akan diberikan rizki seperti halnya seekor burung. Burung tersebut pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” Hadis ini memberikan keyakinan kepada umat beragama untuk tidak meragukan bagaimana Allah akan melimpahkan rizki kepada hambanya yang memang memiliki kepercayaan yang besar kepada Allah. Begitu pun dalam alquran, ada beberapa jalur rizki yang juga sudah ditetapkan oleh Allah. Jalur jalur ini diinfokan dengan jelas agar hambanya memiliki keyakinan yang besar dan optimisme yang kuat bahwa rizki itu adalah ketentuan yang akan diberikan kepada hamba hambanya. Seperti yang tergambar di bawah ini: Ada jalur rizki yang sudah dijamin. Jalur ini terdapat dalam surat Hud, ayat 6. Ada juga rizki yang diberikan melalui jalur usaha. Ketentuan ini seperti dijelaskan secara gamblang dalam surat An-Najm ayat 39. Ada jalur bersyukur. Rizki itu akan dilewatkan jalur bersyukur. Ketentuan ini seperti yang termaktub dalam alquran surat Ibrahim ayat 7. Ada juga jalur rizki yang diberikan melalui jalur yang tidak terduga atau tidak disangka sangka. Ketentuan ini seperti tergambar dalam alquran surat At-talaq ayat 2-3. Ada juga jalur karena istighfar. Rizki itu akan dialirkan melalui jalur istighfar seperti yang sudah dijelaskan dalam alquran surat Nuh ayat 10-11. Ada juga rizki dialirkan melalui jalur menikah. Ketentuan ini seperti yang tergambar dalam alquran surat An-Nur ayat 32. Jalur lain, rizki itu dilewatkan melalui jalur anak. Ini seperti tergambar dalam alquran surat Al-Israa ayat 31. Dan jalur lain, rizki itu didatangkan dari jalur karena sedekah. Ketentuan ini termuat di dalam alquran surat Al-bakoroh ayat 245. (yan) Baca juga :

Read More

Beberapa Penyesalan Manusia Ketika Sudah di Akhirat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Keberadaan manusia di dunia ini adalah suatu kesempatan yang diberikan untuk melakukan amal baik dan berbuat kebajikan. Manusia, sebagai makhluk yang diberi akal dan hati, memiliki tanggung jawab moral untuk memperbanyak amal baik demi menciptakan kedamaian di dunia ini dan mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat. Allah telah memberikan penjelasan yang banyak dalam Alquran terkait dengan balasannya terhadap setiap manusia yang tidak taat dan beriman kepada Allah. Oleh karena itu, setiap manusia perlu menyiapkan bekal untuk di akhirat sebelum merasakan penyesalan-penyesalan seperti berikut ini: Pertama menyesal karena tidak berbuat baik dan beramal soleh selama di dunia Kehidupan dunia bagi umat Muslim bukanlah hanya sekadar tempat untuk mencari kesenangan duniawi semata, melainkan juga merupakan ladang amal untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jika semasa hidup umat Muslim tidak pernah berbuat baik dengan sesama, beramal sholeh, dan beriman kepada Allah, maka ia akan mendapatkan siksaan yang pedih di akhirat. Sebagaimana penyesalan manusia digambarkan dalam ayat berikut: يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ Dia berkata, “Oh, seandainya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini!” (QS Al Fajr: 24). Begitu pula digambarkan tentang manusia yang menyesali perbuatannya semasa di dunia tidak beriman kepada Allah. Berikut bunyi surat Al An’am ayat 27: وَلَوۡ تَرٰٓى اِذۡ وُقِفُوۡا عَلَى النَّارِ فَقَالُوۡا يٰلَيۡتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰيٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوۡنَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ Seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman. (QS Al An’am: 27). Ayat ini menerangkan keadaan mereka di hari akhir nanti yang akan disaksikan oleh umat manusia. Ketika mereka dihadapkan ke muka api neraka, barulah mereka menyadari azab yang akan diterima dan timbul penyesalan dalam diri mereka atas kekafiran dan kelancangan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya selama di dunia. Maka pada saat yang sangat mengerikan dan dahsyat itu mereka mengajukan permohonan kepada Allah agar berkenan mengembalikan mereka ke dunia untuk bertobat dan beramal saleh serta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak lagi mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka berjanji akan menjadi orang mukmin. Ketika seorang Muslim tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam kehidupan dunia, dia membuka diri terhadap konsekuensi yang serius, baik di dunia maupun di akhirat. Ketidaktaatan ini tidak hanya mempengaruhi hubungan individu dengan penciptanya, tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial dan spiritualnya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Ahzab bahwa setiap manusia yang semasa hidupnya tidak taat terhadap ajaran Allah dan Rasul, maka akan mendapatkan siksaan yang pedih di akhirat. Sehingga mereka yang mendapat siksaan akan menyesali perbuatannya. يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوْهُهُمْ فِى النَّارِ يَقُوْلُوْنَ يٰلَيْتَنَآ اَطَعْنَا اللّٰهَ وَاَطَعْنَا الرَّسُوْلَا۠ Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka. Mereka berkata, “Aduhai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” (QS Al Ahzab: 66). Ketiga, menyesal karena tidak mengikuti ajaran Rasulullah dan memilih ajaran temannya yang membawanya ke jalan buruk Manusia yang memilih mengikuti ajaran temannya yang sesat daripada mengikuti ajaran Rasulullah pasti akan merasakan kepahitan penyesalan di kemudian hari. Mereka akan menyadari bahwa pilihan yang mereka ambil telah membawa mereka ke dalam kegelapan dan jauh dari cahaya petunjuk Allah SWT. Penyesalan itu akan menyiksa jiwa mereka karena mereka menyadari bahwa mereka telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan petunjuk yang benar. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Furqan ayat 28, yang berbunyi: يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا Oh, celaka aku! Sekiranya (dahulu) aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman setia. (QS Al Furqan: 28). Pada hari kiamat, orang-orang zalim akan merasa penyesalan yang mendalam karena telah melalaikan kewajiban-kewajiban agama mereka selama hidup di dunia. Mereka menyesal karena dengan sombong mereka telah berpaling dari kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Mereka meratap dan menangis tersedu-sedu, menginginkan bahwa mereka telah mengikuti ajaran Rasulullah dengan tulus dan ikhlas di dunia. Namun, pada saat itu, penyesalan mereka tidak akan berguna lagi. Mereka juga menyesal karena telah salah memilih teman dan pengaruh dalam hidup mereka. Mereka menyadari bahwa kesalahan dalam memilih teman telah membawa mereka ke dalam kesesatan dan kebinasaan. Sehingga, mereka merasa bersalah karena telah membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh orang-orang yang tidak membawa mereka ke jalan yang benar. Keempat, menyesal karena telah menyekutukan Allah dengan yang lainDalam surat Al Kahfi ayat 42 terdapat kisah seorang pekebun yang memiliki dua kebun subur. Namun, lama kelamaan ia menyombongkan apa yang ia miliki, sehingga Allah mengambil semua nikmatnya dengan merusak semua kebun-kebunnya. وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَآ أَنفَقَ فِيهَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَٰلَيْتَنِى لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّىٓ أَحَدًا Harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”. (QS Al Kahfi: 42). Melalui ayat ini, Allah menegaskan bahwa setiap orang yang menyekutukan Allah dengan apa pun, akan mendapatkan balasannya di akhirat. (yat) Baca juga :

Read More

Ungkapan Islami Kini Jadi Budaya Populer di Barat

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Istilah-istilah islami saat ini seakan sudah menjadi hal biasa diungkapkan oleh masyarakat dunia, bahkan oleh orang non-Muslim. Kata-kata “insya Allah” hingga “masya Allah” adalah beberapa kata yang sering terdengar di berbagai kesempatan. Kata-kata ini tidak lagi hanya dapat didengar di dunia Barat saat khutbah bagi umat Muslim. Tapi juga dapat ditemukan dalam lagu rap atau dalam beberapa acara olahraga. Atlet Ultimate Fighting Championship seperti Khabib Nurmagomedov tidak malu dengan warisan Muslim mereka dan telah menggunakan ekspresi Islami dalam wawancara. Di tempat lain, entertainer seperti DJ Khaled menerima tantangan untuk mengajarkan kata-kata Arab kepada penggemar mereka. Dalam salah satu klip viral, produser musik itu memperagakan pengucapan bahasa Arab. Beberapa kata sebenarnya sudah menjadi mainstream bahkan di dunia Barat, diantaranya sebagai berikut. Berasal dari bahasa Arab, kata salam adalah salah satu salam yang paling banyak digunakan di Timur Tengah dan dunia Islam. Secara harfiah, salam berarti “damai”. Kata ini serumpun dengan salam Ibrani shalom, karena bahasa Arab dan Ibrani adalah bahasa Semit dengan nenek moyang yang sama. Dalam konteks Islam, salam adalah cara singkat untuk mengatakan Assalamualaikum. Saat ini, varian salam banyak digunakan oleh komunitas non-Muslim dan sekuler di Timur Tengah, serta di negara-negara di mana Muslim menjadi minoritas. Ungkapan itu cukup dikenal oleh rapper Maroko-Amerika French Montana untuk merilis single berjudul Salam Alaykum. Presiden AS Joe Biden menjadi berita utama karena penggunaan ungkapan insya Allah dalam debat dengan Donald Trump menjelang pemilihan presiden AS 2020. Ungkapan tersebut sarat dengan konotasi yang beragam di dunia Islam, tergantung konteks penggunaannya. Ungkapan insya Allah berarti “jika Tuhan menghendaki” dan digunakan oleh umat Islam setiap kali mereka mengungkapkan harapan mereka untuk masa depan. Ini berfungsi sebagai pengingat kendali Tuhan atas masa depan, serta ketidakmampuan manusia untuk mengubah apa yang ditakdirkan. Dalam konteks lain, rapper Kanada Drake menggunakan insya Allah dalam lagunya di 2018 “Diplomatic Immunity”. Pada 2017, aktor Lindsay Lohan memposting foto dirinya di Instagram dengan judul “insya Allah” dan tanpa konteks lebih lanjut, membuat para penggemarnya bingung. Setahun kemudian, dia menggunakannya lagi di pos berkabung mendiang Raja Arab Saudi Abdullah, yang meninggal pada 2015. Lagu T5 oleh Swet Shop Boys (duo rap Himanshu Kumar Suri dan Rizwan Ahmed) juga dibuka dengan “Insya Allah”. Ungkapan wallah atau wallahi paling sering terdengar dalam percakapan panas sebagai pernyataan kejujuran dan seruan akan kebenaran sesuatu yang tampaknya mustahil. Sebuah istilah yang umum digunakan di kalangan pemuda London, terlepas dari latar belakang etnis mereka, wallah secara harfiah berarti “demi Allah”. Sekali lagi, penyanyi Drake mengungkapkan kata ini dalam sebuah liriknya, “ini adalah berkah, mashallah, wallahi, aku bersumpah kisah hidupku lebih baik daripada cerita yang mereka ceritakan tentang aku”, dalam remix “Sweeterman”-nya. Beberapa percaya bahwa memberi seseorang pujian tanpa mengucapkan “mashallah” adalah tanda kecemburuan dan kecemburuan, dan dapat membahayakan orang yang menerimanya. Bagi umat Islam, ungkapan tersebut adalah pengingat bahwa semua nasib baik pada akhirnya berasal dari Tuhan, dan pengingat untuk mengungkapkan rasa syukur dan kepuasan dengan kondisi mereka. Namun, seperti istilah lain yang muncul di sini, istilah tersebut telah meresap ke dalam budaya populer dan bahkan dapat ditemukan dalam lirik lagu. Rapper kelahiran Trinidad, Nicki Minaj menggunakan ekspresi dalam vokal tamunya untuk remix “Plain Jane A$AP Ferg” tahun 2017 dengan rap: “Berkendara dengan Minaj, mashallah, check-in dengan saya, lalu lakukan pekerjaan Anda.” Muslim dan Arab menggunakan ungkapan alhamdulillah untuk mengungkapkan kepuasan atas nasib mereka dalam hidup, dan istilah ini kira-kira setara dengan “terima kasih Tuhan.” Ungkapan ini adalah pengingat lain bagi orang percaya bahwa semua keberuntungan berasal dari Tuhan, tetapi juga memiliki fungsi sehari-hari. (yus) Baca juga :

Read More

Menjadi Morning Person Mendatangkan Manfaat Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Istilah morning person disematkan pada orang-orang yang terbiasa bangun pagi. Bagi umat Islam, menjadi morning person adalah sebuah “keharusan” karena ada ibadah yang dilakukan sebelum matahari terbit yaitu Sholat Subuh. Morning person dianggap sebagai hal yang positif, entah itu bagi kesehatan mental dan juga fisik. Mengutip laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), umat Islam memiliki adab tersendiri ketika bangun tidur pada pagi hari. Dalam Kitab Bidayat al-Hidayah karya Imam Abu Hamid Al Ghazali, diterangkan tentang adab seorang Muslim ketika bangun tidur. Adab paling utama adalah harus diusahakan bangun sebelum adzan subuh (sekitar pukul 04.30 WIB). Dalam hadistnya, Rasulullah SAW mengingatkan untuk memaksimalkan ibadah di waktu tersebut. يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَلَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya: “Rabb kita, tabaroka wa ta’ala, turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata, ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, Aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Aku ampuni’,” (HR Bukhari). Setelah itu, adzan berikutnya adalah berzikir, dan diikuti dengan berdoa ketika bangun dari tidur dengan doa sebagai berikut: الْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ للهِ وَالْعُظْمَةُ وَالسُّلْطَانُ ِللهِ وَالْعِزَّةُ وَالْقُدْرَةُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مَحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. أَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحَيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ. أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَبْعَثَنَا فِى هَذَا الْيَوْمِ إِلَى كُلِّ خَيْرٍ وَنَعُوْذُ بِكَ أَنْ نَجْتَرِحَ فِيْهِ سُوْأً أَوْنجْرِهِ إِلَى مُسْلِمٍ أَوْ يُجْرِهِ أَحَدٌ إِلَيْنَا. نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا فِيْهِ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا فِيْهِ Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nyalah kami kembali. Aku memasuki pagi, sedang kekuasaan tetap hanyalah milik Allah, kemuliaan dan kekuasaan milik Allah pula. (Dialah) Tuhan seru sekalian alam. Aku menyongsong pagi dengan kesucian Islam dan dengan kalimat ikhlas (syahadat) serta dengan agama (yang dibawa) Rasulullah SAW”. Sementara itu, dilansir Times of India, menjadi morning person memiliki berbagai manfaat kesehatan dan keuntungan, berikut ini adalah tujuh di antaranya: Pagi hari menawarkan waktu yang tenang dan tanpa gangguan untuk fokus pada tugas tanpa gangguan kehidupan sehari-hari. Dengan bangun pagi, Anda dapat menyelesaikan proyek penting, menetapkan tujuan hari itu, dan membangun momentum produktif sepanjang sisa hari. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang bangun pagi cenderung lebih proaktif dan memiliki keterampilan manajemen waktu yang lebih baik, sehingga menghasilkan peningkatan produktivitas dan kesuksesan baik dalam upaya pribadi maupun profesional. Bangun pagi memungkinkan Anda memulai hari dengan pikiran jernih dan waspada. Saat otak Anda bertransisi dari tidur ke terjaga, fungsi kognitif seperti memori, konsentrasi, dan kemampuan pemecahan masalah dioptimalkan. Dengan memanfaatkan kejernihan mental ini di pagi hari, Anda dapat melakukan tugas dengan lebih fokus dan efisien, sehingga menghasilkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang lebih baik sepanjang hari. Menerapkan rutinitas pagi membantu menciptakan suasana positif untuk hari itu dan membangun rasa struktur dan konsistensi dalam hidup Anda. Baik itu berlatih meditasi kesadaran, berolahraga, atau menikmati sarapan santai, menetapkan rutinitas dapat mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Konsistensi dalam bangun pagi dan mengikuti rutinitas pagi juga membantu mengatur jam internal tubuh, sehingga menghasilkan pola tidur dan kualitas tidur yang lebih baik secara keseluruhan. Orang yang bangun pagi lebih cenderung melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Bangun pagi memungkinkan Anda memprioritaskan aktivitas kebugaran sebelum komitmen dan gangguan lain muncul. Baik itu lari pagi, berlatih yoga, atau pergi ke gym, memulai hari dengan berolahraga akan meningkatkan tingkat energi, meningkatkan suasana hati, dan menciptakan suasana positif untuk sisa hari itu. Aktivitas fisik teratur di pagi hari juga berkontribusi terhadap kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan, termasuk peningkatan kesehatan jantung, pengelolaan berat badan, dan penurunan risiko penyakit kronis. Pagi hari memberikan kesempatan untuk perawatan diri dan refleksi, memungkinkan Anda memprioritaskan kesejahteraan dan menetapkan niat untuk hari yang akan datang. Baik itu membuat jurnal, bersyukur, atau terlibat dalam aktivitas yang penuh perhatian. Mendedikasikan waktu untuk perawatan diri di pagi hari akan meningkatkan ketahanan emosional, mengurangi stres, dan meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan secara keseluruhan. Mengawali hari dengan afirmasi dan refleksi positif juga dapat menumbuhkan rasa syukur dan optimisme yang dibawa sepanjang sisa hari. Bangun pagi memungkinkan Anda memanfaatkan siang hari sebaik-baiknya dan memanfaatkan cahaya alami, yang terbukti berdampak positif pada suasana hati, tingkat energi, dan produktivitas. Paparan cahaya alami di pagi hari membantu mengatur ritme sirkadian Anda, meningkatkan kadar vitamin D, dan meningkatkan rasa kewaspadaan dan kesejahteraan. Menjadi morning person membutuhkan kedisiplinan dan komitmen untuk selalu bangun pagi dan mengikuti rutinitas pagi. Dengan melatih disiplin diri pada pagi hari, Anda mengembangkan ketahanan, pengendalian diri, dan rasa penguasaan atas kebiasaan dan perilaku Anda. Menumbuhkan disiplin dalam satu bidang kehidupan Anda, seperti bangun pagi, dapat meluas ke bidang lain, mengarah pada pertumbuhan pribadi, peningkatan kepercayaan diri, dan kesuksesan yang lebih besar dalam mencapai tujuan Anda. (yus) Baca juga :

Read More

Kisah Hanzhalah, Seorang Sahabat Rasulullah SAW Yang Jenazah nya Dimandikan Malaikat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Hanzhalah bin Abi Amir bin Malik Al-Anshari adalah salah satu sahabat Nabi SAW yang meninggal dalam perang Uhud. Ia adalah syuhada yang dalam sejarah Islam terkenal sebagai sahabat Nabi SAW yang dimandikan langsung oleh malaikat. Hingga kemudian kalangan sahabat memberinya julukan Hanzhalah Al-Ghasil atau Ghasil Al-Malaikah (orang yang dimandikan Malaikat). Karena julukan itu juga orang-orang lalu memanggil keturunannya dengan Banu Ghasil Al-Malaikah. Dikutip dari buku “40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah” karya Abdul Wadud Kasyful Humam, Hanzhalah bin Abi Amir merupakan anak seorang pendeta Yastrib, Abu Amir bin Shaify. Ia adalah salah satu petinggi suku Aus yang sangat benci dan memusuhi Islam. Pada masa jahiliah, ia mendapat julukan Abu Amir Ar-Rahib, namun kemudian diganti oleh Rasulullah saw., dengan julukan Abu Amir Al-Fasiq. Julukan tersebut Rasulullah berikan karena dulunya dia adalah scorang pendeta (rahib) yang mengakui akan datangnya seorang Nabi dan berpegang pada agama hanif. Tapi, ketika Muhammad sudah menjalankan risalah kenabiannya, ia justru membenci dan memusuhinya. Bahkan, dalam perang Uhud ia berada di garda depan bersama pasukan Quraisy untuk memerangi Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Pada waktu pembukaan kota Makkah, Abu Amir pergi ke Romawi menemui raja Heraklius hingga akhirnya meninggal dunia pada 9 H. Tidak lama kemudian, anak Hanzhalah masuk Islam dan menjadi muslim yang baik. Bahkan ia pernah meminta izin Rasulullah untuk membunuh ayahnya, tetapi beliau tidak mengizinkan. Setelah memeluk Islam, Hanzhalah menikahi Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, satu hari sebelum terjadinya Perang Uhud. Malam harinya, ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk bermalam bersama istrinya. Nabi SAW mengizinkan Hanzhalah untuk bersama dengan istri yang baru saja dinikahinya itu. Setelah melaksanakan salat Subuh, ia ingin secepatnya bergabung dengan pasukan Nabi ke Uhud. Namun sebelum berangkat, ia sempat bersenggama terlebih dahulu dengan istrinya. Tiba-tiba, ia mendengar seruan untuk berjihad, maka ia segera keluar memenuhi seruan itu dalam kondisi masih junub, belum sempat mandi besar. Dalam peperangan itu, Abdullah bin Zubair memberikan kesaksian bahwa Hanzhalah berduel dengan Abu Sufyan bin Harb. Ketika Abu Sufyan hampir dikalahkan oleh Hanzhalah, dengan pedangnya yang siap menghunus dan merobek leher Abu Sufyan, namun Abu Sya’ub atau Syadad bin Al-Aswad melihat hal itu. Abu Sya’ub lalu mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah hingga membuatnya jatuh tersungkur dan akhirnya gugur sebagai syuhada. Dalam syariat, orang yang mati syahid bisa langsung dimakamkan tanpa harus dimandikan, kecuali jika ia dalam keadaan junub. Karena para sahabat tidak mengetahui Hanzhalah dalam keadaan junub, mereka pun hendak langsung menguburkannya tanpa dimandikan. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah bin Abi Amir di antara langit dan bumi dengan air dari awan di sebuah tempat yang terbuat dari perak.” Abu Sa’id Sai’di, RA berkata, “Ketika Baginda Rasulullah SAW berkata demikian, aku pergi melihat jenazahya. Kulihat bulir-bulir air bekas mandi menetes dari kepala Hanzhalah.” Sepulang dari perang Uhud, para sahabat lalu bertanya kepada Istri Hanzhalah mengenai kabar suaminya. Istri Hanzhalah menjawab, “Ketika mendengar panggilan perang, Hanzhalah segera keluar dalam keadaan junub dan belum sempat mandi…” (yat) Baca juga :

Read More