
Beberapa Ormas Islam Yang Sudah Berdiri Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Jakarta — 1miliarsantri.net : Ada banyak teori yang menyebutkan awal mula sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut juga memiliki bukti, sehingga dipercaya sejarah masuknya Islam ke Indonesia sesuai dengan teori-teori yang ada. Berbagai teori sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia tersebut, dapat dipelajari dalam Ensiklopedi Sejarah Islam oleh Dr Raghib As-Sirjani. Misalnya teori India (Gujarat) yang dicetuskan oleh GWJ. Drewes lalu dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan. Ada pula teori Arab (Mekah). Teori ini menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah. Teori Persia (iran) menyatakan asal mula sejarah masuknya Islam ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran). Teori ini didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Terdapat juga teori Cina yang menyebutkan asal mula sejarah masuknya agama islam ke Indonesia berasal dari Cina. Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004) menyebutkan, relasi antara orang-orang Islam dari Arab dengan orang-orang di Cina terjadi pada tahun 713 Masehi. Di balik teori-teori tersebut, sejarawan sepakat Islam masuk ke Indonesia tanpa ada peperangan. Bahkan, umat Islam memiliki peran besar dalam kemerdekaan Indonesia. Dalam perkembangannya, agama Islam di Indonesia telah mengalami lika-liku perjalanan. Jika membaca perkembangan Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan secara garis besar dapat dibagi dalam dua masa, yaitu pra-kolonialisme Barat dan Jepang, lalu masa kolonialisme Barat dan Jepang. Pada periode pertama, perkembangan Islam di Indonesia mulai berkembang pesat sejak awal abad ke-13 M. Para pendakwah mulai banting setir metode dakwah dengan mengakulturasikan antara budaya Nusantara dan agama Islam, sehingga Islam dapat diterima dengan baik karena bergandengan dengan budaya lokal yang telah dimodifikasi. Pada masa kolonialisme Barat, khususnya Belanda, Islam menghadapi tantangan yang luar biasa. Mereka datang tidak hanya membawa misi perdagangan, tetapi di sisi lain juga mengemban misi Kristenisasi. Ada tiga semboyan mereka yang terkenal, gold, glory, dan gospel (harta, kuasa, dan agama). Pada masa ini muncul berbagai gerakan-gerakan Islam di Indonesia yang melahirkan banyak organisasi Islam. Bahkan, ormas itu masih eksis hingga saat ini. Di antaranya: Sarekat Dagang Islam berdiri di Surakarta pada 16 Oktober 1905 M/16 Sya’ban 1323 H, yang dipelopori oleh Haji Samanhudi. SDI merupakan organisasi rahasia, karena penjajahan Pemerintah Kolonial Belanda yang sangat menekan masyarakat untuk bertindak melawan mereka. Haji Samanhudi melihat kebijakan politik dan para pengambil keputusan dipengaruhi oleh masalah pasar dan ekonomi. Berdirinya SDI merupakan salah satu bentuk kesadaran umat Islam untuk menguasai kembali pasar dan perekonomian yang menjadi sarana masuknya Pemerintah Kolonial Belanda ke Indonesia. Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) yang ruang lingkup keanggotan serta tujuannya juga diperluas. Perubahan nama ini berawal pada 10 September 1912 di Surabaya, H.O.S Tjokroaminoto sebagai wakil dari pengurus SDI di Solo, membuat anggaran dasar organisasi yang baru. Dalam anggaran dasar itu, salah satunya berisi keputusan perubahan nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Pada 20 Desember 1912, pembentukan Muhammadiyah secara resmi diumumkan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pejabat dan kerabat Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Tujuan utama dari organisasian ini adalah menegakkan dakwah Islamiah dalam arti seluas-luasnya. Hingga saat ini, organisasi masyarakat tertua di Indonesia ini masih eksis dan terus berupaya mengembangkan dakwah islam ke seluruh penjuru dunia. Fokus pergerakan Al Irsyad Al Islamiyah di bidang pendidikan dan dakwah. para tokoh di balik Al Irsyad Al Islamiyah adalah Ahmad Surkati, Syaikh Umar Mangqush, Said Mash’abi, Saleh Ubayd Abat dan Salim bin Alwad Bawa’i. Al-Irsyad lalu mendirikan ratusan sekolah formal dan lembaga pendidikan non-formal di seluruh Indonesia. Kegiatan Al-Irsyad juga merambah bidang kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit. Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka Nahdlatul ulama didirikan lebih sistematis mengantisipasi perkembangan zaman. Akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M. Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagi Rais Akbar. Dalam AD/ART NU tercantum, tujuan NU adalah untuk menjaga berlakunya ajaran Islam yang menganut paham ahlussunnah wal jamaah (aswaja). Lebih lanjut, Nahdlatul Ulama (NU) juga bertujuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam. Di gang ini awal mulanya berdiri sebuah organisasi pembaharuan Islam yang bersemboyan “kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah, serta membersihkan Islam dari khurafat, bid’ah dan seluruh pemahaman yang mengotori kesakralannya”. Organisasi ini didirikan pada 12 September 1923 oleh Haji Zamzam dan Haji Mohamad Yunus di Bandung. Organisasi ini sering berkecimpung dalam penerbitan buku-buku dan pendidikan lainnya. Organisasi ini mempunyai satu badan yang bernama “Sending Islam” yang sangat besar jasanya dalam pengislamisasikan masyarakat di Tanah Karo, Tapanuli Utara/Tengah dan Simelungun. Pemuda di organisasi ini diberi nama Washliyah. (fq)