Kisah Ketika Yahudi Pembangkang Menjadi Kera

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ada tiga ayat dalam Alquran yang menyebutkan perihal kera. Semuanya itu berkaitan dengan kisah orang-orang Yahudi yang tidak menaati perintah Allah SWT. Karena melanggar ketentuan-Nya tentang hari Sabat (Sabtu), mereka diubah wujud oleh Allah menjadi kera. Menukil buku Hewan Dalam perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, disebutkan bahwa ayat-ayat yang menyebut kera tersebut dipahami beragam oleh para mufasir. Sebagian memandang bahwa kera hanyalah metafora dari suasana hati orang-orang Yahudi yang enggan menerima nasihat dan peringatan. Ada pula yang memahami penyebutan kera itu sebagai perubahan fisik yang nyata, bukan sekadar metafora. Kera menjadi perwujudan orang-orang Yahudi itu, tetapi mereka dipercaya tidak beranak, tidak pula makan dan minum. Mereka hanya hidup selama tiga hari, lalu mati serentak. Ayat-ayat Alquran yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, surah al-Baqarah ayat ke-65. وَلَقَدۡ عَلِمۡتُمُ الَّذِيۡنَ اعۡتَدَوۡا مِنۡكُمۡ فِىۡ السَّبۡتِ فَقُلۡنَا لَهُمۡ كُوۡنُوۡا قِرَدَةً خَاسِـِٔـيۡنَ ‌ۚ‏ “Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina!’” Kedua, surah al-Maidah ayat ke-60. قُلۡ هَلۡ اُنَـبِّئُكُمۡ بِشَرٍّ مِّنۡ ذٰ لِكَ مَثُوۡبَةً عِنۡدَ اللّٰهِ‌ ؕ مَنۡ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيۡهِ وَجَعَلَ مِنۡهُمُ الۡقِرَدَةَ وَالۡخَـنَازِيۡرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوۡتَ‌ ؕ اُولٰٓٮِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنۡ سَوَآءِ السَّبِيۡلِ “Katakanlah (Muhammad), ‘Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Tagµt.’ Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” Terakhir, surah al-A’raf ayat ke-166. فَلَمَّا عَتَوۡا عَنۡ مَّا نُهُوۡا عَنۡهُ قُلۡنَا لَهُمۡ كُوۡنُوۡا قِرَدَةً خٰسِـٮِٕیْنَ “Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang. Kami katakan kepada mereka, ‘Jadilah kamu kera yang hina.’” Ketika Bani Israil bertambah kezalimannya tidak mengindahkan nasihat-nasihat, maka Allah mengazab mereka dengan menjadikan mereka sebagai kera yang hina. Menurut para mufassirin, itu merupakan tafsiran dari perkataan ‘azab yang sangat pedih’, yang terdapat pada ayat di atas. Sebagian mengatakan, hal ini merupakan azab yang lain yang ditimpakan Allah di samping azab yang pedih itu. (jeha) Baca juga :

Read More

Membaca Tujuh Tanda Kedatangan Al-Masih Si Pendusta, Mesiah yang Dinantikan Bangsa Yahudi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Israel memang bukan ‘negara’ biasa. Dia merupakan sebuah pertanda, terutama bagi penganut Islam, Kristen, dan Yahudi. Seperti ditulis pakar eskatologi Islam, Imran Hosein, dalam bukunya, Jerusalem in the Qur’an, Yahudi meyakini restorasi Israel setelah dua ribu tahun Kerajaan Israel dihancurkan merupakan satu dari tujuh tanda kehadiran Mahsiah, atau Moshiah, atau Mashiach, atau Moshiach. Itu adalah bahasa Ibrani dari al-Masih atau Messiah. Tapi, al-Masih yang mereka tunggu bukanlah kedatangan Nabi Isa al-Masih, sebagaimana keyakinan Islam dan Kristen. Mereka menunggu Messiah yang lain. Meski sedang berlangsung, restorasi Israel tersebut belumlah sempurna. Yang dimaksud restorasi Israel bukanlah sekadar pendirian negara Israel, tapi juga negara dengan luas seperti pada era Nabi Daud, yang merupakan era keemasan Bani Israil. Bahkan, gerakan Zionis saat ini menambahkannya dengan gagasan Israel Raya (Eretz Yisrael), yang membentang dari Delta Nil (yang kini masih dikuasai Mesir) hingga ke Sungai Eufrat (yang kini masih dikuasai oleh Irak), seperti yang tertulis di Kitab Genesis, bahkan lebih luas lagi. Tanda kedua, dari kehadiran Messiah versi Yahudi, ini, adalah kembalinya orang-orang Yahudi yang semula terpencar (diaspora) ke Tanah Suci (Yerusalem). Tanda kedua ini telah lama berlangsung, dan masih berlangsung sampai saat ini. Terus mengalirnya orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Israel, membutuhkan tempat tinggal. Dan, persoalan inilah yang sampai saat ini terus menerus memicu persoalan, karena Israel terus mem bangun pemukiman baru, dan mengusir orang Arab. Tanda ketiga, adalah pembebasan Tanah Suci (Yeru salem) dari tangan goyim (sebutan untuk semua orang non-Yahudi). Tanda ketiga ini pun sudah terjadi, tapi juga belum sepenuhnya sempurna. Pada 1948, saat Israel diproklamasikan, mereka telah menguasai Yerusalem Barat. Setahun kemudian, Israel menobatkan Yerusalem sebagai ibu kota. Bahkan, saat itu, parlemen Israel (Knesset) yang semula di Tel Aviv, telah diboyong ke sana. Namun, saat itu, Yerusalem Timur yang meru pakan lokasi Kota Tua Yerusalem, dan merupakan tempat berdirinya situs penting tiga agama, termasuk Masjid al-Aqsa— masih dikuasai bangsa Arab (Yordania). Yerusalem Timur dicaplok Israel, setelah Perang Enam Hari pada 1967. Meski Israel secara sempurna telah menguasai Yerusalem, dan mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota abadi Israel, namun sampai saat ini prosesnya masih tarik-ulur. Pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel itu kerap muncul dalam kampanye presiden Amerika Serikat, terutama Donald Trump. Tanda keempat, adalah kembali dibangunnya Kuil Sulaiman (Haykal Sulaiman atau Masjid Sulaiman). Tanda ini pun belum terpenuhi. Kendati Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah pendudukan Israel, namun Masjid al-Aqsa dan Masjid Kubah Batu (the Dome of Rock) masih berdiri. Kompleks Haram al-Sharif ini, berdiri di atas reruntuhan Haikal Sulaiman yang dihancurkan Romawi. Kompleks ini, sampai saat ini masih dikelola Yayasan Wakaf di bawah pemerintahan Palestina dan Yordania. Tapi, skenario penghancuran Masjid al-Aqsa itu, hanyalah menunggu waktu. Di atas kompleks itulah di rencanakan akan dibangun Kuil Sulaiman. Ini merupakan kuil ketiga. Kuil pertama dibangun Nabi Sulaiman, sebelum akhirnya dihancurkan Nebukadnezar. Kuil kedua dibangun Cyrus Agung, dan kemudian dihancur kan Romawi. Sedangkan kuil ketiga, menurut keyakinan Yahudi, akan dibangun di masa mendatang, yang menjadi pertanda era messiah (the messianic age). Tanda kelima, Israel suatu saat akan menjadi negara superpower, seperti halnya Kerajaan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Ini pun hanya perkara waktu. Israel antara lain sudah memiliki senjata nuklir, yang merupakan salah satu prasyarat negara superpower. Saat ini, yang menguasai percaturan poliitik dan perekonomian dunia pun orang-orang Yahudi. Tanda keenam, super power Israel itu akan dipimpin oleh Messiah. Dia akan memerintah dari atas tahta Nabi Daud atau dari Yerusalem.Tanda ketujuh, kekuasaan itu akan abadi, hingga kiamat tiba. Persoalannya adalah, siapa Messiah yang ditunggu-tunggu oleh orang Yahudi itu? Lebih dari dua ribu tahun lalu, kaum Yahudi telah menolak Nabi Isa sebagai al-Masih. Mereka bahkan berkonspirasi dengan penguasa Romawi untuk menya libnya. Sampai saat ini, orang Yahudi menanggap Nabi Isa sebagai al-Masih palsu (the false messiah), karena menurut anggapan mereka Nabi Isa telah terbunuh, dan selama hidupnya tidak memenuhi nubuatan sebagai al- Masih, seperti merestorasi Israel, membangun kembali haikal Sulaiman, mengembalikan bani Israil ke tanah Suci, menjadi raja, dan seterusnya. Bahkan, orang Yahudi menyampaikan tuduhan-tuduhan keji kepada Nabi Isa dan ibunya, Maryam. Bahwa Nabi Isa adalah anak zina, dan melakukan sihir. Sedangkan ibunya, Maryam, adalah seorang pezina. Setelah peristiwa penolakan Nabi Isa yang merupakan keturunan Nabi Daud sebagai al-Masih tersebut, Tuhan tidak lagi menurunkan nabi kepada Bani Israil. Dan beratus-ratus tahun, persoalan ini menjadi perdebatan antara kaum Yahudi yang menolak Nabi Isa dengan Yahudi pengikut Nabi Isa, yang menjadi cikal bakal Nasrani. Sampai Nabi Muhammad SAW diutus, yang membenarkan Nabi Isa adalah al-Masih yang sebenarnya. Dan, al-Masih akan turun kembali di akhir zaman, menjadi hakimun adl, atau penguasa adil. Lalu, siapa Messiah yang ditunggu oleh kaum Yahudi? Nabi Muhammad telah memperingatkan tentang kedatangan al-Masih Dajjal, yang secara harfiah berarti al-Masih Pendusta. Orang Kristen menyebutnya sebagai antikristus. “Setelah kaum Yahudi menolak mengakui al-Masih yang asli, yaitu Nabi Isa Putra Maryam, sebuah divine punishment yang paling buruk pun menanti. Ya’juj dan Ma’juj kini membawa orang-orang Yahudi kepada al-Masih palsu, yang akan memimpin mereka dalam petualangan menuju kehancuran,” kata Imran Hosein. (jeha) Baca juga :

Read More

Kisah Bahtera Nabi Nuh dalam Al-Qur’an

Jakarta — 1miliarsantri.net : Nabi adalah utusan Allah yang datang dari waktu ke waktu untuk membimbing umat manusia ke jalan Allah, jalan kebenaran. Di antara sekian banyak orang yang datang sebagai pembimbing dan pemberi peringatan kepada manusia, Nabi Nuh (Alaihisalam) [1] adalah salah satunya. Beliau hidup jauh sebelum zaman Nabi Muhammad (Salallahu alaihi wasalam), nabi terakhir. [2] Allah mengangkat Nuh sebagai nabi bagi umatnya, agar dapat membimbing mereka ke jalan yang benar dan menjauhkan mereka dari jalan yang jahat. Al-Qur’an menceritakan kisah Nabi Nuh dan kaumnya dalam beberapa surah[3], yaitu surah 71 (Nuh), surah 11 (Hud), dan surah 23 (al-Mu’minun), dan masih banyak lagi. ayat-ayat [4] di dalamnya. Kisah ini menceritakan kepada kita tentang keimanan yang kuat yang dimiliki Nabi kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tentang kebinasaan terakhir bagi mereka yang mengabaikan Pesan Ilahi. Memerintahkan Nabi Nuh untuk memperingatkan umatnya, Allah berfirman: “Peringatkanlah umatmu sebelum mereka mendapat hukuman yang pedih.” — Al-Qur’an, 71:1 Menaati perintah Allah, Nabi Nuh mendatangi kaumnya dan berkata: “Aku datang kepadamu dengan peringatan yang jelas bahwa kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kepadamu siksa hari yang celaka.” — Al-Qur’an, 11:25-26 Para pemimpin yang khawatir akan kehilangan kekuasaan dan wibawa mereka atas rakyat yang mereka pimpin, tidak menyetujui apa yang dikhotbahkan Nabi Nuh dan berusaha menyesatkan rakyat dari Jalan yang Benar. Mereka berdebat dengan Nabi yang bersabda: “Kami tidak melihat sesuatu yang istimewa dalam dirimu kecuali sebagai manusia seperti kami. Kami juga tidak melihat orang-orang yang mengikuti Anda, melainkan orang-orang yang paling hina di antara kami dan tidak dewasa dalam menilai. Kami juga tidak melihatmu lebih unggul dari kami; sebenarnya kami pikir kamu pembohong.” — Al-Qur’an, 11:27 Nabi Nuh tidak terganggu oleh komentar-komentar menghina mereka dan melanjutkan misi ilahinya dengan sengaja. Dia menyerukan kepada umatnya dengan cara yang sangat sopan dan penuh kasih untuk memperbaiki cara hidup mereka. Ia juga memperingatkan mereka akan akibat buruk yang akan terjadi jika mereka terus menyembah dewa-dewa palsu dan menjalani kehidupan yang amoral. Meyakinkan mereka bahwa dia tidak mencari kekayaan atau kekuasaan atau bantuan apa pun dari mereka, dia berkata: “Dan hai umatku! Aku tidak meminta kepadamu imbalan harta, pahalaku hanya dari Allah.” — Al-Qur’an, 11:29 Namun para pemimpin terus menghalangi Nabi Nuh dalam misinya dengan menimbulkan keraguan terhadap Nuh. Mereka berkata kepada orang-orang: “Dia tidak lebih dari pria sepertimu. Keinginannya adalah untuk menegaskan superioritas atas Anda. Seandainya Allah menghendaki (mengirimkan rasul), Dia bisa saja menurunkan Malaikat. Kami belum pernah mendengar hal seperti itu (seperti yang dikatakannya), di kalangan nenek moyang kami dahulu kala.” — Al-Qur’an, 23:24. [5] Para kepala suku kemudian menjadi marah terhadap Nabi dan menantangnya dengan arogan: “Wahai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berselisih dengan kami dan kamu telah memperpanjang perselisihan itu: sekarang bawakan kepada kami apa yang telah kamu ancam kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang jujur.” — Al-Qur’an, 11:32 Nabi Nuh kemudian mengingatkan mereka bahwa bukanlah kekuasaannya melainkan kekuasaan Allah untuk menghukum mereka karena perbuatan jahat mereka. “Sesungguhnya Allah akan menimpakannya kepadamu jika Dia menghendakinya, — dan kemudian, kamu tidak akan dapat menggagalkannya.” — Al-Qur’an, 11:33 Namun semua peringatannya, nasehat dan nasehatnya yang baik sepertinya tidak didengarkan. Kecuali segelintir orang yang mengikuti petunjuknya, sebagian lainnya terus memuja berhala batu dengan nama berbeda sebagaimana dibuktikan dalam ayat berikut: “Dan mereka berkata (satu sama lain) ‘Jangan tinggalkan tuhan-tuhanmu: jangan tinggalkan Wadd, Suwa, Yaguth, Yauq, atau Nasr. — Al-Qur’an, 71:23 Nabi Nuh kembali melipatgandakan usahanya namun semuanya sia-sia. Dia kemudian berseru kepada Tuhannya: “Ya Tuhanku! Aku telah menyeru umatku di siang dan malam hari, namun seruanku hanya (meningkatkan) pelarian mereka (dari Jalan yang Benar). Dan setiap kali Aku berseru kepada mereka, agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan jari-jari mereka ke dalam telinga mereka, menutupi diri mereka dengan pakaian mereka, menjadi keras kepala dan menyerahkan diri kepada kesombongan. Maka aku telah menyeru mereka dengan lantang: selanjutnya aku telah berbicara kepada mereka di muka umum dan secara diam-diam secara sembunyi-sembunyi.” — Al-Qur’an, 71:5-9 Ketika masyarakat menjadi lebih keras kepala dan menolak menerima pesan Tuhan yang menuduh Nabi Nuh melakukan kebohongan, Tuhan memutuskan untuk menjatuhkan hukuman-Nya kepada orang-orang kafir. Kepada Nabi Nuh, Allah memerintahkan: “Bangunlah Tabut itu di hadapan Kami dan di bawah petunjuk Kami. Kemudian ketika datang perintah Kami, dan air mancur di bumi memancar, naiklah ke atas kapal berpasangan dari segala jenis, jantan dan betina, dan umatmu kecuali mereka yang telah diberi Firman, dan janganlah kamu berseru kepada-Ku sehubungan dengan mereka yang tidak adil; karena sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan (dalam banjir).” — Al-Qur’an, 23:27 Sesuai perintah, Nabi Nuh kini menetapkan tugas membangun Bahtera dengan bantuan sekelompok kecil orang beriman. Pemandangan Nabi Nuh dan anak buahnya membangun Bahtera nampaknya menghibur para pemimpin dan orang-orang kafir. Mereka tidak menyadari keseriusan situasi namun hanya tertawa dan mencemooh. “Setiap kali para pemimpin kaumnya melewatinya, mereka mengejeknya…” — Al-Qur’an, 11:38 Nabi Nuh sekarang akan menjawab kembali komentar-komentar mereka yang mengejek dengan cara yang sangat berani dan terus terang: “…Jika kamu mengejek kami sekarang, sesungguhnya kami juga akan mengejekmu, sama seperti kamu mengejek (kami). Tetapi kelak kamu akan mengetahui siapakah yang akan mendapat hukuman yang memalukan dan siapa yang akan mendapat hukuman yang kekal.” — Al-Qur’an, 11:38-39 Ketika Tabut itu selesai dibangun, Nabi Nuh membawa serta keluarganya dan orang-orang mukmin, serta sepasang dari setiap makhluk yang terdapat di daratan disekitarnya. Kini peringatan Tuhan kepada manusia bahwa Dia akan mengirimkan air bah ke atas mereka telah terjadi. “Pada akhirnya, lihatlah! datanglah Perintah kami, dan mata air di bumi memancar keluar.” — Al-Qur’an, 11:40 Air banjir mulai meninggi. Orang-orang beriman yang sejauh ini menderita di tangan para pemimpin dan penyembah berhala menemukan diri mereka aman di Bahtera Nuh. Mereka memanjatkan doa dan sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai rasa syukur atas Rahmat yang telah Dia berikan kepada mereka. Orang-orang kafir yang mengabaikan petunjuk Tuhan berada dalam keadaan yang menyedihkan. Semuanya hilang bagi mereka. Hujan deras, angin kencang, guruh yang memekakkan telinga, dan kilat yang menyilaukan membuat mereka kebingungan dan ketakutan di hati mereka. Mereka lari pontang-panting mencari keselamatan. Mereka memanjat atap-atap rumah dan pohon-pohon, namun kini tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka karena…

Read More

Serentaun Kasepuhan Adat Ciptamulya Jadi Daya Tarik Wisata Selatan Sukabumi

Sukabumi — 1miliarsantri.net : Acara adat serentaun di Kasepuhan Adat Ciptamulya di Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat kembali digelar, Ahad (28/7/2024). Upacara tersebut mampu menarik perhatian warga khususnya wisatawan untuk berkunjung dan menyaksikan acara adat. Momen ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi yang masih bisa dilakukan. Kegiatan yang digelar setiap tahun ini menyedot perhatian warga baik lokal Sukabumi maupun dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Acara adat itu diperlihatkan warga membawa hasil panen yang dibawa ke Leuit (Lumbung) Si Jimat di komplek Kasepuhan Adat Ciptamulya. Serentaun di lakukan di kasepuhan adat yang berada di selatan Sukabumi yang merupakan bagian dari Kesatuan Masyarakat Adat Banten Kidul. Rangkaian kegiatan serentaun tahun ini dilakukan sejak Kamis (25/7/2024) dan mencapai puncaknya pada Ahad. Dalam acara itu digelar pementasan kesenian gondang buhun dan wayang golek. Puncaknya pada Ahad digelar upacara adat seren taun, warga membawa hasil panen untuk disimpan di lumbung padi Leuit Sijimat dan nantinya padi yang disimpan ini nantinya akan digunakan oleh warga sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. ”Kegiatan serentaun di kasepuhan ini untuk mensyukuri hasil menanam padi dari tahun ke tahun. Kegiatan ini sebagai upaya menjaga nilai budaya yang menjadi kearifan lokal,’’ terang Pimpinan Kasepuhan Adat Ciptamulya E Suhendri Wijaya atau sering disebut Abah Hendrik. Terutama dalam menanam padi, baik di ladang maupun sawah. Abah Hendrik menambahkan, serentaun merupakan sarana puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena selama ini warga telah diberikan kenikmatan dan kebarokahan. ‘’Tanah subur makmur dan menghasilkan panen yang dirasakan masyarakat. Sehingga kegiatan cocok tanam berjalan dengan lancar dan tidak ada gangguan. Selain seren taun, ada acara lainnya sebelum puncak seren taun yakni menanam padi atau ngaseuk yang artinya padi tumbu satu minggu,’’ ujar Abah Hendrik. Kegiatan lainnya yakni ritual pare mapag bare beukah dan detik-detik akan panen atau padi digelar ritual mengambil padi. Terakhir puncaknya syukuran serentaun.Serentaun yang digelar di Kasepuhan Adat Cipta Mulya ini mendapatkan perhatian tidak hanya warga lokal melainkan dari luar daerah hingga luar negeri. Mereka datang ke daerah kasepuhan Adat Ciptamulya dan menginap di rumah-rumah warga yang berada di kawasan tersebut. Salah satunya Balqisa (34) warga Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi yang datang melihat upacara adat serentaun. Ia menuturkan, acara ini dikemas cukup menarik. Misalnya acara kesenian lais yang menampilkan seorang lelaki yang bergelantungan di atas tali yang membuat berdebar-debar warga yang menontonnya. ”Acara adat yang menarik, sebagai rasa syukur atas hasil panen,” ujar dia yang baru pertama kali melihat acara adat serentaun. (lik) Baca juga :

Read More

Gunung-gunung Juga Banyak ditemukan di Jazirah Arab

Jakarta — 1miliarsantri.net : Gunung-gunung di Indonesia umumnya berwarna hijau karena ditutupi rimbunnya pepohonan. Selain itu, gunung-gunung di Indonesia banyak yang aktif bahkan pernah meletus. Sedangkan di jazirah Arab, umumnya gunung terlihat tandus dan tidak ditutupi rimbunnya pepohonan. Apakah gunung-gunung di jazirah Arab aktif dan pernah meletus? Di seluruh wilayah barat Jazirah Arab dari Al-Nafud (gurun di Arab Saudi) di utara hingga ujung selatan Yaman, terdapat rangkaian gunung berapi. Keberadaannya adalah akibat runtuhnya Dataran Tinggi Afrika-Arab yang mengakibatkan munculnya Laut Merah sekitar 30 juta tahun yang lalu. Sebagian besar gunung berapi ini sekarang tidak aktif, namun beberapa di antaranya, terutama di Yaman selatan, masih hidup dan mungkin meletus jika kondisi geologisnya menyebabkan hal tersebut. Wilayah Kerajaan Arab Saudi sendiri terletak di atas 2.000 gunung berapi yang tidak aktif selama ribuan tahun. Ketika gunung berapi ini aktif, dengan ledakan dan lava yang tersebar, terbentuklah 13 gunung berapi yang dihasilkan oleh aliran vulkanik yang besar dan terjadi di masa lampau. Persentase terbesar dari anakan dan kawah gunung berapi tersebut terdapat di wilayah Madinah. Menurut situs Survei Geologi, dalam 6.000 tahun terakhir telah terjadi 11 letusan gunung berapi di Harrat Rahat, Arab Saudi. Letusan terakhir adalah letusan gunung berapi terkenal yang terjadi pada tahun 654 H, yang berlangsung selama lebih dari 52 hari. Salah satu gunung berapi yang terkenal di Kerajaan Arab Saudi adalah Jabal al-Qadr, yang terletak di jantung Harrat Khaybar. Jabal Al Qadr merupakan gunung vulkanik yang sudah punah dengan ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan bumi. Kawah gunung ini sangat dalam dan terdapat rongga-rongga besar. Dari kawah Gunung Al-Qadr, ada lava beku yang memanjang lebih dari 50 Km dalam pemandangan geologi yang langka. Di area yang sama terdapat kawah gunung berapi Jabal al-Abyad, dengan warna aneh dan formasi beragam, yang dapat dianggap sebagai salah satu landmark geologi langka di dunia. Dekat Taif, di tengah Harrat Kashab yang terkenal, terdapat kawah Gunung Berapi Al-Waaba atau yang disebut Tambang Tamiya. Ini adalah salah satu kawah gunung berapi terdalam di Kerajaan Arab Saudi, dengan kedalaman mencapai 240 meter dan diameter lebih dari 2.500 meter. Adapun gunung berapi di Yaman yang jumlahnya 11, lima di antaranya meletus dalam kurun waktu 1500 tahun terakhir. Pertama adalah Harrat Arhab yang meletus pada 500 M. Kedua, Bir Barhout yang meletus pada 905 M. Ketiga, Harrat Al-Sawad yang meletus 1253 M. Keempat, Harrat Dhamar yang meletus 1937 M. Adapun yang terakhir adalah gunung berapi Jabal Al-Tair yang meletus pada tahun 2007. Secara global, terdapat daftar gunung berapi yang menyebabkan kerusakan terbesar sepanjang sejarah modern. (jeha) Baca juga :

Read More

Alm Hamzah Haz Orang yang Telah Membiasakan Shalat Jama’ah

Bogor — 1miliarsantri.net : Mantan Wakil Presiden ke 9 RI Hamzah Haz meninggal dunia pada Rabu (24/7/2024) sekitar pukul 09.45 WIB. Sebelum nya jenazah disalatkan di masjid yang dibangun Hamzah Haz di Jalan Nenas, Bogor, kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga di Bogor. Sejumlah tokoh tampak hadir di rumah duka, diantaranya Wapres ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) hingga Wakil Presiden ke-11 Boediono. Selain kedua tokoh ini, hadir Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kepergian Hamzah Haz meninggalkan duka mendalam bagi orang-orang yang mengenalnya, khususnya bangsa Indonesia. “Selamat jalan, semoga Allah meridloi dan menerima amalnya sebagai bekal memenuhi panggilan-Nya. Mengampuni kesalahan dan dosanya, menempatkannya dalam alam kebahagiaan,” tulis mantan Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Maskuri. Senior Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini bersaksi, almarhum Hamzah Haz adalah orang yang telah membiasakan shalat jama’ah di Istana Wapres. “Saya menjadi saksi hidup, selain para saksi hidup lainnya, beliau telah membiasakan shalat jama’ah di istana wapres. Karena belum ada mushalla, beliau mengajak seluruh karyawan, mulai petugas kebersihan, staf, dan para ASN yang mengabdi di istana wapres,” ungkapnya. Maskuri melanjutkan, setidaknya jama’ah duhur dan ashar bila Hamzah Haz di Istana Wapres, selalu mengajak karyawan shalat berjamaah. “Almarhum mempunyai kebiasaan shalat di awal waktu dan berjamaah selalu beliau lakukan di mana pun,” terangnya kepada 1miliarsantri.net, Jumat (26/7/2024). Sekarang di lingkungan Istana Wapres sudah ada masjid, karena amal dari Hamzah Haz. Di setiap transit bandara, juga disediakan tempat shalat yang representatif. “Selamat jalan, semoga Allah pertemukan dengan para kekasih-Nya dan orang-orang soleh,” pungkasnya. (den) Baca juga:

Read More

Letusan Gunung Vesovius menelan Kota Mozaina

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam tafsir Tahlili yang dikutip dari quran.kemenag.go.id dijelaskan, dalam alam Alquran Surat At Thur ayat 6 Allah berfirman: وَالْبَحْرِ الْمَسْجُوْرِۙ Allah bersumpah, Demi al-Bahrul-Masjur (laut yang di dalamnya ada api) yakni laut yang tertahan dari banjir karena kalau laut itu dilepaskan, ia akan menenggelamkan semua yang ada di atas bumi sehingga hewan dan tumbuh-tumbuhan semuanya akan habis musnah. Maka rusaklah aturan alam dan tidaklah ada hikmah alam ini dijadikan. Sebagian ulama berpendapat dan menetapkan bahwa lapisan bumi itu seluruhnya seperti semangka, dan kulitnya seperti kulit semangka, itu artinya bahwa perbandingan kulit bumi dan api yang ada di dalam kulitnya itu seperti kulit semangka dengan isinya, yang dimakan itu. Sebab itu sekarang kita sebenarnya berada di atas api yang besar, yakni di atas laut yang dibawahnya penuh dengan api dan laut itu tertutup dengan kulit bumi dari segala penjurunya. Dari waktu ke waktu api itu naik ke atas laut yang tampak pada waktu gempa dan pada waktu gunung berapi meletus; seperti gunung berapi Vesovius yang meletus di Italia pada tahun 1909 M yang telah menelan kota Mozaina, dan gempa ini yang telah terjadi di Jepang pada tahun 1952 M yang memusnahkan kota-kotanya sekaligus. Menurut Jumhur bahwa yang dimaksud dalam ayat ini ialah laut bumi. Akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam kata “masjur” di antara pendapatnya ialah berarti: dinyalakan api di hari Kiamat seperti dalam Al-Qur’an: Dan apabila lautan dijadikan meluap. (QS Al-Infithar 82:3) Firman-Nya yang lain: Dan apabila lautan dipanaskan. (QS At-Takwir 81:6) (jeha) Baca juga :

Read More

Sejarah Pembangunan Masjid Istiqlal

Jakarta — 1miliarsantri.net : Cita-cita membangun masjid nasional sudah mengendap di kalbu masyarakat Muslim Indonesia sejak negara ini memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 silam. Namun, niat itu baru konkret terlaksana tiga dekade atau tepatnya 33 tahun kemudian dengan berdirinya Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat pada 22 Februari 1978. Awalnya, ide pembangunan masjid nasional pertama kali dibicarakan pada 1950 atau hanya beberapa bulan setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda. Menteri agama kala itu, KH Abdul Wahid Hasyim (ayahanda Gus Dur), mengundang sejumlah tokoh Muslim, seperti H Agus Salim, H Anwar Tjokroaminoto (putra HOS Tjokroaminoto), dan Ir Sofwan. Pertemuan para tokoh ini kemudian ditindaklanjuti dengan rapat akbar yang mengumpulkan sekitar 300 ulama di bawah pimpinan KH Taufiqurrahman di gedung Deca Park, Jakarta. Pada 1953, hasil rapat yang berintikan kehendak membangun masjid nasional disampaikan kepada presiden Sukarno. Proklamator RI menyambutnya gembira Pada 7 Desember 1954, Yayasan Masjid Istiqlal dibentuk. Gedung Deca Park di Lapangan Koningsplein (rakyat Jakarta masa itu menyebutnya Lapangan Gambir) menjadi saksi bisu peresmian yayasan tersebut di hadapan notaris Elisa Pondag. Kini, Gedung Deca Park sudah tak berbekas lantaran ikut digusur akibat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas). Nama “Istiqlal” pun diambil dari kata dalam bahasa Arab yang bermakna ‘merdeka.’ Rumah ibadah ini dimaksudkan sebagai simbol rasa syukur segenap bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang merupakan rahmat Allah SWT. Presiden Sukarno ingin Masjid Istiqlal menjadi kebanggaan Indonesia bukan hanya di tingkat nasional, melainkan internasional atau regional. Karena itu, penentuan lokasi Masjid Istiqlal tidak hanya bernuansa simbolis, melainkan juga politis (siyasah). Penentuan lokasi ini membuat rencana pembangunan Masjid Istiqlal sempat tertunda. Mandeknya rencana pembangunan tersebut lantaran terjadi perdebatan antara presiden Sukarno dan wakil presiden Mohammad Hatta. Bung Karno mengusulkan lokasi terletak di atas bekas benteng Belanda, Frederick Hendrik, yang ada di dalam Taman Wilhelmina. Taman ini dibangun gubernur jenderal Van Den Bosch pada 1834. Letaknya di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral, dan Jalan Veteran. Memang, dalam periode 1950 sampai 1960, Taman Wilhelmina dikenal sepi, gelap, kotor, dan kumuh. Tembok-tembok sisa bangunan benteng Frederick Hendrik dipenuhi lumut yang menjalar dan rumput ilalang tumbuh rimbun di sekelilingnya. Sangat tak sedap dipandang mata. Dengan kata lain, Bung Karno ingin memusatkan bangunan-bangunan monumental, termasuk Monas dan Masjid Istiqlal, agar tak berjauhan. Di saat yang sama, Bung Karno terkesan ingin mengganti bangunan-bangunan peninggalan kolonial dengan bangunan-bangunan baru yang menampilkan identitas keindonesiaan. Sementara itu, Bung Hatta memiliki ide yang lebih pragmatis. Ia ingin agar lokasi pembangunan Masjid Istiqlal berada di tengah-tengah umat Islam, khususnya kaum Muslim Jakarta. Bung Hatta mengusulkan lokasinya yaitu di Jalan Thamrin, yang ketika itu letaknya dikelilingi kampung. Menurut Bung Hatta, dengan membangun masjid besar di sekitar Lapangan Gambir, maka umat Islam Jakarta yang kebanyakan tinggal jauh dari sana akan kesulitan. Untuk melaksanakan shalat Jumat, misalnya, mereka akan terpaksa menempuh perjalanan jauh. Lantaran itu, mengapa tidak mendekatkan masjid kepada mereka? Begitu kira-kira pemikiran Bung Hatta. Alasan lainnya, Bung Hatta telah membuat kalkulasi pembongkaran benteng Frederick Hendrik membutuhkan biaya yang tak sedikit. Apalagi, Indonesia baru saja keluar dari kancah perang mempertahankan kemerdekaan. Tentunya, dana pemerintah dirasakannya lebih bijak bila dihemat demi manfaat yang dirasakan langsung oleh rakyat. Namun, Presiden Sukarno bergeming. Orang nomor satu di Indonesia itu memutuskan, pembangunan Masjid Istiqlal berlokasi di lahan bekas benteng Frederick Hendrik. Ternyata, Sukarno punya argumen lagi, yakni ingin menghadirkan nuansa kebinekaan. Sebab, tepat di seberang bekas benteng tersebut telah berdiri Gereja Kathedral. Bung Karno ingin agar kelak dunia bisa menyaksikan, inilah simbol kerukunan dan keharmonisan kehidupan antarumat beragama di Indonesia. Adapun lokasi usulan Bung Hatta tersebut, kelak menjadi tempat berdirinya Hotel Indonesia, gedung pencakar langit tertinggi se-Asia pada zamannya. Maka, dimulailah kerja pembangunan Masjid Istiqlal pada 24 Agustus 1961. Ini seiring dengan pembangunan Monas. Sehingga, dalam bayangan Sukarno, para tamu negara atau turis yang datang ke Jakarta bisa melihat landmark Ibu Kota RI ini dari udara. Di zaman Sukarno pula, bandar udara internasional Jakarta dipindah dari Kemayoran ke Halim Perdanakusuma. Sebagai seorang insinyur, Presiden Sukarno tahu betul pentingnya simbol-simbol bersemayam dalam rancang bangunan. Karena itu, dia menetapkan menara Masjid Istiqlal mesti setinggi hampir 70 meter atau setara 6.666 cm. Ini menyimbolkan jumlah ayat suci Alquran. (jeha) Baca juga :

Read More

Hodeidah, Kota Pelabuhan yang Diserang Israel Dulu Pernah Dikuasai Turki Utsmani

Jakarta — 1miliarsantri.net : Tentara Israel kembali berulah pada Sabtu (26/7/2024) lalu. Tentara dari negeri penjajah tanah Palestina itu menyerang melalui udara, menyerang sasaran militer Houthi di wilayah pelabuhan Hodeidah di Yaman. Akibat serangan itu, dilaporkan 80 orang menderita luka berat. Kebanyakan dari para korban menderita luka bakar. Untuk diketahui, Hodeidah merupakan kota di bagian barat Yaman. Dikutip Encyclopaedia Britannica, kota ini terletak di dataran pantai Tihāmah yang berbatasan dengan Laut Merah. Kota ini merupakan salah satu pelabuhan utama negara ini dan memiliki fasilitas modern. Dalam sejarah peradaban Islam, kota ini pertama kali disebutkan pada tahun 1454/55 dan menjadi penting pada tahun 1520-an ketika Tihāmah Yaman direbut oleh Turki Utsmani . Pada abad-abad berikutnya kota ini menggantikan Mocha sebagai pelabuhan utama negara tersebut. Di bawah kekuasaan Utsmani hingga tahun 1918, Hodeidah menjadi tempat pendaratan bagi upaya-upaya Utsmani berturut-turut untuk merebut kendali penuh atas Imamah Yaman dari para penguasa tradisionalnya (pendudukan Utsmani pertama, dimulai pada 1849; pendudukan kedua, 1872–1918). Selama perang Utsmani-Italia pada 1911-1912 kota ini dibombardir oleh kapal-kapal perang Italia yang berada di lepas pantai. Setelah Perang Dunia I, Inggris yang menang menyerahkan Hodeidah dan Tihāmah Yaman kepada para penguasa Idrīsī di Asir, di utara, tetapi wilayah tersebut direbut kembali oleh Yaman pada tahun 1925. Pemberontakan yang dipicu oleh Yaman di Asir (yang saat itu merupakan bagian dari Arab Saudi ) pada tahun 1934 menyebabkan pendudukan Saudi di Hodeidah. Perjanjian Al Taif tahun itu mengembalikan kota dan Tihāmah Yaman ke Yaman; Yaman, pada gilirannya, mengakui kepemilikan Arab Saudi atas Asir. Kota itu menjadi pusat pemerintahan semi-otonom di bawah salah satu putra imam (pemimpin) Yaman hingga proklamasi republik dan perang saudara berikutnya (1962–70). Pada tahun 1970-an banyak bangunan modern juga telah dibangun. Saat ini, pelabuhan di Hodeidah menangani banyak impor dan ekspor Yaman. (jeha) Baca juga :

Read More

PBNU Keluarkan Edaran Larangan Kerja Sama dengan Lembaga Berafiliasi Israel

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan surat instruksi penegasan kembali terkait pelarangan hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Israel. Surat resmi tersebut dikeluarkan dengan nomor 2020/PB.03/A.1.03.08/99/07/2024 yang mempertegas surat instruksi sebelumnya pada era kepengurusan KH Said Aqil Siroj pada 2021 lalu. “Merujuk Surat Edaran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 4207/C.1.034/09/2021 tanggal 13 Shafar 1443 H/20 September 2021 M sebagaimana terlampir, dengan ini kami tegaskan bahwa instruksi untuk menghentikan dan/atau menangguhkan semua program/proyek kerja sama yang berhubungan dengan Institut Leimena, Institute for Global Engagement (IGE), dan American Jewish Committee (AJC), baik yang masih dalam rencana maupun yang sedang berjalan, tidak pernah dicabut dan masih berlaku hingga saat ini,” isi surat edaran tersebut. Wakil Ketua Umum PBNU, H Amin Said Husni menegaskan, surat pelarangan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Israel yang keluar pada masa Kiai Said dan ditegaskan kembali pada masa kepengurusan Gus Yahya. “Sebetulnya kebijakan untuk menangguhkan atau menghentikan kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional, seperti ACJ yang disebutkan secara eksplisit di dalam surat itukan sudah terbit pada kepengurusan PBNU periode yang lalu ketika Ketua Umumnya KH Said Aqil Siroj,” terang Amin Said Husni, Selasa (23/7/2024). Amin mengatakan, pelarangan hubungan atau kerja sama dengan lembaga yang disebutkan dalam surat instruksi itu seperti Institut Leimena, Institute for Global Engagement (IGE), American Jewish Committee (AJC), dan sejenisnya tidak pernah dicabut sejak 2021 silam. “Dan surat itu sampai hari ini tidak pernah dicabut, tidak pernah juga direvisi karena itu sifatnya masih berlaku,” jelasnya. Amin bercerita, yang melatarbelakangi surat tersebut diedarkan kembali adalah, setelah adanya kabar terkait lima orang nahdliyin yang berkunjung menemui Presiden Israel tanpa sepengetahuan PBNU. “PBNU sekarang hanya menegaskan kembali me-remind seluruh jajaran struktural Nahdlatul Ulama baik itu pengurus wilayah, pengurus cabang sampai ke paling bawah. Termasuk ke Banom dan lembaga-lembaga di lingkungan NU termasuk perguruan tinggi, pondok-pondok pesantren atau madrasah lain itu masih terikat keputusan PBNU,” bebernya. Terkait konsekuensi yang didapat selepas adanya penegasan Kembali surat edaran itu, Amin mengatakan PBNU akan terus melakukan pembinaan agar dapat mencegah kejadian serupa. “Nanti akan ada pembinaan,” pungkasnya. (rid) Baca juga :

Read More