Dari Malang ke Wageningen University: Tim UB Tampil di Ajang Internasional Inovasi Pangan

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Mahasiswa Indonesia kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Kali ini, tim mahasiswa dari Universitas Brawijaya (UB), Malang, berhasil lolos untuk berkompetisi dalam ajang International Food Innovation Competition 2025 yang diselenggarakan di Wageningen University & Research, Belanda. Ajang bergengsi ini mempertemukan para inovator muda dari seluruh dunia untuk menciptakan solusi kreatif dalam menghadapi tantangan global di bidang ketahanan pangan dan keberlanjutan. Prestasi yang Membanggakan dari Kampus Biru Universitas Brawijaya dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang konsisten mendorong mahasiswanya untuk berinovasi. Melalui berbagai program riset dan kewirausahaan, kampus ini melahirkan banyak karya kreatif di bidang pangan, pertanian, dan teknologi. Keikutsertaan tim UB dalam ajang internasional ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di level global. Tim UB yang beranggotakan lima mahasiswa lintas jurusan ini meneliti produk pangan fungsional berbasis bahan lokal Indonesia. Mereka memadukan inovasi teknologi dengan kearifan lokal, menciptakan produk yang tidak hanya bernilai gizi tinggi tetapi juga ramah lingkungan. Produk tersebut berhasil lolos tahap seleksi nasional dan regional sebelum akhirnya dipilih untuk mewakili Indonesia di Belanda. Ajang Bergengsi Dunia di Negeri Kincir Angin Wageningen University & Research (WUR) merupakan universitas ternama dunia dalam bidang pertanian, pangan, dan lingkungan. Kompetisi International Food Innovation yang digelar setiap tahun di kampus ini menjadi wadah bagi para inovator muda untuk mempresentasikan ide dan riset mereka. Peserta berasal dari berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Jepang, Amerika Serikat, dan Indonesia. Tema kompetisi tahun ini adalah “Innovating for a Sustainable Food Future” atau “Inovasi untuk Masa Depan Pangan yang Berkelanjutan.” Fokus utamanya adalah menciptakan produk dan sistem pangan yang dapat menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, keterbatasan sumber daya alam, dan ketahanan pangan. Tim UB menjadi salah satu finalis dari Asia Tenggara yang berhasil menembus ajang ini. Mereka akan mempresentasikan karya inovatif mereka di depan juri internasional yang terdiri dari akademisi, pelaku industri, dan pakar teknologi pangan. Selain presentasi, peserta juga mengikuti sesi workshop, pameran produk, serta forum kolaborasi lintas negara. Baca juga: Peringatan Hari Dokter Nasional 2025: Melihat Perjuangan Para Dokter di Desa Terpencil Inovasi Berbasis Bahan Lokal Produk yang diusung oleh tim UB mengangkat konsep “Local Resource for Global Impact.” Mereka menggunakan bahan dasar dari hasil pertanian Indonesia seperti sorgum, umbi-umbian, dan biji-bijian lokal. Melalui proses fermentasi dan teknologi pengolahan modern, bahan tersebut diolah menjadi produk pangan fungsional yang kaya serat, tinggi protein nabati, dan bebas gluten. Selain menonjolkan nilai gizi, inovasi ini juga memperhatikan aspek lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Tim UB bekerja sama dengan petani lokal di wilayah Malang untuk memastikan rantai pasok yang berkelanjutan. Dengan pendekatan sustainable farming dan zero waste production, produk mereka mencerminkan upaya konkret mahasiswa Indonesia dalam menciptakan sistem pangan yang ramah bumi. Dukungan dari Kampus dan Pemerintah Keberangkatan tim UB ke Belanda mendapat dukungan penuh dari pihak universitas dan berbagai lembaga terkait. Rektor Universitas Brawijaya menegaskan bahwa prestasi ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berinovasi dan berani tampil di level global. Dukungan juga datang dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menilai partisipasi mahasiswa Indonesia dalam kompetisi internasional sebagai langkah penting menuju kampus berkelas dunia. Selain bantuan finansial, tim juga mendapat bimbingan intensif dari dosen dan pakar teknologi pangan di UB. Mereka menjalani serangkaian uji produk, simulasi presentasi, dan pelatihan komunikasi internasional agar siap bersaing di hadapan juri global. Harapan dan Dampak ke Depan Partisipasi tim UB di Wageningen University bukan sekadar perlombaan, tetapi juga kesempatan untuk membangun jejaring global dan membuka peluang kolaborasi riset internasional. Ajang ini diharapkan menjadi batu loncatan bagi mahasiswa Indonesia untuk terus mengembangkan inovasi di bidang pangan berkelanjutan. Selain itu, prestasi ini diharapkan dapat memperkuat citra positif Indonesia sebagai negara agraris dengan potensi sumber daya alam yang besar. Jika dikembangkan lebih lanjut, inovasi semacam ini bisa menjadi solusi nyata bagi ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan nilai tambah komoditas lokal di pasar global. Baca juga: Stop Stigma! Hari Santri 2025 Jadi Momentum Bangkitnya Citra Positif Pesantren Penulis: Glancy Verona Editor: Toto Budiman Gambar: Inovasi Sistem Pertanian UB Malang Masuk Top 6 Dunia di Kompetisi Pangan Internasional

Read More

Peringatan Hari Dokter Nasional 2025: Melihat Perjuangan Para Dokter di Desa Terpencil

Bekasi – 1miliarsantri.net: Bulan Oktober menjadi bulan Istimewa bagi para Dokter di Indonesia, tepatnya tanggal 24 Oktober menjadi momentum memperingati Hari Dokter Nasional yang juga bersamaan dengan hari ulang tahun Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Menginjak usia yang ke-75 tahun, Peringatan Hari Dokter Nasional 2025 menjadi momen refleksi bahwa tantangan yang dihadapi dokter di era modern semakin kompleks. Selain ancaman penyakit menular baru, lonjakan penyakit tidak menular (seperti diabetes dan hipertensi) serta berbagai isu kesehatan mental yang semakin menjadi perhatian. Kemajuan teknologi kedokteran menuntut para dokter untuk terus belajar, beradaptasi, dan mengasah keterampilan agar tidak tertinggal. Tidak hanya itu, saat dunia dilanda pandemi atau bencana kesehatan, para dokter berdiri di garis terdepan, mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan diri sendiri demi menolong orang lain. Pengorbanan para dokter, terutama yang berjuang di daerah terpencil dengan fasilitas terbatas, patut mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya. Di Indonesia, tantangan pemerataan dokter dan fasilitas kesehatan masih menjadi isu krusial. Masih banyak daerah di pelosok negeri yang kekurangan dokter, apalagi dokter spesialis. Oleh karena itu, Hari Dokter Nasional juga harus menjadi pengingat bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk terus berupaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan, memastikan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta menjamin kesejahteraan para tenaga medis. Berikut beberapa kisah pada dokter di pelosok negeri yang berjuang dalam memberikan pelayanan kesehatan: Kisah Perjuangan Dokter di Pedalaman Kalimantan Timur Kisah dr. Lisa Maria yang mengabdikan diri di sebuah desa terpencil di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur. Kisahnya menyoroti tantangan nyata dalam memberikan pelayanan kesehatan di wilayah dengan akses yang sangat sulit. Dr. Lisa Maria dan rekan sejawatnya, yang juga seorang dokter umum, harus berulang kali menghadapi medan yang sangat ekstrem untuk mencapai masyarakat di pedalaman. Untuk diketahui bahwa jalanan menuju desa tersebut didominasi oleh lumpur, jalan tanah, dan beberapa bukit sehingga sering kali harus berhenti untuk membersihkan lumpur dari roda kendaraan. Akibat medan yang sulit tersebut, dr. Lisa juga menceritakan bahwa pernah terpeleset dan terjatuh dari sepeda motornya hingga dua kali berturut-turut karena jalanan yang licin dan berlumpur. Bahkan, ketika mencoba menggunakan mobil, mobilnya sempat kandas dan rusak karena terkena lubang. Namun, meskipun harus berjuang melewati tantangan fisik dan keterbatasan sarana, dr. Lisa menunjukkan dedikasi yang tinggi untuk memastikan pelayanan kesehatan dapat menyentuh masyarakat di pedalaman. Kisahnya menjadi gambaran nyata bagaimana para tenaga kesehatan rela menempuh risiko demi misi kemanusiaan. Baca juga: Stop Stigma! Hari Santri 2025 Jadi Momentum Bangkitnya Citra Positif Pesantren Kisah Dokter yang Menjual Rumah Demi “Rumah Sakit Apung” Gratis Kisah ini adalah tentang dr. Lie Dharmawan, Sp.B, Sp.BTKV, seorang dokter bedah yang dikenal atas dedikasinya dalam menyediakan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat di pulau-pulau terpencil dan terluar di Indonesia melalui konsep Rumah Sakit Apung (RSA). Berdirinya Rumah Sakit Apung (RSA) bermula ketika beliau mengoperasi seorang anak dari sebuah pulau terpencil yang datang dengan kondisi usus terjepit. Perjalanan untuk mencapai rumah sakit memakan waktu berhari-hari, membuat anak itu tiba dalam kondisi sangat terlambat. Kejadian ini membuatnya sadar bahwa sistem layanan kesehatan darat tidak mampu menjangkau secara efektif masyarakat di negara kepulauan seperti Indonesia. Akibat kejadian tersebut, Dr. Lie kemudian memiliki ide untuk membuat rumah sakit di atas kapal. Ketika beliau menceritakan gagasan ini, banyak orang meragukan dan bahkan menyebutnya “dokter gila” karena ide tersebut dianggap tidak mungkin terwujud. Namun, tekadnya bulat. Untuk mewujudkan mimpinya, dr. Lie mengambil keputusan besar untuk menjual rumah pribadinya dan menggunakan penghasilannya sebagai dokter bedah untuk memodifikasi sebuah kapal kecil menjadi rumah sakit apung yang lengkap. Sejak saat itu, melalui Yayasan Dokter Peduli (doctorSHARE) yang didirikannya, dr. Lie dan timnya telah berlayar ke berbagai wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) di seluruh Indonesia, membawa fasilitas medis, ruang operasi, dan obat-obatan. Semua pelayanan, termasuk operasi besar dan minor, diberikan secara gratis kepada masyarakat yang kesulitan mengakses layanan kesehatan yang memadai. Kisah dr. Lie Dharmawan adalah simbol pengorbanan, cinta kasih, dan inovasi yang melampaui batas profesionalisme demi kemanusiaan. Selamat Hari Dokter Nasional untuk para dokter hebat di Indonesia! Baca juga: Hari Santri 2025: Pesantren Didorong Berdaya di Sektor Wisata Religi Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor: Glancy Verona Sumber foto: AI Gemini

Read More

Stop Stigma! Hari Santri 2025 Jadi Momentum Bangkitnya Citra Positif Pesantren

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Peringatan Hari Santri 2025 diharapkan menjadi momentum penting untuk menghentikan berbagai stigma negatif terhadap pesantren dan santri. Selama ini, masih ada sebagian kalangan yang memandang pesantren secara keliru, dianggap tertutup, ketinggalan zaman, atau bahkan dikaitkan dengan isu-isu radikalisme. Padahal, faktanya pesantren merupakan benteng moral, pusat pendidikan karakter, serta penjaga nilai-nilai kebangsaan yang berperan besar dalam membangun peradaban Indonesia. Pesantren dan Santri: Pilar Pendidikan dan Kebangsaan Sejak awal berdirinya, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan nasionalisme. Para ulama dan santri telah berkontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan, menjaga keutuhan bangsa, serta memajukan masyarakat lewat dakwah, pendidikan, dan ekonomi kerakyatan. Dalam konteks modern, pesantren telah berkembang menjadi lembaga pendidikan yang adaptif terhadap zaman. Banyak pesantren kini memiliki program teknologi digital, kewirausahaan, hingga pelatihan vokasional untuk membekali para santri dengan keterampilan abad ke-21. Hal ini membuktikan bahwa pesantren tidak tertinggal, tetapi justru terus berinovasi menjawab tantangan global. Menurut laporan dari Gagasan Kalbar, Hari Santri Nasional 2025 mengusung semangat baru: “Stop Stigma, Saatnya Pesantren Bangkit dan Bersinar.” Tema ini menegaskan pentingnya membangun citra positif pesantren di tengah masyarakat serta menepis segala bentuk kesalahpahaman yang selama ini berkembang. Baca juga: Hari Santri 2025: Pesantren Didorong Berdaya di Sektor Wisata Religi Melawan Stigma, Membangun Citra Baru Isu miring yang kadang muncul terhadap pesantren sering kali berakar dari ketidaktahuan. Beberapa kasus yang dilakukan oleh oknum individu kerap digeneralisasi, seolah mencerminkan seluruh dunia pesantren. Padahal, mayoritas pesantren di Indonesia berkomitmen kuat terhadap nilai moderasi beragama, toleransi, dan cinta tanah air. Melalui Hari Santri 2025, Kementerian Agama dan berbagai organisasi keagamaan berkomitmen memperkuat narasi positif tentang pesantren. Media dan masyarakat diajak untuk menyoroti kontribusi nyata santri dalam pendidikan, sosial, dan pembangunan ekonomi. Kegiatan seperti Festival Santri Nusantara, Pameran Ekonomi Pesantren, serta Santri Digital Camp menjadi ajang untuk menampilkan wajah pesantren yang modern, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Ini sekaligus membuktikan bahwa santri bukan hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga mampu berkontribusi dalam bidang sains, teknologi, dan seni. Pesantren sebagai Ruang Inklusif dan Solutif Salah satu langkah penting dalam menghapus stigma adalah menunjukkan bahwa pesantren adalah ruang inklusif dan terbuka bagi semua kalangan. Di banyak pesantren, santri tidak hanya belajar kitab kuning, tetapi juga diajarkan nilai-nilai kewarganegaraan, dialog lintas iman, serta kepedulian sosial. Pesantren juga aktif dalam gerakan kemanusiaan, mulai dari tanggap bencana, pemberdayaan masyarakat, hingga ekonomi mikro berbasis syariah. Program-program seperti Pesantren Ramah Anak, Pesantren Hijau, dan Pesantren Digital adalah contoh nyata transformasi lembaga ini menuju arah yang lebih progresif dan solutif. Dengan pendekatan tersebut, pesantren semakin diakui sebagai pusat pendidikan yang menyeimbangkan antara spiritualitas, intelektualitas, dan produktivitas. Di era modern, citra santri bukan lagi sebatas orang yang tekun mengaji, tetapi juga pemimpin muda yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan zaman. Hari Santri 2025: Momen Kebangkitan Citra Pesantren Momentum Hari Santri tahun 2025 menjadi panggilan moral bagi seluruh elemen bangsa untuk melihat pesantren secara lebih adil dan objektif. Pemerintah, masyarakat, dan media diharapkan berperan aktif dalam menyebarkan narasi positif tentang dunia pesantren. Pesantren perlu terus didukung agar menjadi pusat pembelajaran sepanjang hayat, tempat lahirnya generasi berakhlak mulia sekaligus berdaya guna dalam pembangunan bangsa. Semangat “Dari Pesantren untuk Indonesia dan Dunia” menjadi pengingat bahwa nilai-nilai luhur yang tumbuh di pesantren, kejujuran, kerja keras, kesederhanaan, dan keikhlasan yang merupakan fondasi penting dalam membangun peradaban. Hari Santri 2025 bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi ajakan reflektif untuk menghentikan stigma dan membangun optimisme baru. Saatnya pesantren berdiri tegak dengan citra positif: lembaga yang mendidik, menginspirasi, dan berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. Baca juga: Burkina Faso Klaim Raup US$ 18 Miliar dari Tambang Emas Sejak Traoré Memimpin Penulis: Glancy Verona Editor: Toto Budiman Ilustrasi by AI Kata Kunci:

Read More

Hari Santri 2025: Pesantren Didorong Berdaya di Sektor Wisata Religi

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Menjelang peringatan Hari Santri 2025, Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan pentingnya pesantren untuk terus bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam sektor wisata religi. Gagasan ini disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo, dalam rangkaian kegiatan Road to Hari Santri 2025. Ia menekankan bahwa pesantren tidak hanya menjadi lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai motor penggerak ekonomi dan budaya berbasis nilai-nilai Islam Nusantara. Pesantren Sebagai Penggerak Ekonomi dan Wisata Religi Menurut Wibowo, keberadaan pesantren yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia menjadi kekuatan strategis dalam mengembangkan wisata religi. Pesantren memiliki modal spiritual, sosial, dan kultural yang unik, kombinasi yang sangat potensial untuk menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. “Pesantren bisa menjadi pusat pengembangan wisata religi yang mengedepankan nilai edukatif dan spiritual. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, potensi ini bisa memberi manfaat ekonomi sekaligus memperkuat karakter bangsa,” ujarnya seperti dilansir dari Kemenag.go.id.  Dalam pandangannya, wisata religi tidak hanya berarti ziarah ke makam ulama atau tokoh Islam, tetapi juga mencakup kegiatan seperti tur edukasi pesantren, festival budaya Islam, dan wisata kuliner halal. Semua itu bisa menjadi daya tarik yang menonjolkan kearifan lokal pesantren sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Baca juga: Burkina Faso Klaim Raup US$ 18 Miliar dari Tambang Emas Sejak Traoré Memimpin Potensi Besar Pesantren di Sektor Wisata Indonesia memiliki lebih dari 36 ribu pesantren, dengan jutaan santri yang tersebar di berbagai daerah. Banyak di antaranya berdiri di lokasi strategis yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi. Misalnya, pesantren-pesantren tua seperti Lirboyo (Kediri), Tebuireng (Jombang), dan Darul Ulum (Rejoso) yang sejak lama menjadi pusat ziarah dan studi keislaman. Kemenag menilai bahwa jika dikelola secara profesional, pesantren-pesantren ini dapat menjadi destinasi unggulan dalam paket wisata religi nasional. Tak hanya memberikan nilai tambah ekonomi bagi lingkungan sekitar, pengembangan wisata berbasis pesantren juga bisa memperkuat citra Islam Indonesia yang damai, terbuka, dan berperadaban. Selain itu, banyak pesantren kini sudah mulai berinovasi dengan mendirikan kafe santri, galeri produk halal, hingga homestay syariah. Langkah-langkah kreatif ini menjadi bukti bahwa pesantren memiliki potensi kewirausahaan dan kemandirian ekonomi yang besar. Dukungan Pemerintah untuk Pemberdayaan Pesantren Pemerintah, melalui Kementerian Agama, berkomitmen mendukung pesantren agar lebih berdaya di sektor wisata dan ekonomi kreatif. Dukungan tersebut mencakup pelatihan pengelolaan pariwisata, digitalisasi promosi, serta akses permodalan bagi unit usaha pesantren. Program seperti Santripreneur, Pesantren Go Digital, dan Pesantren Produktif menjadi bagian dari strategi besar pemerintah dalam menjadikan pesantren sebagai pusat ekonomi umat. Dengan demikian, pesantren tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, tetapi juga ekosistem sosial-ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan. Wibowo menegaskan bahwa arah pembangunan pesantren ke depan harus sejalan dengan misi moderasi beragama dan kemandirian ekonomi. “Pesantren harus mampu menjadi model pembangunan berkelanjutan, mengajarkan nilai-nilai spiritual sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar,” tuturnya. Sinergi Santri, Pemerintah, dan Masyarakat Dalam momentum Road to Hari Santri 2025, kolaborasi antara pesantren, pemerintah daerah, dan masyarakat menjadi kunci utama. Banyak daerah kini mulai mengangkat identitas pesantren sebagai bagian dari branding wisata lokal. Contohnya, di beberapa kota santri seperti Tasikmalaya, Kudus, dan Pekalongan, kegiatan keagamaan seperti haul, festival santri, dan ziarah wali telah menjadi agenda rutin yang menarik wisatawan. Dengan dukungan infrastruktur, promosi digital, dan kemitraan lintas sektor, pesantren dapat menjadi destinasi wisata yang bukan hanya menawarkan pengalaman religius, tetapi juga edukatif dan inspiratif. Baca juga: Sastra Santri: Merawat Tradisi Islam Nusantara Lewat Kata dan Karya Menyongsong Hari Santri 2025: Pesantren Sebagai Lentera Peradaban Peringatan Hari Santri ke-10 tahun 2025 menjadi momentum refleksi dan aksi nyata bagi dunia pesantren. Dari lembaga pendidikan tradisional, pesantren kini berkembang menjadi kekuatan sosial-ekonomi yang relevan dengan tantangan zaman. Dengan semangat “Dari Pesantren untuk Dunia”, pesantren diharapkan terus menjadi pusat inspirasi, tempat ilmu, iman, dan amal berpadu membangun peradaban. Dan melalui sektor wisata religi, pesantren dapat menunjukkan wajah Islam Indonesia yang sejuk, inklusif, dan berdaya guna bagi bangsa serta dunia. Penulis: Glancy Verona Editor: Toto Budiman Ilustrasi by AI

Read More

Sastra Santri: Merawat Tradisi Islam Nusantara Lewat Kata dan Karya

Bondowoso – 1miliarsantri.net : Sastra tidak hanya menjadi medium ekspresi keindahan bahasa, tetapi juga jembatan antara nilai, tradisi, dan spiritualitas. Dalam konteks Indonesia, sastra santri hadir sebagai salah satu bentuk kebudayaan yang tumbuh dari rahim pesantren, lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah berperan besar dalam membentuk karakter dan peradaban bangsa. Melalui puisi, cerpen, kitab kuning, hingga karya modern, sastra santri menjadi cermin perjalanan Islam Nusantara yang kaya akan nilai toleransi, kearifan lokal, dan semangat kebangsaan. Sastra sebagai Jalan Spiritualitas dan Kebudayaan Sastra santri tidak bisa dilepaskan dari akar spiritualitas Islam yang kuat. Sejak masa Walisongo, tradisi literasi telah menjadi bagian dari dakwah dan pendidikan di pesantren. Teks-teks keagamaan, syair, dan hikayat ditulis untuk memperkenalkan nilai-nilai Islam dengan cara yang lembut, membumi, dan sesuai dengan konteks budaya lokal. Di banyak pesantren, membaca dan menulis bukan sekadar aktivitas akademik, tetapi juga ibadah intelektual. Santri diajarkan untuk memahami makna terdalam dari setiap kata dan menjadikannya sarana mendekatkan diri kepada Allah. Tak heran jika karya sastra santri sering mengandung pesan moral, tasawuf, serta ajakan untuk mencintai tanah air dan sesama manusia. Salah satu contoh klasik dari sastra santri adalah serat dan tembang Jawa bernuansa sufistik, seperti karya Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, yang mengajarkan nilai spiritual dalam bahasa rakyat. Hingga kini, warisan tersebut terus hidup melalui karya para santri modern yang menulis puisi, novel, dan esai dengan semangat keislaman dan keindonesiaan. Pesantren Sebagai Pusat Literasi dan Kreativitas Pesantren selama ini dikenal sebagai pusat pengkaderan ulama, namun di sisi lain juga berfungsi sebagai ruang lahirnya sastrawan-sastrawan religius. Tradisi “ngaji kitab” yang disiplin melatih santri berpikir kritis, menulis sistematis, dan mengasah kepekaan bahasa. Tak sedikit santri yang kemudian melahirkan karya sastra bernilai tinggi, baik dalam bahasa Arab, Jawa, Sunda, maupun Indonesia. Kementerian Agama melalui berbagai program seperti Festival Literasi Pesantren (FLP) dan Musabaqah Qira’atul Kutub (MQK) telah memberikan ruang bagi santri untuk menampilkan karya tulis dan interpretasi kreatif terhadap teks keagamaan. Program ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga laboratorium kebudayaan dan literasi bangsa. Bahkan, beberapa pesantren di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatra telah mendirikan komunitas sastra santri yang aktif menulis antologi puisi dan cerpen. Mereka menyuarakan tema-tema seperti keikhlasan, perjuangan, cinta tanah air, dan perdamaian dunia. Ini menandakan bahwa tradisi literasi di kalangan santri terus berkembang dan relevan dengan zaman. Baca juga: Hari Dokter Nasional 2025: Sejarah hingga Bentuk Peringatan Islam Nusantara dalam Karya Sastra Salah satu kekuatan utama sastra santri adalah kemampuannya merawat Islam Nusantara, sebuah konsep Islam yang berpijak pada kearifan lokal, moderasi, dan harmoni budaya. Dalam karya sastra, nilai-nilai ini diwujudkan melalui simbol, bahasa, dan narasi yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Karya sastra santri sering kali menampilkan Islam yang ramah, bukan marah. Melalui kisah-kisah sederhana, para penulis santri mengajarkan makna keikhlasan, keadilan, kasih sayang, dan toleransi antarumat. Dengan demikian, sastra menjadi media dakwah kultural yang efektif dan menyentuh hati. Sastra santri juga memainkan peran penting dalam melawan arus globalisasi yang cenderung menyeragamkan budaya. Dengan tetap mengusung nilai-nilai lokal, karya santri memperlihatkan bahwa Islam dapat berkembang tanpa kehilangan akar tradisinya. Mereka menunjukkan bahwa keindahan bahasa dapat menjadi jalan dakwah dan pelestarian budaya. Regenerasi dan Tantangan Sastra Santri di Era Digital Memasuki era digital, tantangan sastra santri semakin kompleks. Perubahan gaya hidup dan derasnya arus informasi membuat minat baca dan tulis di kalangan generasi muda berkurang. Namun, di sisi lain, teknologi juga membuka peluang baru bagi santri untuk memperluas jangkauan karya mereka. Banyak komunitas santri kini aktif di media sosial, menerbitkan e-book, dan membuat konten sastra berbasis digital. Dengan cara ini, sastra santri menemukan bentuk baru, tidak lagi terbatas di ruang pesantren, tetapi hadir di ruang publik global. Inovasi ini menunjukkan bahwa semangat literasi pesantren tetap hidup dan adaptif. Santri masa kini tidak hanya menulis di kertas, tetapi juga di layar dunia, menyebarkan pesan damai dan nilai Islam Nusantara ke seluruh penjuru. Baca juga: Hari Santri Nasional 2025: Sejarah, Tema dan Tujuan Peringatan Menjaga Tradisi, Membangun Peradaban Sastra santri adalah warisan sekaligus masa depan. Ia mengajarkan bahwa menulis bukan hanya soal estetika, tetapi juga bentuk pengabdian. Melalui kata dan karya, santri merawat tradisi Islam Nusantara yang damai, santun, dan penuh cinta. Dari pesantren, lahir generasi yang menjaga peradaban dengan pena, bukan pedang. Penulis: Glancy Verona Editor: Toto Budiman Ilustrasi by AI

Read More
Menteri Keuangan

Menteri Keuangan Dibuat Bingung! Data Simpanan Pemda Versi BI & Mendagri Beda Rp18 T

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa dana milik pemerintah daerah (Pemda) yang tersimpan di perbankan terus meningkat hingga akhir September 2025. Ia menyebut, jumlah dana mengendap tersebut naik 12,17%, dari Rp 208,6 triliun menjadi Rp 234 triliun. Menurut Purbaya, peningkatan ini disebabkan oleh belanja Pemda yang belum berjalan maksimal, sehingga uang daerah tidak segera terserap untuk kegiatan pembangunan. Tito Karnavian Menyanggah Data yang Disampaikan Purbaya Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Tito menegaskan bahwa data simpanan Pemda di perbankan tidak setinggi yang disebutkan Purbaya. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), simpanan Pemda per September 2025 memang tercatat sebesar Rp 233,97 triliun, tetapi setelah dicek langsung melalui rekening kas daerah, angka sebenarnya hanya sekitar Rp 215 triliun. Perbedaan Pencatatan Dana Mengendap Sebesar Rp 18 Triliun Perbedaan data antara Purbaya dan Tito ini menimbulkan tanda tanya besar. Purbaya mengaku bingung karena ada selisih Rp 18 triliun antara data BI dan data dari pemerintah daerah. Ia pun mempertanyakan ke mana dana tersebut mengalir. “Saya jadi bertanya-tanya, Rp 18 triliun itu ke mana? Karena data BI sudah sistematis dari seluruh bank di Indonesia. Mungkin Pemda yang kurang teliti menghitung,” ungkapnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025 yang digelar Senin (20/10/2025). Baca juga: Gudang Garam Bangkrut! Sejarah Panjang Dari Kretek Rumahan hingga Konglomerasi Nasional! Permintaan Investigasi Selisih Dana Daerah Menanggapi hal itu, Purbaya meminta agar dilakukan investigasi mendalam terhadap perbedaan pencatatan dana mengendap Pemda di perbankan. Ia menekankan, bila dana selisih tersebut memang digunakan untuk menggerakkan perekonomian daerah, maka hal itu patut diapresiasi. Namun, bila ditemukan penyimpangan, pemerintah perlu segera menindaklanjuti agar keuangan daerah tetap transparan dan akuntabel. Dana Mengendap Pemda dan Pentingnya Transparansi Keuangan Kasus perbedaan data antara Purbaya dan Tito ini menunjukkan pentingnya transparansi pengelolaan dana pemerintah daerah. Selisih dana mengendap Pemda yang mencapai Rp 18 triliun harus segera dijelaskan agar tidak menimbulkan spekulasi negatif. Pada akhirnya, pengelolaan dana daerah yang akurat dan transparan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas fiskal serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: finance.detik.com Sumber artikel: https://www.cnbcindonesia.com/market/20251021072510-17-677724/purbaya-bingung-data-simpanan-pemda-versi-bi-mendagri-beda-rp18-t

Read More
Harga emas

Wow! Harga Emas Resmi Naik, Termurah Rp375 Ribu dan Termahal Rp2,085 Juta

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Harga emas perhiasan kembali menunjukkan kenaikan setelah sempat turun sehari sebelumnya. Jadi, jika kamu sedang mencari waktu yang tepat untuk menjual atau membeli emas, informasi ini penting banget buat kamu pantau. Berdasarkan data dari beberapa toko emas ternama seperti Rajaemas, Lakuemas, Kebundinar, dan Spesialgold, harga emas perhiasan hari ini mengalami penyesuaian yang cukup signifikan. Harga Emas Perhiasan di Rajaemas dan Lakuemas Di toko Rajaemas, harga emas perhiasan 24 karat dibanderol Rp2.085.000 per gram, sementara kadar 5 karat menjadi yang termurah di angka Rp375.000 per gram. Sementara itu, di Lakuemas, emas kadar 24 karat dijual dengan harga Rp1.888.000 per gram, dan untuk kadar 5 karat berada di sekitar Rp375.000 per gram. Kenaikan harga ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap investasi emas masih tinggi, meskipun fluktuasi pasar kerap terjadi. Baca juga: Memperingati Hari Santri Nasional 2025: Cerita Santri yang Selamat dari Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Harga Buyback Emas Perhiasan Hari Ini 11 Oktober 2025 Selain harga jual, kamu juga perlu tahu harga buyback emas perhiasan mulai dari 11 Oktober 2025. Di toko Kebundinar, harga beli kembali (buyback) emas 24 karat mencapai Rp1.950.000 per gram, sementara di Spesialgold bahkan lebih tinggi yaitu Rp2.090.000 per gram. Harga buyback ini penting buat kamu yang ingin menjual emas lama untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli sebelumnya. Rincian Harga Emas Perhiasan Berbagai Karat Berikut gambaran singkat harga emas perhiasan hari ini di beberapa kadar: Harga bisa berbeda tergantung lokasi dan toko tempat kamu membeli. Baca juga: PNS Kini Punya Lebih Banyak Kesempatan Naik Pangkat, Ini Jadwal Terbarunya Pantau Selalu Harga Emas Perhiasan Hari Ini Dengan adanya kenaikan pada harga emas perhiasan hari ini, penting bagi kamu untuk terus memperbarui informasi sebelum melakukan transaksi. Baik untuk investasi maupun koleksi, memahami pergerakan harga bisa membantu kamu mengambil keputusan terbaik. Jangan lupa pantau update harga emas perhiasan hari ini setiap harinya agar kamu tidak ketinggalan perubahan harga di pasaran. Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: ilustrasi Sumber artikel: https://market.bisnis.com/read/20251011/235/1919395/harga-emas-perhiasan-hari-ini-11-oktober-naik-termahal-rp2085-juta-dan-termurah-rp375-ribu

Read More
iPhone 17

Resmi Dibuka! Ini Cara Pre-Order iPhone 17 dan iPhone Air Resmi Indonesia di iBox

Bondowoso – 1miliarsantri.net: Kabar gembira buat kamu para penggemar Apple! Reseller resmi Apple Indonesia, iBox, resmi membuka pre-order iPhone 17 series dan iPhone Air mulai hari Jumat, 10 Oktober 2025. Antusiasme tinggi menyambut kehadiran seri terbaru ini, apalagi iPhone 17 dan iPhone Air akan mulai tersedia di toko iBox secara resmi pada 17 Oktober 2025. Dalam seri terbarunya, Apple menghadirkan iPhone 17, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max, serta iPhone Air yang menggantikan versi Plus dari generasi sebelumnya. Lalu, bagaimana cara kamu melakukan pre-order iPhone 17 di iBox dengan mudah? Yuk, lihat info lengkapnya di bawah ini! Cara Pre-order iPhone 17 dan iPhone Air di iBox Berikut langkah-langkah mudah untuk pre-order iPhone 17 dan iPhone Air di iBox secara resmi: Setelah pembayaran selesai, iPhone 17 kamu akan dikirim atau bisa diambil mulai tanggal 17 Oktober 2025, sesuai metode yang kamu pilih. Baca juga: UEA Serukan ‘Misi Internasional Sementara’ untuk Gaza Harga Resmi iPhone 17 dan iPhone Air di Indonesia Berikut daftar harga resmi iPhone 17 dan iPhone Air di Indonesia melalui iBox: iPhone 17 iPhone 17 Pro iPhone 17 Pro Max iPhone Air Itulah panduan lengkap mengenai cara pre-order iPhone 17 dan iPhone Air di iBox beserta daftar harga resminya di Indonesia. Jangan lewatkan kesempatan untuk jadi yang pertama memiliki seri terbaru iPhone ini. Yuk, segera kunjungi situs resmi iBox dan lakukan pre-order sekarang juga! Penulis : Ainun Maghfiroh Editor : Thamrin Humris Sumber foto: jambiindependent.disway.id Sumber artikel: https://www.kompas.com/tren/read/2025/10/10/170000565/dibuka-hari-ini-berikut-cara-pre-order-iphone-17-dan-iphone-air-resmi

Read More

Hari Santri Nasional: Presiden Prabowo Subianto – Hubungan Historis dengan Santri dan Ulama

Hari Santri Nasional 22 Oktober menjadi momentum hubungan historis Presiden Prabowo Subianto dengan santri dan ulama. Simak juga program MBG & CKG untuk pesantren. Jakarta — 1miliarsantri.net: Peringatan Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober bukan hanya seremoni tahunan, melainkan penghargaan mendalam terhadap kontribusi kaum santri dan ulama dalam perjalanan bangsa. Penetapan tanggal ini merujuk pada keluarnya fatwa Resolusi Jihad oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 yang menyerukan santri dan ulama untuk mempertahankan kemerdekaan RI dari ancaman penjajahan. Melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, pemerintah secara resmi menetapkan Hari Santri sebagai bagian dari identitas kebangsaan kita yang menghargai peran pesantren. Hubungan Historis Presiden Prabowo Subianto dengan Santri dan Ulama Presiden Prabowo Subianto memiliki jejak hubungan yang cukup kuat dan dikenal dengan kalangan ulama dan santri. Sebagai contoh, dalam peringatan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU), beliau hadir sekaligus menegaskan pentingnya ulama dan santri dalam sejarah dan pembangunan bangsa. Mengutip SINDOnews, dalam Dalam artikel yang mengulas “Mengawal Janji ‘Pro-Santri’ Prabowo-Gibran”, disebutkan bahwa perhatian terhadap pesantren dan kaum santrinya memang menjadi bagian dari agenda pemerintahan Prabowo-Gibran, sebagai kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya. Dengan demikian, peringatan Hari Santri menjadi salah satu momen simbolik yang menghubungkan pemimpin negeri dengan komunitas pesantren, menunjukkan bahwa pemerintah mengakui serta menjalin kemitraan dengan dunia ulama dan santri. Program MBG & CKG untuk Pesantren: Bukti Komitmen Nyata Presiden Prabowo Sebagai implementasi perhatian pemerintah terhadap pesantren, melalui Kementerian Agama Republik Indonesia disebutkan bahwa dua program prioritas yakni MBG (Makan Bergizi Gratis) dan CKG (Cek Kesehatan Gratis) telah hadir untuk santri di seluruh Indonesia. Kunjungan Menteri Agama ke pesantren di Jombang juga menegaskan bahwa kehadiran pemerintah di lingkungan pesantren bukan hanya formalitas, tetapi komitmen nyata agar pesantren “tidak berjalan sendiri, melainkan bersama-sama dengan pemerintah dalam menyiapkan generasi penerus bangsa”. Makna & Implikasi untuk Pesantren dan Bangsa Melalui keterkaitan antara Presiden Prabowo, program-program pro-santri, dan peringatan Hari Santri, beberapa makna penting dapat diambil: Hari Santri Nasional Bukan Sekedar Seremonial Pada peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober ini, penting bagi kita untuk melihat lebih dari sekadar acara seremonial. Ini adalah saat untuk merenungkan hubungan historis antara pemimpin bangsa seperti Presiden Prabowo Subianto dengan santri dan ulama, serta bagaimana program-program seperti MBG dan CKG membuktikan bahwa pemerintah benar-benar hadir untuk pesantren. Ke depan, kerjasama ini diharapkan semakin mendalam agar pesantren menjadi lembaga pendidikan yang unggul, sehat, dan mampu menjawab tantangan zaman. Momentum ini menjadi pengingat bahwa santri bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga bagian penting dalam membangun masa depan Indonesia. Ikuti terus artikel 1miliarsantri.net dalam rangkaian Hari Santri Nasional 2025, dengan tajuk #SantriIndonesiaMenyapaDunia Penulis : Thamrin Humris Editor : Thamrin Humris Sumber : PRESIDENRI.GO.ID, Kemenag.go.id Foto istimewa

Read More

Hari Dokter Nasional 2025: Sejarah hingga Bentuk Peringatan

Bekasi – 1miliarsantri.net: Hari Dokter Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober merupakan momentum penting untuk mengenang sejarah, menghargai dedikasi, serta merenungkan peran vital para dokter sebagai pilar utama dalam sistem kesehatan nasional. Peringatan ini sekaligus bertepatan dengan hari lahirnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI), organisasi profesi kedokteran yang telah menjadi wadah bagi seluruh dokter Indonesia. Sejarah dan Tujuan  Hari Dokter Nasional Pada tanggal 24 Oktober 1950, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi IDI dan diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Kelahiran IDI menandai era baru, di mana profesi kedokteran di Indonesia benar-benar dikelola oleh dokter Indonesia sendiri, yang artinya bebas dari intervensi asing. Menginjak usia ke 75 tahun sejak didirikan pada 24 Oktober 1950, IDI telah memainkan peran strategis dalam lingkup pembangunan kesehatan nasional, baik dari aspek pelayanan medis, pengembangan ilmu kedokteran, advokasi kebijakan kesehatan serta bentuk pengabdian kepada masyarakat. Peringatan Hari Dokter Nasional atau HUT IDI ke-75 tahun 2025 yang mengusung tema75 Tahun IDI Berkarya, Membangun Kesehatan Bangsa”, bermakna bahwa IDI berkomitmen untuk terus berkarya melalui peran aktif para dokter, membangun kesehatan yang lebih baik serta mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat yang berkelanjutan. Hari Dokter Nasional juga memiliki tujuan yang jelas diantaranya adalah memadukan potensi dokter di seluruh Indonesia, menjaga harkat dan martabat profesi, mengembangkan ilmu kedokteran, dan yang paling utama, meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera. Baca juga: Hari Santri Nasional 2025: Sejarah, Tema dan Tujuan Peringatan Dokter: Lebih dari Sekedar Profesi, Bentuk Dedikasi Tanpa Batas Dokter adalah sebuah profesi yang telah berlisensi untuk berpraktik dalam menyembuhkan, mendiagnosis, dan mencegah penyakit. Namun, lebih dari sekadar keahlian ilmiah dan teknis, menjadi seorang dokter adalah panggilan jiwa yang menuntut pengorbanan, dedikasi, dan empati tanpa batas. Dalam kehidupan sehari-hari, dokter adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dengan penderitaan dan harapan yang tidak hanya merawat fisik, tetapi juga memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarganya. Di balik jam praktik yang panjang, keputusan cepat di ruang gawat darurat, atau penelitian untuk menemukan solusi medis, terdapat komitmen yang kuat untuk melayani. Bentuk Peringatan Hari Dokter Nasional 2025: Merayakan Dedikasi, Menguatkan Komitmen Berbagai kegiatan biasanya dilaksanakan dalam rangka Hari Dokter Nasional. Mulai dari seminar ilmiah, bakti sosial, pengobatan dan konsultasi gratis, hingga kampanye kesehatan. Semua kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan mewujudkan cita-cita Indonesia Sehat. Tidak hanya itu, Pengurus Besar IDI, IDI wilayah, IDI cabang dan perhmpunan serta keseminatan berinisiatif untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bersifat edukatif, prefentif dan sosial. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah dalam mempererat solidaritas antar anggota serta meningkatkan peran serta dokter dalam pembangunan kesehatan dan mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera. Bagi masyarakat umum, Hari Dokter Nasional adalah kesempatan untuk mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi atas jasa para dokter. Penghargaan ini bisa berupa ucapan tulus, dukungan nyata terhadap profesi mereka, atau bahkan dengan cara menjaga kesehatan diri sendiri sebagai wujud penghargaan atas kerja keras mereka. Pada akhirnya, Hari Dokter Nasional adalah perayaan yang menegaskan kembali kemitraan antara dokter, pemerintah, dan masyarakat. Peringatan ini merupakan bentuk apresiasi tehadap tangan-tangan yang menyembuhkan dan hati yang peduli serta menguatkan komitmen bersama untuk mencapai satu tujuan mulia yaitu kesehatan optimal bagi seluruh rakyat Indonesia. Selamat Hari Dokter Nasional 2025! Semoga dedikasi tanpa lelah para dokter di seluruh penjuru negeri senantiasa menjadi inspirasi dan membawa kemajuan bagi kesehatan bangsa. Baca juga: Dari Pesantren untuk Dunia: 10 Tahun Santri Menjaga Nilai Bangsa dan Peradaban Penulis: Gita Rianti D Pratiwi Editor: Glancy Verona Sumber foto: https://www.idionline.org/article/download-logo-hut-75-idi-75-tahun-idi-berkarya-membangun-kesehatan-bangsa#:~:text=Download%20Logo:%20HUT%2075%20IDI,IDI%20Berkarya%2C%20Membangun%20Kesehatan%20Bangsa%E2%80%9D https://prodia.co.id/id/konsultasi-dokter

Read More