Konflik Gaza Memperlihatkan Wajah Persaudaraan, Murabith dan Syuhada

Gaza — 1miliarsantri.net : Konflik peperangan yang terjadi di Gaza menjadi wajah ‘persaudaraan muslim’ yang disebutkan dalam Surah Al-Hujurat ayat ke-10. Gaza tak hanya menjadi tanah para murabith, tapi juga menjadi saksi ribuan syuhada. Warga Gaza juga memberikan contoh terbaik dalam pengamalan Surah Al-Hasyr ayat 9, “Mereka mengutamakan (kaum muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga membutuhkan.” Adalah Muhammad Abu Rujaila, seorang pemuda yang berdiri di pinggir jalan menunggu para murabith dari utara Gaza. Dia bersama pemuda-pemuda di selatan Gaza bersiap menyambut rombongan murabith yang terdiri dari anak-anak dan perempuan beserta pemuda yang menyertai perjalanan tersebut. Abu Rujailah menyambut mereka dengan air minum, selimut, dan kebutuhan pokok. Meski kondisi Gaza selatan pun tak luput dari pengeboman, tapi mereka menyediakan kebutuhan untuk mereka yang baru datang. Al Jazeera menggambarkan mereka sebagai pahlawan yang memberikan ketenangan. Berjalan kaki 15 sampai 30 kilometer dari utara Gaza bukan perkara mudah. Letih tiada terkira, dan hanya membawa pakaian di badan dan perkebakalan seadanya. Tapi, mereka disambut bak saudara saat tiba di tujuan. Muhammad al-Kafarna, seorang ayah yang mengantar keluarga besarnya ke Gaza selatan untuk mengungsi. Dia harus menempu perjalanan 20 kilometer dari Beit Hanoun, Gaza utara menuju lokasi penyintas di sebuah sekolah di Kota Rafah, Gaza selatan. Dia berangkat tanpa air, makanan, dan alat tidur. Di perjalanan, tank-tank militer Israel dan penembak jitu menjadi teror. Pesawat tempur seperti capung beterbangan. Dia tak bisa mengingkari rasa penat dan rasa takut. Namun, semua perasaan itu hilang saat melihat sambutan hangat dari sesama murabith di Gaza selatan. “Saudara-suadara kami di selatan, yang meringankan penderitaan. Kita semua adalah keluarga dan penderitaan kita sama,” kenangnya. Ummu Mustafa Shabir bersama sembilan anggota keluarga memutuskan berangkat ke Kota Rafah. Awalnya, dia tak bisa membayangkan jika harus bergabung bersama para penyintas di pusat pengungsian UNRWA. Suami Ummu Mustafa menderita atrofi otak sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk beraktivitas. Dia juga harus merawat tujuh putri dan dua putra. Namun apa yang terjadi? seorang ‘pahlawan’ menawarkan untuk tinggal di apartemennya. Tak sampai di situ, semua kebutuhan Ummu Mustafa terpenuhi. Dia mendapatkan air minum dan perlengkapan tidur. Dia menggambarkan situasi itu dengan satu kata “persaudaraan”. “Mereka memperlakukan kami seolah-olah kami adalah keluarga, dan kami tidak merasa terasing dari mereka,” ujarnya. (bal/AZ) Baca juga :

Read More

Pasukan Israel Bombardir Wilayah Tulkarem Selama 15 Jam Berturut-turut

Tepi Barat — 1miliarsantri.net : Pasukan Israel membunuh tujuh warga Palestina dalam serangan selama 15 jam berturut-turut tanpa henti di kota Tulkarem di Tepi Barat pada hari Selasa (14/11/2023). Middle East Eye melaporkan, pasukan Israel mengebom sebuah rumah dengan pesawat tak berawak (drone). Selain itu tentara Israel juga melancarkan serangan gas air mata ke rumah sakit, menghalangi ambulans untuk menjangkau korban luka, dan menyebabkan kehancuran massal di jalan-jalan dan toko-toko. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang bertepatan dengan kampanye agresi militer Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Serangan terbaru di Tulkarem, yang terletak di bagian utara Tepi Barat, dimulai pada Senin (13/11/2023) malam ketika pasukan khusus Israel menyerbu kamp pengungsi di kota itu dan menembak dua warga Palestina di dalam sebuah kedai kopi. Mereka diidentifikasi sebagai Mahmoud Hadaida, 25, dan Hazem al-Hosari, 29, ayah tiga anak dan pemilik supermarket di dekat kamp. Abu Suhaib al-Hosari, paman Hazem, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia sedang duduk bersama temannya di sebuah kafe ketika pasukan Israel mengejutkan mereka dan menembak mereka dari jarak dekat. “Ketika kami menerima berita tersebut, saya meninggalkan kamp bersama saudara laki-laki Hazem dan pergi ke rumah sakit dan melihat dia tertembak di dada,” ujar Abu Suhaib. Segera setelah penembakan, militer Israel mengirimkan bala bantuan dalam jumlah besar ke kamp tersebut yang memicu bentrokan dengan warga sipil Palestina. Serangan pesawat tak berawak semalam menghantam sebuah rumah yang berada di dalam kamp tersebut, dan menewaskan sedikitnya tiga orang. Sementara itu, buldoser militer menghancurkan jalan-jalan di kamp tersebut, merusak bangunan dan etalase toko. Militer Israel juga menempatkan sejumlah penembak jitu di gedung-gedung tinggi. Warga terpaksa tinggal di dalam rumah selama penggerebekan, termasuk keluarga Hazem, yang tidak dapat mencapai rumah sakit untuk mengucapkan selamat tinggal selama berjam-jam. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa stafnya dicegah untuk menjangkau korban luka, yang menyebabkan kematian sejumlah dari mereka. Dalam satu contoh, jip militer menghentikan ambulans PRCS dalam perjalanan menuju rumah sakit, dan menangkap orang yang terluka di dalamnya. Di pintu masuk Rumah Sakit Thabet Thabet, pasukan Israel menembakkan gas air mata, menurut rekaman yang diterbitkan oleh media lokal. Tulkarem sering menjadi sasaran pasukan Israel dalam beberapa pekan terakhir. Bulan lalu, tentara Israel menggerebek kamp pengungsi Nur Shams, sebelah timur kota Tulkarem, dalam operasi 24 jam. Penyerbuan ke kamp Nur Shams menyebabkan 13 warga Palestina tewas dan kehancuran yang meluas setelahnya. (sak/AP) Baca juga :

Read More

Jika Hizbullah Berulah, Menhan Israel Ancam Akan Jadikan Lebanon Seperti Gaza

Tel Aviv — 1miliarsantri.net : Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperingatkan Hizbullah bahwa melancarkan perang akan mengakibatkan kehancuran yang luas di Lebanon. Kondisi serupa dengan yang terjadi di Gaza bisa terjadi pula di Lebanon. “Jika Hizbullah melakukan kesalahan seperti ini di sini, pihak yang akan menanggung dampaknya adalah warga Lebanon yang pertama dan terutama. Apa yang kami lakukan di Gaza, juga bisa kami lakukan di Beirut,” ujar Gallant kepada tentara di perbatasan utara Israel dalam pernyataan yang disampaikan oleh kantornya. Pemimpin Hizbullah yang berkuasa di Lebanon Hassan Nasrallah mengatakan sebelumnya, kelompok bersenjatanya telah menggunakan senjata jenis baru dan menyerang sasaran baru di Israel dalam beberapa hari terakhir. Hizbullah telah menggunakan rudal yang dikenal sebagai Burkan, yang menggambarkan muatan bahan peledaknya antara 300 hingga 500 kilogram. Dia juga mengonfirmasi bahwa kelompok tersebut telah menggunakan senjata drone untuk pertama kalinya. “Hizbullah berjanji bahwa front di selatan melawan musuh bebuyutannya akan tetap aktif. Nasrallah sebelumnya mengatakan, ada kemungkinan pertempuran di front Lebanon berubah menjadi perang besar-besaran. Front ini akan tetap aktif,” janjinya. Dalam penyataan terbaru, Nasrallah menegaskan ada peningkatan dalam operasi Hizbullah di sepanjang garis depan dengan Israel. “Terdapat peningkatan kuantitatif dalam jumlah operasi, ukuran dan jumlah sasaran, serta peningkatan jenis senjata,” kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi. Nasrallah mengatakan kelompok itu juga menyerang kota Kiryat Shmona di Israel utara untuk pertama kalinya sebagai pembalasan atas pembunuhan tiga gadis dan nenek mereka awal bulan ini. Hizbullah telah terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di perbatasan Lebanon-Israel sejak 8 Oktober, dan membunuh sedikitnya 70 pejuangnya, beberapa warga sipil juga menjadi korban jiwa. Tapi serangan balasan sebagian besar terbatas di perbatasan dan Hizbullah sebagian besar menyerang sasaran militer. Kelompok yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 adalah ujung tombak aliansi yang didukung Iran yang berlawanan dengan Israel dan Amerika Serikat. (gun/AAP) Baca juga :

Read More

Astronom Temukan Benua Tertua di Bima Sakti

Surabaya — 1miliarsantri.net : Bumi diduga bukan satu-satunya pemilik benua dan konsekuensinya; kehidupan, di galaksi Bima Sakti. Menurut penelitian baru, benua tertua berpotensi telah muncul 5 miliar tahun sebelum bumi. Artinya, ada banyak dunia di Bima Sakti yang menampung kehidupan alien yang lebih maju dari kita. Hipotesisnya berasal dari pendapat umum para ahli astrobiologi, bahwa sebuah planet perlu memiliki ciri-ciri tertentu untuk mendukung kehidupan. Di antaranya, oksigen di atmosfernya yang melindungi organisme dari radiasi berbahaya, dan air cair sebagai permulaan kehidupan. Meskipun kehidupan tidak sepenuhnya memerlukan daratan yang luas, sejarah bumi menunjukkan bahwa daratan penting agar kehidupan bisa berkembang dan bertahan dalam jangka waktu lama. Jadi, jika sebuah planet ekstrasurya memiliki benua sebelum Bumi, maka kemungkinan ada kehidupan yang lebih tua dan lebih maju di dunia tersebut. Hipotesis itu mengarahkan Jane Greaves, astronom Universitas Cardiff di Inggris untuk menjawab pertanyaan penting; Kapan benua pertama kali muncul di sebuah planet di galaksi kita? Melalui penelitiannya, Greaves menemukan benua dan kehidupan mungkin telah muncul 4 – 5 miliar tahun sebelum Bumi di dua planet ekstrasurya. “Jika kehidupan di planet lain memiliki permulaan 5 miliar tahun, maka ia berpotensi menampung kehidupan yang lebih berevolusi daripada kita,” tulis Greaves dalam hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Research Notes of the American Astronomical Society edisi September 2023. Begini ceritanya. Benua terbentuk akibat lempeng tektonik, yaitu pergerakan lempeng batuan yang mengapung di atas lelehan bagian dalam suatu planet. Panas dari inti planet mencegah magma mengeras dan menghentikan pergerakan benua. Panas tersebut berasal dari unsur-unsur radioaktif seperti uranium-238, thorium-232, dan potasium-40 di inti planet, yang terus mengeluarkan energi. Sebagian besar unsur radioaktif tersebut berasal dari peristiwa bencana kosmik, seperti ledakan supernova dan tabrakan antara bintang raksasa yang mati atau bintang neutron. Jejak unsur-unsur tersebut bisa dideteksi dalam panjang gelombang cahaya yang dipancarkan bintang. Dalam penelitian barunya, Greaves menggunakan tingkat uranium-238 dan potasium yang ada di bintang-bintang terdekat, ditambah usia bintang yang diukur oleh satelit Gaia Badan Antariksa Eropa (ESA). Dengan unsur tersebut, Greaves memperkirakan kapan sebuah planet berbatu di sekitar masing-masing bintang itu cukup panas untuk munculnya lempeng tektonik. Dia menemukan, benua pertama harusnya terbentuk di sekitar bintang mirip matahari pada 2 miliar tahun sebelum lempeng tektonik bumi muncul. Benua tertua dari bintang terdekat berada di sekitar bintang HD 4614, yang berjarak 20 tahun cahaya dari Bumi. Namun ada dua bintang yang menarik perhatian, yaitu HD 76932 dan HD 201891 yang sedikit lebih kecil dari matahari kita. Mereka masing-masing terletak 70 hingga 110 tahun cahaya dari kita di wilayah cakram tebal. Planet dari dua bintang tersebut bisa membentuk benua hingga 5 miliar tahun lebih awal dari Bumi. Berdasarkan sampel dari 29 bintang dan teori tentang planet layak huni yang berlaku saat ini, Greaves menyimpulkan ada dua sistem dalam sampel tersebut yang memiliki biosfer lebih maju daripada di Bumi. Menentukan planet yang berpotensi menarik dan layak huni, seperti yang diidentifikasi Greaves, merupakan persiapan penting bagi Observatorium Habitable Worlds (Teleskop pemburu dunia layak huni) yang sedang dibangun NASA. Teleskop itu akan digunakan para astronom mengamati planet mirip Bumi dan tanda-tanda kehidupan pada tahun 2040an. Greaves berharap penelitian ke depan akan menganalisis lebih banyak bintang untuk menentukan mereka memiliki planet dengan lempeng tektonik atau tidak. “Lempeng tektonik bisa membantu mengungkap sistem yang lebih tua di mana kehidupan bisa ada sebelum kehidupan di Bumi,” kata Greaves. (har) Sumber: Live Science Baca juga :

Read More

Ingin Kuasai Jagad Maya, Israel Bangun Digital Dome untuk Perang di Sosial Media

Tel aviv — 1miliarsantri.net : Ribuan sukarelawan di Israel menjaring akun daring dan media sosial untuk mencari berita palsu dan misinformasi seputar perang negara tersebut dengan Hamas. Mereka ini yang menghadapi pertempuran lain dengan berada di dalam Digital Dome. Sejak konflik meningkat sebulan yang lalu, kebohongan, ketidakbenaran, dan disinformasi telah memicu konflik di seluruh dunia. Misinformasi dan gambar fotorealistik palsu yang dibuat oleh AI mengenai perang tersebut diedarkan dan dibagikan kembali di media sosial, memicu emosi dan kemarahan yang kuat dari kedua sisi. Untuk melawan perang informasi di dunia maya, sebuah organisasi pemantau disinformasi yang berbasis di Israel yang bernama FakeReporter menjalankan ruang perang yang dikelola oleh 2.500 sukarelawan di seluruh Israel. Tim ini didirikan oleh tim peneliti, aktivis, dan pakar Open Source Intelligence (OSINT). Para relawan menandai dan melaporkan konten yang dinilai mencurigakan, jahat, dan vulgar ke platform itu sendiri. FakeReporter juga membantah narasi yang menyesatkan di media sosial. Kepala komunikasi FakeReporter Yotam Frost mengatakan, perang antara Israel dan Hamas melampaui medan pertempuran, itu terungkap setiap hari di media sosial. “FakeReporter telah mengamati peningkatan disinformasi yang mengkhawatirkan, khususnya di X. Saat ini, melatih pemikiran kritis sangatlah penting untuk membedakan antara fakta dan opini,” ungkapnya dikutip dari AlArabiyah. Saat ini, organisasi itu telah melihat banyak contoh dengan beredarnya postingan palsu dan penuh kekerasan di X. Dalam banyak kasus, komunitas memberikan konteks yang tepat melalui catatan komunitas. “Hanya saja, meskipun sudah jelas bahwa postingan tersebut palsu, postingan tersebut tidak akan dihapus. Keputusan ini mencerminkan pilihan strategis X dan platform sosial lainnya,” kata Frost. Kondisi itu yang membuat FakeReporter dan pejabat senior di komunitas teknologi tinggi Israel menciptakan “Digital Dome” atau sebuah platform digital untuk melindungi publik dari konten berbahaya. “Inovasi ini bergantung pada kombinasi teknologi Kecerdasan Buatan dan laporan dari pengguna di semua platform, yang bertindak sebagai ‘mata di lapangan’,” ujarnya. Frost menyatakan, konsekuensi dari disinformasi dan misinformasi sangat besar. “Mereka menimbulkan ancaman serius terhadap demokrasi, melemahkan ketahanan sosial dan meningkatkan stres, kecemasan, kebencian, dan ekstremisme,” imbuhnya. Menurut Frost, perputaran informasi dapat dengan mudah mempengaruhi proses militer, politik, dan diplomatik serta pengambilan keputusan yang sebenarnya. Ancaman tersebut lebih dari sekedar disinformasi karena menyerang fondasi masyarakat demokratis dan kemampuan individu untuk melakukan debat yang rasional dan berdasarkan fakta. Saat ini, mereka berupaya menyaring sejumlah besar informasi yang dinilai tidak benar yang beredar di jagat maya. Frost mengatakan, hingga saat ini organisasi itu telah mengumpulkan lebih dari 20 ribu laporan berita palsu di media sosial. Penyaringan awal dilakukan oleh relawan berdedikasi yang mengidentifikasi dan meneruskan konten yang jelas-jelas melanggar pedoman komunitas platform media sosial. Laporan tersebut kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh tim terpisah sebelum diserahkan langsung ke platform. Frost mengatakan, penyebaran informasi yang cepat saat ini bertentangan dengan proses penting penyelidikan menyeluruh, verifikasi, dan penyampaian informasi yang dapat dipercaya kepada publik. Dia memberikan contoh dengan seorang jurnalis Israel membagikan video lama yang memperlihatkan sebuah roket tidak berfungsi di langit, sehingga menimbulkan tuduhan bahwa Israel berusaha menutupi tindakannya. Pada hari yang sama, halaman Facebook yang mengaku sebagai halaman resmi IDF menyombongkan diri dan mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut, sehingga menyesatkan banyak orang. “Sangat penting untuk menyadari bahwa platform media sosial memiliki kemampuan, baik dalam teknologi, sumber daya manusia, atau sumber daya keuangan untuk meminimalkan penyebaran disinformasi,” lanjut Frost. Tapi Frost menyatakan, banyak yang memilih untuk tidak menerapkan langkah-langkah tersebut dan kebijakan yang ada gagal meminimalkan misinformasi dan disinformasi secara efektif. “Khususnya, platform seperti X telah mengurangi tim kepercayaan dan keselamatan mereka yang sudah sangat kekurangan staf,” paparnya. FakeReporter didirikan sekitar tiga tahun lalu dan dijalankan oleh Achiya Schatz. Sebelum perang, lembaga ini fokus membantu orang-orang yang menjadi sasaran pelecehan daring karena berani menentang korupsi pemerintah. Sebelum FakeReporter, Schatz adalah juru bicara sebuah organisasi bernama Breaking the Silence. Organisasi ini menerbitkan kesaksian anonim tentara Israel yang mengklaim bahwa mereka menyaksikan pelanggaran etika selama bertugas di Tepi Barat dan Gaza. “Anggap saja ini sebagai Iron Dome digital, yang melindungi kita semua dan menggagalkan siapa pun yang mencarinya untuk menyakiti kita,” pungkas Schatz menjelaskan tentang kehadiran Digital Dome dikutip dari calcalistech.(zain/AA) Baca juga :

Read More

Begini Cara Warga Gaza Atasi Krisis Air dan Bahan Bakar

Gaza — 1miliarsantri.net : Terlihat salah satu warga bernama Basma Adwan duduk di depan tungku kayu buatan sang suami, Abd Rabbo, di rumah mereka di kota Rafah, selatan Jalur Gaza. Tungku kayu itu merupakan alternatif yang dibuat Abd Rabbo untuk mengakali krisis bahan bakar dan gas untuk memasak. Kompor yang terbuat dari setengah tong (wadah besi) dan kompor tradisional menjadi alternatif yang digunakan mayoritas masyarakat Gaza saat ini. Mereka tidak kehilangan akal untuk tetap bertahan di Tanah Gaza. Hari Basma dimulai dengan sinar pertama hari itu. Usai salat subuh, suaminya menyalakan potongan kayu bakar dari pohon zaitun dan jeruk di bawah kompor, siap menyiapkan sarapan untuk sekitar 25 penyintas dari utara Jalur Gaza, seperti halnya mayoritas rumah di bagian selatan. Basma dan suaminya adalah kepala sekolah. Pembantaian di Jalur Gaza membuat mereka kehilangan pekerjaan. Sekitar 215 sekolah telah diubah menjadi pusat penyintas, yang sebagian besar berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Mayoritas rumah dan sekitar 128 pusat penyintas di Kota Rafah serta Khan Yunis, Gaza Selatan dipenuhi ratusan ribu penyintas. Abd Rabbo mendaur ulang tong bekas menjadi kompor. Dia memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk kompor tersebut dan bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti memasak dan sekadar minum the hangat. Kompor itu juga digunakan untuk menyediakan roti. Para penyintas juga tak kehilangan akal untuk mengatasi krisis air bersih. Misalnya Abu Ayoub. Dia memompa air asin di sebuah sumur dekat untuk didesalinasi. Dia memanfaatkan sebuah truk sebagai mesin agar proses pengubahan air asin menjadi tawar bisa dilakukan. Asisten Ketua Komite Darurat di sektor ini, Insinyur Zuhdi Al-Ghariz, mengatakan, lebih dari 90% rumah kekurangan sumber air, setelah pemerintah kota berhenti memompa air dari sumur bawah tanah ke rumah warga, karena kekurangan listrik dan kehabisan bahan bakar. Kondisi itu tak menyurutkan semangat mereka. Keluarga Abu Muhammad Al-Qar’an. Dia bisa memanfaatkan air laut untuk mandi. Pria yang tinggal di Kota Deir Al-Balah, Gaza tengah itu juga manfaatkan air laut untuk mencuci peralatan rumah dan mencuci pakaian. Itu bukan hal sulit. “Jika mereka mampu mencegah udara dan air laut dari kami, barulah mereka bisa menjadikan Gaza sebagai penjara,” tutupnya. (zul/AP) Baca juga :

Read More

Beberapa Pihak Yang Mendukung Benjamin Netanyahu

Tel Aviv — 1miliarsantri.net : Pada Desember 2022, Benjamin Netanyahu kembali naik ke tampuk kekuasaan dalam pemerintahan Israel. Kali ini, Netanyahu menggandeng partai-partai sayap kanan garis keras untuk membentuk koalisi pemerintah. Pemerintahan Netanyahu kali ini dianggap sebagai pemerintahan sayap kanan paling ekstrem dalam sejarah Israel. Ketika membentuk kabinet, Netanyahu menempatkan tokoh-tokoh ekstremis pro-pemukim Yahudi. Hal ini menyebabkan para pemukim ilegal Yahudi seperti mendapatkan angin segar untuk memperluas permukiman dan menindas warga Palestina. Ada beberapa menteri kabinet Netanyahu yang menjadi biang kerok atas meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Jajaran menteri biang kerok tersebut antara lain Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich yang bernaung di bawah Kementerian Pertahanan. Dilansir Times of Israel, posisi Smotrich di Kementerian Pertahanan akan memberinya wewenang atas urusan sipil di Tepi Barat, termasuk pembangunan pemukiman. Sebagai pendukung setia permukiman, Smotrich mendesak untuk memperluas kedaulatan Israel atas Tepi Barat, sejalan dengan ideologi agama dan keamanan yang berpusat pada mempertahankan kendali Yahudi atas Tanah Israel yang disebutkan dalam kitab suci mereka. Kemudian ada Menteri Misi Nasional, Orit Strock. Kementerian yang baru dibentuk ini memiliki sejumlah kekuasaan atas permukiman di Tepi Barat, dinas nasional, dan akademi pra-militer. Menteri ini juga memisahkan departemen-departemen dari kementerian lain yang menangani identitas Yahudi dan budaya Yahudi, dengan seorang pejabat kementerian juga bertugas sebagai anggota panel perencanaan nasional dan lokal. Netanyahu menunjuk Meir Porush sebagai menteri Yerusalem, tradisi dan Gunung Meron. Kementerian tersebut diubah namanya dari Kementerian Yerusalem dan Warisan dengan kesepakatan koalisi yang menyatakan kementerian tersebut sekarang fokus pada penguatan tradisi Yahudi, memperdalam pengetahuan dan hubungan seluruh bagian masyarakat Israel dengan tradisi dan memajukan proyek-proyek terkait. Porush sebelumnya menjabat sebagai wakil menteri perumahan dan pendidikan. Tokoh politis yang paling kontroversial, Itamar Ben-Gvir juga bergabung dalam jajaran kabinet Netanyahu sebagai menteri keamanan nasional. Kementerian Keamanan Nasional yang baru dibentuk memiliki kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya atas Kepolisian Israel. Kesepakatan koalisi partai Ben-Gvir dengan Likud juga memberinya wewenang untuk mengambil alih pengawasan langsung seluruh Polisi Perbatasan, termasuk unit-unit di Tepi Barat yang saat ini berada di bawah wewenang Kementerian Pertahanan. Koalisi pemerintahan sayap kanan Netanyahu telah menyebabkan peningkatan kekerasan terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Pada Agustus 2023, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, kasus yang melibatkan pemukim Israel di wilayah pendudukan Palestina tahun ini meningkat cukup tajam, yakni sebesar 39 persen. Dalam enam bulan terakhir, PBB mendokumentasikan 591 kasus. “Itu rata-rata 99 insiden setiap bulan dan meningkat 39 persen dibandingkan dengan rata-rata bulanan sepanjang tahun 2022, yaitu 71 (kasus),” kata Juru Bicara OCHA Jens Laerke. Laerke mengungkapkan, jumlah kasus kekerasan yang dilakukan pemukim Israel pada 2022 sebenarnya menjadi yang tertinggi sejak OCHA mulai melakukan pencatatan pada 2006. Laerke mengatakan, dalam dua tahun terakhir, setidaknya 399 warga Palestina terpaksa mengungsi akibat kekerasan pemukim. Para pemukim menargetkan tujuh komunitas yang terlibat dalam penggembalaan melintasi wilayah Palestina yang diduduki. Laerke menyebut, tiga dari tujuh komunitas tersebut, yakni Al Baqa’a, Khirbet Bir al’Idd, dan Wedadiye, telah benar-benar dikosongkan karena kekerasan. Sementara komunitas lainnya hanya memiliki beberapa keluarga tersisa. Banyak komunitas di seluruh Tepi Barat berada di bawah ancaman pemindahan paksa sebagai akibat dari lingkungan pemaksaan yang diciptakan oleh penghancuran, aktivitas permukiman, dan praktik berbahaya lainnya. “Permukiman Israel ilegal menurut hukum internasional. Mereka memperdalam kebutuhan kemanusiaan karena dampaknya terhadap mata pencaharian, ketahanan pangan, dan akses ke layanan penting,” kata Laerke. Ben-Gvir mendorong percepatan aneksasi wilayah Tepi Barat secara keseluruhan. Dia mengklaim bahwa Tepi Barat merupakan bagian dari Israel. “Kedaulatan harus diterapkan di wilayah Yudea dan Samaria (nama yang digunakan Israel untuk merujuk Tepi Barat). Ini adalah tanah kita,” kata Ben-Gvir saat berbicara dengan Israel Army Radio, dikutip laman Days of Palestine. Pada kesempatan itu, Ben-Gvir menyerukan agar pergerakan warga Palestina di Tepi Barat dibatasi. “Hak pemukim Israel untuk hidup mendahului hak orang Palestina untuk bergerak,” ujarnya. Pada 27 Juli 2023 lalu, Ben-Gvir memimpin ratusan pemukim Yahudi Israel menggeruduk kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur. Para pemukim masuk melalui Gerbang Maghrebi, kemudian melakukan doa atau ritual Talmud di bawah penjagaan pasukan keamanan Israel. “Tempat ini penting bagi kita dan kita harus kembali ke sana dan membuktikan kedaulatan kita. Persatuan bangsa Israel itu penting,” ujar Ben-Gvir dalam sebuah pesan video. Aksi Ben-Gvir dan ratusan pemukim Yahudi Israel tersebut dikecam negara-negara Muslim, termasuk oleh Indonesia. Sejak pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilantik pada Desember 2022, Ben-Gvir, yang dikenal sebagai tokoh sayap kanan dan anti-Arab, telah tiga kali memasuki kompleks Al-Aqsa. Dua kunjungan sebelumnya terjadi pada Januari dan Mei lalu. Kedatangan Ben-Gvir ke kompleks Al-Aqsa selalu dikecam oleh negara-negara Arab dan Muslim karena dianggap provokatif serta mengabaikan kesucian situs Islam tersebut. (zul/AP) Baca juga :

Read More

RS Al Quds Terpaksa Menghentikan Operasional Pelayanan nya

Gaza — 1miliarsantri.net : Rumah sakit Al-Quds di Kota Gaza menghentikan “sebagian besar operasinya” setelah kehabisan bahan bakar dan pengeboman Israel setiap hari di sekitar kompleks rumah sakit. Rumah sakit yang terletak di Tal al-Hawa itu dikelola Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS). PRCS mengatakan rumah sakit tersebut terpaksa menghentikan sebagian besar layanannya. “Untuk menjatah bahan bakar dan memastikan layanan tingkat dasar dalam beberapa hari ke depan,” terang PRCS seperti dikutip dari Aljazirah, Kamis (9/11/2023). Rumah sakit itu mematikan generator utamanya dan kini hanya beroperasi dengan generator yang lebih kecil agar bisa memberikan layanan dasar dan listrik selama dua jam per hari untuk pasien dan 14 ribu orang yang terpaksa mengungsi ke sana. Bangsal operasi dan pabrik oksigen telah ditutup. “Kami membicarakan tentang peluru sekitar 15 meter dari gedung rumah sakit. Sebagian besar gedung di sekitar rumah sakit hampir hancur seluruhnya. Pengeboman semakin dekat ke rumah sakit, dan kami khawatir serangan langsung ke rumah sakit,” kata juru bicara PRCS Nebal Farsakh. Sebagian besar jalan menuju Rumah Sakit Al-Quds ditutup, memaksa petugas medis dengan ambulans mengambil satu rute yang terjal dan tidak beraspal untuk menjangkau para korban. “Kami memiliki sekitar 500 pasien di dalam rumah sakit. Kami memiliki 15 pasien di ICU. Mereka terluka dan menggunakan alat bantu pernapasan. Kami memiliki bayi yang baru lahir di inkubator. Kami memiliki 14.000 orang yang mengungsi, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak,” kata Farsakh. Ia mengatakan PRCS “kehabisan pilihan.” Farsakh menambahkan selama dua pekan mereka berulang kali memperingatkan “pasokan bahan bakar akan habis jika pasukan pendudukan Israel terus menolak untuk mengizinkan bahan bakar masuk ke Jalur Gaza”. Israel memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza dua hari setelah perang dimulai pada 7 Oktober, memperketat blokade yang sudah berlangsung sejak 2007 dan sangat membatasi masuknya bantuan, makanan, air, listrik dan bahan bakar. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 18 rumah sakit berhenti beroperasi sejak perang dimulai, baik karena kehabisan bahan bakar maupun akibat pengeboman. Direktur layanan medis darurat di PRCS Bashar Murad yang bekerja di Rumah Sakit Al-Quds, menggambarkan situasi di fasilitas tersebut “sebagai yang paling dahsyat” dalam sejarah organisasi tersebut. “Pada Ahad, serangan udara Israel mengebom pintu masuk rumah sakit kami, mengakibatkan tewasnya empat orang di pintu masuk dan melukai 35 orang, 12 di antaranya berada di dalam rumah sakit,” kata Murad. Ia menambahkan setengah dari ambulansnya tidak dapat digunakan. Sementara gudang utama diserang dan hancur sebagian. “Kami kehilangan semua obat-obatan dan peralatan di gudang yang bernilai sekitar 5 juta dolar AS. Saya tetap tinggal di Gaza karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan dalam situasi seperti ini,” tutupnya. (zul/AZ) Baca juga :

Read More

Tercatat Sebanyak 526 Truk Bantuan Masuki Gaza, Namun tak Diizinkan Bawa Bahan Bakar

Rafah — 1miliarsantri.net : Sebanyak 526 truk yang membawa sejumlah bahan dan bantuan kemanusiaan telah memasuki wilayah Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah. Namun dari total bantuan, masih belum ada bahan bakar di antara kargo tersebut. Hal tersebur disampaikan Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Stephane Dujarric dalam sebuah taklimat. “Ini menjadikan jumlah truk yang masuk ke Gaza melalui Rafah sejak 21 Oktober mencapai 526 truk, sekaligus menjadi pengingat bahwa sampai hari ini belum ada bahan bakar yang masuk ke Gaza melalui Rafah,” terangnya. Dujarric juga mengatakan bahwa pihak berwenang Mesir setuju untuk mengerahkan unit teknis PBB, yang akan bertindak dalam kapasitas kemanusiaan dan memberikan dukungan penasihat kepada Bulan Sabit Merah Mesir. Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Ahmed Abu Zeid mengatakan hambatan yang diciptakan oleh Israel dan aktivitas pihak Israel terkait pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza menyulitkan bantuan tersebut untuk sampai ke daerah kantong Palestina tersebut. Dia juga mengatakan bahwa “proses membawa bantuan ke Gaza menghadapi masalah logistik serius yang diberlakukan oleh pihak Israel.” Menurut Abu Zeid, semua pengiriman yang menuju ke Gaza harus diperiksa di penyeberangan perbatasan Nitzana, Israel. Dan baru setelah itu kendaraan bisa menuju ke tempat tujuan, yang memperpanjang rute sekitar 100 kilometer. Selain itu, juru bicara tersebut menunjuk pada hambatan birokrasi dari Israel. Ketegangan kembali memanas di Timur Tengah pada tanggal 7 Oktober ketika para militan dari kelompok radikal Palestina yang berbasis di Jalur Gaza, Hamas, melancarkan serangan mendadak ke wilayah Israel dari Gaza. Hamas menggambarkan serangannya sebagai respon terhadap tindakan agresif otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount di Kota Tua Yerusalem. Israel mengumumkan blokade total terhadap Jalur Gaza dan telah melancarkan serangan udara ke Gaza serta beberapa distrik di Lebanon dan Suriah. Bentrokan juga terjadi di Tepi Barat. (zul/AP)

Read More

Setidaknya Jumlah Warga di Wilayah Gaza Yang Meninggal diangka 10ribu

Gaza — 1miliarsantri.net : Pengeboman Israel di Jalur Gaza telah berlangsung selama hampir satu bulan. Pejabat kesehatan di Gaza pada Senin mengatakan, setidaknya 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak telah gugur akibat pengeboman Israel. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, puluhan orang gugur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza dan lebih jauh ke selatan di lingkungan Gaza seperti Zawaida dan Deir Al-Balah pada Ahad (5/11/2023) malam. Televisi Al-Aqsa yang mengutip sumber-sumber medis mengatakan, sedikitnya 75 warga Palestina tewas dan 106 luka-luka dalam serangan itu. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan, delapan orang wafat dalam serangan udara semalam di rumah sakit kanker Rantissi di Kota Gaza. Para pemimpin badan PBB menuntut gencatan senjata kemanusiaan ketika perang di Gaza telah berlangsung selama hampir sebulan. Seluruh penduduk di Gaza terkepung, dan mereka tidak memiliki akses terhadap kebutuhan penting. “Seluruh penduduk terkepung dan diserang, tidak diberi akses terhadap kebutuhan penting untuk bertahan hidup, rumah, tempat penampungan, rumah sakit, dan tempat ibadah mereka dibom. Ini tidak bisa diterima,” kata para pemimpin PBB dalam pernyataan bersama. Ke-18 badan PBB yang mendesak gencatan senjata antara lain Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk, Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths. Seorang jurnalis Reuters di Jalur Gaza menggambarkan pengeboman dari udara, darat dan laut pada Ahad (5/11/2023) malam. Ini adalah salah satu pengeboman yang paling intens sejak Israel melancarkan serangannya. Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius. Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, serta tempat ibadah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung itu sejak 2007. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan di Gaza, pengeboman Israel telah menyebabkan lebih dari 9.000 warga Palestina meninggal dunia, termasuk lebih dari 4000 anak-anak. Berdasarkan data Euro-Med Human RIghts Monitor, pengeboman Israel di Gaza hingga 31 OKtober 2023 telah membunuh 9.056 orang dengan 3.718 anak-anak, dan 1.929 perempuan. Sementara korban luka mencapai 21.980 dan 1.976 lainnya diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Serangan Israel juga telah menyebabkan 1,4 juta orang mengungsi secara internal. Pengeboman yang terus berlanjut itu telah menyebabkan 32 jurnalis gugur. Tenaga medis juga tidak luput dari serangan Israel. Sebanyak 111 tenaga medis meninggal dunia, dan 136 terluka. Pengeboman Israel telah menghancurkan sejumlah fasilitas publik. Data Euro-MEd menunjukkan, 44.300 bangunan hancur total dan 13.6100 rusak sebagian. Selain itu, 47 masjid dan 3 gereja hancur. Serangan yang terus membabi buta ini juga menghancurkan 147 sekolah, 513 fasilitas industri, 19 rumah sakit, 39 ambulans, dan 49 klinik. Selain itu, 87 kantor milik media juga ikut hancur. (zal) Baca juga :

Read More