Ismail Haniyeh merupakan seorang pejuang Palestina yang menentang penjajahan

Teheran — 1miliarsantri.net : Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh telah gugur sebagai syuhada usai dibunuh militer zionis Israel di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024) lalu. Umat Islam seluruh dunia berduka atas wafatnya Ismail Haniyeh, seorang pejuang Palestina di ranah politik yang menentang penjajahan dan ketidakadilan penjajah. Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan kabar gembira kepada umat Islam yang berjuang yang syahid di jalan Allah SWT. Mereka akan mendapatkan hadiah surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dijelaskan enam hadiah untuk Muslim yang wafat dengan jalan syahid. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ (رواه الترمذي وابن ماجه) “Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya akan diampuni sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.” (HR Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah). Dalam hadits lain dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW menyangkal orang yang mati syahid bukan hanya orang yang terbunuh saat berperang di jalan Allah SWT. Sebab, jika yang syahid hanya orang yang terbunuh saat berperang maka hanya sedikit jumlahnya. حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ (رواه مسلم) Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian?” Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, orang yang mati terbunuh karena berjuang di jalan Allah itulah orang yang mati syahid.” Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu, sedikit sekali jumlah umatku yang mati syahid.” Para sahabat berkata, “Lantas siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “Siapapun yang terbunuh di jalan Allah maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena suatu wabah penyakit juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid.” Ibnu Miqsam berkata, “Saya bersaksi atas bapakmu mengenai hadits ini, bahwa beliau (Nabi SAW) juga berkata, orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid.” (HR Imam Muslim). (ula) Baca juga :

Read More

Erdogan Sebut Gaza Kamp Pemusnahan Terbesar di Dunia

Ankara — 1miliarsantri.net : Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pernah menyampaikan pernyataan bahwa Jalur Gaza telah menjadi kamp pemusnahan terbesar di dunia. Menurut Erdogan, Israel telah melakukan kekejaman yang akan “melampaui Hitler.” “Berapa banyak lagi anak-anak yang harus mati untuk melihat bahwa kebijakan invasif Israel membahayakan seluruh wilayah? Lihat, ini bukan jalan yang bisa terus berlanjut,” kata Presiden Turki Erdogan. Erdogan menuturkan bahwa para pemimpin dan organisasi Barat yang bertugas untuk memastikan keamanan internasional hanya menyaksikan kebrutalan ini dari jauh selama hampir 300 hari. Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 39.000 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak. Presiden Turki itu mengatakan, Israel adalah satu-satunya negara di wilayah tersebut yang mencari keamanannya melalui agresi, pembantaian, dan perampasan tanah, serta bertindak seperti organisasi teroris. Israel yang tidak memiliki hukum, disebutnya sebagai ancaman tidak hanya bagi Palestina dan Lebanon, tetapi juga bagi umat manusia secara keseluruhan dan bagi seluruh dunia saat ini. “Hitler telah dihentikan, meskipun terlambat, oleh aliansi AS dan Uni Soviet. Genosida, kebiadaban, dan barbarisme ini juga harus segera dihentikan oleh aliansi umat manusia sebelum terlambat,” ucapnya. Lebih lanjut Erdogan menuturkan bahwa mereka yang mengendalikan pemerintahan Netanyahu harus segera mengatakan untuk menghentikan jaringan pembantaian. “Kami tahu apa yang ingin dicapai oleh pembunuh yang disebut Netanyahu, bencana macam apa yang ingin ia seret ke wilayah kita dan seluruh dunia. Kami juga tahu betul motif sebenarnya di balik upayanya untuk menyebarkan api di Gaza ke seluruh wilayah. Apa pun yang kami lakukan, kami melakukannya untuk mencegah skenario seperti itu. Apa pun yang kami katakan, kami mengatakannya untuk menghentikan air mata dan pertumpahan darah di wilayah kami,” pungkasnya. (wij) Baca juga :

Read More

Israel dan Hamas Saling Saling Tuduh Gencatan Senjata

Gaza — 1miliarsantri.net : Israel dan Hamas saling menyalahkan pada Senin atas kurangnya kemajuan dalam mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Jalur Gaza, meskipun ada mediasi internasional. Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menambahkan syarat dan tuntutan baru pada proposal gencatan senjata yang didukung AS, setelah pembicaraan terbaru melalui mediator. Netanyahu, sebaliknya, membantah membuat perubahan apapun dan mengatakan Hamas-lah yang bersikeras melakukan banyak perubahan pada proposal awal. Kelompok milisi Palestina yang didukung Iran itu mengatakan telah menerima tanggapan terbaru dari Israel, menyusul pembicaraan di Roma yang melibatkan Israel, Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. “Jelas dari apa yang disampaikan mediator bahwa Netanyahu telah kembali ke strateginya untuk menunda-nunda, menghindar, dan menghindari pencapaian kesepakatan dengan menetapkan syarat dan tuntutan baru,” terang Hamas dalam pernyataan pada Senin lalu. Hamas menuduh Netanyahu mundur dari proposal yang sebelumnya diajukan oleh mediator, yang dikatakannya sudah didasarkan pada “dokumen Israel”. Kantor Netanyahu menanggapi bahwa pimpinan Hamas-lah yang mencegah kesepakatan dengan menuntut 29 perubahan pada proposal tersebut. “Israel berpegang pada prinsip-prinsipnya sesuai proposal awal yakni jumlah maksimum sandera (yang akan dibebaskan) yang masih hidup, kendali Israel atas Koridor Philadelphi (sepanjang perbatasan Gaza-Mesir), dan mencegah pergerakan teroris dan senjata ke Gaza utara,” ungkapnya. Pejabat politik senior Hamas Izzat El-Reshiq kemudian pada Senin membantah kelompoknya telah membuat syarat baru, menuduh Netanyahu mengulur-ulur waktu. “Para mediator menyadari bahwa Hamas menunjukkan fleksibilitas dan sikap positif serta membuka jalan untuk mencapai kesepakatan dan melewati hambatan-hambatan Israel,” urai Reshiq. Pejabat Hamas lainnya mengatakan kepada televisi Hamas Al-Aqsa bahwa Netanyahu telah mengajukan syarat baru yang “mustahil” mengenai kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke rumah mereka, menolak untuk menarik diri dari penyeberangan Rafah dan garis perbatasan dengan Mesir, serta menolak membebaskan tahanan Palestina yang telah lama ditahan. Washington, yang mensponsori pembicaraan tersebut, berulang kali mengatakan kesepakatan sudah dekat. Pembicaraan terbaru adalah mengenai proposal yang diungkapkan Presiden Biden pada Mei lalu. Hamas menginginkan kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza, sementara Netanyahu mengatakan konflik akan berhenti hanya setelah Hamas dikalahkan. Ada juga ketidaksepakatan tentang bagaimana kesepakatan akan dilaksanakan. Mediator Qatar dan Mesir, yang didukung AS, berulang kali mengatakan pintu untuk negosiasi lebih lanjut tetap terbuka, dengan Israel dan Hamas menyatakan kesiapan untuk melanjutkannya. (zul) Baca juga :

Read More

Kementerian Kesehatan Nyatakan Gaza Jadi Daerah Epidemi Polio

Gaza — 1miliarsantri.net : Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan, daerah terkepung yang berstatus sebagai daerah epidemi polio. Status epidemi dikeluarkan mengingat kondisi menyedihkan penduduk jalur Gaza sebagai akibat dari agresi brutal yang terus dilakukan oleh Israel. Penjajah telah merampas air yang dapat digunakan oleh penduduk, menghancurkan infrastruktur sanitasi, menyebabkan penumpukan ribuan ton sampah, kerawanan pangan, dan kepadatan penduduk di daerah pengungsian paksa. “Serta dengan ditemukannya keberadaan virus polio jenis CVPV2 di air limbah di Gubernuran Khan Younis dan Gubernuran Tengah,” terang Kementerian Kesehatan Palestina lewat keterangan tertulis kepada sejumlah media. Menurut Kementerian Kesehatan, status epidemi Gaza menjadi ancaman kesehatan bagi penduduk jalur Gaza dan negara-negara tetangga serta kemunduran bagi program pemberantasan polio global. Kementerian Kesehatan memperingatkan bahwa program untuk memerangi epidemi yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan dalam kemitraan dengan lembaga-lembaga internasional yang relevan, terutama UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia, tidak akan cukup. Terkecuali ada intervensi segera untuk mengakhiri agresi dan menemukan solusi radikal untuk masalah kurangnya air minum dan sarana kebersihan pribadi seperti deterjen dan desinfektan, memperbaiki jaringan pembuangan kotoran, dan mengangkut berton-ton sampah dan limbah padat. Anak-anak Palestina dievakuasi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif. Kementerian Kesehatan juga mencatat, ada sebanyak 1.737.524 kasus penyakit menular telah tercatat sejak awal agresi. Sementara itu, rumah sakit dan pusat perawatan primer mencatat sejumlah besar penyakit kulit di antara para pengungsi, terutama anak-anak, sebagai akibat dari kepadatan penduduk dan kondisi kehidupan yang buruk. Kondisi ini masih diperparah oleh pasukan pendudukan dengan mengevakuasi daerah pemukiman di Khan Yunis dan gubernuran pusat hari demi hari. Semua pusat perawatan kesehatan primer masih tidak berfungsi di Gubernuran Khan Yunis sebagai akibat dari penjajah yang memperluas agresinya di gubernuran dan memaksa warga untuk memindahkan mereka secara paksa. Risiko perluasan area pengungsian semakin meningkat, yang dapat meluas ke sekitar Rumah Sakit Nasser. Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi meskipun menghadapi tantangan. Percepatan yang signifikan dalam memburuknya kondisi kesehatan dan penyebaran epidemi di antara warga dan pengungsi karena sulitnya mengakses air bersih dan langkanya makanan yang cukup, yang meningkatkan risiko epidemi yang meluas dan menambah beban sistem kesehatan. Krisis kekurangan bahan bakar terus berlanjut, mengancam kelangsungan operasi rumah sakit dan pusat kesehatan untuk menyediakan layanan medis bagi warga. Sementara itu, Kementerian Kesehatan menjelaskan, penargetan pasukan penjajah Israel terhadap pusat-pusat kesehatan dan rumah sakit menyebabkan 24 rumah sakit pemerintah dan swasta tidak dapat beroperasi. Sementara, hanya ada 14 rumah sakit yang masih beroperasi sebagian. Agresi Israel juga menyebabkan 64 pusat kesehatan – dari 90 pusat kesehatan – tidak dapat beroperasi. Di sisi lain, lebih dari 130 mobil dihancurkan. Kementerian Kesehatan juga mencatat, jumlah total permintaan untuk berobat ke luar negeri mencapai 25.000 orang. Sementara itu, jumlah yang mendapat koordinasi dan persetujuan untuk melakukan perjalanan mencapai 6.645 orang, sedangkan jumlah yang dapat melakukan perjalanan ke luar Jalur Gaza hanya 4.895 orang yang terluka dan sakit. Selain itu, perlintasan tidak lagi berfungsi karena ditutup oleh pasukan penjajah Israel sejak 5 Juli lalu. Pelanggaran Israel terhadap sistem kesehatan, kemampuan dan kader-kadernya terus berlanjut, puluhan institusi kesehatan telah dirusak, lebih dari 885 kader kesehatan dan spesialis medis menjadi martir, dan sedikitnya 310 di antaranya ditangkap. Jumlah kumulatif syuhada sejak awal agresi telah mencapai 39.363 syuhada, di mana 29.608 di antaranya memiliki data lengkap di Kementerian Kesehatan. Di samping itu, ada 9.755 syuhada yang datanya tidak lengkap. Jumlah korban luka-luka juga telah melampaui 90.923 orang. Jumlah laporan melalui tautan elektronik yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza pada (5 Januari 2024) untuk melaporkan para syuhada dan orang hilang telah mencapai 4.989 laporan.Jumlah kumulatif layanan ambulans telah mencapai lebih dari 118.292 misi sejak awal agresi. Pusat-pusat perawatan primer pemerintah terus beroperasi meskipun ada hambatan, kekurangan obat-obatan, kelangkaan air, dan kurangnya keamanan dan keselamatan, dengan total kunjungan sejak awal agresi mencapai 1.867.687, 85% di antaranya untuk layanan darurat. Jumlah kumulatif para syuhada sejak awal agresi mencapai 39.363 syuhada, di mana 29.608 di antaranya telah melengkapi datanya di Kementerian Kesehatan, di samping 9.755 syuhada yang datanya belum lengkap. (zul) Baca juga :

Read More

Pasukan Israel Maju ke Gaza Selatan

Gaza — 1miliarsantri.net : Pasukan zinois Israel terus menggempur wilayah Gaza dan mengirim tank lebih dalam ke wilayah Jalur Gaza selatan pada hari Minggu saat pertempuran dengan militan pimpinan Hamas. Pejabat kesehatan Gaza melaporkan serangan militer Israel telah menewaskan 66 warga Palestina di seluruh wilayah dalam 24 jam terakhir. Tank-tank Israel bergerak lebih jauh ke tiga kota di timur Khan Younis, Gaza selatan, yaitu Al-Karara, Al-Zanna, dan Bani Suhaila. Para petugas medis menyatakan setidaknya sembilan warga Palestina tewas akibat serangan militer Israel di wilayah tersebut pada Minggu pagi. Penduduk setempat mengatakan pertempuran sengit terdengar di wilayah timur Khan Younis tempat operasi militer Israel berlangsung. Penyerbuan baru ini menyebabkan ribuan keluarga meninggalkan rumah mereka dan menuju ke daerah padat penduduk di Al-Mawasi di barat, dan ke utara menuju Deir Al-Balah. Kemudian pada hari Minggu, dua serangan udara Israel terpisah di Khan Younis menewaskan setidaknya 15 warga Palestina, menurut petugas medis. Satu serangan udara di area tenda di distrik Al-Mawasi menewaskan lima orang termasuk seorang bayi perempuan berusia empat bulan bernama Maria Abu Ziada. Al-Mawasi di Khan Younis barat adalah area yang ditetapkan sebagai zona kemanusiaan dimana militer Israel memerintahkan warga Palestina dari tempat lain untuk mengungsi ke sana. Militer Israel mengatakan mereka sedang memeriksa laporan tersebut. Serangan udara lainnya pada sebuah rumah di pusat kota Khan Younis menewaskan 10 orang, menurut pejabat kesehatan. Selama beberapa hari terakhir, militer Israel menyatakan serangan di Khan Younis timur dilakukan sebagai respons atas serangan yang diperbarui, termasuk penembakan roket, dari wilayah tersebut dan untuk mencegah Hamas menyusun kekuatan kembali. Mereka mengatakan pasukan telah menewaskan puluhan militan di daerah itu dan menghancurkan infrastruktur militer. Sementara itu, di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir, pasukan Israel maju lebih dalam ke bagian utara kota, dimana mereka belum sepenuhnya menguasai wilayah tersebut. Tank-tank juga menembaki beberapa daerah di Jalur Gaza tengah termasuk kamp Bureij, kamp Nuseirat dan desa Juhr El-Deek. Di pinggiran Tel Al-Hawa, Gaza City, dimana sayap bersenjata Hamas mengatakan para pejuang bertempur melawan pasukan Israel yang beroperasi di sana, sebuah serangan udara Israel menewaskan empat warga Palestina, menurut petugas medis. Pada hari Minggu, Direktur CIA William Burns diperkirakan akan bertemu di Roma dengan rekan-rekannya dari Israel dan Mesir serta Perdana Menteri Qatar untuk pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera oleh Hamas. Hamas menginginkan kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah konflik hanya akan berhenti setelah Hamas dikalahkan. Penyiar publik Israel Kan mengatakan tanggapan Israel terhadap proposal terbaru telah diserahkan ke Washington pada hari Sabtu menjelang pertemuan yang diharapkan – upaya terbaru untuk mencapai kesepakatan setelah berbulan-bulan Israel dan Hamas saling menyalahkan atas kebuntuan. Israel mengatakan pada hari Minggu mereka akan menyerang keras sekutu Hamas, Hezbollah, setelah menuduh Hezbollah yang didukung Iran membunuh 12 anak-anak dan remaja dalam serangan roket di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Serangan itu meningkatkan ketegangan dalam permusuhan, yang telah berlangsung seiring dengan perang Gaza dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik skala penuh antara musuh-musuh yang dipersenjatai berat tersebut. Lebih dari 39.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat, yang tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil. Israel, yang telah kehilangan 328 tentara dalam pertempuran di Gaza, memperkirakan bahwa pejuang menyumbang sekitar sepertiga dari warga Palestina yang tewas sejak mereka meluncurkan operasi militer sebagai tanggapan atas serangan pimpinan Hamas di Israel selatan pada Oktober lalu. Sekitar 1.200 orang tewas dan 250 disandera dalam serangan 7 Oktober, menurut perhitungan Israel. (zul) Baca juga :

Read More

Ismail Haniyeh Terbunuh di Teheran

Teheran — 1miliarsantri.net : Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani bereaksi keras atas kematian Kepala Politik Biro Hamas Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran, pada Rabu (31/7/2024). Dalam pernyataannya pada Rabu pagi, dikutip Mehr News, Kan’ani mengungkapkan duka cita atas kematian Haniyeh kepada rakyat Palestina, Hamas, dan semua kelompok pejuang Palestina. Menurutnya, investigasi atas detail insiden oleh institusi relevan di Republik Islam Iran sedang berjalan. Kan’ani menegaskan, kematian Haniyeh akan mengungatkan ikatan mendalam antara Iran dan rakyat Palestina. “Dengan rasa duka cita atas kepada bangsa heroik Palestina dan bangsa Islam dan kombatan Front Pejuang dan bangsa Iran, pagi ini (Rabu) kediaman Dr. Ismail Haniyeh, kepala politik Hamas di Teheran, dibom, dan menyusul insiden, dia dan pengalamannya menjadi martir,” demikian pernyataan IRGC. Hamas pun telah mengonfirmasi syahidnya pemimpin biro politik mereka Ismail Haniyeh. “Saudara pemimpin, syahid, mujahid Ismail Haniyeh pemimpin gerakan tersebut, meninggal akibat serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran, setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan presiden baru Iran,” bunyi pernyataan resmi Hamas kepada seluruh media. Dalam pernyataan tersebut, Hamas menyertakan kutipan Alquran surah Ali Imran ayat 169. “Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah adalah orang yang mati, melainkan mereka masih hidup dan diberi rezeki oleh Tuhannya.” Hamas mengatakan bahwa Haniyeh terbunuh dalam “serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran”. Garda Revolusi Iran telah mengkonfirmasi bahwa Haniyeh dibunuh bersama salah satu pengawalnya, lapor media pemerintah Iran. (met) Baca juga :

Read More

Tentara Israel Ceritakan Kebiadaban IDF Selama Berada di Gaza

Gaza — 1miliarsantri.net : Tiga tentara cadangan yang ikut serta dalam kampanye genosida Israel di Gaza memberi kesaksian tentang aktivitas mereka selama berada di kantong yang terkepung itu. Mereka memasuki rumah-rumah tanpa alasan militer. Mereka bahkan menyaksikan tentara mencuri dan membakarnya. Mereka pun mengakui telah menyebabkan lebih banyak pembunuhan, penembakan anak-anak, dan bahkan membunuh tawanan mereka sendiri. Tindakan-tindakan ini, menurut kesaksian mereka, telah membuat mereka meninggalkan dinas militer Israel. Tentara Israel secara terbuka mengakui bahwa mereka menembak untuk membunuh dan menghancurkan semua yang menghalangi. Di tengah-tengah genosida yang sedang berlangsung, kekejaman ini terjadi secara langsung dan tak henti-hentinya. Israel telah menyebabkan banyak korban jiwa -berkisar antara 39.000 hingga 186.000 warga Palestina, terutama anak-anak dan perempuan. Ribuan orang lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan, dengan sedikitnya 90.000 orang terluka, dan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi secara paksa. Sementara itu, para pengamat khawatir bahwa “Israel” akan melancarkan agresi besar-besaran terhadap Lebanon. Awal bulan ini, enam tentara Israel memberikan kesaksian yang mengerikan ketika bercerita bagaimana rekan-rekan mereka sesama tentara, rutin mengeksekusi warga sipil Palestina. Eksekusi itu dilakukan untuk melepaskan rasa frustrasi terpendam atau demi mengurangi kebosanan. Bagi paramedis militer Israel, Yuval Green, perintah untuk membakar sebuah rumah adalah titik kritis yang membuatnya mengakhiri tugas cadangannya. Awal tahun ini, Green menghabiskan 50 hari di Khan Younis, sebuah kota di selatan Gaza, bersama unit penerjun payungnya. Mereka tidur di sebuah rumah yang hanya diterangi oleh lampu bertenaga baterai di tengah reruntuhan dan kehancuran. Green mulai mempertanyakan misi unitnya beberapa bulan sebelumnya. Ketika itu, dia mengetahui tentang penolakan Israel untuk memenuhi tuntutan Hamas mengakhiri perang dan membebaskan para tawanan. Green adalah satu dari tiga tentara cadangan Israel yang mengatakan kepada The Observer bahwa mereka tidak akan kembali jika dipanggil untuk dinas militer di Gaza. Ketiganya sebelumnya telah menyelesaikan wajib militer di Pasukan Pendudukan Israel (IDF), yang merupakan bagian utama dari komunitas pemukim Israel. Perilaku merusak yang disaksikan Green dari para tentara lain hanya menambah keraguan yang dibawanya ke Gaza. Dia menyaksikan siklus kekerasan tak berkesudahan yang disaksikannya. Ia mengaku tetap tinggal karena rasa tanggung jawab untuk merawat mereka yang ada di unitnya. Dia tinggal demi mereka yang ia kenal sejak menjalani wajib militer. “Saya melihat tentara mencoret-coret rumah atau mencuri sepanjang waktu. Mereka akan masuk ke sebuah rumah untuk alasan militer, mencari senjata, tetapi lebih menyenangkan untuk mencari cinderamata – mereka menyukai kalung dengan tulisan Arab yang mereka kumpulkan,” kata Green kepada The Observer. Pada awal tahun ini, dia berkata, “Kami diberi perintah. Kami berada di dalam sebuah rumah dan komandan kami memerintahkan untuk membakarnya.” Ketika ia menyampaikan masalah ini kepada komandan kompinya, ia menambahkan, “Jawaban yang ia berikan kepada saya tidak cukup baik. Saya berkata: ‘Jika kita melakukan semua ini tanpa alasan, saya tidak akan berpartisipasi. Saya pergi keesokan harinya.” Dua orang tentara cadangan menyebutkan bahwa mereka mungkin akan dipaksa untuk kembali bertugas jika pertukaran serangan pesawat tak berawak, serangan udara, dan tembakan artileri yang terjadi hampir setiap hari antara “Israel” dan Lebanon meningkat menjadi perang penuh. Ketiga tentara tersebut memiliki motivasi yang berbeda atas keputusan mereka untuk tidak bertugas di Gaza lagi, dari ketidakpuasan terhadap cara militer Israel melakukan perang hingga frustrasi dengan keengganan pemerintah untuk menyetujui kesepakatan yang dapat mengakhiri pertempuran. Ketiga tentara cadangan berbicara secara terbuka tentang keengganan mereka untuk kembali bertugas mewakili minoritas. Sebagian dari mereka merasa penolakan militer di Israel secara umum dianggap ilegal. Bulan lalu, sebanyak 41 tentara cadangan menandatangani sebuah surat terbuka yang menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi bertugas dalam serangan militer ke kota Rafah di selatan Gaza. “Setengah tahun di mana kami ambil bagian dalam upaya perang telah membuktikan kepada kami bahwa aksi militer saja tidak akan membawa pulang para sandera. Setiap hari yang berlalu membahayakan nyawa para sandera dan tentara yang masih berada di Gaza, dan tidak memulihkan keamanan bagi mereka yang tinggal di Gaza dan perbatasan utara,” tulis mereka. ‘Semua yang dilakukan ini hanya menyebabkan lebih banyak kematian di pihak kami atau pihak Palestina’ Guru kewarganegaraan Tal Vardi, yang melatih operator tank cadangan di utara Israel selama masa tugasnya di militer, mengatakan, “Setiap orang yang berakal sehat dapat melihat bahwa kehadiran militer tidak membantu membawa para sandera kembali.” “Jadi, jika kita tidak membawa pulang para sandera, yang terjadi hanyalah menyebabkan lebih banyak kematian di pihak kita atau pihak Palestina… Saya tidak bisa membenarkan operasi militer ini lagi. Saya tidak mau menjadi bagian dari militer yang melakukan hal ini,” tegasnya. “Jika ada, beberapa operasi ini telah membahayakan para tawanan, dan tentara juga telah membunuh beberapa orang secara tidak sengaja,” katanya, merujuk pada sebuah insiden pada Desember lalu ketika tentara Israel menembak mati tiga tawanan di Gaza yang mendekati mereka sambil melambaikan bendera putih. Seorang anggota Michael Ofer Ziv yang menjelaskan bahwa insiden itu membangkitkan keyakinan kuat dalam dirinya bahwa setelah dia menyelesaikan tugas militernya di perbatasan Gaza, dia tidak akan kembali. “Jadi, jika kita tidak membawa pulang para sandera, yang terjadi hanyalah menyebabkan lebih banyak kematian di pihak kita atau pihak Palestina. Saya tidak bisa membenarkan operasi militer ini lagi. Saya tidak mau menjadi bagian dari militer yang melakukan hal ini,” pungkasnya. (zul) Baca juga :

Read More

Surat Curhatan Para Tenaga Medis di Gaza Untuk Presiden Amerika

Gaza –1miliarsantri.net : Sejak Oktober tahun 2023 lalu, Gaza berubah, dari kawasan kecil yang padat menjadi reruntuhan bangunan. Ditambah lagi, dari satu sudut ke lainnya pasti ada kesedihan. Ada yang menuangkannya dalam vandalisme bertuliskan nama-nama siapa saja yang pernah tinggal di reruntuhan itu. Lainnya, masih ada yang memaksakan diri tinggal di bawah puing-puing. Hancur sudah bangunan dan infrastruktur yang ada di sana. Banyak sudah mayat bergelimpangan. Manusia di sana tidak diperlakukan secara wajar. Pasukan IDF di sana membabi buta menyerang siapa saja yang mereka curigai tanpa ada kejelasan bukti pelanggaran hukum. Banyak anak-anak menjadi sasaran pemboman militer Israel, pasukan khusus yang kini terkenal sebagai pembunuh anak-anak tak berdosa. Mereka yang masih hidup ada yang mengalami luka hebat. Mereka bertahan, meski orang tua mereka sudah lebih disayang Allah nun jauh di Arasy. Sekitar 45 dokter dan perawat yang menjadi relawan di Gaza telah menulis surat yang ditujukan kepada pemerintahan Biden, yang tiba pada hari Kamis, yang menyatakan bahwa “Israel” telah merenggut nyawa lebih dari 90.000 warga Palestina selama genosida yang sedang berlangsung di Jalur tersebut dan menyoroti kejahatan perang pendudukan dan pelanggaran hukum humaniter internasional. “Presiden Biden dan Wakil Presiden Harris, solusi apa pun untuk masalah ini harus dimulai dengan gencatan senjata segera dan permanen,” kata surat setebal delapan halaman itu, menuntut Amerika Serikat untuk memberlakukan embargo senjata terhadap rezim pendudukan, serta menarik dukungan diplomatik, ekonomi, dan militernya hingga gencatan senjata dilaksanakan. “Jumlah korban tewas akibat konflik ini sudah lebih dari 92.000 orang, atau 4,2 persen dari total populasi Gaza,” tulis para petugas medis, sambil mengklaim jumlah korban tewas sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka yang disebutkan Kementerian Kesehatan Palestina, yang menunjukkan lebih dari 39.000 orang telah tewas . “Dengan hanya beberapa pengecualian yang sangat kecil, semua orang di Gaza sakit, terluka, atau keduanya,” kata para petugas medis, mengacu pada pekerja bantuan nasional, relawan internasional, dan warga sipil. Penembak jitu penjajah Israel sengaja menargetkan warga sipil, kata relawan kesehatan kepada The Guardian, menekankan dalam surat mereka bahwa mayoritas warga Palestina adalah wanita dan anak-anak . “Kami tidak dapat melupakan pemandangan kekejaman tak tertahankan yang ditujukan kepada wanita dan anak-anak yang kami saksikan sendiri,” imbuh mereka dalam surat tersebut. Pelanggaran hukum internasional oleh “Israel” juga digambarkan dalam surat tersebut, yang memperingatkan bahwa wabah sedang melanda Gaza akibat pemindahan paksa warga sipil yang sakit, kekurangan gizi akibat ulah penjajah Israel, dan kurangnya air bersih serta sanitasi. Para penanda tangan bantuan kesehatan menggambarkan rekan-rekan Palestina mereka sebagai “salah satu orang yang paling trauma di Gaza, dan mungkin di seluruh dunia,” karena komitmen mereka untuk terus bekerja meskipun kehilangan anggota keluarga dan rumah, dan menyoroti bahwa mereka sering bekerja berjam-jam tanpa bayaran sementara kekurangan gizi. “Israel telah menargetkan rekan-rekan kami di Gaza untuk dibunuh, dihilangkan, dan disiksa,” kata mereka. “Tindakan yang tidak bermoral ini sepenuhnya bertentangan dengan hukum Amerika, nilai-nilai Amerika, dan hukum humaniter internasional.” “‘Israel’ telah secara langsung menargetkan dan dengan sengaja menghancurkan seluruh sistem perawatan kesehatan Gaza,” demikian pernyataan surat tersebut, termasuk kisah individu para pekerja perawatan kesehatan yang menceritakan pengalaman mengerikan mereka selama pemboman dan serangan harian “Israel” di wilayah kecil tersebut. Empat puluh lima relawan kesehatan termasuk dokter bedah, dokter ruang gawat darurat, dan perawat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga bantuan lainnya yang baru-baru ini bekerja di rumah sakit di Jalur Gaza. Dokter bedah trauma dan perawatan kritis Feroze Sidhwa mengatakan dia “belum pernah melihat cedera yang begitu mengerikan, dalam skala yang begitu besar, dengan sumber daya yang begitu sedikit.” Praktisi medis yang bekerja di bangsal bersalin menggambarkan kejadian lahir mati dan kematian ibu yang biasa terjadi, yang sebenarnya dapat dicegah dalam keadaan normal. Seorang praktisi perawat anak menceritakan pengalamannya menyaksikan bayi-bayi yang sehat meninggal setiap hari akibat kelaparan yang disebabkan oleh ketidakmampuan ibu mereka untuk menyusui karena kekurangan gizi, dan kurangnya susu formula dan air bersih. “Kami berharap Anda dapat mendengar jeritan dan tangisan yang tidak akan pernah kami lupakan. Kami tidak percaya bahwa ada orang yang akan terus mempersenjatai negara yang dengan sengaja membunuh anak-anak ini setelah melihat apa yang telah kami lihat,” kata surat itu. (zul) Baca juga :

Read More

UEA Serukan ‘Misi Internasional Sementara’ untuk Gaza

Gaza — 1miliarsantri.net : Uni Emirat Arab (UEA) pada pekan lalu menyerukan “misi internasional sementara” untuk Gaza pasca-perang guna memulihkan ketertiban dan mengatasi krisis kemanusiaan di wilayah yang hancur tersebut. Seruan ini muncul setelah para pemimpin negara Arab dalam KTT pada bulan Mei mendesak pengerahan pasukan penjaga perdamaian PBB di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, sebuah ide yang sangat ditentang oleh Israel. “Mengkonsolidasikan perdamaian dan keamanan serta mengakhiri penderitaan kemanusiaan harus dimulai dengan pengerahan misi internasional sementara di Gaza atas undangan resmi dari pemerintah Palestina,” ucap Menteri Negara UEA untuk Kerja Sama Internasional, Reem al-Hashimy, kepada kantor berita resmi WAM. Dia menambahkan, misi internasional ini akan bertanggung jawab untuk merespons krisis kemanusiaan secara efisien guna membangun hukum dan ketertiban dan membuka jalan untuk menyatukan kembali Gaza dan Tepi Barat di bawah satu Otoritas Palestina yang sah. Komentar tersebut muncul beberapa hari setelah wakil menteri luar negeri Lana Nusseibeh mengatakan kepada surat kabar Inggris Financial Times bahwa “UEA dapat mempertimbangkan untuk menjadi bagian dari pasukan stabilisasi bersama mitra Arab dan internasional atas undangan Otoritas Palestina yang telah direformasi.” Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak banyak berbicara tentang rencananya untuk Gaza pasca-perang, tetapi dalam pidatonya di hadapan Kongres AS pada hari Rabu (24/7/2024) pekan lalu, ia mengatakan Israel harus mempertahankan kendali atas masalah keamanan sementara tokoh-tokoh Palestina yang dapat diterima Israel mengelola urusan sipil. Washington telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menentang pemerintahan Gaza pasca-perang baik oleh Israel maupun Hamas dan telah menyerukan agar Otoritas Palestina yang telah direformasi mengambil alih kendali. Otoritas Palestina tidak memiliki kehadiran di Gaza sejak Hamas merebut kendali penuh atas wilayah tersebut pada tahun 2007. Otoritas Palestina menjalankan kekuasaan terbatas di kota-kota Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel. (zul) Baca juga :

Read More

Jerman Melarang Perkumpulan Muslim Sebarkan Aliran Islam Radikal

Frankrut — 1miliarsantri.net : Kementerian Dalam Negeri Jerman pada Kamis (25/7/2024) mengatakan pihaknya telah melarang asosiasi Islamic Center Hamburg (IZH) dan organisasi underbownya, dengan alasan bahwa organisasi tersebut mengajarkan paham Islam radikal. Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 53 lokasi organisasi tersebut telah digeledah oleh pihak berwenang di delapan negara bagian Jerman pada Rabu pagi, berdasarkan perintah pengadilan. Selain IZH yang berbasis di Hamburg, yang merupakan salah satu masjid tertua di Jerman yang terkenal dengan eksterior pirusnya, subgrupnya di Frankfurt, Munich dan Berlin juga dilarang. Akibatnya, empat masjid Syiah akan ditutup, kata kementerian tersebut. IZH tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar melalui telepon pada Rabu pagi, dan situs webnya tidak dapat diakses oleh publik. Bukti dari penggeledahan sebelumnya terhadap 55 properti yang dilakukan pada bulan November memberikan dasar bagi pelarangan IZH, yang dikenal dalam bahasa Jerman sebagai Islamisches Zentrum Hamburg, pada hari Rabu, kata kementerian tersebut. “Hari ini, kami melarang Islamisches Zentrum Hamburg, yang mempromosikan ideologi totaliter dan ekstremis Islam di Jerman. Ideologi Islam ini bertentangan dengan martabat manusia, hak-hak perempuan, peradilan yang independen dan pemerintahan demokratis kita,” ungkap Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser. Dia mengatakan dirinya ingin menjelaskan bahwa “larangan ini sama sekali tidak berlaku bagi praktik damai agama Syiah.” Kementerian tersebut mengatakan IZH bertindak sebagai perwakilan langsung Pemimpin Tertinggi Iran dan berupaya mewujudkan revolusi Islam di Jerman yang akan menciptakan pemerintahan teokratis. Selain itu, IZH mempromosikan anti-Semitisme dan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran, yang juga dilarang, katanya. (aya) Baca juga :

Read More