Tunduk Total kepada Allah SWT Dapat Menemukan Kebahagiaan Hakiki

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Kebahagiaan hakiki yang dimiliki manusia sejatinya hanya bisa didapatkan bila tunduk total kepada keputusan Allah SWT. Itu karena alam semesta diciptakan sedemikian kompleks untuk kebutuhan manusia.

Allah SWT lalu menurunkan aturan syariat untuk mengatur hal-hal yang berkaitan kehidupan manusia. Aturan syariat itu juga selaras dengan hukum alam semesta. Misalnya, manusia punya hasrat kepada lawan jenis sebagai hukum alam semesta, maka hukum syariat mengatur agar terarah dan bisa merasakan kebahagiaan hakiki melalui pernikahan.

Founder Formula Hati, Ustadz Muhsinin Fauzi, menerangkan tips agar seorang manusia bisa menemukan penghambaan total kepada Allah SWT. Di antaranya:

  1. Mulai Melihat Diri secara Utuh
    Bukan melalui pendekatan fisiologis, namun melalui pendekatan penyucian hati (tazkiyatun nafs). Sesungguhnya, satu kenikmatan yang terjadi itu dampaknya sangat besar terhadap kehidupan manusia.

Nilai sesuatu itu terasa pada saat tidak ada. Mungkin orang tidak memakai kacamata tidak merasakan nikmat mata sehat luar biasa. Jika manusia men-tafakuri terhadap nikmat-nikmat ini menggunakan pendekatan tazkiyatun nafs, maka keimanan akan menjadi lebih tebal.

“Bagaimana hubungan dari rohani ke jasmani? Seseorang yang bahagia itu mendatangkan kebaikan baik untuk rohani maupun jasmaninya. Siapakah yang menggerakan semua itu? Semua hal yang terjadi di dalam tubuh kita itu ada zat yang Maha besar yang menggerakannya,” urai Ustadz Fauzi kepada 1miliarsantri.net, Ahad (17/09/2023).

  1. Menghayati Dinamika Proses Kehidupan
    Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia. Bagi yang Allah berikan kesulitan dalam hidup, maka sesungguhnya dia sedang diberikan kesempatan untuk menemukan Rabb-nya. Itu karena dia akan merasa tidak berdaya dan membutuhkan Allah.

Ujian yang naik turun sering terjadi akan mengantarkan pada kesimpulan manusia tidak bisa mengendaliukan diri sendiri. Nasib manusia dan semua hal di dunia ditentukan oleh Allah SWT.

“Kita hanya diberi sedikit ruang oleh Allah untuk memilih dan berusaha. Setiap diri kita tidak bisa mengendalikan orang lain maka kita bersiap untuk tidak mendapat perlakuan baik dari orang lain,” sambung Ustadz Fauzi.

  1. Mempelajari dinamika sejarah
    Kekuasaan orang-orang yang paling berkuasa di dunia pun akan tetap runtuh. Suatu saat karena Allah pergilirkan kekuasaan di antara orang-orang. Maka itu, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk bersyukur pada semua kondisi.

Rasulullah SAW akan tetap bersyukur saat lapar, begitupun saat kenyang. Rasa syukur jua terpatri saat tertimpa ujian. Itu karena konsep ujian dalam Islam merupakan cara Allah untuk memanggil hamba-Nya.

“Sabda Nabi, kalau aku kenyang aku bersyukur, kalau aku lapar aku,” lanjut Ustadz Fauzi.

  1. Pra-syarat agar Kehambaan itu Kokoh
    Tidak cukup mudah untuk mendorong seseorang ke dalam hati yang bersih ketika sedang dalam keadaan berlebih. Doktrin kebersihan hati sangat kuat di tasawuf. Maka ada beberapa prasyarat agar penghambaan diri kepada Allah semakin kokoh.

Pertama, otak yang cerdas. Cerdas disini berarti paham. Itu karena bebal, terkadang data-data yang sudah ada itu tidak membuat orang-orang percaya atas Rabb-nya.

Kedua, pengelolaan syahwat yang baik. Sekalipun sudah mengetahui kebenaran-kebenaran, terkadang seseorang masih berbuat menyalahi kebenaran. Dalam konteks ini, syahwat perlu dikelola.

Ketiga, dinamika proses kehidupan. Kesadaran atas penghambaan ini bisa timbul dan tenggelam sepanjang dinamika hidup. Dengan demikian, manusia membutuhkan Allah sepanjang hidup untuk menjaga.

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. [QS Fatir (35):15]

Semakin seseorang memerlukan Allah, maka dia semakin mulia di hadapan-Nya. Sebaliknya, semakin tidak memerlukan Allah, maka dia semakin hina di hadapan-Nya.

“Kemuliaan seseorang itu ketika ia memerlukan Allah. Orang yang tidak mau berdoa itu tidak lebih baik dibandingkan dengan orang yang terus berdoa kepada Allah,” tambah Ustadz Fauzi.

Hidup bukan untuk ditanggung sendiri, karena manusia adalah hamba Allah. Setiap masalah tidak perlu dipikirkan sendiri, namun dikeluhkan kepada Allah. Ini akan terasa karena manusia adalah seorang hamba.

  1. Mempertahankan kesadaran ketaatan sepanjang hayat
    Manusia perlu perlu mempertahankan kesadaran penghambaan sepanjang hidup. Itu karena keimanan seseorang bisa naik atau turun. Jika Allah kabulkan semua yang diminta, maka niscaya manusia akan berlaku dzalim di muka bumi.

Maka itu, ada beberapa ekspresi akhlak seseorang yang sudah kuat ketaatannya kepada Allah. Di antaranya rendah hati berarti tidak congkak dan tidak ujub, terasa ketulusannya dalam hidup, tidak perhitungan, berakhlak mudah, jinak yakni gampang taat dan diatur serta tidak menentang, hangat terhadap sesama, dan tidak menyakiti sesama.

“Pekerjaan rumah bagi kita bersama adalah kemampuan untuk istiqomah dalam penghambaan kepada Allah SWT. Semoga Allah mudahkan kita semua untuk ini,” pungkas Ustadz Fauzi. (mif)

Baca juga :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *