Napak Tilas Makam Sunan Amangkurat 1

Tegal — 1miliarsantri.net : Jika kita nerkunjung ke wisata religi Sunan Amangkurat I di Tegal, terlihat tidak seperti berkunjung ke pemakaman pada umumnya. Wisata religi Sunan Amangkurat I memiliki pesona Islam yang terlihat masih religius. Bukan hanya itu, di dalam wisata religi ini juga menyimpan peninggalan kerajaan mataram.

Di area wisata religi ini terlihat rapi dan bersih, bahkan jauh dari kata seram. Dari luar, bangunan ini dikelilingi oleh tembok bata dengan luas sekitar 1,1 Ha. Tempat ini bukanlah lahan biasa, namun di lahan yang diberi nama Tegal Arum tersebut terdapat petilasan dan makam Raja Mataram Sunan Amangkurat I, yang pernah berjasa membangun pemerintahan Mataram serta menyebarkan ajaran Islam hingga ke wilayah Barat.

Area makam yang masih mempertahankan bangunan lama dengan pagar dinding dari bata merah masih tertata rapi, bahkan jalan setapak menuju makam telah dipaving. Sehingga nampak bersih dan dibalut pepohonan yang rindang serta hamparan rerumputan, menambah lingkungan tersebut menjadi bersih dan nyaman untuk di kunjungi para peziarah yang datang secara periodik.

Bangunan yang tercatat sebagai petilasan Raja-raja Mataram ini dilindungi oleh undang-undang cagar budaya Indonesia yang harus dirawat keberadaannya.

Untuk menjaga keaslian tempat tersebut masih mempertahankan pagar dan ornamen bangunan dengan bata merah meski telah mengalami pemugaran pada 1982 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Daoed Joesuf.

Ornamen tersebut dipertahankan karena ada kesamaan ciri khas, seperti di kerajaan Kasultanan Plered, di Cirebon Jawa Barat. Di Plered inilah Sunan Amangkurat I pernah berkuasa.

Memasuki kompleks makam raja Mataram ini kita harus melewati tiga pintu, masing masing pintu memiliki makna filosis yang masih bercampur dengan ajaran Kejawen.

Pintu pertama dijadikan penanda awal kehidupan manusia dan pintu kedua sebagai perlambang kehidupan selanjutnya. Di pintu kedua ini juga terdapat makam keturunan Sunan Amangkurat dan orang-orang yang pernah dekat dengan Sunan Amangkurat.

Di sini banyak ditumbuhi pohon sawo kecil sebagai pertanda kebaikan dari orang-orang yang disemayamkan di tempat tersebut, sedangkan pintu ketiga merupakan pintu pembatas dunia dan akhirat.

Pada pintu kamu akan menuju makam utama yang berbentuk bangunan Joglo dengan dinding kayu jati yang kokoh dan terletak di gundukan tanah tinggi yang konon berbau harum.

Sedangkan di sekitar makam utama di tanah datar disemayamkan juga Ratu atau isteri pertama Sunan Amangkurat dan dua anak Sunan Amangkurat yaitu Klenting Kuning.

Sunan Amangkurat I merupakan putra ke sepuluh dari Sultan Agung yang lahir pada tahun 1619. Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin. Pada tahun 1645 beliau diangkat menjadi Raja mataram menggantikan ayahnya dan mendapat gelar Susuhunan Ing Alaga.

Ketika dinobatkan secara resmi pada tahun 1646, gelarnya menjadi Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung. Pada masanya, terjadi banyak pemberontakan dan persekongkolan.

Sunan Amangkurat I dan beserta istri dan putra – putranya meninggalkan Keraton Mataram menuju kearah Batavia. Dalam pelariannya, Sunan Amangkurat I jatuh sakit dan meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas.

Beliau berwasiat untuk dimakamkan di dekat gurunya di Tegal. Karena tanah daerah tersebut berbau harum, maka desa tempat Amangkurat I dimakamkan yang kemudian disebut Tegalwangi atau Tegalarum.

Sehingga dikenal pula dengan gelar anumerta Sunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum. Nama lainnya ialah Sunan Getek. Sultan Agung sendiri merupakan anak kedua dari permaisuri kedua, Raden Ayu Wetan.

Sedangkan Sunan Amangkurat atau nama asli beliau yaitu Raden Mas Sayidin dilahirkan pada tahun 1619. Ibunya adalah puteri keturunan Kerajaan Batang yang menjadi permaisuri pertama menggantikan Ratu Emas Tinumpak (Kangjeng Ratu Kulon) .

Setelah diusir dari keraton dengan alasan yang tidak diketahui. Raden Mas Sayidin memiliki saudara seibu yang bernama Raden Mas Alit.

Ketika diangkat sebagai putera mahkota Raden Mas Sayidin secara resmi diberi nama Pangeran Aria Mataram. Sejak umur 5 – 15 Tahun (1624-1634) Sunan Amangkurat I pada masa awal pemerintahannya memang dikenal sangat kontroversial pada zamannya.

Pada saat memerintah kehidupan politik Sunan Amangkurat I diwarnai oleh konflik dan konspirasi politik yang berkepanjangan.

Sunan Amangkurat I pada waktu itu tidak dapat dipisahkan dengan responnya terhadap situasi konflik dan persekongkolan yang terjadi. Banyak persekongkolan politik yang menurut berbagai sumber bertujuan untuk menyingkirkannya atau bahkan membunuhnya.

Persengkongkolan itu melibatkan orang-orang dekat Sunan Amangkurat I, seperti: Pangeran Purbaya, Pangeran Alit, Adipati Anom, para ulama, Pangeran Kajoran, Trunojoyo dan sebagainya.

Di masa ini serangkaian suksesi berdarah, yang mewarnai pergeseran kekuasaan di Jawa pasca runtuhnya imperium Majapahit. Kerajaan Mataram oleh Amangkurat I mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang bertebaran di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur pasca berakhirnya imperium Majapahit. (rim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *