Goa Sentono Blora Menjadi Saksi Perang Sunan Bonang dengan Pasukan Majapahit

Blora — 1miliarsantri.net : Blora adalah kabupaten yang didirikan pada 11 Desember 1749. Dengan usianya yang kini sudah menginjak 274 tahun, tak heran jika Blora memiliki tempat-tempat wisata yang menyimpan berbagai sejarah menarik. Salah satunya adalah sebuah gua yang sering dikunjungi untuk mengisi libur akhir pekan di Kabupaten Blora.
Meskipun lokasinya cukup jauh dari pusat kota, yakni sekitar 40 km, namun gua ini cukup dikenal masyarakat. Pasalnya, selain jadi tempat healing, gua tersebut juga cocok dijadikan destinasi wisata untuk mempelajari kisah-kisah sejarah yang terjadi di tempat itu.
Dengan keunikan serta kisah sejarahnya itulah, gua tersebut berhasil tercatat sebagai salah satu cagar budaya di Kabupaten Blora. Terlebih, tempat bersejarah yang kini telah dibuka sebagai objek wisata itu sudah diatur dan ditata rapi untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung.
Gua ini sebenarnya sangat cantik, ada beberapa lubang kecil yang menjadi salah satu keunikannya. Namun, minimnya penerangan membuat pengunjung harus berhati-hati saat menyusuri gua sedalam 10 meter ini.
Terlebih, bagian dalam gua yang bentuknya mengerucut membuat pengunjung harus membungkuk agar bisa menyusurinya lebih dalam. Gua yang terbentuk dari batuan karst ini lebarnya sekitar 3 meter dengan ketinggian 2,5 meter.
Pada zaman dahulu, gua ini diperkirakan pernah dijadikan sebagai tempat pertapaan umat Hindu. Pendapat ini didukung dengan adanya relief atau gambar Dewa umat Hindu yang bisa ditemukan di bagian dinding gua.
Gua yang terletak di kawasan lembah Bengawan Solo ini dinamakan Gua Sentono.
Secara administratif, lokasinya terletak di Dukuh Sentono, Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora.
Karena lokasinya di tepi aliran Bengawan Solo, lahan di sekitar gua tersebut dimanfaatkan penduduk lokal untuk pertanian. Oleh sebab itu, tak heran jika sekeliling gua didominasi oleh hamparan sawah yang sangat luas.
Ada sebuah kisah tentang terbentuknya Gua Sentono yang masih dipercaya masyarakat sampai saat ini.
Pada zaman dahulu, konon di sekitar aliran Bengawan Solo ada sebuah padepokan kecil bernama “Sentono” yang dipimpin oleh Ki Blacak Ngilo.
Blacak Ngilo merupakan salah satu prajurit Majapahit yang melarikan diri dari kerajaan saat terjadi Perang Paregreg.
Saat menetap di Dusun Sentono, Ki Blacak Ngilo dikenal sebagai seseorang yang berbudi pekerti luhur, mau mengajarkan cara bercocok tanam, ilmu spiritual, hingga memberikan pelajaran ilmu kanuragan pada masyarakat setempat.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, perilaku Ki Blacak Ngilo mulai berubah. Ia diketahui sering bertindak semena-mena.
Misalnya, Ki Blacak Ngilo menarik pajak tinggi hingga mewajibkan warga untuk memberikan anak gadisnya agar bisa dijadikan istri olehnya.
Hal ini rupanya terdengar sampai ke telinga Sunan Bonang. Ia lantas mengirim utusan kepada Ki Blacak Ngilo.
Namun, Ki Blacak Ngilo malah memenggal kepala utusan tersebut dan menantang Sunan Bonang untuk bertarung.
Dalam peperangan yang terjadi selama sepekan itu, Ki Blacak Ngilo kalah dan melarikan diri ke dalam tanah. Namun, Sunan Bonang selalu mengikutinya.
Dari peristiwa kejar-kejaran itulah konon tercipta lubang-lubang yang berada di Goa Sentono Blora. (huz)
Baca juga :
- Arab Saudi Tangkap Hampir 16.000 Dan Proses Hukum 25.689 Orang Diawal Musim Haji 2025, Ini Penjelasannya
- Santri Ponpes Al Imam Berlaga Hingga Grand Final Olimpiade Sains Pelajar 2025 Kabupaten Kediri
- Arab Saudi Perketat Aturan Haji Terkait Larangan Visa Selain Visa Haji, Ini Penjelasan Kemenag
- 212.242 Jamaah Reguler Lunasi Biaya Haji Jelang Penutupan
- Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Tanpa Visa Haji Masuk Makkah, Simak 4 Aturan Terbaru