Komunitas Ojol Banten Bagikan Daging Kurban

Lebak – 1miliarsantri.net : Dalam suasana yang dipenuhi kekhidmatan dan keberkahan di Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah, beberapa orang yang tergabung dalam Komunitas Ojek Online (Kajol) Indonesia berbagi kebaikan dengan menyediakan 15 hewan kurban untuk disembelih, dan dibagikan kepada para driver ojol dan masyarakat di wilayah Lebak, Banten. Juru bicara Kajol Indonesia, Risnandar menuturkan hewan kurban yang disembelih terdiri dari satu ekor sapi dan 14 ekor kambing. Penyembelihan dilakukan di Graha Serba Guna As-Sakinah, Cibadak, Lebak, Banten, Kamis (29/6/2023). “Kami mengadakan kegiatan Kajol berbagi kurban. Kami membawa (menyembelih) hewan kurban 14 kambing dan satu sapi,” kata Risnandar kepada media, Jumat (30/6/20203). Menurutnya, kegiatan ini sebagai wujud solidaritas dan kepedulian Kajol terhadap para ojol dan masyarakat yang membutuhkan. Selain dari implementasi dari ajaran agama Islam dalam perayaan Hari Raya Idul Adha. “Ini bentuk kepedulian kami terhadap teman-teman, khususnya driver ojol dan masyarakat sekitar yang membutuhkan. Alhamdulilah, peserta banyak dan memang Insyaallah tepat sasaran manfaatnya,” kata Risnandar. Melalui kegiatan berbagi daging kurban ini, Kajol Indonesia berhasil menguatkan ikatan solidaritas di antara driver ojol dan masyarakat. Mereka berkomitmen untuk terus melaksanakan kegiatan sosial dan kemanusiaan yang dibutuhkan driver ojol dan masyarakat umum. Para ojol yang hadir pada acara tersebut mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial ini. Mereka merasa dihargai dan terinspirasi oleh dedikasi Kajol Indonesia dalam memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. “Wah ini sangat mewah, bermanfaat banget, acara ini sangat sukses pokoknya. Saya melihat dari lokasi, dan juga melihat dari banyaknya kurban, mantap dan pesertanya banyak. Semoga yang dapat kurban berkah, yang memberi kurban dapat berkah dan dapat pahala,” ujar Bimbo (32) salah seorang driver ojol, Bimbo. Dalam kurban, proses penyembelihan sapi dan kambing dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan mengikuti tata cara yang ditetapkan dalam agama. Tim yang terlatih dan berpengalaman melaksanakan tugas ini dengan memastikan bahwa setiap hewan disembelih secara halal. Setelah proses penyembelihan selesai, daging kurban diolah dan dikemas dengan rapi. Bagian-bagian daging seperti daging utama hingga tulang dipersiapkan untuk distribusi kepada para ojol yang hadir di lokasi, yang tidak dapat hadir, dan masyarakat. Para ojol yang datang ke lokasi acara dengan gembira menerima bagian daging kurban yang disiapkan. Kemasan yang rapi dan terorganisir memudahkan proses distribusi, sehingga setiap ojol dapat membawa pulang bagian daging kurban untuk keluarga mereka. Adapun, hewan-hewan kurban, khususnya sapi yang dipotong ini sudah dijamin kesehatannya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten. Hewan ternak besar yakni kerbau dan sapi terbebas dari penyebaran virus lumpy skin disease (LSD) atau virus yang menyebabkan penyakit kulit berbenjol. Pemerintah Kabupaten Lebak sendiri gencar melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak besar untuk mencegah penyakit virus LSD. Pemeriksaan kesehatan hewan ternak langsung ke pemilik ternak rakyat, terlebih saat ini menjelang Idul Adha 2023. Populasi ternak kerbau dan sapi di Kabupaten Lebak berkembang guna meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Bahkan, ternak besar dari Kabupaten Lebak banyak permintaan dari luar daerah untuk Lebaran kurban dengan harga bervariasi antara Rp18-32 juta/ekor sapi atau kerbau. Berdasarkan data populasi kerbau tahun 2022 sekitar 19 ribu ekor dan sapi empat ribu ekor milik peternak rakyat. (kiu)

Read More

Proses Lempar Jumrah Telah Selesai

Jakarta – 1miliarsantri.net : Bagi jamaah yang merencanakan Nafar Awal dapat meninggalkan Mina untuk kembali ke hotel setelah selesai menjalani lempar jumrah dan tahalul awal. Nafar Awal adalah jamaah yang mengambil pilihan untuk keluar dari Mina pada 12 Zulhijah sebelum terbenamnya matahari. “Keberangkatan dari Mina menuju hotel di Makkah, dimulai dari pagi hari hingga selesai. Jemaah akan dijemput di tenda dan diantar ke hotel masing-masing di Makkah,” terang Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin di Jakarta, Jumat (30/6/2023). Setibanya di hotel, pemerintah mengimbau jamaah agar beristirahat penuh terlebih dahulu untuk memulihkan stamina sebelum menyelesaikan rangkaian rukun dan wajib haji lainnya yaitu Thawaf Ifadlah dan Sa’i di Masjidil Haram dilanjutkan Tahallul Tsaani/Kedua. “Rangkaian Thawaf Ifadhah dan Sa’i membutuhkan ketahanan fisik yang prima, terlebih bagi jemaah lansia dan risiko tinggi (risti),” kata Fauzin. “Jamaah agar istirahat hingga bus shalawat yang akan membawa jamaah dari hotel ke Masjidil Haram pergi pulang kembali beroperasi. Bus shalawat akan mulai beroperasi kembali pada 14 Zulhijjah 1444H atau 2 Juli 2023. Layanan katering pada hotel di Makkah akan mulai diberikan kembali pada 16 Zulhijjah 1444H atau 4 Juli 2023,” ujar dia. Seiring dengan jamaah menyelesaikan lontar jumrah, kondisi Masjidil Haram akan mulai dipadati jamaah dari berbagai negara. Karenanya, kata Fauzin, PPIH mulai mengoptimalkan Petugas Sektor Khusus di Masjidil Haram untuk bersiap di posnya masing-masing untuk memberikan pelayanan dan penjagaan kepada jamaah yang menjalani Ifadhah dan Sa’i. “Kepada para petugas kloter terutama para pembimbing ibadah kloter, agar memastikan seluruh jamaah yang tergabung dalam kloternya telah menyelesaikan lontar jumrah, termasuk jamaah yang harus dibadalkan lontar jumrahnya,” ucapnya. “Pemerintah mengimbau jemaah agar bijak dan lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan masing-masing, sehingga pelaksanaan Thawaf Ifadhah dan Sa’i nanti dapat terlaksana dengan aman dan lancar,” imbau Fauzin. Ditambahkan Fauzin, sampai dengan hari ini, total jamaah yang wafat sebanyak 220 orang, dengan rincian jamaah yang wafat di Arafah 12 orang, di Mina 30 orang, di Makkah sebanyak 140 orang, di Madinah sebanyak 35 orang, dan Jeddah sebanyak 3 orang. (wink)

Read More

Pengorbanan Iman dan Darah

Surabaya – 1miliarsantri.net : Ritual pengorbanan adalah salah satu dari ritual yang sudah sangat tua dalam sejarah manusia. Ritual ini ditemukan di berbagai tradisi keagamaan berbagai suku. Hubungan antara manusia dengan Zat yang diyakini sebagai Maha Kuasa ditandai dengan ritual persembahan dari barang-barang yang dimiliki manusia, baik hewan, hasil pertanian, bahkan manusia. Di dalam ritual pengorbanan masa lalu, terutama pengorbanan hewan dan manusia, darah adalah intinya. Darah diyakini sebagai inti kekuatan hidup yang disucikan. Melalui darah yang dialirkan, tuhan menjadi hidup, dan karenanya, manusia dan alam juga hidup. Potensi yang diyakini ada di dalam darah korban digunakan untuk berbagai tujuan. Intinya adalah dewa atau tuhan harus “disuap” agar dia berbaik-baik pada manusia. Jika tidak memberi berkah, setidaknya sang dewa tidak memusuhi manusia dan berbuat aneh-aneh yang mengakibatkan bencana. Berbagai kajian sejarah dan antropologi mencatat bahwa berbagai ritual korban di masa lalu berkaitan dengan kesuburan, penyucian, dan penebusan dosa. Korban persembahan harus disesuaikan dengan selera dewa atau tujuan dari pelaku ritual. Dewa tertentu hanya cocok dengan kurban tertentu. Misalnya, dalam ritual korban kaum Vedic, Dewi Malam dan Pagi diberi persembahan susu sapi hitam yang memiliki anak berwarna putih. Dewa Indra mendapat persembahan sapi, sedang Dewa Surya mendapat persembahan kambing jantan putih. Di masyarakat Yunani Kuno, binatang berwarna hitam dipersembahkan bagi para Dewa Dunia Kegelapan. Kuda-kuda yang berlari cepat disembelih untuk dipersembahkan pada Dewa Matahari, Helios. Babi yand sedang hamil dipersembahkan pada ibu bumi, Demeter. Itulah beragam catatan sejarah tentang ritual korban yang seluruhnya dipersembahkan untuk dewa atau tuhan. Tuhan diperlakukan sebagai monster serakah yang kelaparan dan minta dipuasi dengan minum darah persembahan. Tuhan dilukiskan sebagai raksasa pemarah yang selalu mengancam kehidupan manusia. Amarahnya hanya bisa diredam melalui persembahan korban. Tidak cukup dengan darah binatang, bahkan ada beberapa dewa yang begitu kejamnya hingga minta darah anak laki-laki terbaik atau perawan yang belum terjamah tangan lelaki. Idul Adha yang merupakan momentum ibadah korban merevolusi konsep ritual korban ini. Ketika Nabi Ibrahim, Bapak Tauhid bagi umat Yahudi, Nasrani, dan Muslim, hendak mengorbankan putra tercintanya, Ismail (atau Ishak), Allah menggantinya dengan seekor domba. Anda boleh memiliki tafsir apapun tentang kisah Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan putranya atas nama ketundukan pada Allah. Tapi pada akhirnya, Allah mengganti sang putra dengan seekor domba. Ketika domba tersembelih, binatang itu tidak disajikan untuk dinikmati Allah, tapi untuk dinikmati manusia. Allah tidak mengunyah daging domba dan ketika haus meminum habis darahnya. Ketika Allah meminta manusia untuk berkorban, yang dia minta dari hamba-Nya adalah keimanan dan ketakwaan pada-Nya. Konsep keimanan dan ketakwaan dalam ibadah korban tidak diwujudkan dengan memberi daging dan darah pada Allah. Alih-alih meminta daging dan darah, yang diperintahkan Allah pada hamba-Nya adalah berbagi dengan orang-orang tak mampu. Berbagi dengan mereka yang tersingkirkan, yang menikmati setusuk sate adalah sebuah kemewahan, di saat segelintir orang bisa menggelar pesta yang berharga milyaran. Dalam surah al-Hajj ayat 37, Allah berfirman: “Daging dan darah korban itu sekali-kali tidak akan sampai pada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.” Ayat ini didahului dengan ayat yang menjelaskan di mana daging hewan korban itu untuk dibagikan kepada orang yang tak mampu. Sekalipun, bisa juga dimakan oleh orang yang berkecukupan. Inti ibadah korban adalah berbagi dengan orang lain. Allah tak kelaparan hingga membutuhkan daging. Allah juga bukan drakula yang mulutnya berlepotan darah. Agama ini diturunkan tidak untuk memuasi kelaparan Allah. Perintah menyembelih binatang korban dalam Islam bukanlah ritual persembahan darah. Ini adalah pembuktian keimanan dan ketakwaan. Dan, bukti keimanan dan ketakwaan itu adalah dengan mewujudkan kasih sayang dan berbagi kebahagiaan dengan mereka yang dirundung kemalangan. Dengan mengambil pelajaran dari Gus Dur bahwa “Tuhan Tak Perlu Dibela”, kita bisa memahami bahwa Tuhan tak perlu diberi makan karena Dia tak pernah kelaparan. Tuhan tak perlu disiapkan hidangan minuman darah karena Dia tak pernah kehausan. Yang butuh bantuan makanan dan minuman adalah mereka yang kelaparan. (ard)

Read More

Heatsroke Banyak Dialami Jamaah Haji Indonesia

Makkah – 1miliarsantri.net : Setelah menjalani prosesi puncak ibadah haji di Arafah, sebanyak 56 orang jamaah haji Indonesia dirawat di RSAS yang berada di Mina Al Wadi termasuk di Mina Azzasir. Sementara jamaah haji yang diobservasi di rumah sakit Mina ini ada 189 orang. “Ini merupakan data hari kedua dari tanggal 28 Juni selama jamaah berada di Mina. Penyebab terbanyak itu penyakit heatstroke. Mereka rata-rata berusia di batas 55 tahun,” terang Kasi Kesehatan Satgas Mina Thafsin Alfarizi, Rabu (29/6/2023). Thafsin menyebut, ada tiga jenis penyakit yang menyerang jamaah. Di antaranya, heatstroke sebanyak 39 jamaah, penyakit pernapasan sebanyak 19 orang, dan kelelahan 17 orang. “Ini adalah penyakit tiga terbesar dari angka kunjungan pos pelayanan selama dua hari di Mina hingga pukul 10.00 ini,” ucapnya. Tahfsin menjelaskan, jamaah haji heatstroke karena kena sengatan atau terpapar cukup lama panas tanpa menggunakan pelindung diri dan juga kurangnya cairan. “Imbauan untuk melontar sebaiknya ikutilah aturan yang sudah diatur pemerintah Indonesia, jam-jam tertentu sehingga untuk kepadatan maupun cuaca apabila ada cuaca cukup panas menggunakan penutup kepala atau payung kemudian kaca mata,” katanya. Selain itu, kata Thafsin, jangan lupa minum oralit dengan air sebanyak 300 ml sekali dalam sehari sebelum pergi. “Siapkan minum selama di perjalanan dan semprotan-semprotan yang mungkin bisa mengurangi dehidrasi selama melempar di jamarat. Ya itu jadi pemicu heatstroke,” sambungnya. Untuk itu, Thafsin menyarankan agar jamaah yang tidak bisa melontar jumrah karena kondisi kesehatan sebaiknya dibadalkan saja. (dul)

Read More

Mengintip Pelaksanaan Sholat Idul Adha di Ponpes Al Zaytun

Indramayu – 1miliarsantri.net : Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun menggelar pelaksanaan sholat Idul Adha 1444 pada Kamis (29/6/2023). Dalam pelaksanaan shalat yang diunggah langsung di kanal Youtube Al Zaytun, shaf jamaah Al Zaytun tampak berjarak sekitar satu meter. Pelaksanaan shalat ini serupa dengan Idul Fitri lalu yang viral di media sosial Jamaah laki dan perempuan berdiri sejajar. Seorang jamaah perempuan tampak menonjol di shaf atau barisan terdepan. Jamaah bersujud dengan sajadah biru dengan motif yang sama. Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang, menjelaskan, pelaksanaan shalat Id di Ponpes Al Zaytun yang menempatkan wanita di barisan depan atau pada shaf jamaah laki-laki, itu dikarenakan dirinya mengedepankan fiqih social mengangkat harkat martabat wanita. Panji Gumilang juga memberi penjelasannya itu dalam program Kick Andy Double Check yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta. “Kemudian kalau hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan sholat kemudian ada wanita, saya mengedepankan fiqih social mengangkat harkat martabat wanita yang selama ini terpinggirkan, baru dimulai dalam politik. Itu pun baru 30 persen. Sedangkan pemahaman yang sayapunya berdasarkan Alquran sama Innal muslimina , wal muslimat, wal mu’minina wal muminat wal qonitin wal qonitat.Tidak pernah dikesampingkan, sejajar, nah kalau soal itu saja lantas sesat menyesatkan bagaimana dunia? menjawab pertanyaan yang dilontarkan wartawan Andy F Noya. (den)

Read More

Terbongkarnya Semua Penyimpangan di Al Zaytun Akan kah Bisa Di Usut Secara Tuntas

Jakarta – 1miliarsantri.net : Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun beberapa waktu terakhir ini mendapat sorotan dan juga menjadi perbincangan di masyarakat imbas dari beragam kontroversi yang terjadi didalamnya. Sebeumnya sempat viral sebuah video di media sosial yang menunjukan ibadah shalat Idul Fitri 1444 H di Ponpes Al Zaytun yang mencampurkan antara jamaah wanita dan lelaki di satu shaf shalat yang sama. Setelah itu, satu persatu kontroversi serta keanehan dalam beribadah di Ponpes Al Zaytun pun mulai terungkap dan menuai banyak kritikan dari berbagai pihak, pasalnya beberapa kontroversi tersebut dinilai sangat menyimpang dari ajaran agama Islam dan berimbas dari segala kontroversi yang terjadi di Ponpes Al Zaytun itu dikaitkan dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) KW9. Seusai serangkaian kontroversi yang muncul di Pondok Pesantren membuat masyarakat geram hingga berujung aksi demo yang dilakukan ribuan massa mengatasnamakan dan tergabung dalam Forum Indramayu Menggugat (FIM) mendatangi Ponpes Al Zaytun pada Kamis (15/6/2023) dan juga menyampaikan 5 tuntutan pada Ponpes pimpinan Panji Gumilang tersebut. Menanggapi hal itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pun turun tangan dengan membentuk tim investigasi yang bertujuan untuk menelusuri segala permasalahan yang terjadi di dalam Ponpes Al Zaytun. Pada hari Sabtu (24/6/2023) lalu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menyampaikan hasil laporan tim investigasi setelah pemanggilan pimpinan Al Zaytun, Panji Gumilang. Dalam laporan tersebut, Mahfud MD mengatakan bahwa ada beberapa indikasi pelanggaran yang ditemukan berkaitan dengan kontroversi Ponpes Al-Zaytun. “Semua laporan baik yang masuk langsung ke Kemenko Polhukam maupun laporan yang disimpulkan dari timnya Kang Emil (Ridwan Kamil) di Jawa Barat, ada dugaan kuat telah terjadinya tiga masalah,” ucap Mahfud MD, dalam konferensi persnya di Gedung Kemenko Polhukam, Sabtu (24/6/2023). Dari hasil investigasi yang dilakukan, Mahfud MD menjelaskan adanya dugaan pelanggaran tindak pidana. Namun tidak dijelaskan secara rinci pelanggaran pidana apa yang ada di Ponpes Al-Zaytun. Kedua yakni pemberian sanksi penataan administrasi kepada Yayasan Pendidikan Islam (YPI) yang memiliki pesantren dan lembaga pendidikan berjenjang sampai tingkat perguruan tinggi. Namun pemberian sanksi atau hukuman administrasi tersebut tetap harus mempertimbangkan hak yang dimiliki oleh para santri yang sedang mengemban pendidikan di Al Zaytun. Ketiga yang menjadi laporan dari tim investigasi adalah mengenai keamanan dan ketertiban sosial di Indramayu, Jawa Barat terkait polemik-polemik yang muncul belakangan ini di Ponpes Al Zaytun. Ketiga hal yang disampaikan oleh Mahfud MD itu serupa dengan laporan-laporan lainnya yang diterima oleh Menko Polhukam. Maka dari itu, ia akan menyampaikan hasil investigasi ini kepihak Polri untuk segera ditindaklanjuti. Mahfud MD juga menegaskan bahwa Polri akan menindaklanjuti dugaan tindak pidana tersebut, karena dari semua laporan yang diterima dugaan pelanggaran pidananya sudah sangat jelas dan unsur-unsurnya sudah ada. (wink)

Read More

Pria Swedia Menginjak dan Membakar Al Qur’an Disaat Hari Raya Idul Adha

Stockholm – 1miliarsantri.net : Salwan Momika (37) pria Swedia merobek dan membakar Alquran di luar masjid pusat Stockholm, Rabu (28/6/2023). Parahnya, tak hanya pembakaran, aksi dilanjutkan dengan menyeka sepatu dan membungkus daging babi menggunakan lembaran Alquran. Sekitar 200 orang menyaksikan peristiwa tersebut. Demonstran juga ikut berteriak dan berbicara dengan megafon. Seorang pendukung protes meneriakkan “biarkan terbakar” saat kitab suci itu terbakar. Beberapa orang yang hadir memprotes aksi tersebut meneriakkan “Allahu Akbar” untuk memprotes pembakaran yang dilakukan tersebut. Salwan yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu, telah meminta izin kepada polisi untuk membakar kitab suci umat Islam “untuk mengungkapkan pendapat saya tentang Alquran.” Menjelang protes, Momika mengatakan kepada kantor berita TT bahwa dia juga ingin menyoroti pentingnya kebebasan berbicara. Momika menginjak-injak Alquran, memasukkan potongan halaman ke dalamnya, dan membakar halaman sebelum menutupnya, dan menendangnya sambil melambai-lambaikan bendera Swedia. Lampu hijau yang diberikan polisi ini diberikan dua pekan setelah pengadilan banding Swedia menolak keputusan polisi untuk menolak izin dua demonstran di Stockholm, termasuk pembakaran Quran. Polisi pada saat itu mengutip masalah keamanan. Polisi mendakwa pria pembakar Alquran tersebut dengan tuduhan melakukan agitasi terhadap kelompok etnis atau nasional. Perwakilan dari masjid Stockholm kecewa dengan keputusan polisi yang memberikan izin untuk melakukan protes pada hari raya Idul Adha. Apalagi masjid tersebut setiap tahunnya didatangi 10 ribu umat untuk merayakan Idul Adha. “Pihak masjid menyarankan kepada polisi untuk setidaknya mengalihkan demonstrasi ke lokasi lain, yang dimungkinkan oleh hukum, namun mereka memilih untuk tidak melakukannya,” kata direktur masjid dan Imam Mahmoud Khalfi pada Rabu (28/6/2023). Menteri luar negeri Turki, Hakan Fidan mengutuk pembakaran beberapa halaman Alqur’an di Swedia pada hari Rabu (28/6/2023) bertepatan dengan pelaksanaan hari raya Idul Adha. Menurutnya aksi pembakaran Alquran di luar masjid utama Stockholm sebagai tindakan “keji” dan “tercela”. “Saya mengutuk tindakan tercela yang dilakukan terhadap Kitab Suci kita, Alqur’an, pada hari pertama Idul Adha. Tidak dapat diterima mengizinkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi. Menutup mata terhadap tindakan mengerikan seperti itu sama saja terlibat,” tegas Fidan, Rabu (28/6/2023). Pembakaran kitab suci umat Islam di luar kedutaan Turki pada bulan Januari menyebabkan protes selama berminggu-minggu, seruan untuk memboikot barang-barang Swedia dan selanjutnya menghentikan tawaran keanggotaan NATO Swedia. Tindakan serupa di masa lalu memicu protes keras dan kemarahan di seluruh dunia Muslim. Ankara sangat tersinggung karena polisi telah mengizinkan demonstrasi bulan Januari. Turki telah memblokir tawaran NATO Swedia karena apa yang dianggapnya sebagai kegagalan Stockholm untuk menindak kelompok Kurdi yang dianggapnya “teroris.” (ran)

Read More

Kampung Gelgel, Kampung Tertua Islam di Bali

Klungkung – 1miliarsantri.net : Jika anda berwisata ke Pulau Bali, jangan lewatkan untuk singgah ke Kampung Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Adalah salah satu pemukiman Islam tertua di wilayah Bali. Kawasan tersebut juga dikenal sebagai salah satu objek wisata religius. Desa Gelgel juga dikenal memiliki toleransi antarumat beragama yang kuat sehingga banyak dikunjungi oleh wisatawan asing ataupun domestik. Salah satunya bentuk toleransi yang masih dirawat hingga hari ini adalah aktivitas makan bersama yang dikenal dengan megibung. Tradisi megibung berasal dari kata gibung yang berarti kegiatan duduk dan makan bersama dalam satu wadah yang disebuh sagi. Sagi adalah nampan berbentuk lingkaran berbahan enamel. Sagi yang berisi makanan akan ditata rapi di atas deretan lantai ubin putih di teras depan Masjid Nurul Huda di Desa Gelgel. Megibung juga dikenal dengan nama ngaminang yakni setiap orang hanya boleh makan apa yang tersaji di depannya dan tidak boleh mengambil makanan milik teman sebelahnya. Jika sudah kenyang dan makan pun selesai, kita tak boleh beranjak dari sagi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk duduk bersama dan saling berdiskusi serta berbagi pendapat tanpa tersekat oleh berbagai perbedaan status sosial dan kasta. Acara megibung dilakukan saat buka puasa bersama pada 10 hari kedua Ramadhan di masjid desa. Sigi akan diisi nasi beserta lauknya seperti ikan, ayam goreng, sate lilit berbahan daging ayam, sayur dan sambal matah juga kerupuk dan beberapa botol air mineral. Tak ketinggalan buah-buahan seperti beberapa sisir pisang ambon, jeruk, dan salak ikut disajikan di dalam sagi, kemudian ditutup dengan tudung atau saap warna merah yang di atasnya diletakkan sekotak kurma. Tak jarang Raja Klungkung juga berkunjung ke desa tersebut untuk ikut berbuka puasa dengan warga Desa Gelgel yang mayoritas beragama Islam. Tradisi kunjung sang raja telah dipertahankan sejak ratusan tahun silam. Desa Kampung Gelgel memang memiliki perhatian khusus dari Raja Klungkung. Hal ini tak lepas dari sejarah panjang yang dilewati Kerajaan Klungkung dan prajurit Majapahit yang dikirim ke Bali. Kedekataan Kerajaan Klungkung dengan masyarakat Muslim di Bali tak lepas dari kisah Dalem Ketut Nglesir, Raja Gelgel yang memerintah pada tahun 1383. Awalnya Kerajaan Gelgel berada di Samprangan Gianyar. Lalu oleh Dalem Ketuk Nglesir, pusat pemerintahan dipindah ke Klungkung. Dalem Ketut Ngelesir sendiri naik tahta menggantikan sang kakak, Dalem Samprangan. Kala itu kerajaan mereka berada di bawah pengaruh Kerajaan Majapahit. Dalam berbagai literasi disebutkan Dalem Ketut Ngelesir menghadiri sebuah konferensi di Majapahit yang diadakan Prabu Hayam Wuruk pada 1384. Raja Gelgel Dalem Ketut Ngelesir mendapat keistimewaan. Prabu Hayam Wuruk mempersembahkan 40 prajurit pilihan Majapahit untuk mengawal kepulangan Dalem Ketut Ngelesir ke Pulau Dewata. Ternyata 40 prajurit dari Majapahit ini beragama Islam. Sebagai bentuk terima kasih, Dalem Ketut Ngelesir memberikan sebidang tanah di sisi timur kerajaan di Klungkung untuk tempat tinggal 40 prajurit dari Majapahit. Pada awal abad ke-14, para prajurit Majapahit itu mendirikan Masjid Nurul Huda. Masjid itu sempat beberapa kali mengalami perbaikan sebelum akhirnya dibangun ulang berkonstruksi beton 2 lantai pada 1989. Mimbar khotbah masjid terbuat dari kayu jati berukir khas Bali, motif daun-daunan, dan sudah dipertahankan sejak 1836. Sementara itu, para prajurit yang sebagian menetap ini kemudian menikah dengan perempuan setempat. Dan seiring waktu, mereka tinggal menyebar karena beranak pinak dan menjadi penyebar Islam ke sejumlah kawasan di Bali. Misalnya, ke Kampung Lebah, Kamasan, Kusamba, Pagayamanan, dan Kampung Toyapakeh di Pulau Nusa Penida. Sementara itu dikutip dari buku Majapahit Sesudah Zaman Keemasannya, arkeolog Hasan Djafar menuliskan jika agama Islam diketahui sudah ada di Kerajaan Hindu-Buddha itu sejak 1281 Masehi dan 1368 Masehi. Hal tersebut berdasarkan penemuan makam Islam kuno di Desa Tralaya, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, yang lokasinya tak jauh dari pusat Kerajaan Majapahit. Mengingat pemakaman ini letaknya tak jauh dari kedaton, di dalam kota Majapahit, dapat disimpulkan ini adalah pemakaman bagi penduduk kota Majapahit dan keluarga raja yang telah beragama Islam,” tulis Hasan Djafar. Hingga saat ini toleransi di Kampung Gelgel terus bertahan. Terlebih sekitar 200 meter dari Masjid Nurul Huda yang berada di Jl Waturenggong berdiri pula Pura Kawitan Pusat Pasek Gelgel Dalem Siwa Gaduh. Toleransi tak hanya sebatas ngaminang. Warga juga kerap menjalankan tradisi ngejot atau saling berkirim makanan saat masing-masing memperingati hari raya keagamaan. Mereka seperti paham bahwa dalam setiap makanan, misalnya, tidak mengandung daging sapi ketika akan diberikan ke warga beragama Hindu. Begitu pun sebaliknya, warga Hindu atau agama lainnya hanya mengirimkan makanan halal kepada saudaranya yang Muslim. Saat warga Hindu memperingati Nyepi, maka warga Desa Kampung Gelgel akan membantu tugas para pecalang mengamankan wilayah. Sebaliknya, jika warga Muslim menggelar salat Idulfitri dan Iduladha, maka warga umat lain akan turun tangan mengatur arus lalu lintas di sekitar lokasi salat. (rch)

Read More

Ketika Penguasa Mataram Jatuh Cinta Kepada Putri Bupati Madiun

Yogyakarta – 1miliarsantri.net : Panembahan Senopati penguasa Mataram memiliki istri bernama Retno Dumilah. Sang penguasa Mataram ini konon kepincut oleh kecantikan sang anak dari Panembahan Madiun. Namun dikisahkan Retno Dumilah memiliki senjata rahasia yang membuat Senopati Mataram itu tergila-gila dengan Retno Dumilah. Pertemuan dua orang ini berawal ketika pertempuran antara Kerajaan Mataram dengan pasukan bupati di wilayah Madiun raya. Saat itu konon pasukan dari bupati-bupati di Madiun raya yang diistilahkan sebagai Brang Wetan telah berkumpul di Madiun. Pasukan itu sedianya akan bertarung melawan pasukan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati. Pasukan Panembahan Senopati berkemah di Desa Kalidadung, (yang kini tidak ada lagi) dekat Kali Madiun. Pada titik ini, Senopati menyadari bahwa dia dihadapkan pada force majeure [kekuatan yang tidak bisa ditembus] sehingga kemudian merancang sebuah siasat. Dikisahkan pada “Antara Lawu dan Wilis : Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 – 1938”, sang penguasa Mataram itu mengirim adisoro atau sebutan dari pelayan perempuan yang cantik ke Panembahan Madiun dengan pesan bahwa dirinya berniat menyerah. Panembahan Madiun kemudian mengizinkan pasukan besar bupati-bupati Brang Wétan untuk pergi dan membiarkan Senopati pindah ke dalam kota. Namun demikian, Senopati tiba-tiba menyerang dan pasukannya berhasil menembus keraton atau kediaman bupati. Panembahan Madiun kemudian melarikan diri dan meninggalkan putrinya yang cantik, Retno Dumilah. Meskipun sang putri memiliki keris sakti yang dapat melindunginya dia begitu dibutakan oleh Senopati Mataram, sehingga menjatuhkan keris itu, menyerah padanya, dan kemudian menjadi istrinya. Sementara itu, saudara laki-laki sang putri, Mas Lontang yang menikah dengan seorang putri dari Pangeran Surabaya, kemudian menjadi Bupati Japan atau kini berubah menjadi Mojokerto. Siapa yang ditunjuk Senopati sebagai penguasa di Madiun sesungguhnya tidak diketahui. Namun demikian, penerus Senopati, Mas Jolang atau Panembahan séda Krapyak, menunjuk seorang putra saudaranya, Pangeran Mangkubumi, yaitu Bagus Petak, menjadi Bupati Madiun. Selanjutnya, kisah tentang Madiun saat berada di bawah kekuasaan Sultan Agung, yang bertahta tahun 1613 – 1646, tidak banyak diketahui. Namun demikian, tampaknya banyak orang Madiun yang turut masuk dalam pasukan Sultan Agung untuk menyerang wilayah ujung timur atau Blambangan, kini Banyuwangi] (pada 1614, 1617, 1622, 1639), Madura pada tahun 1624, dan bahkan dalam pasukan besar yang mengepung Batavia, tetapi gagal menaklukkannya pada 1628 dan 1629. (yus)

Read More

Cuaca Panas Pasca Wukuf Membuat Jamaah Alami Kelelahan

Makkah – 1miliarsantri.net : Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengonfirmasi pada Selasa (27/6/2023), jumlah jamaah yang mengalami kelelahan akibat panas setelah menyelesaikan wukuf di Arafah mencapai 500 orang. Sebanyak 166 ribu jamaah di antaranya telah diberikan layanan kesehatan. Juru bicara resmi kementerian Mohammed Al-Abdali, mengatakan jamaah telah menyelesaikan ibadah di Arafah pada Selasa malam dan melanjutkan untuk melakukan ritual tersisa, termasuk bermalam di Muzdalifah. Dia menyoroti keberhasilan persiapan Kementerian Kesehatan dan rencana operasinya untuk Arafah, yang merupakan puncak ibadah haji tahunan. Ia mencontohkan, persiapan kementerian memiliki beberapa aspek, antara lain partisipasi semua sektor dengan menerjunkan sekitar 36 ribu kader, 32 ribu di antaranya dari Kementerian Kesehatan saja. Jumlah relawan yang berpartisipasi dalam memberikan layanan kesehatan melebihi 7.600 tahun ini. Al-Abdali mengatakan Kementerian Kesehatan telah melengkapi beberapa rumah sakit lapangan di Arafah. Dia juga mengapresiasi upaya kesehatan Kementerian Pertahanan yang menghasilkan tiga rumah sakit lapangan. Sedangkan Kementerian Garda Nasional berfokus pada melengkapi pusat penanganan kasus kelelahan akibat panas. Dilansir dari Saudi Gazette, Rabu (28/6/2023) juru bicara Kementerian Kesehatan menunjukkan 400 jamaah dengan kondisi kesehatan yang lebih buruk diberikan dukungan untuk bergabung dengan konvoi kesehatan yang membawa mereka untuk tinggal di Arafah. Sementara itu, Juru Bicara Keamanan Kementerian Dalam Negeri Kolonel Talal Al-Shalhoub mengumumkan bahwa tahap pertama rencana keamanan haji telah berhasil dilaksanakan setelah pengangkutan jamaah haji dari Makkah ke tempat-tempat suci selama 24 jam terakhir Dia mengatakan kenaikan jamaah ke Arafah dan sholat mereka di sana dilakukan dengan tenang dan damai setelah mereka menghabiskan Hari Tarwiyah di Mina. Juru bicara menambahkan fase kedua dari rencana sedang dilaksanakan untuk mengangkut jamaah dari Arafah ke Muzdalifah untuk bermalam di sana. Setelahnya, mereka melanjutkan perjalanan mereka kembali ke Mina untuk melakukan lempar jumroh secara simbolis di Jamarat. Kemudian, jamaah akan kembali ke Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Al-Ifadah, mengelilingi Ka’bah. Al-Shalhoub memuji peran personel keamanan dalam melaksanakan tahap kedua dari rencana haji, yang memerlukan pengaturan lalu lintas dan pergerakan pejalan kaki antara Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Juru bicara itu meminta para peziarah untuk mematuhi peraturan selama pergerakan mereka di tempat-tempat suci. (dul)

Read More