Wahyu Kalaseba: Titah Suci Yang Memanggil Putra Wayah Nusantara Untuk Bangkit

Jakarta – 1miliarsantri.net: Wahyu Kalaseba bukan sekadar ilham atau bisikan gaib dari ruang batin yang samar. Ia adalah petunjuk Ilahi, titah suci yang turun dari langit ke dalam ruang hening kesadaran seorang insan terpilih, yang bersih dari pamrih, yang hatinya lapang menampung cinta semesta dan yang jiwanya ikhlas memikul beban zaman.
Wahyu itu telah menggema, bukan lagi rahasia yang hanya diketahui di balik tirai kabut pegunungan, getaran sunyi yang hanya terdengar dalam senyapnya gua dan di balik batu karang pantai. Wahyu Kalaseba telah memanggil putra wayah pilihan Nusantara, yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, dari puncak gunung tertinggi hingga lembah yang terdalam.
Ia datang bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk dijalankan, untuk dihidupkan, untuk dilaksanakan dengan sepenuh kesadaran jiwa dan raga.

Masih banyak dari kita yang memilih menyepi—tirakat di atas gunung, menyatu dengan keheningan langit dan bumi, mencoba mengurai tabir rahasia kehidupan. Ada yang bersemedi di batu karang pesisir pantai, menanti bisikan ombak sebagai jawaban ilahi.
Ada pula yang napak tilas ke makam para pepunden, menyusuri jejak leluhur untuk menyambung kembali warisan kesadaran adiluhung. Bahkan ada yang puasa Pati Geni 40 hari, membakar segala syahwat dunia demi membuka pintu-pintu langit.
Waktunya Bangkit
Namun kini, tiba waktunya untuk bangkit, bukan lagi zaman berdiam dalam sunyi, tapi zaman untuk menyalakan cahaya dalam keramaian. Tirakat dan laku batin telah membentuk kita, kini saatnya langkah konkret kita menjadi pancaran kebermanfaatan bagi umat dan semesta. Saatnya bergerak dengan langkah terukur, dengan strategi yang matang, dan dengan niat yang lurus.
Wahyu Kalaseba mengandung misi besar, menyatukan Cakra Langit dan Cakra Bumi. Cakra Langit adalah simbol kehendak Ilahi atau tatanan suci dari Sang Pengatur Semesta. Sementara Cakra Bumi adalah daya gerak manusia, kekuatan kolektif anak bangsa, getaran batin rakyat yang menyatu dengan tanah airnya.
Ketika keduanya tersinkronisasi, maka terbukalah jalan cahaya. Sebuah jalan yang tak hanya memulihkan tatanan duniawi, tetapi juga menyembuhkan luka-luka batin kolektif yang telah lama menjadi belenggu peradaban. Inilah titik kebangkitan, ketika langit memberikan arah, dan bumi melaksanakan gerak.

Kita Adalah Perubahan
Wahyu Kalaseba tidak pernah turun untuk sekedar memuliakan satu nama, satu golongan, atau satu kebenaran semu. Ia hadir demi kemaslahatan umat, demi membangunkan mereka yang tertidur dalam ilusi dunia, demi menyinari jalan mereka yang terjebak dalam hiruk pikuknya zaman.
Inilah saatnya para pemegang amanah, para pewaris cahaya menyadari tugas sucinya. Tidak ada lagi waktu untuk menunggu datangnya perubahan dari luar. Sebab kitalah perubahan itu, kitalah pelaksana skenario langit di atas panggung bumi.
Wahai para putra wayah Nusantara, dengarkan panggilan Wahyu Kalaseba. Ini bukan sekadar undangan spiritual, tapi tanda dimulainya pergerakan suci. Bukan pergerakan fisik semata, tetapi pergerakan kesadaran, kebangkitan nilai, dan restorasi ruh bangsa yang agung.
Bersatulah, bukan dalam nama kepentingan pribadi atau golongan, tetapi dalam nama cinta tanah air dan seisinya.
Lakukan langkah demi langkah dengan keteguhan hati dan kejernihan jiwa. Karena hanya dengan menyelaraskan cakra langit dan cakra bumi, kita bisa membangun kembali Nusantara yang tidak hanya kuat secara lahir, tapi bercahaya dalam batinnya.*
Penulis : Ki Ageng Sambung Bhadra Nusantara
Foto istimewa
Editor : Thamrin Humris
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.