Rumus Agar Allah SWT Ijabah Segala Hajat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Mengangkat tangan saat memohon hajat dikabulkan oleh Allah SWT adalah salah satu adab dalam berdoa. Banyak hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengangkat tangan saat berdoa. Imam As-Suyuthi dalam Tadribur Rawi mengatakan, “Ada sekitar seratus hadits dari Rasulullah SAW yang menunjukkan bahwa beliau mengangkat tangan saat berdoa, di antaranya adalah hadits dari Ibnu Umar. Dikisahkan dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah mengangkat kedua tangan beliau, lalu beliau berdoa, ‘Ya Allah, aku berlindung pada-Mu atas apa yang diperbuat oleh Khalid (Shahih Bukhari 7/189 secara mu’allaq). Juga hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Diceritakan dari Anas, dari Rasulullah, bahwasanya beliau mengangkat tangan beliau sehingga aku melihat warna putih pada kedua ketiaknya (Shahih Bukhari no. 6341). Sementara tata cara mengangkat tangan saat berdoa yang sesuai tuntunan Nabi, mengutip buku “Jangan Lelah Berdoa” karya Nasrudin Abd. Rohim, disebutkan sebagai berikut. Ibnu Abbas ra meriwayatkan dengan sanad yang sahih, “Berdoa untuk meminta sesuatu adalah dengan mengangkat kedua tanganmu sejajar dengan pundak, adapun kalau saat beristighfar maka engkau mengisyaratkan dengan satu jari, adapun kalau meminta sesuatu dalam keadaan sangat kepepet, maka angkat semua tanganmu ke atas. Pendakwah muda Ustad Irfan Rizki Haas menyebut, berdoa dengan mengangkat tangan merupakan rumus agar semua hajat yang diminta dikabulkan oleh Allah SWT. “Kalau kita mau doa kita mudah Allah ijabah, salah satu rumusnya angkat tangan ketika berdoa. Sebagaimana nabi ajarkan, siapa yang mengangkat tangan waktu dia lagi berdoa maka kata nabi, Allah malu kalau dia menurunkan tangannya lalu Allah belum ijabah semua doa-doanya,” kata Ustad Irfan Rizki dalam kajian majelis ilmu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ “Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa” (HR. Abu Daud 1488, At Tirmidzi 3556, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ 2070). “Artinya, setiap hamba yang mengangkat tangannya, kata nabi, Allah pasti ijabah. Allah kabulkan semua permintaannya. Maka angkat tangan, ‘Ya Allah bantulah hamba. Ya Allah sungguh hamba sedang berusaha, mudahkan. Ya Allah sungguh kami sedang berikhtiar mudahkan, lancarkan Ya Allah. Amin,” terang pengasuh Masjid Muhammad Al-Fatih (MAF) sekaligus Pondok Pesantren Tahfizh Quran MAF Wonolelo, Wonosobo, Jawa Tengah ini. (yat) Baca juga :

Read More

Rahasia Maulid Nabi yang Jarang Diketahui

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ustad Adi Hidayat (UAH) mengajak umat Islam untuk memaknai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara lebih mendalam. Tokoh agama yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini menekankan bahwa Maulid bukan sekadar perayaan rutin tahunan, melainkan momentum penting untuk memperkuat iman dan memperbaiki akhlak. “Peringatan Maulid seharusnya menjadi titik balik bagi setiap muslim untuk mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas keimanan,” ujar UAH dalam video ceramahnya. Ia menambahkan bahwa kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW harus dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya melalui ritual-ritual tertentu. UAH menggarisbawahi pentingnya meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, mulai dari akhlak hingga ajaran-ajaran beliau. “Cinta kepada Nabi bukan hanya ucapan di bibir, tapi harus tercermin dalam setiap tindakan kita,” tegasnya. Salah satu bentuk pengamalan yang dicontohkan UAH adalah puasa Senin, hari kelahiran Rasulullah Muhammad SAW. “Rasulullah sendiri berpuasa pada hari Senin sebagai bentuk syukur atas hari kelahirannya. Ini bisa menjadi salah satu cara kita mengekspresikan rasa cinta dan syukur kita,” jelasnya. Lebih lanjut, UAH menyoroti bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah membawa perubahan besar bagi peradaban dunia. Ia menganalogikan kedatangan Nabi seperti cahaya yang menerangi kegelapan. “Tugas kita sebagai umat Islam adalah meneruskan misi Rasulullah untuk menyebarkan kebaikan dan mengurangi kemungkaran di muka bumi,” tambahnya. Dalam ceramahnya, UAH juga mengkritisi perayaan Maulid yang terkadang hanya berfokus pada aspek seremonial. “Memuliakan Nabi tidak boleh parsial. Kita harus menghormati dan mengikuti seluruh ajaran beliau, bukan hanya merayakan kelahirannya,” imbuh UAH. Di akhir ceramah, UAH mengajak umat Islam untuk menjadikan peringatan Maulid sebagai momen introspeksi dan perbaikan diri. “Mari kita jadikan Maulid sebagai momentum untuk meningkatkan amal saleh dan mengurangi perbuatan tercela,” ajaknya. Ia juga berdoa agar umat Islam dapat mempertahankan persatuan dan kelak dipertemukan dengan Rasulullah di akhirat. Pesan UAH ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Banyak netizen yang mengapresiasi pendekatan UAH yang menekankan pada esensi peringatan Maulid, bukan hanya aspek formalitasnya. Ceramah ini juga menjadi bahan diskusi di berbagai forum keagamaan, menandakan relevansi pesan yang disampaikan dengan kebutuhan spiritual umat saat ini. (yan) Baca juga :

Read More

Buya Yahya Soroti Fenomena Gelar Spiritual dalam Masyarakat

Jakarta — 1miliarsantri.net : Gelar “Pak Haji” telah lama menjadi simbol kehormatan di masyarakat Indonesia. Namun, fenomena pemberian gelar ini kepada mereka yang belum menunaikan ibadah haji memicu perdebatan. Buya Yahya, seorang ulama terkemuka, baru-baru ini angkat bicara mengenai isu sensitif ini. Dalam ceramahnya yang viral di media sosial, Buya Yahya memaparkan dua pandangan berbeda terkait penggunaan gelar “Pak Haji”. Sebagian kalangan berpendapat bahwa gelar tersebut seharusnya eksklusif untuk mereka yang telah melaksanakan rukun Islam kelima ini. Alasannya, ibadah haji membutuhkan pengorbanan besar, baik dari segi materi maupun waktu tunggu yang panjang. “Ada yang merasa tidak adil jika orang yang belum berhaji dipanggil ‘Pak Haji’. Mereka yang sudah menunaikan ibadah haji telah mengeluarkan banyak biaya dan menunggu bertahun-tahun,” urai Buya Yahya, mengutip perspektif kelompok pertama. Di sisi lain, pandangan kedua lebih moderat. Mereka menganggap pemberian gelar “Pak Haji” kepada yang belum berhaji sebagai bentuk motivasi dan doa. “Sebagian masyarakat memandang panggilan ini sebagai harapan agar seseorang bisa segera menunaikan ibadah haji,” tambah Buya Yahya. Menariknya, fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat umum. Buya Yahya mengisahkan kejadian unik di Cirebon, di mana seseorang yang mengenakan pakaian putih langsung diasumsikan telah berhaji. “Ini menunjukkan betapa kuatnya asosiasi antara penampilan dan gelar ‘haji’ di benak masyarakat,” ujarnya. Namun, Buya Yahya mengingatkan bahwa esensi ibadah haji bukan sekadar gelar. “Yang terpenting adalah bagaimana seseorang yang telah berhaji dapat menjaga perilakunya, seperti menjauhi riba dan perbuatan haram lainnya,” tegasnya. Polemik ini mencerminkan kompleksitas budaya dan agama di Indonesia. Di satu sisi, gelar “Pak Haji” mencerminkan penghormatan terhadap ibadah suci. Namun di sisi lain, penggunaannya yang meluas dapat menimbulkan dilema etis. Terlepas dari kontroversi, Buya Yahya menekankan pentingnya niat baik dalam penggunaan gelar ini. “Selama tujuannya untuk memotivasi dan bukan untuk kesombongan, maka tidak ada yang salah,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Kiat Agar Niat Sedekah Jauh dari Riya

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sedekah merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah SWT menjanjikan pahala besar bagi mereka yang bersedekah dengan ikhlas. Namun, dalam prosesnya bisa jadi muncul godaan riya, yaitu melakukan kebaikan agar dilihat atau dipuji orang lain. Riya adalah penyakit hati yang dapat menghapus pahala sedekah. Untuk menjaga agar niat sedekah tetap murni dan jauh dari riya, berikut adalah 6 kiat yang bisa dilakukan: Langkah pertama agar terhindar dari riya adalah dengan meluruskan niat sebelum melakukan sedekah. Niatkan sedekah semata-mata hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian, penghargaan, atau pengakuan dari orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan niat yang ikhlas, sedekah yang dilakukan akan menjadi amal yang bernilai di sisi Allah SWT. Salah satu cara terbaik untuk menghindari riya adalah dengan menyembunyikan sedekah. Tidak semua sedekah harus dilakukan secara terbuka atau diketahui orang lain. Allah SWT memuji mereka yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi dalam Al-Qur’an: “Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Baqarah: 271). Dengan bersedekah secara tersembunyi, kita terhindar dari godaan untuk ingin dipuji atau diperhatikan oleh orang lain. Keikhlasan dalam beribadah adalah hal yang sangat penting dan memerlukan bantuan dari Allah SWT. Salah satu cara agar niat sedekah jauh dari riya adalah dengan selalu berdoa memohon keikhlasan. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk selalu memohon perlindungan dari riya. Terkadang, pujian dari orang lain bisa memicu munculnya rasa bangga diri dan riya. Untuk menjaga niat sedekah tetap murni, usahakan untuk menghindari atau tidak terlalu memperhatikan pujian dari orang lain. Jangan terlalu berfokus pada bagaimana orang lain menilai perbuatan kita. Sebaliknya, fokuskan perhatian pada bagaimana Allah SWT menilai amalan kita. Jika ada orang yang memuji, kembalikan pujian itu kepada Allah dengan mengucapkan “Alhamdulillah” dan tetap menjaga hati agar tidak terjerumus dalam riya. Mengendalikan hati merupakan tantangan besar, terutama ketika seseorang sudah terbiasa bersedekah secara terbuka. Godaan untuk merasa bangga dan senang dipuji akan selalu ada. Oleh karena itu, penting untuk selalu introspeksi dan mengamati diri sendiri. Jika ada perasaan bangga atau ingin dipuji, segera ingatkan diri bahwa tujuan sedekah adalah hanya untuk Allah SWT. Latih diri untuk selalu mengingat kematian dan akhirat, di mana segala amal hanya akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas. Ini akan membantu mengatasi rasa ingin dipuji oleh manusia. Sedekah yang dilakukan secara konsisten, baik dalam jumlah kecil atau besar, akan membantu seseorang menjaga niatnya tetap lurus. Ketika bersedekah sudah menjadi kebiasaan yang konsisten, seseorang akan lebih fokus pada amal itu sendiri dan bukan pada bagaimana orang lain melihatnya. UCare Indonesia menyediakan platform sedekah online melalui bantusesama, sehingga dapat memudahkan sahabat untuk kontinu dalam bersedekah kapan saja dan dimana saja. Menjaga niat sedekah agar jauh dari riya memang memerlukan usaha, introspeksi, dan doa. Dengan meluruskan niat, menyembunyikan sedekah, berdoa untuk keikhlasan, serta konsisten dalam bersedekah, kita bisa menjaga amal ini tetap bersih dan diterima di sisi Allah SWT. Semoga Allah senantiasa membimbing hati kita untuk selalu ikhlas dalam beramal, termasuk dalam bersedekah. (yat) Baca juga :

Read More

Mukjizat Rasulullah: Keajaiban dalam Kesederhanaan

Rembang — 1miliarsantri.net : Dalam sebuah pengajian KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menyoroti keunikan mukjizat Rasulullah Muhammad SAW. Berbeda dengan para nabi terdahulu yang dianugerahi mukjizat luar biasa, Rasulullah justru diberkahi dengan keistimewaan yang lebih manusiawi. “Mukjizat Rasulullah bersifat basyariyah, artinya sangat manusiawi,” ungkap Gus Baha. Beliau juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad memiliki karakteristik yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari umatnya. Gus Baha memaparkan bahwa Rasulullah mengalami berbagai kondisi yang dialami manusia pada umumnya. Mulai dari rasa lapar, haus, sakit, hingga emosi seperti sedih dan gembira. Bahkan dalam hal ibadah, Nabi Muhammad mencontohkan cara yang sederhana dan mudah ditiru. “Ketika hendak berkhutbah, Rasulullah cukup mengambil sebatang kayu di dekatnya sebagai mimbar. Ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat praktis dan sesuai dengan keseharian kita,” jelas Gus Baha. Lebih lanjut, ulama kelahiran Rembang ini menekankan bahwa kesederhanaan ini justru menjadi kekuatan dakwah Rasulullah. “Agama ini menjadi lebih mudah diterima karena selaras dengan kehidupan sehari-hari umat,” tambahnya. Gus Baha juga mengaitkan hal ini dengan firman Allah SWT yang menggambarkan diri-Nya sebagai Dzat yang menghilangkan rasa lapar dan ketakutan. “Allah menjelaskan diri-Nya dengan cara yang sederhana, sesuai dengan pengalaman kita sehari-hari,” ujarnya. Di akhir ceramahnya, Gus Baha berpesan kepada jamaah agar tidak terlalu mengejar hal-hal yang dianggap keramat. “Yang terpenting adalah menjalani kehidupan dengan baik dan berusaha masuk surga,” tutupnya. Ceramah Gus Baha ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk menghargai kesederhanaan dan nilai-nilai praktis dalam beragama, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. (hud) Baca juga:

Read More

Jawaban Rasulullah SAW Saat Ditanya tentang Kitab Taurat Nabi Musa

Surabaya — 1miliarsantri.net : Syekh Allamah Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Banteni dalam Kitab Syarah Kasyifah as-Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja menyampaikan ada banyak kitab-kitab yang diturunkan Allah. Tetapi wajib mengetahui empat kitab secara tafshil, yaitu Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihissalam, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud Alaihissalam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa Alaihissalam, dan Alquran yang diturunkan kepada makhluk terbaik Rasulullah Muhammad SAW. Dalam Kitab Syarah Kasyifah as-Saja Fi Syarhi Safinah an-Naja diceritakan. Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apa itu lembaran-lembaran (kitab Taurat) Musa?” Rasulullah menjawab, “Lembaran-lembaran Musa mengandung nasihat-nasihat. Di antaranya adalah aku heran dengan orang yang meyakini adanya kematian, bagaimana bisa ia merasa senang-senang? Aku heran dengan orang yang meyakini adanya neraka, bagaimana bisa ia tertawa-tawa?” “Aku heran dengan orang yang melihat dunia dan melihat bagaimana dunia mengontang-antingkan pengikutnya, bagaimana ia bisa merasa tenang-tenang saja mengejar dunia? Aku heran dengan orang yang meyakini adanya qodar, bagaimana bisa ia tidak terima atau marah dengan keadaan nasibnya? Aku heran dengan orang yang meyakini adanya penghitungan amal (hisab), bagaimana bisa ia tidak beramal?” Syekh Nawawi al-Banteni dalam kitab yang ditulisnya menjelaskan bahwa di dalam Kitab Taurat disebutkan, Wahai anak cucu (Nabi) Adam, janganlah takut dengan kekuasaan seseorang selama kekuasaan-Ku masih tetap dan Kekuasaan-Ku akan selalu tetap serta tidak akan sirna selama-lamanya. Hai anak cucu Adam, Aku telah menciptakanmu agar kamu beribadah kepada-Ku. Oleh karena itu janganlah kamu bermain-main. Hai anak cucu Adam, janganlah kamu takut dengan rezeki yang sedikit selama gedung-gedung rezeki-Ku itu penuh dan banyak. Dan sesungguhnya gedung-gedung rezeki-Ku itu tidak akan sirna atau habis selama-lamanya. Wahai anak cucu Adam, Aku telah menciptakan langit dan bumi. Aku tidaklah lemah dalam menciptakan semuanya. Apakah kamu menganggap-Ku lemah untuk memberikan satu roti yang Aku bagikan setiap waktu kepadamu? Hai anak cucu Adam, sebagaimana Aku tidak menuntutmu dengan amal besok, maka janganlah kamu menuntut-Ku dengan rezeki besok. Hai anak cucu Adam, wajib atasmu melakukan kefardhuan untuk-Ku dan wajib atas-Ku memberikan rezeki kepadamu. Kemudian apabila kamu tidak mentaati kefardhuan-Ku maka Aku tetap memberimu rezeki sesuai apa yang telah ditetapkan. Hai anak cucu Adam, apabila kamu ridho dengan apa yang telah Aku bagikan untukmu maka sungguh kamu telah memuaskan tubuhmu dan hatimu. Dan apabila kamu tidak ridho dengan apa yang telah Aku bagikan untukmu, maka Aku menguasakan dunia untuk mengalahkanmu, sehingga kamu akan bingung di dunia sebagaimana binatang-binatang liar merasa bingung di lahan yang lapang. Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, kamu tidak akan memperoleh dari dunia kecuali apa yang telah Aku bagikan kepadamu dan kamu disisi-Ku adalah orang yang tercela. (yat) Baca juga :

Read More

Al-Azhar Bikin Gebrakan Baru: Luncurkan Program Pembelajaran Hybrid Mahasiswa Asing

Mojokerto — 1miliarsantri.net : Dalam perhelatan Multaqa ke VIII yang dihadiri oleh ratusan alumni Al-Azhar Mesir dari berbagai daerah di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Rektor Universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Salamah Daud, mengumumkan kabar gembira mengenai peluncuran program pembelajaran hybrid bagi mahasiswa asing. Program ini memberikan kesempatan bagi para calon mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengikuti pendidikan dari salah satu universitas tertua dan paling bergengsi di dunia secara daring dan luring. Program hybrid yang ditawarkan Fakultas Ilmu-ilmu Kesilaman dan Bahasa Arab bagi Mahasiswa Asing (Kulliyatul Ulum Al-Islamiyyah wal Arabiyyah lil Wafidin) memungkinkan para mahasiswa untuk menempuh dua tahun pertama secara online dan dua tahun terakhir secara langsung di kampus Universitas Al-Azhar, Kairo. Program ini didesain untuk memberikan fleksibilitas belajar yang lebih tinggi, terutama bagi mereka yang mengalami kendala akses fisik ke Mesir pada masa-masa awal pendidikan. “Kami sangat bangga dapat memberikan solusi pendidikan yang fleksibel dan terjangkau bagi mahasiswa asing, tanpa mengurangi kualitas pendidikan yang selama ini menjadi ciri khas Al-Azhar,” terang Prof. Dr. Salamah Daud yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (PP OIAA). “Dengan metode hybrid ini, kami berharap semakin banyak pelajar dari berbagai negara yang dapat menikmati pembelajaran dari para ulama terkemuka Al-Azhar dan mendapatkan ijazah yang diakui secara internasional.” Keunggulan Program Hybrid Al-Azhar 1) Kurikulum dari Al-Azhar. Semua mata kuliah, diktat, dan pengajar berasal langsung dari Universitas Al-Azhar. 2) Ijazah Setara Mahasiswa yang mengikuti program hybrid ini akan mendapatkan ijazah yang sama dengan mereka yang belajar langsung di kampus Al-Azhar, Kairo. 3)Biaya Terjangkau Biaya kuliah online adalah USD 1.500 per tahun (dua semester), sedangkan biaya belajar offline di Kairo adalah USD 1.000 per tahun. 4)Moderat dalam beragama*: Al-Azhar dikenal dengan pendekatan Ahlussunah wal Jamaah yang moderat dan relevan dengan masyarakat Indonesia. OIAA Cabang Indoensia menyambut baik inisiatif ini. “Ini adalah peluang luar biasa bagi para peminat studi Islam untuk belajar langsung dari sumber yang kredibel dan terpercaya,” pungkas Muchlis Hanafi, Sekjen OIAA cabang Indonesia. (tin) Baca juga :

Read More

Kisah Islamnya Sayyidina Shuhaib RA

Surabaya –1miliarsantri.net : Sayyidina Shuhaib RA dan Sayyidina ‘Ammar RA memeluk lslam dalam waktu yang sama. Pada waktu itu, Baginda Nabi SAW sedang berada di rumah Sayyidina Arqam Rodhiyatlahu ‘anhu. Kedua orang ini berangkat dari tempat yang berbeda untuk menemui Baginda Nabi SAW. Secara kebetulan mereka berdua bertemu di depan pintu rumah Sayyidina Arqam Radhiyallohu ‘onhu. Keduanya saling menanyakan maksud kedatangan masing-masing. Ternyata maksud kedatangan mereka berdua sama, yakni untuk memeluk lslam dan berusaha mengambil keberkahan dari Baginda Nabi Shallollahu’alaihi wasallam. Sayyidina Shuhaib Radhiyallohu ‘anhu pun masuk lslam. Setelah ia masuk lslam, ia juga mengalami penderitaan seperti Kaum Muslimin yang jumlahnya masih sangat sedikit dan lemah. la disakiti dengan berbagai macam cara. Akhirnya, karena tidak tahan menanggung penderitaan itu, ia berniat untuk hijrah. Namun, Kaum Kafir Quraisy sangat tidak suka bila orang-orang lslam pergi ke tempat lain dan hidup dengan tenang. Apabila orang-orang kafir itu mendengar ada orang lslam yang akan berhijrah, mereka akan berusaha menghalang-halanginya. Orang-orang kafir Quraisy pun mengirim serombongan orang untuk mengejar dan menangkap Sayyidina Shuhaib. Sayyidina Shuhaib RA membawa satu wadah yang penuh dengan anak panah. la berseru kepada Kaum Kafir Quraisy, “Dengarkanlah! Kalian tahu aku pemanah yang paling mahir di antara kalian. Selama masih tersisa satu anak panah padaku, kalian tidak dapat mendekatiku. Jika anak-anak panah ini habis, akan kugunakan pedangku untuk melawan kalian, sehingga pedang ini terlepas dari tanganku. Setelah itu, berbuatlah semampumu. Tetapi, jika kalian mau, sebagai ganti nyawaku, kalian akan kuberitahu tempat hartaku di Makkah, dan akan aku berikan kepada kalian kedua budak perempuanku. Ambillah semuanya.” Kaum Kafir menyetujui usul tersebut. Sayyidina Shuhaib Radhiyallohu ‘anhu menyerahkan hartanya, kemudian melepaskan diri. Terhadap kejadian ini, maka turunlah ayat Al-Qur’an: وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ Wa minan-nāsi may yasyrī nafsahubtigāa marḍātillāh, wallāhu raụfum bil-‘ibād Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. Ketika itu, Baginda Nabi SAW sedang berada di Quba. Saat melihat kedatangan Sayyidina Shuhaib, beliau bersabda, “Sangat beruntung perniagaanmu, wahai Shuhaib.” Sayyidina Shuhaib, “Suatu ketika, Baginda Rasulullah SAW sedang memakan kurma, dan aku menyertai beliau makan. Ketika itu, salah satu mataku sedang sakit, lalu Baginda Nabi SAW berkata, ‘Hai Shuhaib, matamu sakit, tetapi kamu memakan kurma?’ Aku menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku makan dengan sebelah mataku yang sehat ini.’ Baginda Rasulullah tertawa mendengar jawabanku.” Sayyidina Shuhaib banyak membelanjakan harta di jalan Allah Subhaonahu woto’olo, sehingga Sayyidina Umar Radhiyallahu’anhu pernah berkata kepadanya, “Engkau telah berlebih-lebihan, wahai Shuhaib!” Sayyidina Shuhaib menjawab, “Aku tidak menggunakannya untuk hal yang sia-sia.” Ketika Sayyidina Umar Radhiyollohu ‘anhu hampir wafat, ia berwasiat agar Sayyidina Shuhaib Rodhiyallohu ‘anhu mengimami sholat jenazahnya. (yat) Baca juga :

Read More

Gus Baha: Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan perbedaan mukjizat Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya yaitu kebanyakan mukjizat Nabi Muhammad berupa al-ardul basyariyah, memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa. Artinya, rasul memiliki sifat-sifat seperti memiliki rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga, dan lain sebagainya. Hal ini membuat Rasulullah mudah ditiru oleh umatnya. Ketika Rasulullah ingin khutbah, ia langsung mengambil kayu yang ada di depannya dan berdiri sebagai tanda. “Perbedaan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya yaitu mukjizat Nabi Muhammad bersifat basyariyah atau manusia. Sedangkan mukjizat nabi sebelumnya dahsyat-dahsyat,” terang Gus Baha Nabi sebelumnya mendapatkan mukjizat bisa komunikasi dengan hewan, bisa mengeluarkan unta dari batu, membelah lautan, dan lain sebagainya. Menurutnya, Allah menjelaskan sifat Nabi Muhammad, seseorang yang pernah yatim dan dirawat Allah. Pernah tidak jadi nabi, lalu diangkat. Pernah miskin lalu dikayakan. Allah menceritakan kehidupan sehari-hari, tapi Nabi Muhammad senang. Agama ini akan enak, karena sesuai dengan keseharian kita, Rasulullah pernah ditanya, apa itu Islam, lalu dijawab yang memberikan makan. Ini penting disampaikan agar agama ini mudah,” imbuhnya. Ulama asal Rembang ini menambahkan, orang kafir dulu pernah meminta mukjizat agar Allah turun dan menggandeng Nabi Muhammad, lalu mengumumkan bahwa ini nabi. Lalu tidak dituruti. Allah tidak menuruti, karena orang yang menolak Nabi Muhammad sebagai nabi adalah angkuh. Ketika ada mukjizat pun dia akan minta yang lain, tapi belum tentu beriman. “Karena sebanyak apapun mukjizat nabi, jika secara sosial tidak cocok maka tidak akan bisa diterima masyarakat. Mudah diterima oleh semua kalangan. Jadi lewat ngaji ini saya ingin menyampaikan, kamu yang ingin keramat tidak usah ingin aneh-aneh, biasa saja tapi masuk surga,” jelasnya. Selain itu, Nabi disamakan dengan manusia pada umumnya, meskipun tetap tidak sama pada hakikatnya agar tidak ada ucapan bahwa tidak bisa meniru karena itu nabi dan bisa melakukannya. Tidak hanya Nabi Muhammad, Allah pun menjelaskan sifatnya secara sederhana yaitu dzat yang menghilangkan rasa lapar dan takut. Allah swt berfirman: الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ Allazi at’amahum min jū'(in), wa amanahum min khauf(in) Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut “Allah menjelaskan dirinya dengan sederhana, sesuai keseharian kita. Di Indonesia kita aman-aman saja, makan dan ngaji tidak ditangkap. Ini paling disukai Rasulullah. Jadi saya berpesan, setelah ngaji ini yang ingin keramat, tinggalkan. Biasa saja, tapi masuk surga,” tandasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Alquran Sebut Penyebab Kekalahan Muslimin Dalam Jihad

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kekalahan umat Islam dalam Perang Uhud menyisakan duka yang mendalam. Inilah palagan yang terjadi pada 15 Syawal tahun ketiga Hijriyah, atau sekitar bulan Maret 625 Masehi. Dalam Perang Uhud, kubu kafir Quraisy dipimpin Abu Sufyan. Ia membagi pasukannya menjadi tiga lini. Sayap kanan dikomandoi Khalid bin Walid, dan mereka inilah yang pada akhirnya berhadapan dengan sayap kiri pasukan Islam–yang terdiri atas para pemanah. Pada awal-awal jalannya pertempuran, kaum Muslimin dapat mendominasi. Banyak pasukan musyrikin yang kocar-kacir. Kemenangan yang seperti sudah di depan mata, sirna karena sayap kiri pasukan Islam begitu gampang tergoda dengan gelimang harta rampasan perang. Mereka meninggalkan pos-nya demi sekadar urusan dunia. Dalam Alquran diterangkan, kekalahan itu menjadi ujian bagi kaum Muslimin (QS Ali Imran [3]: 141) dan juga orang-orang munafik (ayat 166-167). “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar” (QS 3:142). “Apakah jika dia (Muhamamd) wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (144). Sebab-sebab kekalahan itu diterangkan pula dalam Alquran surah Ali Imran ayat ke-152 hingga 155. “Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mengabaikan perintah Rasul setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu, tetapi Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang diberikan) kepada orang-orang mukmin” (152). “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedang Rasul (Muhammad) yang berada di antara (kawan-kawan)mu yang lain memanggil kamu (kelompok yang lari), karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan” (153). “Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, ‘Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?’ Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, ‘Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.’ Katakanlah (Muhammad), ‘Meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.’ Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati” (154). “Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua pasukan itu, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau), tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun” (155). (yat) Baca juga :

Read More