Yahudi dan Nasrani akan Masuk Islam saat Nabi Isa Turun ke Bumi?

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menjelang hari kiamat, Allah menurunkan Nabi Isa ‘alaihis salam dari langit ke bumi. Pada saat itu, tiap orang dari kalangan Ahli Kitab akan beriman bahwa putra Maryam itu adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Dalam Alquran, Allah berfirman. وَاِنۡ مِّنۡ اَهۡلِ الۡكِتٰبِ اِلَّا لَيُـؤۡمِنَنَّ بِهٖ قَبۡلَ مَوۡتِهٖ‌ ۚ وَيَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ يَكُوۡنُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيۡدًا “Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka” (QS an-Nisa: 159). Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, lafaz qabla mautih (قَبۡلَ مَوۡتِهٖ‌) berarti ‘sebelum kematiannya Nabi Isa.’ Maksudnya, sebelum putra Maryam diwafatkan Allah SWT di bumi menjelang hari kiamat, pada saat itulah tidak ada ahli kitab yang tidak beriman kepada beliau. Adapun saat ini, Nabi Isa masih berada di “atas”, yakni sesudah Allah menyelamatkannya dari orang-orang yang hendak menyalibnya. Kelak, ketika telah diturunkan kembali ke bumi, orang-orang Ahli Kitab akan beriman. Mereka akan mengakui bahwa Nabi Isa bukanlah Tuhan, melainkan hamba Allah. Beliau bukanlah “anak Tuhan”, melainkan putra Maryam. “Demi Allah, Nabi Isa sekarang hidup di sisi Allah. Akan tetapi, ketika kelak Nabi Isa turun ke bumi, orang-orang Ahli Kitab semuanya beriman kepada Nabi Isa,” demikian ath-Thabari. Adapun Imam Nawawi menjelaskan, sebagaimana menukil keterangan Abu Hurairah, bahwa lafaz qabla mautih (قَبۡلَ مَوۡتِهٖ‌) itu kembali atau menunjuk pada Nabi Isa ‘alaihis salam. Maknanya, semua orang golongan Ahli Kitab pada zaman ketika Nabi Isa diturunkan kembali ke bumi akan beriman kepada Nabi Isa. Mereka mengetahui bahwa Isa adalah hamba Allah SWT dan putra Maryam. Ini merupakan pendapat sebagian ahli tafsir Alquran. Sementara itu dalam tafsir Tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ), ada dua makna. Pertama, ayat itu bermaksud bahwa semua seorang dari Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, akan beriman kepada Nabi Isa dengan iman yang sebenarnya, yakni sebelum mereka itu mati. Orang-orang Yahudi akan beriman bahwa Nabi Isa itu adalah utusan Allah SWT dan roh yang ditiupkan Allah kepada Maryam. Putra Maryam itu adalah makhluk ciptaan Allah. Orang-orang Nasrani pun akan beriman bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah dan kalimat-Nya, bukan Allah, dan bukan pula “anak Allah.” Namun, keimanan mereka yang sedemikian itu tidak berguna lagi. Sebab, ia dinyatakan setelah nyawa mereka sampai di tenggorokan, setelah mereka melihat tanda-tanda di alam akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT. يَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ قَبْلُ “Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu” (QS al-Anam: 158). Kedua, ada pula sebagian ulama yang menafsirkan bahwa an-Nisa ayat ke-159 bermakna, semua orang Ahli Kitab akan beriman kepada Nabi Isa, dengan iman yang sebenarnya sebelum Nabi Isa wafat. Turunnya Nabi Isa ketika Dajjal membuat kerusakan di muka bumi. Berdasar sejumlah hadis sahih Rasulullah SAW, putra Maryam itu akan membunuh Dajjal. Selain itu, Isa AS juga memecahkan salib lambang umat Nasrani, memusnahkan babi, dan memberantas segala kekejian. Setelah itu, dunia akan mengalami kesuburan, keamanan, serta kesejahteraan yang adil dan merata. Turunnya Nabi Isa ke dunia ini tak berarti membuat hukum baru. Yang tetap berlaku adalah syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun tetap menjadi saksi atas keimanan atau kekafiran Ahli Kitab, seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT. فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًا “Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka” (QS an-Nisa: 41). (yan) Baca juga :

Read More

Waktu Mustajab untuk Berdoa Kepada Allah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Berdoa merupakan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan bagi segenap umat Islam. Dalam berdoa, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan agar berpeluang besar mustajab. Secara ringkas, adab dalam berdoa itu mengangkat tangan, memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah SAW, menyampaikan harapan, dan diakhiri dengan ucapan hamdalah. Dalam berdoa, iman merupakan syarat mutlak yang tidak dapat digugat. Tanpa kesadaran iman yang penuh, doa barangkali tidak akan pernah terkabul. Selain itu, berdoa pada waktu-waktu tertentu sangat potensial diterima Allah Swt. Berikut waktu-waktu musjatab yang disebutkan dalam beberapa riwayat. Berdoa pada Hari Jumat Berdasarkan hadis Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda bahwa pada hari Jumat terdapat suatu waktu di mana doa seorang Muslim yang sedang melaksanakan salat dan berdoa kepada Allah akan dikabulkan. Waktu ini menjadi momen yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa karena berpeluang besar diterima. Saat Berpuasa hingga Menjelang Berbuka Hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibn Majah menyebutkan bahwa ada tiga keadaan di mana doa tidak akan tertolak, salah satunya adalah doa orang yang berpuasa hingga waktu berbuka. Ini menunjukkan bahwa selama menjalani ibadah puasa, baik di bulan Ramadan maupun puasa sunah, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa, terutama menjelang berbuka. Waktu antara Adzan dan Iqamah Berdasarkan hadis Nabi Saw yang diriwayatkan Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmada, disebutkan bahwa doa yang dipanjatka di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak. Waktu singkat ini, antara panggilan salat dan dimulainya salat berjamaah, menjadi salah satu momen mustajab untuk berdoa. Saat Sujud dalam Salat Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah Saw bersabda bahwa saat seorang hamba paling dekat dengan Allah ialah ketika ia sedang sujud. Pada posisi tersebut, dianjurkan untuk memperbanyak doa karena kedekatan dengan Allah membuat doa lebih berpotensi dikabulkan. Namun penting untuk diperhatikan ialah “memperbanyak doa” maksudnya mengucapkan doa-doa sujud ketika salat, bukan doa yang lain. Adapun doa-doa yang sering dibaca oleh Rasulullah saw disebutkan dalam hadis sebagai berikut: سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّنَا وَ بِحَمْدِكَ اللّهُمَّ اغْفِرْلِي; boleh juga membaca: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى; atau سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَ الرُّوْحِ. Dengan memperhatian waktu-waktu mustajab ini, seorang muslim diharapkan dapat meningkatkan kualitas doanya, memohon dengan penuh keyakinan, dan memanfaatkan momen-momen tersebut untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Berdoa dengan adab yang benar dan pada waktu yang tepat adalah salah satu kunci bagi seorang hamba agar doanya didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. (yan) Baca juga :

Read More

Safinah An-Najah, Kitab Fikih Dasar untuk Pemula

Jakarta — 1miliarsantri.net : Ibadah mahdhah (shalat, puasa, haji, zakat, dan lainnya) adalah ibadah yang terkandung dalam ilmu fikih. Dan penjelasan mendetail tentang syarat, rukun, wajib, sunnah dari ibadah tersebut dijelaskan dalam kitab-kitab fikih. Salah satunya adalah Kitab Safinah An-Najah, karya dari Syekh Salim bin Samir Hadhrami. Seperti kitab-kitab fikih pada umumnya yang membahas tentang Rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji) serta hal-hal pendukung tentang syarat sahnya ibadah kepada Allah, kitab Safinah An-Najah yang ditulis oleh Syekh Salim bin Samir Hadhrami juga membahas masalah fikih di atas. Lalu, apa bedanya dengan fikih-fikih karangan ulama lainnya, antara lain, Mabadi’ al-Fiqhiyah karangan Imam Syafi’i, Taqrib karangan Abu Syuja’, atau Sullam al-Taufiq karya Sayyid Abdullah bin Al Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba Alawi. Secara prinsip memang tidak ada hal-hal yang berbeda. Kitab fikih yang ditulis Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Samir (Sumair) Al-Hadhrami ini lebih simpel, praktis, dan singkat. Namun demikian, isinya cukup padat dan layak dijadikan rujukan setiap Muslim yang sudah mukallaf (orang yang terkena beban hukum). Selain itu, sebuah karya yang ditulis menunjukkan kualitas keilmuan yang dimiliki pengarangnya. Kitab Safinah An-Najah yang ditulis Syekh Salim Bin Samir Hadhrami ini mengacu pada mazhab Syafi’i. Di dalamnya dibahas tentang Rukun Islam dan Rukun Iman (Iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir yang baik dan buruk dari Allah). Kitab Safinah memiliki judul lengkap Safinatun Najah Fiima Yajibu `ala Abdi Li Maulah (perahu keselamatan di dalam mempelajari kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya). Kitab ini walaupun kecil bentuknya, manfaatnya sangat besar. Di setiap kampung, kota, dan negara hampir semua orang mempelajari bahkan menghafalkannya, baik secara individu maupun kolektif. Di berbagai negara, kitab ini dapat diperoleh dengan mudah di lembaga-lembaga pendidikan. Karena, baik para santri maupun para ulama gemar mempelajarinya dengan teliti dan saksama. Kitab ini mencakup pokok-pokok agama secara lengkap, padu, dan utuh, dimulai bab dasar-dasar syariat kemudian bab bersuci, bab shalat, bab zakat, bab puasa, dan bab haji. Kitab Safinah An-Najah terdiri atas 34 fasal. Dan bab awal membahas masalah syariat (dasar) Islam seperti syahadat, dan bab terakhir membahas tentang zakat. Bahasanya ditulis secara ringkas namun sarat dengan kandungannya. Kitab ini harusnya jadi pegangan bagi setiap muslim dalam mempelajari dan mendalami ajaran Islam, khususnya bidang fikih. (yan) Baca juga :

Read More

Inilah Waktu yang Tepat Berdzikir kepada Allah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dzikir dapat diartikan secara luas sebagai bentuk pengingatan kepada Allah. Ini dapat berupa ucapan lafal-lafal seperti tahlil (Laa ilaaha illallah), tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (AllahuAkbar) atau bahkan dalam bentuk lebih umum seperti mengingat kebesaran Allah dalam hati. Dalam beberapa ayat al-Quran, waktu yang tepat untuk dzikir sebenarnya tidak dibatasi. Beberapa ayat menyebutkan bahwa dzikir dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari. Misalnya, dalam QS. Taha ayat 130, disebutkan bahwa seorang Muslim hendaknya mengingat Allah pagi dan petang, siang dan malam. Demikian juga dalam QS. al-Taubah ayat 36-37 dan Ali Imran ayat 41, yang semuanya mengindikasikan bahwa waktu untuk berdzikir tidak terbatas pada momen-momen khusus. Namun, selain anjuran umum untuk berdzikir sepanjang hari, ada juga dalil yang menunjukkan waktu-waktu tertentu di mana dzikir lebih dianjurkan. Salah satu contohnya adalah anjuran untuk berdzikir setiap selesai melaksanakan shalat. Dalam QS. Qaf ayat 39-40, Allah menganjurkan agar kita memperbanyak dzikir setelah menyelesaikan salat fardu. Ini adalah momen penting di mana hati dan pikiran seorang Muslim dalam kondisi khusyuk dan terbuka untuk mengingat Allah. Tidak hanya itu, beberapa waktu lain yang dianjurkan untuk berdzikir disebutkan dalam QS. al-Thur ayat 48-49, di mana Allah menyebutkan waktu pertengahan malam dan saat terbenamnya bintang-bintang sebagai waktu yang istimewa untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Waktu-waktu ini mengingatkan kita pada momen-momen di mana kesunyian malam memberikan kesempatan yang lebih baik untuk merenung dan memperdalam hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Dzikir dalam al-Quran disebutkan dapat dilakukan sepanjang hari, baik pagi, siang, maupun malam (Q.S. Taha: 130; al-Taubah: 36-37; Ali Imran: 41). Dzikir bisa diartikan sebagai pengingatan kepada Allah, baik secara lisan (tahlil, tasbuh, tahmid, takbir) maupun secara hati. Ada waktu-waktu khusus yang dianjurkan untuk berdzikir, seperti setelah shalat (Qaf [50]: 39-40) dan pertengahan malam atau saat terbenamnya bintang-bintang (al-Thur [52]: 48-49). (yan) Baca juga :

Read More

Menuntun Orang Sakaratul Maut, Merupakan Sunah Rasulullah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Seorang Mukmin yang di akhir hayatnya dapat mengucapkan lafaz tahlil, laa ilaaha illa Allah, maka dijamin akan masuk surga. Oleh karena itu, ketika ada seorang Muslim yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka ada kesunahan bagi Muslim lainnya untuk membimbingnya agar dapat mengucapkan kalimat sakral tersebut. “Tiada zat yang berhak disembah selain Allah.” Menuntun orang yang sedang menghadapi ajalnya agar bisa mengucapkan tahlil adalah sunah Rasulullah SAW. Ini agar dirinya mencapai husnul khatimah. Dalam sejumlah riwayat dijelaskan, pada saat seorang Mukmin mengalami sakaratul maut, setan akan datang dan membuat tipu daya kepadanya. Tujuannya, orang itu akan meninggal dalam keadaan lalai dari mengingat Allah. Di antara bentuk bujuk rayu itu adalah, setan membuat si Mukmin mengakui bahwa dia–bukan Allah–adalah penolongnya. Rasulullah SAW bersabda, “Bekalilah oleh kalian semua kepada orang-orang yang akan meninggal dengan kalimat laa ilaaha illa Allah. Sebab, sesungguhnya manusia yang akhir ucapannya mengucap laa ilaaha illa Allah, maka ia pasti masuk surga.” Talqin berarti membimbing orang agar mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Ini merupakan sebuah sunah yang patut dilakukan. Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Talqin-kanlah orang-orang yang akan meninggal di antara kalian dengan lafaz laa ilaaha illa Allah” (HR Muslim). Umar bin Khattab berkata, “Ajarkanlah olehmu kalimat laa ilaaha illa Allah kepada seseorang yang akan meninggal dunia. Sebab, saat itu dia melihat apa-apa yang tidak kamu lihat.” Abu Nu’aim menyebutkan sebuah hadis. Rasulullah SAW bersabda, “Datangilah olehmu orang-orang yang akan meninggal dunia dan ajarkan mereka untuk mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Beri mereka kabar gembira berupa surga karena saat itu setan berada sangat dekat dengan orang yang akan meninggal. Aku bersumpah bahwa pandangan malaikat maut lebih sakit daripada tebasan seribu pedang. Dan aku juga bersumpah bahwa tidak akan keluar ruh seseorang hingga orang itu berkeringat akibat sakit yang ditimbulkan oleh kesalahannya.” (yan) Baca juga :

Read More

Wafatnya Abu Thalib dan Turunnya Surah at-Taubah

Surabaya — 1miliarsantri.net : Paman Rasulullah Muhammad SAW, Abu Thalib mulai sering mengalami sakit, semakin lama semakin berat. Akhirnya beliau meninggal pada bulan Rajab tahun 10 kenabian, setelah enam bulan dari peristiwa pemboikotan Seperti dikutip dari buku Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, suatu riwayat yang shahih menyebutkan kondisi jelang wafatnya Abu Thalib. Dalam keadaan sekarat, ia didekati Rasulullah SAW. Sementara itu, ruangan tempatnya berada juga diisi beberapa orang kerabat, termasuk Abu Jahal. Rasulullah SAW berkata, “Wahai pamanku, ucapkanlah, ‘Laa ilaaha illa Allah’, kalimat yang dapat aku gunakan untuk membelamu di hadapan Allah.” Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah engkau membenci agama Abdul Muththalib?”. Berulang-ulang mereka katakan itu, hingga akhir ucapan Abu Thalib adalah: “Saya tetap berada di dalam agama Abdul Muthallib.” Mendengar itu Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku akan mintakan ampunan untukmu, selagi aku tidak dilarang dalam hal itu”. Lalu turunlah ayat Allah Ta’ala: مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوْٓا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka jahannam” (QS at-Taubah ayat 113) Allah juga menurunkan ayat-Nya: اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi tapi Allah memberi petunjuk kepada yang Dia kehendaki” (QS. al Qhashash ayat 56) Demikianlah, Abu Thalib mati tetap dalam kekafirannya, meskipun selama hidupnya dia selalu membela dan melindungi Rasulullah ﷺ. Dalam Shahih Muslim, terdapat sebuah hadis yang menggambarkan bagaimana kecintaan Nabi SAW kepada pamannya tersebut. Ini dapat membuat Abu Thalib memperoleh perlakuan berbeda dibanding seluruh penghuni neraka. Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau akan memberikan suatu manfaat kepada Abu Thalib, lantaran ia selalu menjagamu serta melindungimu?” Nabi SAW menjawab, “Ya. Dia (Abu Thalib) berada di dalam dhahdah (pantai) dari neraka. Seandainya bukan karenaku, niscaya ia berada di tempat paling bawah dari neraka.” (yat) Baca juga :

Read More

3 Cara Ikhtiar Nabi Muhammad Menyembuhkan Penyakit

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rasulullah Muhammad SAW telah mengajarkan beberapa tips untuk menyembuhkan sakit yang diderita seseorang. Doa ini juga bisa diterapkan pada anak atau anggota keluarga yang lain. Berikut ini sejumlah cara menyembuhkan anak yang sakit berdasarkan hadits Rasulullah Muhammad SAW. Cara Pertama Hadits riwayat Aisyah RA, yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW biasa memohon perlindungan kepada Allah SWT untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya (di atas bagian yang sakit). Lalu beliau SAW membaca doa berikut ini: اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشفه وأنتَ الشَّافِي لا شِفَاءَ إلا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا Latin: Allahumma robbinnaas adzhibil ba’sa wasyfihi wa anta asy- syaafii laa syifaa a illa syifaa uka syifaa an la yughoodiru saqoman Terjemahan: “Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.” Cara Kedua Cara ini adalah untuk menyembuhkan bagian tubuh yang sakit dengan meletakkan tangan di area yang sakit. Adapun langkah pertama, yaitu meletakkan tangan di area yang sakit, kemudian ucapkan bismillah tiga kali, lalu ucapkan doa di bawah ini sebanyak tujuh kali: أعُوذُ باللهِ وَقُدْرَتِهِ مِن شَرّ ما أَجِدُ وَأَحَاذِرُ Doa tersebut didasarkan pada hadits riwayat Muslim dalam kitab Shahihnya dari jalur Nafi’ bin Jabir. Imam Nawawi menukil Ibnu Sinni yang di dalam kitabnya menyebut riwayat Ibnu Abbas. Riwayat tersebut memuat doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, ketika mengalami sakit atau tidak enak badan seperti sakit demam, sakit kepala dan semacamnya. Berikut bacaan doanya: Cara Ketiga بِاسْمِ اللهِ الكَبِيرِ نَعُوْذُ بِاللهِ العَظِيمِ مِنْ كُلِّ شَرٌ عِرْقٍ نَغَارٍ وَمِنْ شر حَرّ النَّار Bismillaahil kabiir, na’uudzu billaahil adzhiim min syarri ‘irqin na’ ‘aarin wa min syarri harrin naar. Artinya: “Dengan nama Allah Yang Mahabesar, kami berlindung kepada Allah Yang Mahaagung dari buruknya pendarahan yang parah dan dari buruknya panas api.” Selain membaca doa itu, orang yang sedang sakit tersebut sebaiknya juga membaca Surat Al Fatihah. Dilanjutkan dengan membaca Surat Al Ikhlas dan Surat Al Mu’awwidzatain (Al Falaq dan An Naas). Kemudian, meniupkan nafasnya ke kedua telapak tangan, lalu diusapkan ke anggota tubuh yang sakit. (yan) Baca juga :

Read More

Gus Baha: Tahlilan Bukan Hanya Tradisi Lokal

Rembang — 1miliarsantri.net : Tradisi tahlilan, yang sering dilakukan oleh umat Muslim di Indonesia saat ada orang meninggal, ternyata memiliki dukungan dari ulama-ulama besar. Hal ini diungkapkan oleh KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, seorang ulama terkenal dari Rembang, Jawa Tengah. Tahlilan sendiri adalah kegiatan berkumpul untuk membaca doa-doa dan ayat Al-Qur’an untuk orang yang telah meninggal. Biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu setelah kematian, seperti hari ke-3, ke-7, dan ke-40. Banyak orang yang menganggap tahlilan hanya sebagai tradisi lokal Indonesia. Namun, Gus Baha menegaskan bahwa praktik ini sebenarnya memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. “Yang membolehkan hadiah Yasin, Fatihah, Tahlil ke mayit itu adalah orang sekaliber Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim,” jelas Gus Baha dalam ceramahnya. Ia menyebutkan dua nama ulama terkenal yang mendukung praktik tahlilan: Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Kedua ulama ini dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Islam. Pernyataan Gus Baha ini penting karena memberikan legitimasi terhadap praktik tahlilan yang sudah lama dilakukan di Indonesia. Ini juga menunjukkan bahwa tradisi lokal bisa sejalan dengan pemikiran Islam global. Lebih lanjut, hal ini membuka wawasan bahwa ulama-ulama besar pun mendukung praktik yang sering dianggap hanya sebagai “tradisi lokal”. Gus Baha mengajak masyarakat untuk tidak terburu-buru menilai suatu tradisi sebagai “hanya tradisi lokal”. Ia menekankan pentingnya memahami akar historis dan teologis dari praktik-praktik keagamaan yang ada di masyarakat. Dengan pemahaman ini, diharapkan masyarakat dapat lebih menghargai tradisi yang telah lama ada, sambil tetap kritis dalam memahami dasar-dasar agamanya. (hud) Baca juga :

Read More

Dampak Perundungan Dalam Kesehatan Mental

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kata perundungan atau disebut juga bullying dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah mengganggu; menjahili terus-terusan; membuat susah; menyakiti orang lain baik fisik maupun psikisnya berbentuk kekerasan verbal, sosial, dan fisik terus menerus dan dari waktu ke waktu, seperti pemanggilan nama individu dengan julukan tertentu. Dampak dari perundungan itu—kini telah banyak meresahkan dan masalah di berbagai sektor masyarakat, terutama psikologis, dimana perundungan mempengaruhi kesehatan mental dan kejiwaan korban. Anehnya dalam perkembangan kasus – kasus perundungan saat ini telah merambah ke ranah daring karena kemajuan teknologi, sehingga menjadikan korban mengalami pelecehan di ranah publik dan mengganggu normalitas kehidupan sehari – hari. Berangkat dari fenomena dan realitas itu, penulis ingin menguraikan bagaimana perundungan mempengaruhi kesehatan mental korban, termasuk kecemasan, depresi, dan trauma jangka panjang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kognitif dan keberhasilan akademis. Di kasus perundungan dinamika kekuasaan memainkan peran penting selama ini. Dominasi atau bahaya terhadap korban dibangun dengan memanfaatkan kekuatan fisik, sosial, atau psikologis. Dampaknya korban sering merasa terjebak dalam situasi di luar kendali mereka, yang menyebabkan ketakutan dan ketidakberdayaan yang nyata. Sebuah survei yang dilakukan oleh Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menemukan bahwa individu yang dirundung sering kali mengalami penurunan harga diri dan perasaan rendah diri. Biasanya, mereka mulai berpikir bahwa jika sesuatu terus-menerus terjadi pada mereka, itu berarti mereka tidak layak untuk dihormati dan dicintai. Hal ini menyebabkan meningkatnya isolasi sosial dan menurunnya kesejahteraan mental mereka. Menjadi pelaku perundungan dapat menimbulkan rasa malu dan takut pada korbannya. Mereka mungkin suatu hari menjadi orang-orang yang dibicarakan di media karena menjadi pelaku perundungan, tetapi sekarang, sebagai remaja atau orang dewasa, mereka membela diri mereka sendiri setelah mengalami banyak kejadian penindasan secara emosional dan mental selama masa kecil mereka. Sebaliknya, individu tersebut memendam pengalaman tersebut dan percaya bahwa mereka berhak mendapatkannya atau sering kali merasa tidak berdaya untuk melawan. Perasaan tidak berdaya ini berdampak kuat pada kesejahteraan mental individu yang mengalami pelecehan. Informasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud mengungkapkan bahwa perundungan di lingkungan sekolah sering kali menyebabkan korban merasa tidak aman dan enggan untuk masuk sekolah, sehingga mengakibatkan stres dan kecemasan. Perundungan merupakan masalah yang meluas di berbagai sektor masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah dan lingkungan sosial remaja. Perundungan dapat terjadi secara fisik, verbal, atau psikologis. Lebih jauh lagi, perundungan telah merambah ke ranah daring karena kemajuan teknologi. Meskipun korban perundungan mungkin memperlihatkan luka fisik, luka emosional mereka tetap tidak terlihat. Esai ini akan membahas bagaimana perundungan mempengaruhi kesehatan mental korban, termasuk kecemasan, depresi, dan trauma jangka panjang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kognitif dan keberhasilan akademis. Kemudian salah satu akibat psikologis yang sering terjadi akibat perundungan adalah gangguan kecemasan. Orang yang sering menjadi korban perundungan sering mengalami kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, atau bahkan serangan panik. Ketakutan konstan menjadi target perundungan dapat menyebabkan korban menjadi sangat hati-hati terhadap lingkungan sosial mereka, yang pada akhirnya mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Menurut Yayasan SEJIWA, yang menitikberatkan pada pencegahan perundungan di Indonesia, banyak korban perundungan mengalami kecemasan berlebih yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraksi sosial, termasuk di luar lingkungan sekolah. Korban seringkali menghindari situasi sosial yang dianggap berpotensi risiko untuk menghindari pengalaman bullying yang berulang-ulang. Selain kecemasan, depresi juga merupakan dampak umum dari bullying. Individu yang menjadi korban bullying sering kali mengalami perasaan putus asa, kurangnya motivasi, dan ketidaktertarikan pada tugas-tugas rutin mereka. Depresi ditandai dengan tanda-tanda seperti perubahan kebiasaan makan, gangguan tidur, kelelahan yang luar biasa, dan rasa putus asa yang mendalam. Sebuah penelitian oleh Yayasan Lentera Anak menunjukkan bahwa menjadi korban bullying selama masa kanak-kanak atau remaja dapat menyebabkan depresi jangka panjang di masa dewasa. Korban yang tidak memiliki dukungan yang tepat mungkin kesulitan untuk mengatasi trauma dan mungkin menanggung beban emosional untuk waktu yang lama. Perundungan tidak hanya berdampak pada korban dalam jangka pendek, tetapi juga berdampak jangka panjang pada kesehatan mental mereka. Berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia telah menunjukkan bahwa individu yang pernah mengalami perundungan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan stres pascatrauma. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyatakan bahwa trauma akibat perundungan di masa kecil dapat menyebabkan masalah psikologis yang berlanjut hingga dewasa, yang mempengaruhi kemampuan korban untuk menjalin hubungan interpersonal yang positif dan mempercayai orang lain. Dampak jangka panjang lain meliputi kekurangan kepercayaan diri dan kesulitan mempertahankan hubungan sosial yang baik. Banyak orang dewasa yang pernah diintimidasi mengaku sulit menjalin hubungan sosial yang solid karena takut akan perlakuan buruk lagi. Di lingkungan kerja, intimidasi juga bisa menyebabkan beberapa orang merasa sulit berinteraksi dan merasa kurang percaya diri untuk mencapai kesuksesan, baik dalam karir maupun kehidupan personal. Trauma yang tidak ditangani dapat menyebabkan kecenderungan untuk menggunakan zat atau perilaku destruktif sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional yang dalam. APKI menyatakan bahwa korban perundungan yang tidak mendapatkan perawatan psikologis yang tepat memiliki risiko lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku destruktif sebagai cara untuk mengatasi luka emosional mereka. Perundungan tidak hanya mempengaruhi psikologis, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan hasil belajar korban. Sering kali, anak-anak dan remaja yang sering menjadi korban bullying mengalami kesulitan fokus di sekolah, yang menyebabkan penurunan hasil belajar. Menurut laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, anak-anak bisa kesulitan fokus dan menyelesaikan masalah di lingkungan sekolah akibat tekanan dari bullying. Selain itu, para korban bullying seringnya memilih untuk tidak masuk sekolah guna menghindari orang yang melakukan kekerasan, hal ini menyebabkan penurunan dalam pencapaian akademis mereka. Selain itu, orang yang menjadi korban perundungan sering menghadapi kesulitan dalam memperoleh keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk kehidupan mereka ke depan. Studi yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Anak Indonesia menyarankan bahwa intimidasi yang terjadi saat masa kecil bisa menghambat kemajuan kognitif, mempengaruhi cara berpikir, dan menurunkan kemampuan memecahkan persoalan. Ini akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan akademis dan profesional pada masa yang akan datang. Dengan mempertimbangkan dampak psikologis yang sangat merusak dari perundungan, intervensi awal sangat penting untuk mencegah kerusakan jangka panjang. Keterlibatan sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menangani perundungan sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan aman dan mendukung bagi korban. Inisiatif pencegahan perundingan, diprakarsai oleh Kemendikbud dan Yayasan SEJIWA, bertujuan meningkatkan kesadaran akan resiko perundungan dan memperkuat budaya sekolah yang inklusif. Terus,…

Read More

Prof Quraish Shihab : Allah Belum Menolong Palestina

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pakar tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab menjelaskan mengapa Allah belum menolong Palestina dalam konflik dengan Israel. Menurutnya, sesuatu akan berjalan sesuai keinginan Allah dan memiliki waktu serta syarat tertentu. “Jangan menunggu terbitnya fajar saat gelapnya malam. Anda mau mata hari terbit jam 12 malam? Semua ada waktunya. Boleh jadi ada syaratnya. Negara Arab saja tidak kompak,” urainya kepada 1miliarsantri.net, Jumat (27/9/2024). Prof Quraish Shihab menambahkan, Allah telah menjelaskan tentang kerusakan yang dilakukan Israel dalam surat Al-Isra. Disebutkan Bani Israil akan merusak bumi dua kali dan akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Ini ada dalam ayat 4-8 Surat Al-Isra. Khususnya ayat 4 yang artinya: “Sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” “Soal Palestina, Tuhan telah berjanji. Pasti kalian akan melakukan kerusakan dua kali. Satu sudah berlalu,” kata Prof Quraish. Dikatakan, para ulama tafsir berkeyakinan bahwa kerusakan pertama telah dilakukan Israel di zaman dulu. Sedangkan kerusakan kedua, adalah yang terjadi saat ini dengan pendudukan Zionis atas tanah Palestina. Konflik Israel-Palestina merupakan konflik panjang yang masih terus berjalan hingga dewasa ini sejak abad 19. Berbagai upaya yang dilakukan pemimpin dunia, tidak membuahkan hasil. Terbaru, Israel melakukan serangan brutal di daerah kantong Palestina sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini. “Mudah-mudahan ini adalah perusakan keduanya, yang hancur bukan Yahudi, tetapi yang hancur zionis,” imbuhnya. Prof Quraish Shihab juga menekankan, untuk mendapatkan tujuan mulia, Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk berusaha sekuat-kuatnya sampai ujung dari kekuatannya. “Jadi untuk mencapai tujuan luhur, butuh perjuangan, perjuangan itu pahit,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More