Rasulullah SAW Membaca Surat Al Mulk Sebelum Tidur

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Surat Al Mulk memiliki keutamaan yang besar untuk diamalkan oleh setiap Muslim. Bahkan Nabi Muhammad SAW telah berpesan kepada umatnya untuk senantiasa membaca surat tersebut setiap hari menjelang tidur. Sebelum tidur, Nabi SAW selalu terlebih dulu membaca surat tersebut. Diriwayatkan dari Jabir RA, dia berkata: عن جابر رضي الله عنه : ” أن النبي صلى الله عليه وسلم كان لا ينام حتى يقرأ آلم تنزيل ، وتبارك الذي بيده الملك “، “Rasulullah SAW tidak tidur sampai beliau membaca Alif Lam Mim Tanzil (Surat As-Sajdah) dan Tabarakal Lazi Biyadihil Mulku (Al-Mulk).” (HR Tirmidzi) Ada beberapa faedah yang besar bagi Muslim yang membaca surat Al Mulk setiap harinya. Hal ini pun telah dijelaskan oleh Otoritas Fatwa Mesir, Dar al-Ifta, tentang faedah membaca Surat Al Mulk sebelum tidur. Dar Al Ifta menjelaskan, Surat Al Mulk adalah surat yang akan membuat pembacanya memperoleh banyak kebaikan dan diampuni dosa-dosanya. Mengapa demikian? Karena malaikat memohonkan ampunan bagi para pengamal surat Al Mulk. Membaca Surat Al Mulk juga akan memberikan kedamaian dan keamanan bagi seorang Muslim yang rajin membacanya. Sehingga kedekatannya dengan Allah SWT semakin meningkat. Selain itu, Surat Al Mulk menjadi pengantar dan pembimbing menuju surga. Kandungan Surat Al Mulk mengajarkan untuk selalu berserah diri kepada Allah SWT. Bukan berarti menyerah pada keadaan atau semacamnya. Justru dengan begitu, seorang Muslim akan senantiasa selalu bersyukur pada setiap keadaan yang dihadapinya. Akan selalu berprasangka baik kepada Allah, bahwa semuanya hanyalah bergantung kepada Allah SWT, termasuk soal rezeki. Karena rezeki itu telah ditetapkan dan setiap Muslim hanya perlu menjemputnya. Seorang Muslim yang lisannya basah dengan bacaan Surat Al Mulk, menerima pahala yang besar. Ingatlah bahwa setiap huruf dalam Alquran menyimpan kebaikan. Satu kebaikan ini akan dilipatgandakan 10 kali lipat bagi siapa saja yang dikehendaki Allah SWT. Bahkan, Nabi Muhammad SAW ingin supaya setiap Muslim menyimpan surat Al Mulk di dalam sanubari hati. Dalam riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku menginginkan bila surat (Al Mulk) ini dihafal di dalam kalbu setiap umatku.” (HR Ath Thabrani) (yus) Baca juga:

Read More

Komika Abdur Arsyad Selalu Menangis Ketika Mendengar Atau Membaca Hadist Ini

Jakarta — 1miliarsantri.net : Komika Abdurrahim Arsyad bicara panjang lebar tentang pandangan religiusnya terhadap Nabi Muhammad SAW di kanal Youtube podcast Kasisolusi. Dalam obrolan podcast ini, Abdur, begitu ia akrab disapa, yang merupakan lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini mengungkapkan sebuah hadits yang selalu membuatnya menangis kala mendengarnya. Hadits yang dimaksud Abdur adalah hadits yang berisi kerinduan Rasulullah SAW kepada umatnya meski Nabi SAW sendiri belum pernah menemui mereka. Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah dan ada dalam Shahih Muslim. Berikut ini hadits lengkapnya. جاء في صحيح مسلم عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج إلى المقبرة, فقال:السلام عليكم دار قوم مؤمنين, وإنا إن شاء الله بكم لاحقون، وددت أني قد رأيت إخواننا، فقالوا: يا رسول الله, ألسنا بإخوانك؟ قال بل أنتم أصحابي، وإخواننا الذين لم يأتوا بعد، وأنا فرطهم على الحوض، فقالوا: يا رسول الله, كيف تعرف من يأتي بعدك من أمتك؟ قال: أرأيت لو كان لرجل خيل غر محجلة في خيل دهم بهم ألا يعرف خيله؟ قالوا: بلى يا رسول الله، قال: فإنهم يأتون يوم القيامة غرًّا محجلين من الوضوء، وأنا فرطهم على الحوض، ألا ليذادن رجال عن حوضي كما يذاد البعير الضال، أناديهم: ألا هلم, ألا هلم, ألا هلم. فيقال: إنهم قد بدلوا بعدك، فأقول: سحقًا سحقًا. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW pernah mendatangi pemakaman lalu bersabda, “Semoga keselamatan terlimpahkan atas kalian penghuni makam kaum mukminin. Sungguh insya Allah kami akan bertemu kalian, dan sungguh aku sangat rindu berjumpa dengan saudara-saudara kita.” Mendengar itu, para sahabat pun bertanya, “Bukankah kami semua saudara-saudara engkau, wahai Rasulullah SAW?” Kemudian beliau SAW bersabda, “Kalian semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang akan datang di masa nanti.” Sahabat bertanya lagi, “Bagaimana engkau dapat mengenali mereka yang belum datang dari kalangan umat engkau, wahai Rasulullah SAW?” Beliau SAW bersabda, “Bagaimana jika seorang lelaki memiliki seekor kuda berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?” Para Sahabat Nabi menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Lantas beliau bersabda lagi, “Karena itu, mereka akan datang dalam keadaan di mana wajah dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudhu. Aku mendahului mereka ke telaga. Dan ada golongan lelaki yang dihalangi datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kalian semua’. Dikatakan, ‘Sungguh mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda, “Pergilah jauh-jauh dari sini.” (yid) Baca juga :

Read More

Sikap Rasulullah SAW Terhadap Pertunjukan Seni

Jakarta — 1miliarsantri.net : Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar, mengungkapkan, tidak semua seni bersifat positif dalam pembinaan qalbu atau hati. Ada seni yang justru merusak qalbu. Di dalam Islam juga dikenal ada seni yang mendekatkan jiwa kepada Allah SW. Seni itu yang positif dan sangat dianjurkan. Ada juga seni yang mendekatkan diri kepada setan yang biasa disebut ‘suara-suara iblis’. Ini jenis seni negatif yang perlu dihindari. “Contohnya seni yang bisa membangkitkan birahi seperti seni erotis yang mempertontonkan keindahan lekuk tubuh dan menyebabkan para penontonnya berimajinasi seksual terhadap obyek tersebut. Seni ini menyebabkan seseorang melupakan Tuhan dan memusatkan perhatian dan nafsunya kepada makhluk,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam kajiannya di Masjid Istiqlal Jakarta, dikutip Senin (07/08/2023). Nabi Muhammad SAW sering mencontohkan sikap terhadap seni. Terhadap seni yang positif, dia memberikan apresiasi positif. Sementara, terhadap seni yang negatif, beliau memberikan apresiasi negatif. “Dalam beberapa riwayat Nabi memberikan dukungan terhadap musik dan sesi suara,” tutur Prof Nasaruddin Umar. Dalam satu hadis riwayat Bukhari dan Muslim menceritakan dua budak perempuan pada hari raya ‘Id (Idul Adha) menampilkan kebolehannya bermain musik dengan menabuh rebana. Sementara, Nabi Muhammad SAW dan Siti Aisyah menikmatinya. Tiba-tiba Abu Bakar datang dan membentak kedua pemusik tadi, lalu Rasulullah menegur Abu Bakar dan berkata: “Biarkanlah mereka berdua hai Abu Bakar, karena hari-hari ini adalah hari raya”. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah yang mengatakan: “Saya melihat Nabi dengan menutupiku dengan surbannya sementara aku menyaksikan orang-orang Habsyi bermain di mesjid. Lalu Umar datang dan mencegah mereka bermain di mesjid, kemudian Rasulullah berkata: “Biarkan mereka, kami jamin keamanan wahai Bani Arfidah”. Dalam hadis riwayat Muslim dari ‘Aisyah disebutkan kelompok seniman Habasyah itu menampilkan seni tari-musik pada hari Raya ‘Id di mesjid. Rasulullah memanggil ‘Aisyah untuk menyaksikan pertunjukan itu, kepala ‘Aisyah diletakkan di pundak Nabi sehingga ‘Aisyah dapat menyaksikan pertunjukan tersebut. Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Al-Gazali, ada suatu bab khusus tentang pentingnya seni. Dia menceritakan pengalaman pada masa Nabi seperti membiarkan orang melantunkan nyanyian dan syair ketika menunaikan ibadah haji, ketika prajurit melangsungkan lagu-lagu perjuangan untuk memotivasi prajurit di medan perang. “Nyanyian yang dilantunkan merasakan kesedihan karena dosa yang telah diperbuat, seperti dikutip Nabi Adam dan Nabi Dawud menangisi dosa dan kekeliruannya dengan ungkapan-ungkapan khusus, nyanyian untuk mengiringi acara-acara kegembiraan seperti suasana hari raya, hari perkawinan, acara ‘aqiqah dan kelahiran anak, acara khitanan, pulangnya para perantau, dan khataman Al-Qur’an,” ucap Prof Nasaruddin Umar. Dalam hadis riwayat Al-Baihaqi, sebagaimana dikutip Al-Gazali, menceritakan, ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, para perempuan melantunkan nyanyian di rumahnya masing-masing, “Telah terbit bulan purnama di atas kita, dari bukit Tsaniyatil Wada”. “Wajiblah bersyukur atas kita, selama penyeru menyerukan kepada Allah,” unggkap Prof Nasaruddin Umar. Hadis-hadis shahih dan pendapat ulama terkemuka di atas menunjukkan, pertunjukan seni, termasuk di dalamnya permainan alat-alat musik dan nasyid, menyanyi tidak dibenarkan Rasullah SAW. Memang ada juga riwayat yang mencela alat bunyi-bunyian seperti seruling (mazamir), tetapi jika musik dan bunyi-bunyian itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu yang bertentangan dengan syari’ah. “Misalnya seni musik mengiringi ritual kemusyrikan, seni musik menimbulkan fitnah, mengajak orang untuk mabuk, merangsang pendengarnya untuk melakukan maksiyat dan melupakan Tuhan,” tutur Prof Nasaruddin Umar. Prof Nasaruddin Umar mengatakan, seni musik bagian dari kebudayaan dan peradaban Islam yang harus dilestarikan. Sudah saatnya juga seni musik dan berbagai bentuk seni lainnya dijadikan media dakwah untuk mengajak orang berhati lembut, berfikiran lurus, berprilaku santun, bertutur kata halus, dan menampilkan jati diri dan inner beauty setiap orang. (rin)

Read More

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Memberikan 5 Langkah Memupuk Kesabaran

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Allah SWT memerintahkan setiap manusia untuk memiliki kesabaran. Perintah tersebut disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, salah satunya surat Ali Imran ayat 200, yang berbunyi, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Setiap kali Allah menetapkan sesuatu, Dia memberikan bantuan yang diperlukan dan menetapkan cara untuk mempertahankannya. Seperti disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari, “Allah tidak akan menurunkan satu penyakit kecuali Allah turunkan juga obatnya”. Meski sulit bagi jiwa, kesabaran bisa diraih dan layak untuk diperjuangkan. Ahli hukum Islam, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan lima cara untuk memupuk kesabaran, diantaranya : Melalui puasa, sisi negatif dari hawa nafsu dilemahkan, misalnya mencegah makan terlalu banyak. Tatapan mata diibaratkan seperti panah beracun Setan. Di mana Setan mengirimkan anak panahnya ke hati yang tidak bersenjata. Jika seseorang menjauhinya, ia meleset dari sasarannya; jika tidak, hati akan terpukul. Seperti yang ditunjukkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sesuatu yang diizinkan Allah adalah resep obat yang efektif bagi kebanyakan orang. (yus)

Read More

Merasakan Kedekatan dan Kehadiran Allah Di Sekeliling Kita

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kurt Gödel merupakan seorang ahli logika, matematikawan, dan filsuf Amerika keturunan Austria. Sebagai salah satu ahli logika ikonik dalam sejarah, bersama dengan Aristoteles dan Gottlob Frege, karya Gödel diakui bertahun-tahun setelah kematiannya pada 1978. Teori-teori Gödel kemudian diambil oleh ilmuwan lain yang berusaha membuktikan keberadaan Tuhan melalui rumus matematika. Meski tampak sudah ada beberapa temuan tentang keberadaan Tuhan, ada banyak kekurangan dalam penelitian itu sendiri. Hal itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan mungkin uji coba. Maria Zain, penulis di About Islam, mengungkapkan, sebenarnya manifestasi keberadaan Allah SWT bisa dilihat di sekeliling kita dan tidak membutuhkan cara yang rumit untuk membuktikan hal tersebut. “Manusia dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk menyembah Sang Pencipta,” kata Maria dalam tulisannya di About Islam berjudul Manifestation of God Through Science All Around Us. Al-Qur’an sering berbicara tentang manusia yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni kebutuhan bawaan untuk menyembah Tuhannya. Di dalam fitrah ini, terdapat pula kebaikan bawaan dalam diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia yang diciptakan Tuhan. “Namun, karena pola asuh atau lingkunganlah manusia mulai menjauh dari fitrah ini,” kata Maria. Fitrah juga sangat erat kaitannya dengan alam. Anak-anak, yang paling dekat dengan fitrah, tidak tercemar dan tidak tersentuh oleh hal-hal negatif di sekitarnya, seringkali sangat dekat dengan alam. Dahulu, sudah menjadi kebiasaan orang Arab untuk mengirim anak-anak mereka ke alam bebas saat masih bayi. Saat dewasa mereka dapat menikmati padang pasir, daripada harus berlarian di jalanan kota yang padat. Nabi Muhammad (SAW) menghabiskan beberapa tahun hidupnya di padang pasir sebelum kembali ke Makkah. Itu membantu kesehatan fisik, mental, dan emosional Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut menjadi fondasi yang kuat sebelum diutus menjadi nabi. “Anak-anak melihat banyak hal di alam, dan manifestasi keberadaan Tuhan pada dasarnya ada di mana-mana di lingkungan. Anak-anak mungkin senang melihat burung-burung mematuk makanan; atau mereka mungkin senang memetik bunga; anak-anak di tepi pantai atau di tepi danau akan bermain air,” ujar Maria. Anak-anak juga terpesona oleh serangga: semut, lebah, dan sejenisnya. Mereka juga berbicara tentang struktur yang berbeda, seperti pohon dan gunung. Meskipun hal ini mungkin terlihat sederhana, namun bisa dipelajari dari rasa ingin tahu anak-anak yang cenderung sangat terhubung dengan alam. Kecenderungan itu juga terhubung kepada Tuhan. Salah satu contoh Al-Qur’an berbicara tentang sains bisa ditemukan dalam Surah An-Nahl ayat 79. Allah SWT berfirman, “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS An-Nahl: 79). Para ilmuwan telah lama mempelajari penerbangan burung dan rute migrasi mereka. Mereka telah menemukan ketepatan dalam keberangkatan dan kedatangan burung dari satu tempat ke tempat lain. Para ilmuwan juga menemukan kemampuan burung untuk menavigasi, bahkan pada perjalanan perdana, sebagai burung yang masih sangat muda. Kemampuan mereka untuk melakukan hal tersebut hanya dapat terwujud jika Allah memegang kendali atas semua hal di atas, dan Dia memang memegang kendali atas semua itu. Madu merupakan obat yang sangat mujarab bagi para penggemar alam. Bahkan, para ilmuwan pun mengakui daftar panjang manfaatnya, mulai dari bahan untuk sistem kekebalan tubuh yang kuat hingga obat untuk pilek. Al-Qur’an juga menyebutkan air beberapa kali: “Maka apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka tidak beriman?” (QS Al-Anbya’: 30). Ilmu pengetahuan memperkuat kebutuhan manusia akan konsumsi air bersih untuk bertahan hidup. Para ilmuwan juga telah “menemukan” ketergantungan bumi terhadap unsur utama penyusunnya, yaitu air. Al-Qur’an juga berbicara tentang geologi: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS An-Naba’: :6-7). Pelajaran geologi dasar memberitahu tentang struktur kerak bumi yang tipis dan “pasak” diperlukan untuk menyatukan kerak bumi. Pohon-pohon melakukan hal itu pada tingkat mikro, tetapi gunung adalah pasak besar yang menahan bidang-bidang yang lebih besar di satu tempat dan mencegahnya runtuh dalam cuaca buruk. “Meskipun contoh-contoh ini mungkin tampak abstrak, tidak perlu ilmu roket untuk mengetahui bahwa keajaiban-keajaiban ini adalah bukti bahwa penciptaan mereka adalah dari jenis lain – jelas bukan buatan manusia! Dan meskipun ini bukan ilmu roket, hal ini membutuhkan refleksi yang mendalam dari seseorang,” tutur Maria. Jadi, semakin dekat manusia dengan alam, semakin terasah pula kecerdasannya, dan semakin dekat pula dengan Allah SWT. Penulis dan psikolog klinis, Kay Redfield Jamison, menulis tentang pentingnya anak-anak berada di luar ruangan untuk mengembangkan kecakapan intelektual mereka. “Di antara manfaat bermain di luar ruangan, termasuk: meningkatkan rangsangan multi-indera, merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu, serta mengurangi kecemasan, sekaligus membangun kepercayaan diri dan harga diri,” ujar Maria. Anak-anak juga menjadi lebih terhubung dengan diri mereka sendiri dan orang lain hanya dengan menghabiskan waktu bersama alam. Hal itu menunjukkan berada di sekitar ciptaan Allah SWT menanamkan rasa empati dan kebaikan. Oleh karena itu, melihat hal-hal di alam dan terhubung dengan lingkungan terkait dengan kesehatan secara keseluruhan, termasuk kecakapan intelektual yang melihat melampaui logika matematika dan rumus ilmiah. “Penerimaan secara sadar dan penghormatan terhadap Allah SWT sebagai Pencipta dunia dan segala sesuatu di dalamnya tidak dapat diukur, tetapi tanda-tanda keberadaan Tuhan selalu ada,” kata Maria. (har)

Read More

Prof Quraish Shihab Membantah Pernyataan Panji Tentang Al Quran Bukan Kalamullah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Alquran adalah Kalamullah, perkataan Allah yang merupakan wahyu suci. Tiada satu pun makhluk yang menciptakan Alquran, termasuk Nabi Muhammad SAW. Namun, dikutip dari akun youtube resmi Al Zaytun dengan tema Manusia dan Kemanusiaan part 1, Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang yang ditetapkan tersangka kasus penistaan agama sejak Selasa (01/08/2023), pernah mengatakan demikian: “Saya sejak awal tahun berdiri Ma’had ini sudah menganjurkan baca, baca, mengapa? Nabi Muhammad juga sudah mendeclare dzalikal kitab la roib. Itu nabi Muhammad yang mendeclare itu atas Wahyu Ilahi, bukan Kalam Allah. Kalam Nabi Muhammad yang didapat daripada wahyu. Nah kalau Allah berbahasa Arab, susah nanti ketemu dengan orang Indramayu. Prewek ngga ngerti, Gusti Allah ngga ngerti kalau, artinya bacalah semua itu saudara-saudara dzalikal kitab la roibaz, Alkitab, Alkitab ini mungkin Perjanjian Lama.” Benarkah Alquran bukan perkataan Allah SWT? Sekali lagi, Alquran adalah Kalamullah, perkataan Allah yang merupakan wahyu suci. Tiada satu pun makhluk yang menciptakan Alquran, termasuk Nabi Muhammad SAW. Buktinya adalah ketika Rasulullah SAW pernah ditegur Allah SWT sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran. Namun demikian yang perlu digarisbawahi adalah, teguran ini sama sekali tidak melunturkan akhlak Nabi yang mulia dan tiada bandingannya dari makhluk apapun. Teguran itu dilakukan sebagai tindak ucapan beliau yang dinilai Allah SWt sebagai hal yang kurang wajar lahir dari seorang yang dijadikan teladan. Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran mengatakan, teguran-teguran kepada Nabi Muhammad SAW yang ditemukan dalam Alquran ada yang keras dan tegas serta ada pula yang ringan lagi halus. Salah satu contohnya adalah suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul bersama pemuka-pemuka musyrik untuk menjelaskan ajaran Islam kepada mereka. Tiba-tiba dalam pertemuan itu masuk seorang buta, yakni Abdullah bin Ummi Maktum sambil bersuara keras. Dia berbicara dengan suara keras kepada Nabi, “Muhammad, Muhammad, ajarkanlah aku sebagian yang diajarkan Tuhan kepadamu.” Tentu saja, kedatangan dan suaranya yang lantang itu mengganggu Nabi yang sedang menghadapi tokoh-tokoh musyrik yang diharapkan keislamannya. Melihat dan mendengar kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum, wajah Nabi menjadi kusut dan berpaling tidak menghiraukan kedatangannya. Sikap ini dinilai Allah SWT tidak wajar dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan karena itulah turun teguran Allah SWT sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran Surah Abasa ayat 1-12. عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ وَهُوَ يَخْشَىٰ فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ Yang artinya, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan diri (dari dosa) atau (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada celaan atasmu apabila dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk memperoleh pengajaran), sedangkan dia takut (kepada Allah) maka engkau mengabaikannya. Sekali-kali jangan (berbuat demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan adalah suatu peringatan, maka siapa yang menghendaki tentulah dia memperhatikannya.” Contoh lainnya dari teguran Allah SWT kepada Nabi adalah ketika terjadi saat Perang Uhud. Puluhan sahabat Nabi gugur sedangkan Nabi sendiri terluka hingga giginya patah dan wajah beliau berlumuran darah. Saat itu Nabi bersabda: كيف يفلح قوم خضبوا وجه نبيهم بالدم، وهو يدعوهم إلى ربهم Yang artinya, “Bagaimana mungkin suatu kaum akan memperoleh kebahagiaan, sedangkan mereka melukai wajah Nabi mereka sehingga berlumuran darah, padahal dia mengajak mereka ke jalan Tuhan.” Prof Quraish menjelaskan bahwa dalam kesempatan itu pula konon Nabi SAW bermohon kepada Allah SWT untuk mengutuk mereka.Ucapan Nabi ini kemudian ditegur dengan tegas dan keras oleh Allah SWT melalui firman-Nya yang diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 128. Allah SWT berfirman: لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ Yang artinya, “Tidak ada sedikit pun kewenangan dalam urusan mereka. Allah mengampuni mereka atau menyiksa mereka karena sesungguhnya mereka itu orang yang berlaku aniaya.” Tentunya, Prof Quraish menjelaskan, teguran yang dilakukan Allah kepada Nabi ini dapat diambil hikmahnya. Apakah seseorang menduga bahwa teguran-teguran itu akan terdengar apalagi diabadikan jika ayat-ayat tersebut Nabi sendiri yang menyusunnya? Adakah seorang pemimpin yang rela kesalahan-kesalahannya dipaparkan bahkan diabadikan dalam catatan resmi? Pasti tidak ada. Namun di sini Alquran, menurut Prof Quraish, mengabadikan itu karena memang Alquran bukanlah karangan Nabi Muhammad SAW sehingga salah satu hikmah yang barangkali ingin ditampakkan Allah SWT dari teguran itu kepada umat manusia adalah bahwa Alquran benar-benar murni Kalamullah. (lim)

Read More

Habib Jindan : Rasulullah Membangun Pradaban Umat Dari Masjid

Tangerang — 1miliarsantri.net : Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah, Habib Jindan bin Novel, meminta umat Islam, terutama para pemimpin negeri, untuk meneladani Rasulullah SAW membangun peradaban dari masjid. Menurut Habib Jindan, Rasulullah SAW berhasil menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan spritual, pemikiran, dan aktivitas kemasyarakatan. Selanjutny, Rasulullah membentuk budaya dan peradaban melalui Masjid Nabawi. “Rasulullah SAW berhasil mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang terbaik (Khaira Ummah),” ujar Habib Jindan, Rabu (02/08/2023). Rasulullah SAW juga berhasil mengubah kampung kecil bernama Yatsrib (Madinah) yang tidak dikenal dan tidak masuk dalam peta menjadi Madinatul Munawaroh. Madinah bisa menjadi pusat peradaban yang gemanya sampai keseluruh dunia. Sebagaimana di Indonesia, pembangunan peradaban dan pendidikan juga dibangun bermula dari keberadaan sebuah masjid yang digunakan oleh para kiai mengajar. Kemudian, karena bertambahnya masyarakat yang ingin belajar dan datang dari tempat yang jauh, maka secara bertahap dibangunlah pondok-pondok tempat mereka menginap. “Pada akhirnya, berdirilah sebuah pesantren tempat mencetak para ulama dan menjadi pusat pengembangan dan pendidikan Islam,” ungkap Habib Jindan. Di Indonesia, banyak pondok pesantren yang bermula dari berdirinya sebuah masjid sebagai tempat para kiai mengajar. Masjid lalu menjadi basis pembangunan peradaban Islam di Tanah Air. “Sehinggam dakwah bebasis kemasjidan yang Rasululllah ajarkan dapat berperan terus dalam mendidik, mencerdaskan dan membangun peradaban umat Islam,” tutur Habib Jindan. (rid)

Read More

Kelembutan Nabi Musa AS Dalam Menghadapi Firaun

Jakarta — 1miliarsantri.net : Firaun dikenal sebagai raja yang sangat kejam dan biadab. Dia tak ragu membunuh semua anak lelaki di Mesir karena takut dikejar mimpi. Tak hanya itu, ke sombongan Firaun karena kekuasaannya membuatnya merasa sebagai Tuhan yang layak disembah. Untuk mengingatkan Firaun, Allah pun mengutus Musa setelah terlebih dahulu memberinya mukjizat. Allah tidak menyuruh Musa untuk memerangi Firaun. Dia memerintahkan Musa dan Harun agar menghadap raja yang sombong itu. Mereka diperintahkan untuk berdakwah dengan katakata yang lembut. Lewat kelembutan itu, Firaun diharapkan ingat jika dia adalah makhluk. “Pergilah kamu berdua ke pada Firaun. Sesungguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS Thaha: 43-44). Betapa indah firman Allah ke pada Musa. Allah tetap meminta Musa untuk bersikap lemah lembut dan ramah kepada diktator seperti Firaun. Dalam mengomentari ayat itu, Ibnu Abbas mengatakan, firman itu bertujuan agar Musa dan Harun melihat kenyataan jika Firaun adalah seseorang yang memiliki kekuasaan (kerajaan). Karena itu, mereka sebaiknya menempuh cara yang ramah. Musa pun berkata kepada Fir aun. “Jika engkau menerima ajak an kami, Allah akan menjadikan kekuasaan ini tetap ber ada padamu. Allah bahkan akan benar-benar menguatkan kedudukanmu lebih dari sekarang.” Aidh al-Qarni dalam Sentuhan Spritual Aidh al Qarni menjelaskan, lewat cara ini, mudah-mudahan Firaun ingat akan firman Allah yang telah dilimpahkan kepada-Nya. Adakalanya manusia bersedia menerima sesuatu disebabkan ketertarikan. Selain itu, mereka bisa menerima ajakan melalui intimidasi terlebih dahulu. Karena itu, selayaknya dai mengetahui celah mana agar cara tersebut bisa menyentuh ke hati sehingga ajakan itu pun bisa diterima. Musa pun mendatangi Firaun dengan Harun berada di sisinya. Meski dikisahkan bahwa mereka merasa takut Firaun akan me nyik sanya, Allah SWT Maha Mengetahui apa yang dua utusan- Nya itu rasakan. “Janganlah kamu berdua khawatir. Sesungguhnya Aku bersama kamu ber dua. Aku mendengar dan melihat.” (QS Thaahaa: 46). Musa berbicara kepada Firaun. Harun bertugas menguatkan dan membantu Musa. Raja yang kejam itu menatap keduanya de ngan angkuh. Ia mendeklarasikan diri sebagai pencipta. Dia pun mengingkari tauhid kepada Tu han semesta alam meski hatinya yakin adanya kebenaran keberadaan Allah SWT. “Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Firaun, seorang yang akan binasa. ” (QS al-Isra:102). Firaun hanya tertawa ketika Musa mengajaknya ke jalan Allah. Dia justru merendahkan Musa dan Harun. Musa dilihatnya sebagai seorang penggembala ternak dan lelaki bodoh yang selalu membawa tongkat gem bala—seorang lelaki yang tidak mengerti per adaban. Firaun ma lah memban ding kan Musa de ngan dirinya yang notabene se orang raja besar. Du nia di bawah cengkeraman ke kua saannya. Ke sombongannya pun semakin besar. Alquran mencatat betapa Fir aun mengajukan pertanyaan yang merendahkan Musa. “Berkata Firaun, maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” (QS Thaahaa: 49). Musa pun menjawab, “Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, ke mudian memberikan petunjuk.” (QS Thaahaa: 50). Dengan jawaban itu, Musa se sungguhnya telah memberikan “tamparan keras” kepada Firaun. Ucapan khalqahu (bentuk kejadiannya) menyimpan setumpuk iba rat. Demikian pada ucapan haa daa (memberi petunjuk). Kalimat ini memberikan penjelasan jika Tuhan Musa pemberi petunjuk kepada segala sesuatu. Dia yang memberi petunjuk kepada sang bayi yang dilahirkan. Bayi yang tidak mengetahui dan me lihat sesuatu ditunjukkan oleh Allah hingga mencapai susu ibunya. Mendapatkan jawaban ini, Firaun terpukul. Dia hanya bisa terdiam. Kelemahannya tampak jelas sebagai sebuah kegagalan. Namun, Firaun pun mencoba me lemparkan pertanyaan lain. “Ber kata Firaun, ‘Maka bagaimana kah keadaan umat-umat yang dahulu?’ (QS Thaahaa: 51). Musa menjawab, “Pengetahu an tentang itu ada di sisi Tu han ku. Di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan salah dan tidak akan lupa.’” (QS Thaahaa: 52). Jawaban Musa merupakan pu kul an kedua yang telak untuk Firaun. Jawaban yang membuka kelemahan Firaun di hadapan kaumnya sendiri. Ada beberapa pelajaran me narik yang bisa diambil dari ki sah Musa dan Firaun di atas. Pertama, berpegang teguhlah kepada kali mat lailaahaillallah. Untuk menegakkan kalimat ini lah sesungguhnya kitab-kitab itu diturunkan. Untuk kepentingan tauhid sesungguhnya para rasul diutus. Untuk tujuan yang sama, langit, bumi, dan seisinya diciptakan. Pelajaran berikutnya adalah masalah kemenangan. Allah akan selalu menolong para wali-Nya dan akan menguatkan para keka sih-Nya. Meski mereka terlihat sebagai orang kalah dan terpinggirkan, maka sesungguhnya me reka akan menuai hasil dari kerja kerasnya. Berikutnya, tentang teknik ber dakwah. Bagaimana seorang penyeru kebenaran bisa mengeta hui celah yang bisa dilalui un tuk me nyentuh hati lawan bicara, yak ni dengan menghilangkan si kap ka sar yang dapat melukai pe rasaan. Kemudian, seorang Muslim tidak perlu merasa khawatir dan takut. Sesungguhnya jiwa manu sia berada dalam genggaman Allah. (fq)

Read More

Gus Baha : Muslim Sangat Perlu Belajar dan Menguasai Ilmu Fiqih

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU,) KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) kembali menjelaskan betapa pentingnya memahami ilmu fiqih dalam beragama. Dia mengatakan para kiai ahli fiqih harus bangga karena ilmu atau kealiman yang dimiliki. “Sebab, kalau kita menjadi wali, mungkin yang sowan kepada kita akan banyak dan gulamu (untuk menggambarkan hadiah yang diberikan saat seseorang sowan) banyak. Tapi kalau kita menjadi seorang yang ahli ilmu atau alim, orang yang mengaji kepada kita akan banyak dan orang yang menjadi tahu soal ilmu fiqih juga banyak,” terang Gus Baha, Senin (31/07/2023). Saat mengisi pengajian umum dalam rangka haul Kiai Ahmad Mutamakkin di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah Kamis (27/07/2023), Gus Baha mengatakan di era modern ini agak ruwet dengan adanya fenomena orang yang tidak mandi, rambutnya gondrong, di pinggir gunung dan tidak pernah keluar, sudah dianggap wali. Berbeda dengan orang alim yang mandi, dandanannya rapi dan pakai parfum, pasti tidak akan ada yang menganggapnya wali. “Padahal bisa saja dia (yang dandanannya rapi) wali,” lanjutnya. Gus Baha menyebut, bila seseorang menjadi wali yang mendapatkan manfaat adalah diri pribadi orang itu saja, sebab orang itulah yang diberi uang, misalnya, dan dihormati. Namun jika menjadi alim, yang akan mendapat manfaat yakni agama Islam. Dengan alim atau ahli fiqih, orang-orang menjadi mengaji kepada orang alim tersebut. “Jadi orang-orang ingin belajar fiqih, cara shalat, cara haji, cara istinja’, dan belajar Islam secara benar,” ungkapnya. Kealiman atau kedalaman ilmu tersebut, menurut Gus Baha juga sesuai khazanah keluarga Kiai Kajen yang ta’dimul ilmi atau ilmu adalah segala-galanya. Pada kesempatan itu, Gus Baha juga mengisahkan bahwa ia pernah mendengar cerita Mbah Mu’adz Thohir, pengasuh Pondok Pesantren Kulon Banon dan Pondok Pesantren Roudhoh At-Thohriyyah Kajen. “Dulu ada anak Kajen yang hendak mondok di suatu pondok pesantren. Karena mushalanya ada najis dan tidak disucikan, akhirnya anak tersebut tidak jadi dipondokkan di situ,” kisahnya. Menurut Gus Baha, ukuran atau standar akan hal itu adalah ilmu fiqih. “Jadi kalau ada orang ahli fiqih yang memetik buahnya ialah agama Islam. Karena orang-orang jadi tahu halal haram, cara bersuci, cara shalat dan lain sebagainya,” pungkas Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA ini. (fat)

Read More

Mbah Kholil Sudah Membaca Nadzom Alfiyah Secara Terbalik

Surabaya — 1miliarsantri.net : Siapa yang tidak kenal atau minimal pernah mendengar nama Syaikhona Kholil (Mbah Kholil) Bangkalan, Madura. Beliau adalah seorang ulama besar yang sangat masyhur dan dikenal sebagai maha guru para kiai dan ulama Nusantara. Santri-santrinya banyak yang kemudian menjadi ulama berpengaruh di Indonesia, di antaranya adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari dan juga beberapa tokoh kyai lainnya. Merujuk pada buku “99 Kiia Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa, dan Hizib” terbitan Keira, Syaikhonan Kholil lahir di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura pada 11 Jumadil Akhir 1235 H/1820 M. Ayahnya, KH Abdul Latif kemudian memberinya nama Muhammad Kholil. Kiai Latif berharap putranya ini kelak menjadi pemimpin umat. Seusai mengadzani telinga kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, Kiai Latif memohon kepada Allah agar mengabulkan permohonannya. Sejak kecil Mbah Kholil sudah menunjukkan kecerdasan dan keistimewaannya, di mana ia sudah hafal dengan baik nazham Alfiyah Ibnu Malik, seribu bait ilmu nahwu. Bahkan, saking cerdasnya, Kholil mampu menghafal nazham ini secara terbalik, dari bait paling akhir ke bait depan atau dalam istilah Jawa disebut dengan nyungsang. Adalah sangat memalukan jika seorang santri atau bahkan kiai membaca kitab kuning tanpa memperhatikan atau bahkan menyalahi kaidah tata bahasa Arab yang baik dan benar. Suatu kesalahan kecil dalam membaca kitab kuning dalam tradisi pesantren dapat mengurangi muruah seorang santri atau kiai. Kegandrungannya pada bait-bait alfiyah ini ia bawa sampai tua. Sering orang bertanya tentang berbagai hal, termasuk hal-hal gaib, ia jawab dengan satu dua bait nazham Alfiyah. Ini dimaksudkan agar orang yang bertanya tersebut mau berpikir lebih lanjut atau malah mau belajar Alfiyah. Ia pun memberikan apresiasi tinggi kepada orang-orang yang hafal nazham Alfiyah. Kiai Kholil sangat gemar akan kitab Alfiyah, sehingga ketika santrinya akan pulang ke kampung halamannya dan meminta izin kepadanya, maka yang dijadikan syarat adalah menghafal Alfiyah. Jika santrinya tersebut tidak hafal, maka ia tidak akan diberikan izin. (har)

Read More