Bahaya Pujian Terdapat 6 Perkara Menurut Imam Al Ghazali

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sang Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali (1058-1111 M) menjelaskan tentang bahaya pujian dalam kitabnya yang berjudul Raudhah at-Thalibin wa ‘Umdah as-Salikin. Menurut dia, dalam beberapa kasus, pujian justru menjadi tindakan terlarang. “Dalam beberapa kasus, pujian menjadi tindakan terlarang karena ia mengandung enam bahaya. Empat di antaranya ada pada orang yang memuji dan dua lainnya ada pada orang yang dipuji,” kata Al Ghazali dikutip dari buku terjemahan kitab itu yang diterbitkan TuRos, Hidup di Dunia Apa yang Kau Cari?. Imam Ghazali menjelaskan, bahaya pertama yang akan diterima orang yang memuji adalah kadang kala ia berlebihan dalam memuji hingga berujung pada dusta. Kedua, bisa jadi pujian itu mengandung riya. Karena dengan pujian tersebut ia bermaksud menunjukkan rasa senang, padahal tidak demikian. Atau, bisa jadi ia meyakini semua yang ia katakan hingga menjadi orang yang riya dan munafik. Ketiga, mungkin saja ia mengatakan apa yang belum ia pastikan, sampai-sampai ia berdusta, dan membersihkan orang yang tidak dibersihkan Allah adalah bentuk kehancuran. Bahaya keempat, bisa jadi ia membuat senang orang yang dipuji, padahal ia memuji orang yang zalim atau fasik. Sikap ini tidak diperbolehkan karena Allah akan murka manakala orang fasik dipuji. “Adapun bahaya bagi orang yang dipuji ada dua hal,” jelas Al Ghazali. Pertama, yaitu karena pujian itu akan melahirkan sikap ujub dan takabur. Keduanya adalah sikap yang merusak. Kedua, jika ia dipuji dengan kebaikan, ia akan merasa senang, lalu terlena dan ridha terhadap dirinya. Pada akhirnya, ia tak lagi giat dalam urusan akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ketika mendengar seseorang dipuji, قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ “Engkau telah memenggal leher kawanmu.” Namun demikian, lanjut Al Ghazali, jika pujian-pujian itu terhindar dari bahaya-bahaya di atas, maka tidak menjadi masalah, bahkan dianjurkan atau sunnah. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW memuji para sahabat dengan bersabda, “Andai aku tidak diutus, tentulah engkau yang akan diutus, wahai Umar.” Pujian apalagi yang melebihi pujian ini. Sebuah pujian yang keluar dari kejujuran dan mata hati tertinggi yang dapat memunculkan kesombongan atau sikap ujub. “Dengan demikian, memuji manusia itu adalah perilaku buruk karena hal itu mengandung kesombongan dan kebanggaan, kecuali jika pujian itu termasuk tidak melahirkan kebohongan dan ujub,” kata Al Ghazali. (har)

Read More

Cukuplah kita berharap kepada Allah SWT

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam kehidupan manusia, kesulitan dan tantangan kerap kali muncul dan merupakan dua hal yang secara konstan akan selalu ada. Setiap fase kehidupan yang dijalani memiliki tantangan dan ujiannya masing-masing. Imam Shamsi Ali menyebut, pada akhirnya kehidupan ini harus dipahami sebagai “tantangan” (challenge). Hidup itu adalah tantangan. “Dan kita hidup juga untuk tertantang. Mungkin itulah salah satu makna dari tangisan setiap bayi di saat terlahir ke atas dunia ini. Selama sembilan bulan merasakan kenyamanan dalam rahim sang ibu., kini harus keluar untuk menghadapi tantangan sepanjang hayatnya,” terangnya. Dalam dua tiga bulan terakhir ini misalnya, secara pribadi ia merasakan betapa hidup itu penuh dengan tantangan. Apa yang ia coba perjuangkan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan bagian dari perjuangan di jalan dakwah. Selama berusaha mewujudkan pondok pesantren yang masih dirintis di Amerika Serikat, ia merasakan betapa dunia itu sering sumpek dan terasa tidak bersahabat. Ada sahabat yang menyambut dengan senyuman, ada pula yang menjaga jarak dengan kecurigaan seolah ia mengejar sesuatu untuk kepentingan pribadi. “Baru kali ini saya merasakan betapa mengharap, apalagi “mengemis” itu pahit dan menyakitkan (painful). Tiba-tiba saja perasaan minder bahkan ada semacam kehinaan yang terasa mencengkram,” lanjutnya. Bahkan, dia merasa seolah-olah tengah digerogoti oleh perasaan bersalah. Menjadikan sebagian orang khawatir, bahkan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu. Dalam prosesnya, menghadapi tantangan hidup seringkali menjadikan dada terasa terhimpit dan sesak dan pikiran berkecamuk. Ragam kekhawatiran dan kegalauan terasa merampok ketenangan dan ketentraman hidup, membuat tidur di malam hari tidak lagi nyenyak. Bahkan, hal ini disebut berdampak pada kesehatan fisik, mental dan pikiran (well being). Namun, di sisi lain semua itu menjadi proses penyadaran tentang kenyataan. Nyatanya, tidak semua orang di sekitar kita harus tahu segala permasalahan dan kesulitan yang sedang dihadapi, termasuk mereka yang dianggap deket. “Ada permasalahan dan kesulitan hidup yang hanya Allah SWT dan diri kita sendiri yang tahu. Biarlah itu menjadi rahasia kita dengan sang Pencipta,” kata salah satu ulama Indonesia yang lama tinggal di Amerika ini. Di momen-momen seperti itu, manusia disebut sedang diingatkan dan tersadarkan oleh keterbatasan segalanya. Keterbatasan diri sendiri dan keterbatasan semua yang ada di sekitar kita. Orang-orang sekitar disebut tidak tahu, bahkan ada yang tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita. “Semua ini sekaligus menyadarkan kita akan Dia Yang Qadiir. Dia Yang Maha menguasai alam semesta tiada batas. Di saat orang lain tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahkan di saat orang lain menjaga jarak seraya menumbuhkan ragam kecurigaan. Dia, Allah Yang Mahaqariib, justru sedang melambai mengajak hamba-hamba-Nya yang takut kepada-Nya untuk bersegera dan semakin mendekat,” ucap dia. Imam Shamsi Ali menyebut Allah SWT tidak pernah menjauh, malah selalu memberikan jalan keluar. Memang, di dunia ini hanya Allah SWT yang memiliki jalan-jalan kemudahan itu. Allah SWT menjanjikan solusi kepada manusia-manusia yang terperangkap oleh permasalahan hidup. Bukan cuma itu, Allah SWT juga yang berkuasa untuk membuka pintu-pintu kemudahan bagi mereka yang kesulitan. Pengalaman hidup banyak mengajarkan bahwa berharap dari makhluk hanya akan menjatuhkan kehormatan dan mendatangkan kehinaan. Berharap dan meminta kepada makhluk, hanya semakin menumbuhkan rasa minder dan tak percaya diri. Sebaliknya, berharap kepada Allah SWT itu hal yang pasti dan akan mendatangkan kemuliaan. Maka, ia menyebut jika meminta hendaknya meminta kepada Allah SWT dan jika berharap, berharaplah kepada-Nya. “Allah tempat kita kembali. Hanya pada-Nya semata segala cita dan harapan kita gantungkan. Kepada-Nya kita bertawakal dan kepada-Nya pula kita semua akan kembali. Mengharap kepada makhluk mengecewakan dan menghinakan. Mengharap kepada Allah memuaskan dan memuliakan,” pungkasnya. (rid) Baca juga :

Read More

Obat Dari Pengendalian Kerasnya Hati Adalah Dzikir

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Dzikir dengan selalu mengingat Allah ﷻ memiliki banyak faedah bagi muslim. Salah satu manfaatnya yakni sebagai obat bagi kerasnya hati. Seperti dikutip dari buku Tazkiyatun Nafs, Seseorang menemui Hasan Al-Bashri rahimahullah, dan berkata “Aku mengadukan kerasnya hati ini, kepadamu.” Lalu Hasan rahimahullah menjawab, “Lunakkan ia dengan dzikir!” Makhul bertutur, “Mengingat Allah itu obat, sedangkan mengingat manusia itu penyakit.” Seseorang bertanya kepada Salman, “Amal apakah yang utama?” Ia menjawab, “Tidakkah engkau baca ayat Alquran, ولذكرالله أكبر “Dan dzikrullah itu (amal) terbesar.” Abu Musa Al-Asy’ariy meriwayatkan, Rasul ﷺ bersabda, Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati. (HR. Bukhari) Abdullah bin Busr meriwayatkan, Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, Sesungguhnya pintu kebajikan itu banyak. Sedangkan aku tidak mampu untuk memasuki semuanya. Maka, tunjukkanlah kepadaku, terserah kepadamu mana-mana yang aku mampu memasukinya dan jangan banyak-banyak, sebab aku bisa lupa!” Rasulullah ﷺ menjawab, لا يزال لسانك رطبا بذ كر الله “Pastikan lisanmu selalu basah dengan dzikrullah!” (HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim) Sebagai bagian dari adab, umat Islam dianjurkan untuk senantiasa berdzikir (mengingat Allah) dan berdoa. Adakah ciri yang nampak terlihat dari orang yang rajin berdzikir dan berdoa? Pakar Ilmu Alquran KH Ahsin Sakho menjelaskan, membaca doa dalam keseharian umat Islam begitu ditekankan. Bahkan mulai dari bangun tidur, menjalankan aktivitas, hingga kembali tidur pun terdapat doa-doa harian yang menyertainya. “Apabila doa-doa harian senantiasa dibaca dan diresapi, seorang hamba (cirinya) akan selalu diliputi rasa syukur dan ketenangan. Auranya tenang,” kata Kiai Ahsin dalam kajian live streaming, di Ahsin Sakho Center, Jumat (23/6/2023). Membaca doa dan wirid merupakan adab dan akhlak umat Islam. Di balik itu, terdapat sejumlah alasan mengapa umat Islam perlu membaca doa dan wirid dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Beliau menjelaskan, Allah memerintahkan manusia untuk senantiasa mengingat Diri-Nya. Dalam kondisi apapun, manusia dituntut untuk mengingat Allah SWT. Dan cara untuk mengingat Allah dapat ditempuh dengan menghaturkan doa serta membaca wirid harian. “Allah menyuruh kita untuk memperbanyak ingat kepada Allah, perbanyak dzikir. Karena kita itu adalah makhluk ciptaan Allah. Allah inginkan agar hubungan kita dengan Allah tercipta dalam hubungan yang harmonis, hubungan yang bagus,” ujarnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al-Ahzab ayat 41: “Ya ayyuhalladzina amanuu-dzkuruullaha dzikran katsiran.” Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kamu semuanya dengan sebanyak-banyak zikir (mengingat Allah).”(yus) Baca juga :

Read More

Mampu Menahan Amarah Merupakan Ciri Orang Kuat Iman Menurut Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menjadi pribadi yang mampu menahan amarah merupakan sebuah pencapaian mulia, mengukuhkan seorang muslim sebagai individu yang penuh ketakwaan. Kemampuan ini bukan hanya tentang menghindari ledakan emosi, melainkan juga tentang menjaga harmoni dengan sesama. Marah bukan hal yang perlu dihilangkan, tetapi dikendalikan atau diproporsionalkan. Puncaknya adalah kemampuan untuk marah bukan karena diri sendiri, melainkan karena agama. Menahan amarah sebagai akhlak mulia ditegaskan dalam Surah Ali Imran ayat 133-134. “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 133-134). Termasuk juga dalil yang menegaskan kebaikan sifat menahan amarah yakni, Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi, orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (Muttafaq ‘Alaihi: Hadits Shahih Bukhari no.6114 dan Muslim no.2609) Founder Formula Hati, Ustadz Muhsinin Fauzi, menjelaskan, beberapa faktor yang memicu kemudahan marah. Di antaranya lemahnya diri dan kapasitas intelektual yang terbatas, membuat kesulitan dalam menemukan solusi yang tepat. “Proses pembiasaan dari lingkungan yang tidak baik juga berperan, terutama jika tumbuh dalam keluarga yang pemarah,” ungkap Ustadz Fauzi kepada 1miliarsantri.net, Kamis (10/08/2023). Selain itu, mudah marah juga bisa dipengaruhi perbuatan maksiat dapat mengerasi hati, menjauhkannya dari kelembutan dan merangsang kemarahan. Terlalu besar harapan pada orang lain, komunikasi yang tidak efektif, dan target yang padat juga dapat menjadi pemicu kemarahan. Akan tetapi, ada marah yang diperbolehkan dengan catatan. Kemarahan yang muncul akibat sebab yang tepat, terutama yang berkaitan dengan urusan agama, dapat dianggap wajar. Namun, cara ekspresi marah harus tepat, mengingat Rasulullah menunjukkan ekspresi marah dengan wajah memerah. “Waktu, objek, dan tujuan dari kemarahan juga haruslah tepat,” tutur Ustadz Fauzi. Menurut Ustadz Fauzi, untuk mencapai kondisi kemarahan terkendali, diperlukan latihan dan pembiasaan. Pendekatan agama memiliki peranan penting dalam hal ini, melalui dzikir yang rajin, tilawah Al-Quran, perluasan ilmu, dan latihan mengelola hawa nafsu dengan diam. Ketika marah memuncak, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Jika kemarahan hampir meledak, beberapa langkah sederhana dapat membantu meredakan gejolak. “Taawudz, wudhu, dan sholat adalah langkah-langkah yang telah diajarkan oleh agama untuk membantu mengendalikan diri dalam momen-momen kritis,” pungkas Ustadz Fauzi. (win) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Membaca Surat Al Mulk Sebelum Tidur

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Surat Al Mulk memiliki keutamaan yang besar untuk diamalkan oleh setiap Muslim. Bahkan Nabi Muhammad SAW telah berpesan kepada umatnya untuk senantiasa membaca surat tersebut setiap hari menjelang tidur. Sebelum tidur, Nabi SAW selalu terlebih dulu membaca surat tersebut. Diriwayatkan dari Jabir RA, dia berkata: عن جابر رضي الله عنه : ” أن النبي صلى الله عليه وسلم كان لا ينام حتى يقرأ آلم تنزيل ، وتبارك الذي بيده الملك “، “Rasulullah SAW tidak tidur sampai beliau membaca Alif Lam Mim Tanzil (Surat As-Sajdah) dan Tabarakal Lazi Biyadihil Mulku (Al-Mulk).” (HR Tirmidzi) Ada beberapa faedah yang besar bagi Muslim yang membaca surat Al Mulk setiap harinya. Hal ini pun telah dijelaskan oleh Otoritas Fatwa Mesir, Dar al-Ifta, tentang faedah membaca Surat Al Mulk sebelum tidur. Dar Al Ifta menjelaskan, Surat Al Mulk adalah surat yang akan membuat pembacanya memperoleh banyak kebaikan dan diampuni dosa-dosanya. Mengapa demikian? Karena malaikat memohonkan ampunan bagi para pengamal surat Al Mulk. Membaca Surat Al Mulk juga akan memberikan kedamaian dan keamanan bagi seorang Muslim yang rajin membacanya. Sehingga kedekatannya dengan Allah SWT semakin meningkat. Selain itu, Surat Al Mulk menjadi pengantar dan pembimbing menuju surga. Kandungan Surat Al Mulk mengajarkan untuk selalu berserah diri kepada Allah SWT. Bukan berarti menyerah pada keadaan atau semacamnya. Justru dengan begitu, seorang Muslim akan senantiasa selalu bersyukur pada setiap keadaan yang dihadapinya. Akan selalu berprasangka baik kepada Allah, bahwa semuanya hanyalah bergantung kepada Allah SWT, termasuk soal rezeki. Karena rezeki itu telah ditetapkan dan setiap Muslim hanya perlu menjemputnya. Seorang Muslim yang lisannya basah dengan bacaan Surat Al Mulk, menerima pahala yang besar. Ingatlah bahwa setiap huruf dalam Alquran menyimpan kebaikan. Satu kebaikan ini akan dilipatgandakan 10 kali lipat bagi siapa saja yang dikehendaki Allah SWT. Bahkan, Nabi Muhammad SAW ingin supaya setiap Muslim menyimpan surat Al Mulk di dalam sanubari hati. Dalam riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku menginginkan bila surat (Al Mulk) ini dihafal di dalam kalbu setiap umatku.” (HR Ath Thabrani) (yus) Baca juga:

Read More

Komika Abdur Arsyad Selalu Menangis Ketika Mendengar Atau Membaca Hadist Ini

Jakarta — 1miliarsantri.net : Komika Abdurrahim Arsyad bicara panjang lebar tentang pandangan religiusnya terhadap Nabi Muhammad SAW di kanal Youtube podcast Kasisolusi. Dalam obrolan podcast ini, Abdur, begitu ia akrab disapa, yang merupakan lulusan Universitas Muhammadiyah Malang ini mengungkapkan sebuah hadits yang selalu membuatnya menangis kala mendengarnya. Hadits yang dimaksud Abdur adalah hadits yang berisi kerinduan Rasulullah SAW kepada umatnya meski Nabi SAW sendiri belum pernah menemui mereka. Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah dan ada dalam Shahih Muslim. Berikut ini hadits lengkapnya. جاء في صحيح مسلم عن أبي هريرة: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج إلى المقبرة, فقال:السلام عليكم دار قوم مؤمنين, وإنا إن شاء الله بكم لاحقون، وددت أني قد رأيت إخواننا، فقالوا: يا رسول الله, ألسنا بإخوانك؟ قال بل أنتم أصحابي، وإخواننا الذين لم يأتوا بعد، وأنا فرطهم على الحوض، فقالوا: يا رسول الله, كيف تعرف من يأتي بعدك من أمتك؟ قال: أرأيت لو كان لرجل خيل غر محجلة في خيل دهم بهم ألا يعرف خيله؟ قالوا: بلى يا رسول الله، قال: فإنهم يأتون يوم القيامة غرًّا محجلين من الوضوء، وأنا فرطهم على الحوض، ألا ليذادن رجال عن حوضي كما يذاد البعير الضال، أناديهم: ألا هلم, ألا هلم, ألا هلم. فيقال: إنهم قد بدلوا بعدك، فأقول: سحقًا سحقًا. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW pernah mendatangi pemakaman lalu bersabda, “Semoga keselamatan terlimpahkan atas kalian penghuni makam kaum mukminin. Sungguh insya Allah kami akan bertemu kalian, dan sungguh aku sangat rindu berjumpa dengan saudara-saudara kita.” Mendengar itu, para sahabat pun bertanya, “Bukankah kami semua saudara-saudara engkau, wahai Rasulullah SAW?” Kemudian beliau SAW bersabda, “Kalian semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang akan datang di masa nanti.” Sahabat bertanya lagi, “Bagaimana engkau dapat mengenali mereka yang belum datang dari kalangan umat engkau, wahai Rasulullah SAW?” Beliau SAW bersabda, “Bagaimana jika seorang lelaki memiliki seekor kuda berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?” Para Sahabat Nabi menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Lantas beliau bersabda lagi, “Karena itu, mereka akan datang dalam keadaan di mana wajah dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudhu. Aku mendahului mereka ke telaga. Dan ada golongan lelaki yang dihalangi datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kalian semua’. Dikatakan, ‘Sungguh mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat’. Maka aku bersabda, “Pergilah jauh-jauh dari sini.” (yid) Baca juga :

Read More

Sikap Rasulullah SAW Terhadap Pertunjukan Seni

Jakarta — 1miliarsantri.net : Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar, mengungkapkan, tidak semua seni bersifat positif dalam pembinaan qalbu atau hati. Ada seni yang justru merusak qalbu. Di dalam Islam juga dikenal ada seni yang mendekatkan jiwa kepada Allah SW. Seni itu yang positif dan sangat dianjurkan. Ada juga seni yang mendekatkan diri kepada setan yang biasa disebut ‘suara-suara iblis’. Ini jenis seni negatif yang perlu dihindari. “Contohnya seni yang bisa membangkitkan birahi seperti seni erotis yang mempertontonkan keindahan lekuk tubuh dan menyebabkan para penontonnya berimajinasi seksual terhadap obyek tersebut. Seni ini menyebabkan seseorang melupakan Tuhan dan memusatkan perhatian dan nafsunya kepada makhluk,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam kajiannya di Masjid Istiqlal Jakarta, dikutip Senin (07/08/2023). Nabi Muhammad SAW sering mencontohkan sikap terhadap seni. Terhadap seni yang positif, dia memberikan apresiasi positif. Sementara, terhadap seni yang negatif, beliau memberikan apresiasi negatif. “Dalam beberapa riwayat Nabi memberikan dukungan terhadap musik dan sesi suara,” tutur Prof Nasaruddin Umar. Dalam satu hadis riwayat Bukhari dan Muslim menceritakan dua budak perempuan pada hari raya ‘Id (Idul Adha) menampilkan kebolehannya bermain musik dengan menabuh rebana. Sementara, Nabi Muhammad SAW dan Siti Aisyah menikmatinya. Tiba-tiba Abu Bakar datang dan membentak kedua pemusik tadi, lalu Rasulullah menegur Abu Bakar dan berkata: “Biarkanlah mereka berdua hai Abu Bakar, karena hari-hari ini adalah hari raya”. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah yang mengatakan: “Saya melihat Nabi dengan menutupiku dengan surbannya sementara aku menyaksikan orang-orang Habsyi bermain di mesjid. Lalu Umar datang dan mencegah mereka bermain di mesjid, kemudian Rasulullah berkata: “Biarkan mereka, kami jamin keamanan wahai Bani Arfidah”. Dalam hadis riwayat Muslim dari ‘Aisyah disebutkan kelompok seniman Habasyah itu menampilkan seni tari-musik pada hari Raya ‘Id di mesjid. Rasulullah memanggil ‘Aisyah untuk menyaksikan pertunjukan itu, kepala ‘Aisyah diletakkan di pundak Nabi sehingga ‘Aisyah dapat menyaksikan pertunjukan tersebut. Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Al-Gazali, ada suatu bab khusus tentang pentingnya seni. Dia menceritakan pengalaman pada masa Nabi seperti membiarkan orang melantunkan nyanyian dan syair ketika menunaikan ibadah haji, ketika prajurit melangsungkan lagu-lagu perjuangan untuk memotivasi prajurit di medan perang. “Nyanyian yang dilantunkan merasakan kesedihan karena dosa yang telah diperbuat, seperti dikutip Nabi Adam dan Nabi Dawud menangisi dosa dan kekeliruannya dengan ungkapan-ungkapan khusus, nyanyian untuk mengiringi acara-acara kegembiraan seperti suasana hari raya, hari perkawinan, acara ‘aqiqah dan kelahiran anak, acara khitanan, pulangnya para perantau, dan khataman Al-Qur’an,” ucap Prof Nasaruddin Umar. Dalam hadis riwayat Al-Baihaqi, sebagaimana dikutip Al-Gazali, menceritakan, ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, para perempuan melantunkan nyanyian di rumahnya masing-masing, “Telah terbit bulan purnama di atas kita, dari bukit Tsaniyatil Wada”. “Wajiblah bersyukur atas kita, selama penyeru menyerukan kepada Allah,” unggkap Prof Nasaruddin Umar. Hadis-hadis shahih dan pendapat ulama terkemuka di atas menunjukkan, pertunjukan seni, termasuk di dalamnya permainan alat-alat musik dan nasyid, menyanyi tidak dibenarkan Rasullah SAW. Memang ada juga riwayat yang mencela alat bunyi-bunyian seperti seruling (mazamir), tetapi jika musik dan bunyi-bunyian itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu yang bertentangan dengan syari’ah. “Misalnya seni musik mengiringi ritual kemusyrikan, seni musik menimbulkan fitnah, mengajak orang untuk mabuk, merangsang pendengarnya untuk melakukan maksiyat dan melupakan Tuhan,” tutur Prof Nasaruddin Umar. Prof Nasaruddin Umar mengatakan, seni musik bagian dari kebudayaan dan peradaban Islam yang harus dilestarikan. Sudah saatnya juga seni musik dan berbagai bentuk seni lainnya dijadikan media dakwah untuk mengajak orang berhati lembut, berfikiran lurus, berprilaku santun, bertutur kata halus, dan menampilkan jati diri dan inner beauty setiap orang. (rin)

Read More

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Memberikan 5 Langkah Memupuk Kesabaran

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Allah SWT memerintahkan setiap manusia untuk memiliki kesabaran. Perintah tersebut disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, salah satunya surat Ali Imran ayat 200, yang berbunyi, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Setiap kali Allah menetapkan sesuatu, Dia memberikan bantuan yang diperlukan dan menetapkan cara untuk mempertahankannya. Seperti disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari, “Allah tidak akan menurunkan satu penyakit kecuali Allah turunkan juga obatnya”. Meski sulit bagi jiwa, kesabaran bisa diraih dan layak untuk diperjuangkan. Ahli hukum Islam, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan lima cara untuk memupuk kesabaran, diantaranya : Melalui puasa, sisi negatif dari hawa nafsu dilemahkan, misalnya mencegah makan terlalu banyak. Tatapan mata diibaratkan seperti panah beracun Setan. Di mana Setan mengirimkan anak panahnya ke hati yang tidak bersenjata. Jika seseorang menjauhinya, ia meleset dari sasarannya; jika tidak, hati akan terpukul. Seperti yang ditunjukkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sesuatu yang diizinkan Allah adalah resep obat yang efektif bagi kebanyakan orang. (yus)

Read More

Merasakan Kedekatan dan Kehadiran Allah Di Sekeliling Kita

Surabaya — 1miliarsantri.net : Kurt Gödel merupakan seorang ahli logika, matematikawan, dan filsuf Amerika keturunan Austria. Sebagai salah satu ahli logika ikonik dalam sejarah, bersama dengan Aristoteles dan Gottlob Frege, karya Gödel diakui bertahun-tahun setelah kematiannya pada 1978. Teori-teori Gödel kemudian diambil oleh ilmuwan lain yang berusaha membuktikan keberadaan Tuhan melalui rumus matematika. Meski tampak sudah ada beberapa temuan tentang keberadaan Tuhan, ada banyak kekurangan dalam penelitian itu sendiri. Hal itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan mungkin uji coba. Maria Zain, penulis di About Islam, mengungkapkan, sebenarnya manifestasi keberadaan Allah SWT bisa dilihat di sekeliling kita dan tidak membutuhkan cara yang rumit untuk membuktikan hal tersebut. “Manusia dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk menyembah Sang Pencipta,” kata Maria dalam tulisannya di About Islam berjudul Manifestation of God Through Science All Around Us. Al-Qur’an sering berbicara tentang manusia yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni kebutuhan bawaan untuk menyembah Tuhannya. Di dalam fitrah ini, terdapat pula kebaikan bawaan dalam diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia yang diciptakan Tuhan. “Namun, karena pola asuh atau lingkunganlah manusia mulai menjauh dari fitrah ini,” kata Maria. Fitrah juga sangat erat kaitannya dengan alam. Anak-anak, yang paling dekat dengan fitrah, tidak tercemar dan tidak tersentuh oleh hal-hal negatif di sekitarnya, seringkali sangat dekat dengan alam. Dahulu, sudah menjadi kebiasaan orang Arab untuk mengirim anak-anak mereka ke alam bebas saat masih bayi. Saat dewasa mereka dapat menikmati padang pasir, daripada harus berlarian di jalanan kota yang padat. Nabi Muhammad (SAW) menghabiskan beberapa tahun hidupnya di padang pasir sebelum kembali ke Makkah. Itu membantu kesehatan fisik, mental, dan emosional Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut menjadi fondasi yang kuat sebelum diutus menjadi nabi. “Anak-anak melihat banyak hal di alam, dan manifestasi keberadaan Tuhan pada dasarnya ada di mana-mana di lingkungan. Anak-anak mungkin senang melihat burung-burung mematuk makanan; atau mereka mungkin senang memetik bunga; anak-anak di tepi pantai atau di tepi danau akan bermain air,” ujar Maria. Anak-anak juga terpesona oleh serangga: semut, lebah, dan sejenisnya. Mereka juga berbicara tentang struktur yang berbeda, seperti pohon dan gunung. Meskipun hal ini mungkin terlihat sederhana, namun bisa dipelajari dari rasa ingin tahu anak-anak yang cenderung sangat terhubung dengan alam. Kecenderungan itu juga terhubung kepada Tuhan. Salah satu contoh Al-Qur’an berbicara tentang sains bisa ditemukan dalam Surah An-Nahl ayat 79. Allah SWT berfirman, “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS An-Nahl: 79). Para ilmuwan telah lama mempelajari penerbangan burung dan rute migrasi mereka. Mereka telah menemukan ketepatan dalam keberangkatan dan kedatangan burung dari satu tempat ke tempat lain. Para ilmuwan juga menemukan kemampuan burung untuk menavigasi, bahkan pada perjalanan perdana, sebagai burung yang masih sangat muda. Kemampuan mereka untuk melakukan hal tersebut hanya dapat terwujud jika Allah memegang kendali atas semua hal di atas, dan Dia memang memegang kendali atas semua itu. Madu merupakan obat yang sangat mujarab bagi para penggemar alam. Bahkan, para ilmuwan pun mengakui daftar panjang manfaatnya, mulai dari bahan untuk sistem kekebalan tubuh yang kuat hingga obat untuk pilek. Al-Qur’an juga menyebutkan air beberapa kali: “Maka apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya? Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka tidak beriman?” (QS Al-Anbya’: 30). Ilmu pengetahuan memperkuat kebutuhan manusia akan konsumsi air bersih untuk bertahan hidup. Para ilmuwan juga telah “menemukan” ketergantungan bumi terhadap unsur utama penyusunnya, yaitu air. Al-Qur’an juga berbicara tentang geologi: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS An-Naba’: :6-7). Pelajaran geologi dasar memberitahu tentang struktur kerak bumi yang tipis dan “pasak” diperlukan untuk menyatukan kerak bumi. Pohon-pohon melakukan hal itu pada tingkat mikro, tetapi gunung adalah pasak besar yang menahan bidang-bidang yang lebih besar di satu tempat dan mencegahnya runtuh dalam cuaca buruk. “Meskipun contoh-contoh ini mungkin tampak abstrak, tidak perlu ilmu roket untuk mengetahui bahwa keajaiban-keajaiban ini adalah bukti bahwa penciptaan mereka adalah dari jenis lain – jelas bukan buatan manusia! Dan meskipun ini bukan ilmu roket, hal ini membutuhkan refleksi yang mendalam dari seseorang,” tutur Maria. Jadi, semakin dekat manusia dengan alam, semakin terasah pula kecerdasannya, dan semakin dekat pula dengan Allah SWT. Penulis dan psikolog klinis, Kay Redfield Jamison, menulis tentang pentingnya anak-anak berada di luar ruangan untuk mengembangkan kecakapan intelektual mereka. “Di antara manfaat bermain di luar ruangan, termasuk: meningkatkan rangsangan multi-indera, merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu, serta mengurangi kecemasan, sekaligus membangun kepercayaan diri dan harga diri,” ujar Maria. Anak-anak juga menjadi lebih terhubung dengan diri mereka sendiri dan orang lain hanya dengan menghabiskan waktu bersama alam. Hal itu menunjukkan berada di sekitar ciptaan Allah SWT menanamkan rasa empati dan kebaikan. Oleh karena itu, melihat hal-hal di alam dan terhubung dengan lingkungan terkait dengan kesehatan secara keseluruhan, termasuk kecakapan intelektual yang melihat melampaui logika matematika dan rumus ilmiah. “Penerimaan secara sadar dan penghormatan terhadap Allah SWT sebagai Pencipta dunia dan segala sesuatu di dalamnya tidak dapat diukur, tetapi tanda-tanda keberadaan Tuhan selalu ada,” kata Maria. (har)

Read More

Prof Quraish Shihab Membantah Pernyataan Panji Tentang Al Quran Bukan Kalamullah

Jakarta — 1miliarsantri.net : Alquran adalah Kalamullah, perkataan Allah yang merupakan wahyu suci. Tiada satu pun makhluk yang menciptakan Alquran, termasuk Nabi Muhammad SAW. Namun, dikutip dari akun youtube resmi Al Zaytun dengan tema Manusia dan Kemanusiaan part 1, Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang yang ditetapkan tersangka kasus penistaan agama sejak Selasa (01/08/2023), pernah mengatakan demikian: “Saya sejak awal tahun berdiri Ma’had ini sudah menganjurkan baca, baca, mengapa? Nabi Muhammad juga sudah mendeclare dzalikal kitab la roib. Itu nabi Muhammad yang mendeclare itu atas Wahyu Ilahi, bukan Kalam Allah. Kalam Nabi Muhammad yang didapat daripada wahyu. Nah kalau Allah berbahasa Arab, susah nanti ketemu dengan orang Indramayu. Prewek ngga ngerti, Gusti Allah ngga ngerti kalau, artinya bacalah semua itu saudara-saudara dzalikal kitab la roibaz, Alkitab, Alkitab ini mungkin Perjanjian Lama.” Benarkah Alquran bukan perkataan Allah SWT? Sekali lagi, Alquran adalah Kalamullah, perkataan Allah yang merupakan wahyu suci. Tiada satu pun makhluk yang menciptakan Alquran, termasuk Nabi Muhammad SAW. Buktinya adalah ketika Rasulullah SAW pernah ditegur Allah SWT sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran. Namun demikian yang perlu digarisbawahi adalah, teguran ini sama sekali tidak melunturkan akhlak Nabi yang mulia dan tiada bandingannya dari makhluk apapun. Teguran itu dilakukan sebagai tindak ucapan beliau yang dinilai Allah SWt sebagai hal yang kurang wajar lahir dari seorang yang dijadikan teladan. Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran mengatakan, teguran-teguran kepada Nabi Muhammad SAW yang ditemukan dalam Alquran ada yang keras dan tegas serta ada pula yang ringan lagi halus. Salah satu contohnya adalah suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul bersama pemuka-pemuka musyrik untuk menjelaskan ajaran Islam kepada mereka. Tiba-tiba dalam pertemuan itu masuk seorang buta, yakni Abdullah bin Ummi Maktum sambil bersuara keras. Dia berbicara dengan suara keras kepada Nabi, “Muhammad, Muhammad, ajarkanlah aku sebagian yang diajarkan Tuhan kepadamu.” Tentu saja, kedatangan dan suaranya yang lantang itu mengganggu Nabi yang sedang menghadapi tokoh-tokoh musyrik yang diharapkan keislamannya. Melihat dan mendengar kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum, wajah Nabi menjadi kusut dan berpaling tidak menghiraukan kedatangannya. Sikap ini dinilai Allah SWT tidak wajar dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan karena itulah turun teguran Allah SWT sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran Surah Abasa ayat 1-12. عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ وَهُوَ يَخْشَىٰ فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ Yang artinya, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan diri (dari dosa) atau (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada celaan atasmu apabila dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk memperoleh pengajaran), sedangkan dia takut (kepada Allah) maka engkau mengabaikannya. Sekali-kali jangan (berbuat demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan adalah suatu peringatan, maka siapa yang menghendaki tentulah dia memperhatikannya.” Contoh lainnya dari teguran Allah SWT kepada Nabi adalah ketika terjadi saat Perang Uhud. Puluhan sahabat Nabi gugur sedangkan Nabi sendiri terluka hingga giginya patah dan wajah beliau berlumuran darah. Saat itu Nabi bersabda: كيف يفلح قوم خضبوا وجه نبيهم بالدم، وهو يدعوهم إلى ربهم Yang artinya, “Bagaimana mungkin suatu kaum akan memperoleh kebahagiaan, sedangkan mereka melukai wajah Nabi mereka sehingga berlumuran darah, padahal dia mengajak mereka ke jalan Tuhan.” Prof Quraish menjelaskan bahwa dalam kesempatan itu pula konon Nabi SAW bermohon kepada Allah SWT untuk mengutuk mereka.Ucapan Nabi ini kemudian ditegur dengan tegas dan keras oleh Allah SWT melalui firman-Nya yang diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 128. Allah SWT berfirman: لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ Yang artinya, “Tidak ada sedikit pun kewenangan dalam urusan mereka. Allah mengampuni mereka atau menyiksa mereka karena sesungguhnya mereka itu orang yang berlaku aniaya.” Tentunya, Prof Quraish menjelaskan, teguran yang dilakukan Allah kepada Nabi ini dapat diambil hikmahnya. Apakah seseorang menduga bahwa teguran-teguran itu akan terdengar apalagi diabadikan jika ayat-ayat tersebut Nabi sendiri yang menyusunnya? Adakah seorang pemimpin yang rela kesalahan-kesalahannya dipaparkan bahkan diabadikan dalam catatan resmi? Pasti tidak ada. Namun di sini Alquran, menurut Prof Quraish, mengabadikan itu karena memang Alquran bukanlah karangan Nabi Muhammad SAW sehingga salah satu hikmah yang barangkali ingin ditampakkan Allah SWT dari teguran itu kepada umat manusia adalah bahwa Alquran benar-benar murni Kalamullah. (lim)

Read More