Terbaru Diluncurkannya Tafsir Al-Mishbah Dalam Bentuk Aplikasi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang tentang pengajaran Al-Qur’an. Ulama di Indonesia terus berupaya mengajarkan Al-Qur’an melalui tafsir, bahkan sejak abad ke-17. Salah satu tafsir yang cukup dikenal masyarakat Indonesia adalah “Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an” karya Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab (MQS), yang telah diakui oleh para ulama di dalam dan luar negeri. Setelah hadir dalam bentuk buku dan audio visual di program televisi, dengan penuh rasa syukur, Selasa (31/10/2023) Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) meluncurkan Aplikasi Tafsir Al-Mishbah yang dirancang untuk membuat ajaran Al-Qur’an lebih mudah diakses seluruh lapisan masyarakat pada era digitalisasi yang pesat. Tafsir Al-Mishbah memiliki gaya bahasa penulisan yang mudah dicerna oleh segenap kalangan, dan menjadi salah satu karya tafsir paling komprehensif dalam mengulas setiap ayat Al-Qur’an, yang disertai dengan contoh konkret dan relevan dengan realitas sosial serta budaya Indonesia. Hal ini pun diturunkan ke dalam bentuk aplikasinya. “Dengan hadirnya Aplikasi Tafsir Al-Mishbah sebagai manifestasi dari Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), semoga dapat menjadikan Al-Qur’an lebih dekat dan mudah diakses oleh publik. “Ini merupakan langkah penting untuk memperluas kesempatan dan keterjangkauan bagi masyarakat untuk memahami makna setiap ayat dalam Al-Qur’an dengan lebih mudah dan fleksibel, di mana pun dan kapan pun,” menurut Nasywa Shihab, Direktur Utama Penerbit Lentera Hati, sebagai penerbit buku Tafsir Al-Mishbah. Sesuai dengan arti dari kata Al-Mishbah yaitu pelita yang dapat memberi penerangan bagi yang berada dalam kegelapan. Hal itu sejalan dengan motivasi dari sang penulis dan pendiri Pusat Studi Al-Qur’an, Prof. Quraish Shihab, ketika membuat Tafsir Al-Misbah. “Harapannya, Tafsir Al-Mishbah dalam bentuk aplikasi ini dapat terus memberi kemudahan bagi umat Islam di mana pun, khususnya Indonesia, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dari setiap ayat dalam Al-Quran serta membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul dalam pemikiran masyarakat sehingga mereka dapat konsisten menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan,” ujarnya. Tafsir Al-Mishbah dengan berbagai keunggulannya, menjadikannya sebuah karya tafsir yang sangat istimewa. Ini juga tertuang dalam fitur yang terdapat dalam aplikasi ini. Melalui aplikasi ini, umat Muslim di Indonesia tidak hanya dapat mempelajari makna dari setiap ayat dalam Al-Qur’an di mana pun mereka berada, namun juga mendapat kemudahan dalam mencari pembahasan tertentu yang mengarahkan pada tafsir ayat sesuai dengan topik. “Sehingga target pengguna seperti masyarakat umum yang baru mulai belajar tentang Al-Qur’an, ataupun para akademisi yang mencari referensi, bisa mendapatkan jawaban atau arahan dengan cepat,” jelas Arkka Dhiratara, CEO Hukum Online yang juga Tech. Advisor Tafsir Al-Mishbah Apps. Tafsir Al-Mishbah akan terus mengembangkan beragam fitur untuk mempermudah proses pembelajaran Al-Qur’an, termasuk akan tersedianya terjemahan tafsir dalam bahasa Inggris, serta penambahan materi audio video kajian Tafsir Al-Mishbah yang telah disiarkan di salah satu stasiun TV nasional. KH. Ulil Abshar Abdalla,, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan, bahasa Arab di dalam Al-Qur’an memiliki kedalaman dan nuansa yang sangat kaya. Maka itu, menjadi tantangan tersendiri bagi seorang mufasir untuk melakukan interpretasi dan penekanan terhadap apa yang sebenarnya dimaksud Al-Qur’an. Menurut dia, hal istimewa dari Tafsir Al-Mishbah adalah kemampuannya untuk menjelaskan secara terperinci makna-makna kata yang dikandung dalam Al-Qur’an. Terlebih penulisnya, Prof. Quraish Shihab, terus terlibat dalam pengembangan-pengembangan Tafsir Al-Mishbah hingga menjadi bentuk aplikasi seperti sekarang. “Keterlibatan penulis dapat dimaknai dengan jaminan. konsistensi kualitas Tafsir Al-Mishbah dalam ragam platform sehingga bisa dinikmati oleh publik secara lebih luas. Termasuk ke depan rencana penerjemahan Tafsir Al-Mishbah ke dalam Bahasa Inggris,” ujar Ulil. Pusat Studi Al-Qur’an merupakan organisasi nirlaba yang konsisten menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui berbagai program dan inisiasinya, salah satunya adalah aplikasi Tafsir Al-Mishbah ini. “Aplikasi ini terwujud tidak luput dari dukungan para donatur yang sejalan dengan nilai yang dianut Pusat Studi Al-Qur’an dan menjadikan aplikasi ini sebagai wakaf produktif. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan aksesibilitas dan kekayaan sumber belajar Al-Qur’an bagi para pembaca kami dengan terus melakukan perkembangan melalui program yang inovatif dan relevan,” tutup Nasywa. (yan) Baca juga :

Read More

Masjid Al Aqsa Merupakan Saksi Peristiwa Perjalanan Isra Mi’raj

Surabaya — 1miliarsantri.net : Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Palestina memiliki fadhilah yang besar dalam Islam. Salah satunya, Masjid Al-Aqsa merupakan saksi atas peristiwa perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman: سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَاررَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (QS Al Isra ayat 1) Ulama Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, Masjid Al-Aqsa adalah tempatnya para nabi dari zaman Nabi Ibrahim AS. Karena hal inilah, para nabi itu berkumpul di Masjid Al-Aqsa, lalu Nabi Muhammad SAW mengimami mereka dalam sholat. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin termulia dan terdepan. Hal tersebut disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: لَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي الْحِجْرِ وَقُرَيْشٌ تَسْأَلُنِي عَنْ مَسْرَاايَ فَسَأَلَتْنِي عَنْ أَشْيَاءَ مِنْ بَيْتِ اللْمَقْدِسِ لَمْ أُثْبِتْهَا فَكُرِبْتُ كُرْبَةً مَا كُرِبْتُ مِثْلَهُ قَطُّ قَالَ فَرَفَعَهُ اللَّهُ لِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مَا يَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَنْبَأْتُهُمْ بِهِ وَقَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذَا مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي فَإِذَا رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَإِذَا عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَقْرَبُ النَّاسِ بِهِ شَبَهًا عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِيُّ وَإِذَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّللَام قَائِمٌ يُصَلِّي أَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَصَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَمْتُهُمْ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ قَائِلٌ يَا مُحَمَّدُ هَذَا مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلَامِ “Aku telah melihat diriku sendiri dalam sebuah mimpi ketika di hijr, orang-orang quraisy bertanya kepadaku mengenai perjalanan malamku (pada waktu Isra dan Miraj). Mereka menanyakan beberapa hal mengenai Baitul Maqdis yang belum aku ketahui dengan pasti sehingga aku pun merasakan kesusahan yang sama sekali belum pernah aku rasakan sebelumnya.” Beliau bersabda lagi, “Maka Allah pun mengangkatnya untukku agar aku dapat melihatnya. Dan tidaklah mereka menanyakan kepadaku melainkan aku pasti akan menjawabnya. Aku telah melihat diriku bersama sekumpulan para Nabi. Dan tiba-tiba aku diperlihatkan Nabi Musa yang sedang berdiri melaksanakan sholat, ternyata dia adalah seorang lelaki yang kekar dan berambut keriting, seakan-akan orang bani Syanuah. Aku juga diperlihatkan Isa bin Maryam yang juga sedang berdiri melaksanakan shalat. Urwah bin Masud Ats Tsaqafi adalah manusia yang paling mirip dengannya. Telah diperlihatkan pula kepadaku Nabi Ibrahim yang juga sedang berdiri melaksanakan shalat, orang yang paling mirip denganya adalah sahabat kalian ini; yakni diri beliau sendiri. Ketika waktu sholat telah masuk, aku pun mengimami mereka semua…” (HR Muslim) Nabi SAW secara eksplisit menyebutkan bahwa beliau berada di depan semua rasul dan beliau SAW memimpin mereka. Kemudian para rasul itu sholat di belakang Nabi Muhammad SAW sebagai pengakuan atas status dan keutamaan Nabi Muhammad SAW. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa risalah yang dibawa Nabi Muhammad merupakan penyempurna atas risalah yang mendahuluinya. Sehingga, risalah terdahulu itu tidak boleh diamalkan atau dijadikan pedoman. Adapun Masjid Al-Aqsa, merupakan tugas risalah terakhir yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Seluruh rasul dan nabi telah menyerahkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, Masjid Al-Aqsa diperuntukkan bagi kaum Muslimin sampai Hari Kiamat kelak, sebagaimana kesaksian para rasul. (yat) Baca juga :

Read More

Tunggu Kiamat Jika Urusan Diserahkan Bukan ke Ahlinya

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ada banyak hadits tentang tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat. Hal yang umum diketahui tentang tanda kiamat ialah terjadinya huru-hara di akhir zaman dan pecahnya perang besar serta kemenangan umat Islam. Namun ada hal lain yang sebetulnya juga termasuk tanda kian dekatnya kiamat. Dasarnya ialah hadits riwayat Abu Hurairah RA yang tercantum dalam Shahih Bukhari. Berikut ini bunyi hadits lengkapnya: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ Terjemahan:Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa ketika Nabi Muhammad SAW berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya, “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun, Nabi SAW tetap melanjutkan pembicaraan beliau. Sebagian orang berkata, “Beliau mendengar perkataannya, akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu.” Dan ada pula sebagian yang berkata, “Beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi SAW menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata, “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” Orang (yang bertanya) itu berkata, “Saya, wahai Rasulullah!” Maka Nabi SAW bersabda, “Bila sudah hilang amanah, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi SAW bersabda, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” (HR. Bukhari) Dikutip dari Dorar, dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW sedang mengajarkan orang-orang ihwal perkara agama dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Nabi SAW menjelaskan kepada mereka tentang kebenaran dan memperjelas sesuatu yang bermanfaat bagi mereka dalam urusan dunia dan akhirat. Dari hadits itu juga, Abu Hurairah RA meriwayatkan Nabi Muhammad SAW sedang berbicara kepada para sahabat dan mengajari mereka. Lalu, datanglah seorang lelaki Badui yang tinggal di padang pasir, dan bertanya tentang kapan hari kiamat. Namun, Nabi SAW tidak langsung menjawabnya. Ini mengajarkan kepada setiap Muslim untuk tidak menghentikan apa yang sedang dibicarakannya kepada para pendengar atau orang-orang yang sedang menyimak bicaranya. Tujuannya agar orang-orang yang menyimak itu memahami apa yang disampaikan, yang dalam hal ini adalah para sahabat dalam memahami apa yang disampaikan oleh Nabi SAW. Setelah majelis itu selesai, barulah Nabi SAW menjelaskan kepada lelaki Badui itu tentang kapan kiamat. Nabi SAW menjawab, “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” Maksud dari ‘Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya’, yaitu ketika suatu urusan ditangani oleh orang-orang yang tidak ahli agama, tidak jujur, tidak amanah, dan orang-orang yang membantu mereka dalam kezaliman dan maksiat. Ini mengacu pada para pemimpin yang mengabaikan amanah yang telah Allah berikan kepada mereka, sehingga pelanggar amanah atau pengkhianat ini pun mendapat kepercayaan dari rakyatnya. Kala itu, orang-orang yang amanah justru dikhianati. Ini terjadi hanya ketika kebodohan merajalela. Adapun orang-orang yang memegang pada kebenaran itu lemah dalam berbuat. (yat) Baca juga :

Read More

Doa Para Malaikat Penyangga Arsy, Khusus Untuk Mereka Yang Beriman

Surabaya — 1miliarsantri.net : Wajib hukumnya bagi setiap Muslim untuk memercayai adanya Arsy. Dalam Alquran, ada 21 kali penyebutan Arsy yang disandarkan kepada Allah SWT. Dalam Alquran surat Al Mu’min (Al Ghaafir) ayat 7 dijelaskan bahwa ada para malaikat yang bertugas menyangga Arsy. الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا… Artinya: “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan) ….”” Dalam kitab Min Wahyi al-Quran karya Syekh Yasin Muhammad Yahya dijelaskan bahwa ada malaikat hamalatul Arsy (penyangga Arsy) dan ada malaikat yang berada di sekitar Arsy. Para malaikat itu selalu bertasbih mensucikan Allah SWT dan memohon ampunan untuk orang beriman. Malaikat ini memohon ampunan untuk orang yang beriman yang bertobat. Bila kaum beriman dimohonkan ampunan oleh malaikat hamalatul Arsy berarti derajat orang yang didoakan malaikat itu di atas rata-rata, jadi ketika orang tersebut betul-betul mendekatkan diri kepada Allah SWT, malaikatlah yang mendoakannya. Para malaikat juga memohon agar kaum beriman dijauhkan dari siksa neraka. Malaikat hamalatul Arsy dan yang berada di sekeliling Arsy juga memohon agar orang beriman dimasukan ke surga. Selain itu para malaikat juga memohon agar orang tua, istri, dan keturunan orang yang beriman mendapatkan kebaikan di akhirat. Para malaikat juga mendoakan kaum beriman agar terjaga dari keburukan yaitu dari akidah yang rusak dan dari perbuatan buruk. Para malaikat penyangga Arsy adalah para malaikat yang memiliki keutamaan dibanding malaikat lainnya. Bahkan dalam tafsir ar-Razi dijelaskan bahwa malaikat penyangga Arsy adalah malaikat yang paling utama. Sebab itu Allah SWT memerintahkan para malaikat menyampaikan salam sebagai penghormatan kepada malaikat hamalatul Arsy. Jumlah malaikat penyangga Arsy sebanyak 8 malaikat. Ada keterangan yang menyebutkan bahwa Allah SWT menciptakan Arsy dari permata hijau. Arsy memiliki tiang penyangga yang jaraknya ibarat burung yang sangat cepat perlu 80 ribu tahun untuk menempuhnya. Namun demikian keterangan tersebut sebatas simbolik untuk menggambarkan betapa luasnya Arsy dan Mahaagungnya kekuasaan Allah SWT. Selain para malaikat penyangga Arsy ada juga malaikat yang mengitari Arsy. Terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa ada sebanyak 70 ribu baris malaikat bertawaf mengelilingi Arsy dan bertahlil serta bertakbir. Di belakangnya terdapat lagi 70 ribu baris malaikat dan di belakangnya terdapat lagi 100 ribu baris malaikat yang bertasbih, tahlil, dan takbir. Mereka memohon ampun untuk orang yang beriman dengan doa sebagai berikut: رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (QS Al Mu’min/ Ghaafir ayat 7) رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al Mu’min/ Ghaafir ayat 8) وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ ۚ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS Al Mu’min / Ghafir ayat 9). (yat) Baca juga :

Read More

Sungai Nil adalah Sumber Air Utama Bagi Penduduk Mesir

Surabaya — 1miliarsantri.net : Dikisahkan ketika Amr bin al-Ash bin Wa’il bin Hisyam menjabat sebagai gubernur Mesir pada masa Khulafaur Rasyidin, Sungai Nil adalah sumber air utama bagi penduduk Mesir. Sungai Nil adalah pendukung ekonomi penting yang mendukung sektor pertanian dan perikanan di Mesir. Kehidupan penduduk Mesir kala itu bergantung kepada Sungai Nil, dan dalam prosesnya muncullah tradisi memberikan tumbal gadis perawan untuk dipersembahkan kepada Sungai Nil. Amr bin al-Ash saat menjabat gubernur Mesir mengirimkan surat kepada Umar bin Khattab radhiyallahu anhu tentang tradisi penduduk Mesir, yaitu melemparkan tumbal berupa seorang gadis perawan ke Sungai Nil setiap tahun. Penduduk Mesir pernah berkata kepada Amr bin al-Ash, “Wahai Amir (pemimpin), sesungguhnya kami memiliki tradisi berkaitan dengan sungai, dan sungai ini tidak akan mengalir kecuali dengan (menjalankan) tradisi itu.” Amr bin al-Ash sang gubernur Mesir bertanya kepada mereka, “Tradisi apakah itu?” Penduduk Mesir menjawab, “Apabila telah berlalu 12 malam dari bulan ini, kami mengambil gadis perawan dari kedua orang tuanya. Kami mempercantik gadis perawan itu dengan perhiasan dan pakaian yang terbaik, lalu melemparkannya ke Sungai Nil sehingga air sungai pun kembali mengalir.” Amr bin al-Ash berkata, “Perbuatan itu tidak diperbolehkan dalam Islam, dan sesungguhnya Islam datang untuk meruntuhkan ajaran yang ada sebelumnya.” Akhirnya penduduk Sungai Nil pun memutuskan untuk menunggu (kemungkinan yang akan terjadi) selama beberapa bulan. Ternyata air Sungai Nil tetap tidak mengalir, baik sedikit maupun banyak, hingga mereka bermaksud pindah ke tempat lain. Umar bin Khattab kemudian menjawab surat sang gubernur Mesir, “Kamu benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut. Aku melampirkan secarik kertas untuk kamu bersama surat ini. Lemparkanlah kertas itu ke Sungai Nil.” Kemudian Amr bin al-Ash membuka kertas tersebut sebelum melemparkannya ke Sungai Nil. Kertas tersebut bertuliskan seperti ini. “Dari hamba Allah, Amirul Mukminin Umar kepada Nil dan penduduk Mesir. Amma ba‘du.” “Jika kamu mengalir karena keinginan dan kuasamu sendiri, tak usahlah kau mengalir, kami tidak memerlukannya. Akan tetapi jika Allah Al-Wahid Al-Qahhar (Yang Mahaesa dan Mahamengalahkan) yang membuatmu mengalir, kami memohon kepada Allah agar membuatmu mengalirkan air.” Kemudian Amr bin al-Ash melempar kertas tersebut ke Sungai Nil. Keesokan harinya, ternyata Allah SWT telah mengalirkan Sungai Nil dengan ketinggian air mencapai enam belas hasta dalam satu malam. Dengan itulah Allah SWT menghilangkan tradisi buruk penduduk Mesir hingga sekarang. (yat) Baca juga :

Read More

Istiqomah Adalah Bentuk Kecintaan Kita Kepada Allah

Surabaya — 1miliarsantri.net : Ketika kita merenungkan hadits mulia yang disampaikan oleh Rasulullah SAW : “Katakanlah ‘Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah,” kita disajikan dengan inti dari identitas seorang Muslim yang sejati. Hadits ini mengajarkan bahwa istiqamah yang benar adalah kunci dalam Islam, dan hal ini mencakup tiga rukun yang esensial dalam kehidupan seorang Muslim. Pertama-tama, mari kita bahas istiqamah dengan lisan. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk mengucapkan, “Aku beriman kepada Allah.” Ini adalah permulaan yang sangat penting. Dengan lisan, kita mengakui keimanan kita kepada Allah, Sang Pencipta, dan Sang Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Ini adalah fondasi dari keyakinan kita sebagai seorang Muslim. Namun, kita harus menyadari bahwa pengakuan semata dengan lisan tidak cukup. Hanya dengan mengucapkan kata-kata ini tanpa tindakan nyata, keimanan kita tidak akan benar-benar bersinar. Inilah mengapa kita perlu beralih ke rukun yang kedua, yaitu istiqamah dengan hati dan anggota badan. Rasulullah mengingatkan kita untuk “beristiqamah.” Ini mengisyaratkan kepada kita bahwa iman yang sejati memerlukan kesinambungan dan konsistensi dalam tindakan kita sehari-hari. Kita harus hidup sesuai dengan nilai-nilai iman kita. Ini mencakup perilaku, etika, dan tindakan kita terhadap sesama manusia dan alam semesta. Istiqamah dengan hati dan anggota badan adalah pengamalan nyata dari iman kita, yang terpancar dalam tindakan nyata yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Namun, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, pengakuan dengan lisan dan amal perlu diikuti oleh yang ketiga, yaitu ketetapan dalam beriman kepada Allah. Ini adalah bentuk istiqamah yang paling agung. Ketika kita berbicara tentang beristiqamah di atas tauhid dalam mengenal Allah, ini berarti kita menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup kita. Tauhid adalah inti dari ajaran Islam, yaitu keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan diharapkan. Oleh karena itu, istiqamah dalam tauhid adalah kunci untuk memahami dan menjalani agama Islam. Beribadah kepada Allah adalah manifestasi lain dari istiqamah ini. Kita harus menjalani ibadah kita dengan tekun, khusyuk, dan tulus kepada Allah semata. Ketika kita beribadah, kita harus menjadikan Allah sebagai fokus utama, tidak tergoyahkan oleh godaan atau gangguan dunia. Kita juga harus merasakan takut kepada Allah, sebuah bentuk hormat dan kesadaran akan kebesaran-Nya. Ini akan membimbing kita untuk menjauhi perbuatan dosa dan melaksanakan perintah-Nya dengan penuh ketakwaan. Mengagungkan Allah adalah wujud dari istiqamah dalam mengenal-Nya. Allah adalah Maha Suci dan Maha Agung, dan kita harus senantiasa merenungkan keagungan-Nya. Ini akan memperkuat rasa kagum dan penghormatan kita terhadap-Nya. Ketika kita mengagungkan Allah, kita akan merasa sangat bersyukur atas segala karunia yang diberikan-Nya kepada kita. Mengharapkan pahala-Nya adalah salah satu aspek lain dari istiqamah. Saat kita beriman dengan kuat kepada Allah dan beramal saleh, kita meyakini bahwa Allah akan memberikan pahala yang besar kepada kita di akhirat. Keyakinan ini adalah pendorong bagi kita untuk terus berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan buruk. Selain itu, berdoa kepada Allah adalah tindakan penting yang menunjukkan istiqamah kita dalam mengenal-Nya. Doa adalah sarana komunikasi langsung kita dengan Sang Pencipta. Kita harus senantiasa berdoa kepada Allah, memohon petunjuk, bimbingan, dan pertolongan-Nya dalam setiap langkah hidup kita. Bertawakal kepada Allah adalah bentuk kepercayaan yang dalam bahwa Allah adalah pelindung dan pemelihara sejati. Ketika kita bertawakal kepada-Nya, kita merelakan segala urusan kita kepada Allah dan meyakini bahwa Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Ini juga merupakan ungkapan nyata dari istiqamah. Terakhir, tetapi sangat penting, adalah menjauhi perbuatan syirik atau berpaling kepada selain Allah. Istiqamah dalam tauhid juga mencakup keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Kita tidak boleh menyekutukan-Nya dengan yang lain atau menggantikan-Nya dengan sesuatu atau seseorang yang lain. Hal ini adalah prinsip mendasar dalam Islam. Dengan merenungkan tiga rukun istiqamah ini, kita dapat melihat betapa pentingnya untuk hidup sebagai seorang Muslim yang istiqamah. Ini adalah jalan menuju keselamatan dan keberkahan, serta cara kita dapat memenuhi tujuan hidup yang sejati, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa istiqamah bukanlah perkara yang mudah. Hidup dalam konsistensi dan kesetiaan terhadap nilai-nilai Islam adalah tantangan yang nyata. Dunia seringkali menawarkan godaan dan distraksi yang dapat membuat kita tersesat dari jalan yang benar. Oleh karena itu, kita perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk memperkuat istiqamah kita. Pertama, kita perlu terus-menerus meningkatkan pemahaman kita tentang Islam. Semakin dalam kita memahami ajaran agama, semakin mudah bagi kita untuk menjalankannya dengan istiqamah. Kita dapat melakukan ini dengan membaca Al-Quran, mempelajari hadits, dan menghadiri ceramah agama. Kedua, kita harus menjaga hubungan yang kuat dengan komunitas Muslim. Teman-teman seiman dan masyarakat Muslim dapat memberikan dukungan, motivasi, dan bimbingan yang diperlukan untuk tetap istiqamah. Kita bisa bergabung dalam kelompok doa, menghadiri kajian agama, atau terlibat dalam kegiatan sosial yang positif. Ketiga, kita perlu merenungkan dan memperbaiki diri secara terus-menerus. Introspeksi diri adalah kunci untuk mengidentifikasi dan mengatasi kelemahan kita dalam menjalani istiqamah. Dengan kesadaran diri yang kuat, kita dapat menghindari godaan dan perbuatan dosa. Keempat, berdoa kepada Allah untuk menjaga dan memperkuat istiqamah kita. Allah adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Dengan doa yang tulus, kita dapat memohon pertolongan-Nya dalam menjalani istiqamah. Doa adalah senjata yang ampuh dalam perjalanan menuju Allah. Terakhir, kita harus ingat bahwa istiqamah adalah proses yang berkelanjutan. Kita mungkin akan menghadapi rintangan dan kegagalan di sepanjang jalan. Namun, yang terpenting adalah kita tidak boleh menyerah. Kita harus terus berjuang, bangkit kembali setelah jatuh, dan berupaya menjadi lebih baik. Kesimpulannya, hadits mulia ini mengajarkan kita pentingnya istiqamah dalam Islam. Iman, lisan, tindakan, dan keyakinan yang teguh dalam tauhid adalah komponen-komponen utama dalam menjalani istiqamah. Hidup sebagai seorang Muslim yang istiqamah adalah tantangan, tetapi juga merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Dengan komitmen dan usaha yang sungguh-sungguh, kita dapat meraih istiqamah yang sejati dan mengalami keberkahan dalam kehidupan ini dan di akhirat kelak. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua. (yat) Baca juga :

Read More

Kelemahan Setan Dijelaskan dalam Al-Qur’an Yakni Kekuatan Ketakwaan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Surat Al-Anfal Ayat 48 adalah salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menggambarkan kelemahan dan pengecutnya setan ketika ia berhadapan dengan kekuatan dan ketakutan kepada Allah. Ayat ini mengandung pelajaran penting tentang perlunya kita sebagai manusia untuk senantiasa berlindung dan berserah diri kepada Allah agar terhindar dari godaan setan. Pertama-tama, Surat Al-Anfal Ayat 48 menjelaskan tentang peristiwa pertempuran Badar, sebuah peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam. Di sinilah setan mencoba untuk mempengaruhi kaum musyrikin dengan menyatakan bahwa mereka tidak akan terkalahkan dan bahwa dirinya adalah penolong mereka. Setan mencoba untuk memanfaatkan kelemahan manusia, yaitu keragu-raguan dan kekhawatiran dalam menghadapi pertempuran yang sulit. Namun, ketika pertempuran benar-benar dimulai, setan dengan cepat berpaling dan berlepas diri dari kaum musyrikin. Ini menunjukkan bahwa setan sebenarnya adalah makhluk yang lemah dan pengecut. Apa yang dapat kita pelajari dari ayat ini adalah bahwa setan hanya dapat mempengaruhi manusia selama manusia itu sendiri membiarkannya. Ketika seseorang memiliki ketakwaan kepada Allah dan keimanan yang kuat, setan tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya. Ini adalah pelajaran penting tentang kekuatan iman dan ketakwaan yang dapat memberikan perlindungan dari godaan setan. Untuk berlindung dari godaan setan, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil: Dengan menjaga ingatan kepada Allah dan membaca Al-Qur’an secara teratur, kita memperkuat ikatan spiritual kita dengan-Nya. Ini membantu kita tetap fokus pada nilai-nilai yang benar dan menjauhkan diri dari godaan setan. Mengerti dan memperkuat iman kita adalah kunci untuk menghadapi godaan setan. Semakin kokoh keyakinan kita, semakin sulit bagi setan untuk mempengaruhi kita. Ibadah adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Melaksanakan ibadah wajib seperti shalat dan puasa, serta melaksanakan ibadah sunnah, dapat membantu kita memperkuat hubungan spiritual kita dan menjauhkan diri dari godaan setan. Salah satu taktik setan adalah menggoda manusia untuk melakukan perbuatan dosa. Dengan menjauhi perbuatan dosa dan maksiat, kita melindungi diri kita dari godaan setan. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki nilai-nilai yang baik dan saleh dapat memberikan dukungan moral dan spiritual. Mereka dapat membantu kita tetap teguh dalam iman dan menjauhkan diri dari godaan setan. Doa adalah alat yang kuat untuk meminta perlindungan dari Allah terhadap godaan setan. Ketika kita merasa tergoda atau terancam, kita harus selalu meminta perlindungan kepada-Nya. Penting untuk diingat bahwa setan adalah musuh manusia yang terus-menerus berusaha untuk menyesatkan dan menggoda. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dan berusaha keras untuk menjaga diri dari pengaruh buruknya. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas dan senantiasa berpegang pada nilai-nilai agama, kita dapat melindungi diri kita dari godaan setan. (yat) Baca juga :

Read More

Berikut Nasihat Habib Umar Agar Terhindar Dari Kemaksiatan

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Ada sejumlah nasihat yang disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz agar seorang Muslim terlindungi dari segala bentuk maksiat. Juga supaya jiwa dan hati kita bersih, dan istiqomah di jalan ketaatan kepada Allah SWT. Disiarkan dalam tayangan di kanal Youtube Nabawi TV, Habib Umar bin Hafidz menyampaikan nasihat tersebut melalui penerjemahan bahasa yang dilakukan oleh Habib Jindan yang berada di sebelah Habib Umar bin Hafidz. Berikut ini nasihat Habib Umar bin Hafidz: Misi setan yang merupakan musuh Allah adalah menjebloskan seorang Muslim ke dalam kemaksiatan. Tapi ingatlah, karena setan musuh Allah, maka Allah membukakan pintu taubat seluas-luasnya untuk menggagalkan misi setan itu. Karena itu, ketika seseorang berkali-kali berbuat dosa, lalu bertaubat, kemudian berbuat dosa lagi, maka bertaubatlah berulang kali kepada Allah. “Sebanyak apapun kita terpuruk dalam kemaksiatan, maka perbanyak selalu taubat kita kepada Allah, sebagaimana musuh kita setan yang ingin menghinakan kita dengan maksiat kepada Allah, maka hinakan dan kecewakan setan dengan bertaubat lagi kepada Allah,” kata Habib Umar bin Hafidz. Jika ada orang yang memaki, maka yang dicaci itu cukup berkata kepada pencacinya, “Sungguh saya akan membuat kesal dalang yang memprovokasi engkau untuk mencaci saya.” Dalang yang dimaksud adalah setan. Cara membuat setan kesal dan kecewa yaitu dengan memaafkan orang yang mencaci tersebut, membersihkan hati kita, dan tetap menyayangi orang yang mencaci. Dengan cara ini, setan kecewa dan usahanya gagal. Habib Umar bin Hafidz menyampaikan hal berikut: “Sungguh di antara hal yang membantu kita istiqamah, dan membersihkan hati kita dari keinginan kepada selain Allah dan kecenderungan untuk menyimpang dari jalan Allah ta’ala, dengan kita banyak berdzikir, ‘Allah, Allah, Allah’. Ini yang mengikis kepada selain Allah dari hati kita. Kalau perlu, kita ulang sebanyak 66 kali,” kata Habib Umar melalui penerjemahan Habib Jindan. Amalan-amalan yang disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz tersebut, akan membantu seorang Muslim untuk istiqomah di jalan Allah dan juga akan membuat hati dan jiwa menjadi bersih. (yus) Baca juga :

Read More

Penjelasan Terkait Suara Wanita Termasuk Aurat atau Tidak

Jakarta — 1miliarsantri.net : Terkait persoalan apakah suara wanita itu termasuk aurat atau tidak. Ustadzah Aini Aryani Lc memberikan penjelasan tentang apakah suara wanita itu termasuk aurat atau tidak. Penjelasannya didasarkan pada pendapat ulama. Istri Pendiri Rumah Fiqih Indonesia ini mengatakan, banyak kalangan ulama berbeda pendapat mengenai hukum suara wanita itu termasuk aurat atau tidak. “Jumhur atau mayoritas ulama berpendapat bahwa suara wanita bukanlah aurat,” jelasnya kepada 1miliarsantri.net, Senin (23/10/2023). Ustadzah Aini kemudian mengutip hadist yang berbunyi ‘Shautul mar’ah aurah’ (suara wanita adalah aurat). Dia menyatakan, itu bukanlah hadits shahih. Sebagian ulama berpendapat hadits ini dhaif (lemah). Sebagian lagi menyebutnya hadits maudhu (palsu). Imam Nawawi dalam ‘Raudhatut Thalibin’ menyampaikan, pada dasarnya suara wanita bukan aurat. Namun, hukumnya bisa berubah dalam keadaan di mana ditakutkan menimbulkan fitnah, atau sesuatu yang dapat mengganggu kekhusyuan dalam beribadah. Ibrahim al-Marwidzi juga sependapat dengan Imam Nawawi dalam hal itu. Namun beliau juga menyampaikan, wanita hendaknya tidak melantangkan suaranya dalam berbicara sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab Ayat 32, sebagaimana berikut ini: “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu ‘tunduk’ dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada ‘penyakit dalam hatinya’ dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab ayat 32) Ustadzah Aini menjelaskan, yang dimaksud ‘tunduk dalam berbicara’ ialah berbicara dengan sikap yang bisa membuat seseorang berani bertindak tidak baik terhadap wanita. Sedangkan yang dimaksud ‘dalam hati mereka ada penyakit’ ialah orang yang memiliki niat berbuat tidak senonoh dengan wanita seperti zina. Karena itu, para wanita sah-sah saja berbicara secara langsung dengan lawan jenis sejauh tidak membawa dampak negatif. Namun Ustadzah Aini mengingatkan agar seorang wanita tidak membuat-buat bunyi suara saat bicara atau mendesah-desahkannya. “Hal ini untuk menghindari fitnah dan mudharat atau efek negatif lainnya,” tambahnya. Ummul Mukminin Aisyah RA, dalam meriwayatkan hadits tidak menuliskannya dalam bentuk tulisan, tetapi menyampaikannya langsung secara lisan kepada para Sahabat Rasulullah SAW. Beliau adalah seorang wanita ahli syariah yang sangat sering meriwayatkan hadits. “Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun meluangkan satu hari khusus untuk mengajarkan secara langsung ilmu-ilmu agama Islam kepada para wanita muslimah saat itu, tanpa perantara istri-istri beliau. Beliau SAW secara langsung berdialog secara lisan dengan para wanita yang ingin belajar kepada beliau SAW,” tutup Ustadzah Aini. (Iin) Baca juga :

Read More

Segala Keinginan Harus lah Diserahkan Kepada Allah

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Umat Islam diperintahkan memutus segala harapan kepada selain Allah SWT. Hanya dengan begitu, seorang muslim akan merdeka dari orang lain dan urusan dunia. Sebaliknya, ketika seseorang mengedapankan urusan dunia, maka orang itu bisa menjadi budak harta. “Begitu kita bisa memutus harapan kepada selain Allah, maka kita akan merdeka. Seseorang akan menjadi budak dari apa yang ia inginkan dan ia harapkan,” terang Founder Formula Hati, Ustadz Muhsinin Fauzi, dalam kajian daring Formula Hati, Sabtu (21/10/2023). Selain itu, seorang muslim juga harus terus menumbuhkan rasa harap dan ingin hanya kepada Allah. Dengan begitu, seseorang akan disebut sebagai abdullah (hamba Allah), bukan hamba manusia atau mahluk lain. “Menghibalah kepada Allah, jangan menghiba kepada makhluk-Nya. Kehormatan dan kemuliaan itu terjadi ketika engkau memutus harapan kepada makhluknya Allah,” tambahnya. Hikmah tersebut akan datang kepada orang yang telah melakukan tiga hal sebagaimana anjuran Islam. Hikmah itu akan datang dari kebersihan hati, pendalaman ilmu, dan pengalaman hidup. Untuk mendapatkan hikmah itu, seseorang perlu terus untuk mengasah hati agar hati terus bisa dekat kepada Allah, bergantung kepada Allah, berharap kepada Allah, dan memutus harapan kepada makhluk-Nya. “Ini adalah proses kematangan jiwa yang perlu ditekuni. Proses untuk menuju ke keadaan hati yang seperti ini memang membutuhkan waktu. Setiap saat kita membaca ‘Hanya kepada-Mu kami menghamba’. Namun, apakah kita sudah demikian? Bisa jadi kita masih menghamba kepada harta, posisi, orang lain dan bukan kepada Allah,” tutur Ustadz Fauzi. Ustadz Fauzi menegaskan, orang yang tidak mendekat kepada Allah dengan halusnya kebaikan yang Dia berikan, maka ia akan diseret (supaya mendekat) dengan rantai cobaan. Ujian seseorang sebenarnya cara Allah memanggil hamba-Nya untuk mendekat. “Jiwa yang buruk tidak kembali kepada Allah kecuali dengan ujian dan bala. Kehendak Allah dari hamba-Nya ini adalah agar hamba ini kembali kepada Allah dengan senang hati atau terpaksa. Hamba yang diingatkan dengan ujian ini sebenarnya diberikan kebaikan oleh Allah karena tidak dibiarkan terlunta-lunta untuk mengurus hidupnya sendiri. Ia dipaksa untuk kembali kepada Allah,” pungkasnya. (mif) Baca juga :

Read More