Tiga Golongan Orang Beribadah Menurut Abu Bakar Ash Shiddiq

Jakarta — 1miliarsantri.net : Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad menukil riwayat yang diriwayatkan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu anhu tentang tiga golongan orang yang beribadah. Sahabat Rasulullah Muhammad SAW tersebut juga menjelaskan ciri-ciri tiap golongan orang yang beribadah. Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu anhu bahwa ia berkata, “Mereka yang beribadah ada tiga golongan, masing-masing mempunyai tanda-tanda yang dapat diketahui. Yaitu, golongan pertama, beribadah kepada Allah karena takut kepada-Nya. Golongan kedua, beribadah kepada Allah karena mengharap anugerah-Nya. Golongan ketiga, beribadah kepada Allah karena cinta kepada-Nya.” “Adapun tanda-tanda golongan yang pertama adalah sebagai berikut, melihat dirinya hina, merasa kebajikannya sedikit dan merasa kejelekannya banyak.” “Golongan yang kedua memiliki ciri-ciri, ia mengikuti semua hal ihwal manusia, ia dermawan kepada orang lain, zuhud terhadap dunia, dan ia berbaik sangka kepada Allah dalam menghadapi semua makhluk.” “Sedangkan tanda-tanda golongan yang ketiga adalah sebagai berikut, ia memberikan sesuatu yang disenangi dan tidak peduli setelah Tuhannya ridha, mengerjakan pekerjaan yang membuat benci nafsunya dan tidak melayani nafsunya setelah mendapat ridha Tuhannya, dan di dalam segala hal ihwal hidupnya selalu bersesuaian dengan Tuhannya, baik mengenai perintah maupun larangan-Nya.” (Syekh Nawawi al-Banteni, Nashaihul Ibad) Syekh Nawawi al-Bantani juga menyampaikan pesan-pesan lainnya. “Jangan sampai salah satu dari kalian mati, melainkan dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah SWT.” “Jika ditimbang antara Khauf (ketakutan) orang mukmin dan harapannya, maka keduanya akan seimbang.” “Kamu tidak akan mendapatkan kebaikan, hingga kamu manafkahkan harta yang menjadi kesenangan kalian.” “Aku berlindung kepada Allah dari payahnya ujian, kecuali ujian yang membawa kemuliaan di sisi Allah.” Demikian dijelaskan Syekh Nawawi al-Banteni dalam kitab Nashaihul Ibad. (yan) Baca juga :

Read More

Kemenag Sumut Dorong Siswa Madrasah Terampil Berbahasa Asing

Medan — 1miliarsantri.net : Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terus memperkuat kemampuan siswa madrasah terhadap penggunaan bahasa asing di sekolah. Hal tersebut disampaikan Kepala Kanwil Kemenag Sumut, Ahmad Qosbi. “Adanya pembiasaan bahasa asing, baik Arab maupun Inggris, kemudian tahfiz Alquran dan lain sebagainya,” terang Ahmad Qosbi kepada 1miliarsantri.net, Jumat (16/8/2024). Menurutnya, dengan pembiasaan menggunakan bahasa asing diharapkan bisa meningkatkan daya saing siswa madrasah, terutama Madrasah Aliyah ketika menjadi alumni di lapangan pekerjaan. Pentingnya keilmuan, baik sains dan pengetahuan umum yang dikombinasikan dengan pemahaman keagamaan agar siswa madrasah meraih kecerdasan dan pribadi yang berakhlakul karimah. Data Kanwil Kemenag Provinsi Sumut menyebutkan jumlah lembaga Raudhatul Athfal/RA (taman kanak-kanak) hingga madrasah di Sumatera Utara per 1 Januari 2024, sebanyak 4.844 unit dengan jumlah sebanyak 635.495 siswa. Terdiri atas RA swasta 1.968 unit dengan 86.302 siswa, Madrasah Ibtidaiyah Negeri/Swasta 1.067 unit dengan 204.629 siswa, Madrasah Ibtidaiyah 1.192 unit dengan 230.428 siswa, dan Madrasah Aliyah 617 unit dengan 114.136 siswa. “Siswa harus berhasil dalam hal sains dan ilmu pengetahuan umum, lalu siswa juga harus memiliki akhlakul karimah, dan pemahaman agama yang tinggi,” lanjutnya. Dengan begitu, kompetensi siswa maupun siswi di Kementerian Agama RI lebih siap untuk menjalani kehidupan selanjutnya. “Hadirnya para pemangku kepentingan dari berbagai sektor, kami harapkan pendapatnya sebagai perbaikan dan kemajuan lembaga pendidikan di Kementerian Agama,” sambungnya. Sementara itu Ketua Tim Humas, Data dan Informasi Kanwil Kemenag Sumut Mulia Banurea mengungkapkan tujuan pelaksanaan pertemuan para pemangku kepentingan. Pihaknya merinci, sumbang kepentingan maupun penggiat pendidikan di Sumatera Utara untuk layanan pendidikan yang lebih inovatif lagi. “Solusi peserta akan kami sampaikan ke pemangku kebijakan di Kanwil Kemenag Sumatera Utara. Kami berkomitmen menjadikan siswa madrasah dapat tempat terbaik saat melanjutkan pendidikannya,” tutup Mulia. (pur) Baca juga :

Read More

Dzikir Pembuka Rezeki

Surabaya — 1miliarsantri.net : Di antara salah satu amalan sederhana yang dapat membuka rezeki adalah dzikir. Dzikir yang ringan seperti mengucapkan tasbih, tahmida dan takbir, seperti yang dikutip dalam Rumah Fikih, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ. “Ada orang-orang miskin datang menghadap Rasulullah SAW. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi ﷺ lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Rasulullah SAW bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 843). Abu Shalih yang meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah berkata, فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ. “Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah ﷺ, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah SAW kemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim). (yat) Baca juga :

Read More

Pemerintah Berikan Penghargaan Kepada 61 Tokoh Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-79, Pemerintah Indonesia memberikan tanda jasa dan kehormatan kepada 61 tokoh dari berbagai latar belakang. Dari 61 tokoh tersebut, satu di antaranya adalah pencipta Shalawat Badar, KH Ali Manshur Shiddiq. Pemberian penghargaan akan dilakukan di Istana Presiden, Jakara Pusat. Putra bungsu KH Ali Manshur Shiddiq, Gus Saiful Islam Ali mengaku dihubungi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur mengenai penghargaan tersebut. “Saya bersyukur bisa mendampingi Kiai Syakir, putra sulung Kiai Ali Manshur sebagai ahli waris yang menerima tanda kehormatan dari Presiden,” ungkap Gus Saiful kepada 1miliarsantri.net, Kamis (15/8/2024). Gus Saiful mengungkapkan rasa bahagianya selepas pemerintah memberikan tanda penghormatan tersebut. Baginya, itu menunjukkan bahwa perhatian pemerintah terhadap nilai-nilai keislaman dalam perjuangan bangsa mendapatkan konsen yang khusus. “Shalawat badar dipakai untuk menyemangati umat Islam terkhusus kaum Nahdliyin yang waktu itu telah dirongrong oleh kelompok-kelompok yang ingin mengkudeta negara kita ini. Shalawat badar dipakai di mana-mana, oleh sebab itu kita sebagai generasi penerus marilah kita memakai shalat badar ini sebagai media kita memohon kepada Allah agar kiranya nanti selalu dalam koridor, jalan, dan dijaga oleh Allah,” tambahnya. Diketahui bahwa Shalawat Badar, yang diciptakan oleh KH Ali Manshur di Banyuwangi pada tahun 1962, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) melalui sertifikat Nomor 2194/F4/KB.08.06/2022 tertanggal 21 Oktober 2022. Dia mengatakan bahwa shalawat ini lahir pada masa ketegangan politik setelah pembubaran Konstituante oleh Presiden Soekarno, sebagai bentuk doa dan ikhtiar batin untuk keselamatan umat dan bangsa. Kemudian, kata Gus Saiful, KH Ali Manshur dikenal sebagai ulama dan pengurus NU di Banyuwangi serta pejabat di Kementerian Agama. Selain itu, KH Ali Manshur, menurutnya juga merupakan anggota Konstituante dari Partai NU. “Shalawat Badar kini dipraktikkan secara luas di Indonesia dan negara-negara Muslim di Asia, Afrika, hingga Eropa, dan menjadi bagian dari ritual dalam majelis shalawat dan taklim,” katanya. Saat ini, KH Ali Manshur telah wafat pada tahun 1971 dan dimakamkan di Kompleks Pendidikan Syiar Islam, lembaga yang didirikannya di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Makamnya kini menjadi salah satu tujuan ziarah bagi para pengikutnya. (rid) Baca juga :

Read More

Rasulullah SAW Berpesan tentang Apa yang Terjadi di Palestina Menjelang Kiamat

Jakarta — 1miliarsantri.net : Rasulullah SAW telah memberi pesan soal apa yang akan terjadi di Palestina menjelang hari kiamat. Hal itu didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hawalah Al Uzdi RA. Berikut ini bunyi haditsnya: نزلَ عليَّ عبدُ اللَّهِ بنُ حوالةَ الأزديُّ فقالَ لي: بعثَنا رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ لنغنمَ على أقدامنا فرجعنا، فلم نغنم شيئًا وعرفَ الجَهْدَ في وجوهنا فقامَ فينا فقالَ: اللَّهمَّ لا تَكِلْهُم إليَّ، فأضعفَ عنهم، ولا تَكِلْهُم إلى أنفسِهِم فيعجزوا عنها، ولا تَكِلْهُم إلى النَّاسِ فيستأثروا عليهم ثمَّ وضعَ يدَهُ على رأسي، أو قالَ: على هامَتي، ثمَّ قالَ: يا ابنَ حوالةَ، إذا رأيتَ الخلافةَ قد نزَلَت أرضَ المقدَّسةِ فقَد دنَتِ الزَّلازِلُ والبَلابلُ والأمُورُ العِظامُ، والسَّاعةُ يومَئذٍ أقرَبُ منَ النَّاسِ من يدي هذِهِ من رأسِكَ Abdullah bin Hawalah datang lalu berkata, “Rasulullah SAW mengutus kami untuk mendapatkan rampasan perang dengan berjalan kaki. Kemudian kami tidak mendapatkan sesuatu, dan beliau mengetahui kondisi berat pada wajah kami. Kemudian beliau berdiri dan berdoa: Allaahumma laa takilhum ilayya fa-adh’ufa ‘anhum, wa laa takilhum ilaa anfusihim faya’jizuu anhaa, wa laa takilhum ilan naasi fayasta`ruu ‘alaihim Terjemahan: Ya Allah, janganlah engkau serahkan mereka kepadaku sehingga aku lemah (tidak kuat) menanggung mereka, dan janganlah Engkau serahkan diri mereka kepada mereka sehingga mereka tidak mampu menanggung diri mereka. Dan janganlah Engkau serahkan mereka kepada orang-orang sehingga mereka mementingkan diri mereka atas diri mereka. Kemudian Rasulullah SAW meletakkan tanganku (tangan Abdullah bin Hawalah) di atas kepalaku. Lalu beliau bersabda, “Wahai putra Hawalah, apabila engkau melihat kekhalifahan telah turun di Tanah yang Suci (Palestina), maka sungguh telah dekat bencana gempa dan berbagai kesedihan serta perkara-perkara besar. Pada saat itu hari kiamat lebih dekat kepada orang-orang daripada tanganku ini ke kepalamu” (HR Abu Daud). Turunnya kekhalifahan ke Tanah Suci sebagaimana tercantum dalam hadits tersebut yaitu merujuk pada datangnya dan berpindahnya dari Madinah ke Tanah Suci. Tanah Suci dalam hadits ini adalah Syam atau Palestina. Adanya kekhalifahan di Syam ini pernah terjadi di masa Dinasti Bani Umayyah. Kekhalifahan adalah kepemimpinan untuk masyarakat umum. Kekhalifahan yang dimaksud di sini, di hadits ini, adalah kepemimpinan nubuwat. Saat kekhalifahan ini ada, maka menjadi tanda mendekati datangnya gempa bumi berupa guncangan dan pergerakan bumi. Adapun kesedihan yang dimaksud ialah kekhawatiran. Sedangkan, perkara besar mengacu pada musibah atau petaka. Situasi ini menunjukkan bahwa hari kiamat sudah sangat dekat, bahkan lebih dekat dari jarak tangan Nabi SAW dengan kepala Abdullah bin Hawalah. (yan) Baca juga :

Read More

MUI : Melarang Anggota Paskibra Pakai Jilbab Lecehkan Konstitusi dan Agama Islam

Jakarta — 1miliarsantri.net : Bila benar pihak pemerintah melarang anggota Paskibra dalam kesempatan peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-79 di Ibu Kota Nusantara (IKN) memakai jilbab, maka berarti pemerintah telah melakukan tindak kekekerasan terhadap rakyatnya sendiri. Tindakan tersebut tentu jelas sangat kita sesalkan karena selain tidak menghormati HAM juga telah melecehkan konstitusi RI itu. Alasan konstitusi sudah dilecehkan sebab dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 sudah jelas-jelas dikatakan bahwa (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Bagi perempuan Muslim atau Muslimah, memakai jilbab itu adalah ibadah. Karena itu, kalau ada orang yang melarang kaum perempuan yang beragama Islam memakai jilbab di negeri ini, maka hal demikian berarti yang bersangkutan sudah tidak menghormati konstitusi. Selain itu, pihak yang melarang perempuan Muslim di Indonesia memakai jilbab telah melecehkan ajaran agama Islam. Tentu saja hal tersebut tidak bisa diterima. Sebab, pihak yang melarang juga akan bisa memancing dan menimbulkan keresahan serta kegaduhan di tengah-tengah masyarakat terutama di kalangan umat Islam. (wink) Baca juga :

Read More

Polemik Nasab Ba Alawi di Indonesia Dinilai Kebablasan

Jakarta — 1miliarsantri.net : Mengikuti polemik tersambung atau tidaknya nasab Ba Alawi yang menjadi muara garis keturunan para habib di Indonesia dengan Rasulullah SAW, memunculkan kesimpulan tentang hal-hal yang sudah kelewatan, dari kedua belah pihak. Padahal, sudah sepatutnya, dalam tradisi keilmuan Islam, mesti disertai dengan adab, akhlak, dan amanah ilmiyah. Sebagian tokoh mencatat setidaknya ada lima hal yang sudah kelewatan dari pro kontra nasab habaib, yaitu sebagai berikut: Pertama, hilangnya sikap adil dalam berpikir dan bersikap, sebagai ciri utama pengkaji ilmu. Kedua belah saling merasa dirinya benar. Satu hal yang sangat tidak dianjurkan dalam tradisi keilmuan Islam. Imam asy-Syafii pernah menuturkan demikian: رأيى صواب يحتمل الخطأ، ورأى غيرى خطأ يحتمل الصواب “Pendapatku benar namun mungkin saja salah, tetapi pendapat orang lain salah, dan bisa jadi benar.” Kedua, terlalu berlebihan membanggakan nasab Tak ada yang istimewa dari nasab. Nasab tidak akan menyelamatkan seseorang dari api neraka atau mengantarkannya dengan mudah menuju surga. Tak sedikit dari oknum habib yang merendahkan nasab orang lain sembari meninggikan dan mensucikan nasabnya. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَفْتَخِرُونَ بِآبَائِهِمْ الَّذِينَ مَاتُوا إِنَّمَا هُمْ فَحْمُ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءَ بِأَنْفِهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ إِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ النَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Hendaklah mereka segera berhenti dari membangga-banggakan nenek moyang mereka yang telah mati, -hanyasanya nenek moyang mereka adalah arang neraka Jahannam- atau mereka lebih hina di sisi Allah dari hewan yang mendorong kotoran dengan hidungnya, sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian seruan Jahiliyyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang, (yang ada) hanyalah mukmin yang bertakwa atau pendosa yang celaka, semua manusia adalah anak Adam, sedangkan Adam tercipta dari tanah.” (HR Tirmidzi). Dalam Sunan al-kubra, Imam al-Bukhari menukilkan riwayat tengan nasihat Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah agar tidak membanggakan nasab. مَعْشَرَ قُرَيْشٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا Artinya: “Wahai golongan orang Quraisy! Peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Bani Abdi Manaf! Aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib! Aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah! Aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Fatimah putri Muhammad! Mintalah kepadaku apa saja yang kamu mau (dari hartaku), sungguh aku tidak dapat sedikit pun di hadapan Allah.” (HR Bukhari dalam Sunan al-Kubra). Ketiga, hilangnya adab dan munculnya saling membenci. Kedua belah pihak saling membenci satu sama lain. Kebencian ini bahkan melibatkan para muhibbin (pecinta) masing-masing. Fenomena ini sangat bahaya jika diteruskan, bisa merusak persaudaraan umat Muslim. عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Janganlah kalian saling dengki, melakukan najasy, saling membenci, saling membelakangi dan sebagian dari kalian menjual apa yang dijual saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini –sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali– cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (HR Muslim) Keempat, generalisasi yang berbahaya Di antara yang kelewatan dari polemik nasab habib di Indonesia adalah generalisasi yang berbahaya. Generalisasi berpikir dan generalisasi dalam bersikap. Generalisasi bersikap itu misalnya menegasikan seluruhnya nasab habaib di Indonesia terputus sama sekali, dengan menafikan kemungkinan adanya pendapat lain yang menyatakan ketersambungannya. Di saat yang sama, menafikan nasab walisongo tersambung dengan Rasulullah SAW secara keseluruhan. Demikian juga dalam bersikap memandang dan memperlakukan orang lain. Di setiap kelompok pasti ada oknum. Misalnya, terdapat oknum habib yang melenceng, tetapi bukan berarti kita memvonis semua Habib atau semua kiai telah menyimpang dari agama. Dalam kitabnya at-Tafkir al-Mudhui fi al-Islam, Fuad al-Banna menulis demikian: إن التعميم لا يجوز في المنطق الإسلامي، حتى في الدعاء، فلم يثبت أن الرسول صلى الله عليه وسلم دعا على أي من الكفار لكفرهم، لكنه دعا على المعتدين منهم، وهنا لن تجد أي مجتمع يتصف بصفات الاعتداء برمته، فهناك دوما من يكرهون ذلك. ولتقرير حقيقة المسؤولية الفردية وحرمة التعميم جاء في الحديث الشريف أن أبا هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ( قرصت نملة نبيا من الأنبياء فأمر بقرية النمل فأحرقت، فأوحى الله إليه أن قرصتك نملة أحرقت أمة من الأمم تسبح ) [1] . [ ص: 185 ] وفي سياق تحريم التعميـم أورد القرآن أنه حـتى في إطـار الجمادات لا يصح هذا التعميم، فمخلوق مثل الحجارة الصماء، ليست بذلك السوء الذي يظنه المشاهد لها، لاشتمالها على صور من الخير، كما قال تعالى: ( وإن من الحجارة لما يتفجر منه الأنهار وإن منها لما يشقق فيخرج منه الماء وإن منها لما يهبط من خشية الله ) (البقرة:74) ، وقال: ( لو أنزلنا هذا القرآن على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله ) وبين لنا القرآن أن هناك استثناءات صالحة في دوائر الفساد نفسها، حيث لا وجود للشر المطلق والخير المحض، قال تعالى: ( والشعراء يتبعهم الغاوون * ألم تر أنهم في كل واد يهيمون * وأنهم يقولون ما لا يفعلون * إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وذكروا الله كثيرا وانتصروا من بعد ما ظلموا وسيعلم الذين ظلموا أي منقلب ينقلبون ) (الشعراء:224-227). “Generalisasi tak boleh dalam logika Islam. Sekalipun dalam doa misalnya, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi SAW mendoakan celaka…

Read More

Meditasi Islam yang Mampu Relaksasi Pikiran dan Mengurangi Stres

Jakarta — 1miliarsantri.net : Meditasi merupakan cara untuk merelaksasi pikiran dari semua bentuk perasaan. Praktik ini dinilai ampuh untuk menekan tingkat stres dan rasa cemas. Berbicara tentang meditasi, kita sering membayangkannya dengan yoga atau meditasi zen. Namun ada juga meditasi yang dapat dilakukan umat Muslim. Meditasi disebut sebagai inti dari spiritualitas Islam, yaitu dengan berserah diri pada kehendak Allah Ta’ala. Ada berbagai manfaat dari meditasi yang bisa dirasakan di antaranya mengurangi stres, meningkatkan daya ingat, menambah fokus dan konsentrasi, menurunkan reaktivitas emosional, hingga meningkatkan hubungan pribadi. Semua jenis meditasi Islam melibatkan kegiatan yang bentuknya mengingat Allah dan tujuannya untuk menyucikan hati dari pikiran negatif. Berikut lima cara meditasi Islam yang bisa dilakukan sehari-hari: Taffakur artinya berpikir dengan sengaja, konstruktif, terarah, dan positif. Berapa banyak waktu yang kita habiskan dalam sehari untuk merenungkan kebesaran Allah? Di masa kekinian, taffakur dianggap sangat penting. Sebab, bila tidak ada waktu untuk merenung dan berpikir maka akan timbul rasa ketakutan. Akibatnya, hal ini dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan kurangnya kedamaian dalam diri. Yang perlu kita lakukan adalah melepaskan diri dari belenggu yang mengikat dengan urusan duniawi. Cara yang bisa dilakukan adalah duduk diam selama lima menit setelah shalat fardhu. Pejamkan mata dan pikirkan bagaimana Allah selalu mengawasi kita. Renungkan bagaimana, pada saat ini, Allah Ta’ala mengetahui segala sesuatunya baik itu kekhawatiran, ketakutan, harapan hingga impian. Rasa syukur kita perlu ditanamkan setiap hari dan dilakukan secara sadar. Ibnul Qayyim menjabarkan syukur sebagai menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, seperti pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244). Dikutip dari Universitas Islam Indonesia (UII), disebutkan bahwa syukur adalah sifat para nabi. Nabi Muhammad tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah i,“Rasulullah ` biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (H.R. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820). I’tikaf adalah berdiam diri atau mengisolasi diri dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi dalam beribadah. Tujuannya untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. I’tikaf merupakan ibadah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan menghabiskan waktu berhari-hari di Gua Hira sebelum kenabiannya. Setelah kenabian, beliau menetapkan itikaf di bulan Ramadhan sebagai ibadah yang pahalanya sangat besar. Berdiam diri datang dengan keheningan. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim). Dzikir adalah salah satu praktik meditasi Islam yang paling umum. Berdzikir artinya memuji dan memuliakan Allah SWR. Latihan meditasi yang umum ini seringkali dilakukan secara otomatis tanpa berpikir. Dengan berdzikir dalam keadaan meditasi, kita akan meningkatkan efektivitas latihan yang luar biasa. “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.(QS Al-Baqarah: 152) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS Al-Anbiya: 20) “Ada dua kalimat, yang ringan di lisan, berat pada timbangan, dan dicintai oleh Allah yang Maha Rahman yaitu: Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung.” (HR Al-Bukhari) Membaca Al-Qur’an adalah salah satu bentuk meditasi yang paling ampuh dan bermanfaat serta bisa dipraktikkan selama hari kerja. Saat Anda mengalami hari yang sangat buruk, istirahatlah, berwudhu, dan bacalah Al-Qur’an. Al-Qur’an disebut sebagai dzikir, dan energi positif yang diperbarui muncul dari membacanya. Latihan meditasi tidak menggantikan ibadah wajib apa pun, namun tujuannya adalah untuk meningkatkan ibadah kita, yang pada gilirannya mengarah pada kehidupan spiritual yang seimbang. (yan) Baca juga :

Read More

Ustadz Hanan Attaki Ungkap Kekuatan Doa yang Mengguncang Langit

Jakarta — 1miliarsantri.net : Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, kita sering dihadapkan pada berbagai masalah yang seolah tak berujung. Namun, siapa sangka bahwa solusi dari permasalahan kita mungkin terletak pada sebuah zikir sederhana yang telah dipraktikkan sejak zaman Nabi? Ustadz Hanan Attaki, seorang ulama muda yang terkenal dengan gaya dakwahnya yang segar, baru-baru ini membagikan sebuah rahasia yang mungkin bisa menjadi game-changer dalam hidup kita. Dalam sebuah ceramahnya, Ustadz Hanan Attaki mengungkapkan kekuatan luar biasa dari zikir Nabi Yunus Alaihis Salam (AS). Beliau menyarankan untuk mengamalkan zikir ini secara konsisten, terutama ketika kita sedang menghadapi masalah. “Coba kalau kita punya masalah, dawamkan zikirnya Nabiyullah Yunus AS, setiap malam minimal 100 kali,” ujar Ustadz Hanan, dikutip Ahad (11/8/2024). Zikir yang dimaksud adalah: “La ilaha illa anta subhanak inni kuntu minadzdzalimiin.” Yang artinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” Ustadz Hanan juga menekankan pentingnya pengucapan yang benar. Beliau menjelaskan bahwa waqof (tempat berhenti) yang tepat adalah setelah kata “subhanak”, bukan setelah “subhanaka”. Detil kecil ini, menurut beliau, sangat penting untuk diperhatikan. Namun, bukan hanya pengucapan yang penting. Konsistensi dan intensitas juga menjadi kunci. Ustadz Hanan menyarankan untuk membaca zikir ini minimal 100 kali setiap malam, dengan catatan tidak ada batasan maksimal. Yang lebih menarik lagi, beliau menganjurkan untuk melakukan praktik ini setidaknya selama 10 malam berturut-turut tanpa jeda. Waktu yang direkomendasikan untuk membaca zikir ini adalah sebelum tidur, namun bisa dimulai sejak selesai shalat Maghrib. Fleksibilitas ini memungkinkan kita untuk menyesuaikan dengan rutinitas harian kita masing-masing. Tapi apa sebenarnya yang membuat zikir ini begitu istimewa? Ustadz Hanan menjelaskan bahwa menurut hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW), siapa yang rutin mengamalkan zikir Nabi Yunus ini, maka langit akan berguncang dan pertolongan Allah akan turun dari jalan-jalan yang tidak terduga, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Yunus AS sendiri. Cerita Nabi Yunus AS memang terkenal dengan mukjizatnya yang luar biasa. Tertelan oleh ikan paus besar dan kemudian diselamatkan oleh Allah SWT, kisah ini menjadi simbol harapan dan keajaiban bagi banyak orang. Melalui zikirnya yang penuh kerendahan hati dan pengakuan atas kelemahan diri, Nabi Yunus akhirnya mendapatkan pertolongan Allah. Dalam konteks kehidupan modern, ajaran ini menawarkan sebuah perspektif baru. Di tengah dunia yang sering kali mendorong kita untuk selalu tampil kuat dan sempurna, zikir ini mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dan pengakuan akan keterbatasan diri di hadapan Allah SWT. (yan) Baca juga :

Read More

Doa Untuk Pejabat yang Mempersulit Rakyat

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasulullah SAW pernah mengucapkan doa yang diperuntukkan bagi pejabat. Namun, doa yang satu ini diperuntukkan bagi pejabat yang berbuat buruk dengan jabatannya, dan juga pejabat yang berbuat baik lewat jabatan yang diembannya. Aisyah RA meriwayatkan bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah SAW mengucapkan doa di rumahnya. Beliau SAW berdoa sebagaimana berikut ini: اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ Allahumma man waliya min amri ummati syai’an fa syaqqo ‘alaihim fasyquq ‘alaihi, wa man waliya min amri ummati syai’an farofaqo bihim farfuq bihi “Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan untuk mengurusi umatku lalu dia mempersulit mereka, maka persulit jugalah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan untuk mengurusi umatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.” (HR. Muslim) Hadits itu menekankan bahwa jabatan di pemerintahan yang diemban oleh seseorang merupakan amanah berdasarkan nilai dan kompetensi yang disertai ilmu dan pemahaman. Jika seseorang yang telah diberi tanggung jawab atau jabatan yang membuatnya memiliki tanggung jawab, lalu mencelakakan atau mempersulit rakyatnya, maka celakalah pula ia dalam berbagai urusannya sebagai ganjaran. Sebaliknya, bila seseorang telah diberi amanah atau tanggung jawab memimpin rakyat lalu dengannya dia memberi pertolongan kepada rakyatnya sesuai perintah Allah dan rasul-Nya, maka urusan yang dihadapi dalam hidupnya juga akan diberi pertolongan. Al Rifqu dalam hadits tersebut berarti memimpin rakyat dengan penuh ketakwaan kepada Allah dan mengikuti tuntunan rasul-Nya serta bersikap baik kepada rakyat. Tidak menyulitkan rakyat dan justru memberi kemudahan kepada rakyatnya. Hadits tersebut mengandung doa dari Nabi Muhammad SAW agar Allah SWT memudahkan urusan seorang pejabat dan memperlakukannya dengan kebaikan, sebagaimana perlakuan baiknya kepada rakyat. Di dalam hadits ini juga terkandung peringatan untuk tidak mempersulit kehidupan rakyat, dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Juga berupaya mencegah kerugian dan kesulitan yang dihadapi rakyat, serta tidak lalai terhadap keadaan rakyat. (yan) Baca juga :

Read More