Makam Imogiri Yang Dianggap Makam Ghaib Sultan Agung

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Keberadaan Keraton Yogyakarta yang sampai saat ini berdiri tidak bisa lepas dari sejarah Kerajaan Mataram. Perjalanan Kerajaan Mataram dimulai dari raja pertama Panembahan Senopati hingga raja yang cukup terkenal yaitu Sultan Agung . Dalam kepemimpinan Sultan Agung, tercatat Mataram sempat menyerbu Batavia, yang menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda, di tanah Nusantara, dan pusat gurita bisnis VOC yang mencengkeram kekayaan Nusantara, selama ratusan tahun. Sebuah sejarah besar dari Sultan Agung ini juga berkaitan dengan rencana makam yang diidam-idamkan sang raja. Untuk menentukan tanah yang akan dijadikan pemakaman dirinya, Sultan Agung pun melempar batu yang berasal dari Makah. Batuan yang dilempar dengan kekuatan besar ini akhirnya sampai di Giriloyo , Wukirsari, Imogiri, Kabupaten Bantul. Sebuah bukit kecil ini akhirnya menjadi menjadi idaman Sultan Agung untuk menjadi tempat peristirahatan kekalnya kelak. Karena lokasi yang sejuk dan juga penuh daya magis, serta lokasi jatuhnya batu yang dilemparnya, paman Sultan Agung , yakni Pangeran Juminah pun meminta izin untuk bisa dimakamkan di komplek tersebut. Keeinginan sang paman meskipun tidak mengenakkan, akhirnya juga diizinkan. Akhirnya Pangeran Juminah meninggal terlebih dahulu dan dimakamkan di lokasi tersebut. Sultan Agung sedikit kecewa, akhirnya dia memilih lokasi di Pajimatan atau dikenal dengan makam raja-raja Imogiri. Menurut Juru kunci makam Giriloyo, Muh Syifa, makam Giriloyo didirikan tahun 1628-1829. Makam ini terdiri atas empat bagian, yaitu makam di sayap kiri (barat), makam di sayap kanan (timur), makam di luar pagar keliling, dan masjid. Untuk menuju makam sayap kiri (barat) harus melewati 25 anak tangga. Tokoh Kerajaan Mataram , yang dimakamkan di sayap kanan (timur) antara lain Kiai Ageng Giring, Kiai Ageng Sentong, dan Sultan Cirebon V. Tokoh yang dimakamkan di sayap kiri (barat) antara lain Kanjeng Ratu Pembayun (istri Amangkurat), makam Kanjeng Ratu Mas Hadi (ibu Sultan Agung ), dan Kanjeng Panembahan Juminah (paman Sultan Agung ). “Meskipun tidak menjadi makam Sultan Agung. Namun di kompleks makam muncul keanehan. Yaitu hadirnya kramat tiban atau sekaran sepen,” ungkapnya beberapa waktu lalu. Sekaran sepen inilah yang dipercaya makam ghaib Sultan Agung . Sebuah makam pindahan dari kompleks makam raja-raja Imogiri, kembali ke pemakaman yang dicita-citakan Sultan Agung . “Di sini juga ada batuan yang dipercaya sebagai batu Makkah, yang dilempar Sultan Agung ,” ulasnya. Sebagai makam sejarah, banyak warga juga sering melakukan ziarah di lokasi ini. Hal ini termasuk keturunan raja-raja Cirebon. “Karena salah satu makam di sini ada makam Sultan Cirebon yang wafat ketika di Mataram, dan dimakamkan di sini,” ujarnya. Lokasi makam Giriloyo , juga berada di sisi utara makan raja-raja Imogiri. Untuk menuju lokasi juga harus melalui jalan di Giriloyo, kemudian naik ke tangga menuju masjid. Sebuah masjid gaya Mataram ini, dibangun oleh Sultan Agung. Para peziarah biasanya istirahat setelah berjalan dari bawah sambil mengambil air wudlu, dan salat kemudian melanjutkan perjalanan ke atas menuju makam dengan tangga kecil, dan lokasi menanjak. Di masjid ini juga bisa diskusi dengan juru kunci dan bisa diantar menuju ke makam. (mif) Baca juga :

Read More

Kegigihan Sultan Agung dalam Melawan VOC

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Kisah Sultan Agung Hanyokrokusumo tentu sudah cukup sering kita dengar, raja ke-3 Kerajaan Mataram yang sangat disegani pada zamannya. Saat memerintah Mataram, Sultan Agung berhasil membawa kerajaan menuju era kejayaan. Seiring waktu, Mataram terus berkembang pesat dan menjadi salah satu kerajaan terkuat di Nusantara kala itu. Sultan Agung memiliki nama asli Raden Mas Jatmika atau biasa dikenal juga sebagai Raden Mas Rangsang. Dia merupakan putra pertama dari Prabu Hadi Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Mengutip laman Dinas Kebudayaan Jogja, Sultan Agung lahir di Kotagede pada 14 November 1593. Naik takhta sekitar tahun 1613, tepatnya ketika masih berusia 20 tahun. Di era kepemimpinan Sultan Agung, Mataram berkembang pesat dan menjadi kerajaan besar. Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya sekitar empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan tersebut. Seiring perkembangannya, Mataram juga memperluas pengaruh dan kekuasaannya. Bahkan, selama kurun 1613-1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam telah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Berkembang pesatnya Mataram bukan tanpa alasan. Hal ini tak terlepas dari keberadaan Sultan Agung sebagai penguasanya. Saat era kepemimpinannya, Sultan Agung dikenal dengan berbagai keahliannya di berbagai sektor. Sebut saja seperti bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta lain sebagainya. Hal inilah yang mengantarkan peradaban Mataram pada tingkat yang lebih tinggi. Sultan Agung sangat berani Menentang VOC, terlepas dari statusnya yang disegani sebagai penguasa Mataram, Sultan Agung juga pernah mencatatkan perjuangan kala melawan VOC di Batavia. Dalam hal ini, dia menganggap keberadaan Belanda di Batavia dapat membahayakan negara. Sultan Agung menggunakan berbagai strategi berbeda untuk menekan pengaruh VOC sebagai bentuk perlawanannya. Dalam sejumlah serangan militer yang dilakukan, pasukan Mataram cukup memberikan perlawanan yang cukup sengit bagi VOC. Meski tidak membawa keberhasilan seperti merebut Batavia secara menyeluruh, tekad dan semangat Sultan Agung untuk mengusir VOC menjadi pemantik para pejuang lain untuk mempertahankan Tanah Air. Sampai akhir hayatnya, Sultan Agung tidak sudi berdamai dengan Belanda meski diberikan banyak tawaran menggiurkan. Tak hanya memiliki strategis jenius dalam membawa Mataram menuju kejayaan, Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang sakti mandraguna. Dari sekian banyak kisah kesaktiannya, salah satu yang cukup menarik adalah dikatakan mampu mengendalikan makhluk gaib menjadi abdi dalem. Menurut Babad Tanah Jawi, Sultan Agung mempunyai seorang abdi bernama Juru Taman. Konon, abdi dalem ini dulunya adalah manusia. Namun, dia berubah wujud menjadi siluman dan mempunyai kesaktian mandraguna yang istimewa dan sulit dikalahkan. Dulunya, Juru Taman itu adalah abdi dalem Panembahan Senopati, kakek Sultan Agung. Dikisahkan, suatu hari Panembahan Senopati mendapat telur Lungsung Jagat dari Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul untuk dimakan. Panembahan Senopati tidak langsung memakan telur pemberian Ratu Kidul. Dia membawanya ke istana dan memberikannya kepada Ki Juru Taman, abdi dalem yang sangat setia dan saat itu dalam keadaan sakit keras. Begitu memakan telur Lungsung Jagat, Ki Juru Taman langsung sembuh dari penyakitnya. Namun, dia berubah menjadi raksasa dan memiliki kesaktian yang hebat serta berumur panjang. Setelah itu, dia terus hidup sebagai makhluk gaib yang melayani Mataram. Bahkan, dia juga masih setia menjadi abdi dalem saat Sultan Agung berkuasa. Menjelang tahun 1645, Sultan Agung merasa bahwa ajalnya sudah semakin dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram yang akan dimulai dari dirinya. Tak hanya itu, dia juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, nantinya dia akan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram. Benar saja, Sultan Agung wafat di Mataram pada 1645. Atas jasa-jasanya dia juga ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975. (mif) Baca juga :

Read More

Surban Hitam Sunan Kalijogo Luluhkan Amarah Sultan Agung

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Sultan Agung Hanyokrokusumo atau Raden Mas Rangsang (1593), merupakan Raja Mataram yang mengantarkan kejayaan puncak agama Islam di Tanah Jawa. Selain kisahnya mengusir penjajah Belanda di Batavia, ada beberapa kisahnya menarik untuk dibahas. Sultan Agung digambarkan sebagai raja yang digdaya, sakti, cerdas, dan pintar itu dikisahkan pernah mengguncang dan menaklukkan Kota Makkah, Arab Saudi dengan mengirimkan sebuah malapetaka wabah penyakit mematikan dipicu atas murka dari sang raja. Raja Mataram itu murka lantaran tersingung atas penolakan keras dari pemegang otoritas Kota Makkah saat itu, yakni Imam Syafi’i. Wabah penyakit sengaja dikirimkan lewat Penguasa Pantai Selatan, yakni Ratu Nyi Roro Kidul untuk meredakan amarah Sultan Agung. Murkanya Sultan Agung itu bisa reda setelah Kanjeng Sunan Kalijaga turun tangan ikut menenangkan dengan memberinya sebuah hadiah istimewa berupa serban hitam bekas Nabi Muhammad SAW. Serban itu dikirim Imam Syafi’i lewat Sunan Kalijaga sebagai permintaan maaf. Dalam Babad Nitik Sarta Cabolek diceritakan berawal kebiasaan Sultan Agung salat Jumat di Makkah berujung membuat terjadinya malapateka besar. Atas kesaktiannya itu, Sultan Agung bisa sekejap mata berada di Kota Makkah untuk menunaikan ibadah salat. ”Sultan Agung salat di Masjid Makkah setiap hari Jumat,” demikian tertulis di Babad Nitik Sarta Cabolek seperti diringkas de Grave (2001. 176-177). Usai salat Jumat di Makkah, Sultan Agung menemui Iman Supingi, ulama besar pemegang otoritas di Makkah. Iman Supingi yang dimaksud adalah Imam Syafi’i, salah satu Imam yang dikenal dari empat madzab dalam ajaran agama Islam. Pelafalan nama Imam Syafi’i menjadi Iman Supingi, karena menyesuaikan dengan lidah orang Jawa kala itu. Usai salat, Sultan Agung saat itu meminta izin kepada Iman Supingi untuk mendirikan sebuah pesarean (makam) di Kota Makkah. Sultan Agung berharap ketika tutup usia nanti, dia bisa bermakam di Makkah yang lokasinya berdekatan dengan makam para nabi. Namun permintaan yang disampaikan baik-baik itu, ditolaknya. Dalam cerita legenda yang disampaikan Babad Nitik Sarta Cabolek, Iman Supingi melakukan penolakan itudengan alasan bahwa Sultan Agung tidak layak untuk bermakam dekat makam nabi. Musababnya, Sultan Agung diketahui terlahir dari sebuah pertemuan seorang manusia dengan bangsa jin atau dewa, sehingga keberadaanya dapat meresahkan para nabi. Alhasil, Sultan Agung tidak bisa menerima alasan yang diutarakan Iman Supingi tersebut. Raja Jawa itu seketika tersinggung. “Sultan Agung murka,” demikian yang tertulis dalam buku “Naik Haji di Masa Silam, Tahun 1482-1890”. Saat itu langsung Sultan Agung bertolak ke tanah Jawa dengan penuh kekecewaan dengan penuh amarah. Kala itu, dia mendatangi Pantai Selatan tempat di mana Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul bertakhta. Sultan Agung di sana mengadu. Dalam legenda sejarah Mataram Islam, Kanjeng Ratu Kidul merupakan istri dari raja-raja Jawa. Kanjeng Ratu Kidul lantas mengusulkan untuk menyerang Makkah dengan cara menyebarkan wabah penyakit. Sultan Agung yang dalam keadaan emosi, langsung mengiyakan. Alhasil, Kanjeng Ratu Kidul kemudian mengirimkan wabah secara gaib ke Makkah. “Maka Ratu Kidul memerintahkan kepada dua panglimanya, Nyai Ira Kidul dan Nyai Kidul untuk mengepalai pasukan “lelembut dan teluh” ke Mekkah dan menyebarkan penyakit di sana”. Dalam riwayat cerita Babad Nitik Sarta Cabolek, disebutkan bahwa Kota Makkah kemudian geger. Malapetaka yang berupa pagebluk meneror tanah suci. Maut tiba-tiba merajalela, di mana tiap hari banyak orang mati tanpa sebab yang jelas. Para imam berusaha membendung wabah dengan memperbanyak salat dan pengajian. Namun, kematian tak kunjung berhenti. ”Satu-satunya tempat yang tidak kena malapetaka ini yakni Masjidilharam dan orang berbondong mencari perlindungan di dalamnya”. Singkat cerita, Sunan Kalijaga saat salat Jumat di Makkah mendengar malapateka yang sedang terjadi. Iman Supingi menceritakan bahwa kota Mekkah diserang wabah penyakit sejak kedatangan Sultan Agung satu bulan sebelumnya. Sunan Kalijaga berjanji akan memeriksa apakah “cucunya” (Sultan Agung) ada sangkut pautnya dengan pagebluk yang sedang melanda kota Mekkah. “Dan Iman Supingi menitipkan serban hitam bekas milik Nabi Muhammad supaya diberikan kepada Sri Sultan, sambil mengatakan bersedia meminta maaf kepadanya,” tulis Babad Nitik Sarta Cabolek. Begitu kembali ke Jawa, Sunan Kalijaga langsung mendatangi Mataram untuk menghadap Sultan Agung. Dalam pertemuan itu hadir pula Pangeran Purbaya, kakak sultan. Sunan Kalijaga menyampaikan apa yang dikatakan Iman Supingi. Awalnya, Sultan Agung enggan memberi maaf karena masih sakit hatinya. Bahkan, hatinya masih marah. Namun setelah dibujuk Pangeran Purbaya, ditambah adanya hadiah serban hitam, Raja Jawa itu kemudian bersedia memaafkan. Sunan Kalijaga menamai serban hitam hadiah itu Tunggul Wulung. Didampingi Sunan Kalijaga, Sultan Agung lantas bertolak ke Makkah. Saat bertemu Sultan Agung, Iman Supingi menyampaikan permintaan maafnya. Sultan Agung kemudian menyatakan terima kasih kepada Kanjeng Ratu Kidul dan wabah yang menyerang kota Makkah seketika sirna. Di Makkah, Iman Supingi mengizinkan keinginan Sultan Agung untuk mendirikan pesarean. Sunan Kalijaga mengatakan kepada Sultan Agung, rakyat Jawa akan kesulitan memuja Sultan sebagaimana mestinya jika makamnya berada di Makkah. Solusinya, Sunan Kalijaga mengambil segumpal tanah dari pesarean nabi-nabi dan membungkusnya dengan kain. Dengan karamahnya, segumpal tanah itu kemudian dilempar ke Pulau Jawa. ”Sambil menjelaskan kepada Sultan, di mana tanah itu jatuh, di situlah pesarean boleh dibuka”. Gumpalan tanah Mekkah itu jatuh di Gunung Girilaya. Saat Sultan Agung mendatangi lokasi, dia keduluan Sultan Cirebon yang menyatakan ingin bermakam di situ karena tanahnya keramat. ”Silakan, kata Sultan Agung, dan Sultan Cirebon mangkat seketika”. Sultan Agung sudah rela saat meninggal tidak dimakamkan di Makkah. Sunan Kalijaga kemudian kembali melemparkan segumpal tanah. Gumpalan tanah itu jatuh di bukit Imogiri. Di tanah keramat itu, Sunan Kalijaga dengan kesaktiannya membuat mata air memancur dari batu. Di Imogiri tersebut Sultan Agung kemudian mendirikan pesarean raja-raja Mataram Islam dan keluarganya hingga sekarang. (mif) Baca juga :

Read More

Umat Muslim Afrika Menjaga Al Qur’an Tertua yang Ditulis Imam Indonesia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Umat Muslim Cape Town menjaga Al-Qur’an berusia lebih dari dua abad di sebuah masjid di distrik bersejarah Bo Kaap. Al-Qur’an tertua di Afrika Selatan itu ditulis rapi dengan tangan oleh imam asal Indonesia. Imam ini diasingkan oleh Belanda ke ujung selatan Afrika. Para peneliti percaya bahwa Imam Abdullah ibn Qadi Abdus Salaam, yang dikenal sebagai Tuan Guru, menulis Al-Quran berdasarkan ingatannya. Saat itu ia diasingkan dari Pulau Tidore ke Cape Town sebagai tahanan politik pada tahun 1780. Imam Abdullah menjalani pengasingan akibat bergabung dalam gerakan melawan penjajah Belanda. Al-Qur’an ini ditemukan di dalam kantong kertas di loteng Masjid Auwal oleh para pekerja bangunan saat membongkar dan merenovasi masjid di pertengahan 1980-an. “Loteng itu sangat berdebu, sepertinya tidak ada seorang pun yang pernah berada di loteng itu selama lebih dari 100 tahun. Pekerja bangunan juga menemukan sekotak teks keagamaan yang ditulis oleh Tuan Guru,” kata anggota komite masjid, Cassiem Abdullah, kepada BBC, dikutip Selasa (29/08/2023). Al-Qur’an yang tidak dijilid, terdiri dari halaman-halaman lepas, tanpa nomor halaman, ditemukan dalam kondisi baik. Kerusakan, robek bagian tepi, hanya dijumpai di beberapa halaman pertama. Tulisan kaligrafi Arab yang dibuat dari tinta hitam dan merah pun masih terbaca jelas dan kondisinya masih sangat baik. Tantangan terbesar bagi komunitas Muslim setempat dalam melestarikan artefak yang berasal dari tahun 1694 ini adalah memastikan bahwa semua halaman yang terdiri dari 6.000 ayat Al-Quran ditempatkan dalam urutan yang benar. Tugas ini dilakukan oleh mendiang Maulana Taha Karaan, ketua ahli hukum Dewan Peradilan Muslim di Cape Town, bersama beberapa ulama setempat. Proses penyelesaian penjilidan halaman-halaman Al-Qur’an itu memakan waktu hingga tiga tahun lamanya. Saat ini Al-Qur’an tersebut dipajang di Masjid Auwal, yang didirikan oleh Tuan Guru pada 179 sebagai masjid pertama di Afrika Selatan. Teks berharga ini hampir tiga kali dicuri. Sehingga komunitas setempat mengamankannya dalam kotak anti api dan peluru 10 tahun yang lalu. Penulis biografi Tuan Guru, Shafiq Morton, percaya bahwa cendekiawan tersebut kemungkinan besar mulai menulis salinan pertama dari lima salinannya saat ditahan di Pulau Robben – tempat ikonik anti-apartheid Nelson Mandela juga dipenjarakan dari tahun 1960an hingga 1980an – dan terus dilakukan hingga pembebasannya. Sebagian besar salinan ini diyakini ditulis ketika ia berusia antara 80 dan 90 tahun. Pencapaiannya terbilang luar biasa karena bahasa Arab bukanlah bahasa pertamanya. Menurut Morton, Tuan Guru dipenjara di Pulau Robben dua kali. Pertama dari tahun 1780 hingga 1781 ketika dia berusia 69 tahun, dan terakhir antara tahun 1786 dan 1791. “Saya percaya salah satu alasan dia menulis Al-Quran adalah untuk membangkitkan semangat para budak di sekitarnya. Dia menyadari bahwa jika dia menulis salinan Al-Quran, dia bisa mendidik umatnya lewat Al-Quran dan sekaligus mengajari mereka martabat,’ kata Morton. “Kalau kita lihat di arsip, kertas yang dipakai Belanda mirip sekali dengan yang dipakai Tuan Guru. Mungkin kertasnya sama. Penanya dibuatnya sendiri dari bambu dan tinta hitam dan merahnya mudah diperoleh dari pemerintah kolonial,” lanjutnya. Dosen sejarah Islam Afrika Selatan, Syekh Owaisi, melakukan penelitian ekstensif pada Al-Quran dengan tulisan tangan di Cape Town itu. Ia yakin Tuan Guru termotivasi oleh kebutuhan untuk melestarikan Islam di kalangan tahanan dan budak Muslim di wilayah itu yang merupakan koloni Belanda. “Ketika mereka sedang mengajarkan Alkitab dan mencoba untuk mengubah agama para budak menjadi Muslim, Tuan Guru sedang menulis salinan Al-Quran, mengajarkannya kepada anak-anak dan menyuruh mereka untuk menghafalkannya. Ini menceritakan kisah ketahanan dan ketekunan. Ini menunjukkan tingkat pendidikan orang-orang yang dibawa ke Cape Town sebagai budak dan tahanan,” sambungnya. Tuan Guru juga menulis buku berbahasa Arab setebal 613 halaman berjudul Ma’rifat wal Iman wal Islam (Ilmu Iman dan Agama) berdasarkan hafalan. Buku yang merupakan panduan dasar keyakinan Islam itu, telah digunakan selama lebih dari 100 tahun untuk mengajarkan umat Muslim di Cape Town tentang keyakinan mereka. Kondisinya masih bagus dan dimiliki oleh keluarga Rakiep, keturunan Tuan Guru. Sementara replikanya disimpan di perpustakaan nasional di Cape Town. “Dia duduk dan menuliskan segala hal yang dia ingat tentang agama Islam dan dia menggunakannya sebagai teks untuk mengajar orang lain,” kata Syekh Owaisi. Dari lima mushaf Al-Qur’an tulisan tangan Tuan Guru, tiga masih bisa dipertanggungjawabkan. Selain satu yang ada di masjid Auwal, dua lainnya milik keluarga, termasuk cicitnya. Sedikitnya 100 replika telah diproduksi. Di mana salah satunya diserahkan untuk perpustakaan masjid Al-Aqsa, situs suci ketiga dalam Islam, di Yerusalem. Sedangkan beberapa lainnya diberikan kepada pejabat yang berkunjung. Pada Mei 2019 Ganief Hendricks, pemimpin partai politik Muslim di Afrika Selatan, Al Jama’ah, menggunakan salah satu replikanya untuk dilantik sebagai anggota parlemen. Belanda tidak menyadari bahwa dengan membuang Tuan Guru ke Afrika bagian selatan, menjadi katalisator penyebaran Islam ke wilayah ini. Kini umat Islam di wilayah tersebut sekitar 5 persen dari populasi Cape Town yang berjumlah 4,6 juta jiwa. “Ketika dia datang ke Cape, Tuan Guru mengamati bahwa kondisi Islam sangat buruk sehingga dia punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” kata Morton. Masyarakat tidak benar-benar mendapatkan teks apa pun – mereka menjadi Muslim lebih karena ingatan budaya dibandingkan hal lainnya. “Saya berpendapat bahwa Alquran pertama yang ditulisnya adalah alasan mengapa komunitas Muslim bertahan dan berkembang menjadi komunitas terhormat yang kita miliki saat ini,” pungkasnya. (yan) Baca juga :

Read More

Makam Gatotkoco di Temukan di Wilayah Malang Raya, Jalur Antara Cangar Mojokerto dan Kota Batu

Surabaya — 1miliarsantri.net : Di wilayah Malang Raya, tepatnya di kawasan Cangar yang menjadi jalur penghubung Batu-Mojokerto tersimpan sebuah misteri yang menggemparkan. Tak jauh dari jalur yang terkenal sepi dan cukup berbahaya tersebut terdapat dua makam kuno yang berbentuk panjang. Makam yang panjangnya mencapai tiga meteran itu lokasinya tersembunyi di atas jurang. Karena berada di area hutan, di sekeliling makam yang dikeramatkan oleh warga sekitar ini banyak ditemui tanaman anggrek liar yang menambah indah pemandangan sekitar. Pemandangan semacam ini memang wajar karena kawasan tersebut memang berada di Taman Hutan Rakyat Raden Suryo yang berada di lereng Gunung Welirang. Selain itu, di dekat makam tersebut juga tumbuh sebuah pohon besar yang menjulang tinggi. Konon, menurut kepercayaan warga sekitar, dua sosok yang terkubur di bawah dua makam keramat ini dipercaya adalah Raden Gatotkaca dan istrinya. Sebagaimana diketahui, Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam kisah Mahabharata. Ia merupakan keturunan Bima, tokoh pewayangan yang menjadi anggota Pandawa Lima. Gatotkaca digambarkan sebagai sosok pria yang memiliki kekuatan luar biasa, hingga disebut-sebut memiliki otot seperti kawat dan tulang bagaikan besi. Sulit dipercaya memang karena tak diketahui secara pasti apakah benar Gatotkaca yang dimaksud adalah tokoh pewayangan yang selama ini kita ketahui. Selain itu, menurut kisahnya, di makam kuno di kawasan Cangar ini dulunya tertancap dua pusaka sakti milik Gatotkaca. Tak ada yang mampu memegang pusaka tersebut. Entah benar atau tidak, saat ini pusaka tersebut tak bisa diketahui di mana keberadaannya. Informasi tersebut diperoleh dari sebuah video yang diunggah di kanal YouTube MEGALUH TV pada tanggal 28 Januari 2023. “Ini ada makam orang sakti. Masyarakat mengatakan ini makam Raden Gatotkaca dan istrinya,” ujar pria di dalam video tersebut. Uniknya, dua makam yang dikeramatkan ini masih sering dikunjungi para peziarah yang berasal dari masyarakat sekitar dan para ahli spiritual. Hal ini dapat dilihat dari dupa yang menancap di sebelah batu nisan makam tersebut. (tin) Baca juga :

Read More

Benarkah Tanggal 15 Agustus 1950 Ada Proklamasi Kedua, Ini Maksudnya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kita mengenal Sukarno-Hatta menyebut pernyataan kemerdekaan Indonesia dengan kata “proklamasi”. Istilah yang kita pahami yakni Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di naskahnya, hanya ditulis: Proklamasi. Dalam bahasa Belanda, proclamatie. Artinya pengumuman, pemakluman, pemberitahuan, pernyataan. Kita pernah mengenal proklamir. Pidato-pidato sering menyebut memproklamirkan, diproklamirkan. Dalam bahasa Belanda, proclameren. Artinya menyatakan. Tentu saja, ketika orang-orang tua kita menyebut proklamir, mereka mengambilnya dari proclameren. Lahirlah kata memproklamirkan, diproklamirkan, berasal dari proklameerd, geproclameerd. Tapi proklamir sejak 1988 dicatat KBBI sebagai bentuk tidak baku dari proklamasi. Arti proklamasi menurut KBBI: pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat; pemakluman; pengumuman. Piagam Pembentukan NKRI yang ditandatangani Sukarno pada 15 Agustus 1950, oleh pers berbahasa Belanda juga disebut proklamasi. “De proclamatie van President Soekarno over de vorming der eenheidsstaat luidt als volgt,” tulis Preangerbode edisi 15 Agustus 1950. Artinya: Pernyataan dari Presiden Sukarno mengenai pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hatta menyebut pembentukan NKRI ini sebagai Proklamasi Kedua. Mengawali beritanya, Preangerbode menggunakan geproclameerd: Hedenmorgen te 8 u. 40 heeft President Soekarno in een gezamenlijke zitting van het voorlopige parlement en Senaat van de RIS de vorming van de eenheidsstaat Republiek Indonesia geproclameerd. Artinya: Pagi ini pukul 8.40 dalam Rapat Gabungan Parlemen Sementara dan Senat RIS, Presiden Sukarno memproklamasikan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Preangerbode menulis lengkap pernyataan Sukarno: Hierbij delen wij de gezamenlijke vergadering van het voorlopige Parlement en de Senaat van de RIS mede, dat de ontwerpgrondwet ter verandering van de voorlopige grondwet der RIS in de voorlopige ‘grondwet van de eenheidsstaat Republiek Indonesia, welke samengesteld is door de Regering met de regeringen van de deelgebieden in de RIS, goedgekeurd is door het Parlement en de Senaat van de RIS in hun zitting van 14 Augustus 1950. Heden, 15 Augustus 1950 hebben wij de tekst van de nieuwe grondwet ondertekend. Deze tekst is tevens voorzien van de handtekeningen van de Minister President en de Minister van Justitie, terwijl deze laatste de inhoud daarvan reeds heeft bekendgemaakt. Ons baserend op de proclamatie van de onafhankelijkheid van Indonesie op 17 Augustus 1945 verklaren wij namens het volk, dat heden de eenheidsstaat Republiek Indonesia tot stand is gebracht, omvattende het gehele land en volk van Indonesië. Djakarta, 15 Augustus 1950. w.g. Soekarno. Dalam bahasa Indonesia, kurang lebih begini (w.g. singkatan dari was getekend, ditandatangani/tertanda): Dengan ini kami beritahukan kepada Rapat Gabungan Parlemen Sementara dan Senat RIS, bahwa Rancangan Undang-Undang Dasar untuk mengubah Undang-Undang Dasar Sementara RIS menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah disusun oleh Pemerintah dengan pemerintah negara bagian di RIS, dan telah disetujui oleh DPR dan Senat RIS dalam sidangnya tanggal 14 Agustus 1950. Hari ini, 15 Agustus 1950, kami telah menandatangani naskah konstitusi baru. Naskah ini juga ditandatangani oleh Perdana Menteri dan Menteri Kehakiman, sementara Menteri Kehakiman telah menerbitkan isinya. Berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, kami menyatakan atas nama rakyat bahwa pada hari ini telah berdiri Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh negara dan rakyat Indonesia. Jakarta, 15 Agustus 1950. ttd Sukarno. (pri) Baca juga :

Read More

Mengenang dan Mengenal Sepak Terjang HR Rasuna Said

Jakarta — 1miliarsantri.net : Siapa yang tidak kenal dengan Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau kita kenal dengan HR Rasuna Said. Terlahir di Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910. Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang telah menerima penghargaan sebagai pahlawan nasional Indonesia dari pemerintah. Ia merupakan pejuang yang dengan gigih memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, sama seperti perjuangan yang dilakukan oleh Ibu Kartini. HR Rasuna Said dikenal sebagai sosok yang berkemauan keras dan memiliki pengetahuan yang luas. Pada masa kecilnya, ia telah mengenyam pendidikan Islam di pesantren. Sejak kecil ia sudah aktif di berbagai pengajian. Setelah lulus SD, ia meneruskan ke pondok pesantren Ar-Rasyidiyah di dekat kota kelahirannya. Rasuna Said satu-satunya santri perempuan yang mondok di pesantren tersebut. Ia sangat tertantang dan antusiasme dalam belajar ilmu agama di sini. Memasuki usia remaja, ia pindah ke sekolah agama khusus perempuan di Diniyah Putri Padang Panjang. Namun, ia tak lama menjadi guru. Pada tahun 1930, saat usia 20 tahun, ia keluar dari Diniyah Putri. Rasuna Said merasa kurang cukup untuk malakukan perubahan hanya dengan menjadi guru atau mendirikan sekolah. Ia pun mulai mengikuti organisasi pergerakan untuk memperjuangkan nasib kaum wanita yang saat itu masih terbelakang. Rasuna Said aktif sebagai sekretaris di Sarekat Rakyat (SR). Ia juga terlibat dengan gerakan Islam modern Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada tahun 1930. Ia mulai berorasi di setiap kegiatan soal hak-hak perempuan yang mulai dilupakan. Rasuna Said tak jarang mengritik pemerintah Belanda yang menyebabkan sistem dan budaya perempuan menjadi lemah. Ajakan Rasuna Said mendapatkan dukungan dari pribumi, namun dapat perlawanan dari penjajah Belanda. Merasa terancam akan ada gejolak di masyarakat, pemerintah Belanda mengasingkan Rasuna Said ke Semarang, Jawa Tengah, pada 1932. Saat itu, Rasuna berusia 22 tahun. Meski ditahan di Semarang, semangat perjuangan dan perlawanan Rasuna Said terus menggebu. Ia tetap rajin menulis sebagai kritik kepada penguasa saat itu. Pada tahun 1935, ia berjuang sekaligus sebagai jurnalis. Ia menjadi pemimpin redaksi di majalah Raya. Di Semarang, ia merasa kurang puas dengan sikap tokoh-tokoh PERMI dalam melakukan perlawanan Belanda. Rasuna akhirnya memutuskan pindah ke Medan. Di sini, ia mendirikan sekolah perguruan poeteri saat memasuki usianya yang 27 tahun. Selain lembaga pendidikan, ia juga ia membuat majalah mingguan bernama Menara Poeteri pada tahun 1937. Ia tetap konsentrasi dalam memperjuangkan wanita Indonesia. Slogan koran ini mirip dengan slogan Bung Karno, “Ini dadaku, mana dadamu”. Koran ini selain banyak berbicara soal perempuan, juga ajakan kepada pribumi kesadaran pergerakan, yaitu antikolonialisme. Rasuna Said tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum pemerintahan Belanda yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang pemerintahan Belanda. Pada masa penjajahan Jepang, Rasuna Said merupakan salah satu pendiri organisasi pemuda Nippon Raya. Dalam karir politiknya, HR Rasuna Said pernah menjabat sebagai DPR RIS dan kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak tahun 1959 sampai meninggal. Ia wafat di Jakarta 2 November 1965 pada usia 55 tahun. Meninggalkan satu anak dan enam cucu. Atas keberaniannya dalam membela kaum perempuan dengan orasi-orasi dan tulisannya yang tajam, ia diberi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974. Untuk mengenang jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, nama HR Rasuna Said diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. (yan) Baca juga :

Read More

Menristekbud Menerima Kedatangan 4 Arca Kerajaan Singasari dari Belanda

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kembalinya empat arca peninggalan Kerajaan Singasari dari Belanda ke Indonesia disambut bahagia oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim yang menyambut kedatangan empat arca peninggalan Kerajaan Singasari tersebut di Museum Nasional Indonesia, Selasa (22/08/2023). Keempat arca tersebut merupakan bagian dari 472 artefak berharga hasil proses pemulangan kembali atau repatriasi benda sejarah dan budaya dari Belanda ke Indonesia. “Masih dalam semangat kemerdekaan, masyarakat Indonesia patut berbangga atas hasil perjuangan kita bersama selama kurang lebih dua setengah tahun untuk mengembalikan benda sejarah dan budaya milik bangsa ini kembali ke Tanah Air,” kata Nadiem. Upaya repatriasi ini telah dimulai Kemendikbudristek sejak tahun 2021 dan secara resmi disepakati kedua negara pada 10 Juli 2023 lalu. Pemerintah Indonesia dalam seremoni kesepakatan tersebut diwakili oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid. Arca Durga, Mahakala, Nandishvara, dan Ganesha yang telah tiga abad disimpan di Belanda tersebut adalah tahap pertama artefak yang tiba di Indonesia. Kemendikbudristek kini tengah memproses pengembalian satu keris Puputan Klungkung, 132 karya seni Pita Maha, dan 335 koleksi khasanah Puri Cakranegara Lombok. “Pemulangan ratusan benda yang membentuk sejarah peradaban bangsa ini saya harap dapat meningkatkan semangat nasionalisme dan menambah khazanah ilmu pengetahuan kita. Hal ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya yang senantiasa kita dorong,” sambung Nadiem. Nadiem menambahkan, pihaknya sudah cek langsung kondisi keempat arca Singasari dan mengarahkan tim agar menjaga dan merawatnya dengan baik. Begitupun dengan ratusan benda hasil repatriasi yang secara bergelombang akan dibawa kembali ke tanah air. Hal tersebut ditekankan Mendikbudristek karena selain sebagai sumber ilmu pengetahuan untuk jangka panjang, dirinya ingin dalam jangka pendek ini masyarakat dapat melihat artefak-artefak berharga tersebut dalam bentuk pameran. Mendikbudristek juga mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam upaya repatriasi. “Apresiasi saya yang setinggi-tingginya kepada Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan tim Kemenlu, Pemerintah Kerajaan Belanda, tim repatriasi, dan para petugas yang memastikan benda-benda ini kembali ke Tanah Air dengan selamat,” pungkas Nadiem. (yan) Baca juga :

Read More

Pelecehan Muslimah Oleh Yahudi Qainuqa

Jakarta — 1miliarsantri.net : Bani Qainuqa merupakan salah satu suku Yahudi yang hidup di perkampungan khusus mereka di Madinah. Perang ini berawal dari kebencian kaum Yahudi atas kemenangan kaum Muslimin terhadap orang kafir Quraisy. Seperti dikutip dari buku Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ, dengan berbagai macam cara mereka menghembuskan perpecahan dan fitnah di kalangan kaum Muslimin. Rasulullah ﷺ berulang kali menasehati mereka dan menyerukan mereka kepada Islam. Namun hal tersebut justru semakin membuat mereka angkuh dan mengejek kaum Muslimin . Namun Rasulullah ﷺ tetap bersabar atas ulah mereka. Hingga suatu saat, ketika seorang Muslimah belanja di pasar mereka, orang-orang Yahudi melecehkannya dengan meminta agar wanita tersebut menyingkap jilbabnya. Tentu saja wanita tersebut menolaknya. Kemudian seorang penjual perhiasan mengikat ujung pakaiannya tanpa dia ketahui, sehingga ketika dia berdiri, tersingkaplah aurat wanita tersebut diiringi derai tawa orang-orang Yahudi di sekitarnya. Wanita itu berteriak, kemudian salah seorang sahabat datang menolong dan langsung membunuh pelakunya. Namun kemudian orang-orang Yahudi mengeroyok dan membunuhnya. Ketika berita ini sampai kepada Rasulullah ﷺ, beliau langsung mengumpulkan tentaranya, dan memberikan bendera kepada Hamzah bin Abdul Muththalib. Lalu mereka menuju Bani Qainuqa’. Ketika melihat kedatangan kaum Muslimin, orang-orang Yahudi segera berlindung di balik benteng-benteng mereka. Pasukan Rasulullah ﷺ mengepung mereka dengan rapat selama 15 hari pada bulan Syawal hingga awal Dzul Qa’idah tahun ke-2 Hijriyah. Akhirnya Bani Qainuqa menyerah karena ketakutan melanda mereka. Lalu mereka menyerahkan keputusannya kepada Rasulullah ﷺ. Abdullah bin Ubay bin Salul dengan gaya kemunafikannya membujuk Rasulullah ﷺ agar tidak membunuh mereka. Rasulullah ﷺ akhirnya mengusir mereka dari kota Madinah agar tidak tinggal berdampingan dengan kaum Muslimin . Setelah itu masih ada lagi beberapa peperangan yang berhasil diatasi oleh Rasulullah ﷺ dan pasukannya. Untuk lebih menunjukkan ketegasan Rasulullah ﷺ dalam masalah ini, beliau memerintahkan untuk membunuh Ka’ab bin al-Asyraf, seorang Yahudi yang paling dengki terhadap Islam dan kaum Muslimin, dan secara terang-terangan sering menyakiti kaum Muslimin . Hal tersebut semakin besar pengaruhnya karena dia orang terpandang di kaumnya, kaya raya dan penyair. Tugas tersebut dilaksanakan oleh para sahabat yang dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Hal ini semakin menambah kegentaran orang-orang Yahudi, bahwa Rasulullah ﷺ tidak segan-segan mengambil tindakan tegas jika ada yang bertindak sewenang-wenang terhadap kaum Muslimin. (Iin/aaz) Baca juga :

Read More

Terdapat 6 Peristiwa Penting Dalam Bulan Safar

Jakarta — 1miliarsantri.net : Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengikhbarkan bahwa awal bulan Safar 1445 H mulai Jumat (18/8/2023). Hal ini disampaikan melalui surat tertulis yang dikeluarkan pada Rabu (16/08/2023). “Awal bulan Shafar 1445 H bertepatan dengan Jumat Legi 18 Agustus 2023 M (mulai malam Jumat) atas dasar istikmal,” sebagaimana tertulis dalam Pengumuman Nomor : 040/LF–PBNU/VIII/2023 yang dikeluarkan pada Rabu (16/8/2023). Ustadz Amien Nurhakim menguraikan, di bulan kedua dalam tahun Qamariah ini, setidaknya terdapat enam (6) peristiwa penting dalam sejarah Islam di Bulan Safar. Ia mengutip dari kitab Mandzumah Syarh al-Atsar fî mâ Warada ‘an Syahri Safar (hal 9) yang ditulis Habib Abu Bakar al-‘Adni. Adapun 6 peristiwa penting tersebut adalah : Demikian itu terjadi beberapa hari pra-wafatnya Rasulullah. Dua peristiwa terakhir ini, menurut Ustadz Amien, tidak disebutkan oleh Habib Abu Bakar al-‘Adni dalam kitabnya, Mandzumah Syarh al-Atsar fî mâ Warada ‘an Syahri Safar. (fq) Baca juga :

Read More