Kemenag dan Universitas Al-Azhar Resmikan Pembangunan Markaz Tathwir

Jakarta — 1miliarsantri.net : Kementerian Agama (Kemenag) dan Universitas Al-Azhar meresmikan pembangunan Markaz Tathwir Ta’lim At-Thullab Al-Wafidin Wa Al-Ajanib cabang Indonesia. Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Profesor Dr. Nahla Sabry El Seidy, Head of Center for the Development of Foreign Students Education at Al-Azhar Affairs (Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Mahasiswa Asing Al-Azhar) di Auditorium HM Rasjidi, Kamis (11/07/2024). “Mesir adalah negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, maka sudah selayaknya Indonesia menjalin hubungan yang baik dan bekerja sama dengan Mesir demi kebaikan dua negara yang kita cintai,” ujar Wakil Menteri Kementerian Agama, Saiful Rahmat Dasuki. Menurutnya, Mesir memiliki Universitas Al-Azhar yang menjadi salah satu destinasi pendidikan pelajar Indonesia yang ingin menambah ilmu pengetahuan agama islam. “Al-Azhar banyak melahirkan tokoh-tokoh ulama Indonesia, Abdurrahman Wahid, M. Quraish Shihab, Mustofa Bisri, dan lain-lain. Tentunya ada keterkaitan pandangan pandangan Islam beliau hari ini dan mengajarkan pada kita”, ucap Wamenag. Wamenag menyampaikan, Al-Azhar adalah kampus pencetak ulama yang memiliki pemahaman Islam yang moderat, dan benteng Islam moderat yang tertua yang ada di dunia islam saat ini. “Saya mewakili Menteri Agama, menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada Yang Mulia Grand Syekh Al Azhar, Prof. Ahmed Mohammed Ahmed Al-Tayeb dan juga kepada Prof. Dr. Nadzir Muhammad Iyad, atas kesempatan silaturahmi dan hubungan yang baik ini,” katanya Prof. Dr. Nahla Sabry El Seidy mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama Republik Indonesia yang berinisiatif membuka cabang Markaz Tathwir di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa Al-azhar selalu mengedepankan upaya maksimal untuk melayani para mahasiswa asing terutama dalam pendirian Markaz Tathwir di indonesia. “Markaz Tathwir adalah sebuah markaz yang sangat penting posisinya dalam hal penyiapan calon-calon mahasiswa yang akan belajar di universitas Al-Azhar,” ucapnya. Saat ini proses pendirian Markaz Tathwir sedang dalam tahap urusan persetujuan dari kedua negara. Setelah tahap tersebut selesai, markaz dapat segera melayani mahasiswa Indonesia di Al-azhar. Turut hadir dalam acara tersebut Secretary General of the Islamic Research Institute Al-azhar Prof. Dr Nadzir Muhammad Iyad dan Wakil Duta Besar Mesir untuk Indonesia Osama Hamdy. Selain Sekretaris Jenderal Kemenag RI Muhammad Ali Ramdhani dan para jajaran, hadir juga para perwakilan dari KBRI di Kairo. (wink) Baca juga :

Read More

ISNU Jatim Siapkan Buku dan Simposium Hari Santri 2024

Surabaya — 1miliarsantri.net : Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jawa Timur bersama PC ISNU Ponorogo menyiapkan kegiatan penulisan antologi buku dan simposium “SIIR Santren ke-2” untuk menyambut Hari Santri Nasional 2024. “Ponorogo akan menjadi pusat perayaan Hari Santri Nasional 2024 oleh ISNU Jatim yang sarat akan wacana intelektual,” terang Ketua PW ISNU Jatim Prof Mas’ud Said MA di Surabaya, Kamis (11/7/2024) Kegiatan Hari Santri 2024 yang dipusatkan di Ponorogo itu memang disiapkan ISNU Ponorogo dengan dua acara utama, yakni penulisan antologi buku dan simposium tentang pemikiran santri. Ia menegaskan bahwa tema penulisan antologi buku adalah “Trajectory Visi Kemanusiaan Sarjana NU”, sedangkan tema Simposium SIIR Santren ke-2 adalah “Pemikiran Santri & Khazanah Pesantren Nusantara”. “Antologi ini mengajak para dosen, akademisi, aktivis, penulis, peneliti, dan praktisi untuk menggali gagasan-gagasan segar seputar peran sarjana NU dalam menjawab tantangan zaman,” urainya. Topik-topik yang diangkat meliputi konservasi budaya Islam Nusantara, kebijakan publik, ekonomi inklusif, dan nilai-nilai Aswaja dalam konteks kebangsaan. Partisipan yang terpilih akan mendapatkan e-sertifikat, e-book, sertifikat HAKI, dan kesempatan untuk meluncurkan karya mereka pada Hari Santri Nasional 2024. Sementara itu, simposium SIIR Santren ke-2 akan menjadi ajang diskusi pemikiran santri dalam menghadapi berbagai isu kontemporer, seperti ekologi, era digital, konsep negara bangsa, diaspora Nahdliyin, dan pendidikan tinggi NU era Revolusi Industri 5.0. “Simposium akan diadakan pada 5-6 Oktober 2024 di Pendopo Agung Kabupaten Ponorogo. Makalah terpilih akan dipublikasikan di jurnal-jurnal terkemuka. Pendaftaran dan pengiriman makalah dapat dilakukan hingga 20 September 2024,” lanjutnya. Ia mengharapkan kedua acara ini dapat memperkaya wacana intelektual, memperkuat tradisi pendidikan pesantren, serta memberikan kontribusi positif bagi pembangunan masyarakat dan budaya Indonesia. Pada Rabu (3/7/2024) lalu, PW ISNU Jatim juga telah meluncurkan “Digital Library” ISNU Jatim di Surabaya yang dihadiri mantan Wakil Gubernur Jatim dan anggota Dewan Penasihat ISNU Jatim Dr Emil Elestianto Dardak MSc, Ketua Umum PP ISNU Prof DR HC Ali Masykur Moesa, dan Stafsus Wapres KH Masduqi Baidlowi. Hingga acara peluncuran itu, Perpustakaan Digital ISNU Jatim sudah menghimpun 200-an buku secara digital, sedangkan perpustakaan non-digital di Kantor PW ISNU Jatim di Jalan Taman Gayungsari Barat I, Pagesangan, Surabaya, juga sudah mengoleksi 1.600-an buku yang juga terbuka untuk publik/umum. (har) Baca juga :

Read More

Pergantian Kiswah Ka’bah Gunakan 1.000 Kilogram Sutera

Mekah — 1miliarsantri.net : Otoritas Pengelola dan Perawatan Masjid Agung Masjidil Haram dan Masjid Nabawi menghiasi kiblat umat Islam, Ka’bah, dengan penutup baru Kiswah sesuai tradisi tahunan di negara tersebut. Melansir Kantor Berita Arab Saudi atau Saudi Press Agency (SPA), proses ini dilakukan Sabtu (6/7/2024) oleh tim dari Kompleks Raja Abdulaziz untuk Kiswah Ka’bah Suci, yang terdiri dari 159 pengrajin terampil. Para pengrajin tersebar di sekitar sisi dan atap Ka’bah, masing-masing bertanggung jawab sesuai keahlian mereka. Mereka mulai dengan membongkar Kiswah lama, memasang yang baru, dan melakukan perbaikan di sudut-sudut dan atap Ka’bah. “Kiswah yang baru terdiri dari empat sisi terpisah dan tirai pintu, memiliki berat 1.350 kilogram dan tinggi 14 meter. Setiap sisi Ka’bah dinaikkan secara individu ke puncak Ka’bah untuk dipersiapkan sebelum dipasang di atas penutup lama,” tulis SPA, dikutip Rabu (10/7/2024). Proses pemasangan melibatkan pengikatan dan penurunan secara bertahap dari ujung Kiswah lama, sementara sisi baru dipindahkan ke tempatnya. Proses ini diulang sebanyak empat kali untuk setiap sisi hingga Kiswah terpasang dengan sempurna. Sabuk kemudian diselaraskan dan dijahit untuk memastikan keseluruhan tampilan Kiswah teratur dan indah. Setelah semua sisi dipasang, sudut-sudut Kiswah dijahit dari atas hingga ke bawah. Proses penyelesaian meliputi pemasangan tirai, yang membutuhkan waktu dan presisi yang besar. Setiap potongan tirai dibuat dari kain hitam dengan dimensi yang sesuai, kemudian dipasang dengan detail jahitan yang cermat ke Kiswah. Untuk membuat Kiswah, digunakan sekitar 1.000 kilogram sutera mentah yang dicelup warna hitam, dihiasi dengan 120 kilogram benang emas, dan 100 kilogram benang perak. Sabuk Kiswah sendiri terdiri dari 16 potongan kain sutera, serta tujuh potongan lainnya di bawah sabuk. Tim dari Kompleks Raja Abdulaziz untuk Kiswah Ka’bah Suci terdiri dari sekitar 200 pengrajin dan administrator yang semuanya adalah warga negara yang terlatih dan berkualifikasi. Mereka terbagi dalam berbagai departemen termasuk pencelupan, tenun, pencetakan, sabuk pembuatan, penyepuhan, penjahitan, dan perakitan Kiswah. Tim ini menggunakan mesin jahit terbesar di dunia, dengan panjang 16 meter, yang dioperasikan dengan sistem komputerisasi. Selain itu, terdapat juga departemen pendukung lainnya seperti laboratorium, layanan administrasi, pengontrol kualitas, hubungan masyarakat, layanan kesehatan, dan keselamatan kerja untuk mendukung kelancaran proses pembuatan Kiswah ini. (dul) Baca juga :

Read More

10 Muharram Pertama dan Kematian Husain di Karbala

Jakarta — 1miliarsantri.net : Bagi kalangan Sunni Ahlussunnahngan Wal Jamaah Muharram adalah bulan meningkatkan ibadah. Terutama berpuasa pada 10 hari pertama. Tak ada ritual khusus yang mengkultuskan satu pun sosok dalam sejarah Islam. Puasa sunnah pada Muharram memiliki banyak keutamaan. Berdasarkan hadits nabi, puasa di bulan Muharram adalah paling utama setelah puasa Ramadhan. عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ وَأَىُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ؟ فَقَالَ :« أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ ، وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صَوْمُ الْمُحَرَّمُ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنْ زُهَيْرِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَرِيرٍ . “Dari sahabat Abu Hurairah ra. Dia berkata, Rasulullah Saw ditanya, Shalat apa yang paling utama setelah sholat maktubah? Dan puasa apa yang paling utama seletah puasa Ramadhan? Lalu beliau menjawab, sholat yang paling utama setelah sholat maktubah ialah sholat di tengah malam dan puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan ialah puasa di bulan Muharram.” (HR Muslim). Selain itu, orang yang berpuasa satu hari di bulan Muharram, pahalanya sama dengan bepuasa 30 hari. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلاثُونَ يَوْمًا “Dari Ibnu Abbas, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda dan barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan Muharam, dia akan mendapat dari setiap harinya dengan pahala yang sebanding dengan 30 hari.” Dalil puasa 10 Muharram disebutkan dalam sejumlah hadits, salah satunya yang diriwayatkan dalam shahih Bukhari dari Ibnu Abbas RA: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ Artinya: “Nabi Muhammad ﷺ datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura’. Lalu Rasul bertanya ‘Ada kegiatan apa ini?’ Para sahabat menjawab ‘Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut.’ Rasul lalu mengatakan ‘Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian’. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura’ tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya.” (HR Bukhari: 2004) Dalam buku “Dakwah Kreatif: Muharam, Maulid Nabi, Rajab, dan Sya’ban” karya Hj Udji Asiyah dijelaskan, Rasulullah SAW juga menyampaikan tentang puasa Asyura (tanggal 10 Muharam) bahwa: يُكَفِِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ Artinya: “Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim no. 1 162) Disunnahkan pula untuk menambah puasa Asyura dengan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharam yang dikenal dengan hari Tasu’a. Ini dianjurkan untuk membedakan kebiasaan puasanya Yahudi. Tahun ini, puasa Tasu’a jatuh pada 15 Juli 2024 mendatang. عن عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan, Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi! Lalu Beliau SAW bersabda, ‘Kalau begitu, pada tahun depan insyaAllah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, Nabi SAW sudah wafat.” (HR Muslim no 1.916). Sementara itu, Muharram dalam tradisi Syiah, adalah bulan mengenang tragedi. Keterangan tentang tradisi Syiah pada Muharram, terungkap Limadza Yahya as-Syiah Dzikra Asyura Mustafa Kadzhim dan Adat wa Taqalid as-Syiah fi Asyura karya Fifiyan Aqiqi. Dalam kedua artikel itu dijelaskan secara singkat di kalangan Syiah, 10 Muharram pertama dikenal dengan bulan kesedihan dan takziah kematian Imam Husain. Di hari-hari ini, Syiah secara umum, tidak hanya Itsna Aysariyah, memperingati peringatkan Perang Karbala. Sejak awal kalender Muharram, mereka menggunakan baju hitam, melakukan jejak ritual keagamaan Husain, majelis-Majelis takziah mengingat Husain banyak digelar di rumah, sepanjang jalan, untuk mengingat Tragedi Karbala, puncaknya pada 10 Muharram. Mengutip Al-Majelis Al-Asyuraiyyah fi al-Ma’tam Al-Husain dan Majma’ Mashaib Ahl al-Bait, 10 hari pertama digelar majelis-majelis takziyah mengenang kematian Husain dan para syuhada dalam insiden ath-Thaf. Secara berurutan, berikut ini tradisi Syiah mengenang Husain pada 10 Hari Pertama: Baca juga :

Read More

Saat Imam Hanafi Mencari Kutu di Kepala Ibunya

Jakarta — 1miliarsantri.net : Imam Hanafi adalah salah seorang ulama besar yang diakui kefakihannya di dunia Islam. Mazhab Hanafi tersebar luas di Asia Selatan, Turki, Asia Timur, dan sejumlah negara lainnya. Mazhab Hanafi pun diakui sebagai salah satu rujukan umat Islam di seluruh dunia. Dengan ketokohannya itu, tak membuatnya lupa untuk berbakti kepada ibunya. Dikisahkan dalam buku Ibumu Surgamu karya Ustadz Thoriq Aziz Jayana yang diterbitkan oleh DivaPrezz, Imam Hanafi rajin menyisir rambut ibunya dan mencarikannya kutu di kepalanya. Pada suatu kesempatan, ibunya pernah meminta fatwa kepada Abu Hanifah. Namun, jawaban yang disampaikan Imam tak memuaskan hati ibunya. Sehingga si ibu pun meminta untuk diantarkan kepada ulama lainnya yang bernama Zur’ah bin al Qash. Maka, diantarkanlah sang ibu oleh anaknya ini yang telah menjadi tokoh fikih terbesar saat itu. Kemudian Zur’ah bin Al Qash berkata, “Wahai Ibu, bagaiaman saya bisa berfatwa jika di hadapan saya ada orang yang lebih alim dari saya? Maka, Imam Hanafi pun mempersilakan agar Zur’ah tak perlu sungkan padanya. Dan itulah salah satu bentuk memuliakan ibu yang dicontohkan oleh Imam Abu Hanifah. Ia tak malu sedikit pun untuk menyisir rambut sekaligus mencari kutu di rambut ibunya. Ia pun tak merasa dipermalukan dan tak merasa direndahkan atas baktinya itu. (jeha) Baca juga :

Read More

Meningkatkan Ekonomi Zakat dan Menguatkan Larangan Perjudian

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pada tahun 1984, Sri-Edi Swasono, seorang ekonom ternama dan menantu Bung Hatta, mengemukakan pandangan visioner tentang zakat yang masih sangat relevan hingga saat ini. Sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia dan mantan Asisten Menteri/Kepala Bappenas, Sri-Edi mengusulkan bahwa zakat seharusnya diperhitungkan dan dimanfaatkan secara lebih strategis dalam upaya memperbaiki perekonomian nasional yang masih menghadapi kesenjangan sumber daya. Dengan memperkuat peran zakat, tidak hanya efektivitasnya akan meningkat, tetapi juga peran Islam dalam perekonomian nasional akan lebih signifikan. Umat Islam dapat berkontribusi lebih aktif dalam menentukan arah ekonomi Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa zakat bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Afzalur Rahman, Deputi Sekretaris Jenderal The Muslim School Trust London UK, dalam bukunya Doktrin Ekonomi Islam (Jilid 3 dan 4), menjelaskan bahwa zakat adalah kewajiban agama yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat tertentu (nisab) dalam kondisi apapun. Dana yang terkumpul digunakan untuk membantu anggota masyarakat yang kurang beruntung, sehingga zakat berfungsi sebagai lembaga penjamin (asuransi) dan penyedia dana cadangan bagi komunitas Islam. Salah satu tujuan utama zakat adalah mengurangi ketimpangan ekonomi di masyarakat. Al-Quran dalam surat Al-Baqarah ayat 219 dan surat Al-Maidah ayat 3 serta ayat 90, memperingatkan bahaya riba dan perjudian sebagai kejahatan sosial. Kata “maisir” (judi) dalam bahasa Arab berarti memperoleh sesuatu dengan mudah tanpa kerja keras. Islam secara tegas melarang segala bentuk perjudian dan penjualan undian bagi umat Muslim, sebagaimana ditegaskan oleh Rahman. Sebagai rukun Islam ketiga, zakat memiliki pesan teologis untuk mendorong pemerataan ekonomi tanpa riba, perjudian, dan korupsi. Dari sudut pandang ekonomi, zakat mendorong setiap Muslim untuk mencari rezeki yang halal. Zakat, yang berarti bersih dan tumbuh, bukanlah untuk membersihkan harta yang tidak halal, melainkan untuk membersihkan harta halal dari hak-hak orang lain, seperti hak fakir miskin dan ibnu sabil. Penerima zakat, dengan usaha dan kegigihan, bisa mencapai kemandirian dan menjadi pembayar zakat. Penyaluran zakat melalui organisasi pengelola dilakukan dengan pola konsumtif untuk memenuhi kebutuhan dasar mustahik dan pola produktif untuk meningkatkan kualitas hidup serta kemampuan ekonomi. Dalam konteks ekonomi, zakat menggerakkan perputaran uang dan modal dari yang berkecukupan kepada yang membutuhkan. Semangat zakat mengingatkan bahwa kepemilikan memiliki fungsi sosial dan kekayaan tidak boleh hanya beredar di tangan sekelompok orang. Upaya penanggulangan kemiskinan dalam Islam, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, meliputi kerja, bantuan dari sanak famili yang berkecukupan, zakat, jaminan keuangan negara (Baitul Mal), kewajiban di luar zakat seperti hak tetangga, kurban, fidyah, dan lainnya, serta sedekah sukarela dan kemurahan hati individu seperti wakaf. Kewajiban zakat mengajarkan etika ekonomi yang bebas dari riba, perjudian, dan korupsi. Perjudian, baik tradisional maupun online, menyedot perputaran uang dalam jumlah besar tanpa membawa kesejahteraan bagi masyarakat. K.H. Bisri Mustofa dalam tafsir Al-Ibriiz mencatat bahwa sahabat Umar bin Khattab, Mu’adz bin Jabal, dan beberapa sahabat Anshar meminta fatwa kepada Nabi Muhammad tentang hukum khamr (minuman keras) dan maisir (judi). Allah menurunkan surat Al-Baqarah ayat 219 yang menyatakan bahwa meskipun kedua perbuatan tersebut memiliki manfaat, dosanya lebih besar dari manfaatnya. Perjudian online yang marak belakangan ini menjerat banyak orang, mulai dari dewasa hingga remaja, pekerja formal dan informal. Kecanduan judi memiliki efek negatif yang serius di masyarakat, melemahkan motivasi kerja, mendorong mental spekulatif, dan menciptakan perputaran uang yang tidak sehat dalam perekonomian. Kerusakan moral akibat perjudian jauh lebih besar daripada keuntungan yang didapat. Bahaya riba dan judi diperingatkan dalam ayat-ayat Al-Quran agar manusia menjauhi perbuatan dosa tersebut. Perputaran uang yang bersih dari perjudian dan riba mencerminkan sehatnya perekonomian. Sebaliknya, perputaran uang dari praktik judi, riba, dan korupsi merusak kesejahteraan individu dan masyarakat. Ekonomi syariah dan ekonomi halal mendorong perputaran uang tanpa judi, riba, dan korupsi. Dalam negara yang berdasarkan Pancasila, dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, segala perbuatan yang bertentangan dengan norma agama dan hukum tidak dapat dibiarkan. Judi dilarang berdasarkan hukum (KUHP) dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Judi adalah sumber kekacauan dalam keluarga, membuat orang malas bekerja, dan bertentangan dengan tujuan pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Judi menjauhkan berkah, sehingga sosialisasi dan edukasi larangan judi serta langkah untuk menghentikan judi online yang kini sudah meresahkan memerlukan kerjasama berbagai pihak. Perjudian memperparah kemiskinan, baik materi maupun rohani. Berbeda dengan ekonomi zakat yang mensejahterakan, ekonomi judi hanyalah pseudo-ekonomi, ekonomi semu yang mengandung mudharat. Dalam pemahaman beragama yang moderat, yang ditolak dan diberantas adalah perbuatan judi, bukan manusianya. (Iin) Baca juga :

Read More

Hijrah yang Dilakukan Beberapa Nabi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Setiap tanggal 1 Muharram senantiasa diperingati sebagai tahun baru Islam. Awal tahun baru Islam disebut juga dengan tahun baru hijriyah, yakni bulan atau waktu berhijrahnya Rasulullah SAW. Secara harfiah, hijrah adalah berpindahnya sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Adapun secara istilah, hijrah adalah pindahnya Rasulullah SAW dari Kota Makkah ke Madinah, dalam rangka menyelamatkan akidah umat Islam dari gangguan dan ancaman kaum kafir Quraisy. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-13 kenabian atau tahun 622 M. Dan secara lebih spesifik, hijrah adalah meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan melaksanakan segala perintah Allah dalam menuju kemashlahatan umat. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang yang berhijrah adalah orang yang menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah kepadanya.” (Shahih Bukhari 1: 53, dalam redaksi serupa juga terdapat dalam Sunan Ibnu Majah, 2: 1298). Dalam Al-Quran disebutkan, hijrah ini tidak hanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Tetapi, jauh sebelumnya, hijrah juga telah dilakukan oleh nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya. Seperti yang dilakukan Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Isa, dan Nabi Musa. Hijrah Nabi Adam AS Setelah diturunkan dari surga di bumi India, Nabi Adam AS yang sudah bertahun-tahun lamanya di daerah tersebut, merasa rindu dengan istrinya, Siti Hawa. Sebagaimana dikutip Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, Allah SWT memerintahkan Adam AS untuk mengerjakan haji ke Baitullah (sekaligus berhijrah) di Makkah. Ia kemudian bertemu dengan Hawa di Jabal Rahmah di Arafah. Hijrah Nabi Nuh AS Dalam usahanya menyebarkan dakwah, Nabi Nuh AS selalu mendapat tantangan dan ejekan dari kaumnya. Selama ratusan tahun berdakwah, siang dan malam, tak banyak kaumnya yang beriman kepadanya. Allah lalu memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat kapal, karena Allah akan mengazab kaumnya itu dengan banjir besar. Hijrahnya Nuh dan sebagian kaumnya (dalam sebuah riwayat, jumlah kaumnya yang beriman hanya mencapai 70 orang) ini agar mereka terhindar dari azab Allah, dalam menyelamatkan akidah tauhid. (QS Nuh :1-42) Hijrah Nabi Ibrahim AS Sejak usia muda, Ibrahim AS sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaumnya, termasuk Raja Namrudz yang memerintah di Babilonia. Karena itu, dengan tegasnya ia menghancurkan berhala-berhala itu, demi menyelamatkan kaumnya dari kesesatan dan kemusyrikan. Namun, ia akhirnya ditangkap lalu diadili dan dibakar dalam api yang panas. Allah menyelamatkannya dan ia pun berhijrah. Menurut Ahzami Samiun Jazuli dalam Hijrah dalam Pandangan Alquran, Nabi Ibrahim tercatat empat kali melakukan hijrah, yakni dari Babilonia ke Syam, lalu ke Mesir, kemudian ke Syam akhirnya menuju Hijaz.Ibrahim adalah seorang nabi yang dapat dijadikan teladan karena kepatuhannya kepada Allah SWT dan agama yang lurus. (QS An-Nahl: 120-122). Hijrah Nabi Luth AS Nabi Luth AS beriman kepada Ibrahim AS dan mengikuti petunjuk yang dibawanya. Ia berhijrah bersama Ibrahim dari negeri dan tanah kelahirannya di Irak menuju Syam, karena sebab yang sama. (QS Al-Anbiya’: 71, Al-Ankabut: 26-29). Nabi Musa AS Dalam Qishash al-Anbiya’ karya Ibnu Katsir, disebutkan, Nabi Musa AS tercatat beberapa kali melakukan hijrah. Pertama, ia hijrah dari Mesir ke Madyan. Lalu dari Madyan kembali ke Mesir, selanjutnya ke Syam. Selepas dari Syam untuk menyelamatkan agamanya, ia diperintahkan membawa kaumnya untuk memasuki Tanah Suci, yakni Palestina.Lihat dalam Alquran surah Maryam [19]: 51-53, Al-A’raf: 144, Al-Ahzab; 69, Al-Qashash: 15-22). Ashab al-Kahfi Upaya menyelamatkan akidah dari gangguan dan ancaman orang-orang kafir tak hanya dialami oleh para nabi dan rasul, para penghuni gua ( Ashab al-Kahfi ) juga diancam oleh Raja Dikyanus (Decius), namun ada pula yang mengatakan raja yang berkuasa saat itu adalah Dinasti Trajan. Mereka melarikan diri dan berhijrah untuk menyelamatkan akidah mereka ke sebuah gua. (QS Al-Kahfi [18]: 9-27). Dalam berbagai penelitian, goa tempat tidurnya para pemuda itu (Ashab al-Kahfi) adalah di Abu Alanda, Amman, Yordania, dan bukan di Ephesus atau Tarsus, Turki. (jeha) Baca juga :

Read More

Kerajaan Arab Adakan Bulan Bahasa Arab di India Hingga 2026

Riyadh — 1miliarsantri.net : Akademi Global Raja Salman dari Arab Saudi mulai meningkatkan penetrasi pendidikan untuk bahasa arab ke berbagai negara. Mulai senin (1/7/2024) lalu, Akademi Global Kerajaan Arab Saudi meluncurkan bulan bahasa arab di India. Program ini akan berlangsung di New Delhi dan Kerala hingga tanggal 26 Juli 2024 dengan menampilkan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan kurikulum pendidikan bahasa Arab di negara tersebut, meningkatkan kinerja guru, membangun citra positif dan mempromosikan bahasa Arab. Selain itu, program tersebut untuk mendukung upaya Arab Saudi di bidang pengembangan pendidikan yang sejalan dengan tujuan Program Pengembangan Kemampuan Manusia, salah satu program realisasi Visi Saudi 2030. Sekretaris Jenderal Abdullah bin Saleh Al-Washmi mengatakan akademi tersebut melakukan berbagai inisiatif sejalan dengan strateginya dan arahan Pangeran Badr bin Abdullah bin Farhan, menteri kebudayaan Saudi, untuk memajukan bahasa Arab secara lokal dan global. Program ini salah satunya, ujarnya. Diharapkan untuk mengajarkan bahasa Arab kepada warga setempat. Tujuannya agar mereka yang sudah menguasai bahasa arab, bisa membantu Kerajaan Arab Saudi dalam membawa bahasa Arab dan ilmu pengetahuannya ke seluruh dunia. Ini yang menjadi pertimbangan kenapa Kerajaan Arab gigih melakukan penetrasi pengajaran bahasa arab secara langsung kepada para guru agar bisa meningkatkan kompetensi mereka. (dul) Baca juga :

Read More

Orang yang Mengaku imam Mahdi tak Terhitung Jumlahnya

Jakarta — 1mikiarsantri.net : Kemunculan Imam Mahdi merupakan nubat dari Rasulullah SAW yang telah menekankan kepastian kedatangannya kepada para sahabat dalam banyak hadits. Dalam teks keagamaan disebutkan bahwa al-Mahdi adalah pemimpin masa depan bagi orang yang beriman, dan mereka hendaklah menyambut dan bersiap menyongsong kedatangannya. Al-Mahdi datang untuk membasmi kejahatan dan menebar perdamaian di seluruh dunia. Di akhir zaman, penganut tiga agama samawi menenantikan juru selamat mereka. Kaum muslim menanti al-Mahdi dan Isa, kaum Nasrani menanti Isa, sementara kaum Yahudi menunggu juru selamat mereka. Lalu sejak kapan harapan akan munculnya harapan dan sosok yang diklaim sebagai Imam Mahdi itu muncul? Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford, begitu banyak pengklaim Imam Mahdi dalam sejarah peradaban Islam. Guru Besar Studi Islam pada Universitas Universitas Georgetown, Amerika Serikat (AS) itu mengungkapkan, istilah Imam Mahdi dikembangkan oleh kalangan Syiah untuk menjuluki Muhammad Ibnu Hanafiyah. Putra Khalifah Ali yang mengorganisasikan sebuah revolusi pada 685 M itu sangat dihormati oleh pengikut Syiah. Muhammad Ibnu Hanafiyah, kata Esposito,dipandang sebagai ‘’orang yang mendapat petunjuk’’, tidak dianggap mati, tetapi diyakni tersembunyi. “Dia diyakni memiliki pengetahuan esoteris yang diperlukan untuk membebaskan para pengikutnya dari penindasan dan untuk menegakkan masyarakat yang adil,’’ papar Esposito. Kaum Syiah juga menganggap Muhammad bin Hasan Al-Askari – Imam ke-12 – yang gaib pada tahun 878 M, dianggap sebagai Imam Mahdi. Dalam perkembangan sejarah Islam, sosok yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi tak terhitung jumlahnya. Pada setiap abad, selalu ada saja tokoh yang memiliki pengikut yang banyak sebagai seorang Imam Mahdi. Pada abad ke-10 M, misalnya, Khalifah Dinasti Fatimiyah yang pertama, Muhammad Ubaid Allah (wafat 934 M) mengaku sebagai Imam Mahdi. “Dengan menampakkan diri di Jabal Massa yang terletak di wilayah Maghribi (Afrika Utara), dia mengaku sebagai keturunan dari anak perempuan Nabi SAW, Fatimah, dan sebagai saudara laki-laki dari Imam ke-12 yang tersembunyi,’’ ungkap Esposito. Pada abad ke-12 M, pendiri gerakan reformasi Al-Muwahhidun, Muhammad Ibnu Tumart (wafat 1130 M), juga mengaku sebagai Imam Mahdi yang berasal dari keturunan Khalifah Ali. Memasuki abad ke-15, berbagai kelompok Islam mulai menghidupkan kembali harapan mereka akan masa depan yang lebih baik. Di kota suci Makkah dan Madinah, papar Esposito, sejumlah ulama menulis pendapat mereka untuk mempertegas keyakinan umum akan kemunculan seorang mujaddid (pembaru) pada abad peralihan. Bahkan, seorang ahli fikih Sunni terkemuka, Ibnu Al-Hajar Al-Maliki, menyatakan Imam Mahdi akan muncul pada milenium itu. Menurut Ibnu Al-Hajar, Imam Mahdi itu berasal dari keturunan Fatimah, putri Nabi. Namanya akan sama dengan nama Nabi, serta orangtuanya sesuai dengan nama orangtua Nabi. Pada abad ke-15 M, di anak Benua India juga bermunculan tokoh yang mengaku sebagai Mahdi. Pada 1495 M, seorang tokoh bernama Sayyid Muhammad dari Jaunpur mengaku sebagai Imam Mahdi. Uniknya, ia mengaku sebagai Imam Mahdi saat berada di Makkah, sembari melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah. Saat kembali ke India, di Masjid Utama Taj khan Salar di Ahmebad, Sayyid Muhammad kembali mengumumkan klaimnya sebagai Imam Mahdi. Untuk memperkuat pengakuannya sebagai Mahdi, disebutkan pula bahwa nama kedua orangtuanya adalah Abdullah dan Aminah. Esposito mencatat, datangnya abad ke-13 Hijriah (1785-1883) sempat memunculkan harapan besar dari kaum Muslim akan datangnya Imam Mahdi. Pada zaman itu, paling tidak ada tiga orang pemimpin gerakan reformasi di Afrika Barat yang mengaku sebagai Mahdi untuk memperkuat jihad yang mereka lakukan. Ketiganya adalah Syeik Usuman Dan Fodio dari Sakoto, Syekh Ahmadu Bari dari masina, dan Al-Hajj Umar Tal dari Kerajaan Tukolor. Harapan akan datangnya Imam Mahdi dari Timur, kata Esposito, sempat menarik gelombang imigran Afrika Barat sampai ke Nil. Pada abad ke-19, lalu muncullah seorang yang mengaku Imam Mahdi di Sudan, bernama Mahdi Muhammad Ahmad dari Sudan. Di Mesir juga sempat muncul beberapa tokoh yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Para tokoh yang mengaku sebagai Mahdi itu menjadi pemimpin pemberontakan rakyat melawan penjajah Prancis. Bahkan, menjelang akhir abad ke-19 M, revolusi Mahdi melawan penjajah Eropa merebak di berbagai negara berpenduduk Islam, seperti India, Aljazair, Senegal, Ghana, dan Nigeria. (jeha) Baca juga :

Read More

Al-Faqih al-Muqaddam Dikenal Sebagai Leluhur Habaib

Jakarta — 1miliarsantri.net : Salah seorang leluhur para habaib yang mulia adalah Muhammad bin Ali Ba’alawi (574 H / 1178 M – 653 H/ 1256 M) atau yang dikenal dengan julukannya ‘si ahli fikih utama zahir dan batin’ atau al-faqih al-muqaddam. Dialah yang kelak menurunkan banyak alim dan waliyullah dengan berbagai marga, seperti Assegaf, Basyaiban al-Husaini, bin Syihabudin (Shihab/Shahab) Alaydrus, al-Attas, al-Kherid, Baharun, bin Syekh Abubakar, dan banyak lagi. Ada sebuah kisah menarik tentangnya. Suatu ketika dia berjalan ke arah pantai mendekati jilatan air di sana. Dari kejauhan, seorang anaknya mengikuti si ayah untuk mengetahui apa yang akan dilakukan. Ketika al-Faqih al-Muqaddam sampai di tepi lautan, dia mengumandangkan laa ilaaha illa Allah. kemudian semua makhluk yang ada di sekitarnya ikut berdzikir kalimat tahlil tersebut. Kisah ini begitu masyhur di kalangan ulama pegiat tarekat. Ini merupakan kisah yang menggugah kesadaran pelaku spiritualisme untuk memperbanyak dzikir mengingat Allah. Semasa hidupnya, al-Faqih al-Muqaddam dikabarkan mampu melihat masa depan keturunannya. Dia melihat anak, cucu, cicit, dan sesudahnya, akan banyak menghadapi rintangan dakwah. Ada yang menzalimi mereka, menghalangi dakwahnya, dan lain sebagainya. Berdasarkan penyingkapan tabir penglihatan batin tersebut, dia memohon tiga hal kepada Allah, sebagaimana ditulis oleh mantan Ketua Umum Rabithah Alawiyah sekaligus pernah menjabat mustasyar PBNU Habib Zen bin Umar bin Smith dalam bukunya Rangkaian Mutiara 99 Tokoh Ulama Dzuriyat Rasulullah dari Masa ke Masa. Doa tersebut adalah sebagai berikut:Pertama, agar anak, cucu, cicit, dan keturunan setelahnya senantiasa tawadhu’, rendah hati, sehingga perangai dan kepribadian mereka sama dengan akhlak orang-orang yang miskin. Maksud doa ini adalah agar anak cucunya terhindar dari sifat takabur dan menjauhkan diri dari kekerasan, dan menggantinya dengan akhlak sebagai bagian dari dakwah yang disebarkannya. Kedua, agar mereka terselamatkan dari segala kezaliman penguasa yang akan menyusahkan hidup dan gerak dakwah mereka. Al-Faqih al-Muqaddam bedoa kepada Allah agar selalu memudahkan mereka berdakwah menyampaikan pesan takwa kepada banyak orang, sehingga mereka menjadi orang beriman yang selalu berpegang teguh pada Alquran dan sunnah Nabi Muhammad. Ketiga, memohon kepada Allah agar menjelang wafat, mereka selalu dilindungi oleh Allah dari godaan dunia yang bisa merusak agamanya, selalu dalam keimanan, dan husnul khatimah. (jeha) Baca juga :

Read More