Danau Kelimutu tak bisa dilepaskan dari kepercayaan Suku Lio.

Ende — 1miliarsantri.net : Suara nyaring burung saling bersahutan memecah suasana hening di kawasan yang masih asri di Taman Nasional Kelimutu, Ende, NTT. Sepanjang perjalanan menuju puncak Gunung Kelimutu, pengunjung akan ditemani suara burung garugiwa. Fauna terbang yang dikenal sebagai burung arwah tersebut merupakan peksi endemik yang hanya bisa ditemui di Flores. Garugiwa termasuk burung cerdas yang mampu menirukan hingga 12 suara. Tak heran burung tersebut dijadikan ikon Balai Taman Nasional Kelimutu. Untuk menuju Danau Kelimutu, yang merupakan kawah dari Gunung Kelimutu, dari tempat parkir pengunjung harus berjalan kaki menelusuri jalan setapak sepanjang 2 kilometer dan menapaki kurang lebih 300 anak tangga menuju puncak gunung. Berbicara tentang Danau Kelimutu memang tak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat Suku Lio di Kabupaten Ende. Mereka meyakini danau tersebut merupakan tempat bersemayamnya para arwah. Konon kabarnya, para arwah dari orang yang meninggal akan bersemayam di tiga danau yang berada di puncak gunung. Tiga danau berwarna atau triwarna tersebut bernama Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, dan Tiwu Ata Polo. Orang yang semasa hidupnya mengamalkan kebaikan dan kebajikan hingga berumur panjang, maka setelah meninggal arwahnya akan menempati Tiwu Ata Mbupu, yakni danau yang berwarna gelap. Sementara, orang yang meninggal muda, arwahnya akan menempati Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang berwarna hijau. Sementara, orang yang semasa hidupnya berlaku jahat maka setelah meninggal arwahnya akan menempati Tiwu Ata Polo, yakni danau yang berwarna gelap seperti hijau tua, coklat, hingga dapat berubah warna menjadi merah. Warna danau yang terletak di Gunung Kelimutu itu dapat berubah-ubah, dari hijau menjadi biru, hitam, ataupun merah. Masyarakat yang mendiami kaki Gunung Kelimutu meyakini bahwa perubahan warna danau membawa pesan tertentu. “Misalnya, pada 1996 (sebelum terjadinya krisis moneter) danau mengalami perubahan warna dan selanjutnya pada 2008 menjelang Pak Harto (Soeharto) meninggal dunia,” kata warga setempat bernama Adel, saat ditemui di kawasan Danau Kelimutu, akhir pekan lalu. Terlepas dari kepercayaan masyarakat setempat, secara ilmiah perubahan warna terjadi karena pengaruh dari mekanisme vulkanis, yang mendesak gas-gas di dalam Bumi hingga keluar ke permukaan. Gas itu bereaksi dan bercampur di danau dan menyebabkan perubahan warna air danau. Perubahan warna dari hijau menjadi putih menandakan meningkatnya aktivitas Gunung Kelimutu. Perubahan warna ini tidak mempunyai pola yang jelas, tergantung aktivitas vulkanik yang terjadi Danau Kelimutu yang terletak di ketinggian 1.639 mdpl tersebut berasal dari kata dari “keli” yang berarti gunung dan “mutu” yakni mendidih. Dengan demikian, Kelimutu bermakna gunung mendidih dengan perbedaan warna air. Tak heran pesona danau tiga warna tersebut memukau sejumlah wisatawan untuk mengunjungi danau yang berjarak 65 km dari Kota Ende tersebut. Tak hanya wisatawan lokal, banyak pula turis mancanegara yang takjub. Seorang wisatawan asal Jakarta, Gabriel, mengaku takjub dengan pemandangan alam yang luar biasa di kawasan tersebut. Meskipun kala itu ia tak bisa melihat dengan jelas keindahan danau tersebut karena terhalang kabut, tak menutupi ketakjuban Gabriel akan keindahan pesona alam tersebut. “Indah sekali. Ternyata banyak wilayah di Indonesia yang perlu dijelajahi dan lebih indah dibandingkan tempat lain,” kata Gabriel yang baru pertama datang ke Danau Kelimutu. Untuk menuju kawasan tersebut, Gabriel harus bermalam di desa yang ada di kaki gunung tersebut. Banyak penginapan dengan harga terjangkau tersedia di kawasan berhawa sejuk. Ia menyarankan pengunjung datang sebelum pukul 08.00 waktu setempat agar bisa melihat keindahan danau tersebut lebih jelas. Jika bepergian sendirian, penduduk lokal dengan senang hati akan mengantarkan pengunjung. Pemandu wisata dari Dinas Pariwisata Ende, Ferdinand Radawara, mengatakan dari tiga danau tersebut hanya danau Tiwu Ata Mbupu yang bisa didekati. Pengunjung namun tetap tidak diperkenankan melakukan aktivitas seperti berenang. “Apalagi saat ini berada pada Level II atau ‘Waspada’. Pengunjung hanya diperbolehkan untuk naik ke puncaknya, tidak boleh mendekat ke danau. Waktu kunjungan pun dibatasi hanya sampai pukul 12.00,” terang Ferdinand. (th) Baca juga :

Read More

Sejarah Parfum: Mesir Kuno Hingga Persia

Jakarta — 1miliarsantri.net : Memakai wangi-wangian adalah hal yang dianjurkan menurut ajaran Islam. Salah satu bentuk wewangian yang populer digunakan adalah parfum. Bangsa Mesopotamia yang menghuni daerah aliran Sungai Eufrat dan Tigris–kini Irak–diyakini sebagai pembuat parfum pertama, yakni pada masa sekira tiga ribu tahun sebelum Masehi (SM). Dari sana, pengetahuan tentang pembuatan wewangian ini terus menyebar, termasuk ke Mesir Kuno. Semula, parfum hanya dikenal dalam bentuk padat, bukan cairan. Wujudnya menyerupai dupa dan dipakai hanya untuk melengkapi ritual-ritual keagamaan. Namun, sejak penemuan kaca pada 1500 SM, parfum hadir sebagai cairan, bukan lagi padatan. Itu pun menjadi barang incaran individual, bukan hanya monopoli kaum pendeta. Wewangian lama kelamaan menjadi kebutuhan kaum bangsawan Mesir Kuno. Para raja dan ratu Mesir seperti berlomba-lomba mendapatkan parfum terbaik dengan wangi yang memanjakan hidung. Cairan beraroma itu lantas disimpan dalam wadah-wadah kaca, yang kadangkala dihargai lebih tinggi ketimbang permata. Para tetua adat Mesir Kuno memiliki pengetahuan mendasar tentang wewangian sebagai pelengkap ritual. Mereka terbiasa merendam kayu gaharu ke dalam air atau minyak. Aroma yang dihasilkan lantas ditambahi dengan madu atau bunga-bunga untuk meningkatkan keharuman. Air atau minyak itu lantas dioleskan ke dinding-dinding kuil atau proses pembalseman mumi. Kaum elite Mesir Kuno lantas mengadopsi tradisi ini. Bedanya, mereka menuangkan air atau minyak hasil rendaman kayu, bunga, dan bahan-bahan lain itu ke dalam bak mandi. Di sanalah, mereka berendam dan membersihkan badan. Untuk melindungi kulit dari terik matahari, krim pelembab pun dibuat dari bahan yang sama. Orang-orang Yunani dan Romawi Kuno juga menyenangi wewangian. Tak jauh berbeda dengan bangsa Mesir, mereka mengenal parfum. Kebanyakan pewangi itu dalam bentuk padat atau dupa, meskipun ada pula yang cairan. Khusus yang berupa minyak, masyarakat tersebut juga menyimpannya dalam botol-botol kaca. Bahkan, bangsa Yunani Kuno diyakini boros dalam menggunakan minyak wangi. Para pemikir setempat membuat beragam hipotesis mengenai indra penciuman. Seorang di antaranya, Theophrastus (371-287 SM), secara khusus meneliti berbagai aspek tentang parfum. Ia mengaitkan efeknya terhadap suasana hati dan proses berpikir manusia. Masyarakat Romawi, khususnya yang berasal dari kalangan elite, mencintai wewangian. Mereka biasa memakai minyak wangi minimal tiga kali sehari. Di pemandian-pemandian umum, biasanya terdapat ruangan yang disebut sebagai unctuarium. Di sana, para pengunjung dapat memanjakan diri dengan pelbagai minyak esensial dan aromatik sebelum mereka pulang. Kecintaan bangsa Romawi terhadap parfum, itulah antara lain yang menghubungkannya dengan dunia Islam. Kelak ketika Perang Salib berlangsung, para pemeluk Kristen itu mendapati bahwa Muslimin pun memakai parfum dan bahkan mengembangkan dengan amat baik industri minyak wangi. Di Asia pada masa kuno, parfum—baik yang berupa dupa maupun cairan—dikenal luas setidaknya sejak abad pertama SM. Ia sudah menjadi komoditas yang marak diperdagangkan di Jalur Sutra, yang menghubungkan antara Cina, India, Asia Tengah, Asia Barat, dan Eropa. Salah satu penyulingan minyak wangi—disebut sebagai ittar atau attar—yang paling awal diketahui ada di daerah sekitar aliran Sungai Indus. Keberadaannya tercatat dalam teks Ayurveda Hindu Charaka Samhita dan Sushruta Samhita. Pada 1975, arkeolog Dr Paolo Rovesti menemukan alat penyulingan di lembah Indus. Artefak yang berbahan dasar tanah liat itu diperkirakan berasal dari masa 3.000 SM. Penulis buku In Search of Perfumes Lost itu juga melaporkan cara masyarakat India Kuno membuat parfum dari alat tersebut. Pertama-tama, bejana tanah liat diisi dengan larutan bunga serta berbagai bahan lainnya. Tuangkan air mendidih secukupnya ke dalam bejana itu, lalu tutup dengan kain tenun. Uapnya akan meresap pada bahan tersebut. Terakhir, kain itu diperas untuk mengisolasi minyak wangi. Sebelum datangnya Islam, bangsa Arab telah dikenal sebagai pedagang di jalur maritim Samudra Hindia. Mereka terbiasa menjadi perantara berbagai komoditas dari Cina, Nusantara, dan India, ke wilayah-wilayah di Bulan Sabit Subur dan Eropa. Di antara barang-barang yang diperniagakannya ialah bahan-bahan parfum, semisal kamper, kasturi, dan rempah-rempah. Para pelaut Arab membawa kapur barus dari lokasi asalnya, Barus, Sumatra, ke Mediterania. Kapur barus merupakan salah satu primadona dalam dunia perdagangan sejak ratusan tahun silam. Di antara kegunaannya ialah sebagai campuran pewangi. Bahkan, inilah salah satu unsur yang ada dalam pembalseman mumi-mumi firaun di Mesir Kuno. Bangsa Persia pun menggemari parfum. Attar, yakni teknik penyulingan minyak wangi, terus dikembangkan, termasuk ketika Persia menjadi bagian dari kedaulatan Islam. Wewangian merupakan salah satu sumber inspirasi para penyair dan salik setempat. Seorang sastrawan-sufi, Fariduddin Attar, dahulunya merupakan penjual minyak wangi. Nama belakangnya menunjukkan hal itu. (jeha) Baca juga :

Read More

Shabana Mahmood, Wanita Muslim Pertama di Pengadilan Kerajaan Inggris

Jakarta — 1miliarsantri.net : Anggota Parlemen Inggris, Shabana Mahmood dilantik sebagai Lord Chancellor wanita Muslim pertama di Pengadilan Kerajaan Inggris. Secara hukum, Lord Chancellor adalah menteri luar negeri untuk urusan kehakiman dan menteri Kerajaan yang bertanggung jawab atas administrasi pengadilan dan bantuan hukum di Inggris dan Wales. Sambil mengucapkan sumpah dengan Al-Qur’an, Mahmood mengungkapkan rasa terima kasih dan komitmennya. Ia merefleksikan awal perjalanannya dari seorang gadis muda di Small Heath, Birmingham, yang bekerja di toko pojok milik orang tuanya hingga perannya saat ini. “Menjadi yang ‘pertama’ adalah sebuah keistimewaan sekaligus beban. Melakukan hal ini dengan benar dapat membuka pintu bagi generasi mendatang, menunjukkan bahwa hak kepemilikan tanah yang paling tua sekalipun dapat dijangkau oleh kita semua,” kata Mahmood, dikutip Dawn, Sabtu (20/7/2024). Memimpin upacara tersebut, Dame Sue Carr, Ketua Hakim perempuan pertama, menyoroti berbagai elemen bersejarah dalam acara tersebut. “Hari ini menandai ‘tiga kali pertama’: Lord Chancellor pertama yang mengambil sumpah berdasarkan Al-Quran, Lord Chancellor wanita pertama, dan pertama kalinya Ketua Mahkamah Agung wanita mengambil sumpah Lord Chancellor. Tonggak sejarah ini mewakili evolusi berkelanjutan dari konstitusi kita untuk mencerminkan masyarakat yang dilayaninya.” kata Dame Sue Carr. Mahmood dikenal publik karena advokasinya yang cerdas dan pengetahuannya yang mendalam tentang etika profesional. Ia juga tercatat sebagai Lord Chancellor pertama yang bisa berbicara bahasa Urdu. Dalam upacara pelantikan tersebut, Mahmood berjanji akan terus membela supremasi hukum internasional dan menegakkan hak asasi manusia. Ia juga mengatakan bahwa peradilan harus membuat keputusan “tanpa tekanan politik dan pengaruh yang tidak semestinya”, dan berjanji untuk menjadi “juara supremasi hukum” selama acara di Royal Courts of Justice. Shabana Mahmood menjadi anggota parlemen untuk Birmingham Ladywood sejak 2010. Kemudian pada pemilu 2024, Mahmood kembali terpilih usah mengalahkan kandidat pro-Palestina dan independen Akhmed Yakoob dengan selisih kurang dari 3.500. Ia juga menjadi menteri sekaligus anggota parlemen perempuan Muslim pertama di Inggris, bersama Rushanara Ali dan Yasmin Qureshi. Sebelum itu, Mahmood pernah menjabat sebagai Menteri Bayangan untuk Penjara, Menteri Bayangan untuk Pendidikan Tinggi, serta Sekretaris Keuangan Bayangan untuk Departemen Keuangan. Selain dikenal sebagai ahli etika profesional, publik mengenal Mahmood sebagai pengacara yang selalu mendukung hak-hak Palestina. Sejak 2010, Mahmood aktif menyerukan pengakuan atas negara Palestina. Ia merupakan anggota dari Labor Friends of Palestine and the Middle East. (jeha) Baca juga :

Read More

Wisata Kota Lama Surabaya, Potensi Gaet Wisatawan

Surabaya — 1miliarsantri.net : Destinasi wisata Kota Lama Surabaya berpotensi menggaet wisatawan lokal dan internasional. Hal ini disampaikan Ketua DPD RI, AA LaNyalla mahmud Mattalitti saat mengunjungi Kota Lama yang sedang dalam tahap revitalisasi. Dalam kunjungan tersebut, Ketua DPD RI didampingi Sekda Kota Surabaya, Ikhsan, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata, Hidayat Syah dan Ketua KADIN Kota Surabaya, HM Ali Affandi LNM. Mengelilingi wilayah yang sempat menjadi pusat pemerintahan di masa Kolonial, LaNyalla terpukau keindahan Kota Surabaya tempo dulu. “Saya kira revitalisasi ini memang sangat penting, karena jejak peradaban Indonesia, khususnya Kota Surabaya, bisa kita lihat di sini. Tentu saja Kota Lama ini akan menjadi ikon baru bagi Surabaya, khususnya dalam konteks kepariwisataan,” tutur LaNyalla yang berkunjung dalam kegiatan Kunjungan Daerah Pemilihan atau Kundapil, Selasa (16/7/2024). Senator asal Jawa Timur itu berharap wisata Kota Lama dapat menarik minat wisatawan, baik bagi mereka yang suka dengan sejarah, infrastruktur bangunan klasik, maupun minat wisata pendidikan. “Saya optimistis wisata Kota Lama akan menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Surabaya. Sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya UMKM yang memang diberdayakan oleh Pemkot Surabaya. Jadi, konsep tricle down effect terjadi di sini,” kata LaNyalla. Saat memberikan penjelasan kepada Ketua DPD RI, Sekda Kota Surabaya, Ikhsan menjelaskan jika revitalisasi Kota Lama ini masih terus berlangsung. Anggaran yang digunakan diambil dari APBD maupun CSR. Sementara Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata, Hidayat Syah menerangkan jika revitalisasi masih terus berlangsung dan mencakup keseluruhan zona di Kota Lama. “Ada empat zona, yakni Zona Eropa, Zona Pecinan, Zona Arab dan Zona Melayu. Seluruhnya akan direvitalisasi. Yang tadi kita kunjungi bersama Ketua DPD RI adalah Zona Eropa,” terang Hidayat. Di akhir kunjungannya, Ketua DPD RI beserta rombongan menyempatkan diri memborong sejumlah oleh-oleh di gerai yang dikelola oleh Dekranasda Kota Surabaya. (har) Baca juga :

Read More

Mbah Hasyim Asy’ari Sosok Bintang yang Mekar Bersama Umat

Surabaya — 1miliarsantri.net : Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari itu merupakan sosok yang lengkap, bukan hanya “bintang” tapi juga sosok yang mau/suka “ronda” (bersama masyarakat). “Hadratussyaikh itu bukan hanya bintang atau mercusuar, tapi beliau juga suka ronda, gerilyawan, beliau mekar bersama masyarakat,” ungkap Ketua PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur Prof M Mas’ud Said MM PhD dalam bedah buku ‘KHM Hasyim As’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia’, Selasa (16/7/2024). Acara yang diselenggarakan oleh PC Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) Kota Surabaya itu juga dihadiri pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), Wagub Jatim 2019-2024 Emil Dardak, Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim Prof Bianto, Ketua Presnas Ikapete Pusat Prof DR H Masykuri MSi, dan pengurus Ikapete se-Jatim. Bedah buku dan peluncuran yang dipandu Ismail Nachu (Ketua ICMI Pusat) itu, Prof Mas’ud Said yang juga Direktur Pascasarjana Unisma itu menjelaskan sosok besar yang juga membesarkan masyarakat itu membuatnya berpengaruh besar di Nusantara, bukan hanya Indonesia. “Hadratusyaikh itu pernah di pondok-pondok besar seperti Bangkalan, Kediri (Lirboyo/Ploso), Sidoarjo (Siwalanpanji), dan sebagainya. Beliau juga mengajar dan mengarang 21-23 kitab. Beliau juga mendatangi petani pada setiap hari Selasa, dan juga pejuang,” katanya. Oleh karena itu, Ikapete kedepan memiliki tugas untuk mengembangkan ideologi Aswaja, penguatan organisasi NU secara strukturl dan kultural, baik di dalam maupun luar negeri, penguatan kolaborasi dan teknologi IT di pesantren dan NU. “Aswaja dan NU itu warisan Hadratussyaikh yang harus dijaga, bagi Ikapete ya wajib,” tegasnya. Dalam bedah buku itu, Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim Prof Bianto mengapresiasi buku “KHM Hasyim As’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia” yang dinilai sangat akademis dan jauh dari aspek mistis atau klenik. “Sosok KHM Hasyim Asy’ari ditulis sangat manusiawi,” bebernya. Bagi Muhammadiyah sendiri, KHM Hasyim Asy’ari, NU, dan Tebuireng memiliki banyak “perjumpaan” (titik temu) dengan Muhammadiyah, karena “guru” KHM Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) di Mekkah juga sama (Syaikh Khatib Al-Minangkabawi). “Bahkan, H Hasan Gipo (ketua umum pertama PBNU) dan KH Mas Mansur (pendiri Muhammadiyah Jatim) juga masih saudara/sepupu. Pimpinan Muhammadiyah Jatim juga banyak yang alumni Pesantren Tebuireng, seperti mantan Ketua PWM Jatim Ustadz Abdurrahim Noer dan beberapa pimpinan daerah,” katanya. Sementara itu, Wagub Jatim 2019-2024 Emil Dardak menegaskan bahwa KHM Hasyim Asy’ari tidak perlu dibesarkan, karena sosoknya sudah “besar” di masyarakat, justru Ikapete yang perlu membesarkan pemikiran yang diwariskan. “Hadratussyaikh mementingkan keilmuan organik, bukan intelek menara gading. Warisan lain Hadratussyaikh yang penting adalah persatuan, khususnya sesama Islam, jangan sampai kita berkelahi sesama Islam hanya karena perbedaan yang tidak utama,” pungkas Emil. (har) Baca juga :

Read More

Bila Kita Ingin Maju dan Bersatu Jangan Khianati Konstitusi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Bangsa Indonesia telah mengalami pahit getirnya dijajah oleh Belanda dan Jepang. Oleh karena itu bangsa Indonesia tidak mau ada satu suku bangsa pun di dunia ini yang mengalami hal yang sama. Dalam pandangan bangsa Indonesia yang namanya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh karena itu dalam mukadimah UUD 1945 para pendiri bangsa ini telah menjelaskan dengan tegas bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan. Itulah sebabnya mengapa sampai hari ini negara Republik Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel karena negara tersebut telah menjajah dan tidak mau memberikan kemerdekaan kepada rakyat dan bangsa Palestina. Bahkan Israel tidak hanya sekadar ingin menjajah tapi juga telah melakukan tindakan-tindakan yang terbilang sangat-sangat biadab dengan melakukan tindakan genosida atau membunuh sudah lebih dari 36.050 orang di Gaza sejak Oktober tahun lalu dan melukai setidaknya 81.026 orang akibat serangan yang mereka lakukan ke daerah Palestina tersebut. Keadaan semakin mengenaskan lagi karena kebanyakan dari mereka yang tewas dan terluka tersebut adalah kaum perempuan dan anak-anak. Oleh karena itu jika ada dari anak-anak bangsa ini yang bermesraan dengan Israel padahal negara zionis tersebut kita tahu telah berbuat zalim dan aniaya terhadap rakyat Palestina maka hal demikian merupakan pertanda bahwa mereka sudah tidak punya hati nurani dan tidak punya rasa perikeadilan serta perikemanusiaan. Mungkin saja mereka beralasan bahwa mereka melakukan hal tersebut adalah karena mereka ingin mengubah sikap Israel, rasa-rasanya hal itu bagaikan mimpi di siang bolong karena sekarang ini sudah lebih dari 146 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina termasuk beberapa negara dari Eropa Barat yang selama ini merupakan sekutu Israel seperti Spanyol, Inggris dan Prancis serta lainnya sudah meminta Israel untuk mengakui kemerdekaan Palestina namun Israel tetap bersikukuh dan tidak mau memberikannya. Ini pertanda bahwa Israel memang punya niat jahat untuk terus menduduki dan menjajah Palestina bahkan kalau bisa mereka akan mendirikan sebuah negara baru yang disebut dengan Israel Raya yang meliputi beberapa negara yang ada di sekitarnya. Jadi berdasarkan hal demikian kita memang sangat menyesalkan ada oknum-oknum dari anak-anak bangsa ini yang berbuat di luar batas dengan menentang dan melecehkan konstitusi padahal mukadimah dari UUD 1945 itu seperti kita ketahui bersama merupakan jati diri kita sebagai bangsa. Dan bila jati diri kita sebagai bangsa sudah terkoyak maka untuk menjahit dan menyatukannya kembali jelas tidak mudah. Untuk itu kita berharap agar semua pihak menghormati dan menjunjung tinggi konstitusi supaya kita sebagai bangsa tetap bersatu dan negara yang sama-sama kita cintai ini bisa maju. (Pengamat sosial ekonomi dan keagamaan, serta Ketua PP Muhammadiyah) Baca juga :

Read More

Dua Nikmat yang Manusia Lalai

Jakarta — 1miliarsantri.net : Dua kabilah Anshor yakni Bani Haristsah dan Bani Harist berseteru. Keduanya saling membanggakan nasab kabilahnya dengan bermegah-megahan soal keturunan dan hartanya. Bahkan, kedua kabilah saling membuktikan dengan mendatangi kuburan-kuburan nenek moyang mereka yang dikenal orang hebat. Dalam Kitab Asbabun Nuzul karya Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, pertengkaran atau pembantahan kedua kabilah tersebut turun ayat 1-8 Surah At-Taakatsur. Dalam ayat 1 dan 2, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” As-Suyuti mengutip ucapan Ibnu Jabrir dari Ali berkata, “Kita ragu akan adanya siksa kubur. Kemudian Allah SWT menyakinkan mereka, dengan ayat ini.”Kekisruhan kedua kabilah itu pada 14 abad silam, masih dapat kita saksikan sampai hari ini. Banyak keturunan anak Adam ‘Alaihissalam (AS) yang dengan sadar atau tidak sadar kerap membanggakan anak keturunan dan harta mereka kepada orang lain, terlebih di berbagai platform media sosial. Terlepas dari pro dan kontra persoalan ini. Dalam Tafsir Ibnu Katsir pada penjelasan Surah At-Taakatsur tersebut, Allah SWT berfirman, kalian terlalu disibukkan oleh kecintaan pada dunia, kenikmatan dan berbagai perhiasannnya, sehingga lupa untuk mencari dan mengejar kehidupan akhirat. Hal tersebut terus menimpa manusia, hingga kematian menjemputnya, lalu manusia mendatangi kuburan dan menjadi salah satu penghuninya. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Zaid bin Aslam dari ayahnya mengatakan, Rasulullah Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) bersabda, “Bermegah-megahan telah melalaikanmu dari ketaatan, sampai kamu masuk ke dalam kubur, sampai kematian menjemput kalian.” Bermegah-megahan ini, menurut Al-Hasan Al-Bashri, dalam hal harta dan anak. Bukankah manusia dalam kehidupannya, tak terlepas dari harta dan anak. Mereka kerap membanggakan harta dan anak-anaknya. Padahal, soal harta ini, Rasulullah SAW bersabda, “Harta yang kamu makan akan habis, harta yang kamu pakai akan usang, tapi harta yang kamu sedekahkan akan menjadi tabunganmu,” (HR. Muslim). Ternyata harta yang sesungguhnya, ketika hari ini kita makan dan kita pakai. Sedangkan yang tidak kita makan dan tidak kita pakai pada hakekatnya bukan harta milik kita. Sementara harta yang disedekahkan, itulah harta yang kekal abadi di dunia hingga mengalir di akhirat. Ketika sampai di kubur, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang mengantarkan jenazah, lalu dua diantaranya kembali sedang asatu lagi tetap bersamanya. Jenazah itu diantarkan oleh keluarga, harta, dan amalnya, lalu keluarga dan hartanya kembali pulang, sedangkan amalnya tetap bersamanya,” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i). Pada asalnya, menurut Al-Quran sifat manusia itu ada 15. Yakni, lemah, terperdaya, lalai, penakut, bersedih hati, tergesa-gesa, suka membantah, berlebih-lebihan, pelupa, berkeluh kesah, kikir, kufur nikmat, zalim dan bodoh, berprasangka, dan berangan-angan. Dibandingkan makhluk lain, manusia diciptakan Allah SWT dalam wujud yang sempurna, namun banyak kekurangannya. Kekurangan manusia ini, sebagai dampak Allah SWT memberinya akan dan pikiran serta hati yang bening. Dalam kehidupannya, tinggal lagi manusia itu sendiri yang dapat mengendalikannya ke jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT. Untuk itu, Rasulullah SAW bersabda, “Dua nikmat yang banyak orang tertipu padanya, yakni nikmat sehat dan waktu luang,” (HR Bukhari, Tirmidzi, An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah). Seseorang itu ketika diberikan kenikmatan (di dunia baik harta maupun anak keturunan) kebanyakan lupa akan nikmat tersebut berasal dari mana dan digunakan (dimanfaatkan) untuk apa. Pada dasarnya kenikmatan dan musibah itu akan silir berganti dirasakan, tinggal lagi bagaimana menyikapinya. Ketika nikmat itu hadir di kehidupan seseorang, sikat sebaiknya tetap bersyukur atas nikmat dari Allah SWT. Ketika nikmat itu dicabut dan musibah datang menimpanya, maka sikap seseorang itu bersabar hingga Allah SWT juga meridhoinya. Sama halnya dengan waktu luang yang sering lalai dari kehidupan manusia. Ketika seorang diberikan waktu luang seperti badan sehat jasmani dan rohani, lupa untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah SWT dan menjalani perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Namun, ketika seseorang itu sakit, barulah ia akan sadar bahwa nikmat kesehatan dan waktu luang pada saat muda, pada saat sehat, pada saat gagah, atau pada saat diberikan kekuasaan dan jabatan, tidak digunakan untuk kemaslahatan pada dirinya dan orang lain. Bukankah dalam ayat 4 Surah Ad-Dhuha, Allah SWT berfirman, “Dan sungguh akhirat itu lebih baik bagimu darpada dunia.” Semoga kita semua sadar akan dua nikmat yang akan menyelamatkan kita di dunia terlebih di akhirat. (Iin) Baca juga :

Read More

Mengapa Gelombang Konservatisme Agama Meningkat di Malaysia Namun Surut di Indonesia

Kelantan — 1miliarsantri.net: Di pasar pusat yang ramai di Kuala Terengganu, penjual kerupuk Mdm Raqiah Abdullah membuka-buka halaman Al-Qur’an – kitab suci umat Islam – sambil duduk di bangku reyot. Alquran dibungkus kain hijau dengan lingkaran putih di tengahnya – bendera partai konservatif Parti Islam Se-Malaysia (PAS). “Kami umat Islam, jadi tugas kami mendukung PAS. Saya pikir jika kita ingin menjadi umat Islam yang baik, di dunia dan di akhirat, kita harus mengikuti ajaran PAS dan para pemimpinnya, seperti Tok Guru Hadi,” kata Mdm Raqiah, mengacu pada presiden PAS Abdul Hadi Awang, seorang ulama terkenal. yang telah memimpin partai tersebut selama lebih dari dua dekade. Nyonya Raqiah adalah pendukung setia partai Islam. Namun, ia mengatakan bahwa di kalangan komunitasnya di Kuala Terengganu, dukungan terhadap PAS baru menjadi populer dan mainstream dalam lima tahun terakhir ini. Para pengamat mencatat bahwa pergeseran dukungan ini disebabkan oleh masalah dalam partai tertua Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan kasus korupsi di kalangan pimpinannya, seperti skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang melibatkan mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak. Sebelumnya, persaingan UMNO dan PAS di Terengganu sangat sengit – terdapat masjid, desa, bahkan tempat makan yang berbeda-beda untuk pendukung masing-masing partai. Tapi sekarang sepertinya hampir semua orang bersatu mendukung PAS, Alhamdulillah,” ujarnya. Antara tahun 1974 dan 2013, koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpin UMNO memerintah pemerintahan negara bagian Terengganu kecuali pada periode antara tahun 1999 dan 2004 ketika Abdul Hadi menjabat sebagai menteri utama di bawah koalisi Barisan Alternatif. Namun, sejak Pemilu 2018 ketika BN kehilangan kekuasaan, PAS dan koalisi Perikatan Nasional (PN) tetap mempertahankan kendali atas pemerintahan negara bagian Terengganu. Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas PAS tampaknya telah berkembang melampaui basis pendukungnya dan partai tersebut telah menjadi pilihan utama bagi banyak umat Islam yang tinggal di jantung pedesaan Melayu. Dalam sebuah wawancara dengan CNA, anggota komite pusat PAS Muhammad Khalil Abdul Hadi menguraikan bahwa popularitas partai tersebut semakin meningkat akhir-akhir ini karena adanya faktor penarik dan pendorong. Muhammad Khalil, yang juga putra presiden partai Abdul Hadi, menekankan bahwa “konsistensi partai dalam menegakkan hak-hak orang Melayu dan Muslim” mungkin telah menarik pemilih. Nilai-nilai ras dan agama sangatlah penting bagi penduduk Melayu Bumiputera, dan kami belum mengubah pendirian kami sejak partai ini dibentuk dan ini adalah faktor kuncinya,” kata mantan anggota divisi informasi, dakwah dan pemberdayaan Syariah Terengganu. di pemerintahan negara bagian. “Ada juga faktor pendorongnya, misalnya kegagalan UMNO sebagai partai memenuhi kewajibannya dalam membela dan menegakkan prinsip-prinsip Islam serta membela hak-hak orang Melayu,” tambahnya. Analis politik Norshahril Saat, peneliti senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute, mengatakan kepada CNA bahwa dalam beberapa tahun terakhir, PAS telah memperkuat basis kekuatan intinya di negara bagian utara dan pantai timur sambil membuat terobosan di wilayah lain di Semenanjung Malaysia. “Ada banyak cara untuk menjelaskannya. Salah satu kemungkinannya adalah adanya ketakutan bahwa para pemilih akan semakin konservatif, khususnya di kalangan masyarakat Melayu, dan mereka sekarang menerima argumen yang telah diajukan PAS selama bertahun-tahun dalam Islamisasi, mempromosikan hukum Syariah dan sebagainya,” kata Dr Norshahril. . “Tetapi argumen lainnya mungkin adalah kurangnya alternatif. Masyarakat Melayu selalu mendukung UMNO dan mereka memandang UMNO sebagai partai utama bagi masyarakat Melayu dan Islam. Tapi sekarang mengingat permasalahan mereka, alternatif terbaik berikutnya adalah Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) dan tentunya partai yang sejarahnya lebih panjang adalah PAS,” imbuhnya. Sebaliknya, pemilu di Indonesia bulan lalu tampaknya menunjukkan bahwa politik identitas telah surut, meskipun ada kekhawatiran awal bahwa hal ini dapat dirusak oleh konservatisme agama. Dr Norshahril mengatakan bahwa politik identitas “entah bagaimana dibatalkan” di antara para kandidat dalam pemilu di Indonesia. “Kami tidak melihat politik identitas serupa terjadi pada pemilu tahun ini dibandingkan dengan pemilu tahun 2019 dan 2014. Hal ini bisa berarti bahwa para kandidat sendiri telah mempersiapkan diri dengan sangat baik,” kata Dr Norshahril. “Jadi dengan cara ini semua kandidat berhasil menggalang dukungan Islam dan karenanya kita tidak melihat politik identitas digunakan untuk menyerang satu sama lain,” tambahnya. Melihat lebih dekat situasi Indonesia Di negara tetangga, Indonesia, kekhawatiran terhadap kebangkitan Islam politik dan konservatisme agama, terutama menjelang pemilu bulan lalu, tampaknya sudah mereda. Ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak menyerah pada penggunaan politik identitas untuk mengumpulkan suara, kata para pengamat. Ketiga pasangan tersebut adalah: Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Islam (PKB) Muhaimin Iskandar; Menteri Pertahanan saat ini Prabowo Subianto dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka; serta mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mencalonkan diri bersama mantan anggota PKB Mahfud MD. Pasangan pemenangan, Pak Prabowo dan Pak Gibran, tidak pernah menjadi anggota partai Islam, berbeda dengan dua paslon lainnya. Ada kekhawatiran bahwa pemilu ini akan dirusak oleh konservatisme agama, terutama karena politik identitas mendominasi pemilu presiden dan legislatif tahun 2019 serta pemilu gubernur Jakarta tahun 2017. Ujang Komarudin, pakar Islam politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, yakin beberapa kelompok politik ingin menegakkan ideologi Islam tetapi kesulitan untuk menang dalam pemilu karena masyarakat Indonesia heterogen. “Secara obyektif memang ada orang atau kelompok yang memperjuangkan ideologi Islam atau Islam politik. “Tapi kalau kita lihat masyarakat Islam, Islam sendiri di sini heterogen. Tidak homogen,” kata Pak Ujang. Dan meskipun sekitar 87 persen dari 270 juta penduduk Indonesia adalah Muslim, banyak yang tidak taat, tambah Ujang. Banyak masyarakat Indonesia yang menganut agama Islam moderat atau beragama Islam sesuai dengan kartu identitasnya, namun tidak benar-benar mengamalkan agama tersebut. “Ini berdampak pada perilaku pemilih dan pilihannya (saat pemilu),” kata Pak Ujang. Selain itu, para analis mengatakan kepada CNA bahwa perbedaan ideologi dari berbagai kelompok politik Islam dan ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan dukungan arus utama serta teori filosofis dasar Pancasila tampaknya merupakan upaya untuk melawan ancaman meningkatnya konservatisme di Indonesia. PERBEDAAN IDEOLOGI YANG MENGATUR PARTAI POLITIK ISLAM Pak Ujang berpendapat bahwa partai politik Islam di Indonesia tidak bersatu dan memiliki ideologi yang berbeda. Hal ini berbeda dengan Malaysia yang memiliki partai Islam dominan, Parti Islam Se-Malaysia (PAS). “Misalnya PKB dan Partai Amanat Nasional (PAN), apakah berfungsi berdasarkan ideologinya? Saya kira tidak,” kata Pak Ujang. Mereka berfungsi berdasarkan kepentingan, baik saat berkoalisi maupun berkampanye. Mereka tidak menonjolkan nilai-nilai Islam tetapi nilai-nilai umum…

Read More

Sejarah Upaya Pembunuhan Presiden AS

Jakarta — 1miliarsantri.net : Penembakan kandidat calon presiden sekaligus mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengingatkan pada sejarah panjang upaya pembunuhan presiden di negara tersebut. Berikut daftar sejumlah pembunuhan politik tersebut. Presiden AS Abraham Lincoln adalah yang pertama dalam daftar ini. Presiden Amerika Serikat ke-16 itu dibunuh pada 14 April 1865, hanya lima hari setelah Tentara Konfederasi menyerah dan berakhirnya Perang Saudara AS. The Best Diplomat melansir, pembunuhan Lincoln bukanlah sebuah tindakan spontan namun terencana dengan baik, yang berakar pada perpecahan politik dan ideologi yang mengakar. Pada tahun-tahun menjelang pembunuhan tersebut, Lincoln menghadapi tentangan keras dari negara-negara Selatan dan simpatisannya, yang menentang kebijakannya, khususnya sikapnya terhadap perbudakan dan negara kesatuan. Negara-negara bagian Selatan telah menarik diri dari Persatuan yang menyebabkan pecahnya Perang Saudara. Perang ini berlangsung selama empat tahun dan merenggut nyawa lebih dari 600.000 orang Amerika Orang di balik pembunuhan itu adalah John Wilkes Booth, seorang aktor terkenal dan simpatisan Konfederasi. Booth adalah bagian dari konspirasi yang lebih besar yang melibatkan beberapa individu lain, termasuk Mary Surratt, Lewis Powell, dan George Atzerodt. Rencananya adalah untuk menculik Lincoln dan menukarnya dengan tawanan perang Konfederasi, tetapi ketika perang sudah jelas akan segera berakhir, mereka malah memutuskan untuk membunuh Lincoln. Selanjutnya, terjadi pembunuhan Presiden AS James A Garfield pada tanggal 2 Juli 1881. Charles J Guiteau menembak Presiden Amerika Serikat ke-20 di Stasiun Kereta Api Baltimore dan Potomac di Washington, DC, tindakan mengejutkan yang berakar pada ketidakpuasan politik dan delusi pribadi. Sebelum menjadi presiden, Garfield memiliki karir cemerlang sebagai jenderal Union Army selama Perang Saudara dan sebagai anggota Dewan Perwakilan AS. Ia dikenal karena integritas, kecerdasan, dan komitmennya terhadap hak-hak sipil. Namun, masa kepresidenannya hanya bertahan empat bulan karena ia terkena peluru pembunuh. Pembunuhan Presiden AS William McKinley menandai momen tragis dalam sejarah Amerika selanjutnya. Presiden Amerika Serikat ke-25 itu ditembak mati oleh anarkis Leon Czolgosz pada 6 September 1901, di Pan-American Exposition di Buffalo, New York. Pembunuhan McKinley merupakan peristiwa mengejutkan yang menyoroti bahaya ekstremisme politik. Sebelum menjadi presiden, McKinley pernah menjabat sebagai perwira Union Army selama Perang Saudara dan kemudian sebagai anggota kongres dan gubernur Ohio. Ia dikenal karena kebijakannya yang moderat dan upayanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas pengaruh Amerika di luar negeri. Kepresidenan McKinley ditandai dengan kemakmuran dan stabilitas, namun secara tragis hal itu terhenti. Leon Czolgosz, pembunuh McKinley, adalah seorang anarkis yang percaya pada penggunaan kekerasan untuk mencapai perubahan politik. Czolgosz dipengaruhi oleh ide-ide radikal dan literatur anarkis, yang memicu kebenciannya terhadap pemerintah dan tokoh otoritas. Dia melihat McKinley sebagai simbol penindasan dan ketidaksetaraan serta memandang pembunuhannya sebagai tindakan revolusioner. Pembunuhan John F Kennedy adalah peristiwa tragis selanjutnya yang masih bergema dalam ingatan kolektif masyarakat Amerika. Presiden Amerika Serikat ke-35 ini ditembak pada 22 November 1963, di Dallas, Texas, saat mengendarai limosin atap terbuka bersama istrinya, Jacqueline Kennedy, dan Gubernur Texas John Connally. Sebelum menjadi presiden, Kennedy pernah menjabat sebagai anggota kongres dan senator dari Massachusetts. Dia adalah seorang pemimpin karismatik yang menginspirasi generasi Amerika dengan visinya tentang masa depan yang lebih baik. Kepresidenan Kennedy ditandai dengan inisiatif yang berani, termasuk pembentukan Peace Corps, perlombaan antariksa, dan perjuangan melawan kemiskinan dan diskriminasi. Orang di balik pembunuhan Kennedy adalah Lee Harvey Oswald, mantan Marinir AS yang membelot ke Uni Soviet dan kemudian kembali ke AS. Oswald adalah individu bermasalah dengan riwayat penyakit mental dan rasa keterasingan yang mendalam. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan pengakuan dan melihat pembunuhan Kennedy sebagai cara untuk mencapai ketenaran. (jeha) Baca juga :

Read More

Latar Berdirinya NU Tak Lepas dari Peristiwa Komite Hijaz, yang dikirimkan ke Saudi

Surabaya — 1miliarsantri.net : Sebuah peristiwa historis terjadi pada tanggal 26 Januari 1926 di Kampung Kertopaten, Surabaya (Jawa Timur), dimana ratusan ulama terkemuka berkumpul di kediaman KH Abdul Wahab Hasbullah. Dan, dalam pertemuan inilah Nahdlatul Ulama (NU) lahir. Di antara para kiai itu, terdapat KH Muhammad Hasyim Asy’ari, sosok ulama karismatik yang sangat disegani saat itu. Pertemuan ini, menurut Choirul Anam, diadakan atas undangan Komite Hijaz yang menjadi cikal bakal berdirinya NU. Awal mulanya NU memang tidak dapat lepas dari Komite Hijaz. Komite ini bermula dari suatu panitia khusus yang dibentuk oleh KH Abdul Wahab Hasbullah atas restu KH Hasyim Asy’ari yang menjadi kiai sepuh. Ibaratnya, Kiai Wahab membuat wadahnya dan Kiai Hasyim memberi ruhnya. Tugas utama komite yang beranggotakan puluhan ulama dan pendiri pondok pesantren itu, antara lain merumuskan sikap para ulama pemegang mazhab ahlussunnah wal jama’ah untuk disampaikan kepada penguasa di Hijaz (Arab Saudi), Raja Saud. Ketika pertemuan berlangsung ada pertanyaan muncul, yakni siapa nantinya yang berhak mengirim delegasi ke kota suci Makkah. Selain itu, apa nama dan bentuk organisasi yang akan memberi mandat kepada delegasi Komite Hijaz. Menjawab pertanyaan tersebut, para ulama dan pimpinan pondok pesantren pun sepakat untuk membentuk suatu jam’iyah — wadah baru bagi persatuan dan perjuangan ulama. Namun, apa nama yang patut diberikan kepada jam’iyah ini? Maka, terjadilah perdebatan cukup seru di antara para ulama sekitar nama jam’iyah yang bakal dibentuk tersebut. Dalam perdebatan itu muncul dua pendapat. KH Abdul Hamid, dari Pondok Pesantren Sedayu, Gresik, mengusulkan nama Nahuddul Ulama (kebangkitan ulama) dengan alasan para ulama mulai bersiap-siap akan bangkit melalui jam’iyah tersebut. Usul tersebut mendapat tanggapan dari KH Mas Alwi Bin Abdul Azis. Kiai dari Ampel, Surabaya, ini berpendapat sebenarnya kebangkitan ulama bukan lagi mulai atau akan bangkit. Tapi, sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, ‘sudah bergerak’ jauh sebelum adanya tanda-tanda akan terbentuknya Komite Hijaz, sekalipun belum terorganisir secara rapi. Atas dasar itulah KH Mas Alwi mengajukan usul nama Nahdlatul Ulama. Sama-sama berarti ‘kebangkitan ulama’ tapi pengertiannya lebih luas. Lebih condong pada gerakan serentak para ulama dalam suatu pengarahan, atau gerakan bersama-sama yang terorganisir. Usul tersebut diterima secara aklamasi. Maka, saat itu juga berdirilah jam’iyah Nahdlatul Ulama yang biasa disingkat NU. Dan, hari itu, tepat 16 Rajab 1344 H atau 26 Januari 1926, ditetapkan sebagai hari lahir NU. Sekalipun KH Wahab Hasbullah adalah pencetus, perintis dan penggerak utama pembentukan NU, ia tidak bersedia menduduki jabatan Rais Akbar yang merupakan jabatan tertinggi dalam jam’iyah NU. Jabatan itu diserahkan kepada KH Hasyim Asy’ari, karena ialah saat itu tokoh pemersatu dan paling disegani di antara para ulama dan pimpinan pondok pesantren. Dalam pertemuan itu terpilih pula KH Ahmad Dachlan (Surabaya) sebagai wakil Rais Akbar. Presiden Tanfidziah (eksekutif) dipercayakan kepada H Hasan Gipo yang juga aktif dalam Komite Hijaz. Sedangkan KH Wahab Hasbullah cukup puas menduduki jabatan Khatib ‘Aam (sekretaris umum) Syuriah (legislatif). Jelas, peran KH Hasyim Asy’ari dalam pendirian NU sangat besar. Saat itu ia diakui oleh masyarakat luas sebagai kiai yang sangat disegani dan dihormati di Jawa. Karena itu, untuk membujuk para kiai yang lebih berpengaruh agar mau mendukung berdirinya NU, KH Wahab Hasbullah memerlukan dukungan moril KH Hasyim Asy’ari. Suatu hari, KH Wahab Hasbullah juga pernah mengusulkan kepada KH Hasyim Asy’ari agar mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan membela kedudukan ulama dan otonomi pesantren dari serangan kaum modernis. Karena KH Hasyim Asy’ari tidak memberikan restu, usulan tersebut gagal terlaksana. Begitu hormatnya Kiai Wahab kepada KH Hasyim, sehingga ketika diangkat menggantikannya ia tidak lagi menggunakan istilah Rois Akbar, tapi Rois Aam. Sejak meninggalnya KH Hasyim pada 25 Juli 1947 sebutan Rois Akbar tidak diberlakukan lagi dan diganti Rois Aam — sebutan itulah yang dipakai NU sampai saat ini. Pemilihan terhadap KH Hasyim Asy’ari, menurut almarhum KH Saifuddin Zuhri, didasarkan pada relevensi perjuangan Hadratus Sheikh. “Beliau merupakan salah seorang dari sedikit ulama di abad ke-20 yang telah berhasil mencetak ribuan kiyai, yang kemudian menyebar ke berbagai pelosok tanah air,” katanya suatu hari. Ada faktor penting yang melatarbelakangi dibentuknya Komite Hijaz. Saat itu perkembangan politik Islam secara makro tidak menguntungkan posisi kalangan Islam yang berpaham ‘mazhab’. Suasana politik di Timur Tengah, misalnya, menempatkan gerakan Wahabi di atas angin. Situasi di Indonesia saat itu juga kurang menguntungkan para ulama di pesantren yang secara teguh mempertahankan mazhab. Ketika itu sering muncul pertentangan pendapat — terutama yang menyangkut masalah khilafiah — antara NU dan Muhammadiyah. Bahkan, pada saat kongres (IV dan V) umat Islam di Yogyakarta (21 sampai 25 Agustus 1925), dan di Bandung (5/2-1926), dalam mencari input untuk kongres Islam di Makkah, aspirasi kalangan pesantren samasekali tidak tertampung. Peran kalangan ‘modernis’ saat itu memang lebih besar. Sebagai contoh adalah usul kalangan ulama pesantren yang disampaikan KH Wahab Hasbullah agar tradisi bermazhab tetap diberi kebebasan oleh penguasa Arab Saudi. Ternyata usul ini tidak masuk agenda kongres. Ulama pesantren juga mengusulkan agar beberapa makam penting di kota-kota suci Makkah dan Madinah, mulai dari makam Rasul sampai makam sahabat dan tempat-tempat bersejarah lainnya, dapat dipelihara dengan baik. Karena materi usulan itu tidak masuk dalam agenda kongres, maka didirikanlah Komite Hijaz. Tujuannya untuk menyampaikan aspirasi para ulama kepada penguasa Arab Saudi. Dalam rapatnya di Surabaya yang dihadiri para tokoh generasi awal NU, diputuskan KH Bisri Syansuri dan KH Adnan (Kudus) yang akan berangkat menemui Raja Arab Saudi. Tapi, pemberangkatan delegasi itu tertunda karena waktu pelaksanaan ibadah haji berakhir. Di kemudian hari berangkatlah Syekh Ahmad Chanaim Al-Misri ke Makkah untuk menyampaikan keputusan dari rekomendasi rapat Komite Hijaz kepada Raja Ibnu Suud. Usulan ini berhasil dan diterima penguasa Arab Saudi. Ibnu Suud bahkan memberikan jaminan bahwa ia akan berusaha memperbaiki pelayanan ibadah haji sejauh perbaikan itu tidak melanggar aturan Islam. Sejak berada di Makkah, Kiai Hasyim sudah bertekad untuk mempersatukan ummat dan bersumpah memperjuangkan Islam. dalam buku Al ‘Alamah Muhammad Hasyim Asy’ari, pengarang Indonesia yang lama bermukim di Arab Saudi, Muhammad Asad Shahab, menulis bahwa sebelum kembali ke Indonesia, dalam bulan Ramadhan, Kiai Hasyim sempat bertemu dengan beberapa sahabatnya dari Afrika, Asia dan negara-negara Arab. Di antara mereka terdapat Muhammad Ali Jinnah, pendiri Pakistan. Dalam pertemuan itu terjadi kesepakatan di antara mereka untuk mengangkat sumpah di…

Read More