Sebanyak 47 Tokoh Buddha dari 17 Negara Gelar Dialog Perdamaian Dunia

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Sebanyak 47 tokoh Buddha dari 17 negara yang tergabung dalam International Network of Engaged Buddhists (INEB) melakukan kunjungan ke Muhammadiyah di Yogyakarta, Rabu (22/11/2023). Mereka mengakui pentingnya dialog dan pertemuan dengan pemimpin Muhammadiyah sebagai langkah strategis dalam mendorong moderasi beragama dan perdamaian dunia. Yuli Mumpuni Widarso, seorang penasehat Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, menyatakan kunjungan ini merupakan refleksi dari pertemuan puncak tokoh Buddha dunia di Yogyakarta pada 2015, di mana Muhammadiyah juga terlibat sebagai mitra. Baginya, pertemuan lintas agama seperti ini perlu diperkuat, mengingat salah satu tantangan terbesar kita adalah melawan diskriminasi dan kekerasan bermotif agama. Delegasi INEB dalam kunjungannya mengunjungi Museum Muhammadiyah di Kompleks Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dilanjutkan dengan dialog bersama unsur PP Muhammadiyah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta pada hari yang sama. Kunjungan ke Museum Muhammadiyah agar tokoh Buddha dapat memahami latar historis di balik perkembangan Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi Islam terkemuka di dunia. Sementara itu, kunjungan ke Madrasah Muallimin merupakan bagian dari upaya delegasi INEB untuk lebih memahami lembaga pendidikan yang dianggap sebagai basis pengkaderan Muhammadiyah. Di Muallimin, INEB berkolaborasi dengan PP Muhammadiyah dalam menggelar Interfaith Diapraxis dengan tema “Religious Moderation for a Just and Peaceful Civilization.” Diapraxis ini merupakan dialog untuk mencari solusi terhadap situasi sosial dan kemanusiaan, dan diawaki oleh Ambassador Yuli Mumpuni Widarso dan KV Soon Vidyananda sebagai perwakilan PP Muhammadiyah dan Komite Eksekutif INEB. Pertemuan juga dihadiri oleh Sekretaris Eksekutif INEB Moo Somboon Chungprampree, Sekretaris LHKI PP Muhammadiyah Yayah Khisbiyah, Direktur Jenderal Bimbingan Buddha Kementerian Agama Supriyadi, serta Direktur Muallimin Aly Aulia selaku tuan rumah. Selain dialog, kegiatan di Muallimin dimeriahkan dengan pertunjukan seni oleh santri, menjadi bagian dari pengenalan budaya kepada delegasi yang berasal dari berbagai negara. Kunjungan para tokoh Buddha dari International Network of Engaged Buddhists (INEB) ke Muhammadiyah ini tidak hanya memperkuat kerjasama lintas agama, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam membangun pemahaman dan toleransi antarumat beragama. Di tengah tantangan global terkait diskriminasi dan kekerasan berbasis agama, pertemuan ini memberikan harapan akan terciptanya masyarakat yang lebih damai dan adil. (yus) Baca juga :

Read More

Istilah dan Gambaran Santri Pesantren

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Santri adalah seseorang yang menuntut Ilmu dan memperdalam agama Islam di pesantren, mereka juga menetap di pesantren hingga lulus atau menuntaskan pendidikan nya. Ciri seorang santri identik dengan hidup sederhana dan menerima apa adanya (qonaah) seperti makan, berpakaian, tempat tidur. Dengan pola sederhana Ini seorang santri diajarkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam kenikmatan dunia. Seorang santri biasanya diajarkan untuk saling berbagi, bertoleransi, empati, berakhlak, dan Budi pekerti. Tidak hanya itu saja, seorang santri juga diajarkan untuk belajar bersabar, terutama dalam bentuk mengantri, contoh nya seperti: antri mengambil makan, antri mandi, antri mengaji dan masih banyak lagi, dengan diajarkan nya mengantri kita dapat memahami bahwa semua hal itu harus di awali dengan proses dan kesabaran bukan secara instan. Sedangkan istilah santri itu sendiri terdapat dua macam pembagian kategori : Bedasarkan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa santri kalong itu hanya mengikuti pelajaran dan tidak menetap sedangkan santri mukim itu mengikuti pelajaran dan menetap. Mereka pulang ke rumah setahun dua kali atau setahun sekali bahkan ada beberapa pesantren yang menerapkan peraturan untuk pulang tiga tahun sekali. Seorang santri yang menetap di pesantren tidak hanya mempelajari atau memperdalam ilmu agama saja, namun juga di didik untuk menaati dan menerapkan semua peraturan yang di buat oleh pesantren, biasanya peraturan yang di buat dari pesantren itu dimulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Setiap orang yang menuntut ilmu itu pasti ada cobaan terkadang ada rasa malas bahkan terlintas dalam pikiran untuk menyerah, terlebih seseorang yang memutus kan untuk menghafal Al-Qur’an atau seseorang yang terpaksa menghafalkan Al-Qur’an karena orang tuanya. Menghafal Al-Qur’an itu butuh perjuangan dan pengorbanan merelakan tidak tidur siang dan menunda tidur malam untuk menghafalkan Al-Qur’an. Dalam situasi ini lah seorang santri butuh semangat dan kekuatan yang tinggi untuk menghadapi itu semua dan menguatkan niat dalam hati untuk selalu bersabar dalam menghafal Al-Qur’an. Keadaan ini lah seorang santri selalu mengingat (nyengkal moto jiret weteng) artinya : perbanyak lah tirakat tahan lah lapar( puasa) atau bisa di simpulkan bahwa menuju kesuksesan yang sesungguhnya itu harus di landasi ketekunan dan kesabaran dalam menuntut ilmu. Menghafal kan Al Qur’an dan mempertahankan hafalan agar tidak hilang dari pikiran dan hidup kita menjadi lebih tenang, nyaman, dan tertata dalam menghadapi suatu hal. Ada pun hadist yang menjelaskan bahwa ” barang siapa membaca Al Qur’an kemudian mempelajarinya dan mengamalkannya. “Maka ia akan diberikan mahkota oleh Allah disurga kelak. Sinarnya lebih terang dari pancaran oleh seluruh makhluk hidup yang ada di sana”. Hadist di atas membuat kita semakin membangun semangat, tekat, dan niat untuk berjuang demi mendapatkan mahkota untuk orang tua kita nanti di surga. Dengan kata lain, kita bisa mengungkapkan rasa terimakasih atas pengorbanan, jasa kedua orang tua dalam mendidik dan membiayai kita dalam menuntut ilmu di pesantren. Jika seseorang yang khotmil Al Qur’an (selesai dalam menghafal Alquran) maka akan di turunkan nya Rahmat dari Allah SWT untuk para penghafal Al-Qur’an, sebagaimana dari ( H.R at- Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah dari Mujahid) yang artinya: ” Apabila di khatamkan Al Qur’an, maka turunlah Rahmat Allah”. Khatam Al Qur’an bukan berarti menghafal kan semua isi Al Qur’an di luar kepala tapi juga dapat diartikan bahwa Khatam Al Qur’an itu seseorang yang membaca semua isi Alquran. Dari deskripsi di atas dapat di simpulkan bahwa Gaya hidup santri itu di perlukan niat yang kuat serta semangat yang tinggi, karena seorang santri itu harus bisa qonaah ( menerima apa adanya) dan tirakat dalam menuntut ilmu atau menghafal kan Al Qur’an. Merelakan jauh dari keluarga terutama orang tua yang selalu menguatkan kita disaat kesulitan melanda. Menuju kesuksesan itu butuh pengorbanan, niat serta mental yang kuat, dengan tekat yang kuat menjadi kunci kesuksesan dalam meraih cita-cita. (mif) Baca juga :

Read More

Momen Ketika Rasulullah SAW Ingin Menyendiri Dari Istri-istri nya

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Betapa suka cita perasaan Rasulullah SAW. Sebab, beliau kala itu baru saja dianugerahi kelahiran seorang putra dari seorang istrinya, Mariyah al-Qibthiyyah. Beliau menamakan anaknya, yakni Ibrahim. Akan tetapi, kelahiran Ibrahim ternyata mengundang cemburu dari istri-istri Nabi SAW yang lain, utamanya ‘Aisyah dan Hafshah. Masing-masing merupakan putri para sahabat beliau, yang Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Beberapa waktu kemudian, ‘Aisyah di kediamannya mengatakan kepada Rasulullah SAW bahwa paras wajah Ibrahim tidak menyerupai beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Mendengar hal itu, Rasulullah SAW menunjukkan wajah tidak suka. Alih-alih menenangkan, Hafshah juga menyampaikan hal yang sama kepada sang suami. Itu pun diucapkannya saat Rasulullah SAW menyambangi biliknya. Perasaan cemburu yang berlebihan, itulah yang ditunjukkan kedua ummahatul mu`minin ini. Mereka merasa tersaingi oleh Mariyah yang telah memberikan seorang anak laki-laki untuk Nabi SAW. Dalam menghadapi sikap keduanya yang diwarnai iri hati ini, Rasulullah SAW memilik sikap lemah-lembut. Bagaimanapun, beliau sebagai pemimpin umat tidak punya waktu untuk melayani perangai cemburu yang ekstrem. Demikian pula, beliau tak mau membiarkan dirinya dipermainkan istri. Keduanya dinilai harus mendapat pelajaran, yakni dengan sikap yang tegas. Akhirnya, selama sebulan penuh Rasulullah SAW mendiamkan keduanya. Dalam rentang waktu itu, Rasulullah SAW memusatkan perhatian pada upaya-upaya dakwah dan penyebaran Islam di Jazirah Arab. Pada saat demikian, Abu Bakar dan Umar sebagai para mertua Rasulullah SAW merasa gelisah sekali. Mereka khawatir, Rasulullah SAW tidak hanya akan menceraikan masing-masing putri mereka. Bukan tak mungkin perangai ‘Aisyah dan Hafshah yang menyulitkan Nabi SAW akan menyebabkan kemurkaan Allah SWT. Maka, kini keduanya menyesal. Mereka merasa khilaf lantaran telah terdorong rasa cemburu yang berlebihan sampai-sampai melukai hati sang suami yang tadinya sangat lemah-lembut itu. Kini, Rasulullah SAW menjauhi mereka. Lebih memilih menghabiskan sebagian waktu dalam sebuah bilik, alih-alih rumah keduanya. Selama beliau tinggal dalam bilik itu, ada pelayannya yang bernama Rabah. Dia selalu menunggu di ambang pintu, menjaga agar tidak ada orang yang masuk kecuali atas izin Rasulullah SAW. Desas-desus bahwa Rasulullah SAW akan menceraikan istri-istrinya itu mencuat. Alhasil, rasa cemas serta gundah gulana pun kian menggelayuti pikiran Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Bahkan, kedua sahabat senior itu sampai menegur keras putri mereka masing-masing, yang telah melukai hati Rasulullah SAW. Hingga pada suatu hari, Umar begitu ingin bertemu dengan Rasulullah SAW. Maka, dipanggilnya Rabah–yakni seorang pembantu beliau–agar memintakan izin baginya untuk bisa menemui Rasulullah SAW. Namun, Rabah tidak berkata apa-apa. Artinya, Rasulullah SAW belum mengizinkan. Sekali lagi, Umar mengulangi permintaannya. Namun, Rabah tetap tidak memberikan jawaban. Demikian seterusnya hingga sahabat bergelar al-Faruq itu meminta sebanyak tiga kali. Ketika Umar hendak beranjak pergi, Rasulullah SAW memberikan isyarat kepada Rabah agar mengizinkan sahabatnya itu masuk. Umar pun gembira. Setelah mengucapkan salam, dia memasuki bilik kecil itu. Ketika Umar sudah duduk dan membuang pandang ke sekeliling tempat itu, ia tiba-tiba menangis. “Apa yang membuatmu menangis, ya Ibnul Khathab?” tanya Rasulullah SAW dengan nada lembut. Umar mengatakan, dirinya menangis setelah menyaksikan tikar tempat Rasulullah SAW berbaring begitu kasar, sampai-sampai meninggalkan bekas pada punggung dan dada beliau yang mulia. Selain itu, di dalam bilik sempit tersebut nyaris tak ada apa-apa kecuali segenggam gandum, kacang-kacangan, dan alas kusam. Setelah itu, Rasulullah SAW menasihatinya. Segala yang dilihatnya itu adalah perkara duniawi. Urusan dunia adalah sementara. Umar pun kembali tenang. “Wahai Rasulullah,” kata Umar, “Apakah yang menyebabkan tuan tersinggung adalah karena para istri itu? Kalau mereka itu tuan ceraikan, niscaya Allah mendukung engkau. Demikian juga para malaikat, Jibril dan Mikail, juga saya, Abu Bakar, dan semua orang-orang beriman. Mereka berada di pihakmu.” Umar terus berbicara. Rasulullah SAW mendengarnya dan kemudian tersenyum. Rasulullah SAW menyatakan kepadanya, beliau tidak akan menceraikan mereka. Mendengar itu, Umar merasa gembira. Dia pun meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk mengumumkan hal ini kepada orang-orang yang masih menunggu di luar masjid. (mif) Baca juga :

Read More

Sukses Event Pertama, Bengkel Hijrah Iklim 2.0 akan Digelar Awal Desember 2023 di Salatiga

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Setelah sukses pada penyelenggaraan event pertama nya, Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC) kembali akan menggelar Bengkel Hijrah Iklim (BHI) 2.0 atau jilid kedua pada 4-9 Desember 2023 mendatang di Salatiga, Jawa Tengah. Sama seperti penyelenggaraan pertama yang berlangsung di Bogor, acara di Salatiga nanti juga menargetkan peserta sebanyak 20 orang. Sejumlah narasumber yang akan dihadirkan pada event tersebut di antaranya adalah Rubby Emir (AktivAsia), Rara Salsabila (aktivis), Gus A’ak (LPBI NU), M Rifandi (MLH Muhammadiyah), Kholida Anissa (IPM & Alumni BHI), serta Aldy Permana (Purpose). “Bengkel Hijrah Iklim adalah salah satu inisiatif dari MOSAIC yang bertujuan memberdayakan dan menyiapkan anak muda Islam untuk menjadi pemimpin dalam solusi iklim di Indonesia,” ujar Project Lead Bengkel Hijrah Iklim, Aldy Permana, di sela-sela acara Media Briefing – Bengkel Hijrah Iklim yang mengangkat tema ‘Anak Muda dan Aksi Perubahan Iklim di Akar Rumput’ di Yogyakarta, Selasa (21/11/2023). Aldy mengatakan, pendekatan keagamaan dirasa penting dikarenakan terdapat survei yang dilakukan Purpose yang menemukan bahwa mayoritas anak muda menyatakan bahwa agama merupakan hal yang penting bagi mereka. “Sebanyak 92 persen anak muda perkotaan menyatakan bahwa agama penting bagi mereka,” papar Aldy mengawali presentasinya. Setidaknya terdapat lima kurikulum yang diberikan saat penyelenggaraan BHI di antaranya kekuasaan dan non-violence, strategi kampanye, pengorganisasian komunitas, strategi komunikasi publik, serta krisis iklim. Kurikulum ini dikembangkan bersama oleh AktivAsia, Purpose, serta Pesantren Ekologis Miskyat Al-Anwar. Tahapan dari event BIH ini, kata Aldy, yakni MOSAIC memberikan program pelatihan, melakukan coaching dan mentoring, serta implementasi pilot project. “Waktu itu (penyelenggaran di Bogor), ada lima alumni BHI yang proyeknya kami danai serta kami berikan coaching and mentoring. Kelimanya adalah My Green Leaders, Salawaku Movement, Shankara Tani, Penanaman Mangrove, dan Sadari Bumi,” terang Aldy. Ketua Bidang Lingkungan Hidup di Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Kholida Annisa, pun menceritakan proyeknya yang didanai MOSAIC yaitu My Green Leaders pada acara Media Briefing di hadapan para wartawan. Youth Movement for Green Leaders adalah sebuah gerakan pemuda yang berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan sosial-ekologis di Indonesia. “Kami percaya bahwa isu lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari isu sosial, dan kedua isu ini harus menjadi prioritas utama bagi pemimpin Indonesia nantinya,” kata perempuan yang akrab dipanggil Lida ini. Kegiatan-kegiatan yang ada di Green Leaders ini di antaranya adalah Future Green Leader Camp, Coaching & Mentoring, Deklarasi Pemimpin Pro-Lingkungan, Pawai Budaya untuk Iklim, Aksi Pelajar untuk Iklim, Training of Trainer, serta Launching Buku ‘Menjadi Pemimpin Pembela Lingkungan’. Lida pun mengeklaim tidak mudah untuk menyebarkan gagasan mengenai perubahan iklim di kalangan anak muda. Hal tersebut dikarenakan meskipun terdapat survei yang menyatakan bahwa anak muda adalah kalangan yang paling tinggi kepeduliannya terhadap iklim, banyak di kalangan anak-anak muda tersebut yang tidak tahu harus berbuat apa. Ia pun menceritakan salah satu cara untuk menyampaikan gagasannya adalah dengan cara melalui pendekatan emosional. “Karena jika lingkungan di masa depan ini rusak maka yang paling merasakan adalah anak muda,” kata Lida. Sementara itu, alumni BHI 1.0 yang lain, Koordinator Program di Serikat Perempuan Kinasih & Salawaktu Movement, Aniati Tokomadoran, menceritakan pengalamannya melakukan advokasi iklim di kalangan pesantren dan masyarakat pedesaan. Ia juga mengungkapkan bahwa memunculkan kesadaran di kalangan tersebut juga tak kalah sulitnya. “Dalam beberapa kesempatan mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sudah merupakan bagian dari mitigasi iklim. Dari situ saya jadi menyadari bahwa isu krisis iklim ini terlihat eksklusif dan memakai bahasa yang terlalu tinggi, sehingga sulit diterima oleh masyarakat desa,” kata perempuan yang akrab dipanggil Ani tersebut. Peneliti Departemen Sosiologi dan Pusat Kajian Kepemudaan Fisipol UGM, Ragil Wibawanto, menyampaikan memang terdapat sejumlah tantangan dalam melakukan sosialisasi perubahan iklim di antaranya adalah sulitnya melibatkan generasi yang lebih senior mengingat mereka memiliki cara pandang tersendiri yang sangat berbeda dari generasi muda yang berusia di bawahnya. “Oleh karena itu keluarga saya kira menjadi lembaga sosial yang penting dalam isu ini,” kata Ragil. Selain itu, Ragil memaparkan bagaimana pengenalan isu lingkungan di ranah pendidikan masih dalam tahap sosialisasi. Sedangkan implementasi program dari pemerintah masih jauh dari kondisi ideal. “Masih terdapat gap dalam pengenalan isu lingkungan di ranah pendidikan yang perlu dikontekstualisasikan,” pungkas alumnus Australian National University (ANU) Australia itu. (yus) Baca juga :

Read More

Terdapat 12 Madrasah Aliyah Menjadi Sekolah Terbaik Versi UTBK – SBMPTN

Jakarta — 1miliarsantri.net : Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) beberapa waktu lalu baru merilis daftar 1.000 sekolah terbaik (Top 1000 Sekolah) Berdasarkan Nilai Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) 2022. Tercatat ada 23.657 sekolah yang mengikuti Ujian Tertulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN) 2022. Total ada 745.115 siswa yang mengikutinya. Dari 12 MA terbaik yang masuk TOP 100, terdapat 11 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan satu Madrasah Aliyah Swasta (MAS). “Alhamdulillah, dari 100 sekolah terbaik versi hasil UTBK, ada 12 madrasah. Bahkan, Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia atau MAN IC Serpong menjadi yang terbaik, disusul MAN IC Pekalongan pada urutan keempat. Ini bukti madrasah makin kompetitif,” terang Plt Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah M Sidik Sisdiyanto kepada 1miliarsantri.net di Jakarta, Selasa (21/11/2023). MAN Insan Cendekia Serpong menempati peringkat pertama nasional dengan nilai rata-rata UTBK mencapai 666,494. MAN IC Serpong berhasil mempertahankan prestasi nasional yang diraih pada 2021. Saat itu nilai rata-rata UTBK MAN IC mencapai 637,807. Sementara MAN IC Pekalongan menempati urutan keempat dengan nilai rata-rata UTBK mencapai 637,499. “Selain MAN IC, ada MAN 2 Kota Malang yang berada pada urutan ke-19 atau terbaik ketiga untuk kategori madrasah dengan nilai rata-rata UTBK mencapai 617,605,” sambungnya. Berikut daftar 12 Madrasah Aliyah (MA) yang Masuk 100 Sekolah Terbaik di Indonesia Versi UTBK: (wink)

Read More

Unesa Berikan Apresiasi Kepada Penyandang Disabilitas dengan Menggelar Edufair 2023

Surabaya — 1miliarsantri.net : Direktorat Disabilitas Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar Edufair 2023 bertema “Inclusive Horizons: Bridging Abilities, Expanding Possibilities!”. Edufair ini menampilkan talenta-talenta terbaik siswa disabilitas dan menjadi wadah interaksi berbagai pihak dalam dunia inklusi melalui berbagai agenda seperti Launching Sheltered Workshop and Training Center Disability, Disability Got Talent, Bazar UMKM Disabilitas Nusantara, Payung Fantasi, Jalan Sehat, hingga Lomba Catur Tunanetra. Ketua Panitia, Diah Anggraeny, S.Pd. M.Pd menuturkan acara ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pembeda yang utama adalah pada tahun ini terdapat sejumlah kolaborasi dengan lembaga mitra. “Kegiatan ini menekankan kembali bahwa individu disabilitas dengan berbagai kemampuan tidak hanya digerakkan tetapi juga difasilitasi. Ada 1500 anak-anak disabilitas dari 80 sekolah baik SLB maupun sekolah inklusi. Dengan kegiatan ini, mereka terfasilitasi bakatnya dengan mengikuti Disability Got Talent, Lomba Payung Fantasi, dan Lomba Catur Tunanetra Nasional yang pertama diselenggarakan,” terangnya dalam siaran tertulis yang diterima 1miliarsantri.net. Senada, President Junior Chamber International (JCI) Jatim, Herman Limbono mengungkapkan bahwa JCI terus menggabungkan kesetaraan disabilitas salah satunya dengan memberikan beasiswa dan mendorong terciptanya awareness kepada penyandang disabilitas. Tahun ini, Unesa juga membuka Sheltered Workshop and Training Center Disability yang turut di launching pada kegiatan tersebut. Dr. Wagino, M.Pd., Direktur Disabilitas Unesa mengatakan bahwa Shelter Workshop merupakan inovasi berkelanjutan dari UNESA yang ditujukan bagi penyandang disabilitas dan berlokasi di Kampus 4 Unesa, Gedangan, Sidoarjo. “Shelter workshop yang kita inisiasi adalah sebuah lembaga pelatihan dimana tidak hanya mahasiswa disabilitas dari UNESA tetapi juga dapat diikuti mahasiswa disabilitas lain serta menjadi ajang mahasiswa PLB UNESA untuk menerapkan ilmunya,” ungkapnya. Prof. Dr. Budiyanto, M.Pd guru besar di bidang disabilitas FIP Unesa menambahkan dengan dibentuknya lembaga Shelter Workshop akan memberikan pelatihan dari praktisi-praktisi Dudi (Dunia Usaha dan Dunia Industri) sehingga mahasiswa disabilitas juga bisa mengetahui apa yang ada di lapangan. “Mereka juga bisa mendapat sertifikasi kompetensi yang terukur terutama dari Balai Diklat Industri Surabaya, sehingga kemampuan mereka memang benar-benar terukur dan diakui” ujarnya. Kedepan, mahasiswa UNESA dapat menjalankan magang dan MBKM di Shelter Workshop tersebut yang akan menunjang IKU Unesa juga. Dalam Edufair Disability 2023 juga dilaksanakan penandatangan MoU bersama sejumlah mitra, mulai dari PT. Rafatex Indo Garment, PT. Kekean Primanda Indonesia, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Balai Diklat Industri Surabaya, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur, Junior Chamber International (JCI) Jatim, Wismilak Foundation, dan Ketua DPD Indonesia Maju. Apresiasi dan harapan juga disampaikan oleh pihak mitra, seperti Ketua Aprisindo Jatim, Winyoto Gunawan yang menyampaikan bahwa dirinya berkomitmen menggandeng para disabilitas untuk menciptakan lingkungan kerja industri yang lebih inklusif. (har) Baca juga :

Read More

Ust Bachtiar Nasir : Tanda-tanda Kekalahan Zionis Israel Sudah Dijelaskan Dalam Al Qur’an

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pimpinan AQL Islamic Center, KH Bachtiar Nasir (UBN), menjelaskan, Allah SWT sudah mengabarkan tentang kekalahan tentara zionis Israel di dalam Al-Qur’an. Informasi tersebut bisa didapatkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra ayat 5. فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ اُوْلٰىهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ اُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلٰلَ الدِّيَارِۗ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُوْلًا “Apabila datang saat (kerusakan) yang pertama dari keduanya, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah janji yang pasti terlaksana.” (QS Al-Isra: 5) Kehancuran Israel karena akibat perbuatan mereka sendiri. Seperti yang disaksikan saat ini, Israel membuat kerusakan di bumi dengan menyerang Gaza membabi buta. Anak-anak dan orang tua, rumah sakit-rumah sakit, dan pemukiman sipil semua diserang. “Banyak syuhada gugur tak terbilang jumlahnya. Bukan hanya ratusan tapi sudah puluhan ribu syuhada dan kebanyakan dari mereka adalah anak-anak” terang UBN dalam kajian di AQL Islamic Center, dikutip Minggu (19/11/2023). Israel membunuh anak-anak dan remaja karena takut jika mereka besar nanti akan melakukan perlawanan hebat. Bahkan, kata UBN, orang-orang Israel lebih kejam dari Fir’aun. Kalau Fir’aun membunuh sehari satu anak, Israel membunuh banyak anak dalam satu hari. “Israel pasti hancur. Kabar terakhir mengatakan sudah 160 tank milik Israel yang hancur di tangan tentara Hamas. Bahkan ketika Hamas siap untuk head to head, tentara Israel tidak berani langsung head to head. Mereka hanya berani di balik benteng dan melakukan serangan udara,” imbuh UBN. Dalam Surah Al-Isra ayat 5, ada empat informasi yang bisa didapatkan. Di antaranya: Pertama, Allah datangkan karakteristik kekalahan mereka, yang putus asa menghadapi pasukan Gaza. Lihat pasukan Gaza yang tidak gentar sama sekali menghadapi tentara Israel yang dikenal dengan perlengkapan perang yang sangat canggih. Kedua, bagaimana tentara Gaza? Allah yang akan urus hamba-hamba di bawah kendali-Nya, dan pasukan ini adalah hamba-hamba yang sepenuhnya di bawah kendali-Nya. Ketiga, kriteria pasukan Gaza yang dalam kendali Allah ini memiliki kekuatan yang sangat kuat. Pasukan ini sopan, memegang adab peperangan. Bahkan satu peluru yang dituju kepada satu nyawa diperhitungkan, semua berdasarkan peraturan etika perang. Mereka tidak takut meski satu orang harus melawan satu tank. “Keempat, kondisi sekarang Israel muram wajah ekonominya, muram wajah sosialnya akibat perang yang belum mereke hantikan. Boikot terhadap produk Israel sudah mendunia dan ini sangat berdampak pada kondisi ekonomi mereka,” pungkas UBN. (wink) Baca juga :

Read More

KH Marsudi Syuhud Berbagi Tips Menjadi Muslim yang Unggul, Mandiri dan Berdaya Saing

Jakarta — 1miliarsantri.net : Wakil Ketua Umum MUI Pusat, KH Marsudi Syuhud, mengatakan, untuk bisa menjadi seorang muslim atau organisasi yang unggul, mandiri dan berdaya saing harus memiliki semangat perubahan. Perubahan dari baik menjadi luar biasa, atau dari baik menjadi hebat. Perubahan tersebut bukan sekadar perubahan, melainkan perubahan yang mempunyai arah, tujuan dan sasaran. Perubahan secara individu maupun organisasi dari baik menjadi hebat akan mempengaruhi seseorang sebagai organisasi keluarga, masyarakat atau organisasi bisnis. “Untuk perubahannya bisa dimulai dari individu masing-masing, orangnya dulu, bukan fasilitasnya dulu. Pilih dulu orang yang tepat sebelum mengerjakan tugas yang diberikan,” kata Marsudi kepada 1miliarsantri.net, Sabtu (18/11/2023). Transformasi tersebut dapat melalui tiga tahapan, antara lain sebagai berikut: “Sesungguhnya Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba-Ku. (Hadits qudsi diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim) Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Insyira ayat 7 yang artinya sebagai berikut. “Maka ketika kamu sudah selesai (dari suatu bisnis), teruslah bekerja keras (untuk bisnis yang lain).” (QS. Al-Insyrah: 7). “Jika kita mempunyai orang yang bisa berkomitmen pada tiga hal di atas maka itulah orang yang tepat. Orang yang tepat adalah aset terpenting Anda. Karena orang itulah yang mampu membawa perubahan dari baik menjadi hebat. Katakan pada orang yang tepat lalu ‘apa’.” Ujar Marsudi. Untuk mendapatkan orang yang tepat, maka lakukan tiga hal berikut: “Ketika kita sudah menjadi orang yang tepat dan mempunyai orang yang tepat untuk jabatan tersebut, maka untuk menjadi pribadi yang unggul, mandiri, dan berdaya saing kita harus mempunyai kompas dalam menjalankan kehidupan,” kata Marsudi. Menurut dia, untuk berjalan menuju titik kesuksesan, kemandirian, dan keunggulan, ada tiga persimpangan jalan yang harus kita waspadai, di antaranya sebagai berikut: Pertama, hal yang membuat Anda lebih baik daripada organisasi atau orang lain mana pun, temukan itu lalu jalankan dan laksanakan apa yang terbaik menurut Anda. Kedua, menyadari motif mendalam yang menggerakkanmu, dan membangun sistem berdasarkan motif ini. Istiqomah dalam sebuah tujuan itu adalah modalnya, jangan berubah terus. Ketiga, gairah. Gairah merupakan komponen internal yang tidak perlu dirangsang lagi. Gairah harus sudah otomatis kalau kita sudah menentukan tujuan yang tepat, sehingga ketika kita melaksanakan, kita dapat melaluinya dengan senang hati. “Dari sini insyaallah kita dapat menjadi orang ataupun organisasi yang kuat, unggul, mandiri, dan berdaya saing, serta menjadi hamba-Nya yang diharap-harapkan dan dicintai Allah SWT,” pungkas Marsudi. (rid) Baca juga :

Read More

Abdul Mu’ti: Jangan Hilangkan Nilai Utamanya Beribadah Dengan Memanfaatkan Teknologi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Pesatnya kemajuan teknologi menuntut manusia untuk mengikuti perubahan itu. Tak hanya urusan pekerjaan saja, bahkan dalam urusan ibadah juga tidak lepas dari intervensi teknologi. Kreasi dilakukan oleh umat beragama, cara umat beragama menjalankan perintah Tuhan mengalami perubahan, dengan nilai-nilai dasar yang tetap sama. Seperti jamaah haji atau umroh yang memanfaatkan travelator untuk melakukan tawaf. Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, penggunaan travelator bagi jemaah haji untuk tawaf adalah sebuah hal yang dibolehkan. Yang tidak boleh menurutnya adalah nilai utamanya, yaitu jumlah putaran tawaf berjumlah tujuh kali itu. “Tetapi kalau enggak kuat jalan kaki kemudian juga memang secara fisik sangat lemah, ternyata kan boleh dengan duduk manis begitu, kemudian mengelilingi Ka’bah tujuh kali,” ungkap Mu’ti. Bahkan, karena memanfaatkan teknologi ada ulama yang mewacanakan ibadah haji dengan metaverse. Akan tetapi wacana itu tidak sesuai dengan ayat perintah berhaji, dan Abdul Mu’ti juga tidak setuju dengan wacana itu. Di sisi lain, penguasaan teknologi ini menurutnya juga diperlukan untuk merawat lembaga Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Sebab, AUM tidak boleh hanya sekadar bertahan, melainkan mengikuti segala dinamika dengan capaian yang diinginkan. “Kita tidak boleh sekadar bertahan, tetapi juga mungkin bertengger. Kalau bertahan kan sekadara bertahan saja, kalau bertengger itu mesti di atas,….. Karena itu kuncinya agar kita ini bisa bertengger tidak sekadar bertahan maka memang harus ada inovasi, kreasi,” ungkapnya. Kebaruan menurut Mu’ti, tidak harus sama sekali baru dan belum ada di tempat lain. Tetapi kebaruan tersebut menjadi baru karena dia unik, sehingga keunikan tersebut menjadi menonjol dan pembeda dengan yang lain. (Iin)

Read More

Proses Islamisasi Bentuk Kebudayaan di Minangkabau

Jakarta — 1miliarsantri.net : Doktor ilmu sejarah Universitas Indonesia (UI), Akmal Sjafril, menjelaskan, dakwah Islam sejak berabad-abad silam sudah membentuk kebudayaan masyarakat Minangkabau. Dia membangi proses islamisasi di Minangkabau dalam empat babak. “Setiap babak tersebut memiliki kontribusi yang penting bagi terwujudnya Alam Minangkabau sebagaimana yang kita saksikan pada masa kini,” kata Akmal dalam INSISTS Saturday Forum (INSAF), dikutip Jumat (17/11/2023). Meski demikian, masuknya Islam ke Alam Minangkabau dengan sengaja tidak dimasukkan ke dalam empat babak di atas. Ada faktor hal itu tidak dimasukkan. Pertama, sulit menentukan waktu pasti kapan proses dakwah Islam menyebar di Minangkabau. Kedua, nyaris mustahil memastikan tokoh pembawa Islam untuk pertama kalinya ke wilayah itu. “Pergaulan internasional sudah merupakan kelaziman sejak dahulu, dan para pedagang dari berbagai wilayah, dari India sampai Malaka, telah memasuki wilayah Minangkabau sejak dahulu,” ujar Akmal. “Dengan demikian, dapat dipastikan tak seorang pun pemuda Minangkabau yang tidak mengenal Islam,” ujar Akmal. “Meski demikian, Kaum Paderi belum menyentuh persoalan-persoalan adat,” ucap Akmal. Setelah banyak berkenalan dengan dunia luar, para pemuda tampil mengkritisi adat Minangkabau yang belum sejalan dengan Islam, praktik keagamaan yang belum tepat, dan juga memperbaharui sistem pendidikan. “Hasilnya, Alam Minangkabau menjadi lahan subur pergerakan, dan di masa Revolusi Fisik, Sumatera Barat berhasil memberikan kontribusi yang sangat signifikan,” ungkap Akmal. “Yang signifikan dari babak ini adalah semangatnya, sebab penyesuaian adat dengan ajaran agama itu terjadi secara alamiah, tanpa didahului oleh konflik. Dengan demikian, komitmen yang telah dinyatakan di awal telah menemukan kemantapannya pada babak ini,” jelas Akmal. Maka itu, dapat dipahami alasan Minang begitu kuat membela Islam. Itu karena Minang adalah Islam; jika tak berkomitmen pada Islam, maka bukan orang Minang. Sejak dahulu, Alam Minangkabau telah menerima kenyataan bahwa agama ditempatkan di atas adat, dan adat hendaknya menyesuaikan diri dengan agama. Betapa pun orang Minang mencintai adat, semestinya lebih mencintai Islam. “Bagi orang Minang, tidaklah lazim untuk menjadikan adat sebagai sesuatu yang sakral dan tak boleh berubah, bahkan justru adat itulah yang wajib disesuaikan dengan agama, dan bukan sebaliknya. (mik) Baca juga :

Read More