Berbekal Nabung Per Minggu, 56 Jamaah di Jombang Berangkat Umrah Bersama

Jombang — 1miliarsantri.net : Dengan tekad bulat dan keinginan untuk berangkat ke Baitullah meski bukan dari kalangan berduit, sebanyak 56 warga Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur melaksanakan Umrah bersama, Rabu (13/09/2023). Warga dengan telaten menabung mulai Rp10.000., Rp30.000, hingga Rp50.000 setiap seminggu sekali. Uang tersebut dikelola bersama hingga akhirnya terkumpul dan mencukupi untuk biaya berangkat ke Tanah Suci. Sudirman, salah seorang jamaah umrah menceritakan, tabungan umrah warga kampung dikumpulkan semampunya. Setiap satu minggu sekali, uang tersebut diambil oleh koordinator di tiap dusun. Setelah itu disetorkan kepada bendahara di tingkat desa untuk disimpan di bank. “Ada 200 orang lebih yang ikut kegiatan menabung ini. Namun sekarang yang sudah bisa berangkat 56 orang. Sisanya masih menunggu,” ujarnya kepada 1miliarsantri.net, Rabu (13/09/2023). Ide membuat tabungan umrah bersama-sama ini, berawal dari tradisi warga di desanya yang rutin melakukan kegiatan rekreasi dan ziarah ke makam wali songo. Karena ziarah ke makam wali sudah sering dilakukan, mereka kemudian berinisiatif untuk ziarah ke kota suci makkah sekaligus melaksanakan umrah. “Awalnya hanya guyonan, gimana kalau umrah. Akhirnya direspons oleh ketua ranting NU. Dari masyarakat ditawari menabung. Alhamdulillah bisa berangkat,” imbuhnya. Sudirman menambahkan, program tabungan umrah massal di desanya sudah berjalan sejak 2018 lalu. Saat ini jumlah pesertanya terus bertambah. Sementara itu, tangis haru mengiringi keberangkatan 56 warga. Mereka tak kuasa menahan tangis saat rombongan jamaah umrah mulai memasuki bus yang akan mengantarnya ke bandara. Dengan dilepas oleh tokoh masyarakat setempat dan dikawal oleh mobil polisi, puluhan jamaah umrah itu pun bertolak dari desanya menuju bandara Juanda Surabaya, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju tanah suci. (tin) Baca juga :

Read More

Prof Joel Hayward, Sejarawan Militer yang Temukan Islam dalam Sejarah Perang

Birmingham — 1miliarsantri.net : Di dunia yang penuh dengan beragam suara dan individu-individu yang luar biasa, Profesor Joel Hayward menjadi bukti kekuatan pengetahuan bisa mengantarkan seseorang pada Islam. Perjalanannya dari seorang sejarawan militer menjadi otoritas tokoh yang dihormati tidak hanya menarik, tetapi juga sangat menginspirasi. Profesor Joel Hayward telah dimasukkan dalam The Muslim 500 edisi 2023, sebuah publikasi bergengsi yang menampilkan 500 Muslim paling berpengaruh di dunia. Berita itu mungkin mengejutkan, tetapi itu merupakan pengakuan yang layak atas kontribusinya yang luar biasa. Sebagai seorang keturunan Inggris-Selandia Baru, Profesor Hayward adalah seorang sejarawan perang dan strategi militer yang terkemuka, sebuah bidang yang dia minati karena latar belakang militer ayahnya. Dia melihat peperangan sebagai wadah di mana karakter manusia diuji di bawah kondisi yang paling ekstrem, mengungkapkan kualitas seperti pengorbanan diri, persaudaraan, dan keberanian. Setelah menyelesaikan gelar doktornya di University of Canterbury di Christchurch, Selandia Baru, dengan fokus pada operasi Luftwaffe selama Perang Dunia II, Profesor Hayward melanjutkan perjalanan akademisnya di Inggris. Dia mengajar secara ekstensif, termasuk di akademi militer, dan menulis buku-buku tentang sejarah militer. Namun, lintasan karirnya berubah secara tak terduga setelah serangan 9/11 ketika seorang perwira militer senior menyatakan kepadanya bahwa ada militerisme yang melekat dalam Islam. Pernyataan ini memicu ketertarikannya pada Islam, yang kemudian membawanya pada perjalanan pencarian jati diri. Mengutip Islam Channel, untuk memperdalam pemahamannya, Profesor Hayward mengambil kelas malam bahasa Arab, sehingga dia dapat membaca Al-Quran. Hampir dua dekade yang lalu, dia memeluk Islam. Transformasi ini tidak hanya mengubah kehidupan pribadinya, tetapi juga menjadi awal dari kontribusinya yang luar biasa dalam sejarah Islam. Pada awal 2010, Profesor Hayward pindah ke Uni Emirat Arab, dia menjadi anggota fakultas di berbagai institusi akademis, termasuk Rabdan Academy. Di sana, dia mengajar generasi muda Emirat yang ingin belajar. Latar belakangnya yang unik, memadukan metodologi sejarah Barat yang kritis terhadap sumber-sumber sejarah dengan keahliannya dalam bidang Islam, memungkinkannya untuk menawarkan perspektif yang tidak dimiliki oleh sejarawan lain. Buku-bukunya tentang sejarah Islam, termasuk buku pemenang penghargaan “Kepemimpinan Muhammad: Sebuah Rekonstruksi Sejarah,” telah membuatnya diakui sebagai otoritas terkemuka di bidangnya. Salah satu karya terbarunya, “The Warrior Prophet: Muhammad dan Perang,” mencerminkan penelitian yang cermat selama bertahun-tahun dan pemahaman yang mendalam tentang sejarah Islam. Saat ini, dia mengalihkan perhatiannya pada diplomasi Nabi, mengungkap wawasan tentang bagaimana pemahaman Nabi Muhammad (SAW) tentang motivasi dan keinginan manusia yang memungkinkannya untuk menavigasi tantangan diplomatik yang kompleks. Perjalanan Profesor Hayward ke dalam Islam juga telah mengungkapkan rasa kekeluargaan yang mendalam dengan sesama Muslim, melampaui latar belakang dan status sosial ekonomi. Dalam kata-katanya: “Itulah yang menarik dari Islam – Islam melampaui ras, melampaui etnisitas, Islam mengikat kita semua tanpa memandang latar belakang dan juga tanpa memandang status sosial ekonomi.” Tinggal di UEA, sebuah negara yang dengan anggun merangkul modernitas sekaligus melestarikan warisan Islam, Profesor Hayward menganggapnya sebagai rumah. Pengalamannya selama satu dekade di UEA telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan, dan dia mengungkapkan rasa sayangnya yang mendalam terhadap negara ini. Di era yang ditandai dengan perpecahan dan kesalahpahaman, kisah Profesor Joel Hayward mengingatkan masyarakat akan kekuatan transformatif pendidikan, empati, dan pengejaran pengetahuan yang tiada henti. Kontribusinya dalam bidang sejarah dan diplomasi Islam berfungsi sebagai jembatan antar budaya, menumbuhkan rasa saling menghormati dan memahami di dunia yang semakin saling terhubung. Profesor Joel Hayward akan tampil di atas panggung pada Konferensi Kehidupan Nabi Muhammad SAW pada Sabtu, 30 September 2023 di ICC di Birmingham. Acara ini bekerja sama dengan ILM UK. (syu/AP) Baca juga :

Read More

Buya Yahya : Kesadaran Wali atau Orang Tua Santri Dalam Membantu Pengembangan Pesantren dirasa Sangat Kurang

Cirebon — 1miliarsantri.net : Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Bahjah Cirebon, Prof Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya), menguraikan, pondok pesantren merupakan satu institusi pendidikan Islam yang telah lama berjasa dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai agama, pendidikan, dan budaya di Indonesia. Pesantren memainkan peran penting dalam membentuk karakter generasi muda. Akan tetapi, masih banyak pembangunan pondok pesantren yang kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Terlebih lagi, ketika mendengar cerita tentang wali santri yang tidak aktif dalam pembangunan pondok pesantren. Buya Yahya mengingatkan, sangat penting ikut serta dalam pembangunan pesantren. Dia menyontohkan wali santri yang mendengar berita tentang upaya pembangunan pesantren tempat anaknya menimba ilmu. “Namun, ketika diajak untuk turut serta dalam proses pembangunan, beberapa di antara kita mungkin merasa ragu atau bahkan menolak,” ujar Buya Yahya dalam ceramahnya yang disiarkan Al Bahjah TV, dikutip Selasa (12/09/2023). Menurut Buya Yahya, ada beberapa alasan orang enggan andil dalam pembangunan pondok pesantren. Biasanya mereka berfikir sudah membayar uang sekolah dan lain sebagainya. Dia menegaskan, hal itu merupakan pandangan yang tidak sepenuhnya tepat. “Sebagai umat Islam, kita seharusnya memiliki semangat kerja sama dalam membangun tempat-tempat pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai agama dan pendidikan yang baik,” tutur Buya Yahya. Padahal ada orang yang rela menggelontorkan dana sampai ratusan juta untuk pembangunan pondok pesantren, padahal anaknya tidak berada di pondok pesantren tersebut. Ini mengingatkan bahwa hidup tak sekadar kewajiban pribadi saja, tapi juga tentang kontribusu secara lebih luas untuk masyarakat dan agama. Buya Yahya mengingatkan, setiap orang memiliki peran dalam masyarakat dan agama. Setiap tindakan kecil yang dilakukan untuk membantu pembangunan pondok pesantren atau proyek yang serupa merupakan bagian dari amal baik. “Selama kita memiliki kemampuan untuk berbuat baik, kita seharusnya melakukannya. Kita sebagai umat Islam perlu membentuk sikap kerja sama, sukarela, dan solidaritas dalam membantu pembangunan pondok pesantren,” lanjutnya. Dengan begitu, para orang tua bisa memastikan para generasi muda akan mendapatkan pendidikan yang baik dan terarah sesuai dengan nilai-nilai agama. Dari situ pula para orang tua dapat membangun masyarakat yang lebih baik dan harmonis. “Jadi, mari kita ambil bagian dalam pembangunan pondok pesantren dan proyek-proyek sejenisnya. Dengan begitu, kita dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan agama di negeri ini dan menjaga warisan budaya Islam yang berharga. Sebagai umat Islam, hendaklah kita selalu siap dan bersedia untuk berbagi dan membantu sesama,” tutup Buya Yahya. (rya)

Read More

Beberapa Hal Yang Diperbolehkan Dalam Program Bayi Tabung

Jakarta — 1miliarsantri.net : Program Bayi tabung seringkali menjadi alternatif bagi pasangan suami-istri yang tak kunjung memiliki buah hati. Lantas, bagaimana hukum bayi tabung dalam Islam? Pimpinan AQL Islamic Center, KH Bachtiar Nasir (UBN), menjelaskan, para ulama kontemporer sebenarnya sudah membahas perkara bayi tabung tersebut. Dalam sidang Majma’ fiqh Islam (gabungan ulama dari seluruh negara anggota OKI) pada tanggal 11-16 Oktober 1986 M bertepatan 8-13 Shafar 1407 H di Amman ibu kota Jordania. Para ulama mengkaji dan membahas penelitian dan kajian yang dipresentasikan dalam sidang tersebut. Dari situ, para ulama mengetahui bahwa metode pembuahan buatan dapat dikategorikan kepada tujuh macam. Lima metode dari ketujuh metode itu hukumnya adalah haram dan dilarang secara mutlak. Itu karena mengakibatkan percampuran nasab, ketidakjelasnya ibu yang sebenarnya dan larangan syar’I lainnya. Kelima metode itu adalah: 1. Pembuahan yang dilakukan dengan cara mengambil sperma dari suami dan sel telur dari wanita lain yang bukan istrinya, kemudian embrio itu ditanamkan di dalam rahim istrinya. 2. Pembuahan dilakukan dengan mengambil sperma dari laki-laki lain dan sel telur istri, lalu meletakkannya di rahim istri. 3. Dilakukan pembuahan di luar antara sperma suami dan sel telur istri lalu diletakkan di rahim wanita lain yang menjadi relawan untuk mengandung bayi tersebut. 4. Dilakukan pembuahan di luar antara sperma laki-laki lain dan sel telur wanita lain, lalu diletakkan di rahim istri. 5. Dilakukan pembuahan di luar antara sperma suami dan sel telur istri, lalu diletakkan di rahim istrinya yang lain. Sedangkan, dua metode dibolehkan jika memang dibutuhkan dengan penekanan untuk mengambil sifat kehati-hatian dalam melakukannya. Kedua metode itu yakni: 1. Dilakukan pembuahan di luar antara sperma suami dan sel telur istri, lalu diletakkan di rahim sang istri. 2. Sperma suami diambil, lalu diletakkan di vagina istri atau di rahimnya sehingga terjadi pembuahan di dalam.”Para ulama menekankan, proses pembuahan melalui metode bayi tabung harus dilakukan ketika memang dibutuhkan. Artinya, tidak ada cara lain yang memungkinkan untuk mendapatkan keturunan bagi sepasang suami istri berdasarkan keputusan dokter yang dapat dipercaya,” kata UBN saat menyampaikan tausiah di AQL Islamic Center, dikutip Selasa (12/09/2023). (lin) Baca juga :

Read More
Ini Alasan Kenapa Gus Baha Tidak Pernah Berada di Podium Maupun Kursi

Ini Alasan Kenapa Gus Baha Tidak Pernah Berada di Podium Maupun Kursi

Rembang — 1miliarsantri.net : Kiai asal Rembang, Jawa Tengah dan sekaligus Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahauddin Nur Salim atau biasa disapa Gus Baha terlihat tidak pernah berada di atas podium saat mengisi pengajian. Banyak kalangan jamaah maupun pecinta dakwah Gus Baha menilai, jangankan di podium, di atas kursi pun jarang dilakukan nya. Hal ini dapat ditelusuri video-video Gus Baha yang berhasil diabadikan di hampir semua sosial media. Gus Baha mengatakan, memang tidak berkenan duduk di kursi saat mengisi pengajian, meski terdapat kondisi yang kadang ia sulit menolaknya, ‘memaksa’ harus berada di atas kursi, lebih tinggi dari jamaahnya. Dirinya mengaku hal itu memang permintaannya saat diundang orang-orang untuk mengisi majelis ilmu. “Betul ini, saya tidak sombong. Kenapa saya kalau ngaji tidak suka ada podium atau kursi?” terangnya dalam sebuah tayangan video Santri Gayeng yang dikutip Minggu (10/09/2023). Gus Baha menjelaskan bahwa dirinya ingin sejajar dengan jamaah atau pendengar yang hendak menggali ilmu Allah darinya. Pasalnya, mereka adalah umat Nabi Muhammad, satu status yang sama dengannya. “Saya sampaikan kepada pengeran, paling tidak Allah tahu hati saya jika saya ingin sejajar dengan umat Nabi Muhammad,” jelasnya. Gus Baha tidak melarang kiai atau ulama duduk lebih tinggi dari jamaahnya. Bahkan menurutnya hal itu adalah salah satu ciri khas ulama. Pernyataan ini kerap disampaikan Gus Baha kepada orang-orang yang bertanya terkait pilihannya yang tidak berkenan duduk di atas kursi dan di podium saat diundang menyampaikan ilmu. “Ya saya senang ketika ada kiai yang di atas, karena itu adalah ciri khas ulama yang ada di atas kursi. Tapi (untuk) saya sendiri “pengeran, yang mengaji ke saya itu umatnya Nabi Muhammad. Satu kelas saja. Mereka sanadnya sampai ke Nabi, saya juga, itu kan satu kelas”,” sambungnya. Sikap ini selalu ditanamkan Gus Baha sebagai pengingat pribadinya. Ia tidak harus berada di posisi lebih tinggi dengan memilih duduk di kursi saat berada di hadapan umat Nabi Muhammad yang sudah berusaha menimba ilmu. “Sebagai pengingat bahwa kami ini sederajat, maka saya tidak perlu duduk lebih tinggi dari mereka,” lanjutnya. Dengan alasan tersebut, pihak yang mengundang Gus Baha akhirnya memahami saat dirinya meminta tak perlu memakai kursi atau podium di lokasi pengajian. “Itu rata-rata kiai yang mengundang saya kalau dinasihati patuh, nanti tidak usah pakai podium. Ya gus, yang penting njenengan hadir,” pungkasnya. (kim) Baca juga :

Read More

MAN ICP Sabet Emas Ajang Kompetisi Sains Madrasah dan MYRES

Kendari — 1miliarsantri.net : Madrasah Aliayah Negeri Insan Cendekia Pekalongan (MAN ICP) menorehkan prestasi pada Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Nasional Tahun 2023 pada 2-7 September 2023 di Kendari, Sulawesi Tenggara. Siswa MAN Insan Cendekia Pekalongan (ICP), Abimanyu Rahmawan Hidayat menyabet Emas untuk kategori bidang Biologi Terintegrasi. Malam penganugerahan sekaligus penutupan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Madrasah Young Researchers Supercamp (MYRES) Tingkat Nasional Tahun 2023 ini dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Ri Prof. Dr. H. Nizar Ali Mewakili Menteri Agama RI, Nizar Ali menyampaikan kompetisi yang dilaksanakan berjenjang mulai dari Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional ini menjadi pengalaman tiap pribadi. Pengalaman itulah, yang akan membentuk karakter atau pribadi yang tangguh, unggul dan penuh perjuangan yang sungguh-sungguh. Proses pengalaman inilah modal utama sukses di masa depan. “Jangan lelah berproses, jangan capek, jangan berhenti menempa diri menjadi pribadi yang baik, berkarakter, berperilaku mulia,” pesan Nizar dalam sambutannya. Bagi MAN ICP, ini adalah prestasi yang kesekian kalinya diraih untuk ukuran sekolah yang masih dianggap baru berusia delapan tahun. “Untuk ukuran sekolah yang masih relatif muda, baru berusia delapan tahun, tentu ini sebagai sebuah kebanggan sekaligus pemicu danpemacu untuk terus bertahan dan bahkan meningkatkan kualitas baik bagi anak didik, guru, maupun institusi,” ujar Kepala Madrasah MAN IC Pekalongan, Khoirul Anam. Bagi Abim, demikian Abimanyu akrab disapa, kompetisi dan prestasi ini menjadi pengalaman yang sangat luar biasa. “Berjuang mulai dari tingkat kota hingga bisa mencapai tingkat nasional dan akhirnya membawa pulang medali emas, semua terbayarkan disini,” ujar Abim siswa kelas XII asal Wonogiri didampingi ibu kandungnya Sarwiyanti. Pada event MYRES, MAN ICP juga memperoleh Juara 1 Medalis Emas pada kategori Ilmu Keagamaan. Pemenangnya adalah Khalila Anisykurlillah dan Asyla Khisan. Keduanya siswa XII yang melakukan penelitian dengan judul “Al Bisyru : Perancangan Aplikasi Generalized Anxiety Disorder (GAD) Berdasarkan Tinjauan QS. Al-Ra’ad Ayat 28”. “Keberhasilan Tim MYRES menjadi juara 1 medali Emas ini sebagai prestasi yang pertama kalinya berhasil menyumbangkan medalis Emas pada kompetesi bidang penelitian”, ujar Tapsirudin, guru pembimbing Khalila dan Asyla. (bay) Baca juga :

Read More

Santri Pesantren Al Hikmah 2 Brebes Juara Runner Up Kompetisi Internasional Debat Bahasa Arab di Qatar

Jakarta — 1miliarsantri.net : Prestasi santri Indonesia kembali teruji di kancah internasional. Kali ini santri Madrasah Aliyah (MA) Pesantren Al Hikmah 2 (Malhikdua), Brebes menjadi runner up perhelatan International School Debating Championship 2023 (ISDC). Ajang ini berlangsung di Education City Doha, Qatar, 2-4 September 2023. ISDC 2023 adalah kompetisi debat Bahasa Arab kasta tertinggi dalam kancah internasional yang diadakan oleh Qatar Debate yang merupakan bagian dari Qatar Foundation. Delegasi Malhikdua berangkat ke Doha setelah lolos babak penyisihan yang digelar secara daring, 6 – 7 Mei 2023 lalu. Delegasi yang diturunkan Malhikdua terdiri atas empat siswa dan satu guru pembimbing. Mereka mewakili Indonesia pada kompetisi tersebut. Pada Semi Final, Indonesia masuk pada kategori penutur Bahasa Asing/Arabic as Foreign Language (AFL) bersama Malaysia, Singapura, dan Kazakhstan. Namun demikian, dalam kategori ini, para peserta masih bisa berjumpa dengan negara penutur asli/native. Pada babak pertama, Indonesia bertemu dengan Tunisia sebagai negara penutur asli. Tim Indonesia harus mengakui keunggulan tim Tunisia. Pada ronde kedua dan ketiga, Indonesia berhasil mengalahkan tim Malaysia dan Singapura sehingga mengantarkannya ke Final. Babak Final diikuti oleh tim Indonesia dan Singapura. Sebab, tim dari dua negara inilah yang mendapatkan nilai tertinggi pada babak sebelumnya. Indonesia dengan perolehan nilai tertinggi dan Singapura urutan kedua. Tema debat yang diangkat pada babak final berhubungan dengan teknologi digital dan politik. Persisnya, berkenaan larangan bagi perusahaan sosial media untuk menyediakan akun-akun para pejabat dan politikus. Mosi ini baru diberikan 20 menit sebelum debat dimulai. Sehingga, kedua tim harus jeli dalam menelaah dan menganalisis sesuai dengan problematika internasional dari sisi perpolitikan yang terjadi saat ini. Hasilnya, wakil Indonesia harus puas dengan perolehan runner up, meski Singapura sempat dikalahkan pada semifinal. “Hasil ini merupakan kerja sama tim yang sangat luar biasa sehingga bisa sampai final. Ini juga tidak terlepas dari upaya para siswa dan dewan guru Malhikdua, baik ikhitar lahir maupun batin. Kami cukup puas dan bangga dengan perolehan ini,” terang Sutanto, Lc guru pembimbing melalui pesan singkat dari Doha, Kamis (07/09/2023). Guru lulusan Universitas Al Azhar Cairo tersebut juga menuturkan bahwa keikutsertaan Malhikdua dalam kompetisi ini merupakan mimpi besar Malhikdua dari tahun 2017. Sebelumnya, tim Malhikdua meraih posisi III pada Debat Bahasa Arab Tingkat ASEAN di International Islamic University Malaysia (IIUM) di Kuala Lumpur Malaysia. “Malhikdua selalu punya mimpi besar, salah satunya prestasi internasional yang perlu dicapai dalam bidang bahasa, di samping prestasi internasional bidang sains dan teknologi. Prestasi yang lahir dari Qatar ini akan menjadi batu loncatan untuk bisa terus meraih prestasi lainnya. Kami tidak akan berhenti untuk bermimpi, walaupun saat ini baru bisa di runner up,” lanjutnya. Mewakili Tim Debat Malhikdua, Ajid Maulana Izza mengaku bahwa kompetisi ini mempunyai feedback yang sangat banyak sekali. “Ini pertama kalinya saya berpergian ke luar negeri. Dan sekali ke luar negeri tidak tanggung-tanggung menjadi wakil Indonesia di Doha Qatar. Wah, Qatar negara Timur Tengah sangat maju sekali bidang pendidikan dan teknologinya, paling tidak ini memotivasi kami selaku siswa Program Keagamaan untuk bisa studi lanjut di universitas Qatar atau Timur Tengah lainnya. Saya dan teman-teman tetap merasa bangga atas capaian ini, membawa harum bangsa Indonesia di ajang bergengsi Internasional,” kenangnya. (wink) Baca juga :

Read More

Memuliakan Tamu, “Adab Bagi Tuan Rumah”

Bekasi — 1miliarsantri.net : Bertamu merupakan bagian dari memelihara silaturahmi. Secara etimologis, silaturahmi dan silaturahim adalah dua kata yang semakna. Kedunya berasal dari bahasa Arab yang berarti jalinan kasih sayang, hubungan kasih sayang, dan yang semakna dengan keduanya. Silaturahim adalah bahasa agama (secara ontologis) untuk menunjukkan jalinan kasih sayang diantara sanak saudara yang masih ada hubungan darah. Seperti anak kepada orangtua, adik kepada kakak, keponakan kepada paman, cucu kepada kakek-nenek. Sedangkan silaturahmi adalah bahasa pergaulan yang sudah menjadi bahasa Indonesia dan diserap dari bahasa Arab. Kata ini menujukkan makna persaudaraan dan persahabatan yang dibangun melintasi batas hubungan darah. Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memelihara silaturahmi dan memuliakan tamu, sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kedudukannya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari). Islam memberikan panduan dalam bentuk adab memuliakan tamu dan adab bertamu sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihiwassallam. Adab yang perlu diperhatikan oleh tuan rumah, Pertama, mengundang tamu, hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa, tidak mengundang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam dosa), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا,وَلاَ يَأْكُلُ طَعَامَك َإِلاَّ تَقِيٌّ “Janganlah engkau berteman melainkan dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa!” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Kedua, mengundang tamu dari semua golongan, tanpa mengkhususkan golongan tertentu, misal hanya mengundang orang kaya (mampu) saja tanpa mengundang orang tidak mampu (miskin), sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim). Ketiga, disunahkan mengucapkan selamat datang kepada tamu, sebagaimana dalam hadits Nabi, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya tatkala utusan Abi Qais datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى “Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR. Bukhari). Keempat, menyediakan hidangan sesuai dengan kemampuannya, namun tetap berupaya menyediakan makanan dan minuman yang terbaik yang tidak menyulitkannya dan berlebih-lebihan, serta mendekatkan hidangan kepada tamu. Allah ta’ala berfirman yang mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama tamu-tamunya: فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ “Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?’” (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27). Kelima, melayani tamu dengan ikhlas, mengajaknya berbincang-bincang dengan tutur kata yang sopan, menampakkan kepada mereka kebahagiaan serta menghadapi mereka dengan wajah yang ceria dan berseri-seri, yang menunjukkan kemuliaan akhlak tuan rumah. Keenam, masa menjamu tamu adalah tiga hari, sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيَْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمَهُ؟ قَالَ :يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْئَ لَهُ يقْرِيْهِ بِهِ “Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya.” Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.” Ketujuh, hantarkan tamu yang akan pulang hingga kedepan rumah, atau hingga menuju kendaraan yang akan ditumpanginya, serta ucapkan kata-kata perpisahan yang baik yang mencerminkan kemuliaan akhlak dan keikhlasan dalam memuliakan tamu. (tah/012)

Read More

Perbedaan Halal Haram Produk Wine atau Minuman Berfermentasi

Jakarta — 1miliarsantri.net : Klaim halal produk wine Nabidz lewat jalur Self Declare memunculkan polemik di masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Halal Corner pun melakukan uji lab untuk membuktikan ada atau tidaknya kadar alkohol dalam jus buah tersebut. Hasil uji laboratorium membuktikan produk jus buah bermerek Nabidz termasuk dalam golongan khmar. Produk ini mengandung kadar alkohol-etanol 8,84 persen yang menempatkannya sebagai minuman beralkohol golongan B. Terkait kasus tersebut, publik pun tertarik untuk memperhatikan proses pembuatan suatu produk yang berkaitan dengan status kehalalannya. Mengutip laman Halal Corner, Senin (04/09/2023), minuman merek Nabidz terdaftar sebagai produk jus atau sari buah anggur. Namun dalam pembuatannya ternyata melalui proses fermentasi. Di mana penetapan status kehalalannya tidak diperkenankan melalui mekanisme Self Declare. Minuman fermentasi dihasilkan dari proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme seperti ragi atau bakteri untuk mengubah gula menjadi alkohol atau asam. Terkait produk Nabidz, mayoritas orang mengira produk fermentasi tersebut sama dengan minuman nabidz atau nabeez, kesukaan Rasulullah SAW Padahal, minuman nabeez favorit Nabi Muhammad SAW dibuat dari buah kurma yang direndam dengan air. Seperti dijelaskan oleh Aisyah radhiyallahu’anhu, “Kami biasa membuat perasan untuk Rasulullah di dalam air minum yang bertali di atasnya, kami membuat rendaman di pagi hari dan meminumnya di sore hari, atau membuat rendaman di sore hari lalu meminumnya di pagi hari.” [H.R. Muslim]. Berdasarkan hadits tersebut, nabidz atau nabeez kurma dibuat dengan merendam kurma selama beberapa jam saja. Minuman ini bermanfaat untuk memperbaiki sistem pencernaan tubuh, meningkatkan asupan nutrisi seperti vitamin dan mineral, dan membantu membuang racun dalam tubuh. Meski begitu, umat Muslim harus cermat dengan proses pembuatan nabidz atau nabeez ini. Sebab, buah atau sari buah akan cepat terfementasi dalam waktu 24 hingga 48 jam hingga mengubah gula menjadi alkohol. Karena itu, dalam membuat nabeez, terlebih dari buah-buahan yang mengandung banyak gula, hindari durasi waktu yang panjang. Sebab, dikhawatirkan akan terjadi fermentasi yang mengubah gula menjadi alkohol. Sehingga status kehalalan nabeez berubah menjadi haram. Merujuk Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 10 Tahun 2018, dinyatakan produk minuman hasil fermentasi bukan khamr yang mengandung alkohol-etanol lebih dari 0,5 persen berstatus hukum haram. Sementara khamr merujuk pada minuman yang memabukkan. Umumnya, khamr terbuat dari anggur, gandum, barley atau biji-bijian lain yang mengandung gula. Kemudian diolah melalui proses fermentasi yang mengubah gula menjadi alkohol-etanol dengan bantuan ragi Saccharomyces cerevisia. Disebutkan dalam salah satu hadits dari Abdullah bin Umar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Setiap minuman yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram.” Minuman yang dikategorikan sebagai khamr adalah bila dalam minuman tersebut mengandung etanol minimal 1 persen. Jadi produk minuman fermentasi anggur bermerek Nabidz bukanlah produk nabidz atau nabeez yang disunnahkan Rasulullah. (rid) Baca juga :

Read More

Ungkapan Jomblo fi Sabilillah Bagi Kalangan Remaja

Yogyakarta — 1miliarsantri.net : Kelihatannya seperti bercanda, tapi itu benar adanya. Jomblo fi Sabilillah awalnya hanya ‘plesetan’ di kalangan anak muda dari frasa Jihad Fi Sabilillah. Namun, jika dikaji lebih dalam, buat anak muda menjomlo adalah jihad tersendiri. Tentu tidak mudah memutuskan menjadi jomlo di kala remaja atau teman seusia berpacaran, nobar ke bioskop dengan pasangan, menguji adrenalin ke taman bermain bersama kekasih, atau berjalan berduaan. Belum lagi, muncul berbagai meme atau ungkapan yang memojokkan kaum ‘jombloer’. “Sandal aja punya pasangan, masak kamu enggak!” Itu baru dari segi tekanan sosial atau stimulasi dari luar. Dari dalam diri juga, setiap manusia yang sudah baligh mempunyai keinginan untuk mempunyai pasangan. Allah SWT berfirman, dalam surah ar-Rum: 30, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” Maka itu, memilih menjomlo dalam arti tidak berpacaran sebelum menikah adalah jihad yang tidak mudah bagi remaja dan pemuda Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata: ‘Rasulullah saw bersabda pada kami: “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu (mengekang hawa nafsu seksual)’.” (Muttafaq ‘Alaih). Hadis ini secara implisit menunjukkan, mempunyai pasangan adalah kebutuhan karena itu dianjurkan untuk segera menikah. Dan jika tidak mampu dianjurkan puasa. Dengan kata lain tanpa puasa, tetap bersabar tanpa ada pasangan adalah tantangan yang tidak mudah. Pacaran? Tentu sangat tidak dianjurkan karena justru akan menstimulasi kecenderungan yang ada. Menjadi jomblo fi sabilillah adalah berbeda dengan menjomblo karena keadaan. Jomblo karena nasib terjadi karena memang tidak bisa mempunyai pacar, nembak ditolak, suka sosok tertentu tidak berani mendekat. Akan tetapi, jomblo fi sabilillah adalah pemuda yang punya kemampuan untuk punya pacar, punya modal berpacaran, tapi menolak melakukannya karena takut berdosa dan memilih langsung menikah pada waktunya. Mereka yang memilih tetap menjomblo, mendekati diri pada kriteria tujuh golongan yang dilindungi Allah. “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh’. Dan (6) seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” Ternyata banyak tanggapan dari kalangan remaja yang cukup menunjukkan spirit bagaimana memahami konsep jomblo ini, seperti : “Aku memilih jomblo fii sabilillah daripada jatuh ke pelukan yang salah.” “Lebih baik jomblo lalu menuju pelaminan daripada pacaran tanpa kepastian.” “Menjomblo adalah ibadah jika diniatkan menghindari dosa.” “Perjuangkan kejombloanmu demi jodoh terbaikmu.” “Jagalah iman, tuk dapat jodoh idaman. Bukan lewat pacaran.” “Gak jantan kalo cuma pacaran, ayo halalkan!” Dari beberapa slogan tersebut terlihat, buat sebagian besar lelaki, menjomblo adalah cara menjauhkan dari perzinaan dan dosa. Bagi perempuan, mereka lebih memilih kepastian. Jadi, daripada pacaran lebih baik langsung ke pelaminan. Sambil menanti bersiap, ber-jomblo fi sabilillah dahulu. (yus) Baca juga :

Read More