Palestina Berharap Liga Arab dapat Memberikan Solusi Terkait Kondisi Gaza

Gaza — 1miliarsantri.net : Palestina menyerukan diselenggarakannya pertemuan luar biasa Liga Arab untuk membahas perang Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza dan perluasan permukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat yang diduduki. “Pertemuan akan diadakan pada tingkat wakil tetap (duta besar) minggu ini untuk membahas penanggulangan kejahatan genosida dan perluasan penjajahan Israel di Tepi Barat,” urai Dubes Palestina untuk Liga Arab Mohannad al-Aklouk kepada kantor berita Wafa. Namun, belum ada konfirmasi dari Liga Arab mengenai pertemuan tersebut. Kabinet Israel pada Kamis (27/6/2024) menyetujui langkah-langkah yang diusulkan oleh kepala otoritas keuangan Israel Bezalel Smotrich untuk melegalkan pos-pos permukiman di Tepi Barat dan menjatuhkan sanksi kepada Otoritas Palestina. Pos-pos permukiman adalah komunitas kecil yang didirikan oleh pemukim ilegal Israel di tanah pribadi milik warga Palestina, tanpa persetujuan dari otoritas Israel. Hukum internasional menganggap Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai wilayah Palestina yang diduduki, dan menganggap semua aktivitas pembangunan permukiman Yahudi di kedua wilayah tersebut melanggar hukum atau ilegal. Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki sejak Israel melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 37.800 korban sejak 7 Oktober 2023. Sedikitnya 554 warga Palestina, termasuk di antaranya 133 anak, tewas dan hampir 5.300 orang terluka akibat tembakan tentara Israel di Tepi Barat, menurut kementerian kesehatan setempat. (zul) Baca juga :

Read More

Virus West Nile Melanda Sejumlah Warga Israel

Gaza — 1miliarsantri.net : Virus West Nile menyebabkan kematian sejumlah warga Israel belakangan ini. Sejak memulai serangan brutal ke Gaza pada Oktober 2023 lalu, tentara pasukan penjajahan Israel (IDF) juga beberapa kali diserang pasukan “alamiah”. Berikut diantaranya. Pada Desember 2023, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pasukan pendudukan di Jalur Gaza menghadapi peningkatan kasus penyakit usus dan keracunan makanan di kalangan tentara. Mereka menghadapi “peningkatan luar biasa” dalam kasus penyakit ini di kalangan tentara selama beberapa minggu terakhir. Menurut Yedioth Ahronoth, 18 tentara pendudukan dievakuasi dari Gaza ke pangkalan pelatihan brigade untuk menerima perawatan medis setelah mereka tertular wabah disentri (bakteri Shigella) dan gejala diare dan muntah. Pada Desember itu juga, sejumlah tentara dari IDF terkena serangan jamur mematikan di Gaza. Serangan jamur itu menewaskan satu orang tentara Israel. Lembaga penyiaran publik Israel Kan melaporkan pada Selasa (26/12/2023), tentara IDF itu tewas setelah dia terluka parah dan terinfeksi jenis jamur berbahaya saat berperang di Jalur Gaza. Tentara tersebut dibawa ke Assuta Ashdod Medical Center awal bulan ini dengan luka parah di anggota tubuhnya, kata laporan itu. Menurut Kan, dokter kemudian menemukan bahwa dia telah terinfeksi jamur di medan perang. Meskipun dilakukan perawatan intensif sepanjang waktu dan pengobatan eksperimental dari luar negeri, jamur tersebut terbukti kebal terhadap pengobatan dan tentara tersebut meninggal. Dua belas tentara IDF dilaporkan terluka setelah disengat oleh segerombolan tawon di Jalur Gaza selatan pada Jumat (10/5/2024). Dokter di Israel menyatakan baru pertama kali melihat fenomena tak biasa yang mana ratusan tawon yang menyerang sekelompok manusia secara sekaligus seperti itu. Dilaporkan the Times of Israel, kejadian itu setelah sebuah tank menabrak sarang tawon tersebut. Sheba Medical Center di Tel Aviv mengatakan mereka menerima 10 tentara untuk dirawat, dan salah satu tentara dipindahkan ke unit perawatan intensif. Pada Februari 2024, media Israel melaporkan bahwa lebih dari seribu anjing liar menyusup dari Jalur Gaza ke Israel, belakangan. Anjing-anjing itu disebut berusaha menyerang tentara dan perwira tentara pendudukan Israel (IDF) di perbatasan Jalur Gaza. Menurut apa yang dilaporkan oleh media Otoritas Penyiaran Israel (KAN), “Ratusan anjing mendekati para pejuang yang hadir di area berkumpul di wilayah utara Gaza… sambil menggeram, memperlihatkan gigi mereka dan mencoba menggigit para tentara. Sejauh ini, tentara mampu mengusir mereka dan tidak terluka.” Aljazirah melansir pada Rabu (14/2/2024), Otoritas Cagar Alam dan Pertamanan Israel memperkirakan lebih dari seribu anjing liar telah menyusup dari Jalur Gaza ke Israel. Mereka memangsa hewan liar, terutama hewan ternak. Otoritas ini menunjukkan bahwa “banyak anjing memangsa anak sapi di kandang kibbutzim di sekitar Gaza, dan mereka sekarang menyerang tentara.” Yang terkini, Virus West Nile terus memakan korban di Israel. Sebanyak tujuh warga Israel dilaporkan meninggal dunia dan 100 orang warga lainnya telah terinfeksi penyakit ini, demikian menurut informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan Israel. Dari jumlah tersebut, saat ini ada delapan pasien dalam kondisi kritis dan masih dirawat di ruang ICU. Sebagian besar pasien adalah penduduk Israel tengah, dengan beberapa dari wilayah Sharon, dan dirawat di Meir Medical Center di Kfar Saba. Enam pasien dirawat di Sheba Medical Center, tiga di antaranya diberi ventilasi dan dalam kondisi kritis. Sejauh ini, lima pasien telah meninggal di Rabin Medical Center-Beilinson Campus di Petah Tikva. Delapan orang dirawat di rumah sakit, dan delapan pasien yang diduga terinfeksi belum diverifikasi di laboratorium pusat untuk virus tersebut. Di Meir Medical Center, 25 pasien demam West Nile dirawat di rumah sakit, dua di antaranya dalam kondisi serius dan sedang diberi ventilator dan obat penenang. Pasien lainnya dirawat di Rumah Sakit Ichilov di Tel Aviv, demikian seperti dilansir Jerusalem Post, pada akhir Juni 2024. Kementerian Kesehatan Israel mencatat, sekitar 80 persen dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala demam West Nile. “Dua puluh persen dari mereka yang terinfeksi akan mengalami gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, termasuk demam, rasa tidak enak badan, sakit kepala atau nyeri tubuh secara umum, dan komplikasi neurologis akan muncul pada kurang dari satu persen dari mereka yang terinfeksi,” kata Kementerian, dikutip Jewish Press. Virus West Nile disebabkan oleh virus yang berada di alam liar, biasanya di antara burung. Perjalanan penyakit ini dimulai ketika nyamuk menggigit burung dan menularkan virus kepada mereka, yang kemudian terus hidup di dalam tubuh burung. Pada tahap berikutnya, nyamuk terus menggigit, menularkan virus ke hewan dan manusia. Untuk mengurangi paparan terhadap nyamuk, kementerian merekomendasikan penggunaan obat nyamuk dan aksesoris yang sesuai untuk mengusir nyamuk di ruang keluarga, serta menyalakan kipas angin di kamar tidur. Demam West Nile telah dikenal di Israel selama bertahun-tahun dan terjadi terutama antara bulan Juni dan November. Namun tahun ini, morbiditas dimulai lebih awal dari biasanya, yang mungkin terjadi karena perubahan iklim di Israel dan dunia. Kelembaban di Israel bagian tengah mungkin menyebabkan perkembangbiakan dan perkembangan nyamuk di daerah tersebut. (zul/AP) Baca juga :

Read More

Rusia Bersumpah akan Hancurkan Senjata AS

Hamilton — 1miliarsantri.net : Rusia bersumpah akan menghancurkan senjata yang dikirim ke Ukraina di tengah laporan rencana Amerika Serikat (AS) untuk mentransfer sistem pertahanan udara Patriot dari Israel ke Ukraina. Ketika ditanya tentang laporan pembicaraan pemerintah AS dengan Israel dan Ukraina mengenai pengiriman Patriot yang sudah tua ke Ukraina, perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia mengatakan: “Kami melarang semua negara yang belum melakukan hal tersebut untuk menyediakan senjata untuk Ukraina.” “Nasib senjata-senjata yang pada akhirnya akan diekspor ke Ukraina dari mana saja sudah jelas. Senjata-senjata itu akan dimusnahkan seperti senjata lain yang dipasok oleh Barat dan AS ke Ukraina,” tambahnya pada konferensi pers setelah Rusia mengambil alih kepresidenan Dewan Keamanan PBB selama satu bulan ke depan. Ketika ditanya tentang pernyataan mantan presiden AS Donald Trump baru-baru ini tentang mengakhiri perang Ukraina dalam satu hari jika dia terpilih kembali, Nebenzia mengatakan mereka telah mendengar klaim tersebut sebelumnya. “Krisis Ukraina tidak bisa diselesaikan dalam satu hari,” lanjutnya. Memperhatikan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyampaikan solusi pada 14 Juni, Nebenzia menyebutkan bahwa Putin mengatakan situasi di lapangan telah berubah dan hal tersebut perlu dipertimbangkan. Putin pada 14 Juni telah meminta Ukraina untuk menarik pasukannya dari wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia, serta menyetujui perolehan teritorial Rusia yang diperoleh dalam “operasi militer khusus” yang diluncurkan pada Februari 2022, dan menegaskan status netralnya. Kepala negara Rusia itu juga menuntut pembatalan semua sanksi anti-Rusia yang dilakukan Barat. Mengenai perpecahan yang semakin mendalam antara Rusia, China, Korea Utara dengan negara-negara Eropa dan Barat, utusan Rusia mengatakan: “Orang-orang Eropa, Anda menyebut mereka sekutu, saya akan menyebut mereka antek.” Dia mengatakan bahwa negara-negara tersebut menolak mengakui munculnya pusat-pusat kekuatan baru dan bahwa “mereka berusaha mempertahankan dominasi yang mereka nikmati selama 500 tahun terakhir.” Mengatakan bahwa banyak negara yang ingin menjadi lebih menonjol dalam politik dunia, Nebenzia mengatakan hal tersebut tercermin dalam proses reformasi Dewan Keamanan. Pada awal konferensi pers, Nebenzia mengatakan situasi di Palestina “akan tetap menjadi sorotan” selama masa jabatan mereka sebagai presiden Dewan Keamanan. Dia juga mengumumkan bahwa akan ada tiga “acara penting” yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Acara pertama adalah debat tingkat menteri mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, sedangkan yang kedua adalah sesi tingkat tinggi mengenai kerja sama antara PBB dan organisasi-organisasi regional, serta yang ketiga adalah debat terbuka mengenai Timur Tengah. (pras) Baca juga :

Read More

Zionis Buang Limbah ke Aliran Mata Air untuk Warga Palestina

Yerikho — 1miliarsantri.net : Pemerintah zionis Israel pada Selasa (2/7/2024) membuang limbah ke aliran mata air atau Wadi Al-Auja, di utara kota Yerikho. Pembuangan limbah tersebut membuat warga Palestina tidak bisa mendapatkan air minum yang layak. Pemerintah penjajah itu membuang limbah ke aliran Wadi Al-Auja, dengan tujuan mencemarinya sehingga membuat warga Palestina tidak dapat menggunakannya atau berjalan-jalan di sekitar aliran air tersebut, menurut pengawas umum organisasi Al-Baidar yang membela hak-hak suku Arab Badui, Hassan Mlihat. Milhat menambahkan bahwa polisi pendudukan pada Selasa juga mengeluarkan tiket bagi pengemudi traktor pertanian dari masyarakat Arab Badui di wilayah sekitar, yang datang untuk mengambil air dengan mengisi tangki mereka untuk keperluan minum serta memberi minum ternak mereka. Dia mengatakan bahwa membuang sampah dan membuangnya ke mata air merupakan ancaman terhadap kesehatan masyarakat dalam jangka pendek dan panjang, serta bahaya lingkungan yang akan terjadi. Mlihat menegaskan, tindakan tersebut melanggar hukum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan hukum humaniter internasional. (der) Baca juga :

Read More

Israel Ancam dan Serang Lebanon

Lebanon — 1miliarsantri.net : Lebanon dalam keadaan perang akibat ancaman dan serangan dari israel. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan, ancaman dari Israel membuat Lebanon menghadapi perang psikologi. “Pertanyaan semua orang adalah ‘apakah itu perang?’ Ya, kita dalam keadaan perang. Akibat serangan Israel, ada banyak korban tewas dari pihak sipil dan non sipil dan desa-desa yang hancur,” ungkap Mikati seperti dinukil dari Sputnik, Selasa (02/4/2024). Pada 18 Juni, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pihaknya telah menyetujui rencana operasional serangan di Lebanon. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz kemudian mengatakan bahwa Israel “sedikit lagi” memutuskan untuk “mengubah aturan” terhadap Hizbullah dan Lebanon, mengancam akan menghancurkan gerakan tersebut “dalam perang habis-habisan” dan “memukul keras” Lebanon. Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan gerakan tersebut dapat menyerang Israel utara jika konfrontasi semakin meningkat. Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya serangan militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023. IDF dan pasukan Hizbullah saling baku tembak di kawasan sepanjang perbatasan setiap hari. Kementerian Luar Negeri Lebanon mengatakan sekitar 100.000 orang harus meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah perbatasan, sementara Kemenlu Israel mengatakan sebanyak 80.000 warganya harus melakukan hal yang sama. (yyt) Baca juga :

Read More

Hizbullah Lakukan Serangan Terhadap Zionis Israel

Ankara — 1miliarsantri.net : Konfrontasi antara Hizbullah Lebanon dan zionis Israel semakin memuncak. Kedua belah pihak bersiap-siap untuk saling melakukan serangan. Menyikapi hal ini, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut menyarankan warga AS untuk menghindari perjalanan ke Lebanon di tengah meningkatnya ketegangan perbatasan dengan Israel. “Kami mengingatkan warga Amerika Serikat untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke Lebanon. Lingkungan keamanan masih rumit dan dapat berubah dengan cepat,” kata pernyataan Kedubes Amerika Serikat di Beirut, Selasa (2/7/2024). Kedutaan Besar tersebut mengatakan bahwa warga Amerika tidak boleh melakukan perjalanan ke Lebanon selatan, daerah perbatasan dengan Suriah, dan pemukiman pengungsi di tengah kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon. Pernyataan itu turut menambahkan pemerintah Lebanon tidak dapat menjamin perlindungan warga Amerika Serikat terhadap pecahnya kekerasan dan konflik bersenjata secara tiba-tiba. “Warga Amerika Serikat di Lebanon tidak boleh melakukan perjalanan ke Lebanon selatan, daerah perbatasan Lebanon-Suriah, atau pemukiman pengungsi,” tegasnya. Pada Rabu (26/6/2024) lalu, Jerman dan Belanda meminta warganya meninggalkan Lebanon di tengah kekhawatiran akan perang antara Hizbullah dan Israel. Kanada, Makedonia Utara, dan Kuwait sebelumnya telah menyampaikan seruan serupa. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Jumat (21/6/2024) menyampaikan keprihatinan “mendalam” atas peningkatan ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon, dan mengatakan bahwa dunia “tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza.” “Hari ini saya merasa terdorong untuk menyampaikan keprihatinan mendalam saya terhadap eskalasi antara Israel dan Hizbullah di sepanjang Garis Biru,” terang Guterres kepada wartawan di New York. Dia merujuk pada “eskalasi retorika perang dari kedua belah pihak seolah perang habis-habisan sudah di depan mata.” Sembari memperingatkan agar konflik regional di Timur Tengah jangan sampai meluas, Guterres mengatakan “Satu langkah gegabah, satu kesalahan perhitungan, bisa memicu bencana yang jauh melampaui batas, dan sejujurnya, tak terbayangkan.” “Mari kita perjelas: Rakyat di kawasan ini dan rakyat di seluruh dunia tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi seperti Gaza,” sambungnya. Guterres menyoroti banyaknya orang yang kehilangan nyawa serta maupun yang mengungsi karena rumah dan mata pencaharian mereka hancur. Sekjen PBB juga menyinggung soal pasukan Israel yang menyerang beberapa kota di Lebanon selatan dengan ledakan hingga menyebabkan kebakaran hutan yang menyebar dan mengancam wilayah permukiman. “Bahan peledak yang belum meledak dan sisa-sisa perang berserakan di wilayah itu,” lanjutnya. Insiden semacam itu, ujarnya, “Menimbulkan ancaman tambahan bagi orang-orang di Israel dan Lebanon, dan bagi para personel PBB serta pekerja kemanusiaan.” Dia mendesak[pihak-pihak terkait untuk menerapkan secara penuh resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701, segera menghentikan pertikaian, serta terus melindungi warga sipil. “Anak-anak, jurnalis, dan pekerja medis tidak boleh menjadi sasaran,” tegasnya. Guterres menolak “solusi militer,” yang dia katakan “hanya akan menyebabkan lebih banyak penderitaan, lebih banyak kehancuran bagi masyarakat di Lebanon dan Israel, serta lebih banyak potensi bencana bagi kawasan.” “Sudah saatnya bersikap rasional dan masuk akal,” katanya, seraya mengingatkan bahwa pasukan perdamaian PBB di lapangan sedang berupaya meredam ketegangan dan membantu mencegah salah perhitungan. Guterres menekankan, “Penghentian permusuhan dan perkembangan upaya menuju gencatan senjata permanen adalah satu-satunya solusi yang bertahan lama.” Dia menegaskan dukungan penuh PBB pada upaya diplomasi untuk mengakhiri kekerasan, memulihkan stabilitas, dan mencegah penderitaan rakyat lebih lanjut. “Dan kami melakukannya sembari terus mendesak gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, pembebasan sandera segera dan tanpa syarat, serta upaya nyata untuk mencapai solusi dua negara,” imbuhnya Sementara itu di X, misi Iran untuk PBB memperingatkan Israel atas “keputusan yang tidak bijaksana” yang mendorong perang baru di kawasan tersebut. “Tidak diragukan lagi, perang ini akan berakhir dengan menyisakan satu pecundang, yaitu rezim Zionis,” tulis misi tersebut. Iran menyebutkan Hizbullah “memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dan Lebanon, mungkin waktu untuk menghancurkan diri sendiri dari rezim (Israel) yang tidak sah ini sudah tiba.” Situasi di perbatasan Israel-Lebanon semakin memburuk setelah dimulainya permusuhan antara Israel dan gerakan perlawanan pejuang Palestina Hamas pada Oktober 2023. Tentara Israel dan pejuang Hizbullah Lebanon, yang mendukung pihak Palestina dalam konflik dengan Israel, secara rutin saling baku tembak melintasi perbatasan. Sedangkan pada Selasa (18/6/2024), Israel mengatakan pihaknya menyetujui dan memvalidasi rencana operasional untuk serangan di Lebanon. Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan pasukan Israel ketika Tel Aviv terus melancarkan serangan mematikannya di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 37.700 orang sejak Oktober menyusul serangan oleh kelompok Palestina Hamas. (opi) Baca juga :

Read More

Pasukan Zionis Israel Menghadapi Tekanan Kejiwaan Hingga Bunuh Diri

Gaza — 1miliarsantri.net : Lebih dari 250 hari sejak meletusnya agresi Israel terhadap Palestina di Gaza, tentara pendudukan Israel perlahan-lahan mengungkap masalah-masalah yang membunuh para tentaranya, serta faktor-faktor lain yang membatasi kemampuan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Dalam artikel bertajuk The Occupation Army Is Being Affected Seriously By Suicide, Low Morale And Mental Illness yang diterbitkan middleeasmonitor, kolumnis Aziz Mustafa berbicara tentang meningkatnya jumlah kasus bunuh diri, masalah psikologis yang serius, dan moral yang rendah. Gangguan stres pascatrauma (PTSD) adalah masalah yang nyata. Tentara rupanya telah membuka penyelidikan terhadap fenomena bunuh diri di kalangan tentaranya, karena mereka tidak mampu mengatasinya secara memadai. Ini adalah gejala dari penyakit mental yang mempengaruhi semakin banyak tentara Israel, dan bukan hanya di antara jajaran lainnya. Setidaknya seorang letnan kolonel telah melakukan bunuh diri, mendorong kepala Pusat Studi Bunuh Diri dan Sakit Mental Lior Tsfaty, Profesor Yossi Levi-Belz, mengatakan bahwa masalah ini sangat mengejutkan karena mereka tidak terbiasa dengan hal itu selama pertempuran, meskipun itu termasuk mereka yang menderita PTSD, yang terbangun setiap pagi karena berbagai pemandangan, suara, dan perasaan bersalah. Tetapi pihak militer menolak untuk mempublikasikan nama-nama tentara dan perwira yang telah melakukan bunuh diri dan merahasiakannya. Namun demikian, kita tahu bahwa antara 1973 dan 2024, 1.227 tentara Israel melakukan bunuh diri berdasarkan catatan resmi, tetapi jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi. Beberapa pihak mengklaim bahwa tentara menutup-nutupi jumlah pastinya. Keinginan untuk berperang telah runtuh, meskipun kehancuran telah terjadi di Gaza. Tentara mulai goyah antara semangat militer yang memburuk dan keinginan untuk membelot. Dengan semakin banyaknya yang tidak mau bertugas di wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Gaza, Israel menghadapi keruntuhan pasukan cadangannya dalam waktu dekat. Frustrasi dan kecemasan menyebar di antara para prajurit, yang menyebabkan hilangnya kesiapan tempur, moral yang rendah, serta rasa takut dan putus asa yang mendalam. Tentara Israel telah menemukan di Gaza bahwa meskipun mereka memiliki peralatan yang unggul dan pelatihan yang intensif, mereka telah menjadi sasaran empuk bagi para pejuang perlawanan. Jelas terlihat dari persentase tentara yang terbunuh dalam pertempuran bahwa kehidupan mereka di dalam tank telah menjadi neraka yang tak tertahankan. Perintah mereka termasuk tetap berada di dalam tank sepanjang waktu, dan mereka bahkan tidak boleh melihat keluar dari tank untuk berjaga-jaga jika ditembak oleh penembak jitu. Jangan tanya bagaimana mereka pergi ke toilet. Selain itu, tentara pendudukan kehilangan tingkat kepercayaan publik yang tinggi yang telah dinikmati selama beberapa dekade. Kepercayaan terhadap kepemimpinan tentara telah terkikis sejak perang dimulai di Gaza, turun secara signifikan dari 75 persen pada Maret menjadi 59 persen pada awal Mei, sementara 70 persen warga Israel tampaknya percaya bahwa Kepala Staf Jenderal Herzl Halevi harus mengundurkan diri karena kegagalan keamanannya pada tanggal 7 Oktober. Hal ini menjadi perhatian utama bagi tentara, yang menganggap tugas mempertahankan posisinya di hati warga Israel sebagai tugas resmi. Masalahnya belum terbantu dengan kegagalannya di Gaza, dan tentara yang kembali dari garis depan membuat komentar negatif, sehingga meningkatkan dampak kegagalannya pada citranya yang tadinya dipoles dengan baik. Semakin banyak warga Israel yang tidak lagi percaya bahwa “Pasukan Pertahanan Israel” adalah yang terkuat di wilayah tersebut. Sebaliknya, mereka kurang optimis dengan kemampuan pasukan, yang membuatnya sulit untuk meningkatkan moral di dalam barisan dan memenangkan perang Gaza. Para perwira senior sekarang takut akan hilangnya kredibilitas tentara. Yang lebih berbahaya lagi adalah bahwa mereka tidak lagi memiliki otoritas “moral” untuk mengirim tentara ke medan perang setelah kegagalan intelijen Oktober lalu. Krisis kepercayaan terhadap tentara pendudukan terlihat jelas, bukan pada suara-suara kritis di luar negeri, meskipun ada banyak, tetapi pada mereka yang berada di dalam institusi tersebut. Sekelompok perwira cadangan senior yang berpangkat brigadir jenderal ke atas menginginkan penyelidikan eksternal atas kegagalan perang di Gaza, karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada kesalahan-kesalahan yang sangat serius yang telah dilakukan, yang akibatnya negara pendudukan harus membayar mahal. Terkikisnya kekebalan militer dari kritik publik dalam beberapa bulan terakhir ini merupakan isu penting, karena hal itu mengubah hubungan yang sudah lama terjalin dengan masyarakat Israel yang lebih luas. Hingga beberapa tahun yang lalu, tentara merupakan “sapi suci” yang tidak akan dikritik atau dirusak oleh warga Israel dengan cara apa pun. Selama delapan bulan terakhir perang di Gaza, masalah psikologis telah meningkat secara signifikan di antara personel militer. Data menunjukkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir telah terjadi peningkatan jumlah yang mengkhawatirkan pada mereka yang menerima layanan psikologis. Sampai-sampai para pejabat dari divisi sumber daya manusia militer menyatakan bahwa “masalah psikologis” telah menjadi jalan keluar yang nyaman bagi warga untuk menghindari dinas militer. Perlu dicatat bahwa di antara gangguan-gangguan yang diderita para tentara Israel adalah kesepian dan keterasingan, keterpisahan paksa dengan sanak keluarga, kurang makan, minum dan tidur, dan tekanan yang luar biasa akibat ketidakmampuan mereka untuk memprediksi taktik-taktik gerilya, yang menyulitkan mereka untuk mengantisipasi waktu dan tempat penyerangan atau penyergapan berikutnya. Mereka juga menjadi terbebani oleh tekanan-tekanan tempur lainnya, sampai-sampai pertahanan psikologis mereka menjadi lemah, dan kemudian terjadi gangguan psikologis, bersamaan dengan insomnia, penarikan diri, kebingungan, paranoid, ketidakpercayaan, perasaan teraniaya, dan eskalasi masalah-masalah sosial dan psikologis yang meningkat secara eksponensial. Sementara perang Gaza telah membebankan biaya yang besar kepada Israel dalam hal korban jiwa dan cedera fisik, gangguan psikologis telah menyebabkan ribuan tentara mencari pengobatan. Karena stres pasca-trauma, orang-orang mulai hidup dalam keadaan terisolasi secara psikologis, dengan fenomena tangisan yang menyebar di antara para tentara. Banyak yang menggunakan jenis kekerasan yang paling parah untuk melampiaskan tekanan yang membuat mereka tertekan. (zul/AFP) Baca juga :

Read More

Mengapa India Berbelot Membela Israel

Mumbai — 1miliarsantri.net : Sejak awal merdeka dari Inggris, India seperti banyak negara poskolonial lainnya adalah pendukung sengit Palestina dan penentang penjajahan oleh Israel. Namun terungkap belakangan, di bawah Perdana Menteri narendra Modi India justru memasok senjata ke Israel yang digunakan untuk melakukan genosida di Jalur Gaza. Apa yang berubah dalam 76 tahun belakangan? Setelah memperoleh Kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1947, India dihadapkan dengan isu pembagian Palestina menjadi dua negara. India, di bawah Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, memberikan suara menentang resolusi Majelis Umum PBB tentang pembagian Palestina pada 29 November 1947. Merujuk India Today, Pendirian Nehru didasarkan pada faktor moral dan geopolitik. Dari segi moral, Nehru mengikuti jejak mentornya, Mahatma Gandhi, yang sangat yakin bahwa orang-orang Yahudi telah melakukan kesalahan besar dalam upaya untuk “memaksakan diri mereka di Palestina dengan bantuan Amerika dan Inggris”. Menurut Gandhi, Palestina adalah milik bangsa Arab seperti halnya Inggris milik Inggris, atau Prancis milik Prancis, sebagaimana disebutkan dalam artikelnya di Harijan pada November 1938. Terlebih lagi, Nehru dan Gandhi telah melihat kengerian dari pemisahan berdasarkan agama antara India dan Pakistan. Mereka tidak ingin mendukung pertumpahan darah lagi dan percaya jika pemisahan harus dilakukan maka hal itu harus dilakukan dengan persetujuan orang-orang Arab Palestina. Dari segi geopolitik, Nehru mengetahui bahwa sebagai negara baru, India membutuhkan dukungan asing, terutama dari negara-negara Arab yang gigih menentang pembentukan Israel. Nehru juga khawatir pemberontakan di kalangan penduduk Muslim yang besar di India jika pemerintah mendukung lahirnya Israel. Israel akhirnya berdiri pada tanggal 14 Mei 1948. Tak lama kemudian, Israel mengirimkan surat ke negara-negara, termasuk India, meminta mereka untuk mengakui bangsa Yahudi. Meskipun India pada awalnya tidak menanggapi permintaan tersebut, India kemudian secara resmi mengakui Israel pada tanggal 17 September 1950. Namun hubungan diplomatik penuh harus menunggu beberapa dekade. Pengakuan India terhadap Israel terjadi setelah semua negara Arab tetangga Israel menandatangani gencatan senjata dengan negara Yahudi tersebut. Bahkan negara Muslim seperti Turkiye mengakui Negara Israel pada 1949. Korespondensi pertama Jawaharlal Nehru dengan Israel terjadi pada 1962 ketika ia menulis surat kepada Perdana Menteri Israel David Ben-Gurion selama perang dengan Cina. Nehru meminta bantuan Israel dalam bentuk senjata dan amunisi, dengan ketentuan dikirimkan tanpa bendera Israel untuk menghindari ketegangan hubungan India dengan negara-negara Arab. Namun, Ben-Gurion, meski menyatakan empati terhadap situasi India, menolak memberikan bantuan dalam kondisi seperti ini. Hanya ketika India setuju untuk menerima pengiriman berbendera Israel, Israel mulai menjalin hubungan dengan India pada tingkat yang strategis. India kembali terpaksa menghubungi Israel selama perang pada 1971 dengan Pakistan. AS saat itu sedianya mendukung Islamabad, tetapi Israel memilih untuk menjawab permintaan bantuan India. Dalam bukunya 1971: A Global History of the Creation of Bangladesh, sejarawan Srinath Raghavan mencatat bahwa Israel sendiri menghadapi kekurangan senjata dan tidak dapat memasok senjata secara langsung ke India. Namun Perdana Menteri Israel Golda Meir mengalihkan pengiriman yang ditujukan ke Iran ke India hanya dengan satu permintaan – menjalin hubungan diplomatik dengan imbalan senjata. Meskipun ada bantuan Israel pada 1971, India, di bawah kepemimpinan Indira Gandhi, tetap menjadi pendukung setia perjuangan Palestina. Pemerintahan Indira Gandhi secara konsisten mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, mengutuk pendudukan Israel dan menganjurkan solusi dua negara. Pada 1974, India secara resmi mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dipimpin oleh Yasser Arafat, sebagai satu-satunya perwakilan rakyat Palestina yang sah. Arafat memiliki ikatan yang lebih dalam dengan Indira Gandhi, yang disebut sebagai “adik perempuanku”. Yasser Arafat mengunjungi India beberapa kali selama masa jabatan Indira Gandhi. Kunjungannya berperan penting dalam memperkuat hubungan politik dan diplomatik antara kedua pemerintah, karena India mengizinkan PLO membuka kantor di New Delhi pada 1975. Setelah Indira Gandhi dibunuh pada tahun 1984, Arafat datang ke pemakamannya. Menurut beberapa laporan, dia “menangis seperti anak kecil” di pemakaman Indira Gandhi. Pada 1988, India menjadi salah satu negara pertama yang mengakui Negara Palestina setelah PLO mendeklarasikan kemerdekaan. Pada tahun 1996, India membuka Kantor Perwakilannya di Gaza, yang kemudian dipindahkan ke Ramallah. Namun pada 1999, terjadi perang Kargil. Kala itu Pakistan dan India merebutkan wilayah perbatasan di Jammu-Kashmir tersebut. Kala itu, pada 3 Mei 1999, India merasa pasukan Pakistan hendak memasuki wilayah tersebut dan melancarkan serangan balasan, yang diberi nama sandi Operasi Vijay. Namun, pasukan India, yang menggunakan peralatan militer dan teknis yang sudah ketinggalan zaman, kesulitan menemukan dan menyerang tentara Pakistan yang bersembunyi di lokasi-lokasi strategis. India meminta bantuan. Namun New Delhi menghadapi embargo teknologi, ekonomi dan senjata oleh negara-negara, yang dipimpin oleh AS, karena uji coba senjata nuklirnya pada 1998. Hanya satu negara yang secara terbuka mendukung India, yaitu Israel. Israel, meskipun merupakan sekutu AS, membantu India dengan mortir dan amunisi, bahkan memberikan Angkatan Udara India rudal berpemandu laser untuk jet tempur Mirage 2000H miliknya. Dalam buku The Evolution of India’s Israel Policy karya Nicolas Blarel, Israel menghadapi tekanan dari AS dan komunitas internasional untuk menunda pengiriman peralatan pertahanan ke India. Namun Israel terus maju dan mengirimkan senjata yang sangat dibutuhkan tepat waktu. Tak hanya itu, Israel juga menyediakan foto-foto dari satelit militernya untuk mencari lokasi strategis Angkatan Darat Pakistan. India adalah pemimpin Gerakan Non-Blok (GNB) selama era Perang Dingin dan memelihara hubungan dekat dengan dunia Arab dan Uni Soviet. Hal ini juga berarti bahwa India tidak mendukung rezim “kolonial” (seperti Israel) atau apartheid (Afrika Selatan). Setelah perang Kargil, pemerintahan BJP yang dipimpin Atal Bihari Vajpayee mengirim Menteri Luar Negeri Jaswant Singh ke Israel untuk kunjungan bilateral pertama pada tahun 2000. LK Advani, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, juga mengunjungi Israel pada tahun yang sama. Pasukan India membombardir tentara Pakistan dengan senjata bantuan Israel pada Perang Kargil di Kashmir, 1999. – (Public Domains)India merasakan kebutuhan untuk memodernisasi infrastruktur pertahanannya yang rapuh setelah perang Kargil dan meminta bantuan Israel, yang terkenal dengan teknologi pertahanannya yang canggih. India menandatangani perjanjian pertahanan pertamanya dengan Israel pada tahun 2000 untuk sistem rudal permukaan-ke-udara Barak-1. Sistem rudal Barak terutama dirancang untuk pertahanan angkatan laut, dan dimaksudkan untuk dipasang di kapal perang Angkatan Laut India. Kesepakatan tersebut tidak hanya melibatkan penjualan sistem rudal Barak tetapi juga mencakup transfer teknologi, yang memungkinkan India memproduksi rudal tersebut di dalam negeri. Tidak hanya pertahanan, India dan…

Read More

Saudi Rilis 1.301 Orang Wafat karena Panas Ekstrem

Mekah — 1miliarsantri.net : Kantor Gubernur Makkah al Mukarramah merilis pengumuman dari Kementerian Kesehatan Saudi bahwa 1.301 jamaah haji wafat pada musim haji tahun ini. Kematian mereka umumnya disebabkan suhu panas yang ekstrem di Kota Suci Makkah dan sekitarnya. Hal ini disampaikan Konsul Haji pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah Nasrullah Jasam. “Kementerian Kesehatan telah merilis bahwa ada 1.301 jamaah yang wafat pada musim haji 1445 H/2024 M. Dari jumlah itu, sekitar 83% di antaranya adalah jamaah haji tidak resmi atau menggunakan visa non haji,” terang Nasrullah Jasam di Makkah, Jumat (28/6/2024). Menurut Nasrullah, suhu udara di Makkah, termasuk juga di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada periode menjelang dan sesudah puncak haji, sangat ektrem panasnya. Suhunya mencapai lebih dari 50 derajat celsius. “Jamaah dengan visa non haji banyak yang harus berjalan jauh di bawah terik matahari, tanpa tempat berlindung atau tenda untuk beristirahat. Berdasarkan informasi yang dirilis Kementerian Kesehatan Saudi, di antara mereka ada juga sejumlah orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis. Pemerintah Saudi terus berupaya mengindentifikasi identitas jamaah wafat tersebut agar bisa menghubungi pihak keluarga, menerbitkan sertifikat kematian, serta memakamkannya,” papar Nasrullah. Sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan pada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), dr. Indro Murwoko, mengatakan bahwa angka kematian jamaah haji Indonesia saat puncak haji di Armuzna mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Dia mencatat, ada 40 jamaah haji Indonesia yang wafat pada periode ini. Sebanyak 11 jamaah wafat di Arafah dan 29 jamaah wafat di Mina. “Jamaah wafat itu, secara keseluruhan ada 40 orang. Dari data itu, terbagi wafat di tenda, pos kesehatan, dan rumah sakit Arab Saudi, baik di Arafah maupun Mina,” terang dr. Indro Murwoko, saat ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah. Jika dibandingkan dengan data 2023, jumlah jamaah yang wafat pada periode Armuzna tahun ini lebih kecil. Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat jumlah jamaah wafat periode Armuzna pada 2023 sebanyak 64 orang. Jumlah ini terdiri atas 13 jamaah wafat di Arafah dan 51 orang wafat di Mina. Dijelaskan dr. Indro Murwoko, jamaah haji Indonesia meninggal di Tanah Suci mendapat penanganan sesuai prosedur. Ketika ada jamaah meninggal, tenaga kesehatan akan membuat Certivicate of Death (COD). Setelah itu, petugas akan berkoordinasi dengan kantor maktab atau kantor sektor atau kantor daker untuk melengkapi persyaratan administrasi lainnya, misalnya surat kesediaan dimakamkan, dan yang lain. “Setelah administrasi disiapkan, biasanya diserahkan ke Masyariq atau Maktab untuk proses pemulasaraan,” tutupnya. (drus) Baca juga :

Read More

Sekjen PBB Dituduh Mendukung Hamas Sebab Tak Pernah Mengecam

Gaza — 1miliarsantri.net : Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Israel menyebarkan informasi yang salah mengenai sikapnya dan PBB terhadap serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan konflik dengan kelompok Perlawanan Palestina, Hamas. Berbicara dalam konferensi pers tentang integritas informasi Selasa (6/2024), Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan, “Saya telah mendengar sumber yang sama berkali-kali mengatakan bahwa saya tidak pernah menyerang Hamas, bahwa saya tidak pernah mengutuk Hamas, bahwa saya adalah pendukung Hamas.” Meskipun dia menahan diri untuk tidak secara langsung menyebut nama Israel, rujukannya jelas dalam konteks tuduhan pemerintah Israel yang terus menerus sepanjang tahun lalu bahwa Guterres dan juga PBB, secara umum, mendukung Hamas dan memiliki bias terhadap Tel Aviv. “Saya telah mengutuk Hamas sebanyak 102 kali, 51 kali di antaranya dalam pidato resmi, yang lainnya di berbagai platform sosial. Kebenaran, pada akhirnya, selalu menang,” katanya, menyangkal tuduhan Israel. Menyusul kecaman dan pernyataan Guterres, duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menyatakan bahwa itu adalah “pepesan kosong jika dibandingkan dengan tindakannya”. “Satu-satunya tujuan kepala PBB adalah untuk membantu Hamas bertahan dalam perang ini. Kami merasa tercela karena Sekretaris Jenderal menolak untuk mematuhi standar PBB dan memberikan gambaran yang salah tentang kejadian di lapangan. Antonio Guterres adalah kaki tangan teror dan harus mengundurkan diri hari ini juga,” kata Erdan. Hamas menuduh kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu menghindari upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. “Sikap sebenarnya Netanyahu adalah menghindari mencapai kesepakatan untuk melanjutkan perang ‘genosida’ di Gaza,” kata pemimpin senior Hamas Izzat al-Rishq dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Anadolu, Kamis (27/6/2024). Dalam sebuah wawancara dengan Channel 14 Israel pada Ahad (23/6/2024), Netanyahu mengklaim bahwa dia siap untuk melakukan kesepakatan gencatan senjata “sebagian” untuk memungkinkan kembalinya beberapa warga Israel yang ditawan di Gaza. Oleh karena itu, pemimpin Hamas meminta pemerintah Amerika Serikat untuk menyingkirkan sikap diam dan biasnya dan memberikan tekanan pada Netanyahu dan pemerintahannya untuk menghentikan agresi dan perang genosida. Al-Rishq menekankan bahwa kelompoknya secara positif menangani upaya mediator untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang menjamin penghentian permanen agresi, penarikan penuh dari Gaza, dan kesepakatan pertukaran tahanan. Israel memperkirakan sekitar 120 warga Israel ditahan Hamas di Gaza. Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang dimediasi Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir sejauh ini gagal menyepakati gencatan senjata permanen yang memungkinkan pertukaran tahanan antara Israel dan Palestina. Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Tuduhan Hamas ini ternyata bukan isapan jempol. Kepala Otoritas Pertahanan Israel Yoav Gallant mengadakan pembicaraan dengan utusan Amerika Serikat Amos Hochstein untuk membahas perpindahan ke tahap ketiga atau “Fase C” perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. “Gallant mengatakan kepada Hochstein bahwa transisi ke ‘Fase C’ dalam perang di Gaza akan berdampak pada perkembangan di semua lini,” kata Otoritas Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan. Fase ketiga menurut definisi Israel mencakup pertempuran dengan intensitas rendah di Gaza, serangan udara yang ditargetkan, penarikan pasukan, pembentukan zona penyangga di dekat perbatasan Gaza, serta mencari alternatif dari pemerintahan Hamas di daerah kantong tersebut. Gallant yang sedang berkunjung ke Amerika Serikat itu turut membahas tindakan yang diperlukan untuk mencapai kepulangan yang aman bagi warga Israel ke rumah mereka di Israel utara. Pernyataan dari otoritas pertahanan tersebut juga menyampaikan bahwa Israel juga sedang menyiapkan setiap skenario baik secara militer maupun diplomatis terkait meningkatnya ketegangan dengan kelompok Hizbullah di Lebanon. Pekan lalu, Hochstein mengunjungi Israel dan Lebanon sebagai bagian dari upaya Amerika Serikat untuk menahan eskalasi lintas batas antara Tel Aviv dan Hizbullah. Hingga kini, lebih dari 37.600 warga Palestina telah terbunuh di Gaza yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta hampir 86.100 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan. Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei. (zul) Baca juga :

Read More