Zionis Israel Semakin Membabi Buta

Gaza — 1miliarsantri.net : Tentara penjajahan Israel kembali melakukan pembantaian di Jalur Gaza. Kali ini, sekitar 50 orang syahid dalam pemboman artileri Israel di wilayah timur Khan Younis, selatan Jalur Gaza, mayoritas di antaranya anak-anak dan perempuan. Petugas kesehatan menyatakan kondisi di rumah sakit setempat seperti ‘banjir darah’. Kantor berita WAFA melansir, pesawat-pesawat tempur penjajah melancarkan pemboman intensif di lingkungan timur kota Khan Younis dan kota-kota kecilnya setelah perintah dikeluarkan untuk segera mengevakuasi wilayah timur dan menuju wilayah baru di Al-Mawasi di sebelah barat. Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa pasukan pendudukan tidak memberikan waktu kepada warga sipil untuk mengungsi. Mereka langsung melakukan pemboman intensif di kota tersebut, yang mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 50 orang dan puluhan lainnya luka-luka. Wilayah timur kota mulai mengalami perpindahan massal ke wilayah barat, khususnya Al-Mawasi. Dalam konteks terkait, Kompleks Medis Nasser, yang terletak di Khan Younis, dalam sebuah pernyataan meminta warga sipil untuk “segera” mendonorkan darahnya demi kepentingan orang-orang yang terluka dan sakit karena sangat kekurangan unit darah di dalam kompleks tersebut. Kekurangan ini menimbulkan ancaman serius terhadap kehidupan orang-orang terluka mengingat pembantaian yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh pasukan penjajah terhadap orang-orang yang tidak bersalah dan warga sipil. Sementara itu, Rumah Sakit Nasser mengatakan menerima ratusan jenazah dan korban dan luka-luka dalam waktu tiga jam, akibat serangan udara yang sedang berlangsung di sebelah timur kota. “Kami kehilangan nyawa orang yang sakit dan terluka karena kurangnya kemampuan. Kami tidak memiliki sumber daya dan persediaan minimum untuk merawat mereka yang terluka,” kata juru bicara Rumah Sakit Nasser Mohammed Sakr. Ia menambahkan, situasi di Kompleks Medis Nasser tidak terkendali. Pihaknya telah menerima ratusan korban dan kematian dalam atau selama tiga jam, dimana situasi sangat buruk dan perlu didukung oleh pasokan dan peralatan medis. “Puluhan pasien sedang ditangani. Kami tidak memiliki tempat tidur untuk menampung pasien. Kami tidak memiliki cukup persediaan untuk memberikan layanan kesehatan kepada pasien kami. Situasinya sangat sulit. Kami berenang di genangan darah,” imbuhnya. Sakr mengatakan rumah sakit menerima lebih dari 30 jenazah dan 200 orang luka-luka. “Kami meminta semua negara di seluruh dunia untuk memaksa Israel membuka perbatasan guna memindahkan pasien kami yang membutuhkan operasi mendesak ke negara tetangga,” sambungnya. Rekaman video grafis yang dibagikan secara online dan diverifikasi oleh agen pengecekan fakta Aljazirah, Sanad, menunjukkan kedatangan sebuah truk berisi mayat dan orang-orang terluka di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis. Video tersebut memperlihatkan tubuh anak-anak, termasuk seorang anak yang tampaknya baru berusia beberapa bulan. Sekitar seminggu yang lalu, tentara pendudukan melakukan pembantaian di daerah Al-Mawasi, yang diklaim aman, yang mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 90 warga sipil dan melukai 300 lainnya, dalam serangkaian serangan udara yang menargetkan tenda-tenda pengungsi. Sementara, pengungsi Palestina mengatakan wilayah al-Mawasi di Gaza selatan sudah penuh, setelah Israel memerintahkan warga Palestina di timur Khan Younis untuk pindah ke sana. “Bahkan trotoar penuh dengan orang dan tenda,” Youssef Abu Taimah, dari kota al-Qarara di Khan Younis, mengatakan kepada AFP setelah keluarganya tidak menemukan tempat di al-Mawasi. Militer Israel sebelumnya mengeluarkan pemberitahuan yang memerintahkan orang-orang di timur Khan Younis untuk pindah ke al-Mawasi, memperingatkan bahwa pasukannya “akan beroperasi secara paksa” di daerah tersebut. Setidaknya 39.006 orang telah syahid dan 89.818 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong tersebut. Kementerian menambahkan dalam sebuah pernyataan di Telegram bahwa 23 warga Palestina syahid dan 91 luka-luka dalam 24 jam terakhir sebelum pagi ini dalam tiga serangan terpisah di Gaza. Jumlah syuhada tersebut tidak termasuk pembunuhan dalam serangan terbaru Israel di wilayah timur Khan Younis. (zul) Baca juga :

Read More

Pemukim Israel Menyerang Relawan Asing yang Membantu Petani Palestina

Gaza — 1miliarsantri.net : Insiden kekerasan terjadi di Tepi Barat pekan lalu, sekelompok relawan asing yang sedang membantu petani Palestina diserang oleh pemukim Israel. Beberapa relawan terluka dan harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Informasi ini disampaikan oleh para aktivis dan dikonfirmasi oleh pihak militer Israel. Delapan relawan, sebagian besar warga Amerika, sedang bekerja dengan para petani di kebun zaitun dekat desa Palestina Qusra ketika para pemukim menyerang mereka, kata David Hummel, seorang Amerika-Jerman dalam kelompok tersebut. “Kami berdiri di sana dengan damai, tidak mengancam siapa pun, ketika mereka mulai mendekati kami dan mendorong kami di jalan,” kata Hummel kepada AFP. Hummel menambahkan, pemukim Israel mulai menyerang dan memukuli semua relawan dengan tongkat dan pipa logam dan mereka juga melemparkan batu ke arah relawan tersebut. “Saya diserang di kaki, lengan, dan juga di rahang saya, dan itu… sangat brutal,” tambah relawan tersebut, sambil menunjukkan memar di wajahnya. Serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat sejak perang Gaza pecah pada 7 Oktober. Ketegangan semakin memanas setelah keputusan Mahkamah Internasional pada hari Jumat yang menyatakan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina sejak 1967 adalah ilegal. Para relawan berasal dari International Solidarity Movement, sebuah kelompok yang mengatakan mereka mengerahkan orang-orang untuk membentuk “kehadiran pelindung” bagi warga Palestina yang berisiko menghadapi kekerasan di Tepi Barat. Dua wanita termasuk di antara empat aktivis yang dirawat di rumah sakit Rafidia di kota Nablus yang berdekatan, menurut wali kota Qusra, Hani Odeh. Seorang jurnalis AFP melihat setidaknya tiga orang dirawat di rumah sakit. Pasukan Israel tiba dan menembakkan tembakan peringatan ke udara untuk mengusir para relawan dan petani, menurut wali kota. Tentara mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “sejumlah warga sipil Israel bertopeng menyerang sekelompok warga negara asing saat mereka menanam pohon di daerah Qusra” dan “beberapa” membutuhkan perawatan. “Tentara dikirim ke lokasi dan menembakkan tembakan peringatan ke udara, menyebabkan warga sipil Israel melarikan diri dari daerah tersebut,” tambah mereka, mengutuk segala “tindakan kekerasan”. Para relawan dari ISM, yang mengatakan didirikan “untuk melawan pendudukan Israel atas tanah Palestina,” telah berada di Qusra selama sekitar sebulan, menurut wali kota. Para petani ingin “membersihkan lahan setelah pemukim membakarnya beberapa waktu lalu,” kata Odeh. Sekitar 10 orang dari pemukiman Israel terdekat Esh Kodesh datang untuk menghadapi para petani dan aktivis asing, tambahnya. Hummel mengatakan kelompok pemukim yang menyerang mereka termasuk enam wanita. Beberapa relawan ISM telah terluka di Tepi Barat dan Gaza sejak mereka mulai bekerja. Beberapa juga telah ditangkap. Sejak 7 Oktober, setidaknya 579 warga Palestina tewas dalam kekerasan dengan pemukim atau pasukan Israel, menurut otoritas Palestina. Setidaknya 16 warga Israel, termasuk tentara, tewas dalam serangan yang melibatkan warga Palestina, menurut angka resmi Israel. (zul/AFP) Baca juga :

Read More

Seorang Jurnalis Tewas saat Operasi Militer Israel di Rafah

Gaza — 1miliarsantri.net : Pasukan zionie Israel menghujani beberapa wilayah di Jalur Gaza dalam kurun waktu bersamaan dan menewaskan setidaknya 30 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan, saat tank-tank bergerak lebih dalam ke bagian barat dan utara Rafah. Di antara korban tewas adalah jurnalis lokal Mohammad Abu Jasser, istrinya, dan dua anaknya, dalam serangan Israel ke rumah mereka di utara Jalur Gaza, kata seorang petugas medis. Kantor media pemerintah Gaza yang dijalankan Hamas mengatakan kematian Abu Jasser menambah jumlah pekerja media Palestina yang tewas akibat serangan Israel menjadi 161 orang sejak 7 Oktober. Serangan militer Israel di seluruh Gaza menewaskan 37 warga Palestina dalam 24 jam terakhir dan menghancurkan beberapa rumah. Di kamp Al-Nuseirat di tengah Jalur Gaza, serangan udara ke gedung bertingkat melukai beberapa orang, termasuk dua jurnalis lokal, kata petugas penyelamat. Di Rafah, di mana Israel mengatakan bertujuan menghancurkan batalyon terakhir sayap bersenjata Hamas, penduduk mengatakan tank-tank bergerak lebih dalam ke area utara kota dan mengambil alih sebuah bukit di bagian barat, di tengah baku tembak sengit dengan pejuang yang dipimpin Hamas. Tentara Israel mengatakan pasukan terus melakukan operasi di Rafah, melumpuhkan banyak pejuang dalam sehari terakhir di area Tel Al-Sultan di sisi barat kota. Di Gaza Tengah, militer mengatakan mereka melakukan serangan ke infrastruktur militan. Militer juga mengatakan mereka menyerang struktur yang digunakan militan Palestina di Deir Al-Balah di tengah Jalur Gaza, menyatakan pejuang beroperasi dari area kemanusiaan, dan menuduh militan Gaza memanfaatkan struktur dan populasi sipil untuk tujuan militer, tuduhan yang ditolak Hamas dan kelompok lain sebagai palsu untuk membenarkan serangan semacam itu. Upaya gencatan senjata yang dipimpin Qatar dan Mesir serta didukung Amerika Serikat sejauh ini gagal karena perselisihan antara pihak-pihak yang berperang, yang saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut. Israel bersumpah untuk memusnahkan Hamas setelah pejuangnya membunuh 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang dalam serangan 7 Oktober, menurut hitungan Israel. Setidaknya 38.919 warga Palestina telah tewas dalam serangan balasan Israel sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza. Israel mengklaim telah melumpuhkan setengah dari kepemimpinan sayap militer Hamas dan membunuh atau menangkap sekitar 14.000 pejuang sejak awal perang. Israel mengatakan 326 tentaranya telah tewas di Gaza. Hamas tidak merilis angka korban dan mengatakan Israel melebih-lebihkan laporannya untuk memberi kesan “kemenangan palsu.” (zul/AP) Baca juga :

Read More

Pengadilan Tertinggi PBB: Permukiman Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki Ilegal

Washington — 1miliarsantri.net : Mahkamah Internasional (ICJ), pengadilan tertinggi PBB, menyatakan bahwa permukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki adalah ilegal. Dalam pendapat penasihat penting yang dikeluarkan Jumat lalu, ICJ mengatakan semua negara harus bekerja sama untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Meskipun temuan hakim ICJ tidak mengikat, namun memiliki bobot dalam hukum internasional dan dapat memperlemah dukungan untuk Israel. “Permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, serta rezim yang terkait dengannya, telah didirikan dan dipertahankan dengan melanggar hukum internasional,” kata Presiden ICJ Nawaf Salam, membacakan temuan panel 15 hakim. Kepemimpinan Palestina menyambut baik putusan pengadilan tertinggi PBB ini sebagai “bersejarah”. Kantor Presiden Palestina Mahmud Abbas menyatakan menyambut “keputusan bersejarah ini dan menuntut agar Israel dipaksa untuk melaksanakannya.” Pendapat ICJ menyebutkan bahwa Israel harus membayar ganti rugi kepada rakyat Palestina atas kerusakan yang disebabkan oleh pendudukan. ICJ juga menemukan bahwa Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum, dan semua negara berkewajiban untuk tidak mengakui pendudukan sebagai legal dan tidak memberikan bantuan atau dukungan untuk mempertahankannya. Kasus ini berasal dari permintaan Majelis Umum PBB pada tahun 2022, sebelum perang di Gaza yang dimulai pada Oktober lalu. Israel merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur – wilayah Palestina historis yang diinginkan Palestina untuk menjadi negara – dalam perang 1967 dan sejak itu membangun permukiman di Tepi Barat dan terus memperluas mereka. Para pemimpin Israel berpendapat bahwa wilayah-wilayah tersebut tidak diduduki secara hukum karena berada di tanah yang dipersengketakan, tetapi PBB dan sebagian besar komunitas internasional menganggapnya sebagai wilayah yang diduduki Israel. Pada Februari lalu, lebih dari 50 negara menyampaikan pandangan mereka di hadapan pengadilan, dengan perwakilan Palestina meminta pengadilan untuk menyatakan bahwa Israel harus menarik diri dari semua wilayah yang diduduki dan membongkar permukiman ilegal. Israel tidak berpartisipasi dalam sidang tersebut tetapi mengajukan pernyataan tertulis kepada pengadilan bahwa mengeluarkan pendapat penasihat akan “merugikan” upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina. Mayoritas negara yang berpartisipasi meminta pengadilan untuk menyatakan pendudukan itu ilegal, sementara beberapa negara, termasuk Kanada dan Inggris, berpendapat bahwa pengadilan harus menolak memberikan pendapat penasihat. Amerika Serikat, pendukung terkuat Israel, mendesak pengadilan untuk membatasi pendapat penasihatnya dan tidak memerintahkan penarikan tanpa syarat pasukan Israel dari wilayah Palestina. Pada tahun 2004, ICJ memberikan putusan penasihat bahwa tembok pemisah Israel di sekitar sebagian besar Tepi Barat “bertentangan dengan hukum internasional” dan permukiman Israel didirikan dengan melanggar hukum internasional. Israel menolak putusan tersebut. (ris) Baca juga :

Read More

Inggris Kembali Akan Danai Badan Pengungsi Palestina PBB UNRWA

London — 1miliarsantri.net : Pemerintahan Labour baru Inggris pada Jumat mengumumkan akan melanjutkan pendanaan untuk badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA. Inggris merupakan salah satu negara yang menghentikan pendanaan mereka ke UNRWA setelah Israel menuduh beberapa staf badan tersebut terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang memicu perang Gaza. Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyatakan kepada parlemen bahwa ia yakin badan tersebut telah mengambil langkah-langkah untuk “memastikan mereka memenuhi standar tertinggi netralitas.” “Saya dapat mengonfirmasi kepada parlemen bahwa kami mencabut penghentian pendanaan UNRWA, Inggris akan menyediakan dana sebesar 21 juta poundsterling” untuk badan tersebut,” pungkasnya. Baca juga :

Read More

Menlu AS Yakin Gencatan Senjata Gaza Hampir Tercapai

Washington — 1miliarsantri.net : Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan pada hari Jumat (19/7/2024) lalu bahwa gencatan senjata yang lama dinantikan antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas sudah di ambang pintu, mengatakan bahwa para negosiator sedang “menuju tahap akhir.” Amerika Serikat telah bekerja sama dengan Qatar dan Mesir untuk mencoba mengatur gencatan senjata dalam konflik Gaza guna membebaskan sandera yang ditahan sejak 7 Oktober dan mendapatkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke dalam wilayah tersebut. Blinken mengatakan kepada Forum Keamanan Aspen di Colorado bahwa Hamas dan Israel telah menyetujui kerangka gencatan senjata yang diuraikan oleh Presiden AS Joe Biden pada Mei lalu setelah banyak dorongan dan diplomasi, tetapi mengatakan bahwa beberapa masalah perlu diselesaikan. “Saya yakin kita sudah sangat dekat dan sedang menuju tahap akhir dalam mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan gencatan senjata, memulangkan para sandera, dan menempatkan kita di jalur yang lebih baik untuk membangun perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan. Masih ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan, yang perlu dinegosiasikan. Kami sedang dalam proses melakukan hal itu,” ungkap Blinken. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan akan berkunjung ke Washington minggu depan dan berpidato di depan sidang gabungan Kongres AS pada 24 Juli. Biden berharap untuk bertemu dengannya, tergantung pada pemulihan presiden dari COVID-19, kata Gedung Putih pada hari Kamis. Blinken, ketika ditanya tentang kunjungan Netanyahu, mengatakan Washington ingin membawa kesepakatan gencatan senjata ke tahap penyelesaian. Dia menambahkan bahwa sangat penting ada rencana yang jelas untuk apa yang akan terjadi selanjutnya dan bahwa diskusi dengan Netanyahu kemungkinan akan berpusat pada hal itu. Israel bersumpah untuk membasmi Hamas setelah pejuang kelompok tersebut membunuh 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang dalam serangan 7 Oktober, menurut perhitungan Israel. Setidaknya 38.848 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak saat itu, menurut otoritas kesehatan Gaza. (ris) Baca juga :

Read More

Menteri Israel Itamar Ben-Gvir Kembali Terobos Al-Aqsa

Yerussalem — 1miliarsantri.net : Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir kembali melakukan provokasi dengan memasuki halaman Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki. Sejumlah negara mengecam tindakan itu serta tindakan parlemen Israel menolak pendirian negara Palestina. Kantor berita WAFA melansir, didampingi sejumlah besar petugas polisi Israel, Ben-Gvir berkeliling halaman timur Al-Aqsa, yang merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Menteri juga memasuki masjid pada 21 Mei tahun lalu dan menyatakan bahwa Israel “berkuasa” atas lokasi tersebut. “Saya senang bisa mendaki Temple Mount, tempat terpenting bagi umat Israel,” kata Ben-Gvir selama kunjungannya pada 2023 ke Al-Aqsa, yang juga dikenal sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi. Berdasarkan pengaturan status quo, non-Muslim boleh mengunjungi situs di Kota Tua Yerusalem, namun tidak diperbolehkan untuk beribadah. Namun, pengunjung Yahudi semakin menentang larangan tersebut, sesuatu yang dianggap sebagai provokasi oleh warga Palestina, karena khawatir Israel bermaksud mengambil alih situs tersebut. Qatar telah mengecam “dalam istilah yang paling keras” atas “penyerbuan Masjid Al Aqsa dan persetujuan Knesset terhadap rancangan undang-undang yang menolak pembentukan negara Palestina” yang dilakukan oleh Menteri Keamanan Nasional Israel. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Qatar memperingatkan konsekuensi dari “kebijakan eskalasi” Israel di wilayah pendudukan Palestina, yang mencakup perluasan “siklus kekerasan regional dan melemahnya upaya untuk mencapai solusi dua negara” terhadap konflik. Mereka juga mengatakan bahwa upaya berulang kali untuk mengubah “status quo agama dan sejarah Masjid al Aqsa bukan hanya serangan terhadap warga Palestina, tetapi juga terhadap dua miliar Muslim di seluruh dunia”. Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengecam resolusi parlemen Israel yang menolak pembentukan negara Palestina dengan alasan bahwa hal itu akan menimbulkan “bahaya eksistensial” bagi negara tersebut. “Kami menyatakan kekecewaan kami atas diadopsinya sebuah resolusi oleh Knesset kemarin yang menolak prospek pembentukan negara Palestina, bertentangan dengan resolusi yang diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB,” ucap kementerian itu dalam sebuah pernyataan, menggunakan istilah Ibrani untuk parlemen Israel. Mereka juga mengutuk kunjungan provokatif Menteri Keamanan Itamar Ben-Gvir ke kompleks Masjid Al-Aqsa. “Tindakan tidak bertanggung jawab ini mengancam akan semakin mengganggu stabilitas kawasan,” lanjutnya. Kementerian tersebut menegaskan kembali “kebutuhan mendesak” untuk berupaya mencapai solusi dua negara dan pembentukan negara Palestina “yang hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan”. Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataannya mengutuk “provokasi” yang dilakukan Menteri Keamanan Itamar Ben-Gvir di kompleks Masjid Al-Aqsa. “Israel harus menghentikan tindakan seperti itu, yang akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan,” katanya. Mereka menambahkan bahwa resolusi parlemen Israel yang menolak hak atas negara Palestina adalah “batal demi hukum” dan hanya menunjukkan ketidakpedulian Israel terhadap hukum dan perjanjian internasional. “Pembentukan Negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan berkesinambungan secara geografis berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, merupakan persyaratan hukum internasional.” Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir saat ini merupakan salah satu menteri kabinet Benjamin Netanyahu yang paling lantang menyuarakan penjajahan Palestina. Ia sejak muda merupaka seorang radikal sayap kanan. Aljazirah melaporkan, ia seorang pemukim di Kiryat Arba – salah satu pemukiman paling radikal di Tepi Barat yang diduduki, yang semuanya ilegal menurut hukum internasional. Ben-Gvir pernah dihukum karena menghasut rasisme, menghancurkan properti, memiliki materi propaganda organisasi “teror”. Ia juga mendukung organisasi teror kelompok Kach terlarang milik Meir Kahane, yang ia ikuti ketika ia berusia 16 tahun. Pada 1995, ia terekam mengancam Perdana Menteri Yitzhak Rabin selepas aksi unjuk rasa menolak Perjanjian Oslo. Sebulan setelah ancaman itu, Yitzhak Rabin meninggal ditembak seorang ekstremis sayap kanan Israrel. Sejak menjabat sebagai menteri pada 2022, ia berulang kali melakukan penerobosan dan provokasi dengan merangsek Masjid al-Aqsa. Tindakannya memicu aksi serupa dari kelompok sayap kanan. Kerap kali, dalam jumlah puluhan sampai ratusan, mereka merangsek ke Masjid al-Aqsa ditemani aparat keamanan Israel. Aksi-aksi itu dinilai sebagai upaya penguasaan Kompleks Masjid al-Aqsa yang akan berujung pada penghancuran bangunan-bangunan bersejarah Muslim di lokasi itu seperti Kubah Batu yang menandai lokasi miraj Rasulullah SAW. Aksi-aksi provokasi di Masjid al-Aqsa itu juga jadi salah satu alasan para pejuang Palestina di Gaza melancarkan operasi Topan al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu. Belakangan, Ben-Gvir getol menolak gencatan senjata, bahkan setelah genosida Israel di Gaza menewaskan lebih dari 38 ribu jiwa. Ia mengancam akan membubarkan kabinet dan menjatuhkan pemerintahan Netanyahu bila kesepakatan gencatan senjata tercapai. (zul/AJ) Baca juga :

Read More

Sekjen PBB Sebut Kebijakan Israel di Tepi Barat Mengancam Solusi Dua Negara

Gaza — 1miliarsantri.net : Kebijakan Israel terhadap Tepi Barat mengancam prospek solusi dua negara dengan Palestina. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Rabu. Menurutnya, kekerasan dan penangkapan meningkat tajam di wilayah pendudukan Israel sejak pecahnya perang Gaza akibat serangan Hamas pada 7 Oktober. Melalui langkah-langkah administratif dan hukum, Israel sedang mengubah geografi Tepi Barat, kata Guterres dalam pernyataan yang dibacakan oleh kepala stafnya, Courtenay Rattray, selama pertemuan Dewan Keamanan. Ekspansi pemukiman diperkirakan akan semakin cepat karena penyitaan lahan besar-besaran di daerah-daerah strategis dan perubahan dalam perencanaan, pengelolaan lahan, dan tata kelola, tambah Guterres. “Perkembangan terbaru ini seperti menancapkan pasak ke jantung prospek solusi dua negara,” terang kepala PBB tersebut. Dia mengatakan Israel sedang mengambil langkah-langkah untuk memperluas kedaulatannya atas Tepi Barat. Guterres mengatakan Israel telah mengambil langkah-langkah hukuman terhadap Otoritas Palestina dan melegalkan lima pos terdepan Israel di Tepi Barat. Israel telah membangun pos-pos semacam itu sebagai bagian dari pendudukannya di Tepi Barat sejak 1967. “Kita harus mengubah arah. Semua aktivitas pemukiman harus segera dihentikan,” tegas Guterres. Dia mengatakan pemukiman Israel merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan hambatan bagi perdamaian dengan Palestina. Guterres mengulangi seruannya untuk gencatan senjata segera dalam perang Gaza dan pembebasan semua sandera. “Situasi kemanusiaan di Gaza adalah noda moral bagi kita semua,” ungkap Guterres. Perang dimulai dengan serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober yang mengakibatkan kematian 1.195 orang, sebagian besar warga sipil, menurut perhitungan AFP berdasarkan angka-angka Israel. Para militan juga menyandera 251 orang, 116 di antaranya masih berada di Gaza termasuk 42 orang yang menurut militer Israel telah meninggal. Israel merespons dengan serangan militer yang telah menewaskan setidaknya 38.794 orang, juga sebagian besar warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan Gaza. (zul) Baca juga :

Read More

Sejak Ramai dihujat pada 2021 Israel Gencarkan Mesin Propagandanya

Tell Aviv — 1miliarsantri.net : Bukan rahasia lagi, propaganda sudah jadi senjata Israel sejak awal gerakan Zionis. Kerap kali ia jadi upaya membungkam kritik dunia di saat-saat negara itu melakukan kejahatan di Palestina seperti sembilan bulan belakangan. Namanya mesin perang, biayanya tentu tak sedikit. Laman berita Israel-Palestina, +972 Magazine melansir, kritik meluas atas serangan Israel ke Gaza pada 2021, jadi salah satu alasan gelontoran dana terkini. Merujuk investigasi the Seventh Eye pada Januari 2022, Kabinet Israel menyetujui sebuah proyek yang dapat menyuntikkan dana hingga 100 juta shekel untuk mendanai propaganda pemerintah secara diam-diam di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Angka itu setara 30 juta dolar AS atau setara Rp 485 miliar dengan kurs terkini. Dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Yair Lapid, inisiatif ini untuk menghidupkan kembali rencana Kementerian Urusan Strategis Israel, yang sempat ditutup pada tahun 2021. Rencananya adalah untuk mentransfer uang secara tidak langsung ke organisasi asing yang akan menyebarkan propaganda Israel di negara tempat mereka beroperasi, sambil menyembunyikan fakta bahwa mereka didukung oleh pemerintah Israel. Proyek yang awalnya didirikan dengan nama “Solomon’s Sling” dan sekarang dikenal dengan nama “Concert” ini menjadi ujung tombak Kementerian Urusan Strategis dan mengubah wacana global tentang Israel, khususnya secara online. Misi Solomon’s Sling secara samar-samar digambarkan sebagai perjuangan melawan “delegitimasi” negara melalui “aktivitas kesadaran massa.” Dalam rencana awal, yang terungkap dalam serangkaian investigasi the Seventh Eye, Solomon’s Sling mendapat anggaran yang sangat besar sebesar 256 juta shekel atau 80 juta dolar AS. Setengah dari jumlah tersebut seharusnya berasal dari anggaran negara, dan setengahnya lagi dari individu kaya dan organisasi asing, terutama di Amerika Serikat. Prinsip yang mendasari penggunaan Solomon’s Sling, dan secara umum ketergantungan industri hasbara pada badan-badan sipil untuk menyebarkan pesan-pesan pemerintah, adalah bahwa hasbara yang kuno tidak lagi berfungsi. Ketika seorang diplomat atau juru bicara resmi ditempatkan di depan kamera dan diminta untuk menyampaikan daftar pokok pembicaraan pemerintah kepada pemirsa, pemirsa akan mengenali orang tersebut sebagai perwakilan dari pihak yang berkuasa, sehingga menyebabkan mereka tidak tertarik lagi. Dinamika yang sama terjadi ketika perwakilan negara menggunakan media sosial. Pada tahun 2015, pemerintah memutuskan untuk membangun kembali Kementerian Urusan Strategis, yang tadinya hampir kosong, menjadi badan serbaguna dan inovatif yang akan mengoordinasikan kegiatan hasbara tidak resmi Israel. Di bawah kepemimpinan Gilad Erdan, yang kini menjadi duta besar Israel untuk PBB, kementerian tersebut membangun jaringan organisasi, media, dan aktivis yang menyebarkan pesan-pesan politik atas nama pemerintahan Netanyahu dan lembaga keamanan. Ada yang melakukan hal tersebut dengan mengorbankan anggaran pemerintah, ada pula yang hanya karena alasan ideologis. Sementara sejak serangan 7 Oktober, pemerintah Israel meluncurkan kampanye propaganda besar-besaran yang secara strategis ditujukan kepada negara-negara Barat. Hal ini dalam upaya terkonsentrasi untuk membentuk opini publik internasional seiring dengan serangan brutal di Jalur Gaza yang terkepung. Kampanye multiaspek ini dilakukan di beberapa platform, termasuk X dan YouTube, dan melibatkan penyebaran iklan yang bermuatan emosi dan grafis, menurut analisis data yang dilakukan oleh media AS Politico. Jurnalis Sophia Smith, dalam thread di X, mencatat bahwa pemerintah Israel menghabiskan hampir 7,1 juta juta dolar AS hanya untuk iklan YouTube. Smith menggunakan alat analitik Semrush, sebuah platform yang memperkirakan pengeluaran kampanye iklan, bersama dengan pusat transparansi iklan Google. Menurut penelitiannya, kampanye tersebut secara eksplisit menargetkan Prancis, Jerman, dan Inggris, serta negara-negara lain, merilis total 88 iklan dalam waktu singkat dari 7 Oktober hingga 19 Oktober. Kampanye tersebut dengan jelas menyebut Hamas sebagai “kelompok teroris yang kejam,” dan menyamakannya dengan kelompok militan ISIS. Berbagai macam strategi manipulasi emosional digunakan. Iklannya berkisar dari yang menggambarkan bentuk-bentuk kekerasan yang parah hingga memainkan lagu pengantar tidur dengan latar belakang pelangi, memohon agar para orang tua berempati terhadap mereka yang anaknya terbunuh dalam serangan terhadap Israel. (ris) Baca juga :

Read More

Netanyahu Bersumpah Tingkatkan Tekanan pada Hamas

Gaza — 1miliarsantri.net : Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah pada hari Selasa untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas di Gaza yang dilanda perang, setelah Amerika Serikat mengkritik tingginya korban sipil dalam serangan-serangan terakhir. Netanyahu, dalam sambutannya pada acara peringatan resmi negara, membela pendekatan Israel selama perang yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan ini, dengan mengatakan “Hamas sedang dalam tekanan.” “Mereka berada di bawah tekanan yang semakin besar karena kita menyakiti mereka, melenyapkan komandan-komandan tinggi mereka dan ribuan teroris.” “Mereka berada di bawah tekanan karena kita tetap teguh dengan tuntutan kita, meskipun ada banyak tekanan,” tambahnya, yang tampaknya merujuk pada banyaknya keprihatinan internasional atas korban dalam perang sejak serangan Hamas 7 Oktober. “Ini adalah saat yang tepat untuk meningkatkan tekanan lebih lagi, untuk membawa pulang semua sandera – yang hidup dan yang mati – dan untuk mencapai semua tujuan perang,” kata Netanyahu. Komentarnya muncul saat Israel telah meningkatkan serangan ke wilayah Palestina yang terkepung, dengan tim penyelamat Gaza mengatakan tiga serangan udara dalam satu jam telah menewaskan lebih dari 40 orang pada hari Selasa. Pada akhir pekan, lebih dari 90 orang tewas dalam serangan bom Israel yang besar di zona aman, sebuah operasi yang menurut Netanyahu menargetkan kepala militer Hamas Mohammed Deif dan salah satu wakilnya. Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan dalam upacara tersebut bahwa tekanan militer Israel “memaksa para pemimpin organisasi teroris yang masih hidup untuk hanya mengurus kelangsungan hidup mereka sendiri.” “Tanpa kapasitas untuk memerintah, mengendalikan, dan memimpin, organisasi Hamas menjadi sekelompok geng teroris tanpa arah atau masa depan,” kata Gallant. Serangan Hamas 7 Oktober terhadap Israel mengakibatkan kematian 1.195 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka-angka Israel. Para militan juga menyandera 251 orang, 116 di antaranya masih berada di Gaza termasuk 42 yang menurut militer Israel telah meninggal. Ofensif militer Israel telah menewaskan setidaknya 38.713 orang, juga sebagian besar warga sipil, menurut angka-angka dari kementerian kesehatan di Jalur Gaza. (zul) Baca juga :

Read More