Mampu Menahan Amarah Merupakan Ciri Orang Kuat Iman Menurut Rasulullah SAW

Jakarta — 1miliarsantri.net : Menjadi pribadi yang mampu menahan amarah merupakan sebuah pencapaian mulia, mengukuhkan seorang muslim sebagai individu yang penuh ketakwaan. Kemampuan ini bukan hanya tentang menghindari ledakan emosi, melainkan juga tentang menjaga harmoni dengan sesama.
Marah bukan hal yang perlu dihilangkan, tetapi dikendalikan atau diproporsionalkan. Puncaknya adalah kemampuan untuk marah bukan karena diri sendiri, melainkan karena agama. Menahan amarah sebagai akhlak mulia ditegaskan dalam Surah Ali Imran ayat 133-134.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran: 133-134).
Termasuk juga dalil yang menegaskan kebaikan sifat menahan amarah yakni, Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat. Akan tetapi, orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (Muttafaq ‘Alaihi: Hadits Shahih Bukhari no.6114 dan Muslim no.2609)
Founder Formula Hati, Ustadz Muhsinin Fauzi, menjelaskan, beberapa faktor yang memicu kemudahan marah. Di antaranya lemahnya diri dan kapasitas intelektual yang terbatas, membuat kesulitan dalam menemukan solusi yang tepat.
“Proses pembiasaan dari lingkungan yang tidak baik juga berperan, terutama jika tumbuh dalam keluarga yang pemarah,” ungkap Ustadz Fauzi kepada 1miliarsantri.net, Kamis (10/08/2023).
Selain itu, mudah marah juga bisa dipengaruhi perbuatan maksiat dapat mengerasi hati, menjauhkannya dari kelembutan dan merangsang kemarahan. Terlalu besar harapan pada orang lain, komunikasi yang tidak efektif, dan target yang padat juga dapat menjadi pemicu kemarahan.
Akan tetapi, ada marah yang diperbolehkan dengan catatan. Kemarahan yang muncul akibat sebab yang tepat, terutama yang berkaitan dengan urusan agama, dapat dianggap wajar. Namun, cara ekspresi marah harus tepat, mengingat Rasulullah menunjukkan ekspresi marah dengan wajah memerah.
“Waktu, objek, dan tujuan dari kemarahan juga haruslah tepat,” tutur Ustadz Fauzi.
Menurut Ustadz Fauzi, untuk mencapai kondisi kemarahan terkendali, diperlukan latihan dan pembiasaan. Pendekatan agama memiliki peranan penting dalam hal ini, melalui dzikir yang rajin, tilawah Al-Quran, perluasan ilmu, dan latihan mengelola hawa nafsu dengan diam.
Ketika marah memuncak, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Jika kemarahan hampir meledak, beberapa langkah sederhana dapat membantu meredakan gejolak.
“Taawudz, wudhu, dan sholat adalah langkah-langkah yang telah diajarkan oleh agama untuk membantu mengendalikan diri dalam momen-momen kritis,” pungkas Ustadz Fauzi. (win)
Baca juga :
- PT Epson Batam Buka Lowongan Kerja Terbaru 5 Posisi Menarik untuk Lulusan SMA/SMK dan Sarjana
- Cari Kerja? PASKER ID Kementerian Tenaga Kerja Tersedia Banyak Informasi Ketenagakerjaan
- Poisoning Babies: Aktivis Surabaya Demo Gambar Bayi Terbungkus Plastik
- Benarkah Anak Muda Harus Hijrah Digital? Ini Bukan Sekedar Tren Tapi Kewajiban!
- Branding Islami yang Berkah dan Berbeda Begini Cara Membangunnya!
Eksplorasi konten lain dari 1miliarsantri.net
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.