Kelembutan Nabi Musa AS Dalam Menghadapi Firaun

Jakarta — 1miliarsantri.net : Firaun dikenal sebagai raja yang sangat kejam dan biadab. Dia tak ragu membunuh semua anak lelaki di Mesir karena takut dikejar mimpi. Tak hanya itu, ke sombongan Firaun karena kekuasaannya membuatnya merasa sebagai Tuhan yang layak disembah. Untuk mengingatkan Firaun, Allah pun mengutus Musa setelah terlebih dahulu memberinya mukjizat.

Allah tidak menyuruh Musa untuk memerangi Firaun. Dia memerintahkan Musa dan Harun agar menghadap raja yang sombong itu. Mereka diperintahkan untuk berdakwah dengan katakata yang lembut. Lewat kelembutan itu, Firaun diharapkan ingat jika dia adalah makhluk. “Pergilah kamu berdua ke pada Firaun. Sesungguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS Thaha: 43-44).

Betapa indah firman Allah ke pada Musa. Allah tetap meminta Musa untuk bersikap lemah lembut dan ramah kepada diktator seperti Firaun. Dalam mengomentari ayat itu, Ibnu Abbas mengatakan, firman itu bertujuan agar Musa dan Harun melihat kenyataan jika Firaun adalah seseorang yang memiliki kekuasaan (kerajaan).

Karena itu, mereka sebaiknya menempuh cara yang ramah. Musa pun berkata kepada Fir aun. “Jika engkau menerima ajak an kami, Allah akan menjadikan kekuasaan ini tetap ber ada padamu. Allah bahkan akan benar-benar menguatkan kedudukanmu lebih dari sekarang.”

Aidh al-Qarni dalam Sentuhan Spritual Aidh al Qarni menjelaskan, lewat cara ini, mudah-mudahan Firaun ingat akan firman Allah yang telah dilimpahkan kepada-Nya. Adakalanya manusia bersedia menerima sesuatu disebabkan ketertarikan.

Selain itu, mereka bisa menerima ajakan melalui intimidasi terlebih dahulu. Karena itu, selayaknya dai mengetahui celah mana agar cara tersebut bisa menyentuh ke hati sehingga ajakan itu pun bisa diterima.

Musa pun mendatangi Firaun dengan Harun berada di sisinya. Meski dikisahkan bahwa mereka merasa takut Firaun akan me nyik sanya, Allah SWT Maha Mengetahui apa yang dua utusan- Nya itu rasakan. “Janganlah kamu berdua khawatir. Sesungguhnya Aku bersama kamu ber dua. Aku mendengar dan melihat.” (QS Thaahaa: 46).

Musa berbicara kepada Firaun. Harun bertugas menguatkan dan membantu Musa. Raja yang kejam itu menatap keduanya de ngan angkuh. Ia mendeklarasikan diri sebagai pencipta. Dia pun mengingkari tauhid kepada Tu han semesta alam meski hatinya yakin adanya kebenaran keberadaan Allah SWT.

“Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai Firaun, seorang yang akan binasa. ” (QS al-Isra:102).

Firaun hanya tertawa ketika Musa mengajaknya ke jalan Allah. Dia justru merendahkan Musa dan Harun. Musa dilihatnya sebagai seorang penggembala ternak dan lelaki bodoh yang selalu membawa tongkat gem bala—seorang lelaki yang tidak mengerti per adaban. Firaun ma lah memban ding kan Musa de ngan dirinya yang notabene se orang raja besar. Du nia di bawah cengkeraman ke kua saannya. Ke sombongannya pun semakin besar.

Alquran mencatat betapa Fir aun mengajukan pertanyaan yang merendahkan Musa. “Berkata Firaun, maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?” (QS Thaahaa: 49). Musa pun menjawab, “Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, ke mudian memberikan petunjuk.” (QS Thaahaa: 50).

Dengan jawaban itu, Musa se sungguhnya telah memberikan “tamparan keras” kepada Firaun. Ucapan khalqahu (bentuk kejadiannya) menyimpan setumpuk iba rat. Demikian pada ucapan haa daa (memberi petunjuk).

Kalimat ini memberikan penjelasan jika Tuhan Musa pemberi petunjuk kepada segala sesuatu. Dia yang memberi petunjuk kepada sang bayi yang dilahirkan. Bayi yang tidak mengetahui dan me lihat sesuatu ditunjukkan oleh Allah hingga mencapai susu ibunya.

Mendapatkan jawaban ini, Firaun terpukul. Dia hanya bisa terdiam. Kelemahannya tampak jelas sebagai sebuah kegagalan. Namun, Firaun pun mencoba me lemparkan pertanyaan lain. “Ber kata Firaun, ‘Maka bagaimana kah keadaan umat-umat yang dahulu?’ (QS Thaahaa: 51).

Musa menjawab, “Pengetahu an tentang itu ada di sisi Tu han ku. Di dalam sebuah kitab. Tuhan kami tidak akan salah dan tidak akan lupa.'” (QS Thaahaa: 52). Jawaban Musa merupakan pu kul an kedua yang telak untuk Firaun. Jawaban yang membuka kelemahan Firaun di hadapan kaumnya sendiri.

Ada beberapa pelajaran me narik yang bisa diambil dari ki sah Musa dan Firaun di atas. Pertama, berpegang teguhlah kepada kali mat lailaahaillallah. Untuk menegakkan kalimat ini lah sesungguhnya kitab-kitab itu diturunkan. Untuk kepentingan tauhid sesungguhnya para rasul diutus. Untuk tujuan yang sama, langit, bumi, dan seisinya diciptakan.

Pelajaran berikutnya adalah masalah kemenangan. Allah akan selalu menolong para wali-Nya dan akan menguatkan para keka sih-Nya. Meski mereka terlihat sebagai orang kalah dan terpinggirkan, maka sesungguhnya me reka akan menuai hasil dari kerja kerasnya.

Berikutnya, tentang teknik ber dakwah. Bagaimana seorang penyeru kebenaran bisa mengeta hui celah yang bisa dilalui un tuk me nyentuh hati lawan bicara, yak ni dengan menghilangkan si kap ka sar yang dapat melukai pe rasaan.

Kemudian, seorang Muslim tidak perlu merasa khawatir dan takut. Sesungguhnya jiwa manu sia berada dalam genggaman Allah. (fq)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *