Napak Tilas Masjid Jami’ Ba’alawi Jambi

Jambi – 1miliarsantri.net : Bagi anda yang pernah singgah di kota Jambi, khusus nya Wilayah seberang Kota Jambi (Sekoja) merupakan daerah yang sangat terkenal sebagai salah satu pusat peradaban dan penyebaran Islam di Kota Jambi sejak abad ke 17 Masehi. Hal itu ditandai dengan banyaknya pondok pesantren (ponpes), madrasah, dan masjid tua di Seberang Kota Jambi.

Wilayah Seberang Kota Jambi juga menghasilkan banyak ulama terkenal yang berpengaruh, disamping karena disana juga menjadi pusat pendidikan dan perkembangan islam hingga dijuluki sebagai Kota Santri di Jambi.

Salah satu masjid yang bersejarah dan menjadi salah satu yang tertua di wilayah Seberang Kota Jambi ialah Masjid Jami’ Ba’alawi yang berada di Kelurahan Arab Melayu, Kecamatan Pelayangan.

Tidak diketahui kapan pasti berdirinya masjid ini, namun berdasarkan catatan, masjid ini sudah menjadi madrasah dan pusat penyebaran syariat Islam Jambi sejak abad 17-18 M.

Pendiri Masjid Jami’ Ba’alawi

Menurut catatan sejarah, Masjid ini didirikan Oleh al-Habib Husein bin Ahmad Baraqbah atau di Jambi lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Keramat Tambak. Beliau merupakan peletak Peradaban pertama Jambi sekitar abad 17 M, (sebagian pakar abad 18).

Beliau hijrah dari Tarim Hadramaut Yaman. Berasal dari Kampun Ba’alawi sebelah Timur Kota Tarim.

Tuanku Keramat Tambak wafat dan dikebumikan di Kelurahan Tahtul Yaman, tidak jauh dari masjid tersebut, yang kini disebut dengan Pemakaman Arab Melayu.

Pemakamannya pun kini telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Sejarah Penamaan Masjid Jami’ Ba’alawi

Ba’alawi adalah penisbahan nama marga keturunan Rasulullah yang Hijrah ke Yaman sekitar tahun 319 H.

Yaman tempo dulu hanya di huni oleh dua suku saja, pertama Suku Arab asli Yaman keturunan Nabi Nuh as, dan Suku Ba’alawi Keturunan Rasulullah yang Hijrah Ke Yaman pada abad ke-3 H.

Kemudian nama ini terkenal pada sebuah tarekat sufi Islam Sunni, tarekat ini didirikan oleh Imam Muhammad bin Ali Ba’alawi, bergelar al-Faqih al-Nuqaddam (lahir di Tarim Yaman 574 H / 1178 M – wafat 653 H / 1256 M).

Tarekat ini berkembang pesat di tangan Imam Abdullah bin Alawi al-Hadad, penyebaran terbesar tarekat ini di Yaman, Indonesia, Singapura, Kenya, Tanzania, India, Pakistan, Hijaz dan sebahagian Uni Emirat Arab.

Jadi, masjid Ba’alawi adalah sebuah masjid yang penamaannya dinisbahkan pada suku keturunan Rasullah yang menetap di Tarim Yaman di sebelah Timur kota Tarim.

Masjid ini dibangun oleh regenerasi Ba’alawiyah yang ada di dunia.

Satu Dari Lima Masjid Ba’alawi di Dunia

Setidaknya hanya terdapat 5 buah bangunan masjid Ba’alawi saja yang ada di dunia.

Pertama Masjid Ba’alawi Tarim Yaman, Kedua Masjid Ba’alawi Riadhah Yaman, Ketiga Masjid Ba’alawi Singapura, Keempat Masjid Jami’ Ba’alawi Jambi Indonesia, dan terakhir Masjid Ba’alawi di Aceh Timur Indonesia.

Renovasi Oleh Gubernur Jambi Abdurrahman Sayoeti

Berdasarkan penuturan H Mustofa, salah satu pengurus masjid Jami’ Ba’alawi, mulanya masjid tersebut berupa langgar yang berukuran tak begitu besar, dan hampir berbentuk segitiga yang berada tepat di pinggi jalan.

Di era Gubernur Jambi Drs H Abdurahman Sayoti (1989-1999) langgar tersebut kemudian di renovasi pada tahun 1990 dan diresmikan jadi Masjid pada 17 Maret 1995.

Tanda tangan peresmian masjid tersebut kini masih terpasang secara jelas di depan masjid dibalik tugu nama masjid.

Awalnya sebelum di renovasi kata H Mustofa Langgar ini seperti tidak terawat lagi, sudah banyak yang mengalami kerusakan.

H Mustofa juga mengaku ikut mengerjakan renovasi masjid tersebut yang uangnya berasal dari sumbangan masyarakat di sekitar masjid.

Namun yang memberi sumbangan terbesar adalah Gubernur Jambi periode 1989-1999 Abdurrahman Sayoeti menggunakan dana pribadinya.

“Tapi masjid ini yang paling kuat sepengetahuan saya dananya Abdurrahman Sayoeti, itu tidak boleh di catat sama dia, karena bukan duit proyek, tapi duit pribadi” ujarnya.

Usai di renovasi, Gubernur Abdurrahman Sayoeti rutin melakukan ibadah sholat subuh di masjid Jami’ Ba’alawi, menyebrang dari rumah dinasnya di Tanggo Rajo.

Desain Masjid Merujuk Masjid Demak

Penuturan H Mustofa bahwa desain Masjid yang diresmikan 1995 ini jauh berbeda dengan desain masjid sebelum di renovasi.

Sejak sudah berdiri masjid ini jauh beda dari yang dulu, masjid (langgar) dulu kecil orangnya sedikit kalau sekarang bisa menampung lebih banyak,” ucapnya.

Desain masjid yang ada saat ini mencontoh masjid Demak dengan tetap mempertahankan material-material kayu dan papan dan ukiran ukiran khas Masjid Demak.

Gubenur Jambi Al Haris pernah menyampaikan bahwa masjid Jami’ Ba’alawi merupakan satu-satunya masjid di Jambi yang masih mempertahankan material kayu dan papan.

Peringatan Haul Habib Husein bin Ahmad Baraqbah

Setiap tahun di Masjid Jami’ Ba’alawi diperingati Haul Al-Habib Husein bin Ahmad Baraqbah, terakhir dilaksanakan pada Desember 2022 lalu yakni Haul ke-270.

Haul ini merupakan kegiatan ritual yang juga berupa wisata religi itu sudah menjadi agenda tahunan Pemerintah Kota Jambi pada kegiatan pengembangan Jambi Kota Seberang sebagai pusat wisata religi.

Ribuan jamaah datang baik dari dalam maupun luar Provinsi Jambi. Bahkan ada peziarah yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

Pencerahan yang dihadirkan juga merupakan penceramah nasional, salah satu yang pernah mengisi ceramah dalam Haul Habib Husein bin Ahmad Baraqbah ini adalah Habib Rizziq.

Karena selalu membludaknya peziarah yang datang dalam perayaan Haul setiap tahun, Masjid Jami’ Ba’alawi tak mampung menampung ribuah jamaah yang hadir.

Atas hal tersebut Walikota Jambi Syarif Fasha beberapa waktu lalu memberikan bantuan dengan menambah ukuran masjid tersebut menjadi lebih besar, sehingga bisa menampung jamaah yang mengikuti haul di Masjid Jami’ Ba’alawi. (mik)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *