Teknologi Finansial Kian Dominan, Yuk Melek Investasi Ala Muslim!

Indramayu – 1miliarsantri.net : Perkembangan teknologi finansial atau fintech semakin mendominasi dunia keuangan dan mengubah cara orang berinvestasi. Kini, investasi bukan lagi hal yang sulit atau hanya untuk kalangan tertentu.  Hanya dengan modal ponsel pintar, siapa saja bisa menanamkan dana di berbagai instrumen investasi. Namun, bagi umat Muslim, berinvestasi bukan hanya soal keuntungan materi. Islam mengajarkan bahwa harta harus dikelola secara halal, baik dari segi cara memperoleh, mengelola, hingga cara menggunakan keuntungan yang didapat. Investasi dalam ekonomi Islam memiliki prinsip yang sangat jelas. Menurut Trisno Wardy Putra (2018), investasi dibolehkan asalkan tidak bertentangan dengan syariat. Artinya, tidak boleh mengandung unsur riba (bunga), gharar (ketidakpastian atau ketidakjelasan), dan maisir (judi atau spekulasi berlebihan). Investasi juga tidak boleh dilakukan dalam bisnis yang haram, seperti minuman keras, rokok, narkoba, prostitusi, ataupun produk-produk yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dalam Islam, ada dua bentuk investasi yang populer, yakni mudharabah dan musyarakah. Mudharabah adalah kerja sama antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola usaha (mudharib), di mana keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal kecuali terjadi kelalaian pengelola. Sementara musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih yang sama-sama menyetor modal, lalu berbagi untung rugi secara proporsional. Kedua bentuk ini menekankan keadilan, transparansi, dan kesepakatan bersama. Perkembangan Fintech di dunia investasi syariah Menariknya, perkembangan fintech membawa angin segar bagi investasi syariah. Penelitian Maulia Nurul dan R. Gratiyana Ningrat (2018) menunjukkan bahwa adopsi teknologi memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap dan niat masyarakat untuk membeli produk investasi syariah melalui fintech.  Banyak masyarakat, terutama generasi muda, merasa terbantu dengan kemudahan teknologi. Informasi bisa diakses lebih cepat, proses transaksi lebih praktis, dan biaya lebih efisien. Bahkan beberapa platform fintech syariah menawarkan modal investasi yang sangat terjangkau, sehingga masyarakat dengan penghasilan kecil sekalipun bisa mulai berinvestasi. Contoh nyata adalah platform equity crowdfunding syariah yang kini mulai berkembang di Indonesia. Melalui platform ini, investor bisa menanamkan dana pada bisnis-bisnis yang halal tanpa dikenakan bunga atau skema yang melanggar syariah. Sebaliknya, investor dan pemilik usaha akan berbagi keuntungan secara adil sesuai kesepakatan. Sistem seperti ini menjadi solusi pendanaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sering kesulitan mengakses perbankan konvensional. Namun, di balik kemudahan teknologi, ada pula tantangan yang harus diwaspadai. Masih banyak masyarakat yang belum benar-benar memahami prinsip-prinsip investasi syariah. Mereka sering kali tergiur oleh tawaran investasi dengan imbal hasil tinggi tanpa memeriksa kehalalan akad atau legalitas platform yang digunakan. Akibatnya, kasus investasi bodong semakin marak, bahkan sering mengatasnamakan syariah untuk menarik kepercayaan masyarakat. Trisno Wardy Putra (2018) menegaskan bahwa masyarakat perlu memahami secara mendalam prinsip investasi dalam Islam agar tidak terjebak pada skema yang dilarang syariat. Selain memastikan kehalalan produk dan akad, investor juga harus selektif memilih mitra bisnis atau platform investasi. Pengelola dana harus orang-orang yang memiliki keahlian, amanah, dan integritas tinggi. Dalam penelitian Maulia Nurul dan R. Gratiyana Ningrat (2018), terungkap pula bahwa persepsi masyarakat terhadap manfaat dan kemudahan teknologi sangat berpengaruh terhadap minat mereka berinvestasi. Masyarakat menganggap fintech mempermudah mereka memperoleh informasi, melakukan transaksi dengan cepat, dan lebih efisien dari segi biaya. Namun, penelitian itu juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat masih mengalami kesulitan mempelajari cara kerja fintech, terutama generasi yang belum terbiasa dengan teknologi. Oleh sebab itu, edukasi menjadi hal yang sangat penting. Masyarakat perlu dibekali pemahaman tentang bagaimana cara kerja fintech syariah, apa saja akad yang digunakan, dan bagaimana memilih platform yang aman. Selain itu, literasi digital juga harus ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam penipuan berbasis digital. Beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan calon investor Muslim agar aman berinvestasi lewat fintech syariah antara lain selalu memeriksa kehalalan produk investasi, memahami akad yang digunakan, memastikan platform telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta memeriksa apakah platform memiliki fatwa atau izin dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Jangan mudah tergiur imbal hasil tinggi yang tidak masuk akal, karena dalam Islam, prinsip kehati-hatian sangat diutamakan. Investasi syariah lewat fintech sebenarnya memiliki potensi besar untuk membantu pemerataan ekonomi. Tidak hanya bagi mereka yang memiliki modal besar, tetapi juga untuk masyarakat kecil yang ingin menambah penghasilan secara halal. Asalkan dilakukan sesuai aturan syariah dan penuh kehati-hatian, investasi tidak hanya mendatangkan keuntungan materi, tetapi juga keberkahan dan ketenangan hati. Inilah makna sejati investasi dalam perspektif Islam: bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. (***) Sumber: Kontributor : Durotul Hikmah Editor : Toto Budiman Foto by AI

Read More

Palestina Dipaksa Hidup Damai Dengan Penyamun

Cimahi – 1miliarsantri.net: Sejumlah media zionis yahudi dan sekutunya sangat gencar melakukan kriminalisasi terhadap aksi perlawanan para pejuang Hamas sejak 7 Oktober silam, para zionis yahudi melakukan Playing victim di setiap kesempatan pers dengan senantiasa melabeli perbuatan mereka sebagai Right of Self Defense. Tindakan brutal yang dilakukan sebagai dalih bela diri sampai Rabu (6/8/2025) telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 61.158 warga Palestina, korban anak anak 18.500 dan wanita 3.160 serta korban luka sebanyak 151.442 orang, tentu ini adalah peristiwa genosida. Zionis yahudi seperti benar benar sedang menjalankan nasihat dari tokoh Rabi Yahudi yang bernama Rashoron tahun 1869 di Portugal, ia menyatakan “Jika emas merupakan kekuatan pertama kita untuk mendominasi dunia, dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua bagi kita”. Mengendalikan Media Masa-Menghalangi Diplomasi Berlawanan Bagai menemukan oase mata air, Bapak Zionisme Modern yakni Theodore Herzl dalam konferensi Yahudi di Luzane menekankan pentingnya mengendalikan media masa, termasuk mengarahkan pandangan jurnalis dengan tujuan membentuk opini publik yang mendukung agenda mereka untuk mencapai supremasi global dan mengahalangi diplomasi yang berlawanan. Jargon siapa yang menguasai media massa, ia akan menguasai dunia, sedangkan menguasai dunia adalah obsesi mereka. Keserakahan dan ketamakan mereka telah tertulis dalam Al Quran. Allah SWT berfirman; وَلَتَجِدَنَّهُمۡ اَحۡرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ  ۛۚ وَ مِنَ الَّذِيۡنَ اَشۡرَكُوۡا‌‌  ۛۚ يَوَدُّ اَحَدُهُمۡ لَوۡ يُعَمَّرُ اَ لۡفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحۡزِحِهٖ مِنَ الۡعَذَابِ اَنۡ يُّعَمَّرَ‌ؕ وَاللّٰهُ بَصِيۡرٌۢ بِمَا يَعۡمَلُوۡنَ “Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS al Baqarah ayat 96) Sebenarnya propaganda yang dilakukan Yahudi itu sudah terbiasa mereka lakukan, sampai merekapun biasa memodifikasi al Kitab, bahkan kitabnya sendiri. Allah SWT berfirman; فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ ٱلْكِتَٰبَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ لِيَشْتَرُوا۟ بِهِۦ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ “Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan”. (QS al Baqarah ayat 79). Propaganda Yahudi Tercatat beberapa propaganda Zionis Yahudi kepada dunia, sesama Yahudi dan umat Islam, di antaranya; Sedangkan faktanya bahwa Yahudi tidak dipersekusi di wilayah Daulah Utsmani. Mereka memang dibenci, tetapi tidak pernah didzalimi atau diperlakukan tidak adil. Dahulu Yahudi dipersekusi di Jerman karena mereka dianggap bersalah membesarkan bank-bank milik Rotschild yang membiayai UK hingga menang PD-1 dan mengalahkan Jerman. Dahulu Yahudi juga dipersekusi di banyak negara yang masih memegang teguh Katholik atau Kristen Orthodox, karena ajaran mereka menganjurkan melecehkan agama lain, hidup secara eksklusif (gheto) serta mereka dianggap menjadi kaya raya karena melakukan aktivitas ribawi. Perlu diperhatikan bahwa janji Tuhan kepada Bani Israil itu disampaikan Nabi Musa, dan sudah terwujud di zaman Nabi Daud & Nabi Sulaiman. Janji Tuhan itu bersyarat, selama mereka masih taat kepada Tuhan, dan ketika mereka tidak taat lagi, pasca wafatnya Nabi Sulaiman, kerajaan pecah, sampai akhirnya dijajah oleh kekuasaan asing, Assyiria, Babilonia, Persia dan Romawi. Sesungguhnya sejarah telah mencatat selama berabad-abad, prestasi Bani Israel tertutupi oleh prestasi umat Islam, terlebih di era peradaban emas Khilafah Islam, apalagi saat kekhalifahan Abbasiyah. Khusus terkait tindakan keji dan brutal yang dilakukan Zionis Yahudi terhadap Gaza dan Tepi Barat Palestina kini, propaganda tuduhan kepada Hamas sebagai teroris dan the barbarians yang telah membunuh bayi dan anak anak Yahudi di depan orang tuanya, mengubur orang hidup hidup, memperkosa perempuan dan memenggal kepala laki laki. Mereka-pun menyebarkan propaganda licik dan terlihat bijak dan logis, padahal menyesatkan, diantaranya; Mengapa tidak hidup damai saja dengan mendirikan satu negara dengan dua bangsa? Tentu ini adalah gagasan bathil usulan Inggris, ibarat pemilik rumah yang syahid dipaksa untuk hidup bersama dengan “bangsat”. Kemudian akan menghentikan sendi ajaran Islam di antaranya jihad sebagai fardlu ain atas penjajahan dan pendudukan negeri muslim, loyal terhadap kafir, mengakui kedzaliman Yahudi, memberi jalan kepada kafir untuk menguasai muslim, mendukung sikap lemah dan khianat para penguasa muslim dan menyetujui berdirinya negara Palestina yang sekular. Persoalan Palestina bukan persoalan agama, tapi persoalan kemanusiaan. Dalam Islam mengatur hubungan antar sesama manusia dan keutamaan kasih sayang sesama muslim. Seharusnya kaum muslim di Palestina hijrah dari negeri mereka, sebagaimana muslim Mekkah dahulu. Jelas tidak tepat, akar persoalannya adalah status tanah yang dirampas, padahal tanah Palestina adalah tanah kharajiyah (tanah milik kaum muslim di seluruh dunia) sejak masa khalifah Umar bin Khatab.*** Penulis : HM ALI Moeslim | (Penulis buku “Dari Permana Hingga Pormosa” – Catatan Ringan Perjalanan Dakwah sampai ke Negeri China) Foto istimewa Channel Free Palestine Editor : Thamrin Humris

Read More

Dunia Bergerak untuk Gaza, Trump Hingga Negara Arab Turun Tangan

Indramayu – 1miliarsantri.net : Krisis kemanusiaan yang berlangsung di Gaza sejak akhir 2023 terus memburuk dan memicu perhatian serta reaksi global. Blokade ketat yang diberlakukan Israel, ditambah minimnya akses bantuan, membuat kelaparan dan penderitaan warga sipil mencapai titik kritis. Sejumlah negara Arab dan Barat mulai mengambil langkah konkret, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, juga menyuarakan ‘keprihatinan’ mereka terhadap situasi ini. Sikap politik luar negeri Amerika Serikat terhadap konflik Gaza umumnya berpihak pada kepentingan keamanan Israel sambil secara resmi menyerukan perlindungan warga sipil dan solusi dua negara. Trump Ikut Bersuara dan Menyalahkan Israel atas Krisis Gaza Dilansir dari kanal YouTube Islam Populer, Donald Trump secara terbuka membantah pernyataan resmi pemerintah Israel yang menyatakan tidak ada kelaparan di Gaza. Dalam sebuah pertemuan penting dengan Perdana Menteri Inggris Kir Starmer di Skotlandia, Trump menyatakan bahwa kondisi di Gaza “sangat mengerikan” dan menyerukan kepada Israel untuk segera mengubah pendekatannya dalam menangani konflik. Pernyataan tersebut mengejutkan banyak pihak karena selama ini Trump dikenal sebagai pendukung kuat Israel. Ucapan itu juga dinilai dapat memperburuk hubungannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Hal ini dipandang banyak pihak sebagai politik luar negeri AS yang menerapkan double standar terhadap konflik di berbagai belahan dunia. Posisi AS secara konsisten menganggap Israel sebagai sekutu strategis utama di Timur Tengah. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan bantuan militer dan finansial yang signifikan, termasuk persenjataan pertahanan. Serta menyatakan dan membenarkan tindakan genosida yang terjadi, sebagai hak Israel untuk membela diri dari serangan kelompok seperti Hamas. Krisis pangan di Gaza memburuk sejak Israel memberlakukan blokade total pada Maret 2025. Meski ada pelonggaran terbatas pada Mei, bantuan kemanusiaan yang berhasil masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar dua juta warga Gaza. Menurut laporan PBB, sepertiga populasi Gaza mengalami kelaparan ekstrem dan tidak makan selama beberapa hari berturut-turut. Bahkan, tenaga medis yang bekerja di rumah sakit dilaporkan mengalami malnutrisi parah. Hingga akhir Juli 2025, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 154 orang meninggal dunia akibat kelaparan, termasuk 89 anak-anak. Organisasi HAM independen memperkirakan angka tersebut kemungkinan besar lebih tinggi. Pemerintahan Donald Trump juga kerap melakukan pendekatan diplomatik terbatas yang tidak konsisten. Diantaranya mendukung solusi dua negara secara prinsip, tetapi jarang mengambil langkah konkret yang menekan Israel untuk menghentikan ekspansi pemukiman atau blokade Gaza. Hal yang paling nampak dalam percaturan politik global adalah penggunaan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk memblokir resolusi yang dianggap merugikan Israel. Sekalipun banyak negara yang tergabung di keanggotaan PBB berulangkali bersidang untuk menghentikan tindakan genosida yang dialami rakyat palestina di Gaza. Kalah diplomasi di forum PBB dengan sang polisi dunia. Negara Arab dan Barat Kirim Bantuan Udara, Tekanan Dunia Meningkat Untuk pertama kalinya, pesawat militer dari Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yordania menjatuhkan bantuan udara ke Gaza. Masing-masing penerbangan membawa sekitar satu ton makanan, air bersih, dan perlengkapan darurat lainnya. Bantuan udara ini menandai dukungan nyata negara-negara Arab terhadap warga Palestina yang terjebak dalam krisis. Gerakan solidaritas ini segera diikuti oleh negara-negara Barat. Prancis mengirimkan 40 metrik ton bantuan melalui udara, sementara Inggris mengerahkan misi militernya yang pertama. Jerman juga menurunkan dua pesawat angkut berisi logistik, dan Spanyol menyatakan akan mengirim 12 ton bantuan makanan dalam waktu dekat. Seluruh bantuan ini dikoordinasikan melalui wilayah Yordania guna menghindari pembatasan ketat Israel di darat. Akses udara dianggap sebagai solusi paling memungkinkan untuk menjangkau wilayah Gaza yang terdampak parah akibat perang. Pada 21 Juli 2025, sebanyak 28 negara bersama Komisioner Uni Eropa mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam keras pembatasan bantuan serta meningkatnya korban sipil, terutama warga yang tewas saat mencoba mengakses makanan. Mereka menuntut gencatan senjata segera, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, dan penegakan hukum internasional terhadap Israel. Wakil Sekretaris Jenderal PBB, Tom Fletcher, menyambut baik jeda militer terbatas yang diberikan untuk distribusi bantuan. Namun, ia menyebut jumlah bantuan yang masuk sebagai “setetes air di lautan” mengingat skala penderitaan yang terjadi di Gaza. Sementara itu, tekanan internasional juga datang dari berbagai kalangan masyarakat sipil. Aktivis kemanusiaan, jurnalis independen, serta tokoh selebritas dunia menyerukan tindakan lebih nyata dan cepat untuk menyelamatkan jutaan nyawa yang terancam. Warga Gaza sendiri menyambut baik bantuan internasional ini, namun mereka menegaskan bahwa solusi sesungguhnya bukan hanya makanan, melainkan penghentian blokade dan kekerasan militer yang telah menghancurkan kehidupan mereka. Mereka menuntut komunitas internasional untuk tidak sekadar mengirim bantuan, tetapi juga mengambil langkah diplomatik dan politik yang berani demi terciptanya gencatan senjata permanen dan rekonstruksi Gaza secara menyeluruh. (***) Penulis: Rodatul Hikmah Editor: Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI Sumber Artikel: Video YouTube Islam Populer, diakses 5 Agustus 2025: https://youtu.be/f2pRjd2dvno?si=4ndNHksX2NJzpERu

Read More

Perang Gaza: Netanyahu Ingin Ambil Alih Penuh Gaza Meskipun Militer Israel Tidak Setuju

Yerusalem, Palestina – 1miliarsantri.net: Meskipun terdapat perbedaan pendapat antara Zamir dan anggota parlemen sebagaimana dilaporkan media Israel, Benyamin Netanyahu tetap mencari dukungan dan persetujuan untuk mengambil alih penuh Gaza. Pemerintahan Israel yang dipimpin PM Benyamin Netanyahu diperkirakan akan meminta persetujuan kabinet keamanan pada Kamis malam untuk rencana militer bertahap baru untuk merebut kendali penuh atas Jalur Gaza. Menurut laporan Media Israel yang dikutip dari arabnews.com, rencana yang didukung oleh Netanyahu berpotensi menggusur hingga satu juta warga Palestina selama lima bulan ke depan. Rencana Menyerang Kota Gaza dan Kamp-Kamp Pengungsi Pusat Rencana mengambil alih penuh Gaza dengan kekuatan militer, menurut laporan The Times of Israel, Militer Israel akan memulai serangan terhadap Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi pusat, mendorong sebagian besar penduduk ke selatan menuju zona kemanusiaan yang ditentukan di Mawasi. Serangan yang direncanakan tersebut menurut laporan tersebut bertujuan untuk membongkar sisa benteng Hamas dan menekan kelompok tersebut agar membebaskan sekitar 50 sandera yang masih ditawan di Gaza, yang sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup. Dalam citra satelit yang terdokumentasi, perbandingan antara situasi sebelum perang (pembantaian) di Gaza timur dan setelahnya menunjukkan kehancuran yang meluas yang telah memusnahkan seluruh lingkungan —termasuk rumah sakit, sekolah, rumah, dan pusat layanan— menjadikannya puing-puing tak bernyawa. Ketegangan Dan Perbedaan Pendapat Internal Elit Kepemimpinan Israel Usulan mengambil alih penuh wilayah Kota Gaza oleh Israel yang didukung PM Netanyahu mendapat penentangan dan penolakan oleh sejumlah petinggi militer IDF. Panglima militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, mengeluarkan pernyataan tegas menjelang rapat kabinet yang dijadwalkan, dia berjanji untuk terus menyampaikan posisi militer menolak rencana Netanyahu “tanpa rasa takut.” Perbedaan pendapat antara Zamir dan anggota kabinet mengenai kelayakan rencana tersebut dan risiko yang ditimbulkannya bagi para sandera. Zamir mengatakan, “Kami akan terus menyampaikan posisi kami tanpa rasa takut, dengan cara yang pragmatis, independen, dan profesional.” Diapun melanjutkan, “Kami tidak sedang membahas teori, kami sedang membahas masalah hidup dan mati, tentang pertahanan negara.” Sementara itu menurut Menteri Pertahanan Israel Katz, meskipun militer berhak menyampaikan pandangannya dan tidak setuju dengan rencana tersebut, pada akhirnya mereka harus melaksanakan kebijakan pemerintah Netanyahu. Krisis Kemanusiaan Dan Kelaparan Meluas Di Gaza Menurut laporan arabnews dan AFP, lembaga-lembaga kemanusiaan telah memperingatkan krisis yang semakin dalam di Gaza. Salah satu lembaga pemantau kelaparan global menggambarkan situasi ini sebagai “skenario kelaparan”, dengan kelaparan yang meluas, anak-anak balita meninggal karena penyebab yang berkaitan dengan kelaparan, dan akses kemanusiaan masih sangat terbatas. Arabnews menulis pernyataan seorang pejabat Uni Eropa yang diberitakan oleh Reuters bahwa terdapat beberapa kemajuan terbatas, termasuk peningkatan pengiriman bahan bakar, pembukaan kembali rute, dan perbaikan infrastruktur. Namun terbatasnya jaminan keamanan dan hambatan terhadap kegiatan penyaluran bantuan kemanusiaan makin meluas dan mempriatinkan. PBB, melalui Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) melaporkan minggu ini bahwa konsumsi pangan di Gaza telah turun ke level terendah sejak perang dimulai. Hingga awal Agustus, 81 persen rumah tangga mengalami konsumsi pangan yang buruk, lebih dari dua kali lipat dari 33 persen yang tercatat pada bulan April.*** Penulis dan Editor : Thamrin Humris Sumber : ArabNews dan AFP Foto Istimewa dari berbagai sumber

Read More

Lebih dari Sekadar Bebas Riba, Ini Hikmah Bertransaksi di Unit Usaha Syariah

Bekasi – 1miliarsantri.net: Tren pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia terus berkembang menuju arah yang positif dalam beberapa waktu terakhir. Bank hingga koperasi berbasis syariah mulai bermunculan dan berkembang pesat, terutama di kalangan umat Islam yang makin sadar akan pentingnya bertransaksi secara halal. Namun sayangnya, pemahaman masyarakat tentang ekonomi syariah sering kali masih terbatas hanya pada satu hal, yakni bebas riba. Padahal, bertransaksi di unit usaha syariah bukan hanya soal menghindari riba. Melainkan ada banyak hikmah yang bisa dipetik, baik dari sisi spiritual, sosial, hingga keberkahan hidup secara menyeluruh. Baca juga: Usaha Syariah ‘Meraih Laba’ Tanpa Kehilangan Berkah Dan artikel ini akan membahas dan mengupas tuntas mengapa bertransaksi di unit usaha syariah adalah langkah yang lebih bermakna daripada sekadar mematuhi larangan riba. Prinsip Keadilan dalam Transaksi sebagai Pilar Utama Dalam sistem ekonomi Islam, larangan riba adalah bagian dari prinsip yang lebih besar yakni keadilan dan keseimbangan dalam muamalah. Unit usaha syariah tidak hanya menghapus unsur ini, tapi juga membangun transaksi atas dasar kejujuran, transparansi, dan kesepakatan yang setara antar pihak. Sebagai contoh dalam akad murabahah, konsumen telah mengetahui sejak awal harga asli barang beserta margin keuntungan yang diperoleh penjual. Tidak ada bunga tersembunyi, denda sepihak, atau penalti yang mencekik seperti dalam sistem konvensional. Di sinilah letak keunggulan dalam transaksi menjadi adil, terbuka, dan menenangkan hati. Menjaga Keberkahan Harta dan Rezeki Harta yang diperoleh melalui cara halal dan sesuai syariat memiliki nilai keberkahan yang tidak bisa diukur dengan materi semata. Allah SWT tidak sekadar memerintahkan umat-Nya untuk mencari rezeki, tetapi juga menekankan pentingnya mencari rezeki yang Halalan Thayyiban. Baca juga: Sistem Koperasi Syariah Dan Ikhtiar Membangun Ekonomi Umat Yang Berkeadilan Salah satu wujud ikhtiar menjaga kebersihan harta adalah dengan bertransaksi melalui unit usaha yang berbasis syariah. Walau keuntungan yang diperoleh mungkin tidak sebesar sistem ribawi yang mencekik, tapi keberkahan hasilnya terasa dalam ketenangan batin, ketentraman keluarga, dan kemudahan hidup yang tidak selalu dapat dijelaskan secara logika duniawi. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Umat Setiap rupiah yang kita belanjakan di unit usaha syariah bukan hanya bermanfaat bagi diri kita, tapi juga membantu membesarkan roda ekonomi umat. Baik itu koperasi pesantren, UMKM berbasis syariah, atau bank syariah lokal, semuanya adalah bagian dari ekosistem ekonomi yang berpihak pada masyarakat kecil, bukan pada pemodal besar asing. Dengan bertransaksi di tempat-tempat tersebut, kita membangun kemandirian ekonomi umat, mendukung usaha sesama muslim, serta memperkuat jaringan distribusi rezeki yang lebih adil dan merata. Ini adalah bentuk ibadah sosial yang sering kali terlupakan dalam menggerakkan ekonomi secara gotong royong dan etis. Mendidik Diri untuk Tunduk pada Syariat Sering kali kita berpikir bahwa berbisnis atau bertransaksi adalah urusan dunia semata. Padahal, Islam memandang setiap aktivitas hidup sebagai bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat dan cara yang benar. Dengan memilih unit usaha syariah, kita mendidik diri untuk taat secara total, tidak hanya dalam ibadah ritual seperti salat dan puasa, tapi juga dalam hal-hal praktis seperti keuangan. Ini adalah latihan spiritual yang nyata, karena dalam praktiknya, sistem syariah kadang terasa lebih rumit, lebih lambat, dan tidak semenggiurkan seperti sistem konvensional. Namun justru di sanalah letak pendidikannya, mampukah kita tetap memilih jalan halal meskipun tampaknya lebih sempit? Menghidupkan Nilai Amanah dan Tanggung Jawab Salah satu prinsip dalam unit usaha syariah adalah amanah. Pihak-pihak yang terlibat, baik sebagai penjual, pembeli, mitra usaha, maupun pengelola keuangan, dituntut untuk jujur, bertanggung jawab, dan saling mengingatkan. Misalnya dalam akad mudharabah, pihak pemilik modal dan pengelola usaha harus saling percaya dan berbagi risiko. Tidak ada satu pihak pun yang bisa menuntut tanpa alasan, karena semua berjalan atas dasar kepercayaan dan kejelasan akad. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan bisnis, tapi juga membangun karakter pribadi yang bertanggung jawab dan profesional, suatu kualitas yang sangat dibutuhkan umat Islam hari ini. Baca juga: Cara Menjalankan Usaha Tanpa Riba, Panduan Bisnis Halal dari Nol Menjadi Jalan Dakwah dalam Dunia Ekonomi Bagi sebagian orang, memilih unit usaha syariah bisa menjadi bentuk dakwah yang nyata. Tanpa harus berdiri di mimbar, kita bisa menyampaikan pesan tentang nilai-nilai Islam melalui transaksi yang jujur, bersih, dan adil. Apalagi jika kita sendiri adalah pelaku usaha syariah, kita sedang menunjukkan bahwa Islam bisa menjadi solusi nyata dalam kehidupan ekonomi modern. Dakwah tidak harus selalu dalam bentuk ceramah. Namun bisa juga dilakukan lewat nota transaksi yang transparan, layanan pelanggan yang sopan, akad yang jelas, dan kesediaan menjelaskan konsep syariah kepada konsumen yang non-muslim sekalipun. Usaha syariah tidak hanya mengatur uang. Namun juga mengatur niat, hubungan antar manusia, dan koneksi dengan Sang Pencipta. Maka saat kita memilih untuk bertransaksi di unit usaha syariah, sesungguhnya kita sedang membangun kehidupan yang lebih utuh secara spiritual, sosial, dan ekonomi. Lebih dari sekadar menghindari riba, ini merupakan upaya untuk menapaki hidup yang dilandasi kejujuran, keberkahan, dan prinsip keadilan. Dan itu, adalah langkah kecil yang bisa membawa dampak besar. Bukan hanya bagi diri kita sendiri, tapi juga bagi peradaban Islam ke depan.** Penulis : Satria S Pamungkas (Tegal, Jawa Tengah) Foto ilustrasi Editor : Ainun Maghfiroh dan Thamrin Humris

Read More

Tersesat dalam Swipe: Dampak Konten Islami di Era Media Sosial

Surabaya – 1miliarsantri.net : Setiap pagi, Fulan, 26 tahun, seorang karyawan swasta di Surabaya, membuka TikTok sebelum sarapan. Niatnya sederhana: mencari pencerahan lima menit sebelum kerja dimulai. Namun dalam waktu kurang dari setengah jam, ia sudah melewati ceramah pendek tentang surga, video sedekah dengan backsound dramatis, potongan debat agama yang memanas, hingga influencer hijrah yang mempromosikan parfum sunnah sambil memperlihatkan isi kamar estetiknya. Fulan menutup ponselnya dengan hati yang tidak lebih tenang dari sebelumnya, justru lebih bising. Kemudian memulai harinya bukan dengan dzikir pagi di atas sajadah, tetapi dengan membuka Instagram dan TikTok. Ia mengikuti puluhan akun bertema dakwah. Video pendek yang menampilkan kutipan ulama, peringatan kematian, atau ajakan hijrah membanjiri gawainya. Namun bukan ketenangan yang ia dapat, melainkan rasa cemas. Ia bertanya dalam hati, “Kenapa aku tahu banyak, tapi tetap merasa jauh dari Allah?” Di era digital saat ini, konten Islami viral menjadi bagian dari rutinitas harian. Estetika pastel, potongan ayat Al-Qur’an, backsound sendu, dan video 30 detik dianggap cukup untuk memotivasi keimanan. Tapi dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu dibangun lewat proses panjang, ada adab dalam menuntut ilmu, ada guru, musyawarah, dan penghayatan makna. Sayangnya, banyaknya konten Islami justru bisa menipu. Kita merasa tahu banyak karena sering terpapar, padahal tidak benar-benar belajar. Akibatnya, muncul generasi yang kenyang secara visual, tapi lapar dalam pemahaman. Dalam dunia konten, ‘kecepatan’ lebih penting daripada ‘ketepatan’. Potongan ceramah bisa diedit dan disebar tanpa konteks, menghasilkan “kebenaran instan” yang menyesatkan. Fulan pernah membagikan video seorang ustaz yang mengharamkan aktivitas tertentu, hanya untuk mengetahui belakangan bahwa video itu dipelintir konteksnya dan telah disanggah oleh sang ustaz. Fenomena ini mirip dengan “fast-food Islam”: cepat dikonsumsi, mudah dicerna, tapi miskin gizi keilmuan. Layaknya junk food, jika dikonsumsi terus tanpa bimbingan, justru membahayakan. Selain itu, banyak akun dakwah di media sosial juga merangkap sebagai kanal jualan. Setelah video tentang zuhud, muncul iklan mukena. Setelah ceramah kematian, muncul promosi gamis. Dakwah dan komersial bercampur tanpa batas. Platform seperti TikTok dan Instagram bekerja dengan algoritma: yang viral lebih diprioritaskan daripada yang mendidik. Hal ini mengaburkan niat. Apakah dakwah itu karena Allah atau untuk branding pribadi? Sebagai penonton, Fulan merasa perlu tampil Islami. Ia menyukai dan membagikan video dakwah. Ia merasa bersalah jika tidak menyapa konten hijrah. Tapi semua itu hanya di layar. Di baliknya, ia masih menunda salat, kesulitan menjaga lisan, dan tetap merasa jauh dari Allah. Inilah bentuk keimanan performatif. Kita sibuk membangun citra Islami di media sosial, tapi lupa membangun hubungan batin dengan Tuhan. Padahal, dalam Islam, amal terbaik justru yang dilakukan diam-diam, tanpa sorotan. Sunyi yang Hilang dan Ibadah yang Terpeleset Jadi Konten Dulu, ruang untuk bertafakur dan berdzikir sangat penting. Keheningan menjadi bagian dari ibadah. Hari ini, setiap ibadah bisa jadi konten. Tahajud difoto, sedekah direkam, ngaji ditayangkan langsung. Ruang pribadi spiritual berubah menjadi panggung publik. Fulan mulai merasa kehilangan waktu untuk benar-benar sendiri dengan Allah. Bahkan momen menangis dalam doa pun tergoda untuk diabadikan. Sunyi itu hilang. Ia hanya ada dalam swipe, bukan dalam sujud. Semakin banyak konten Islami yang ia konsumsi, semakin ia merasa tidak cukup baik. Ia tahu batas halal-haram, tapi tetap tergelincir. Ia tahu pentingnya shalat tepat waktu, tapi masih menunda. Ia tahu banyak, tapi hanya sebatas pengetahuan, bukan penghayatan. Di sinilah muncul kelelahan spiritual generasi Muslim digital. Mereka kenyang informasi tapi lapar makna. Mereka haus hidayah, tapi dipenuhi perbandingan sosial. Semangat hijrah tanpa pembimbing atau komunitas sehat bisa menjelma jadi tekanan mental. Suatu malam, Fulan mencoba hal sederhana. Ia mematikan ponsel. Tidak membuka TikTok, tidak menonton konten dakwah. Ia hanya duduk, shalat, dzikir perlahan. Tanpa interupsi, tanpa notifikasi. Di keheningan itu, ia merasa hadir. Merasa jujur. Merasa cukup. Mungkin di zaman yang gaduh ini, salah satu ibadah terbesar adalah menyaring: menyaring konten, menyaring niat, menyaring diri. Konten Islami hanyalah pintu. Tapi pintu saja tidak cukup bila tidak dilangkahi. Dalam hidup yang dipenuhi nasihat, kadang kita butuh sunyi agar bisa mendengar suara hati. Islam bukan tentang tampilan Islami, tapi tentang perjalanan batin yang tidak dilihat siapa pun, kecuali Allah. Penulis :  Faruq Ansori Editor : Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

Estetika Halal: Mengapa Produk Muslim-Friendly Kini Juga Soal Gaya

Surabaya – 1miliarsantri.net : Di etalase pusat perbelanjaan, kemasan-kemasan produk halal tidak lagi tampil sederhana. Botol serum bertuliskan “Halal Certified” kini bersanding dengan label minimalis bergaya Skandinavia. Mukena travel dijual dalam pouch kulit sintetis pastel yang ramping dan elegan. Hijrah hari ini tidak hanya mengubah kebiasaan, tetapi juga membentuk estetika baru yang dikemas secara visual dan strategis. Konsumen muslim urban kini tak hanya mencari kehalalan dari sisi bahan dan proses, tapi juga memperhatikan desain, kemasan dan estetika. Dalam satu dekade terakhir, pasar produk halal dan Muslim-friendly mengalami pertumbuhan signifikan. Label halal kini bukan hanya keperluan fiqh, melainkan telah menjadi bagian dari identitas gaya hidup yang menjanjikan loyalitas konsumen. Banyak brand berlomba-lomba menawarkan produk dengan citra Muslim-friendly, mulai dari perlengkapan ibadah, kosmetik halal, hingga kebutuhan harian. Namun di balik tren ini, muncul pertanyaan mendasar: apakah estetika halal ini merupakan ekspresi religius yang otentik, ataukah semata bentuk reduksi spiritualitas menjadi gaya pasar? Ambiguitas ini terlihat dari cara brand memosisikan nilai-nilai Islam dalam kampanye mereka. Sebuah produk pelembab kulit, misalnya, tidak hanya menonjolkan bahan wudhu-friendly, tetapi juga menyisipkan kutipan hadis dengan tipografi serif yang mewah. Tentu, ini bisa membantu sebagian konsumen, terutama mereka yang baru memulai perjalanan hijrah. Namun ketika desain mengambil alih substansi, spiritualitas berisiko menjadi tren musiman. Media sosial turut mempercepat transformasi ini. Hijrah kini tak hanya dimaknai sebagai perjalanan spiritual, tetapi juga sebagai penampilan visual yang terstruktur dan Instagramable. Feed berisi flatlay skincare halal lengkap dengan caption inspiratif membuat hijrah tampak seperti hal yang harus rapi dan siap difoto. Untuk sebagian Muslimah, ini bisa menjadi motivasi positif. Namun bagi yang lain, justru menciptakan tekanan psikologis seolah hijrah harus tampil ‘sempurna’ sejak awal. Di sisi lain produk halal yang menarik, bisa menjadi media dakwah yang lembut dan efektif. Risiko Komersialisasi: Ketika Halal Menjadi Simbol Gaya Hidup Premium Di satu sisi, perkembangan ini membuktikan bahwa konsumen Muslim kini lebih sadar akan pilihan dan ingin menghadirkan nilai agama dalam kehidupan modern. Mereka tak hanya ingin produk tanpa bahan haram, tetapi juga yang mendukung gaya hidup Islami kontemporer. Maka tidak mengherankan jika konsumen rela membayar lebih untuk pasta gigi berlabel halal, atau mukena travel premium bordir nama. Namun bila tidak disikapi dengan bijak, estetika halal bisa terjebak dalam logika konsumsi berlebihan. Ketika produk halal dikemas sedemikian rupa agar tampak premium, kaburlah batas antara kebutuhan spiritual dan hasrat gaya. Ada perbedaan halus antara memakai mukena untuk khusyuk dan memakai mukena aesthetic demi tampilan hijrah. Untuk menghadapi ini, Muslimah perlu memaknai tren secara lebih sadar. Berikut tips yang bisa diterapkan: Kini, sejumlah komunitas Muslim mulai bergerak lebih reflektif. Mereka memilih mengadakan barter perlengkapan ibadah, memperbaiki sajadah lama, atau mengubah isi akun media sosial menjadi ruang berbagi perjalanan spiritual yang jujur. Gaya hidup Islami didekati sebagai proses batin, bukan sekadar penampilan luar. Saat estetika halal telah menjadi arus utama, tugas kita adalah menjaga agar makna spiritualnya tetap utuh. Kita boleh bersyukur atas kemudahan dalam menjalani syariat melalui produk yang tersedia, namun penting untuk terus mengingat bahwa hijrah adalah proses jiwa, bukan sekadar tampilan katalog. Bila semua terasa seperti perlombaan visual, barangkali sudah waktunya untuk bertanya kembali: untuk siapa semua ini? Wallahu a’lam. (***) Penulis :  Faruq Ansori Editor : Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

Dari Kulkas Sampai Sedekah: Gaya Hidup Ramah Lingkungan Muslim Urban

Surabaya – 1miliarsanti.net : Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, banyak Muslim urban mulai merenungkan ulang makna hidup berkelanjutan. Ungkapan populer bahwa isi kulkas bisa lebih jujur daripada isi doa tak lagi terdengar berlebihan. Sebab, dari tumpukan sambal sachet hingga sisa ayam minggu lalu yang mulai mengering, kulkas bicara banyak tentang pola konsumsi kita. Artikel ini akan mengajak kita menelusuri bagaimana prinsip keberlanjutan dapat terwujud dalam keseharian seorang muslim modern, tanpa kehilangan esensi spiritual dan kepedulian sosialnya. Sebab semua aktivitas yang kita lakukan di dunia, menjadi bagian dari ikhtiar menjaga bumi sebagai amanah dari Sang Pencipta. Bagi sebagian Muslim urban, menjadi pribadi yang peduli lingkungan tak lagi sekadar ikut tren “eco-friendly” atau pajangan tagar hijau di Instagram. Kesadaran itu lahir dari pengalaman sederhana: membuang minyak goreng ke wastafel, membiarkan tahu putih membusuk, atau menumpuk makanan sisa yang berujung di tempat sampah. Momen-momen itu menumbuhkan satu pertanyaan besar: bagaimana menghidupi nilai Islam lewat gaya hidup yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan spiritualitas? Fulan, pekerja kreatif di Jakarta Selatan, bukan aktivis lingkungan. Tapi suatu sore saat membuka kulkas dan menemukan tiga kotak makanan kedaluwarsa, ia tersentak. “Ini bukan sekadar lupa, ini soal akhlak,” ujarnya dalam hati. Sejak itu, Fulan mulai menerapkan strategi belanja dan konsumsi yang lebih bijak: menyusun menu mingguan, mencatat stok bahan sebelum belanja, menyimpan sisa nasi untuk diolah kembali, hingga menolak membeli bahan yang tidak akan dimasak segera. Praktik ini tampak sederhana, namun memiliki dimensi spiritual. Dalam Islam, makanan yang mubazir bukan hanya bentuk kelalaian, tapi juga mencerminkan kurangnya rasa syukur dan tanggung jawab terhadap nikmat Tuhan. Gaya Hidup Eco-Islam: Dari Infak Pangan hingga Diet Syariah Ramah Lingkungan Nol sampah (Zero waste) dalam perspektif Muslim urban bukan hanya tentang membawa totebag atau membeli sabun batang. Dalam konteks gaya hidup dan lingkungan, zero waste mengacu pada prinsip hidup yang bertujuan untuk mengurangi limbah seminimal mungkin. Termasuk tindakan ini juga tentang menolak membeli air kemasan, dan berpikir ulang sebelum bersedekah dalam bentuk makanan cepat basi yang akhirnya dibuang pengurus panti asuhan. Di sinilah spiritualitas bertemu ekologi: keinginan menjaga bumi lahir dari empati dan kesadaran sebagai khalifah di muka bumi. Di sejumlah kota seperti Yogyakarta, mulai muncul praktik infak pangan. Komunitas seperti Food Bank Lumbung Mataraman dan Gerakan Gelar Gulung mengusung konsep “sedekah sayur” atau “beras patungan”. Prinsipnya sederhana: siapa yang punya lebih, memberi; siapa yang butuh, mengambil. Tidak ada syarat administratif, cukup kepercayaan dan niat untuk berbagi sebagai ibadah sosial. Dari praktik kecil ini tumbuh kesadaran bahwa diet syariah tak hanya soal halal dan thayyib, tetapi juga soal adil dan ramah lingkungan. Bahwa keberkahan bukan dari banyaknya makanan, tapi dari nihilnya limbah. Bahkan, mengelola kulkas dan menghindari belanja impulsif bisa jadi bentuk ibadah tersembunyi, sebagaimana sabar dan qanaah adalah bagian dari akhlak. Memang, tidak semua orang mampu hidup dalam kesempurnaan gaya hidup hijau. Akan ada hari ketika gorengan tetap dibungkus plastik, atau kopi instan tetap dibeli dalam styrofoam. Namun di situlah letak kekuatan niat. Dan dalam Islam, niat adalah awal dari segalanya. Beberapa kebiasaan ramah lingkungan yang mulai diterapkan oleh Muslim urban antara lain: Gaya hidup eco-Islam ini bukanlah proyek eksklusif. Ia bisa tumbuh dari dapur sempit, kamar kos, dan hati-hati yang ingin hidupnya lebih berkah. Bukan untuk terlihat suci, tapi untuk tidak menjadi manusia yang merusak bumi yang telah dipercayakan Tuhan. Pada akhirnya, isi kulkas, jumlah sampah, dan bentuk sedekah yang kita lakukan, akan lebih jujur mengungkapkan tingkat keimanan kita, dibandingkan bio Instagram atau status WhatsApp. (***) Penulis :  Faruq Ansori Editor : Toto Budiman dan Glancy Verona Foto by AI

Read More

Umar bin Khattab: Pilar Keadilan dan Ketegasan dalam Sejarah Islam

Jakarta – 1miliarsantri.net: Ketika berbicara tentang tokoh-tokoh besar dalam sejarah Islam, maka nama Umar bin Khattab pasti menjadi salah satu yang akan terlintas di benak. Sosok yang dikenal tegas, adil, dan penuh keberanian ini bukan hanya seorang Khalifah, tapi juga simbol nyata dari kekuatan iman dan integritas dalam memimpin. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan hidupnya, terutama soal bagaimana menghadirkan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengajak kalian mengenal lebih dekat tentang siapa Umar bin Khattab dan apa perannya dalam sejarah Islam. Mengenal Umar bin Khattab dalam Lintasan Sejarah Ketika bicara soal sejarah Islam, tak lengkap rasanya tanpa menyinggung peran besar Umar bin Khattab. Beliau adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan juga termasuk dalam kelompok al-Khulafaur Rasyidin, yakni para pemimpin Islam yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW. Baca juga: Dari Syirik Menuju Tauhid! Revolusi Spiritual Nabi Muhammad SAW dan Lahirnya Peradaban Islam Umar bin Khattab mulanya dikenal sebagai penentang Islam yang keras. Tapi siapa sangka, hidayah menyapanya dalam momen yang begitu dramatis dan emosional. Setelah memeluk Islam, Umar bin Khattab menjadi salah satu pembela yang paling berani. Ia tidak lagi bersembunyi dalam menjalankan ajaran Islam, bahkan secara terbuka menyatakan keislamannya di depan kaum Quraisy yang pada masa itu sangat menentang Islam. Sebagai khalifah, Umar bin Khattab memimpin selama sekitar 10 tahun, dan dalam waktu yang terbilang singkat itu, ia berhasil membawa Islam ke masa keemasannya. Wilayah kekuasaan Islam pada masa itu meluas hingga ke Persia, Romawi Timur bahkan berbagai daerah di luar Jazirah Arab. Dan yang tak kalah penting Umar juga dikenal karena prinsip keadilan dan ketegasannya yang luar biasa. Ia tidak segan mengoreksi aparatnya sendiri, bahkan bersedia menerima kritik dari rakyat jelata. Umar Bin Khattab, Pilar Keadilan dan Ketegasan yang Menginspirasi Umar bin Khattab tidak hanya dikenal karena ekspansi wilayah kekuasaan Islam, tetapi lebih karena prinsip keadilan yang ia pegang erat. Keadilan bagi Umar adalah nilai inti dari kepemimpinan. Dalam menegakkan hukum Ia tidak pernah memandang status sosial, harta kekayaan, atau kedekatan pribadi. Semua orang, tanpa terkecuali, harus diperlakukan sama dan adil. Ada satu kisah yang sangat populer dengan sifat keadilan Umar bin Khattab. Ketika seorang putra gubernurnya berselisih dengan rakyat biasa dan berlaku sewenang-wenang, Umar langsung bertindak. Ia tidak membiarkan jabatan atau kedudukan menjadi alasan pembenaran atas tindakan yang salah. Baca juga: Warisan Ilmuwan Muslim yang Bepengaruh Pada Peradaban Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern Sang gubernur pun tidak lolos dari teguran. Bahkan, rakyat yang dirugikan diberikan hak untuk membalas sesuai hukum yang berlaku pada masa itu. Tak hanya adil, Umar bin Khattab juga dikenal tegas dan tidak mudah goyah dalam mengambil keputusan. Tapi di balik ketegasan itu, hatinya sangat lembut. Ia sering berkeliling pada malam hari untuk melihat kondisi rakyatnya secara langsung dan memastikan bahwa tidak ada yang kelaparan atau dizalimi. Dalam salah satu kisah juga pernah diceritakan bahwa Umar bahkan memikul sendiri karung gandum, untuk diberikan pada seorang ibu miskin yang kelaparan bersama anak-anaknya. Sungguh luar biasa, Ia sebagai seorang pemimpin besar yang wilayahnya membentang luas ribuan kilometer, justru memilih untuk hadir langsung di tengah rakyatnya bahkan tanpa pengawalan. Umar bin Khattab benar-benar menjadi gambaran pemimpin sejati yang kuat, tegas, tapi penuh kasih dan rendah hati. Dalam dunia yang sering kali diliputi oleh ketidakadilan, Umar hadir sebagai inspirasi yang membakar semangat. Dari kisah hidup hingga gaya kepemimpinannya, Umar bin Khattab telah menunjukkan kepada kita semua apa arti sesungguhnya menjadi seorang pemimpin yang adil dan amanah. Dalam lintasan sejarah Islam, namanya akan selalu dikenang sebagai sosok yang tidak hanya memperluas wilayah kekuasaan, tapi juga memperluas keadilan dan kebaikan bagi umat. Semoga semangat dan prinsip hidup Umar bin Khattab bisa terus menginspirasi kita semua dalam menghadapi tantangan zaman dan membangun peradaban yang lebih baik.** Penulis : Iffah Faridatul Hasanah Foto ilustrasi Editor : Thamrin Humris

Read More

Kepala Militer Israel Tolak Usulan Netanyahu Rebut Sisa Wilayah Gaza

Yerusalem – 1miliarsantri.net: Pertemuan antara Perdana Menteri Israel dengan Kepala Militer yang berlangsung tiga jam berlangsung tegang. Usulan Netanyahu untuk merebut sisa wilayah Gaza ditolak Kepala Staf Militer. Mengutip arabnews.com, Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir memperingatkan perdana menteri akan bahaya yang ditimbulkan yang bisa menjebak militer zionis dan mengancam keselamatan jiwa para sandera yang ditawan oleh pejuang Palestina. Baca juga: Biadab! Israel Menembakan Rudal Ke Arah Anak-Anak Gaza Yang Sedang Mengambil Air Klaim Israel Kuasai 75 Persen Wilayah Gaza Pemerintah zionis mengklaim berhasil menguasai 75 persen wilayah Gaza setelah hampir dua tahun terjadinya perang yang diawali pada 7 Oktober 2023 silam, ketika pejuang Hamas berhasil menyerang wilayah Israel dan menghancurkan berbagai fasilitas militer zionis yahudi serta menawan tentara israel dan penduduk sipil. Israel menghancurkan rumah, sekolah, masjid serta rumah ibadah umat Kristen, dan rumah sakit, juga fasilitas medis lainnya. Sebagian besar wilayah kantong pesisir yang padat penduduk itu telah hancur akibat pemboman yang dilakukan israel. Pihak militer Israel menuduh Hamas beroperasi di antara warga sipil, terkadang menghindari wilayah-wilayah yang menurut intelijen diduga menjadi tempat para sandera ditawan, dan mantan tawanan mengatakan para penculik mengancam akan membunuh mereka jika pasukan Israel mendekat. Baca juga: Gadis Kecil Gaza: ‘Kembalikan Ibuku Dari Surga’ Menteri Pertahan Israel Pastikan Militer Melaksanakan Keputusan Pemerintahnya Israel Katz melalui pesan tertulisnya mengatakan bahwa “panglima militer memiliki hak dan kewajiban untuk menyuarakan pendapatnya”, dia melanjutkan, “tetapi militer akan melaksanakan keputusan pemerintah hingga semua tujuan perang tercapai”, tegasnya Rabu 6/7/2025. Sementara itu Kantor Perdana Menteri Israel menolak memberikan tanggapan dan komentar terkait pertemuan dengan Zamir dan petinggi militer zionis pada Selasa 5/8/2025. PM Netanyahu pada medio Mei 2025 mengatakan “Israel akan menguasai seluruh Gaza, diapun meenegaskan memimpin pemerintahan koalisi paling dalam sejarah Israel dan bersama mitranya akan mundur jika pemerintah mengakhiri perang.” Media Israel melaporkan bahwa Netanyahu akan mengumpulkan kabinet keamanannya pada hari Kamis untuk membuat keputusan akhir tentang langkah selanjutnya dalam perang di wilayah Palestina. Tekanan Internasional Untuk gencatan Senjata dan Mencegah Bencana Kelaparan Di Gaza Menurut catatan Israel, terdapat 50 sandera yang masih ditahan di Gaza, di mana setidaknya 20 orang diyakini masih hidup. Video yang dirilis oleh Hamas dan Jihad Islam Palestina, kelompok militan lain di Gaza, minggu lalu yang memperlihatkan dua sandera yang sangat kurus memicu kecaman internasional. Disisi lain, dilaporkan setidaknya 200 warga Palestina meninggal dunia karena mal nutrisi dan bencana kelaparan terburuk sejak perang berkecamuk akibat embargo Israel dan penghadangan terhadap konvoi bantuan yang akan memasuki Gaza. Baca juga: Menyedihkan! 1 Dari 10 Anak Di Gaza Menderita Malnutrisi Perluasan serangan militer di daerah padat penduduk kemungkinan akan sangat menghancurkan. Banyak dari 2 juta warga Palestina di Gaza tinggal di tenda-tenda di selatan wilayah itu, mengungsi akibat pemboman selama 22 bulan. Israel Kewalahan Menghadapi Perang Yang Berlangsung Lama Meskipun mengklaim menguasai 75% wilayah Gaza, perang yang berlangsung sejak Oktober 2023 membuat militer zionis itu kewalahan, mereka harus terus memobilisasi pasukan cadangan untuk memperluas wilayah operasinya dan mencaplok lebih banyak wilayah. Israel masih terus melakukan serangan udara terhadap Gaza pada Rabu. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan dalam serangan itu telah menewaskan sebanyak 135 orang dalam 24 jam terakhir. “jumlah korban tewas sejak awal konflik sekarang mencapai lebih dari 61.000, sebagian besar warga sipil”, pungkas pejabat Kementerian Kesehatan.*** Penulis dan Editor : Thamrin Humris Foto iluistrasi AI Sumber Arab News

Read More